MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA SEBAGAI S

MAKALAH IMPLEMENTASI PANCASILA
SEBAGAI SEBUAH IDEOLOGI TERBUKA DI
INDONESIA

Nama

:

Devita Faradina

NIM

:

14513080

Mata Kuliah

:

Pendidikan Pancasila (D)


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
TEKNIK LINGKUNGAN

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pancasila adalah dasar negara yang merupakan dasar dalam mengatur penyelenggaraan
negara disegala bidang, baik bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam.Era
global menuntut kesiapan segenap komponen bangsa untuk mengambil peranan sehingga
dampak negatif yang kemungkinan muncul dapat segera diantisipasi. Kesetiaan, cinta tanah air
dan patriotisme warga negara kepada bangsa dan negaranya dapat diukur dalam bentuk kesetian
terhadap filsafat negaranya. Kesetiaan ini akan semakin lengkap jika mengaui dan meyakini
kebenaran dan keunggulan Pancasila sepanjang masa. Pancasila dalam kedudukannya sebagai
ideologi negara, diharapkan mampu menjadi filter dalam menyerap pengaruh perubahan jaman
di era globalisasi ini Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus senantiasa mampu berinteraksi
secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak boleh berubah, namun pelaksanaannya harus kita

sesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang selalu akan kita hadapi dalam setiap
kurun waktu. Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapan yang
berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual.
Globalisasi tidak akan mungkin dihindari oleh bangsa Indonesia, tetapi dengan adanya
Pancasila, globalisasi akan disesuaikan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila. Dengan
memiliki wawasan yang luas dan pemahaman yang benar terhadap Pancasila kita dapat
menerapkan hidup yang benar sesuai Pancasila di era globalisasi.Sehingga kita sebagai rakyat
Indonesia harus memiliki wawasan yang luas dan pemahaman yang benar tentang nilai-nilai
kebaikan yang terdapat dalam Pancasila. Sehingga fungsi Pancasila sungguh dapat dibanggakan
karena keberhasilannya dalam mengatasi pengaruh-pengaruh yang merugikan dari globalisasi.

1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud Pancasila sebagai ideologi terbuka?
2) Bagaimanakah perwujudan dari Pancasila sebagai ideologi terbuka di era globalisasi?
3) Bagaimana Implementasi pancasila di era globalisasi?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pancasila sebagai ideologi terbuka

Istilah “Ideologi” berasal dari kata “ideo” yang berarti cita-cita dan “logy” yang berarti
pengetahuan, ilmu faham. Beberapa pengertian tentang ideologi dapat dikemukakan di sini, di
antaranya adalah
a) W. White
“The sum of political ideas of doctrines of distinguishable class of group of people”
(ideologi ialah soal cita-cita politik atau doktrin (ajaran) dari suatu lapisan masyarakat atau
sekelompok manusia yang dapat dibeda-bedakan).
b) Harold H Titus
“A term used for any group of ideas concerning various politicaland economic issues and
social philosophies often applied to a systematic schema of ideas held by group classes” (suatu
istilah yang dipergunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik
dan ekonomi serta filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematik
tentang cita - cita yang dijalanakan oleh sekelompok atau lapisan masyarakat.)
c) Encyclopedia Internasional
Ideologi adalah sistem gagasan , keyakinan, dan sikap yang mendasari cara hidup suatu
kelompok, kelas atau masyarakat tertentu.
d) Drs. Moerdiono
Ideologi berarti “a system of ideas”, akan mensistematisasikan seluruh

pemikiran


mengenai kehidupan ini dan melengkapinya dengan sarana serta kebijakan dan strategi dengan
tujuan menyesuaikan keadaan nyata dengan nilai - nilai yang terkandung dalam filsafat yang
menjadi induknya.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat kita pahami adanya beberapa bagian
pokok dalam ideologi yaitu:



Seperangkat gagasan yang disusun secara sistematis



Pedoman tentang cara hidup



Tatanan yang hendak dituju oleh suatu kelompok (kelas, negara)




Dipegang teguh oleh kelompok yang meyakininya
Jadi ideologi merupakan hasil refleksi (perenungan) manusia terhadap dunia

kehidupannya. Sehingga keyakinan terhadap ideologinya semakin mantap pula tekad untuk
melaksanakannya.
Ideologi terbuka ialah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan
digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya sendiri. Ideologi
terbuka dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal.
Sumber semangat ideologi terbuka itu sebenarnya terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945,
yang menyatakan, “... terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang
tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan
aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah cara membuatnya,
mengubahnya dan mencabutnya“.
Arti “terbuka” dari ideologi ditentukan oleh dua hal, pertama bersifat konseptual (struktur
ideologi) dan kedua bersifat dinamis (sikap para penganutnya):
-

Bersifat Konsepsual, yaitu Struktur Ideologi


Menurut Corbet, struktur ideologi tersusun oleh: pandangan filsafat tentang alam semesta
dan manusia, konsep masyarakat ideal yang dicita-citakan, dan metodologi untuk mencapainya.
Ketiga unsur tersebut akan selalu terhubung dengan relasi heuristi (relasi inovatif), yaitu apabila
pandangan filsafatinya mengenai alam semesta dan manusia bersifat tertutup, maka cita-cita
instrinsiknya dengan sendirinya bersifat tertutup, sehingga akan tertutup pula metode
berpikirnya. Demikian sebaliknya, apabila ajaran ontologis-nya bersifat terbuka, maka cita-cita
intrinsik dan maupun metode berpikirnya berturut-turut bersifat terbuka pula.
-

Bersifat Dinamis, yaitu Sikap Para Penganutnya

Bahwa ideologi yang bersifat abstrak, niscaya membutuhkan subjek pengamal/pelaksana,
yaitu sejumlah penganut atau pendukung yang mengidentifikasikan hidupnya dengan ideologi
yang dianutnya, menerima kebenaran, berjuang, dan bekerja dengan setia untuknya. Pencapaian
kebersamaan-hidup ideal membutuhkan perjuangan panjang dari generasi ke generasi dalam
sistem sosial yang niscaya bersifat terbuka sejalan dengan perubahan zaman.

Menurut Dr. Alfian, seorang ahli politik Indonesia, Pancasila memenuhi syarat sebagai
ideologi terbuka yang sifatnya luwes dan tahan terhadap perubahan zaman karena di dalamnya
memnuhi tiga dimensi ideologi, yaitu:

1)

Dimensi Realitas

Nilai – nilai ideologi itu bersumber dari nilai-nilai yang riil hidup di dalam masyarakat
Indonesia. Kelima nilai dasar Pancasila itu kita temukan dalam suasana atau pengalaman
kehidupan masyarakat bangsa kita yang bersifat kekluargaan, kegotong-royongan atau
kebersamaan.
2)

Dimensi Idealitas

Suatu ideologi perlu mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang
kehidupan. Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila merupakan nilai-nilai yang di
cita-citakan dan ingin diwujudkan.
3) Dimensi Fleksibilitas
Nilai dasar Pancasila adalah fleksibel karena dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan
tuntutan perubahan
Ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis dan senantiasa menyesuaikan dengan
perkembangan zaman. Pandangan Pancasila sebagai ideologi terbuka didorong oleh tantangan

zaman. Apapila suatu ideologi tidak memiliki dimensi fleksibilitas, maka ideologi itu akan
mengalami kesulitan bahkan mungkin kehancuran dalam menghadapi tantangan zaman. Gagasan
pertama mengeni Pancasila sebagai ideologi terbuka secara formal ditampilkan sekitar tahun
1985, walaupun semangatnya sendiri sesungguhnya dapat ditelusuri dari pembahasan para
pendiri negara pada tahun 1945. Pemikiran Pancasila sebagai deologi terbuka tersirat di dalam
penjelasan UUD 1945 di mana disebutkan “ Maka telah cukup jika Undang-Undang Dasar hanya
memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara
negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial terutama bagi negara
baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan
pokok, sedang aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada
undang-undang yang lebih mudah caranya membuat, mengubah, dan mencabut”. Dari kutipan

tersebut kita dapat memahami bahwa UUD1945 pada hakikatnya mengandung unsur
keterbukaan; karena dasar UUD 1945 adalah pancasila, maka Pancasila merupkan ideologi
nasional bagi bangsa Indonesia bersifat terbuka pula.
2.2 Perwujudan Pancasila sebagai ideologi terbuka
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi
oleh bangsa Indonesia. Namun demikian, faktor manusia baik penguasa maupun rakyat, sangat
menentukan dalam mengukur kemampuan sebuah ideologi dalam menyelesaikan berbagai
masalah. Sebaik apapun ideologi, tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang baik,

hanyalah utopia atau angan-angan belaka
Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk
pola pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern. Kita mengenal ada tiga tingkat
nilai, yaitu nilai dasar yang tidak berubah, nilai instrumental sebagai sarana mewujudkan nilai
dasar yang dapat berubah sesuai keadaan dan nilai praktis berupa pelaksanaan secara nyata yang
sesungguhnya. Nilai-nilai Pancasila dijabarkan dalam norma - norma dasar Pancasila yang
terkandung dan tercermin dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai atau norma dasar yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 ini tidak boleh berubah atau diubah. Karena itu adalah
pilihan dan hasil konsensus bangsa yang disebut kaidah pokok dasar negara yang fundamental
(Staats fundamenteal norm). Perwujudan atau pelaksanaan nilai-nilai instrumental dan nilai-nilai
praktis harus tetap mengandung jiwa dan semangat yang sama dengan nilai dasarnya.
Bukti bahwa Pancasila adalah ideologi terbuka adalah :


Pancasila memiliki pandangan hidup dan tujuan serta cita-cita masyarakat Indonesia.



Tekad untuk mengembangkan kekreatifitasan dan dinamis untuk mencapai tujuan
nasional.




Pengalaman sejarah bangsa Indonesia.



Terjadi atas dasar keinginan bangsa (masyarakat) Indonesia sendiri tanpa campur tangan
atau paksaan dari sekelompok orang.



Isinya tidak operasional.



Menginspirasikan kepada masyarakat agar bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.




Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima oleh semua masyarakat yang memiliki
latar belakang dan budaya yang berbeda.

2.2 Implementasi pancasila di era globalisasi
Implementasi ideologi Pancasila bersifat fleksibel dan interaktif (bukan doktriner). Hal
ini karena ditunjang oleh eksistensi ideologi Pancasila yang memang semenjak digulirkan oleh
para founding fathers (pendiri negara) telah melalui pemikiran-pemikiran yang mendalam
sebagai kristalisasi yang digali dari nilai-nilai sosial-budaya bangsa Indonesia sendiri.
Fleksibelitas ideologi Pancasila, karena mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
1) Nilai Dasar
Merupakan nilai-nilai dasar yang relatif tetap (tidak berubah) yang terdapat di dalam
Pembukaan UUD 1945. Nilai-nilai dasar Pancasila (Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, dan Keadilan Sosial), akan dijabarkan lebih lanjut menjadi nilai instrumental dan
nilai praxis yang lebih bersifat fleksibel, dalam bentuk norma-norma yang berlaku di dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2) Nilai Instrumental
Merupakan nilai-nilai lebih lanjut dari nilai-nilai dasar yang dijabarkan secara lebih
kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945, TAP MPR, dan Peraturan perundang-undangan
lainnya.
3) Nilai Praxis
Merupakan nilai-nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata seharihari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Nilai praxis yang
abstrak (misalnya : menghormati, kerja sama, kerukunan, dan sebagainya), diwujudkan dalam
bentuk sikap, perbuatan, dan tingkah laku sehari-hari. Dengan demikian nilai-nilai tersebut
nampak nyata dan dapat kita rasakan bersama.Jika ditinjau dari segi pelaksanaan nilai yang
dianut, maka sesungguhnya pada nilai praxsislah ditentukan tegak atau tidaknya nilai dasar dan
nilai instrumental itu. Bagi suatu ideologi, yang paling penting adalah bukti pengamalannya atau
aktualisasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Suatu ideologi dapat
mempunyai rumusan yang amat ideal dengan ulasan yang amat logis serta konsisten pada tahap

nilai dasar dan nilai instrumentalnya. Akan tetapi, jika pada nilai praksisnya rumusan tersebut
tidak dapat diaktualisasikan, maka ideologi tersebut akan kehilangan kredibilitasnya.
Berikut implementasi nilai-nilai sila pancasila yang mengacu pada kehidupan berbangsa
dan bernegara :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya masyarakat Indonesia meyakini
dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masingmasing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.Di dalam kehidupan masyarakat
Indonesia dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan
penganut yang berbeda-beda, sehingga dapat selalu dibina kerukunan hidup di antara sesama
umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sadar bahwa agama dan
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
dengan Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakini, maka dikembangkanlah sikap saling
menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya dan tidak
memaksakan suatu agama dan kepercayaan itu kepada orang lain.oleh karna itu sikap toleransi
kepada sesame warga Negara harus lebih di junjung agar idak terjadi selisih paham atau konflik
antar keyakinan
2. Kemanusian Yang Adil dan Beradab
Pada sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab manusia diakui dan diperlakukan sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya,
yang sama hak dan kewajiban-kewajiban asasinya tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan social, warna kulit, dan sebagainya. Karena itu
kita harus menanamkan pada diri kita sikap saling mencintai sesama manusia sikap tenggang
rasa serta sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. Kemanusian yang adil dan beradap
berarti menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian, gemar melakukan kegiatan-kegiatan
kemanusian dan berani membela dan mengakui kebenaran dan keadilan. Sadar bahwa Manusia
adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya bagian dari seluruh umat manusia,
karena itu dikembangkanlah sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa-bangsa
lain.

3. Persatuan Indonesia
Pada sila Persatuan Indonesia, manusia Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan,
serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Menempatkan Kepentingan Negara dan Bangsa di atas kepentingan pribadi berarti bahwa
manusia Indonesia sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan Negara dan bangsa itu
dilandasi oleh rasa cinta tanah air dan bangsanya, maka dikembangkanlah rasa kebanggaan
kebangsaan dan bertanah air Indonesia, dalam rangka memelihara ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Persatuan dikembangkan atas
dasar Bhineka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
Pada

sila

Kerakyatan

yang

Dipimpin

oleh

Hikmah

Kebijaksanaan

dalam

Permusyawaratan Perwakilan, manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban
yang sama. Dalam menggunakan hak-haknya ia menyadari perlunya selalu memperhatikan dan
mengutamakan kepentingan Negara dan kepentingan masyarakat. Karena mempunyai
kedudukan hak dan kewajiban yang sama maka pada dasarnya tidak boleh ada satu kehendak
yang dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum mengambil keputusanyang menyangkut
kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah. Keputusan disyahkan secara
mufakat. Musyawarah untuk mencapai mufakat ini diliputi oleh semangat kekeluargaan, yang
merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Manusia Indonesia menghormati dan menjunjung tinggin
setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan menerima dan
melaksanakan dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Pada sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari
hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam masyarakat Indonesia.
Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama,
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
Demikian Perlu dipupuk sikap suka memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan
agar dapat berdiri sendiri. Demikian juga dipupuk sikap suka kerja keras dan sikap menghargai
hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Dalam menghadapi pengaruh globalisasi bangsa Indonesia harus menentukan sikap untuk
selektif terhadap segala kemajuan yang datang. Artinya kita tidak mungkin menutup diri dari
segala perubahan tetapi kita harus tetap waspada bahkan menolak terhadap pengaruh negatif dari
perubahan tersebut. Dengan demikian kita akan menerima segala pengaruh yang bersifat positif
demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat, tetapi menolak tegas segala pengaruh yang
akan membawa akibat kesensaraan rakyat dan hilangnya kepribadian atau jati diri kita sebagai
bangsa. Adapun dasar atau ukuran nilai-nilai tersebut sesuai dengan kepribadian kita tentu saja
adalah ideologi nasional yaitu Pancasila. Artinya pengaruh atau nilai-nilai tersebut kita
hubungkan dengan Pancasila apakah bertentangan atau justru dapat memperkaya nilai-nilai
bangsa kita dan mendatangkan kemajuan bagi bangsa.
Selain sikap selektif dengan hanya memilih nilai-nilai budaya asing yang sesuai dengan
kepribadian kita, hal yang tidak kalah pentingnya yang harus kita upayakan adalah meningkatkan
kesiapan bangsa ini untuk menghadapi pengaruh globalisasi yang makin deras. Oleh karena itu
dalam menerima masuknya pengaruh, ilmu pengetahuan dan teknologi maupun modal asing ke
Indonesia selain bersikap selektif, kita harus meningkatkan ketahanan nasional bangsa kita dalam
aspek kehidupan. Dengan demikian kita memiliki kesiapan mental dalam menerima arus
globalisasi tersebut sehingga kita dapat menuju pada bangsa maju modern dengan tetap
berpegang teguh pada kepribadian atau jati diri bangsa sendiri.

BAB III
KESIMPULAN

Pancasila diharapkan mampu menjadi filter dalam menyerap pengaruh perubahan jaman
di era globalisasi ini. Nilai-nilai Pancasila tidak boleh berubah, namun pelaksanaannya harus kita
sesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang selalu akan kita hadapi dalam setiap
kurun waktu. Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapan yang
berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual.
Dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara hendaknya kita sebagai warga
negara Indonesia harus selalu mampu menerapkan nilai-nilai Pancasila dengan tepat sesuai
makna yang terkandung di dalamnya. Terlebih lagi di era globalisasi ini harus semakin kuat lagi
dalam menerapkannya agar jati diri bangsa Indonesia tidak hilang.

DAFTAR PUSTAKA

Faisalikhan. “Makalah Pancasila sebagai Ideologi Terbuka dan Kaitannya dengan Penegakan
Supremasi. 16 Juni 20016. https://www.scribd.com/doc/76289157/Makalah-Pancasila-SebagaiIdeologi-Terbuka-Dan-Kaitannya-Dengan-Penegakan-Supremasi
Kristyawan. “Penerapan Pancasila sebagai Ideologi pada Era Globalisasi”. 13 Juni 2016.
http://amikom.ac.id/research/index.php/DTI/article/viewFile/6226/3815
Mutiah,

Siti.



Makalah

Pancasila

sebagai

ideologi”.

13

Juni

2016.

http://alcmuthya.blogspot.co.id/2014/01/makalah-pancasila-sebagai-ideologi.htmlSusanto,
Oesman.



Makalah

Pancasila

sebagai

Ideologi

Terbuka.

13

Juni

2016.

http://oesmansoeaman.blogspot.co.id/2012/07/pancasila-sebagai-ideologi-terbuka_12.html
Pamungkas, Singgih. “Pancasila sebagai Ideologi Terbuka di Indonesia Aktualisasi Pancasila
sebagai

Ideologi

Terbuka

di

Indonesia”.

13

Juni

2016.

http://pangeranwungu.blogspot.co.id/2013/03/pancasila-sebagai-ideologi-terbuka-di.html
Saputra, Doni. “Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”. 13 Juni
2016. http://amikom.ac.id/research/index.php/sti/article/download/6022/4646