Perkembangan ekonomi terhadap P docx
Perkembangan ekonomi,politik,
keuangan pada
awal kemerdekaan
JUL 3
Posted by Pak RM
A. KONDISI EKONOMI INDONESIA AWAL KEMERDEKAAN
Keadaan ekonomi Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang dan pada awal berdirinya Republik
Indonesia sangat kacau dan sulit. Latar belakang keadaan yang kacau tersebut disebabkan
karena :
1.
Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang baik, dimana
belum ada pejabat khusus yang bertugas untuk menangani perekonomian Indonesia.
2.
Sebagai negara baru Indonesia belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur
ekonomi keuangan yang mantap.
3. Tinggalan pemerintah pendudukan Jepang dimana ekonomi saat pendudukan Jepang
memang sudah buruk akibat pengeluaran pembiayaan perang Jepang. Membuat
pemerintah baru Indonesia agak sulit untuk bangkit dari keterpurukan.
4. Kondisi keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering terjadinya
pergantian kabinet, dimana hal tersebut mendukung ketidakstabilan ekonomi.
5. Politik keuangan yang berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna menekan
pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan untuk menghancurkan ekonomi nasional.
6.
Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdeaan Indonesia dan masih terus
melakukan pergolakan politik yang menghambat langkah kebijakan pemerintah dalam
bidang ekonomi.
Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah sebagai
berikut :
Terjadi Inflasi yang sangat tinggi
Inflasi tersebut dapat terjadi disebabakan karena :
– Beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali (pada
bulan Agustus 1945 mencapai 1,6 Milyar yang beredar di Jawa sedangkan secara umum
uang yang beredar di masyarakat mencapai 4 milyar).
– Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari bank-bank
yang berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gaji pegawai yanh jumlahnya mencapai
2,3 milyar.
– Repubik Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri sehingga pemerintah tidak
dapat menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang tidak berlaku.
Inflasi terjadi karena di satu sisi tidak terkendalinya peredaran uang yang dikeluarkan
pemerintah Jepang di sisi lain ketersediaan barang menipis bahkan langka di beberapa
daerah. Kelangkaan ini terjadi akibat adanya blokade ekonomi oleh Belanda. Uang Jepang
yang beredarsangat tinggi sedangkan kemampuan ekonomi untuk menyerap uang tersebut
masih sangat rendah.
Karena inflasi ini kelompok yang paling menderita adalah para petani sebab pada masa
pendudukan Jepang petani merupakan produsen yang paling banyak menyimpan mata uang
Jepang. Hasil pertanian mereka tidak dapat dijual, sementara nilai tukar mata uang yang
mereka miliki sangat rendah.
Pemerintah Indonesia yang baru saja berdiri tidak mampu mengendalikan dan
menghentikan peredaran mata uang Jepang tersebut sebab Indonesia belum memiliki mata
uang baru sebagai penggantinya. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk sementara
waktu menyatakan ada 3 mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu:
1. Mata uang De Javasche Bank
2. Mata uang pemerintah Hindia Belanda
3. Mata uang pendudukan Jepang
Keadaan tersebut diperparah dengan diberlakukannya uang NICA di daerah yang diduduki
sekutu pada tanggal 6 Maret 1946 oleh Panglima AFNEI yang baru (Letnan Jenderal Sir
Montagu Stopford). Uang NICA ini dimaksudkan untuk menggantikan uang Jepang yang
nilainya sudah sangat turun saat itu. Upaya sekutu tersebut merupakan salah satu bentuk
pelangaran kesepakatan yaitu bahwa selama belum ada penyelesaian politik mengenai
status Indonesia, maka tidak ada mata uang baru.
Karena tindakan sekutu tersebut maka pemerintah Indonesia pun mengeluarkan uang kertas
baru yaituOeang Republik Indonesia (ORI) sebagai pengganti uang Jepang.
2. Adanya Blokade ekonomi dari Belanda
Blokade oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) pintu keluar-masuk
perdagangan RI terutama melalui jalur laut dan pelabuhan-pelabuhan penting. Blokade ini
dilakukan mulai bulan November 1945. Adapun alasan dari pemerintah Belanda melakukan
blokade ini adalah :
1.
Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
2.
Mencegah kelurnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya.
3.
Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh bangsa
lain.
Dengan adanya blokade tersebut menyebabkan:
1. Barang-barang ekspor RI terlambat terkirim.
2. Barang-barang dagangan milik Indonesia tidak dapat di ekspor bahkan banyak
barang-barang ekspor Indonesia yang dibumi hanguskan.
3. Indonesia kekurangan barang-barang import yang sangat dibutuhkan.
4. Inflasi semakin tak terkendali sehingga rakyat menjadi gelisah.
Tujuan/harapan Belanda dengan blokade ini adalah:
– Agar ekonomi Indonesia mengalami kekacauan
– Agar terjadi kerusuhan sosial karena rakyat tidak percaya kepada pemerintah Indonesia,
sehingga pemerintah Belanda dapat dengan mudah mengembalikan eksistensinya.
– Untuk menekan Indonesia dengan harapan bisa dikuasai kembali oleh Belanda.
3. Kekosongan kas Negara
Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnya belum ada
sementara pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah hanya
bergantung kepada produksi pertanian. Karena dukungan dari bidang pertanian inilah
pemerintah Indonesia masih bertahan, sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.
B. UPAYA MENGATASI BLOKADE EKONOMI BELANDA (NICA)
Upaya pemerintah untuk keluar dari masalah blokade tersebut adalah sebagai berikut.
1. Usaha bersifat politis, yaitu Diplomasi Beras ke India
Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu pemerintah India yang sedang ditimpa
bahaya kelaparan dengan mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga sangat rendah.
Pemerintah melakukan hal ini sebab akibat blokade oleh Belanda maka hasil panen
Indonesia yang melimpah tidak dapat dijual keluar negeri sehingga pemerintah berani
memperkirakan bahwa pada pada musim panen 1946 akan diperoleh suplai hasil panen
sebesar 200.000 sampai 400.000 ton. Sebagai imbalannya pemerintah India bersedia
mengirimkan bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia pada saat itu.
Saat itu Indonesia tidak memikirkan harga karena yang penting adalah dukungan dari
negara lain yang sangat diperlukan dalam perjuangan diplomatik dalam forum internasional.
Adapun keuntungan politis yang diperoleh Indonesia dengan adanya kerjasama dengan
India ini adalah Indonesia mendapatkan dukungan aktif dari India secara diplomatik
atas perjuangan Indonesia di forum internasional.
2. Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri
Membuka hubungan dagang langsung ke luar negeri dilakukan oleh pihak pemerintah
maupun pihak swasta. Usaha tersebut antara lain :
Mengadakan kontak dagang dengan perusahaan swasta Amerika (Isbrantsen Inc.). Tujuan
dari kontak ini adalah membuka jalur diplomatis ke berbagai negara. Dimana usaha tersebut
dirintis oleh BTC (Banking and Trading Corporation) atau Perseroan Bank dan
Perdagangan, suatu badan perdagangan semi-pemerintah yang membantu usaha ekonomi
pemerintah, dipimpin oleh Sumitro Djojohadikusumo dan Ong Eng Die. Hasil transaksi
pertama dari kerjasama tersebut adalah Amerika bersedia membeli barang-barang ekspor
Indonesia seperti gula, karet, teh, dan lain-lain. Tetapi selanjutnya kapal Amerika yang
mengangkut barang pesanan RI dan akan memuat barang ekspor dari RI dicegat dan
seluruh muatannya disita oleh kapal Angkatan Laut Belanda.
Karena blokade Belanda di Jawa terlalu kuat maka usaha diarahkan untuk menembus
blokade ekonomi Belanda di Sumatera dengan tujuan Malaysia dan Singapura.
Usaha tersebut dilakukan sejak 1946 sampai akhir masa perang kemerdekaan. Pelaksanaan
ini dibantu oleh Angkatan laut RI serta pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor.
Karena perairan di Sumatra sangatlah luas, maka pihak Belanda tidak mampu melakukan
pengawasan secara ketat. Hasilnya Indonesia berhasil menyelundupkan karet yang
mencapai puluhan ribu ton dari Sumatera ke luar negeri, terutama ke Singapura. Dan
Indonesia berhasil memperoleh senjata, obat-obatan dan barang-barang lain yang
dibutuhkan.
Pemerintah RI pada 1947 membentuk perwakilan resmi di Singapura yang diberi
nama Indonesian Office (Indof). Secra resmi badan ini merupakan badan yang
memperjuangkan kepentingan politik di luar negeri, namun secara rahasia berusaha
menembus blokade ekonomi Belanda dengan melakukan perdagangan barter. Diharapkan
dengan upaya ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Selain itu juga
berperan sebagai perantara dengan pedagang Singapura dan mengusahakan pengadaan
kapal-kapal yang diperlukan.
Dibentuk perwakilan kemetrian pertahanan di luar negeri yaitu Kementrian Pertahanan
Urusan Luar Negeri (KPULN) yang dipimpin oleh Ali Jayengprawiro. Tugas pokok badan ini
adalah membeli senjata dan perlengkapan angkatan perang.
C. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN MENGHADAPI BURUKNYA KONDISI EKONOMI
INDONESIA
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kondisi ekonominya mulai dilakukan
sejak Februari 1946, adalah sebagai berikut.
1) Konferensi Ekonomi Februari 1946
Konferensi ini dihadiri oleh para cendekiawan, gubernur, dan pejabat lainnya yang
bertanggungjawab langsung mengenai masalah ekonomi di Jawa, yang dipimpin oleh
Menteri Kemakmuran (Darmawan Mangunkusumo). Tujuan Konferensi ini adalah untuk
memperoleh kesepakatan dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang
mendesak, seperti :
Masalah produksi dan distribusi makanan
Tercapai kesepakatan bahwa sistem autarki lokal sebagai kelanjutan dari sistem ekonomi
perang Jepang, secara berangsur-angsur akan dihapukan dan diganti dengan sistem
desentralisasi.
Masalah sandang
Disepakati bahwa Badan Pengawasan Makanan Rakyat diganti dengan Badan
Persediaan dan Pembagian Makanan (BPPM) yang bertujuan untuk mengatasi
kesengsaraan rakyat Indonesia. Badan ini dipimpin oleh Sudarsono dibawah pengawasan
Kementrian Kemakmuran. BPPM dapat dianggap sebagai awal dari terbentuknya Badan
Urusan Logistik (Bulog). Sementara itu tujuan dibentuk Bulog (Februari 1946) untuk
melarang pengiriman bahan makanan antar karisidenan
Status dan Administrasi perkebunan-perkebunan
Keputusannya adalah semua perkebunan dikuasai oleh negara dengan sistem sentralisasi di
bawah kementrian Kemakmuran. Sehingga diharapkan pendapatan negara dapat bertambah
secara signifikan dengan nasionalisasi pabrik gula dan perkebunan tebu.
Konferensi kedua di Solo, 6 Mei 1946 membahas mengenai masalah program ekonomi
pemerintah, masalah keuangan negara, pengendalian harga, distribusi, dan alokasi tenaga
manusia. Wapres Moh. Hatta mengusulkan mengenai rehabilitasi pabrik gula, dimana gula
merupakan bahan ekspor penting sehingga harus dikuasai oleh negara. Untuk
merealisasikan keinginan tersebut maka pada 6 Juni 1946 dibentuk Perusahaan
Perkebunan Negara (PPN).
2) Pinjaman Nasional
Program ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan (Surachman) dengan persetujuan
BP-KNIP. Untuk mendukung program tersebut maka dibuat Bank Tabungan Pos, bank
ini berguna untuk penyaluran pinjaman nasional untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat Indonesia kepada pemerintahan. Selain itu, pemerintah juga menunjuk
rumah gadai untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan jangka waktu
pengembalian selama 40 tahun. Tujuannya untuk mengumpulkan dana masyarakat bagi
kepentingan perjuangan, sekaligus untuk menanamkan kepercayaan rakyat pada
pemerintah RI.
Rakyat dapat meminjam jika rakyat mau menyetor uang ke Bank Tabungan Pos dan rumahrumah pegadaian. Usaha ini mendapat respon yang besar dari rakyat terbukti dengan besar
pinjaman yang ditawarkan pada bulan Juli 1946 sebesar Rp. 1.000.000.000,00 , pada tahun
pertama berhasil dikumpulkan uang sejumlah Rp. 500.000.000,00. Kesuksesan yang dicapai
menunjukkan besarnya dukungan dan kepercayaan rakyat kepada Pemerintah RI.
3) Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947.
Badan ini dibentuk atas usul dari menteri kemakmuran AK. Gani. Badan ini merupakan
badan tetap yang bertugas membuat rencana pembangunan ekonomi untuk jangka waktu 2
sampai 3 tahun yang akhirnya disepakati Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun.
Rencana Pembangunan 10 tahun tersebut adalah sebagai berikut.
Semua bangunan umum, perkebunan, dan industri yang telah ada sebelum perang
menjadi milik negara, yang baru terlaksana tahun 1957.
Bangunan umum vital milik asing dinasionalisasikan dengan pembayaran ganti rugi
Perusahaan milik Jepang akan disita sebagai ganti rugi terhadap RI.
Perusahaan modal asing lainnya dikembalikan kepada yang berhak sesudah
diadakan perjanjian Republik Indonesia dengan Belanda.
Badan ini bertujuan untuk menasionalisasikan semua cabang produksi yang telah ada
dengan mengubah ke dalam bentuk badan hukum. Hal ini dilakukan dengan harapan agar
Indonesia dapat menggunakan semua cabang produksi secara maksimal dan kuat di mata
hukum internasional. Pendanaan untuk Rencana Pembangunan ini terbuka baik bagi
pemodal dalam negeri maupun pemodal asing.
Inti rencana ini adalah agar Indonesia membuka diri terhadap penanaman modal asing dan
melakukan pinjaman baik ke dalam maupun ke luar negeri.
Untuk membiayai rencana pembangunan ekonomi tersebut pemerintah membuka diri
terhadap penanaman modal asing, mengerahkan dana masyarakat melalui pinjaman
nasional, melalui tabungan masyarakat, serta melibatkan badan-badan swasta dalam
pembangunan ekonomi. Dan untuk menampung dana tersebut dibentuk Bank
Pembangunan. Perusahaan patungan (merger) diperkenankan berdiri sementara itu tanah
partikelir dihapuskan.
Perkembangannya April 1947 badan ini diperluas menjadi Panitia Pemikir Siasat
Ekonomi yang bertugas mempelajari, mengumpulkan data, dan memberikan saran kepada
pemerintah dalam merencanakan pembangunan ekonomi dan dalam rangka melakukan
perundingan dengan pihak Belanda. Rencana tersebut belum berhasil dilaksanakan dengan
baik karena situasi politik dan militer yang tidak memungkinkan, yaitu Agresi Militer
Belanda I dan Perjanjian Linggarjati yang menyebabkan sebagian besar wilayah
Indonesia yang memiliki potensi ekonomi jatuh ke tangan Belanda dan yang tersisa
sebagian besar tergolong sebagai daerah miskin dan berpenduduk padat (Sumatera dan
Jawa). Hal tersebut ditambah dengan adanya Pemberontakan PKI dan Agresi mIliter Belanda
II yang mengakibatkan kesulitan ekonomi semakin memuncak.
4) Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948
Program ini bertujuan untuk mengurangi beban negara dalam bidang ekonomi, selain
meningkatkan efisiensi. Rasionalisasi meliputi penyempurnaan administrasi negara,
angkatan perang, dan aparat ekonomi. Sejumlah angkatan perang dikurangi secara drastis
untuk mengurangi beban negara di bidang ekonomi dan meningkatkan effisiensi angkatan
perang dengan menyalurkan para bekas prajurit pada bidang-bidang produktif dan diurus
oleh kementrian Pembangunan dan Pemuda. Rasionalisasi yang diusulkan oleh Mohammad
Hatta diikuti dengan intensifikasi pertanian, penanaman bibit unggul, dan peningkatan
peternakan.
5) Rencana Kasimo (Kasimo Plan)
Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J.Kasimo. Program ini
berupa Rencana Produksi Tiga tahun (1948-1950) mengenai usaha swasembada pangan
dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Inti dari Kasimo Plan adalah untuk
meningkatkan kehidupan rakyat dengan meningkatkan produksi bahan pangan. Rencana
Kasimo ini adalah :
1.
Menanami tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 281.277 HA
2.
Melakukan intensifikasi di Jawa dengan menanam bibit unggul
3.
Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi
pangan.
4.
Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit
5.
Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera dalam
jangka waktu 10-15 tahun.
6.
6) Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)
Organisasi yang dipimpin B.R Motik ini bertujuan untuk :
1. Menggiatkan kembali partisipasi pengusaha swasta, agar pengusaha swasta
memperkuat persatuan dan mengembangkan perekonomian nasional.
2. Menggalang dan Melenyapkan individualisasi di kalangan organisasi pedagang
sehingga dapat memperkokoh ketahanan ekonomi bangsa Indonesia.
Meskipun usaha PTE didukung pemerintah dan melibatkan dukungan dari pemerintah
daerah namun perkembangannya PTE tidak dapat berjalan baik dan hanya mampu didirikan
Bank PTE di Yogyakarta dengan modal awal Rp. 5.000.000,00. Kegiatan ini semakin
mengalami kemunduran akibat Agresi Militer Belanda.
Selain PTE, perdagangan swasta lainnya juga membantu usaha ekonomi pemerintah
adalah Banking and Trading Corporation (Perseroan Bank dan Perdagangan).
Mengaktifkan kembali Gabungan Perusahaan Perindustrian dan Perusahaan Penting, Pusat
Tembakau Indonesia, Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh (GASIDA) dalam rangka
memperbaiki ekonomi Indonesia.
7) Oeang Republik Indonesia (ORI)
Melarang digunakan mata uang NICA dan yang lainnya serta hanya boleh
menggunakan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) dikeluarkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia berdasarkanUU No. 17 tahun 1946 yang dikeluarkan pada tanggal 1 Oktober
1946. Mengenai pertukaran uang Rupiah Jepang diatur berdasarkan UU No. 19 tahun
1946 tanggal 25 Oktober 1946. Tanggal 25 Oktoberselanjutnya dijadikan sebagai hari
keuangan. Adapun kebijakan penyetaraan mata uang adalah sebagai berikut:
1.
Di Jawa, Lima puluh rupiah (Rp. 50,00) uang Jepang disamakan dengan satu ruapiah
(Rp. 100,00) ORI dengan perbandingan 1:5.
2.
Di Luar Jawa dan Madura, Seratus rupiah (Rp. 100,00) uang Jepang sama dengan
satu rupiah(Rp. 1,00) ORI dengan perbandingan 1:10.
3.
Setiap sepuluh rupiah (Rp. 10,00) ORI bernilai sama dengan emas murni seberat 5
gram.
Mengenai pengaturan nilai tukar uang ORI dengan valuta asing (nilai kurs mata uang ORI di
pasar valuta asing) sebenarnya dipegang oleh Bank Negara yang sebelumnya telah dirintis
bentuk prototipenya yaitu dengan pembentukan Bank Rakyat Indonesia (Shomin Ginko).
Namun tugas tersebut pada akhirnya dijalankan oleh Bank Negara Indonesia (Bank
Negara Indonesia 1946) yang dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank ini
merupakan bank umum milik pemerintah yang tujuan awal didirikannya adalah untuk
melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi dan keuangan.BNI didirikan
pada 1 November 1946.
Meskipun begitu usaha pemerintah untuk menjadikan ORI sebagai satu-satunya mata uang
nasional tidak tercapai karena terpecah-pecahnya wilayah RI akibat perundingan IndonesiaBelanda. Sehingga di beberapa daerah mengeluarkan mata uang sendiri, yang berbeda
dengan ORI, seperti URIPS (Uang Republik Propinsi Sumatera) di Sumatera, URIBA (Uang
Republik Indonesia Baru) di Aceh, URIDAB (Uang Republik Indonesia Banten) di Banten dan
Palembang. Upaya-upaya pemerintah Indonesia tersebut dilakukan dalam upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia meskipun Belanda masih belum pergi dari
Indonesia.
PERKEMBANGAN EKONOMI DAN POLITIK
PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN
A. KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA SAMPAI
TAHUN 1950
1.BIDANG EKONOMI
Kondisi ekonomi indonesia pada awal kemerdekaan pada akhir
pendudukan Jepang dan masa awal berdirinya Republik Indonesia, keadaan
ekonomi Indonesia sangat kacau. Inflasi yang sangat parah menimpa negara
Republik Indonesia yang baru berusia beberapa bulan.inflasi terjadi karena mata
uang penduduk Jepang beredar secara tidak terkendali.
Dalam perekonomian negara yang semakin memburuk, Pemerintah
Reublik Indonesia tidak dapat menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang
tidak berlaku.sebaliknya,penguaran negara semakin bertambah.menghadapi
situasi demi kian,Pemerintah menggambil kebijakan tertentu dalam menyatakan
bahwa mata uang masih tetap belaku sebagai pembayaran yang sah di wilayah
Republik Indonesia .
Inflasi menimbulkan peneritaan hidup yang cukup berat bagi bangsa
Indonesia, terutama di kalangan petani .akibatnya, barang-barang dagang milik
Pemerintahan epublik Indonesia tidak dapat di ekspor.
Alasan pihak belanda melakukan blokade adalah sebagai berikut.
Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
Mencegah keluarnya hasil-hasil perkebunan militer Belanda dan milik pengusaha
asing.
Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan dan perbuata-perbuatan
yang dilakukan oleh bukan bangsa Indonesia.
Tujuan blokade-blokede ini adalah untuk menjatuhkan Republik Indonesia yang
baru berdiri dengan senjata ekonomi. Perekonomian bangsa indonesiapin
memburuk.namun,kekacauan ekonomi semakin bertambah dengan munculnya
mata uang NICA mengantikan mata uang Jepang. Untuk itu, Pemerintahan
Republik Indonesia menempuh usaha-usaha sebagai berikut.
A. Usaha yang bersifat politis
Pemerintahan Republik Indonesia bersedia membantu india yang sedang di timpa
kelaparan dengan mengirim 500.000 ton beras.sebagai imbalannya,pemerintah
india menjanjikan mengirimkan bahan pakaiyan yang sangat di buruhkan oleh
rakyat indonesia .
B. Usaha bersifat ekonomis
Pemerintah mengadakan hubungan dagang langsung dengan piha luar
negri.usaha itu di rintis oleh bangking and trading corparation (BTC).
Tugas pokok badan ini adalah untuk membeli senjata dan perlengkapan angkatan
perang serta usaha untuk memasukkannya ke Indonesia.
Pemikiran Mengenai Ketahanan Ekonomi pada awalnya perekonomian republik
Indonesia mengalami kekacauan akibat pendudukan Jepang. Tujuan konfrensi
ekonomi adalah mencari kesepakatan untuk menangulangi maslah-maslah
ekonomi yang sangat mendesak yang di hadapi oleh pemerintah .masalah-maslah
itu adalah sebagai berikut.
Masalah produksi dan distribusi bahan makanan.
Masalah sandang.
Setatus dan administrasi perkebunan-perkebunan .
Pada tanggal 19 januari 1947 atas inisiatif mentri kemakmuran,Dr.A.K.Gani di
bentuk badan perancang ekonomi (planning board). Rencana yang di kemukakan
sebagai langkah pertama adalah sebagi berikut;
Semua bangunan umum,perkebunan,dan indudtri yang telah ada sebelum perang
menjadi milik negara. Hal ini baru terlaksana pada tahun 1957.
Bangunan umum fital milik asing dinasiolisasikan dgan pmbayaran ganti rugi.
Perusahaan milik jepang akan di sita sebagai ganti rugi terhadap Ri.
Melalui mentri urusan bahan makanan,kasimo, di turunkan rencana produksi tiga
tahun(1948-1950) yang terkenal dengan sebutan plan kasimo. Plan kasimo adalah
usaha swasembada pangan dengan petunjuk pelaksanaan yang praktis.kasimo
juga menyarankan agar di laksanakan transmigrasi.
2. Bidang Birokrasi
Dalam pengertian umum,birokrasi merupakan kekuasaan kantor.Dalam
hal ini birokrasi dapat di artikan organisasi pemerintahan, melalui kantor-kantor
yang di bentuknya sehingga pemerintah indonesia dapat menjalankan roda
pemerintahan.
a. Pembagian wilayah republik indonesia
Dalam upaya mempermudah dan memperlancar pelaksanaan birokrasi
pemerintahan,panitia kecil memutuskan bahwa wilayah negara republik indonesia
di bagi menjadi 8 provinsi dan masing-masing di pimpin oleh Gubernur , antara
lain.
1.
2.
3.
4.
5.
Sumatera
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Sunda Kecil
(Nusa Tengara)
6. Maluku
7. Sulawesi
8. Kalimantan
b.
:
:
:
:
:
:
:
:
Tengku Mohammad Hasan
Sutarjo Karthohadikusumo
R.Panji Suruso
R.M.Suryo
Mr.I Gusti Kentut Puja
Mr. J. Latuharhary
Dr.G.S.S.J. Ratulangi
Ir. Pangeran Mohammad Noor
Pembentukan Komie Nasional
Pada tanggal 22 Agustus 1945 di bentuk KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)
yang anggota-anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah yang berada di jakarta.
Pelantikan sebagai anggota KNIP di lakukan pada tanggal 29 Agustus 1945, di
Gedung Kesenian Pasar Baru, Jakarta.
c. Pembentukan Dapartemen Dan Penunjukan Para Menteri
Tugas-tugas negara yang sangat kompleks, Tidaklah mungkin dapat ditangani
oleh seorag presiden saja.pada tanggal 19 agustus 1945 terbentuk kabinet
indonesia pertama yang berbentuk kabinet presidensil di pimpin langsung oleh
presiden RI. Tampak di deretan depan (dari kiri ke kanan ).
Perkembangan ekonomi,Politik &
Keuangan pada awal kemerdekaan
1. Bidang Ekonomi
Pada masa pasca proklamasi kemerdekaan, keadaan perekonomian Indonesia mengalami kondisi yang
cukup terpuruk dengan terjadinya inflasi dan pemerintah tidak sanggup mengontrol mata uang asing
yang beredar di Indonesia, terutama mata uang Jepang dan mata uang Belanda, keadaan kas Negara dan
bea cukai dalam keadaan nihil, begitu juga dengan pajak.
Oleh karena itu dengan sangat terpaksa pemerintah Indonesia menetapkan tiga mata uang sekaligus
yaitu mata uang de javasche Bank , mata uang Hindia Belanda dan mata uang pemerintahan Jepang.
Pemerintah Indonesia juga mengambil tindakan lain yaitu menasionalisasikan de javasche bank, KLM,
KPM, dan perkebunan – perkebunan asing milik swasta asing, serta mencari pinjaman dana dari luar
negeri seperti Amerika, tetapi semua itu tidak memberikan hasil yang berarti dikarenakan adanya
blokade ekonomi oleh Belanda dengan menutup akses ekspor impor yang mengakibatkan negara merugi
sebesar 200.000.000,00.
Banyak peristiwa yang mengakibatkan defisitnya keuangan negara salah satunya adalah perang yang
dilancarkan sekutu dan NICA. Usaha- usaha lain yang dilakukan oleh pemerintah RI untuk mengatasi
masalah ekonomi adalah menyelenggarakan konferensi ekonomi pada bulan februari tahun 1946.
Agenda utamanya adalah usaha peningkatan produksi pangan dan cara pendistribusiannya, masalah
sandang, serta status dan administrasi perkebunan milik swasta asing.
2. Bidang Politik
Kondisi dunia politik bangsa Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan, banyak sekali mengalami
perubahan dan pembaharuan di segala aspek. Sebagian besar melakukan pembenahan di dalam tubuh
pemerintahan yang mana sebelumnya dipimpin oleh bangsa jepang yang menduduki bangsa Indonesia
setelah Belanda. Pertama-tama melakukan rapat PPKI yang dilaksanakan pada tanggal 18 agustus 1945.
Agenda pertama adalah menunjuk presiden dan wakil presidenserta mengesahkan dasar negara yaitu
UUD Negara. Kemudian rapat terus berlanjut dengan agenda –agenda yang lebih luas yaitu
pembentukan alat-alat perlengkapan negara seperti Komite Nasional, Kabinet Pertama RI, pembagian
wilayah RI atas 8 Propinsi beserta pada gubernurnya, penetapan PNI sebagai satu-satunya partai politik
di Indonesia, pembentukan BKR/TKR, dan lain-lain. Tetapi banyaknya hambatan dan kurangnya
pengalaman dalam perjalanan pembangunan yang akan dihadapi, maka jalannya pemerintahan menjadi
tersendat dan tidak seluruhnya sesuai rencana dan cita-cita yang telah di canangkan.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa setelah Jepang menyerah terhadap
Sekutu, Tentara Inggris ditugaskan di Indonesia untuk menerima penyerahan
kekuasaan dari tangan Jepang. Sebelum tugas itu dilaksanakan, antara Inggris dan
Belanda, sesama anggota Sekutu, pada tanggal 24 Agustus 1945 disuatu tempat
dekat London, terjadi penandatanganan suatu Civil Affairs Agreements yang isinya
bahwa Inggris akan membantu Belanda untuk mengembalikan kekuasaannya di
Indonesia. Dalam era baru itu Belanda berpegang pada pidato Ratu Wilhelmina
tanggal 7 Desember 1942 yang isinya antara lain bahwa Indonesia dijadikan
negara commonwealth yang berbentuk federal.
Setelah Jakarta dikuasai oleh Belanda, untuk menciptakan suatu daerah yang
aman, Belanda memperluas daerah kekuasaannya ke arah barat. Tangerang
sebagai pintu gerbang barat bagi Jakarta dan Gerbang Timur bagi Banten,
dikuasai pada akhir bulan Mei 1946, sedangkan Pemerintah Sipil Tangerang
mundur dan pindah ke Balaraja, sekitar 45 km disebelah timur kota Serang.
Sebelum itu, untuk mengepung kota Tangerang, Serpong yang ada di sebelah
selatan Tangerang, dikuasai lebih dahulu/ Pada pertengahan bulan Juni 1946
Curug Mauk dan Balaraja diserang Belanda. Disebelah Selatan untuk mengisolasi
Banten, Belanda menduduki Bogor dan kemudian Pelabuhan Ratu. Dengan
dikuasainya tempat=tempat tersebut, pintu-pintu keluar dan masuk ke Daerah
BantenTERTUTUP.
Agresi Militer Belanda pertama tanggal 21 Juli 1947 yang dilaksanakan serentak
ke seluruh Wilayah RI tidak menguasai Banten. Banten hanya didesak ke Barat dan
BLOKADE terhadap daerah ini diperketat. Ada beberapa kemungkinan mengapa
daerah paling ujung Jawa ini TIDAK DISERANG. Pertama, jika dilihat dari segi
ekonomi, Banten bukan daerah yang menguntunkan jika dikuasai. Kedua, dari segi
politik, Belanda sangat meragukan Banten apakah daerah itu setelah dikuasai
dapat dijadikan daerah yang berdiri sendiri diluar RI, mengingat kebencian rakyat
Banten terhadap Belanda. Tampaknya karena kedua hal tersebut, Belanda hanya
meng-isolasi daerah itu rapat-rapat yang tujuannya untuk melumpuhkannya.
Integrasi Banten dengan Pemerintah Pusat kembali mendapat gangguan, Banten
mau dipisahkan dari RI. Banten diblokade secara total agar menjadi lemah yang
tujuannya untuk melepaskan daerah itu dari Negara Kesatuan RI.
Isolasi terhadap Banten secara total dilakukan dengan mengadakan penjagaan
yang ketat di daerah garis demarkasi yang membujur dari Mauk disebelah utara ke
selatan sampai dipantai Lautan Hindia. Belanda juga melakukan blokade laut.
Perairan Selat Sunda diawasi dengan ketat. Setiap hari kapal perang Belanda
mondar-mandir didekat Pelabuhan Merak. Banten di-isolasi dan diblokade oleh
Belanda sehingga hubungan dari daerah itu kedaerah lain atau sebaliknya lewat
jalan darat sukar, termasuk hubungan dengan Pemerintah Pusat di Yogyakarta.
Hubungan Banten dengan Pemerintah Pusat dilakukan lewat selatan yakni Bayah.
Blokade ini mempunyai dampak yang luas terhadap kehidupan Rakyat Banten.
Akibat blokade, beberapa macam barang kebutuhan sehari-hari yang sebelumnya
didatangkan dari luar, sulit diperoleh dan kalau ada, harganya sangat mahal.
Keadaan ini merupakan UJIAN bagi Pemerintah Daerah Banten dan rakyatnya.
Untuk mengatasi kebutuhan hidup masyarakat, berbagai cara dilakukan, baik oleh
rakyat maupun Pemerintah Daerah Banten. Rakyat antara lain ada yang membuat
barang-barang tertentu dan menggunakan barang-barang lain sebagai pengganti.
Ada pula yang membeli beberapa jenis barang dari luar dengan cara-cara tertentu.
Pemerintah Daerah berusaha meningkatkan penghasilan daerah dengan berbagai
cara, seperti mengeluarkan aturan-aturan baik terhadap para pedagang maupun
masyarakat agar hasil-hasil daerah Banten digunakan sebaik-baiknya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, rakyat membuat barang-barang tertentu
sebagai pengganti, seperti bensin, garam, sabun, gula merah dan obat-obatan yang
mutunya lebih rendah. Untuk memenuhi kebutuhan akan bensin, di Silalangu, 6
km dari Stasiun Maja, diusahakan pembuatan bensin dari karet dengan proses
destilasi. Pembuatannya sangat sederhana, mula-mula latex karet dimasukan
kedalam drum tanpa menggunakan pengukur tekanan, uapnya dialirkan lewat pipa
yang berasal dari waterleiding. Untuk mendinginkan uap, pipa itu dimasukan
kedalam selokan dan pada ujung pipa ditempatkan sebuah drum untuk
menampung hasilnya yang berupa bensin. Selain di Silalangu ada tiga tempat lain
yang membuat bensin dari karet, seperti di onderneming Cibiuk yang diusahakan
oleh Soeleman.
Untuk memenuhi kebutuhan akan garam dapur, rakyat di sepanjang pantai Selat
Sunda dan Pantai Lautan Hindia membuat garam dengan cara pembuatan yang
sangat sederhana, yaitu dengan cara memasak air laut dalam drum yang
menghasilkan kristal garam yang licin dan keras. Untuk mencukupi kebutuhan
akan sabun cuci, orang menggunakan buah kelerak. Ada juga orang yang
mendirikan perusahaan sabun yang menggunakan peralatan sederhana.
Kebutuhan akan gula pasir dipenuhi dengan menggantinya dengan gula merah.
Kebutuhan akan obat-obatan dipenuhi dengan membuat sendiri beberapa jenis
obat, seperti obat batuk dibuat dari daun sirih, bubuk kina dibuat dari kulit kina
yang ada di daerah Jasinga, Obat buduk menggunakan salep belerang yang dibuat
dari belerang yang dicampur minyak kelapa sawit, Perban dibuat dari kulit pohon
pisang bagian dalam, Vaksin cacar dibuat oleh Dr. Satrio pejabat bagian kesehatan
Brigade Tirtayasa saat berkecamuk wabah cacar.
Atas bantuan Soerjo, Mantri cacar di Malingping, vaksin cacar dibuat. Soerjo
pernah membuat Vaksin di Lembaga Pasteur di Bandung. Untuk membuat vaksin
bahan bakunya adalah Vaksin Kering, Kerbau Muda atau Sapi dan Glycerinsebagai
bahan pencampur. Setalah bahan baku diperoleh dengan berbagai cara, vaksin
dibuat. Kerbau muda dimandikan sebersih-bersihnya, lalu dicukur bersih seluas
kurang lebih 40X30 cm, lalu dicuci ulang dengan sabun dan dibilas dengan air
matang agar kulitnya benar-benar bersih. Vaksin kering dicampur
denganglycerin kemudian digoreskan di kulit kerbau yang telah dibersihkan itu.
Setelah goresan kering, bekasnya ditutup dengan kain putih untuk melindunginya
dari lalat dan kotoran. Setelah tiga hari, bisul-bisul cacar tumbuh, lalu ditunggu
sampai mengerak. Bisul yang mengerak dikerok dari kulitnya setelah terlebih
dahulu kerbau itu disembelih. Kerak cacar itu lalu digiling dengan menggunakan
gilingan kopi yang terlebih dahulu direbus dalam air mendidih. Sambil digiling,
cairanglycerin dituangkan dan akhirnya menghasilkan adonan yang homogen dan
itulah vaksin cacar. (Madjiah, 1993:203-205).
Selain itu, ada yang menggunakan barang lain sebagai pengganti, seperti untuk
lampu penerangan orang menggunakan minyak kelapa dan biji-bijian yang
berminyak. Tekstil sangat kurang, sehingga orang banyak menggunakan karung
bagor sebagai pakaian. Orang membuat kemeja dari sarung polekat yang telah tua
lalu dicelup. Karena langkanya batu korek api, orang membuat api dengan
menggunakan batu titikan yang titik dengan sepotong kecil baja.
Usaha oleh Pemerintah Daerah Banten untuk mengatasi Blokade Belanda adalah
dengan mengeluarkan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pedagang dan
rakyat. Misalnya, peraturan tentang ekspor barang-barang agar para pedagang
setelah kembali mengekspor, harus membawa bahan pakaian dan alat-alat
kendaraan yang diperlukan oleh rakyat yang dibeli olehnya sebanyak 50% dari
harga barang yang diekspor. Peraturan itu ternyata tidak dipatuhi oleh seorang
pedagangpun.
Perlunya barang-barang yang cukup di Banten ditunjukkan juga dengan adanya
perdagangan barter antara Banten dan Jakarta yang dimulai pada bulan Mei 1948.
Dari Banten dibawa bahan-bahan mentah ke Jakarta, sebaliknya dari Jakarta
dibawa barang-barang tekstil. Sebagai langkah awal, perdagangan seperti itu
dimulai oleh pihak swasta.
Dilapangan moneter, karena Banten tidak menerima kiriman uang dari Pemerintah
Pusat, dicetak uang sendiri bernama “Uang Kertas Darurat Untuk Daerah
Banten” yang terkenal dengan sebutan URIDABS (Uang Republik Indonesia
Daerah Banten Sementara. Pengeluaran uang itu didasarkan pada jaminan adanya
tambang emas di Cikotok. Pembuatan mata uang itu dilakukan setelah Pemerintah
Daerah Banten tidak dapat membayar gaji pegawai karena tidak ada uang.
Promotor pembuat uang tersebut adalah Pembantu Gubernur Mr. Joesoep
Adiwinata dan R.Lumanauw, Kepala Kantor Inspeksi Keuangan Keresidenan
Banten, yang dipersiapkan semenjak bulan September 1947. Dengan
menggunakan peralatan yang sederhana pada bulan Desember 1947 beredar emisi
pertama yaitu pecahan Rp. 1,00, Rp.5,00, Rp. 10,00 dan Rp. 25,00. Kemudian pada
bulan Agustus 1948 keluar emisi kedua yaitu pecahan Rp, 50,00.
Wujud URIDABS sangat sederhana sehingga mudah dipalsukan. Pada pertengahan
tahun 1948 uang bernilai Rp. 25,00 dipalsukan oleh orang dari luar daerah Banten
dan uang palsu itu banyak beredar di masyarakat. Untuk mengatasinya dibentuk
Panitia Khusus yang mengadakan penelitian terhadap uang di pasar-pasar segera
dimusnahkan. Selain itu, Panitia juga melakukan pemeriksaan terhadap orangorang dari daerah pendudukan yang masuk ke daerah Banten. Mereka ditangkap
apabila diketahui membawa uang palsu. URIDABS asli terus bertambah. Akibatnya
Inflasi tidak dapat dihindari. Setelah Agresi Militer kedua, URIDABS dibekukan
sehingga keperluan rakyat sehari-hari dicukupi dengan jalan tukar menukar
barang (barter).
Sedikitnya jumlah barang dipasaran mengakibatkan harga barang-barang
terutama bahan makanan, semakin tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan
untuk memperbaiki keadaan perekonomian daerah, berbagai cara dilakukan.
Kalangan pedagang dan Jawatan Perdagangan membentuk “Majelis Perniagaan
Daerah Banten” yang usahanya antara lain dilapangan impor dan ekspor.
Sementara itu, mulai tanggal 5 Nopember 1948, Pemerintah ton Daerah memberi
izin kembali kepada pedagang-pedagang besar untuk membawa kopra sebanyak
50 ton luar daerah, asal ketika kembali mereka membawa barang-barang lain yang
dibutuhkan di Banten.
Cara lain yang dilakukan oleh Pemerintah daerah, agar hasil dari daerah itu tidak
banyak keluar adalah dikeluarkannya mulai pertengahan bulan Nopember 1948
aturan yang dituangkan dalam suatu peraturan yang menetapkan banyaknya
barang yang diperbolehkan dibawa keluar daerah Banten. Dalam Peraturan itu
ditetapkan bahwa setiap orang hanya dibolehkan membawa minyak kelapa tanah
dan lain sebagainya sebanyak satu liter. Untuk berbagai macam kacang, beras,
gula merah, gula pasir dan ikan kering setiap orang hanya diperbolehkan
membawa sebanyak satu kilogram. Untuk binatang ternak seperti ayam, itik,
bebek setiap orang hanya diperbolehkan membawa satu ekor. Pelanggaran
terhadap aturan itu akan diberi tindakan, yaitu barang-barang yang dibawa
dirampas dan orang yang membawanya ditawan. Jika orang, karena sesuatu hal
harus membawa barang-barang tersebut dalam jumlah yang melebihi ketentuan,
mereka wajib berhubungan dengan pihak yang berwajib, yaitu Jawatan
Kemakmuran.
Walaupun usaha Pemerintah Daerah untuk menyediakan bahan makanan berhasil,
namun harganya seperti beras terus meningkat. Tampaknya penyebabnya adalah
inflasi URIDABS, sehingga nilai mata uang itu menurun. Upah para pekerja ikut
meningkat, sehingga penghasilan mereka lebih tinggi daripada gaji pegawai
daerah yang berpangkat tinggi. Kehidupan para pegawai sungguh
memprihatinkan. Keadaan seperti ini tampaknya yang diinginkan oleh Belanda
untuk melemahkan Banten.
Blokade Total Belanda ternyata tidak menggoyahkan Banten untuk lepas dari
Negara Kesatuan RI. Kebencian Rakyat Banten terhadap Belanda benar-benar
ditunjukan. Banten tetap berintegrasi dengan Negara Kesatuan RI, bahkan dalam
keadaan sulit, Banten masih dapat membantu Pemerintah Pusat dengan batanganbatangan emas yang dihasilkan dari Cikotok.
Pada akhir pendudukan Jepang dan pada awal berdirinya Republik Indonesia
keadaan ekonomi Indonesia sangat kacau. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
1. Inflasi yang sangat tinggi (Hiper-Inflasi).
Penyebab terjadinya inflasi ini adalah beredarnya mata uang pendudukan Jepang
secara tak terkendali. Pada saat itu diperkirakan mata uang Jepang yang beredar
di masyarakat sebesar 4 milyar. Dari jumlah tersebut, yang beredar di Jawa saja,
diperkirakan sebesar 1,6 milyar. Jumlah itu kemudian bertambah ketika pasukan
Sekutu berhasil menduduki beberapa kota besar di Indonesia dan meguasai bankbank. Dari bank-bank itu Sekutu mengedarkan uang cadangan sebesar 2,3 milyar
untuk keperluan operasi mereka. Kelompok masyarakat yang paling menderita
akibat inflasi ini adalah petani. Hal itu disebabkan pada zaman pendudukan Jepang
petani adalah produsen yang paling banyak menyimpan mata-uang Jepang.
Pemerintah Republik Indonesia yang baru berdiri, tidak dapat menghentikan
peredaran mata uang Jepang tersebut, sebab negara RI belum memiliki mata-uang
baru sebagai penggantinya. Maka dari itu, untuk sementara waktu pemerintah RI
menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu :
a. mata-uang De Javasche Bank;
b. mata-uang pemerintah Hindia Belanda;
c. mata-uang pendudukan Jepang.
Pada saat kesulitan ekonomi menghimpit bangsa Indonesia, tanggal 6 Maret 1946,
Panglima AFNEI yang baru, Letnan Jenderal Sir Montagu
Stopfordmengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang diduduki
Sekutu. Uang NICA ini dimaksudkan sebagai pengganti uang Jepang yang nilainya
sudah sangat turun. Pemerintah melalui Perdana Menteri Syahrir memproses
tindakan tersebut. Karena hal itu berarti pihak Sekutu telah melanggar
persetujuan yang telah disepakati, yakni selama belum ada penyelesaian politik
mengenai status Indonesia, tidak akan ada mata uang baru.
Oleh karena itulah pada bulan Oktober 1946 Pemerintah RI, juga melakukan hal
yang sama yaitu mengeluarkan uang kertas baru
yaitu Oeang RepublikIndonesia (ORI) sebagai pengganti uang Jepang. Untuk
melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi dan keuangan,
pemerintah membentuk Bank Negara Indonesia pada tanggal 1 November 1946.
Bank Negara ini semula adalah Yayasan Pusat Bank yang didirikan pada bulan Juli
1946 dan dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank negara ini bertugas
mengatur nilai tukar ORI dengan valuta asing.
1. Diplomasi Beras ke India
Usaha ini lebih bersifat politis daripada ekonomis. Ketika terdengar berita bahwa
rakyat India sedang ditimpa bahaya kelaparan, pemerintah RI segera menyatakan
kesediaannya untuk membantu pemerintah India dengan mengirimkan 500.000 ton
beras, dengan harga sangat rendah. Pemerintah bersedia melakukan hal ini karena
diperkirakan pada musim panen tahun 1946 akan diperoleh surplus sebesar
200.000 sampai 400.000 ton.
Sebagai imbalannya pemerintah India menjanjikan akan mengirimkan bahan
pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia. Keuntungan politik yang
diperoleh oleh pemerintah RI adalah dalam forum internasional India adalah
negara Asia yang paling aktif membantu perjuangan kemerdekaan RI.
2. Mengadakan Hubungan Dagang Langsung ke Luar Negeri
Usaha untuk membuka hubungan langsung ke luar negeri, dilakukan oleh pihak
pemerintah maupun pihak swasta. Diantara usaha-usaha tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Mengadakan kontak hubungan dengan perusahaan swasta Amerika(Isbrantsen
Inc.). Usaha ini dirintis oleh BTC (Banking and Trading Corporation), suatu badan
perdagangan semi-pemerintah yang dipimpin oleh Dr. Sumitro
Djojohadikusumo dan Dr. Ong Eng Die. Dalam transaksi pertama pihak
Amerika Serikat bersedia membeli barang-barang ekspor dari Indonesia seperti
gula, karet, teh, dan sebagainya. Kapal Isbrantsen Inc. yang masuk ke pelabuhan
Cirebon adalah kapal Martin Behrmann yang mengangkut barang-barang pesanan
RI dan akan memuat barang-barang ekspor dari RI. Akan tetapi kapal itu dicegat
oleh kapal Angkatan Laut Belanda dan diseret ke pelabuhan Tanjung Priuk dan
seluruh muatannya disita.
b. Menembus blokade ekonomi Belanda di Sumatera dengan tujuan Singapura dan
Malaysia. Oleh karena jarak perairan yang relatif dekat, maka usaha ini dilakukan
dengan perahu layar dan kapal motor cepat. Usaha ini secara sistimatis dilakukan
sejak tahun 1946 sampai dengan akhir masa Perang Kemerdekaan. Pelaksanaan
penembusan blokade ini dilakukan oleh Angkatan Laut RI dengan dibantu oleh
pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor.
Sejak awal tahun 1947 pemerintah RI membentuk perwakilan resmi di Singapura
yang diberi nama Indonesia Office (Indoff). Secara resmi Indoff ini merupakan
badan yang memperjuangkan kepentingan politik di luar negeri, namun secara
rahasia juga berusaha menembus blokade dan usaha perdagangan barter.
Kementerian Pertahanan juga membentuk perwakilannya di luar negeri yang
disebut Kementerian Pertahanan Usaha Luar Negeri (KPLULN) yang dipimpin
oleh Ali Jayengprawiro. Tugas pokok badan ini adalah membeli senjata dan
perlengkapan Angkatan Perang. Sebagai pelaksana upaya menembus blokade ini
yang terkenal adalah John Lie, O.P. Koesno, Ibrahim Saleh dan Chris
Tampenawas. Selama tahun 1946 pelabuhan di Sumatera hanya Belawan yang
berhasil diduduki Belanda. Karena perairan di Sumatera sangatlah luas, maka
pihak Belanda tidak mampu melakukan pengawasan secara ketat. Hasil-hasil dari
Sumatera terutama karet yang berhasil diselundupkan ke luar negeri, utamanya ke
Singapura, mencapai jumlah puluhan ribu ton. Selama tahun 1946 saja barangbarang yang diterima oleh Singapura dari Sumatera seharga Straits $
20.000.000,-. Sedangkan yang berasal dari Jawa hanya Straits $ 1.000.000,-.
Sebaliknya barang-barang yang dikirim ke Sumatera dari Singapura
sehargaStraits $ 3.000.000,- dan dari Singapura ke Jawa seharga Straits $
2.000.000,-.
De Javasche Bank
KEADAAN EKONOMI INDONESIAPADA MASA AWAL
KEmERDEKAAN (1945) HINGGA 1950
A. KONDISI EKONOMI INDONESIA AWAL KEMERDEKAAN
Keadaan ekonomi Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang dan pada awal
berdirinya Republik Indonesia sangat kacau dan sulit. Latar belakang keadaan
yang kacau tersebut disebabkan karena :
Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang baik,
dimana belum ada pejabat khusus yang bertugas untuk menangani perekonomian
Indonesia.
Sebagai negara baru Indonesia belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur
ekonomi keuangan yang mantap.
Tingalan pemerintah pendudukan Jepang dimana ekonomi saat pendudukan
Jepang memang sudah buruk akibat pengeluaran pembiayaan perang Jepang.
Membuat pemerintah baru Indonesia agak sulit untuk bangkit dari keterpurukan.
Kondisi keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering terjadinya
pergantian kabinet, dimana hal tersebut mendukung ketidakstabilan ekonomi.
Politik keuangan yang berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna
menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan untuk menghancurkan ekonomi
nasional.
Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdeaan Indonesia dan masih terus
melakukan pergolakan politik yang menghambat langkah kebijakan pemerintah
dalam bidang ekonomi.
Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah
sebagai berikut .
1.
Terjadi Inflasi yang sangat tinggi
Inflasi tersebut dapat terjadi disebabakan karena :
- Beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali (pada
bulan Agustus 1945 mencapai 1,6 Milyar yang beredar di Jawa sedangkan secara
umum uang yang beredar di masyarakat mencapai 4 milyar).
- Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari bankbank yang berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gaji pegawai yanh
jumlahnya mencapai 2,3 milyar.
- Repubik Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri sehingga pemerintah
tidak dapat menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang tidak berlaku.
Inflasi terjadi karena di satu sisi tidak terkendalinya peredaran uang yang
dikeluarkan pemerintah Jepang di sisi lain ketersediaan barang menipis bahkan
langka di beberapa daerah. Kelangkaan ini terjadi akibat adanya blokade ekonomi
oleh Belanda. Uang Jepang yang beredarsangat tinggi sedangkan kemampuan
ekonomi untuk menyerap uang tersebut masih sanat rendah.
Karena inflasi ini kelompok yang paling menderita adalah para petani sebab pada
masa pendudukan Jepang petani merupakan produsen yang paling banyak
menyimpan mata uang Jepang. Hasil pertanian mereka tidak dapat dijual,
sementara nilai tukar mata uang yang mereka miliki sangat rendah.
Pemerintah Indonesia yang baru saja berdiri tidak mampu mengendalikan dan
menghentikan peredaran mata uang Jepang tersebut sebab Indonesia belum
memiliki mata uang baru sebagai penggantinya. Pemerintah mengeluarkan
kebijakan untuk sementara waktu menyatakan ada 3 mata uang yang berlaku di
wilayah RI, yaitu:
Mata uang De Javasche Bank
Mata uang pemerintah Hindia Belanda
Mata uang pendudukan Jepang
Keadaan tersebut diperparah dengan diberlakukannya uang NICA di daerah yang
diduduki sekutu pada tanggal 6 Maret 1946 oleh Panglima AFNEI yang baru
(Letnan Jenderal Sir Montagu Stopford). Uang NICA ini dimaksudkan untuk
menggantikan uang Jepang yang nilainya sudah sangat turun saat itu. Upaya
sekutu tersebut merupakan salah satu bentuk pelangaran kesepakatan yaitu
bahwa selama belum ada penyelesaian politik mengenai status Indonesia, maka
tidak ada mata uang baru.
Karena tindakan sekutu tersebut maka pemerintah Indonesiapun mengeluarkan
uang kertas baru yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI)sebagai pengganti uang
Jepang.
2.
Adanya Blokade ekonomi dari Belanda
Blokade oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) pintu keluarmasuk perdagangan RI terutama melalui jalur laut dan pelabuhan-pelabuhan
penting. Blokade ini dilakukan mulai bulan November 1945. Adapun alasan dari
pemerintah Belanda melakukan blokade ini adalah :
Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
Mencegah kelurnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing
lainnya.
Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh bangsa
lain.
Dengan adanya blokade tersebut menyebabakan:
Barang-barang ekspor RI terlambat terkirim.
Barang-barang dagangan milik Indonesia tidak dapat di ekspor bahkan banyak
barang-barang ekspor Indonesia yang dibumi hanguskan.
Indonesia kekurangan barang-barang import yang sangat dibutuhkan.
Inflasi semakin tak terkendali sehingga rakyat menjadi gelisah.
Tujuan/harapan Belanda dengan blokade ini adalah
- Agar ekonomi Indonesia mengalami kekacauan
- Agar terjadi kerusuhan sosial karena rakyat tidak percaya kepada pemerintah
Indonesia, sehingga pemerintah Belanda dapat dengan mudah mengembalikan
eksistensinya.
- Untuk menekan Indonesia dengan harapan bisa dikuasai kembali oleh Belanda.
3.
Kekosongan kas Negara
Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnya belum
ada sementara pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah
hanya bergantung kepada produksi pertanian. Karena dukungan dari bidang
pertanian inilah pemerintah Indonesia masih bertahan, sekalipun keadaan ekonomi
sangat buruk.
B. UPAYA MENGATASI BLOKADE EKONOMI BELANDA (NICA)
Upaya pemerintah untuk keluar dari masalah blokade tersebut adalah sebagai
berikut.
1.
Usaha bersifat politis, yaitu Diplomasi Beras ke India
Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu pemerintah India yang sedang
ditimpa bahaya kelaparan dengan mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga
sangat rendah. Pemerintah melakukan hal ini sebab akibat blokade oleh Belanda
maka hasil panen Indonesia yang melimpah tidak dapat dijual keluar negeri
sehingga pemerintah berani memperkirakan bahwa pada pada musim panen 1946
akan diperoleh suplai hasil panen sebesar 200.000 sampai 400.000 ton. Sebagai
imbalannya pemerintah India bersedia mengirimkan bahan pakaian yang sangat
dibutuhkan oleh rakyat Indonesia pada saat itu. Saat itu Indonesia tidak
memikirkan harga karena yang
keuangan pada
awal kemerdekaan
JUL 3
Posted by Pak RM
A. KONDISI EKONOMI INDONESIA AWAL KEMERDEKAAN
Keadaan ekonomi Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang dan pada awal berdirinya Republik
Indonesia sangat kacau dan sulit. Latar belakang keadaan yang kacau tersebut disebabkan
karena :
1.
Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang baik, dimana
belum ada pejabat khusus yang bertugas untuk menangani perekonomian Indonesia.
2.
Sebagai negara baru Indonesia belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur
ekonomi keuangan yang mantap.
3. Tinggalan pemerintah pendudukan Jepang dimana ekonomi saat pendudukan Jepang
memang sudah buruk akibat pengeluaran pembiayaan perang Jepang. Membuat
pemerintah baru Indonesia agak sulit untuk bangkit dari keterpurukan.
4. Kondisi keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering terjadinya
pergantian kabinet, dimana hal tersebut mendukung ketidakstabilan ekonomi.
5. Politik keuangan yang berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna menekan
pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan untuk menghancurkan ekonomi nasional.
6.
Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdeaan Indonesia dan masih terus
melakukan pergolakan politik yang menghambat langkah kebijakan pemerintah dalam
bidang ekonomi.
Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah sebagai
berikut :
Terjadi Inflasi yang sangat tinggi
Inflasi tersebut dapat terjadi disebabakan karena :
– Beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali (pada
bulan Agustus 1945 mencapai 1,6 Milyar yang beredar di Jawa sedangkan secara umum
uang yang beredar di masyarakat mencapai 4 milyar).
– Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari bank-bank
yang berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gaji pegawai yanh jumlahnya mencapai
2,3 milyar.
– Repubik Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri sehingga pemerintah tidak
dapat menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang tidak berlaku.
Inflasi terjadi karena di satu sisi tidak terkendalinya peredaran uang yang dikeluarkan
pemerintah Jepang di sisi lain ketersediaan barang menipis bahkan langka di beberapa
daerah. Kelangkaan ini terjadi akibat adanya blokade ekonomi oleh Belanda. Uang Jepang
yang beredarsangat tinggi sedangkan kemampuan ekonomi untuk menyerap uang tersebut
masih sangat rendah.
Karena inflasi ini kelompok yang paling menderita adalah para petani sebab pada masa
pendudukan Jepang petani merupakan produsen yang paling banyak menyimpan mata uang
Jepang. Hasil pertanian mereka tidak dapat dijual, sementara nilai tukar mata uang yang
mereka miliki sangat rendah.
Pemerintah Indonesia yang baru saja berdiri tidak mampu mengendalikan dan
menghentikan peredaran mata uang Jepang tersebut sebab Indonesia belum memiliki mata
uang baru sebagai penggantinya. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk sementara
waktu menyatakan ada 3 mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu:
1. Mata uang De Javasche Bank
2. Mata uang pemerintah Hindia Belanda
3. Mata uang pendudukan Jepang
Keadaan tersebut diperparah dengan diberlakukannya uang NICA di daerah yang diduduki
sekutu pada tanggal 6 Maret 1946 oleh Panglima AFNEI yang baru (Letnan Jenderal Sir
Montagu Stopford). Uang NICA ini dimaksudkan untuk menggantikan uang Jepang yang
nilainya sudah sangat turun saat itu. Upaya sekutu tersebut merupakan salah satu bentuk
pelangaran kesepakatan yaitu bahwa selama belum ada penyelesaian politik mengenai
status Indonesia, maka tidak ada mata uang baru.
Karena tindakan sekutu tersebut maka pemerintah Indonesia pun mengeluarkan uang kertas
baru yaituOeang Republik Indonesia (ORI) sebagai pengganti uang Jepang.
2. Adanya Blokade ekonomi dari Belanda
Blokade oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) pintu keluar-masuk
perdagangan RI terutama melalui jalur laut dan pelabuhan-pelabuhan penting. Blokade ini
dilakukan mulai bulan November 1945. Adapun alasan dari pemerintah Belanda melakukan
blokade ini adalah :
1.
Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
2.
Mencegah kelurnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya.
3.
Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh bangsa
lain.
Dengan adanya blokade tersebut menyebabkan:
1. Barang-barang ekspor RI terlambat terkirim.
2. Barang-barang dagangan milik Indonesia tidak dapat di ekspor bahkan banyak
barang-barang ekspor Indonesia yang dibumi hanguskan.
3. Indonesia kekurangan barang-barang import yang sangat dibutuhkan.
4. Inflasi semakin tak terkendali sehingga rakyat menjadi gelisah.
Tujuan/harapan Belanda dengan blokade ini adalah:
– Agar ekonomi Indonesia mengalami kekacauan
– Agar terjadi kerusuhan sosial karena rakyat tidak percaya kepada pemerintah Indonesia,
sehingga pemerintah Belanda dapat dengan mudah mengembalikan eksistensinya.
– Untuk menekan Indonesia dengan harapan bisa dikuasai kembali oleh Belanda.
3. Kekosongan kas Negara
Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnya belum ada
sementara pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah hanya
bergantung kepada produksi pertanian. Karena dukungan dari bidang pertanian inilah
pemerintah Indonesia masih bertahan, sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.
B. UPAYA MENGATASI BLOKADE EKONOMI BELANDA (NICA)
Upaya pemerintah untuk keluar dari masalah blokade tersebut adalah sebagai berikut.
1. Usaha bersifat politis, yaitu Diplomasi Beras ke India
Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu pemerintah India yang sedang ditimpa
bahaya kelaparan dengan mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga sangat rendah.
Pemerintah melakukan hal ini sebab akibat blokade oleh Belanda maka hasil panen
Indonesia yang melimpah tidak dapat dijual keluar negeri sehingga pemerintah berani
memperkirakan bahwa pada pada musim panen 1946 akan diperoleh suplai hasil panen
sebesar 200.000 sampai 400.000 ton. Sebagai imbalannya pemerintah India bersedia
mengirimkan bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia pada saat itu.
Saat itu Indonesia tidak memikirkan harga karena yang penting adalah dukungan dari
negara lain yang sangat diperlukan dalam perjuangan diplomatik dalam forum internasional.
Adapun keuntungan politis yang diperoleh Indonesia dengan adanya kerjasama dengan
India ini adalah Indonesia mendapatkan dukungan aktif dari India secara diplomatik
atas perjuangan Indonesia di forum internasional.
2. Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri
Membuka hubungan dagang langsung ke luar negeri dilakukan oleh pihak pemerintah
maupun pihak swasta. Usaha tersebut antara lain :
Mengadakan kontak dagang dengan perusahaan swasta Amerika (Isbrantsen Inc.). Tujuan
dari kontak ini adalah membuka jalur diplomatis ke berbagai negara. Dimana usaha tersebut
dirintis oleh BTC (Banking and Trading Corporation) atau Perseroan Bank dan
Perdagangan, suatu badan perdagangan semi-pemerintah yang membantu usaha ekonomi
pemerintah, dipimpin oleh Sumitro Djojohadikusumo dan Ong Eng Die. Hasil transaksi
pertama dari kerjasama tersebut adalah Amerika bersedia membeli barang-barang ekspor
Indonesia seperti gula, karet, teh, dan lain-lain. Tetapi selanjutnya kapal Amerika yang
mengangkut barang pesanan RI dan akan memuat barang ekspor dari RI dicegat dan
seluruh muatannya disita oleh kapal Angkatan Laut Belanda.
Karena blokade Belanda di Jawa terlalu kuat maka usaha diarahkan untuk menembus
blokade ekonomi Belanda di Sumatera dengan tujuan Malaysia dan Singapura.
Usaha tersebut dilakukan sejak 1946 sampai akhir masa perang kemerdekaan. Pelaksanaan
ini dibantu oleh Angkatan laut RI serta pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor.
Karena perairan di Sumatra sangatlah luas, maka pihak Belanda tidak mampu melakukan
pengawasan secara ketat. Hasilnya Indonesia berhasil menyelundupkan karet yang
mencapai puluhan ribu ton dari Sumatera ke luar negeri, terutama ke Singapura. Dan
Indonesia berhasil memperoleh senjata, obat-obatan dan barang-barang lain yang
dibutuhkan.
Pemerintah RI pada 1947 membentuk perwakilan resmi di Singapura yang diberi
nama Indonesian Office (Indof). Secra resmi badan ini merupakan badan yang
memperjuangkan kepentingan politik di luar negeri, namun secara rahasia berusaha
menembus blokade ekonomi Belanda dengan melakukan perdagangan barter. Diharapkan
dengan upaya ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Selain itu juga
berperan sebagai perantara dengan pedagang Singapura dan mengusahakan pengadaan
kapal-kapal yang diperlukan.
Dibentuk perwakilan kemetrian pertahanan di luar negeri yaitu Kementrian Pertahanan
Urusan Luar Negeri (KPULN) yang dipimpin oleh Ali Jayengprawiro. Tugas pokok badan ini
adalah membeli senjata dan perlengkapan angkatan perang.
C. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN MENGHADAPI BURUKNYA KONDISI EKONOMI
INDONESIA
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kondisi ekonominya mulai dilakukan
sejak Februari 1946, adalah sebagai berikut.
1) Konferensi Ekonomi Februari 1946
Konferensi ini dihadiri oleh para cendekiawan, gubernur, dan pejabat lainnya yang
bertanggungjawab langsung mengenai masalah ekonomi di Jawa, yang dipimpin oleh
Menteri Kemakmuran (Darmawan Mangunkusumo). Tujuan Konferensi ini adalah untuk
memperoleh kesepakatan dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang
mendesak, seperti :
Masalah produksi dan distribusi makanan
Tercapai kesepakatan bahwa sistem autarki lokal sebagai kelanjutan dari sistem ekonomi
perang Jepang, secara berangsur-angsur akan dihapukan dan diganti dengan sistem
desentralisasi.
Masalah sandang
Disepakati bahwa Badan Pengawasan Makanan Rakyat diganti dengan Badan
Persediaan dan Pembagian Makanan (BPPM) yang bertujuan untuk mengatasi
kesengsaraan rakyat Indonesia. Badan ini dipimpin oleh Sudarsono dibawah pengawasan
Kementrian Kemakmuran. BPPM dapat dianggap sebagai awal dari terbentuknya Badan
Urusan Logistik (Bulog). Sementara itu tujuan dibentuk Bulog (Februari 1946) untuk
melarang pengiriman bahan makanan antar karisidenan
Status dan Administrasi perkebunan-perkebunan
Keputusannya adalah semua perkebunan dikuasai oleh negara dengan sistem sentralisasi di
bawah kementrian Kemakmuran. Sehingga diharapkan pendapatan negara dapat bertambah
secara signifikan dengan nasionalisasi pabrik gula dan perkebunan tebu.
Konferensi kedua di Solo, 6 Mei 1946 membahas mengenai masalah program ekonomi
pemerintah, masalah keuangan negara, pengendalian harga, distribusi, dan alokasi tenaga
manusia. Wapres Moh. Hatta mengusulkan mengenai rehabilitasi pabrik gula, dimana gula
merupakan bahan ekspor penting sehingga harus dikuasai oleh negara. Untuk
merealisasikan keinginan tersebut maka pada 6 Juni 1946 dibentuk Perusahaan
Perkebunan Negara (PPN).
2) Pinjaman Nasional
Program ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan (Surachman) dengan persetujuan
BP-KNIP. Untuk mendukung program tersebut maka dibuat Bank Tabungan Pos, bank
ini berguna untuk penyaluran pinjaman nasional untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat Indonesia kepada pemerintahan. Selain itu, pemerintah juga menunjuk
rumah gadai untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan jangka waktu
pengembalian selama 40 tahun. Tujuannya untuk mengumpulkan dana masyarakat bagi
kepentingan perjuangan, sekaligus untuk menanamkan kepercayaan rakyat pada
pemerintah RI.
Rakyat dapat meminjam jika rakyat mau menyetor uang ke Bank Tabungan Pos dan rumahrumah pegadaian. Usaha ini mendapat respon yang besar dari rakyat terbukti dengan besar
pinjaman yang ditawarkan pada bulan Juli 1946 sebesar Rp. 1.000.000.000,00 , pada tahun
pertama berhasil dikumpulkan uang sejumlah Rp. 500.000.000,00. Kesuksesan yang dicapai
menunjukkan besarnya dukungan dan kepercayaan rakyat kepada Pemerintah RI.
3) Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947.
Badan ini dibentuk atas usul dari menteri kemakmuran AK. Gani. Badan ini merupakan
badan tetap yang bertugas membuat rencana pembangunan ekonomi untuk jangka waktu 2
sampai 3 tahun yang akhirnya disepakati Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun.
Rencana Pembangunan 10 tahun tersebut adalah sebagai berikut.
Semua bangunan umum, perkebunan, dan industri yang telah ada sebelum perang
menjadi milik negara, yang baru terlaksana tahun 1957.
Bangunan umum vital milik asing dinasionalisasikan dengan pembayaran ganti rugi
Perusahaan milik Jepang akan disita sebagai ganti rugi terhadap RI.
Perusahaan modal asing lainnya dikembalikan kepada yang berhak sesudah
diadakan perjanjian Republik Indonesia dengan Belanda.
Badan ini bertujuan untuk menasionalisasikan semua cabang produksi yang telah ada
dengan mengubah ke dalam bentuk badan hukum. Hal ini dilakukan dengan harapan agar
Indonesia dapat menggunakan semua cabang produksi secara maksimal dan kuat di mata
hukum internasional. Pendanaan untuk Rencana Pembangunan ini terbuka baik bagi
pemodal dalam negeri maupun pemodal asing.
Inti rencana ini adalah agar Indonesia membuka diri terhadap penanaman modal asing dan
melakukan pinjaman baik ke dalam maupun ke luar negeri.
Untuk membiayai rencana pembangunan ekonomi tersebut pemerintah membuka diri
terhadap penanaman modal asing, mengerahkan dana masyarakat melalui pinjaman
nasional, melalui tabungan masyarakat, serta melibatkan badan-badan swasta dalam
pembangunan ekonomi. Dan untuk menampung dana tersebut dibentuk Bank
Pembangunan. Perusahaan patungan (merger) diperkenankan berdiri sementara itu tanah
partikelir dihapuskan.
Perkembangannya April 1947 badan ini diperluas menjadi Panitia Pemikir Siasat
Ekonomi yang bertugas mempelajari, mengumpulkan data, dan memberikan saran kepada
pemerintah dalam merencanakan pembangunan ekonomi dan dalam rangka melakukan
perundingan dengan pihak Belanda. Rencana tersebut belum berhasil dilaksanakan dengan
baik karena situasi politik dan militer yang tidak memungkinkan, yaitu Agresi Militer
Belanda I dan Perjanjian Linggarjati yang menyebabkan sebagian besar wilayah
Indonesia yang memiliki potensi ekonomi jatuh ke tangan Belanda dan yang tersisa
sebagian besar tergolong sebagai daerah miskin dan berpenduduk padat (Sumatera dan
Jawa). Hal tersebut ditambah dengan adanya Pemberontakan PKI dan Agresi mIliter Belanda
II yang mengakibatkan kesulitan ekonomi semakin memuncak.
4) Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948
Program ini bertujuan untuk mengurangi beban negara dalam bidang ekonomi, selain
meningkatkan efisiensi. Rasionalisasi meliputi penyempurnaan administrasi negara,
angkatan perang, dan aparat ekonomi. Sejumlah angkatan perang dikurangi secara drastis
untuk mengurangi beban negara di bidang ekonomi dan meningkatkan effisiensi angkatan
perang dengan menyalurkan para bekas prajurit pada bidang-bidang produktif dan diurus
oleh kementrian Pembangunan dan Pemuda. Rasionalisasi yang diusulkan oleh Mohammad
Hatta diikuti dengan intensifikasi pertanian, penanaman bibit unggul, dan peningkatan
peternakan.
5) Rencana Kasimo (Kasimo Plan)
Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J.Kasimo. Program ini
berupa Rencana Produksi Tiga tahun (1948-1950) mengenai usaha swasembada pangan
dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Inti dari Kasimo Plan adalah untuk
meningkatkan kehidupan rakyat dengan meningkatkan produksi bahan pangan. Rencana
Kasimo ini adalah :
1.
Menanami tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 281.277 HA
2.
Melakukan intensifikasi di Jawa dengan menanam bibit unggul
3.
Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi
pangan.
4.
Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit
5.
Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera dalam
jangka waktu 10-15 tahun.
6.
6) Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)
Organisasi yang dipimpin B.R Motik ini bertujuan untuk :
1. Menggiatkan kembali partisipasi pengusaha swasta, agar pengusaha swasta
memperkuat persatuan dan mengembangkan perekonomian nasional.
2. Menggalang dan Melenyapkan individualisasi di kalangan organisasi pedagang
sehingga dapat memperkokoh ketahanan ekonomi bangsa Indonesia.
Meskipun usaha PTE didukung pemerintah dan melibatkan dukungan dari pemerintah
daerah namun perkembangannya PTE tidak dapat berjalan baik dan hanya mampu didirikan
Bank PTE di Yogyakarta dengan modal awal Rp. 5.000.000,00. Kegiatan ini semakin
mengalami kemunduran akibat Agresi Militer Belanda.
Selain PTE, perdagangan swasta lainnya juga membantu usaha ekonomi pemerintah
adalah Banking and Trading Corporation (Perseroan Bank dan Perdagangan).
Mengaktifkan kembali Gabungan Perusahaan Perindustrian dan Perusahaan Penting, Pusat
Tembakau Indonesia, Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh (GASIDA) dalam rangka
memperbaiki ekonomi Indonesia.
7) Oeang Republik Indonesia (ORI)
Melarang digunakan mata uang NICA dan yang lainnya serta hanya boleh
menggunakan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) dikeluarkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia berdasarkanUU No. 17 tahun 1946 yang dikeluarkan pada tanggal 1 Oktober
1946. Mengenai pertukaran uang Rupiah Jepang diatur berdasarkan UU No. 19 tahun
1946 tanggal 25 Oktober 1946. Tanggal 25 Oktoberselanjutnya dijadikan sebagai hari
keuangan. Adapun kebijakan penyetaraan mata uang adalah sebagai berikut:
1.
Di Jawa, Lima puluh rupiah (Rp. 50,00) uang Jepang disamakan dengan satu ruapiah
(Rp. 100,00) ORI dengan perbandingan 1:5.
2.
Di Luar Jawa dan Madura, Seratus rupiah (Rp. 100,00) uang Jepang sama dengan
satu rupiah(Rp. 1,00) ORI dengan perbandingan 1:10.
3.
Setiap sepuluh rupiah (Rp. 10,00) ORI bernilai sama dengan emas murni seberat 5
gram.
Mengenai pengaturan nilai tukar uang ORI dengan valuta asing (nilai kurs mata uang ORI di
pasar valuta asing) sebenarnya dipegang oleh Bank Negara yang sebelumnya telah dirintis
bentuk prototipenya yaitu dengan pembentukan Bank Rakyat Indonesia (Shomin Ginko).
Namun tugas tersebut pada akhirnya dijalankan oleh Bank Negara Indonesia (Bank
Negara Indonesia 1946) yang dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank ini
merupakan bank umum milik pemerintah yang tujuan awal didirikannya adalah untuk
melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi dan keuangan.BNI didirikan
pada 1 November 1946.
Meskipun begitu usaha pemerintah untuk menjadikan ORI sebagai satu-satunya mata uang
nasional tidak tercapai karena terpecah-pecahnya wilayah RI akibat perundingan IndonesiaBelanda. Sehingga di beberapa daerah mengeluarkan mata uang sendiri, yang berbeda
dengan ORI, seperti URIPS (Uang Republik Propinsi Sumatera) di Sumatera, URIBA (Uang
Republik Indonesia Baru) di Aceh, URIDAB (Uang Republik Indonesia Banten) di Banten dan
Palembang. Upaya-upaya pemerintah Indonesia tersebut dilakukan dalam upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia meskipun Belanda masih belum pergi dari
Indonesia.
PERKEMBANGAN EKONOMI DAN POLITIK
PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN
A. KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA SAMPAI
TAHUN 1950
1.BIDANG EKONOMI
Kondisi ekonomi indonesia pada awal kemerdekaan pada akhir
pendudukan Jepang dan masa awal berdirinya Republik Indonesia, keadaan
ekonomi Indonesia sangat kacau. Inflasi yang sangat parah menimpa negara
Republik Indonesia yang baru berusia beberapa bulan.inflasi terjadi karena mata
uang penduduk Jepang beredar secara tidak terkendali.
Dalam perekonomian negara yang semakin memburuk, Pemerintah
Reublik Indonesia tidak dapat menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang
tidak berlaku.sebaliknya,penguaran negara semakin bertambah.menghadapi
situasi demi kian,Pemerintah menggambil kebijakan tertentu dalam menyatakan
bahwa mata uang masih tetap belaku sebagai pembayaran yang sah di wilayah
Republik Indonesia .
Inflasi menimbulkan peneritaan hidup yang cukup berat bagi bangsa
Indonesia, terutama di kalangan petani .akibatnya, barang-barang dagang milik
Pemerintahan epublik Indonesia tidak dapat di ekspor.
Alasan pihak belanda melakukan blokade adalah sebagai berikut.
Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
Mencegah keluarnya hasil-hasil perkebunan militer Belanda dan milik pengusaha
asing.
Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan dan perbuata-perbuatan
yang dilakukan oleh bukan bangsa Indonesia.
Tujuan blokade-blokede ini adalah untuk menjatuhkan Republik Indonesia yang
baru berdiri dengan senjata ekonomi. Perekonomian bangsa indonesiapin
memburuk.namun,kekacauan ekonomi semakin bertambah dengan munculnya
mata uang NICA mengantikan mata uang Jepang. Untuk itu, Pemerintahan
Republik Indonesia menempuh usaha-usaha sebagai berikut.
A. Usaha yang bersifat politis
Pemerintahan Republik Indonesia bersedia membantu india yang sedang di timpa
kelaparan dengan mengirim 500.000 ton beras.sebagai imbalannya,pemerintah
india menjanjikan mengirimkan bahan pakaiyan yang sangat di buruhkan oleh
rakyat indonesia .
B. Usaha bersifat ekonomis
Pemerintah mengadakan hubungan dagang langsung dengan piha luar
negri.usaha itu di rintis oleh bangking and trading corparation (BTC).
Tugas pokok badan ini adalah untuk membeli senjata dan perlengkapan angkatan
perang serta usaha untuk memasukkannya ke Indonesia.
Pemikiran Mengenai Ketahanan Ekonomi pada awalnya perekonomian republik
Indonesia mengalami kekacauan akibat pendudukan Jepang. Tujuan konfrensi
ekonomi adalah mencari kesepakatan untuk menangulangi maslah-maslah
ekonomi yang sangat mendesak yang di hadapi oleh pemerintah .masalah-maslah
itu adalah sebagai berikut.
Masalah produksi dan distribusi bahan makanan.
Masalah sandang.
Setatus dan administrasi perkebunan-perkebunan .
Pada tanggal 19 januari 1947 atas inisiatif mentri kemakmuran,Dr.A.K.Gani di
bentuk badan perancang ekonomi (planning board). Rencana yang di kemukakan
sebagai langkah pertama adalah sebagi berikut;
Semua bangunan umum,perkebunan,dan indudtri yang telah ada sebelum perang
menjadi milik negara. Hal ini baru terlaksana pada tahun 1957.
Bangunan umum fital milik asing dinasiolisasikan dgan pmbayaran ganti rugi.
Perusahaan milik jepang akan di sita sebagai ganti rugi terhadap Ri.
Melalui mentri urusan bahan makanan,kasimo, di turunkan rencana produksi tiga
tahun(1948-1950) yang terkenal dengan sebutan plan kasimo. Plan kasimo adalah
usaha swasembada pangan dengan petunjuk pelaksanaan yang praktis.kasimo
juga menyarankan agar di laksanakan transmigrasi.
2. Bidang Birokrasi
Dalam pengertian umum,birokrasi merupakan kekuasaan kantor.Dalam
hal ini birokrasi dapat di artikan organisasi pemerintahan, melalui kantor-kantor
yang di bentuknya sehingga pemerintah indonesia dapat menjalankan roda
pemerintahan.
a. Pembagian wilayah republik indonesia
Dalam upaya mempermudah dan memperlancar pelaksanaan birokrasi
pemerintahan,panitia kecil memutuskan bahwa wilayah negara republik indonesia
di bagi menjadi 8 provinsi dan masing-masing di pimpin oleh Gubernur , antara
lain.
1.
2.
3.
4.
5.
Sumatera
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Sunda Kecil
(Nusa Tengara)
6. Maluku
7. Sulawesi
8. Kalimantan
b.
:
:
:
:
:
:
:
:
Tengku Mohammad Hasan
Sutarjo Karthohadikusumo
R.Panji Suruso
R.M.Suryo
Mr.I Gusti Kentut Puja
Mr. J. Latuharhary
Dr.G.S.S.J. Ratulangi
Ir. Pangeran Mohammad Noor
Pembentukan Komie Nasional
Pada tanggal 22 Agustus 1945 di bentuk KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)
yang anggota-anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah yang berada di jakarta.
Pelantikan sebagai anggota KNIP di lakukan pada tanggal 29 Agustus 1945, di
Gedung Kesenian Pasar Baru, Jakarta.
c. Pembentukan Dapartemen Dan Penunjukan Para Menteri
Tugas-tugas negara yang sangat kompleks, Tidaklah mungkin dapat ditangani
oleh seorag presiden saja.pada tanggal 19 agustus 1945 terbentuk kabinet
indonesia pertama yang berbentuk kabinet presidensil di pimpin langsung oleh
presiden RI. Tampak di deretan depan (dari kiri ke kanan ).
Perkembangan ekonomi,Politik &
Keuangan pada awal kemerdekaan
1. Bidang Ekonomi
Pada masa pasca proklamasi kemerdekaan, keadaan perekonomian Indonesia mengalami kondisi yang
cukup terpuruk dengan terjadinya inflasi dan pemerintah tidak sanggup mengontrol mata uang asing
yang beredar di Indonesia, terutama mata uang Jepang dan mata uang Belanda, keadaan kas Negara dan
bea cukai dalam keadaan nihil, begitu juga dengan pajak.
Oleh karena itu dengan sangat terpaksa pemerintah Indonesia menetapkan tiga mata uang sekaligus
yaitu mata uang de javasche Bank , mata uang Hindia Belanda dan mata uang pemerintahan Jepang.
Pemerintah Indonesia juga mengambil tindakan lain yaitu menasionalisasikan de javasche bank, KLM,
KPM, dan perkebunan – perkebunan asing milik swasta asing, serta mencari pinjaman dana dari luar
negeri seperti Amerika, tetapi semua itu tidak memberikan hasil yang berarti dikarenakan adanya
blokade ekonomi oleh Belanda dengan menutup akses ekspor impor yang mengakibatkan negara merugi
sebesar 200.000.000,00.
Banyak peristiwa yang mengakibatkan defisitnya keuangan negara salah satunya adalah perang yang
dilancarkan sekutu dan NICA. Usaha- usaha lain yang dilakukan oleh pemerintah RI untuk mengatasi
masalah ekonomi adalah menyelenggarakan konferensi ekonomi pada bulan februari tahun 1946.
Agenda utamanya adalah usaha peningkatan produksi pangan dan cara pendistribusiannya, masalah
sandang, serta status dan administrasi perkebunan milik swasta asing.
2. Bidang Politik
Kondisi dunia politik bangsa Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan, banyak sekali mengalami
perubahan dan pembaharuan di segala aspek. Sebagian besar melakukan pembenahan di dalam tubuh
pemerintahan yang mana sebelumnya dipimpin oleh bangsa jepang yang menduduki bangsa Indonesia
setelah Belanda. Pertama-tama melakukan rapat PPKI yang dilaksanakan pada tanggal 18 agustus 1945.
Agenda pertama adalah menunjuk presiden dan wakil presidenserta mengesahkan dasar negara yaitu
UUD Negara. Kemudian rapat terus berlanjut dengan agenda –agenda yang lebih luas yaitu
pembentukan alat-alat perlengkapan negara seperti Komite Nasional, Kabinet Pertama RI, pembagian
wilayah RI atas 8 Propinsi beserta pada gubernurnya, penetapan PNI sebagai satu-satunya partai politik
di Indonesia, pembentukan BKR/TKR, dan lain-lain. Tetapi banyaknya hambatan dan kurangnya
pengalaman dalam perjalanan pembangunan yang akan dihadapi, maka jalannya pemerintahan menjadi
tersendat dan tidak seluruhnya sesuai rencana dan cita-cita yang telah di canangkan.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa setelah Jepang menyerah terhadap
Sekutu, Tentara Inggris ditugaskan di Indonesia untuk menerima penyerahan
kekuasaan dari tangan Jepang. Sebelum tugas itu dilaksanakan, antara Inggris dan
Belanda, sesama anggota Sekutu, pada tanggal 24 Agustus 1945 disuatu tempat
dekat London, terjadi penandatanganan suatu Civil Affairs Agreements yang isinya
bahwa Inggris akan membantu Belanda untuk mengembalikan kekuasaannya di
Indonesia. Dalam era baru itu Belanda berpegang pada pidato Ratu Wilhelmina
tanggal 7 Desember 1942 yang isinya antara lain bahwa Indonesia dijadikan
negara commonwealth yang berbentuk federal.
Setelah Jakarta dikuasai oleh Belanda, untuk menciptakan suatu daerah yang
aman, Belanda memperluas daerah kekuasaannya ke arah barat. Tangerang
sebagai pintu gerbang barat bagi Jakarta dan Gerbang Timur bagi Banten,
dikuasai pada akhir bulan Mei 1946, sedangkan Pemerintah Sipil Tangerang
mundur dan pindah ke Balaraja, sekitar 45 km disebelah timur kota Serang.
Sebelum itu, untuk mengepung kota Tangerang, Serpong yang ada di sebelah
selatan Tangerang, dikuasai lebih dahulu/ Pada pertengahan bulan Juni 1946
Curug Mauk dan Balaraja diserang Belanda. Disebelah Selatan untuk mengisolasi
Banten, Belanda menduduki Bogor dan kemudian Pelabuhan Ratu. Dengan
dikuasainya tempat=tempat tersebut, pintu-pintu keluar dan masuk ke Daerah
BantenTERTUTUP.
Agresi Militer Belanda pertama tanggal 21 Juli 1947 yang dilaksanakan serentak
ke seluruh Wilayah RI tidak menguasai Banten. Banten hanya didesak ke Barat dan
BLOKADE terhadap daerah ini diperketat. Ada beberapa kemungkinan mengapa
daerah paling ujung Jawa ini TIDAK DISERANG. Pertama, jika dilihat dari segi
ekonomi, Banten bukan daerah yang menguntunkan jika dikuasai. Kedua, dari segi
politik, Belanda sangat meragukan Banten apakah daerah itu setelah dikuasai
dapat dijadikan daerah yang berdiri sendiri diluar RI, mengingat kebencian rakyat
Banten terhadap Belanda. Tampaknya karena kedua hal tersebut, Belanda hanya
meng-isolasi daerah itu rapat-rapat yang tujuannya untuk melumpuhkannya.
Integrasi Banten dengan Pemerintah Pusat kembali mendapat gangguan, Banten
mau dipisahkan dari RI. Banten diblokade secara total agar menjadi lemah yang
tujuannya untuk melepaskan daerah itu dari Negara Kesatuan RI.
Isolasi terhadap Banten secara total dilakukan dengan mengadakan penjagaan
yang ketat di daerah garis demarkasi yang membujur dari Mauk disebelah utara ke
selatan sampai dipantai Lautan Hindia. Belanda juga melakukan blokade laut.
Perairan Selat Sunda diawasi dengan ketat. Setiap hari kapal perang Belanda
mondar-mandir didekat Pelabuhan Merak. Banten di-isolasi dan diblokade oleh
Belanda sehingga hubungan dari daerah itu kedaerah lain atau sebaliknya lewat
jalan darat sukar, termasuk hubungan dengan Pemerintah Pusat di Yogyakarta.
Hubungan Banten dengan Pemerintah Pusat dilakukan lewat selatan yakni Bayah.
Blokade ini mempunyai dampak yang luas terhadap kehidupan Rakyat Banten.
Akibat blokade, beberapa macam barang kebutuhan sehari-hari yang sebelumnya
didatangkan dari luar, sulit diperoleh dan kalau ada, harganya sangat mahal.
Keadaan ini merupakan UJIAN bagi Pemerintah Daerah Banten dan rakyatnya.
Untuk mengatasi kebutuhan hidup masyarakat, berbagai cara dilakukan, baik oleh
rakyat maupun Pemerintah Daerah Banten. Rakyat antara lain ada yang membuat
barang-barang tertentu dan menggunakan barang-barang lain sebagai pengganti.
Ada pula yang membeli beberapa jenis barang dari luar dengan cara-cara tertentu.
Pemerintah Daerah berusaha meningkatkan penghasilan daerah dengan berbagai
cara, seperti mengeluarkan aturan-aturan baik terhadap para pedagang maupun
masyarakat agar hasil-hasil daerah Banten digunakan sebaik-baiknya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, rakyat membuat barang-barang tertentu
sebagai pengganti, seperti bensin, garam, sabun, gula merah dan obat-obatan yang
mutunya lebih rendah. Untuk memenuhi kebutuhan akan bensin, di Silalangu, 6
km dari Stasiun Maja, diusahakan pembuatan bensin dari karet dengan proses
destilasi. Pembuatannya sangat sederhana, mula-mula latex karet dimasukan
kedalam drum tanpa menggunakan pengukur tekanan, uapnya dialirkan lewat pipa
yang berasal dari waterleiding. Untuk mendinginkan uap, pipa itu dimasukan
kedalam selokan dan pada ujung pipa ditempatkan sebuah drum untuk
menampung hasilnya yang berupa bensin. Selain di Silalangu ada tiga tempat lain
yang membuat bensin dari karet, seperti di onderneming Cibiuk yang diusahakan
oleh Soeleman.
Untuk memenuhi kebutuhan akan garam dapur, rakyat di sepanjang pantai Selat
Sunda dan Pantai Lautan Hindia membuat garam dengan cara pembuatan yang
sangat sederhana, yaitu dengan cara memasak air laut dalam drum yang
menghasilkan kristal garam yang licin dan keras. Untuk mencukupi kebutuhan
akan sabun cuci, orang menggunakan buah kelerak. Ada juga orang yang
mendirikan perusahaan sabun yang menggunakan peralatan sederhana.
Kebutuhan akan gula pasir dipenuhi dengan menggantinya dengan gula merah.
Kebutuhan akan obat-obatan dipenuhi dengan membuat sendiri beberapa jenis
obat, seperti obat batuk dibuat dari daun sirih, bubuk kina dibuat dari kulit kina
yang ada di daerah Jasinga, Obat buduk menggunakan salep belerang yang dibuat
dari belerang yang dicampur minyak kelapa sawit, Perban dibuat dari kulit pohon
pisang bagian dalam, Vaksin cacar dibuat oleh Dr. Satrio pejabat bagian kesehatan
Brigade Tirtayasa saat berkecamuk wabah cacar.
Atas bantuan Soerjo, Mantri cacar di Malingping, vaksin cacar dibuat. Soerjo
pernah membuat Vaksin di Lembaga Pasteur di Bandung. Untuk membuat vaksin
bahan bakunya adalah Vaksin Kering, Kerbau Muda atau Sapi dan Glycerinsebagai
bahan pencampur. Setalah bahan baku diperoleh dengan berbagai cara, vaksin
dibuat. Kerbau muda dimandikan sebersih-bersihnya, lalu dicukur bersih seluas
kurang lebih 40X30 cm, lalu dicuci ulang dengan sabun dan dibilas dengan air
matang agar kulitnya benar-benar bersih. Vaksin kering dicampur
denganglycerin kemudian digoreskan di kulit kerbau yang telah dibersihkan itu.
Setelah goresan kering, bekasnya ditutup dengan kain putih untuk melindunginya
dari lalat dan kotoran. Setelah tiga hari, bisul-bisul cacar tumbuh, lalu ditunggu
sampai mengerak. Bisul yang mengerak dikerok dari kulitnya setelah terlebih
dahulu kerbau itu disembelih. Kerak cacar itu lalu digiling dengan menggunakan
gilingan kopi yang terlebih dahulu direbus dalam air mendidih. Sambil digiling,
cairanglycerin dituangkan dan akhirnya menghasilkan adonan yang homogen dan
itulah vaksin cacar. (Madjiah, 1993:203-205).
Selain itu, ada yang menggunakan barang lain sebagai pengganti, seperti untuk
lampu penerangan orang menggunakan minyak kelapa dan biji-bijian yang
berminyak. Tekstil sangat kurang, sehingga orang banyak menggunakan karung
bagor sebagai pakaian. Orang membuat kemeja dari sarung polekat yang telah tua
lalu dicelup. Karena langkanya batu korek api, orang membuat api dengan
menggunakan batu titikan yang titik dengan sepotong kecil baja.
Usaha oleh Pemerintah Daerah Banten untuk mengatasi Blokade Belanda adalah
dengan mengeluarkan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pedagang dan
rakyat. Misalnya, peraturan tentang ekspor barang-barang agar para pedagang
setelah kembali mengekspor, harus membawa bahan pakaian dan alat-alat
kendaraan yang diperlukan oleh rakyat yang dibeli olehnya sebanyak 50% dari
harga barang yang diekspor. Peraturan itu ternyata tidak dipatuhi oleh seorang
pedagangpun.
Perlunya barang-barang yang cukup di Banten ditunjukkan juga dengan adanya
perdagangan barter antara Banten dan Jakarta yang dimulai pada bulan Mei 1948.
Dari Banten dibawa bahan-bahan mentah ke Jakarta, sebaliknya dari Jakarta
dibawa barang-barang tekstil. Sebagai langkah awal, perdagangan seperti itu
dimulai oleh pihak swasta.
Dilapangan moneter, karena Banten tidak menerima kiriman uang dari Pemerintah
Pusat, dicetak uang sendiri bernama “Uang Kertas Darurat Untuk Daerah
Banten” yang terkenal dengan sebutan URIDABS (Uang Republik Indonesia
Daerah Banten Sementara. Pengeluaran uang itu didasarkan pada jaminan adanya
tambang emas di Cikotok. Pembuatan mata uang itu dilakukan setelah Pemerintah
Daerah Banten tidak dapat membayar gaji pegawai karena tidak ada uang.
Promotor pembuat uang tersebut adalah Pembantu Gubernur Mr. Joesoep
Adiwinata dan R.Lumanauw, Kepala Kantor Inspeksi Keuangan Keresidenan
Banten, yang dipersiapkan semenjak bulan September 1947. Dengan
menggunakan peralatan yang sederhana pada bulan Desember 1947 beredar emisi
pertama yaitu pecahan Rp. 1,00, Rp.5,00, Rp. 10,00 dan Rp. 25,00. Kemudian pada
bulan Agustus 1948 keluar emisi kedua yaitu pecahan Rp, 50,00.
Wujud URIDABS sangat sederhana sehingga mudah dipalsukan. Pada pertengahan
tahun 1948 uang bernilai Rp. 25,00 dipalsukan oleh orang dari luar daerah Banten
dan uang palsu itu banyak beredar di masyarakat. Untuk mengatasinya dibentuk
Panitia Khusus yang mengadakan penelitian terhadap uang di pasar-pasar segera
dimusnahkan. Selain itu, Panitia juga melakukan pemeriksaan terhadap orangorang dari daerah pendudukan yang masuk ke daerah Banten. Mereka ditangkap
apabila diketahui membawa uang palsu. URIDABS asli terus bertambah. Akibatnya
Inflasi tidak dapat dihindari. Setelah Agresi Militer kedua, URIDABS dibekukan
sehingga keperluan rakyat sehari-hari dicukupi dengan jalan tukar menukar
barang (barter).
Sedikitnya jumlah barang dipasaran mengakibatkan harga barang-barang
terutama bahan makanan, semakin tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan
untuk memperbaiki keadaan perekonomian daerah, berbagai cara dilakukan.
Kalangan pedagang dan Jawatan Perdagangan membentuk “Majelis Perniagaan
Daerah Banten” yang usahanya antara lain dilapangan impor dan ekspor.
Sementara itu, mulai tanggal 5 Nopember 1948, Pemerintah ton Daerah memberi
izin kembali kepada pedagang-pedagang besar untuk membawa kopra sebanyak
50 ton luar daerah, asal ketika kembali mereka membawa barang-barang lain yang
dibutuhkan di Banten.
Cara lain yang dilakukan oleh Pemerintah daerah, agar hasil dari daerah itu tidak
banyak keluar adalah dikeluarkannya mulai pertengahan bulan Nopember 1948
aturan yang dituangkan dalam suatu peraturan yang menetapkan banyaknya
barang yang diperbolehkan dibawa keluar daerah Banten. Dalam Peraturan itu
ditetapkan bahwa setiap orang hanya dibolehkan membawa minyak kelapa tanah
dan lain sebagainya sebanyak satu liter. Untuk berbagai macam kacang, beras,
gula merah, gula pasir dan ikan kering setiap orang hanya diperbolehkan
membawa sebanyak satu kilogram. Untuk binatang ternak seperti ayam, itik,
bebek setiap orang hanya diperbolehkan membawa satu ekor. Pelanggaran
terhadap aturan itu akan diberi tindakan, yaitu barang-barang yang dibawa
dirampas dan orang yang membawanya ditawan. Jika orang, karena sesuatu hal
harus membawa barang-barang tersebut dalam jumlah yang melebihi ketentuan,
mereka wajib berhubungan dengan pihak yang berwajib, yaitu Jawatan
Kemakmuran.
Walaupun usaha Pemerintah Daerah untuk menyediakan bahan makanan berhasil,
namun harganya seperti beras terus meningkat. Tampaknya penyebabnya adalah
inflasi URIDABS, sehingga nilai mata uang itu menurun. Upah para pekerja ikut
meningkat, sehingga penghasilan mereka lebih tinggi daripada gaji pegawai
daerah yang berpangkat tinggi. Kehidupan para pegawai sungguh
memprihatinkan. Keadaan seperti ini tampaknya yang diinginkan oleh Belanda
untuk melemahkan Banten.
Blokade Total Belanda ternyata tidak menggoyahkan Banten untuk lepas dari
Negara Kesatuan RI. Kebencian Rakyat Banten terhadap Belanda benar-benar
ditunjukan. Banten tetap berintegrasi dengan Negara Kesatuan RI, bahkan dalam
keadaan sulit, Banten masih dapat membantu Pemerintah Pusat dengan batanganbatangan emas yang dihasilkan dari Cikotok.
Pada akhir pendudukan Jepang dan pada awal berdirinya Republik Indonesia
keadaan ekonomi Indonesia sangat kacau. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
1. Inflasi yang sangat tinggi (Hiper-Inflasi).
Penyebab terjadinya inflasi ini adalah beredarnya mata uang pendudukan Jepang
secara tak terkendali. Pada saat itu diperkirakan mata uang Jepang yang beredar
di masyarakat sebesar 4 milyar. Dari jumlah tersebut, yang beredar di Jawa saja,
diperkirakan sebesar 1,6 milyar. Jumlah itu kemudian bertambah ketika pasukan
Sekutu berhasil menduduki beberapa kota besar di Indonesia dan meguasai bankbank. Dari bank-bank itu Sekutu mengedarkan uang cadangan sebesar 2,3 milyar
untuk keperluan operasi mereka. Kelompok masyarakat yang paling menderita
akibat inflasi ini adalah petani. Hal itu disebabkan pada zaman pendudukan Jepang
petani adalah produsen yang paling banyak menyimpan mata-uang Jepang.
Pemerintah Republik Indonesia yang baru berdiri, tidak dapat menghentikan
peredaran mata uang Jepang tersebut, sebab negara RI belum memiliki mata-uang
baru sebagai penggantinya. Maka dari itu, untuk sementara waktu pemerintah RI
menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu :
a. mata-uang De Javasche Bank;
b. mata-uang pemerintah Hindia Belanda;
c. mata-uang pendudukan Jepang.
Pada saat kesulitan ekonomi menghimpit bangsa Indonesia, tanggal 6 Maret 1946,
Panglima AFNEI yang baru, Letnan Jenderal Sir Montagu
Stopfordmengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang diduduki
Sekutu. Uang NICA ini dimaksudkan sebagai pengganti uang Jepang yang nilainya
sudah sangat turun. Pemerintah melalui Perdana Menteri Syahrir memproses
tindakan tersebut. Karena hal itu berarti pihak Sekutu telah melanggar
persetujuan yang telah disepakati, yakni selama belum ada penyelesaian politik
mengenai status Indonesia, tidak akan ada mata uang baru.
Oleh karena itulah pada bulan Oktober 1946 Pemerintah RI, juga melakukan hal
yang sama yaitu mengeluarkan uang kertas baru
yaitu Oeang RepublikIndonesia (ORI) sebagai pengganti uang Jepang. Untuk
melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi dan keuangan,
pemerintah membentuk Bank Negara Indonesia pada tanggal 1 November 1946.
Bank Negara ini semula adalah Yayasan Pusat Bank yang didirikan pada bulan Juli
1946 dan dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank negara ini bertugas
mengatur nilai tukar ORI dengan valuta asing.
1. Diplomasi Beras ke India
Usaha ini lebih bersifat politis daripada ekonomis. Ketika terdengar berita bahwa
rakyat India sedang ditimpa bahaya kelaparan, pemerintah RI segera menyatakan
kesediaannya untuk membantu pemerintah India dengan mengirimkan 500.000 ton
beras, dengan harga sangat rendah. Pemerintah bersedia melakukan hal ini karena
diperkirakan pada musim panen tahun 1946 akan diperoleh surplus sebesar
200.000 sampai 400.000 ton.
Sebagai imbalannya pemerintah India menjanjikan akan mengirimkan bahan
pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia. Keuntungan politik yang
diperoleh oleh pemerintah RI adalah dalam forum internasional India adalah
negara Asia yang paling aktif membantu perjuangan kemerdekaan RI.
2. Mengadakan Hubungan Dagang Langsung ke Luar Negeri
Usaha untuk membuka hubungan langsung ke luar negeri, dilakukan oleh pihak
pemerintah maupun pihak swasta. Diantara usaha-usaha tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Mengadakan kontak hubungan dengan perusahaan swasta Amerika(Isbrantsen
Inc.). Usaha ini dirintis oleh BTC (Banking and Trading Corporation), suatu badan
perdagangan semi-pemerintah yang dipimpin oleh Dr. Sumitro
Djojohadikusumo dan Dr. Ong Eng Die. Dalam transaksi pertama pihak
Amerika Serikat bersedia membeli barang-barang ekspor dari Indonesia seperti
gula, karet, teh, dan sebagainya. Kapal Isbrantsen Inc. yang masuk ke pelabuhan
Cirebon adalah kapal Martin Behrmann yang mengangkut barang-barang pesanan
RI dan akan memuat barang-barang ekspor dari RI. Akan tetapi kapal itu dicegat
oleh kapal Angkatan Laut Belanda dan diseret ke pelabuhan Tanjung Priuk dan
seluruh muatannya disita.
b. Menembus blokade ekonomi Belanda di Sumatera dengan tujuan Singapura dan
Malaysia. Oleh karena jarak perairan yang relatif dekat, maka usaha ini dilakukan
dengan perahu layar dan kapal motor cepat. Usaha ini secara sistimatis dilakukan
sejak tahun 1946 sampai dengan akhir masa Perang Kemerdekaan. Pelaksanaan
penembusan blokade ini dilakukan oleh Angkatan Laut RI dengan dibantu oleh
pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor.
Sejak awal tahun 1947 pemerintah RI membentuk perwakilan resmi di Singapura
yang diberi nama Indonesia Office (Indoff). Secara resmi Indoff ini merupakan
badan yang memperjuangkan kepentingan politik di luar negeri, namun secara
rahasia juga berusaha menembus blokade dan usaha perdagangan barter.
Kementerian Pertahanan juga membentuk perwakilannya di luar negeri yang
disebut Kementerian Pertahanan Usaha Luar Negeri (KPLULN) yang dipimpin
oleh Ali Jayengprawiro. Tugas pokok badan ini adalah membeli senjata dan
perlengkapan Angkatan Perang. Sebagai pelaksana upaya menembus blokade ini
yang terkenal adalah John Lie, O.P. Koesno, Ibrahim Saleh dan Chris
Tampenawas. Selama tahun 1946 pelabuhan di Sumatera hanya Belawan yang
berhasil diduduki Belanda. Karena perairan di Sumatera sangatlah luas, maka
pihak Belanda tidak mampu melakukan pengawasan secara ketat. Hasil-hasil dari
Sumatera terutama karet yang berhasil diselundupkan ke luar negeri, utamanya ke
Singapura, mencapai jumlah puluhan ribu ton. Selama tahun 1946 saja barangbarang yang diterima oleh Singapura dari Sumatera seharga Straits $
20.000.000,-. Sedangkan yang berasal dari Jawa hanya Straits $ 1.000.000,-.
Sebaliknya barang-barang yang dikirim ke Sumatera dari Singapura
sehargaStraits $ 3.000.000,- dan dari Singapura ke Jawa seharga Straits $
2.000.000,-.
De Javasche Bank
KEADAAN EKONOMI INDONESIAPADA MASA AWAL
KEmERDEKAAN (1945) HINGGA 1950
A. KONDISI EKONOMI INDONESIA AWAL KEMERDEKAAN
Keadaan ekonomi Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang dan pada awal
berdirinya Republik Indonesia sangat kacau dan sulit. Latar belakang keadaan
yang kacau tersebut disebabkan karena :
Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang baik,
dimana belum ada pejabat khusus yang bertugas untuk menangani perekonomian
Indonesia.
Sebagai negara baru Indonesia belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur
ekonomi keuangan yang mantap.
Tingalan pemerintah pendudukan Jepang dimana ekonomi saat pendudukan
Jepang memang sudah buruk akibat pengeluaran pembiayaan perang Jepang.
Membuat pemerintah baru Indonesia agak sulit untuk bangkit dari keterpurukan.
Kondisi keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering terjadinya
pergantian kabinet, dimana hal tersebut mendukung ketidakstabilan ekonomi.
Politik keuangan yang berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna
menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan untuk menghancurkan ekonomi
nasional.
Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdeaan Indonesia dan masih terus
melakukan pergolakan politik yang menghambat langkah kebijakan pemerintah
dalam bidang ekonomi.
Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah
sebagai berikut .
1.
Terjadi Inflasi yang sangat tinggi
Inflasi tersebut dapat terjadi disebabakan karena :
- Beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali (pada
bulan Agustus 1945 mencapai 1,6 Milyar yang beredar di Jawa sedangkan secara
umum uang yang beredar di masyarakat mencapai 4 milyar).
- Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari bankbank yang berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gaji pegawai yanh
jumlahnya mencapai 2,3 milyar.
- Repubik Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri sehingga pemerintah
tidak dapat menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang tidak berlaku.
Inflasi terjadi karena di satu sisi tidak terkendalinya peredaran uang yang
dikeluarkan pemerintah Jepang di sisi lain ketersediaan barang menipis bahkan
langka di beberapa daerah. Kelangkaan ini terjadi akibat adanya blokade ekonomi
oleh Belanda. Uang Jepang yang beredarsangat tinggi sedangkan kemampuan
ekonomi untuk menyerap uang tersebut masih sanat rendah.
Karena inflasi ini kelompok yang paling menderita adalah para petani sebab pada
masa pendudukan Jepang petani merupakan produsen yang paling banyak
menyimpan mata uang Jepang. Hasil pertanian mereka tidak dapat dijual,
sementara nilai tukar mata uang yang mereka miliki sangat rendah.
Pemerintah Indonesia yang baru saja berdiri tidak mampu mengendalikan dan
menghentikan peredaran mata uang Jepang tersebut sebab Indonesia belum
memiliki mata uang baru sebagai penggantinya. Pemerintah mengeluarkan
kebijakan untuk sementara waktu menyatakan ada 3 mata uang yang berlaku di
wilayah RI, yaitu:
Mata uang De Javasche Bank
Mata uang pemerintah Hindia Belanda
Mata uang pendudukan Jepang
Keadaan tersebut diperparah dengan diberlakukannya uang NICA di daerah yang
diduduki sekutu pada tanggal 6 Maret 1946 oleh Panglima AFNEI yang baru
(Letnan Jenderal Sir Montagu Stopford). Uang NICA ini dimaksudkan untuk
menggantikan uang Jepang yang nilainya sudah sangat turun saat itu. Upaya
sekutu tersebut merupakan salah satu bentuk pelangaran kesepakatan yaitu
bahwa selama belum ada penyelesaian politik mengenai status Indonesia, maka
tidak ada mata uang baru.
Karena tindakan sekutu tersebut maka pemerintah Indonesiapun mengeluarkan
uang kertas baru yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI)sebagai pengganti uang
Jepang.
2.
Adanya Blokade ekonomi dari Belanda
Blokade oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) pintu keluarmasuk perdagangan RI terutama melalui jalur laut dan pelabuhan-pelabuhan
penting. Blokade ini dilakukan mulai bulan November 1945. Adapun alasan dari
pemerintah Belanda melakukan blokade ini adalah :
Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
Mencegah kelurnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing
lainnya.
Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh bangsa
lain.
Dengan adanya blokade tersebut menyebabakan:
Barang-barang ekspor RI terlambat terkirim.
Barang-barang dagangan milik Indonesia tidak dapat di ekspor bahkan banyak
barang-barang ekspor Indonesia yang dibumi hanguskan.
Indonesia kekurangan barang-barang import yang sangat dibutuhkan.
Inflasi semakin tak terkendali sehingga rakyat menjadi gelisah.
Tujuan/harapan Belanda dengan blokade ini adalah
- Agar ekonomi Indonesia mengalami kekacauan
- Agar terjadi kerusuhan sosial karena rakyat tidak percaya kepada pemerintah
Indonesia, sehingga pemerintah Belanda dapat dengan mudah mengembalikan
eksistensinya.
- Untuk menekan Indonesia dengan harapan bisa dikuasai kembali oleh Belanda.
3.
Kekosongan kas Negara
Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnya belum
ada sementara pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah
hanya bergantung kepada produksi pertanian. Karena dukungan dari bidang
pertanian inilah pemerintah Indonesia masih bertahan, sekalipun keadaan ekonomi
sangat buruk.
B. UPAYA MENGATASI BLOKADE EKONOMI BELANDA (NICA)
Upaya pemerintah untuk keluar dari masalah blokade tersebut adalah sebagai
berikut.
1.
Usaha bersifat politis, yaitu Diplomasi Beras ke India
Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu pemerintah India yang sedang
ditimpa bahaya kelaparan dengan mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga
sangat rendah. Pemerintah melakukan hal ini sebab akibat blokade oleh Belanda
maka hasil panen Indonesia yang melimpah tidak dapat dijual keluar negeri
sehingga pemerintah berani memperkirakan bahwa pada pada musim panen 1946
akan diperoleh suplai hasil panen sebesar 200.000 sampai 400.000 ton. Sebagai
imbalannya pemerintah India bersedia mengirimkan bahan pakaian yang sangat
dibutuhkan oleh rakyat Indonesia pada saat itu. Saat itu Indonesia tidak
memikirkan harga karena yang