Lahan Pertanian Dan Swasembada Pangan

Sektor pertanian memiliki potensi yang besar bagi pembangunan. Untuk
mewujudkan keberhasilan di sektor ini, berbagai upaya dan strategi pun dilakukan,
baik di sisi para petani maupun dari segi regulasi.
Namun, yang tak boleh diabaikan adalah kualitas lahan pertanian yang mutlak
menjadi fondasi keberhasilan berbagai usaha pertanian. Sebab, hasil pertanian yang
produktif selalu berawal dari lahan yang subur. Lahan pertanian merupakan objek
vital ketika mengemban visi swasembada pangan Indonesia.

Dalam perkembangan, di beberapa negara berkembang, pertanian terus dikembangkan
dengan cara-cara modern seiring perkembangan sains dan teknologi di bidang
pertanian. Di sana, ada peralihan yang dahsyat dari pola bercocok tanam yang bersifat
tradisional ke pertanian modern. Sejalan dengan itu, fokus perhatian pegiat usaha tani
diharapkan tidak hanya tertuju pada hasil pertanian. tetapi juga pada peningkatan
kualitas lahan pertanian.
Lahan Pertanian-Terjebak Dilema

Arah gerak pertanian modern ternyata telah menghasilkan dilema di sektor pertanian.
Di satu sisi, pertanian modern memudahkan petani untuk mengolah pertanian secara
lebih cepat dan mudah, namun di sisi lain lahan rusak akibat tak berjalan seimbangnya
penggunaan lahan dan konservasi lahan. Dalam konteks pengolahan lahan pertanian,
ketidakseimbangan itu terlihat dari upaya peningkatan hasil pertanian dengan

menggunakan pestisida secara berlebihan tanpa diikuti konservasi lahan pertanian
pasca panen.
Hal itu menggambarkan potret pertanian modern yang hanya mementingkan hasil
secara cepat, tanpa mempertimbangkan kepentingan terjaganya ekosistem lahan
pertanian. Dalam kondisi seperti itu, ruang konservasi menjadi penting untuk
dihadirkan dalam setiap usaha pertanian. Konservasi lahan pasca panen menjamin
kelangsungan usaha pertanian; terjaganya kesuburan tanah (pemulihan humus tanah
yang telah terkuras selama proses tanam sebelumnya) dan memperbaiki struktur tanah
yang rusak.
Konservasi tanah adalah serangkaian strategi pengaturan untuk mencegah erosi tanah
dari permukaan bumi atau perubahan yang terjadi secara kimiawi atau biologis akibat
penggunaan pestisida yang berlebihan, salinisasi, pengasaman, atau akibat
kontaminasi lainnya.
Dimulai Dari Menghargai Tanah
Mendefinisikan tanah tentu tak bisa menggunakan pendekatan ekonomi semata.
Dalam pendekatan ekonomi, tanah akan didefinisikan sebagai komoditi atau asset
ekonomi yang dapat diperdagangkan untuk mencapai keuntungan. Tanah menjadi
barang dagangan yang bisa dijual atau dieksploitasi kapan saja untuk keuntungan
pribadi. Eksploitasi sumber daya alam yang masih marak dilakukan pun berbuah
kehancuran. Tidak hanya tanah, tetapi juga air, hutan, dan ekosistem lainnya juga turut

hancur.
Di Indonesia, kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar terjadi di berbagai
daerah. Rata-rata, penyebabnya adalah masuknya industri pertambangan ekstraktif
yang telah mengeksplorasi sumber daya alam di daerah itu. Hasilnya, lahan-lahan
menjadi gundul, sumber air menjadi kering, sawah mengering, bahkan penyakit yang
didera manusia pun terjadi. Tetapi, jauh lebih dalam dari itu, substansi urusan tanah
adalah sejauh mana manusia menghargai tanah sebagai bagian dari hidup dan
kehidupanya?

Dorongan untuk mempertahankan tanah dapat dilihat dari dua aspek; pertama, makna
tanah bagi manusia, kedua, relasi orang dengan tanah. Kedua aspek itu saling
berhubungan, bahkan kadang-kadang menyatu. Kedalaman relasi orang dengan tanah
memberikan makna dan nilai tersendiri. Semakin bermakna dan bernilai relasi itu,
semakin orang may mempertahankan apa yang membuat makna dan nilai itu.
Makna tanah bagi manusia, berkaitan dengan; bahwa tanah merupakan tempat dimana
manusia berada dan hidup. Baik langsung maupun tidak, manusia hidup dari tanah.
Bahkan bagi mereka yang hidup bukan dari tanah pertanian, tanah tetap penting dan
dibutukan sekurang-kurangnya sebagai tempat tinggal. tanah menjadi tempat usaha,
sarana perhubungan dan juga tempat peribadatan. Ini berarti bahwa makna tanah tidak
hanya sekedar diiliki (to have), tetapi juga menyangkut peghayatan hidupnya (to be).

Hubungan manusia dengan tanah dapat dilukiskan dalam gambaran bahwa, tanah
merupakan sawah/ladang garapan. Tanah digarap untuk menghasilkan barang-barang
kebutuhan hidup manusia. bagi para petani, misalnya, tanah menjadi satu-satunya
sumber hidup.
Dalam mitologi Hindu yang kemudian masuk dalam budaya Jawa, dipercaya bahwa
Dewi Sri adalah dewi keberuntungan/ kemakmuran yang bersemayam di sawah dan
ladang-ladang petani. Dewi Sri membuat tanah menjadi subur sehingga menghasilkan
padi yang melimpah. Oleh karena itu, pada musim panen para petani memuliakan
Dewi Sri dengan mempersembahkan sesajen. Tanah merupakan tempat di mana
manusia hidup dan berada.
Tanah merupakan tempat di mana manusia hidup dan berkembang. Disitu juga terjadi
keadilan dan kedamaian. Orang pergi dan pulang ke tempat tinggalnya. Orang
merasakan jauh dekatnya dilihat dari titik itu.
Tanah mempunyai makna sebagai kawasan lingkungan hidup bagi manusia. Juga
kalau kawasan itu tidak dimilikinya, kawasan lingkungan memperngaruhi dan
menentukan gaya hidup orang. Orang- orang yang berbeda dengan orang-orang yang
hidup di kawasan pantai.
Tanah juga dimaknai sebagai mata rantai sejarah manusia. Tanah menjadi penghubung
antara mereka yang masih hidup dengan mereka yang suda meninggal, karena ada
rasa keterikatan dengan leluhur mereka yang telah meninggal. Ikatan ini sangat kuat

karena terbentuk lama.
Pemaknaan sosio-kultural manusia atas tanah diatas menggambarkan betapa dalam
dan bernilainnya makna tanah bagi manusia. Sehingga, tak jarang, perjuangan sosial

menuntut hak atas tanah digalang dan frontal terjadi dimana- mana. Ya, begitulah.
Tanah benar-benar menyatu dengan dan dalam sejarah kehidupan manusia.
Swasembada Pangan: Dimulai Dari Lahan
Visi swasembada pangan adalah visi bersama sejak dahulu. Visi itu terbentuk dari
kesadaran kolektif akan kekayaan sumber pangan yang dimiliki. Meskipun, untuk
mencapai itu, jalan panjang harus kita lewati. Berbagai rintangan harus kita hadapi.
Untuk mewujudkan swasembada pangan, diperlukan banyak strategi, dibutuhkan
banyak upaya konkrit. Fokus berbagai upaya itu ialah pada sektor pertanian yang
dimulai dari lahan pertanian.
Swasembada pangan mengafirmasi pemenuhan kebutuhan, pasokan dan ketersediaan
pangan. Dukungan utama demi terwujudnya swasembada adalah produktivitas
pertanian yang mantap dan berkelanjutan. Maka, yang wajib dicapai adalah
produktivitas pertanian. Produktivitas pertanian mutlak dimulai dengan persiapan
lahan pertanian yang berkualitas, pemilihan benih unggul, perawatan tanaman secara
tepat, pemanenan, serta konservasi lahan.
Tanpa mempertimbangkan proses-proses itu, produktivitas pertanian hanya akan terus

menjadi proyek-proyek momental tanpa hasil yang jelas.*
Seumber : Lahan Pertanian dan Swasembada Pangan