korelasi tingkat pendidikan orang tua da

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini disajikan secara berturut-turut mengenai laporan hasil
penelitian yang telah dilakukan meliputi deskripsi data, pengujian persyaratan
analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian terdiri dari dua variabel bebas yaitu Tingkat
Pendidikan Orang Tua (X1) dan Pola Asuh (X2) dan variabel terikat yaitu
Kemandirian Anak (Y), untuk mendeskripsikan dan menguji pengaruh variabel
bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini, maka pada bagian ini akan
disajikan deskripsi data dari masing-masing variabel berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan. Pada deskripsi data berikut ini disajikan informasi data
meliputi mean, median, modus dan standard deviation masing-masing variabel.
Deskripsi data masing-masing variabel secara rinci dapat dilihat dalam uraian
berikut ini:
1.

Tingkat Pendidikan Orang Tua
Berdasarkan data – data variabel tingkat pendidikan orang tua yang

diperoleh dari angket dengan 3 butir pertanyaan atau pernyataan dan jumlah

responden 85 orang tua, dari 85 responden tersebut terdiri dari berbagai tingkat
pendidikan dari SD sampai S2. Orang tua yang berpendidikan SD berjumlah 25
orang tua atau sebesar 29,41%, orang tua yang berpendidikan SMP berjumah
18 orang tua atau sebesar 21,17%, orang tua yang berpendidikan SMA
75

berjumlah 21 orang tua atau sebesar 24,70%, orang tua yang berpendidikan S1
berjumlah 16 orang tua atau sebesar 18,82% dan orang tua yang berpendidikan
S2 berjumlah 5 orang tua atau sebesar 5,88%. Dari segi pendidikan nonformal
orang tua yang tidak pernah mengikuti pendidikan nonformal berjumlah 44
orang tua atau 52,94%, orang tua yang mengikuti organisasi masyarakat
bejumlah 6 orang atau 7,05%, orang tua yang mengikuti majlis taklim
berjumlah 26 orang tua atau sebesar 30,58%, dan yang mengikuti kursus
berjumlah 9 orang tua atau sebesar 10,58%.
Berdasarkan persentase tingkat pendidikan orang tua di atas dapat
digambarkan tabel sebagai berikut:
Tabel 6. Persentase Data Tingkat Pendidikan Orang Tua
No
1


2

3

Tingkat pendidikan orang tua
Pendidikan Formal

Pendidikan Non Formal

Pendidikan In Formal

SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi (
S1,S2,S3)
Kejar Paket
Organisasi
Masyarakat
Majlis Taklim

Kursus Pelatihan
Lainnya....
Pendidikan
Keluarga
Parenting
Pendidikan Rohani
Lainya...

76

Persentase
(%)
29,41%
21,17%
24,70%

Jumlah

24,7%


20

-

-

7,058%

6

30,58%
10,58%
-

26
6
-

5,88%


4

3,53%
30,58%

2
26

27
18
20

Tabel 7. Kecenderungan Pola Asuh
Tingkat
pendidikan

Kecenderunga
n

Gaya Asuh (%)

otoriter

permisif

demokratif

SD

5308.8

4676,92

5646,15

Demokratif

SMP

6527,2


6022,2

6568,8

Demokratif

SMA

6872,8

6169,5

7045,7

Demokratif

PT

6368,5


6488

7440,5

demokratif

Berdasarkan tabel 7 bahwa tingkat pendidikan orang tua memiliki kecenderungan
pola asuh demokratif yang digunakan dalam memilih pola asuh dalam mendidik
anak dalam keluarga. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan SD memiliki
kecenderungan pola asuh demokratif yang digunakan kemudian pola asuh yang
kedua yang cenderung digunakan pola asuh otoriter dan yang terkahir pola asuh
permisif, sedangkan orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan SMP
memiliki kecenderungan terhadap pola asuh demokratif yang sering digunakan
dalam mendidik anak dalam keluarga kemudian pola asuh otoriter dan permisif.
Orang tua yang berlatar belakang pendidikannya SMA dan Perguruan Tinggi sama
halnya seperti orang tua berlatar belakang pendidikan SD maupun SMP cenderung
menggunakan pola asuh demokratif untuk yang sering digunakan kemudian pola
asuh otoriter dan yang terakhir pola asuh permisif.

77


B. Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan analisis yang terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan uji
multikolonieritas.
1.

Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian
yang akan dianalisis memiliki distribusi normal atau tidak. Alat uji yang
digunakan dengan menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov dengan
dilakukan menggunakan program SPSS 21,0. Kriteria pengambilan
keputusan adalah jika KD asymp.sig lebih dari 0,05 maka data berdistribusi
normal dan sebaliknya jika KD assymp.sig kurang dari 0,05 maka datanya
berdistribusi tidak normal. Adapun hasil pengujian uji normalitas pada
variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Pola Asuh dengan
Kemandirian Anak dalam Keluarga sebagai berikut :
Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Normalitas
Tabel Statistica


KolmogorovSmirnov

TINGKAT
KEMANDIRIAN
PENDIDIKAN
POLA ASUH
ANAK
ORANG TUA
2,464
2,043
0,877

Asymp. Sig
,000
Sumber : Data Primer yang diolah

78

,000


,425

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa nilai nilai K D
asymp. Sig dari data variabel tingkat pendidikan orang tua dan ola asuh
lebih kecil dari 0,005 maka variabel tingkat pendidikan orang tua dan pola
asuh tidak terdistribusi normal sehingga tidak memenuhi syarat untuk
pengujian statistik parametrik akan tetapi non parametrik.
2.

Uji Linieritas
Uji linieritas hubungan dapat diketahui dengan menggunakan uji F.
Dalam

SPSS untuk menguji linearitas menggunakan deviastion from

linearity dari uji F linear. Hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen tidak linear apabila nilai signifikansi Fhitung lebih besar
dari 0,05. Hasil uji linearitas hubungan adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Linearitas
Fhitung
Hubungan
Deviation of
Sig
Linearity
X1 dengan Y 0,617
0,402
X2 dengan Y 2,394
0,001

Kesimpulan
Tidak liniear
Tidak linear

Sumber : Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 9, nilai signifikansi hubungan antara variabel
X1 dengan variabel dependen lebih besar dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara variabel X1 dengan variabel
dependen tidak linier dan nilai signifikansi hubungan antara variabel X2
dengan variabel dependen lebih besar dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara variabel X2 dengan variabel
dependen tidak linear.

79

3.

Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya multikolinearitas antar variabel bebas. Hasil uji multikolinearitas
antar variabel bebas menunjukkan bahwa interkorelasi antar variabel bebas
sebesar 1,004. Interkorelasi antar variabel bebas melebihi 0,0600 sehingga
dapat dikatakan terjadi multikolinieritas dan tidak bisa dianalisis
menggunakan parametrik.
Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
X1 – X2

VIF
1,004

Keterangan
Terjadi
Multikolonieritas

Sumber : Data Primer yang diolah.
Hasil dari uji prasyarat analisis baik uji normalitas, linieritas dan
multikolonearitas hasilnya tidak bisa menggunakan uji statistik parametrik
akan tetapi menggunakan uji non parametrik.
C. Pengujian Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang
dirumuskan, oleh sebab itu jawaban sementara ini harus diuji kebenarannya secara
empirik. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik analisis korelasi spearman dan chi square. Penjelasan tentang hasil
pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengujian Hipotesis
80

Hipotesis menyatakan bahwa “Hubungan dan kecenderungan antara
tingkat pendidikan dan pola asuh”. Di bawah ini adalah hasil pengujian
kecenderungan masing-masing dari beberapa jenis tingkat pendidikan terhadap
pola asuh dengan menggunakan chi square.
Tabel 11. Ringkasan Hasil Chi Square antara X1 terhadap X2
tingkat pendidikan * pola asuh Crosstabulation
Count
pola asuh

Total

OTORITER PERMISIF DEMOKRATIF
SD
tingkat
pendidikan

Total

6

2

19

27

SMP 5

3

10

18

SMA 2

2

16

20

PT

0

2

18

20

13

9

63

85

Sumber : Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 11 dapat disimpulkan bahwa orang tua yang berlatar
belakang pendidikannya SD menggunakan pola asuh otoriter sebanyak 6 orang
tua, pola asuh permisif sebanyak 2 orang tua dan pola asuh demokratif
sebanyak 19 orang tua. Orang tua yang memiliki pendidikan SMP yang
menggunakan pola asuh otoriter sebanyak 5 orang, permisif sebanyak 3 orang
dan demokratif sebanyak 10 orang tua. Orang tua yang memiliki latar belakang
pendidikan SMA yang menggunakan pola asuh otoriter sebanyak 2 orang tua,
pola asuh permisif sebanyak 2 orang tua dan yang menggunakan pola asuh
demokratif sebanyak 16 orang tua. Orang tua yang memiliki latar belakang

81

pendidikan Perguruan Tinggi yang menggunakan pola asuh otoriter sebesar 0
orang, pola asuh permisif sebesar 2 orang tua dan yang menggunakan pola
asuh demokratif sebesar 18 orang tua.

Tabel 12. Uji Korelasi Spearman tingkat pendidikan orang tua dan pola
asuh
tingkat
pola
pendidikan
asuh
Correlation
1,000
,229*
Coefficient
tingkat
pendidikan
Sig. (2-tailed)
.
,035
N
85
85
Spearman's
*
rho
Correlation
,229
1,000
Coefficient
pola asuh
Sig. (2-tailed)
,035
.
N
85
85
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 12 dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan orang tua
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pola asuh orang tua. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil sig sebesar 0,35 lebih kecil dari 0,05 maka
terdapat hubungan yang siginifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
pola asuh. Koefisien korelasinya sebesar 0,229 hal ini menandakan bahwa
hubungan yang rendah antara tingkat pendidikan orang tua dan pola asuh orang
tua.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis menyatakan bahwa “ hubungan dan kecenderungan antara
tingkat pendidikan dengan kemandirian anak dalam kleuarga”. Di bawah ini
82

adalah hasil pengujian hipotesis masing-masing dari beberapa jenis tingkat
pendidikan terhadap kemandirian anak dalam keluarga dengan menggunakan
chi square dan korelasi spearman.

83

Tabel 13. Kecenderungan tingkat pendidikan terhadap kemandirian anak
tingkat pendidikan * kemandirian anak Crosstabulation
Count
tingkat pendidikan
sd
kemandirian
anak

smp

tidak mandiri
kurang mandiri

sma

pt

5

5

3

4

17

20

12

14

15

61

2

1

3

1

7

27

18

20

20

85

Mandiri

Total

Total

Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 13 dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 orang tua
yang berpendidikan SD anakanya tidak mandiri kemudian ada 20 orang tua
yang anaknya kurang mandiri dan 2 orang tua berpendidikan SD anaknya
mandiri. Orang tua yang berpendidikan SMP terdapat 5 orang tua yang
berpendidikan SMP anaknya tidak mandiri, 12 orang tua berpendidikan SMP
anaknya kurang mandiri dan 1 orang tua berpendidikan SMP anaknya mandiri.
Orang tua yang berpendidikan SMA terdapat 3 orang tua berpendidikan SMA
anaknya kurang mandiri, 14 orang tua berpendidikan SMA anaknya kurang
mandiri dan 3 orang tua berpendidikan SMA anaknya mandiri. Terdapat 4
orang tua yang latar belakang pendidikannya perguruan tinggi anaknya tidak
mandiri, 15 orang tua berpendidikan perguruan tinggi anaknya kurang mandiri
dan 1 orang tua berpendidikan tinggi anaknya mandiri.

84

Tabel 14. Uji korelasi spearman tingkat pendidikan orang tua dan
kemandirian anak
tingkat
kemandirian
pendidikan
anak
Correlation
1,000
,047
Coefficient
tingkat
pendidikan
Sig. (2-tailed)
.
,668
N
85
85
Spearman'
s rho
Correlation
,047
1,000
Coefficient
kemandirian
anak
Sig. (2-tailed)
,668
.
N
85
85
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 14, bahwa tingkat pendidikan orang tua tidak
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemandirian anak. Hal ini
berdasarkan nilai sig. sebesar 0,668 lebih besar dari nilai taraf signifikansi 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan orang tua tidak mempunyai
hubungan yang signifikan terhadap kemandirian anak dalam keluarga.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis menyatakan bahwa “kecenderungan antara pola asuh
dengan kemandirian anak dalam keluarga”.

Di bawah ini adalah hasil

pengujian hipotesis masing-masing dari beberapa jenis tingkat pendidikan
terhadap kemandirian anak dalam keluarga dengan menggunakan chi square.

85

Tabel 15. Kecenderungan pola asuh dengan kemandirian anak dalam
keluarga
pola asuh * kemandirian anak Crosstabulation
Count
kemandirian anak
tidak mandiri

pola asuh

kurang mandiri

mandiri

Otoriter

3

10

0

13

permisif

2

7

0

9

12

44

7

63

17

61

7

85

domkratif
Total

Total

Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 15, dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 orang tua
yang menggunakan pola asuh otoriter anaknya tidak mandiri, 2 orang tua
menggunakan pola asuh permisif anaknya tidak mandiri dan 12 orang tua
menggunakan pola asuh demokratif anaknya mandiri.Terdapat 10 orang tua yang
menggunakan pola asuh otoriter anaknya tidak mandiri, 7 orang tua yang
menggunakan pola asuh permisif anaknya kurang mandiri dan 44 orang tua
menggunakan pola asuh demokratif anaknya kurang mandiri. Terdapat 0 orang tua
yang menggunakan pola asuh otoriter anaknya mandiri, terdapat 0 orang tua yang
menggunakan pola asuh permisif anaknya mandiri dan 7 orang tua yang
menggunakan pola asuh demokratif anaknya mandiri.

86

Tabel 16. Uji korelasi spearman antara pola asuh dengan kemandirian anak
pola asuh kemandirian
anak
Correlation
1,000
,152
Coefficient
pola asuh
Sig. (2-tailed)
.
,165
N
85
85
Spearman's
rho
Correlation
,152
1,000
Coefficient
kemandirian
anak
Sig. (2-tailed)
,165
.
N
85
85
Sumber: Data primer yang diolah.
Berdasarkan tabel 16, bahwa pola asuh tidak mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap kemandirian anak dalam keluarga. Hal ini berdasarkan nilai
sig. sebesar 0,165 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa pola asuh tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kemandirian
anak dalam keluarga.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
pendidikan (X1) dan pola asuh (X2) terhadap kemandirian anak dalam keluarga
(Y). Hasil penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

X1
Sig. 0,668 >
0,05

Sig. 0,035 <
0,05

X2

Y

Sig. 0,165
> 0,05

87

Gambar 2. Ringkasan Hasil Penelitian
Berdasarkan gambar 2 maka diketahui pembahasan tentang hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Hubungan dan kecenderungan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Pola
Asuh
Orang tua yang berlatar belakang pendidikannya SD menggunakan pola asuh
otoriter sebanyak 6 orang tua, pola asuh permisif sebanyak 2 orang tua dan pola
asuh demokratif sebanyak 19 orang tua. Orang tua yang memiliki pendidikan
SMP yang menggunakan pola asuh otoriter sebanyak 5 orang, permisif sebanyak
3 orang dan demokratif sebanyak 10 orang tua. Orang tua yang memiliki latar
belakang pendidikan SMA yang menggunakan pola asuh otoriter sebanyak 2
orang tua, pola asuh permisif sebanyak 2 orang tua dan yang menggunakan pola
asuh demokratif sebanyak 16 orang tua. Orang tua yang memiliki latar belakang
pendidikan Perguruan Tinggi yang menggunakan pola asuh otoriter sebesar 0
orang, pola asuh permisif sebesar 2 orang tua dan yang menggunakan pola asuh
demokratif sebesar 18 orang tua. Berdasarkan analisis di atas bahwa
kecenderungan orang tua baik orang tua yang berpendidikan SD, SMP, SMA,
Perguruan Tinggi cenderung menggunakan pola asuh demokratif.
Berdasarkan analisis korelasi spearman bahwa tingkat pendidikan orang tua
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pola asuh orang tua. Hal tersebut
dapat dilihat dari hasil sig sebesar 0,35 lebih kecil dari 0,05 maka terdapat
hubungan yang siginifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan pola

88

asuh. Koefisien korelasinya sebesar 0,229 hal ini menandakan bahwa hubungan
yang rendah antara tingkat pendidikan orang tua dan pola asuh orang tua.
Hasil penelitian yang disusun oleh peneliti menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan ada korelasi dengan pola asuh orang tua, orang tua yang mempunyai
tingkat pendidikan tinggi dan orang tua yang tidak berpendidikan atau
berpendidikan rendah berbeda pola pengasuhannya. Hal ini dikarena kan orang
tua yang berpendidikan tinggi lebih berpengetahuan luas mempunayai informasi
yang mereka dapat dan mereka bisa menyampaikan informasi tersebut dengan
mudah dan baik. Hal ini juga sesuai dengan deskripsi teori dari Manurung
(1995:53), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu
latar belakang pola asuh orang tua, tingkat pendidikan orang tua dan status
ekonomi dan pekerjaan orang tua. Menurut Manurung bahwa pola asuh
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua karena orang tua yang
berpendidikan tinggi akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi mengenai
pola asuh, mereka bisa menyampaikan dengan baik dan bisa menerapkannya
kepada anak dengan disesuaikan keadaan psikis dan fisik dari masing-masing
anak.
2. Hubungan dan kecenderungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan
kemandirian Anak dalam Keluarga
Terdapat 5 orang tua yang berpendidikan SD anakanya tidak mandiri kemudian
ada 20 orang tua yang anaknya kurang mandiri dan 2 orang tua berpendidikan
SD anaknya mandiri. Orang tua yang berpendidikan SMP terdapat 5 orang tua
yang berpendidikan SMP anaknya tidak mandiri, 12 orang tua berpendidikan

89

SMP anaknya kurang mandiri dan 1 orang tua berpendidikan SMP anaknya
mandiri. Orang tua yang berpendidikan SMA terdapat 3 orang tua berpendidikan
SMA anaknya kurang mandiri, 14 orang tua berpendidikan SMA anaknya
kurang mandiri dan 3 orang tua berpendidikan SMA anaknya mandiri. Terdapat
4 orang tua yang latar belakang pendidikannya perguruan tinggi anaknya tidak
mandiri, 15 orang tua berpendidikan perguruan tinggi anaknya kurang mandiri
dan 1 orang tua berpendidikan tinggi anaknya mandiri.
Berdasarkan analisis korelasi spearman bahwa tingkat pendidikan orang tua
tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemandirian anak. Hal ini
berdasarkan nilai sig. sebesar 0,668 lebih besar dari nilai taraf signifikansi 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan orang tua tidak mempunyai
hubungan yang signifikan terhadap kemandirian anak dalam keluarga
Hasil penelitian yang disusun oleh peneliti menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan orang tua tidak ada hubungan terhadap kemandirian anak dalam
keluarga, karena orang tua yang berpendidikan tinggipun belum tentu para orang
tua tersebut mampu membentuk sikap kemandirian pada anak dalam keluarga dan
belum tentu juga orang tua yang berpendidikan rendah tidak bisa mengajari atau
mendidik anaknya untuk menjadi orang yang tidak mandiri, dan orang tua yang
berpendidikan tinggi juga belum tentu bisa menggunakan pola asuh yang sesuai
dengan keadaan anaknya. Kemandirian anak tidak dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan orang tua akan tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain yaitu
faktor internal dan faktor eksternal yang bisa membentuk kemandirian anak dalam
keluarga dan tingkat pendidikan orang tua tidak termasuk dalam faktor-faktor
tersebut. Hal ini sama dengan pendapatnya soetjiningsih bahwa kemandirian anak

90

usia prasekolah dipengaruh oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal, faktor internal yaitu faktor yang ada di dalam diri anak tersebut seperti
emosi dan intelektual. Faktor emosi ini ditunjukkan dengan kemampuan
mengontrol emosi dan tidak terganggunya tidak terganggunya kebutuhan emosi
anak dan orang tua. Faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar dari anak
tersebut seperti lingkungan, rasa cinta dan kasih sayang, pola asuh orang tua
dalam keluarga, dan pengalaman dalam kehidupan.
3. Kecenderungan Pola Asuh terhadap Kemandirian Anak dalam Keluarga
Terdapat 3 orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter anaknya tidak
mandiri, 2 orang tua menggunakan pola asuh permisif anaknya tidak mandiri dan
12 orang tua menggunakan pola asuh demokratif anaknya mandiri. Terdapat 10
orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter anaknya tidak mandiri, 7 orang
tua yang menggunakan pola asuh permisif anaknya kurang mandiri dan 44 orang
tua menggunakan pola asuh demokratif anaknya kurang mandiri. Terdapat 0 orang
tua yang menggunakan pola asuh otoriter anaknya mandiri, terdapat 0 orang tua
yang menggunakan pola asuh permisif anaknya mandiri dan 7 orang tua yang
menggunakan pola asuh demokratif anaknya mandiri. Berdasarkan analisis
korelasi spearman bahwa pola asuh tidak mempunyai hubungan yang signifikan
terhadap kemandirian anak dalam keluarga. Hal ini berdasarkan nilai sig. sebesar
0,165 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka dapat dikatakan bahwa pola
asuh tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kemandirian anak dalam
keluarga.

91

Hasil penelitian yang disusun oleh peneliti menunjukkan bahwa pola
asuh orang tua ada korelasi terhadap kemandirian anak dalam keluarga, yaitu
apabila orang tua memberikan pola asuh yang tepat dan sesuai dengan keadaan
anak dan umur anak maka hal tersebut akan menciptakan sikap anak yang sesuai
dengan yang diinginkan oleh orang tua salah satunya yaitu sikap mandiri anak.
Hal ini sesuai dengan deskripsi teori dari Novan Ardy bahwa pembentukam
karakter kemandirian tidak lepas dari peran orang tua dan pengasuhan yang baik
yang diberikan orang tua terhadap anaknya. Serta sesuai dengan deskripsi teori
dari Prasetyo dan Sutoyo bahwa pengasuhan yang diberikan orang tua juga turut
membentuk kemandirian seseorang, toleransi yang berlebihan dan pemeliharaan
yang berlebihan dan orang tua yang terlalu keras kepada anak menghambat
pencapaian kemandiriannya. Penelitian yang dilakukan oleh Heni Purwaningsih
ini bertujuan untuk mengetahui ada apa tidaknya hubungan antara perhatian orang
tua dan konsep diri dengan kemandirian belajar pada siswa SMU Karangmojo
Gunung Kidul. Penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan
antara perhatian orang tua dan konsep diri dengan kemandirian belajar pada siswa
di SMA Karangmojo Gunungkidul tahun ajaran 1995/1996.

92

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat pendidikan orang tua cenderung menggunakan pola asuh
demokratif baik dari orang tua yang berpendidikan SD sampai Perguruan
Tinggi dan tingkat pendidikan orang tua mempunyai hubungan dengan pola
asuh akan tetapi hubungannya lemah.
2. Tingkat pendidikan orang tua cenderung tidak mempunyai hubungan
dengan kemandirian anak dalam keluarga..
3. Pola asuh demokratif cenderung belum mewarnai kemandirian anak, hanya
sebagian kecil dan pola asuh tidak mempunyai hubungan dengan
kemandirian anak dalam keluarga.
B. Saran
Dari hasil penelitian di atas maka pola asuh ternyata memberikan
pengaruh dalam pembentukkan sikap kemandirian pada anak di dalam keluarga,
maka disarankan :
1. Bagi Orang Tua
Orang tua diharapkan dapat memberikan pola asuh yang tepat yang
disesuaikan dengan usia, dan kondisi dari anak-anak baik kondisi fisik
maupun psikis dari masing-masing anak. Karena tiap anak memiliki kondisi
yang berbeda baik dari segi fisik maupun psikis.

2. Bagi Guru
93

Bagi guru bisa diharapkan dapat membuat program parenting untuk para
orang tua murid terkait pendidikan untuk orang tua supaya para orang tua
lebih mengerti dan memahami bagaimana menjadi orang tua yang baik
untuk anak-anak di rumah dan guru bisa membuat

kegiatan-kegiatan

disetiap pembelajaran sehari-hari disekolah untuk menanamkan sikap
mandiri di sekolah membantu anak untuk melakukan semuanya secara
mandiri disesuaikan dengan umur anak didik tersebut.

94