analisis value chain dengan mengunakan m

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Analisis Rantai Nilai
a. Konsep nilai
Nilai adalah jumlah yang bersedia dibayarkan oleh pembeli untuk
barang atau layanan yang diberikan perusahaan. Nilai diukur dengan total
pendapatan (suatu cerminan dari harga produk perusahaan dan unit yang dapat
dijual). Sebuah perusahaan dikatakan menguntungkan ketika nilai yang
diperintahkan melebihi biaya yang terlibat dalam menciptakan produk atau
jasa. Menciptakan nilai bagi pembeli yang melebihi biaya digunakan dalam
menganilisis kompetitif karena kesengajaan perusahaan meningkatakan biaya
dalam rangka memimpin harga premium melalui differiensiasi (Porter,
1998:38 dalam Metharia, 2010).
Nilai suatu barang atau jasa ditunjukkan oleh jumlah uang yang para
pembeli bersedia membayarkan untuk memperoleh sejumlah barang atau jasa
tertentu (pontas, 2011:409).
Feller, dkk. (2006) dalam Metharia (2010) menyatakan bahwa (1)
nilai merupakan pengalaman subjektif yang tergantung pada konteks. (2) nilai
terjadi ketika kebutuhan dipenuhi melalui penyediaan produk, sumber daya
atau layanan. Secara keseluruhan nilai merupakan sebuah pengalaman dan


6

mengalir dari orang atau institusi yang merupakan penarima sumber daya
mengalir dari komsumen.
b. Konsep rantai nilai
Michal porter dalam konsep keunggulan kompetitifnya menjelaskan
bahwa aktivitas penciptaan suatu produk atau jasa dilakukan melalui suatu
urutan proses tertentu. Dikatakan olehnya bahwa sebuah perusahaan akan
memiliki keunggulan kompetitif apabila mnajemen berhasil memiliki rantai
proses yang paling optimum (Eko dan Djokopran, 2013:202).
Porter

memberikan pemahaman rantai nilai sebagai sebuah

kombinasi dari Sembilan aktivitas operasi penambahan nilai umum dalam
sebuah perusaahaan. Fokus utama dalam rantai nilai terletak pada keuntungan
yang ditambahkan kepada konsumen, proses saling tergantung yang
menghasilkan nilai, dan permintaan yang dihasilkan serta arus dana yang
dibuat (Metharia, 2010).

Selanjutnya Hall (2007:89) mengemukakan bahwa “Rantai nilai
adalah berbagai aktivitas yang menambah nilai atau kegunaan produk atau
jasa perusahaan”.
Rantai nilai adalah urutan aktivitas yang dimulai dari bahan baku
hingga penyerahan suatu produk atau jasa, dengan penciptaan penambahan
nilai di setiap tahapnya (Bateman dan Snell, 2007 diterjemahkan oleh
Sungkono dan Yulianto 2008 : 382 ).

7

Rantai nilai diartikan sebagai serangkaian proses bisnis yang
dilakukan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi, selanjutnya
memastikan produk tersebut sampai di tangan konsumen (Michael, 2011:210)
Rantai niai menampilkan nilai keseluruhan, dan terdiri dari aktivitas
nilai dan margin. Aktivitas nilai merupakan aktvitas nyata secara fisik dan
teknologi yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu membangun blok di mana
perusahaan menciptakan sebuah produk yang berharga bagi

pembelinya.


Margin merupakan selisih anatara nilai total dan biaya kolektif yang dilakukan
dari aktivitas nilai. Saluran pemasok dan rantai nilai juga mencakup margin
yang penting untuk dipisahkan dalam memahami sumber posisi biaya
perusahaan, karena saluran pemasok dan margin merupakan bagian dari total
biaya yang ditanggung pembeli.
Value chain (rantai nilai) adalah pola yang digunakan perusahaan
untuk memahami posisi biaya Dan untuk mengidentifikasi cara-cara yang
dapat digunakan untuk memfasilitasi implementasi dari strategi tingkat
bisnisnya. Rantai nilai menunjukkan bagaimana sebuah produk atau jasa
bergerak dari tahap perancangan hingga ke pelanggan akhir (Metharia, 2010).
Istilah rantai nilai (value chain) menggambarkan cara untuk
memandang suatu perusahaan sebagai rantai aktivitas yang mengubah input
menjadi output yang bernilai bagi pelanggan. Nilai bagi pelanggan berasal
dari tiga sumber dasar: aktivitas yang membedakan produk, aktivitas yang
menurunkan biaya produk dan aktivitas yang dapat segera memenuhi
kebutuhan pelanggan (Pearce dan Robinson, 2009 : 207-208).

8

Value chain memilah perusahaan kedalam aktivitas–aktivitas

strategis yang relevan untuk memahami perilaku biaya dan sumber-sumber
diferensiasi yang telah dimiliki maupun yang masih potensial. Aktivitasaktivas

disini

mencakup

bagaimana

suatu

organisasi

mendesain,

memproduksi, memasarkan, dan mendukung produknya serta bagaimana
pelayanan mempresentasikan rantai nilainya (Rangkuti, 2002:11).
Menurut Hellin dan Meijer,(2006) value chain adalah seluruh
rangkaian aktifitas yang dibutuhkan untuk membawa produk dari proses
konsepsi, produksi, penggunaan oleh konsumen akhir dan penanganan setelah

penggunaan. Juga

merupakan sekumpulan pelaku-pelaku dan kegiatan-

kegiatan yang menambah nilai mulai dari supply chain, menghubungkan
seluruh tahapan-tahapan yang berbeda dari perencanan ke produksi sampai ke
konsumen akhir. Jadi pokok utama dari konsep value chain adalah bagaimana
suatu produk mengalir dari produsen hingga konsumen akhir dimana melalui
aktifitas tersebut membutuhkan informasi, teknologi dan komunikasi dengan
sesama aktor yang terlibat (Susanti, 2012).
c.

Pengertian Analisis Value Chain (Analisis Rantai Nilai)
Blocher dkk. (2005:66) mendefinisikan bahwa :
Analisis rantai nilai adalah alat analisis strategi yang digunakan
untuk lebih memahami keunggulan kompetitif perusahaan,
mengidentifikasi di mana nilai pelanggan dapat ditingkatkan atau
biaya dapat diturunkan, dan lebih memahami bagaimana hubungan
perusahaan dengan pemasok, pelangan, dan perusahaan lainnya
dalam industri yang sama.

Analisis rantai nilai (value chain analysis—VCA) berupaya
memahami bagaimana suatu bisnis menciptakan nilai bagi pelanggan dengan

9

memeriksa kontribusi dari aktivitas-aktivitas yang berbeda dalam bisnis
terhadap nilai tersebut (Pearce and Robinson, 2009 : 208).
Analisis

value chain adalah pendekatan jangka panjang yang

terbentang keluar batas perusahaan, perusahaan hanya merupakan satu bagian
dari keseluruhan rangkaian kegiatan-kegiatan yang menciptakan nilai
(Rayburn, 1999).
Shank dan Govindarajan (2000), mendefinisikan “Value Chain
Analyisis merupakan alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu
produk. Rantai nilai ini berasal dari aktifitas-aktifitas yang dilakukan, mulai
dari bahan baku sampai ke tangan konsumen, termasuk juga pelayanan purna
jual”.
Selanjutnya Porter (1985) menjelaskan “Analisis value-chain

merupakan alat analisis stratejik yang digunakan untuk memahami secara
lebih baik terhadap keunggulan kompetitif”. Value Chain mengidentifikasikan
dan menghubungkan berbagai aktivitas stratejik diperusahaan (Hansen,
Mowen, 2000). Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis rantai nilai
merupakan suatu alat yang digunakan untuk menciptakan nilai bagi
pelanggannya untuk mencapai suatu keunggulan yang kompetitif.
Sifat Value Chain tergantung pada sifat industri dan berbeda-beda
untuk perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan organisasi yang tidak
berorientasi pada laba. Tujuan dari analisis value-chain adalah untuk
mengidentifikasi tahap-tahap value chain di mana perusahaan dapat
meningkatkan nilai untuk pelanggan atau untuk menurunkan biaya. Penurunan

10

biaya atau peningkatan nilai tambah dapat membuat perusahaan lebih
kompetitif.
d. Metode Analisis Value Chain
Langkah awal dalam analisis rantai nilai yaitu memecah operasi
suatu perusahaan menjadi aktivitas atau proses bisnis tertentu, dengan cara
mengelompokkan aktivitas atas proses tersebut kedalam kategori aktivitas

primer atau pendukung. Yang menjadi tantangan dalam metode ini yaitu
menguraikan secara rinci apa yang sebenarnya terjadi kedalam aktivitasaktivitas berbeda yang dapat dianalisa dan bukan terpaku pada kategori yang
luas atau umum.
Dalam buku (Hitts,2005), kerangka rantai nilai membagi aktivitas
perusahaan dalam dua kategori umum :
1) Aktivitas primer (primary activities), aktivitas yang berkaitan
dengan penciptaan fisik produk, penjualannya, dan distribusinya
kepada para pembeli dan servis setelah adanya penjualan.
2) Aktivitas pendukung (support activities), membantu perusahaan
secara keseluruhan dengan menyediakan dukungan yang
diperlukan bagi berlangsungnya aktivitas-aktivitas primer
dilakukan secara berkelanjutan.
Porter (1988) dalam Pearce dan Robinson (2007:209) menguraikan
aktifitas utama dan pendukung tersebut menjadi :
1) Aktifitas utama
- Logistic ke dalam, meliputi penerimaan, penyimpana, dan
pemasukan input ke dalam produk/jasa
- Operations, merupakan informasi input ke dalam produk/jasa
- Logistic keluar, meliputi pengumpulan, penyimpanan, dan
pendistribusian produk/jasa

- Marketing and sales, merupakan indikasi pasar dan bagaimana
pelanggan membeli produk /jasa perusahaan
- Service, berhubungan dengan pelanggan dan perbaikan produk
2) Aktifitas pendukung

11

-

Procurement dari input yang digunakan dalam value chain
Technology development untuk setiap keran dari operasi tetapi
tidak terbatas kepada teknologi informasi
Human resource management meliputi recruiting, hiring,
training, pengembangan dan kompensasi dari pegawai
Firm infrastruktur termasuk perencanaan, accounting and
finance, legal community affair, hubungan dengan pemerintah
dan kualitas manajemen.

Berikut merupakan gambar dari Porter (1988) dalam Pearce dan
Robinson (2008) yang menjalaskan mengenai aktivitas-aktivitas yang

dilakukan:

Kegiatan utama
Sumber:Pearce dan robinson 2008
Gambar 1. Skema generik Rantai nilai
Langkah selanjutnya adalah mencoba mengaitkan biaya kesetiap
aktivitas yang berbeda. Setiap aktivitas dalam rantai nilai mengeluarkan biaya
serta mengikat waktu dan asset. Analisis rantai nilai mengharuskan untuk
mengalokasikan biaya dan asset ke setiap aktivitas dan dengan demikian

12

menyediakan sudut pandang yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan
yang dihasilkan dengan oleh akuntansi biaya tradisional.
2. Efisiensi biaya
a. Pengertian biaya
Kuswandi, (2005:25) mendefinisikan bahwa “Biaya/beban adalah
semua pengeluaran untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak ketiga,
baik yang berkaitan dengan usaha pokok perusahaan maupun tidak”.
Selanjutnya Dalam ensiklopedi bahasa indonesia, biaya didefinisikan

sebagai biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu
proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar
yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.
Menurut mulyadi (2009:8) “biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomi, yang di ukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Dari definisi biaya tersebut
ada 4 unsur pokok yaitu:
a) Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi,
b) Diukur dalam satuan uang,
c) Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi,
d) Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya
merupakan pengorbanan sumber ekonomi atau sumber daya berupa barang
dan jasa yang diukur dalam satuan uang dengan tujuan untuk memperoleh
manfaat di masa yang akan datang.

13

Biaya terbagi menjadi dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit.
Biaya eksplisit adalah biaya yang terlihat secara fisik, misalnya berupa uang.
Sementara itu, yang dimaksud dengan biaya implisit adalah biaya yang tidak
terlihat secara langsung, misalnya biaya kesempatan dan penyusutan barang
modal.
b. Klasifikasi biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam
cara. Ummumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujun yang
hendak dicapai dengan penggolongan tersebut.
Menurut mulyadi (2009:13-16) dalam akuntansi biaya, biaya dapat
digolongkan menjadi 5 golongan yaitu:
a) Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran
Dalam penggolongn ini nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya bahan bakar, maka semua pengeluaran
yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.
1. Biaya bahan baku
Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan bahan baku yang
dipakai dalam pengolahan produk
2. Biaya tenaga kerja
Biaya yang dikeluarkan karena penggunan tenaga kerja yang
jasanya dapat diperhitungkan langsung dalam pembuatan produk.
3. Biaya overhead pabrik
Biaya yang keluarkan selain biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja yang digunakan.
b) Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi
produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh
karena itu biaya dalam perusahaan manufaktur dikelompokkan dalam
tiga kelompok, yaitu:
1. Biaya produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap unntuk di jual.
2. Biaya pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melakukan kegiatan
pemasaran produk

14

3. Biaya administrasi dan umum
Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi
dan pemasaran produk.
c) Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai
1. Biaya langsung
Biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena
adanya sesuatu yang dibiayai.
2. Biaya tidak langsung
Biaya yang terjadi tidak hanya karena ada sesuatu yang dibiayai
d) Penggolongan biaya menurut perilakunnya dalam hubungannya
dengan perubahan volume aktivitas
1. Biaya variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan.
2. Biaya semivariabel
Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan. Biaya ini mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya
variabel.
3. Biaya semifixed
Biaya yanng tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yaang konstan pada volume produksi
tertentu.
4. Biaya tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volumme kegiatan
tertentu.
e) Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya
1. Pengeluaran modal
Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akunntasi .
pengeluaran ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai kos
aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati
manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi, atau dideplesi.
2. Pengeluaran pendapatan
Biaya yang hanya mempunyai manffat dalam periode akuntnsi
terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran
pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan
pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut.
c. Efisiensi
Kata efisiensi atau efisien sering kita dengarkan. Pengertian umum
efisiensi adalah menekan biaya serendah mungkin untuk meningkatkan
keuntungan. Secara luas pengertian efisiensi adalah perbandingan terbaik

15

antara masukan dan hasil, antara keuntungan dan sumber-sumber yang
dipergunakan, serta hasil maksimal yang dicapai dengan menggunakan
sumber yang terbatas.(Merbun, 2010:101).
Penekana biaya sering dijadikan alasan untuk melakukan efisiensi.
Tidak sedikit perusahaan memangkas fasilitas yang diberikan kepada pekerja,
atau menunda kenaikan gaji pekerja dengan alasan yang sama.
Munurut Umar, (2000:73) efisiensi adalah suatu kemampuan untuk
melakukan pekerjaan dengan benar, yakni menyangkut konsep “input-output”.
Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi
besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan
(wordpress.com, 2009).
Pengertian efisiensi menurut mulyamah (1987:3) yaitu “efisiensi
merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan
masukan dengan penggunaan yanng direalisasikan atau perkataan lain
penggunaan yang sebenarnya (wordpress.com, 2009)
Masih dalam worpress.com efisiensi didefinisikan oleh hasibuan
(1984:233-4) yang mengutip pernyataan Emerson sebagai berikut
Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan
output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang
dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan
penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara
apa yang telah diselesaikan.
Efisiensi dalam pengertian sesungguhnya bukanlah pemangkasan
biaya. Peningkatan efisiensi biaya menyangkut perhitungan bahwa setiap
rupiah yang dikeluarkan harus dengan memperhitungkan tingkat kemanfaatan
bagi pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, praktik efisiensi bukan
merupakan program pemangkasan secara sembarangan atau membabi-buta,

16

melainkan program yang ditujukan pada jenis biaya-biaya tertentu yang
pemanfaatannya memiliki nilai minus bagi akumulasi pendapatan perusahaan.
Tidak semua pengeluaran adalah biaya, sedangkan semua biaya adalah
pengeluaran. Strategi efisiensi biaya tidak menghendaki semua bentuk
pengeluaran dan bentuk biaya dipangkas secara tidak terprogram. Program ini
harus disusun secara jelas untuk dipedomani, dimana tingkat atau sasaran
efisiensi yang ingin dicapai perusahaan.
3. Analisis value chain untuk efisiensi biaya
Analisis value chain merupakan analisis aktivitas-aktivitas untuk
menghasilkan nilai, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan
itu sendiri. Value chain memberikan perspektif letak perusahaan dalam rantai
nilai. Analisis value chain membantu perusahaan untuk memahami rantai nilai
yang membentuk produk/jasa tersebut. Nilai yang dimaksud adalah nilai yang
berasal dari awal perancangan sampai dengan penanganan produk atau jasa
yang setelah dijual kepada konsumen. Perusahaan harus mampu mengenali
posisinya pada rantai nilai yang membentuk produk atau jasa tersebut.
Tujuannya untuk mengidentifikasi kesempatan dari persaingan.
Setelah perusahaan dapat mengetahui posisinya, selanjutnya
perusahaan dapat mengenali aktivitas-aktivitas yang membentuk nilai tersebut.
Aktivitas-aktivitas tersebut selanjutnya dapat dikaji apakah memberikan nilai
pada produk atau tidak. Jika aktivitas tersebut memberikan nilai, maka akan
terus diperbaiki dan dikembangkan agar dapat memaksimalkan nilai.

17

Sebaliknya jika aktivitas tersebut tidak memberikan nilai maka akan dihapus
aktivitas tersebut.
4. Activity based costing
Sistem activity based costing (ABC) adalah suatu system akuntansi
yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan
produk/jasa. ABC menyediakan informasi mengenai aktivitas-aktivitas dan
sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut.
Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya
(cost driver) yakni, beertindak sebagai factor penyebab dalam pengeluaran
biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivits ini menjadi titik penghimpunan
biaya.
Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas kemudian ke
produk/jasa. Sistem ABC mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah yang
mengkomsumsi sumber daya bukan produk/jasa.
5. Metode activity based costing
Activity based costing adalah suatu system perencanaan biaya yang
menekankan pada suatu proses perbaikan. ABC mampu mengidentifikasi
apakah suatu aktivitas bernilai tambah atau tidak sehingga aktivitas yang tidak
bernilai tambah dapat dieliminasi. Dengan demikian, keseluruhan waktu yang
diperlukan untuk proses pembuatan produk dibentuk oleh dua aktivitas yaitu,
aktivitas yang mendatangkan nilai tambah seperti aktivitas yang dilakukan
dalam proses produksi dan aktivitas yang tidak mendatangkan nilai tambah
yaitu waktu yang terus berjalan tanpa proses manufacturing.

18

Waktu yang tidak bernilai tambah tersebut adalah waktu pemborosan
yang

harus

diperkecil

atau

dihilangkan.

Caranya

yaitu

dengan

merestrukturisasi proses manufacturing, penataan kembali fasilitas-fasilitas
yang ada, dan sebagainya.
Hutabarat (2008) mengungkapkan bahwa biaya aktivitas yang tidak
mendatangkan nilai tambah dapat dihilangkan atau dikurangi dengan beberapa
cara seperti:
1) Kegiatan inspeksi dapat dihilangkan dengan mengembangkan total
kuality control dan zero defect manufacturing, movement time dapat
dikurangi dengan mengembangkan cellular manufacturing, dam
waitingstorage time dapat dikurangi dengan mengembangkan
system persediaan just-in time.
2) Memilih alternatif-alternatif kegiatan yang menggunakan biaya
terendah
3) Mengurangi waktu dan sumber daya yang dikomsumsi oleh sutu
kegiatan
4) meningkatkan efisiensi kegiatan yang meningkatkan nilai tambah
ke skala ekonomi tanpa diikuti oleh kenaikan total biaya kegiatan
tersebut sehingga biaya per unit yang dibebankan ke produk tersebut
akan menurun.
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas untuk
perhitungan prooduk/jasa, aktivitas diidentifikasi dan didefinisikan melalui
wawancara dan survei. Informasi ini digunakan untuk menjelaskan proses
pembebanan biaya. Untuk lebih jelasnya brikut langkah-langkah pembebanan
biaya
1) mengidentifikasi aktivitas utama dan membuat kamus aktivitas
2) menentukan biaya aktivitas tersebut
3) mengidentifikasi ukuran komsumsi untuk biaya aktivitas
4) menghitung tarif aktivitas

19

5) mengukur permintaan aktivitas tiap produk
6) menghitung biaya produk
6. Peran Activity Based Costing Dalam Analisis Value Chain
Analisis value chain merupakan salah satu alat analisis manajemen
biaya yang dapat digunakan untuk memberikan informasi guna membuat
keputusan strategis dalam menghadapi persaingan bisnis. Analisis value chain
merupakan analisis aktivitas-aktivitas yang relevan sepanjang rantai nilai yang
membentuk suatu produk/jasa, yang meliputi proses pengadaan, penyimpanan,
penggunaan, transformasi dan disposisi sumber daya, mulai dari pemasok
value chain sampai dengan konsumen dan pemegang saham. Perusahaan harus
mampu mengenali posisisnya pada value chain yang membentuk suatu produk
atau jasa tersebut. Nilai bagi konsumen berarti perusahaan harus memberikan
harga yang lebih rendah dengan kualitas yang sama atau memberikan kualitas
yang lebih tinggi dengan harga yang sama dibandingkan dengan pesaing.
Sebaliknya, nilai yang diterima oleh pemegang saham adalah adanya
peningkatan nilai saham (Sujana 2006).
Melalui system ABC perusahaan dapat mengidentifikasi aktivitasaktivitas yang tidak sesuai dengan keinginan pelanggan atau yang tidak
menciptakan nilai tambah. Aktivitas bernilai tambah jika aktivitas tersebut
menghasilkan perubahan bentuk/kondisi, sedangkan perubahan tersebut tidak
terjadi pada aktivitas sebelumnya dan aktivitas tersebut memungkinkan
dilakukannya aktivitas yang lain.

20

Menurut Sujana (2006), “aktivitas yang tidak bernilai tambah adalah
aktivitas-aktivitas yang tidak perlu atau aktivitas-aktivitas yang perlu namun
tidak efisien dan dapat diperbaiki”.
Untuk dapat meningkatkan nilai bagi konsumen dan perusahaan,
maka biaya-biaya yang dibebankan dalam nilai produk dan jasa berasal dari
aktivitas-akti itas yang tidak menciptakan nilai tambah harus dikurangi atau
dieliminasi. Jika aktivitas tidak bernilai tambah dilaksanakan, akan berakibat
pada penambahan biaya yang tidak perlu dan merintangi kinerja, sehingga
menimbulkan biaya yang tidak bernilai tambah. Biaya tidak bernilai tambah
adalah biaya yang disebabkan oleh aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai
tambah. Biaya tidak bernilai tambah dapat diartikan sebagai biaya atas
aktivitas-aktivitas yang dapat dieliminasi tanpa menimbulkan kesan buruk dari
para pelanggan mengenai kinerja, fungsi atau ukuran mutu lain suatu
produk/jasa. Analisis aktivitas dapat menurunkan biaya dengan cara peniadaan
aktivitas, dan penggunaan aktivitas secara bersama. Keunggulan dalam hal
biaya (cost leadership) merupakan salah satu strategi bisnis perusahaan. ABC
merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai strategi ini karena ABC
mengidentifikasi aktivitas-aktivitas kunci, cost driver, dan cara-cara untuk
memperbaiki proses sehingga dapat menurunkan biaya. ABC dapat membantu
manajer dalam hal mengidentifikasi peluang peluang dalam memperbaiki nilai
dan dapat mengidentifikasi perubahan aktivitas dan komponen yang
mempengaruhi pemasok dan konsumen dalam rantai nilai.

21

Di samping itu, ABC juga dapat mengidentifikasi dan mengeliminasi
aktivitas yang tidak bernilai tambah. Setelah memahami posisinya dalam
rantai nilai produk/jasa, maka perusahaan menentukan strateginya. Strategi ini
berupa low cost atau diferensiasi. Perusahaan harus menjaga dan
meningkatkan hubungan baik yang saling menguntungkan dengan pemasok
dan memelihara hubungan baik dengan pelanggan, yang akhirnya dapat
meningkatkan daya saing produk/jasa (Hutabarat, 2008).
B. Kerangka Pikir
Penelitian ini merupakan studi kasus pada PT. Bintang Mujur Abadi
di Kota Makassar, penelitian ini

dilakukan dengan mengidentifikasi

aktivitas-aktivitas yang membentuk value chain, kemudian melakukan
analisis. Setelah itu menetapkan mana aktivitas yang menambah nilai
perusahaan dan mana yang tidak. Aktivitas yang tidak bernilai tambah inilah
yang akan dieliminasi atau dikurangi biayanya sehingga terjadi efisiensi
biaya.

Pada

penelitian

ini,

peneliti

merumuskan

masalah

dengan

mengembangkan konsep penelitian yang dilakukan dengan menghimpun
fakta

tanpa

menggunakan

hipotesa.

Untuk

lebih

jelasnya

peneliti

menghimpun kerangka pikirnya pada gambar berikut:

22

PT. BINTANG MUJUR ABADI

AKTIVITAS PERUSAHAAN

ANALISIS VALUE CHAIN

AKTIVITAS BERNILAI TAMBAH

AKTIVITAS TIDAK BERNILAI TAMBAH
PENGURANGAN BIAYA

EFISIENSI

Gambar 2. Kerangka Pikir

23