Pembangunan Infrastruktur Desa dalam pembangunan

PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR DE

0

Faisal Hawary

KATA PENGANTAR  
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Bahasa
Indonesia membuat buku ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
buku ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga buku ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Buku ini saya akui masih banyak
kekurangan karena kurangnya pengalaman yang
saya miliki. Oleh kerena itu saya harapkan

kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan buku ini.
Madiun, Desember 2014
Faisal Hawary

1

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................i
Daftar Isi...............................................................ii
Pendahuluan.........................................................1
Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan. .3
Pembangunan Transportasi Perdesaan................7
Isu Transportasi Pedesaan..........................9
Tujuan Program Transportasi Perdesaan. 10
Pelaksanaan Pelayanan dan Infrastruktur
Transportasi Perdesaan............................11
Insentif Untuk Transportasi Perdesaan....12
Pembangunan

Pedesaan
dalam
Konteks
Agropolitan, Desentralisasi, dan Otonomi Daerah
di Indonesia........................................................14
Konsep Agropolitan...................................14
Undang Undang Desentralisasi dan Otonomi
Daerah di Indonesia............................................17
Konteks Nasional.......................................17
2

Kesimpulan.........................................................20
Daftar Pustaka....................................................21

3

PENDAHULUAN
Menurut data Kemendagri buku induk kode
dan data wilayah administrasi pemerintahan per
provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan seluruh

Indonesia tahun 2013, terdapat 72.944 wilayah
administrasi desa dan 8.309 wilayah administrasi
kelurahan. Sehingga total wilayah administrasi
setingkat desa dan kelurahan sejumlah 81.253
wilayah.
Komposisi penduduk masih didominasi
penduduk desa sebesar 56% dan penduduk kota
sebesar 44% dengan kontribusi kota besar dan
metropolitan terhadap pertumbuhan mencapai
32%. Sedangkan kontribusi kota menengah dan
kecil hanya 7% terhadap pertumbuhan.
Namun,
dengan
pertumbuhan
yang
timpang antara desa dan kota tersebut
menyebabkan adanya kesenjangan antara desa
dan kota, dan tingkat kemiskinan di desa lebih
besar dibandingkan di kota.
Per Maret 2010, angka kemiskinan sudah

cukup menurun, di desa 19 juta orang, di kota
11,1 juta orang. Sedangkan pada tahun 2009,
angka kemisikinan di desa 20,62 juta orang,
sedangkan di kota 11,91 juta orang.
Dengan kondisi seperti itu banyak sekali
yang harus dilakukan dengan pembangunan
pedesaan. Salah satu caranya, dengan pemberian
pengertian mengenai diversifikasi pangan non
beras karena 60-70% penduduk masih sangat
bergantung pada komoditas beras. Selain itu,
pastinya pembangunan infrastruktur.
1

Pembangunan desa akan menciptakan
keseimbangan pembangunan nasional. Penting
membangun dari desa dan pinggiran. Persoalan
mengenai mengapa pembangunan hanya berusia
pendek karena pondasinya rapuh, dan desa tidak
diberdayakan.
Keseimbangan

pembangunan
dapat
dilakukan apabila desa mendapatkan jumlah
fasilitas yang tepat. Hal itu guna menciptakan
sektor-sektor yang kuat di desa dan memberikan
keseimbangan bagi pembangunan nasional.
Harus ada pilar-pilar di desa yang dapat
memberikan keseimbangan. Kalau dalam dimensi
saja tidak seimbang, kita tidak bisa mendapatkan
pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Jangan sampai desa menjadi 'anak tiri'
dalam pembangunan. Hal tersebut justru akan
menimbulkan
ketidakadilan.
Keseimbangan
pembangunan
desa
dan
nasional
akan

memperkuat
dan
memperkokoh
bangsa.
Infrastruktur di desa harus diperhatikan. Desa
pun harus mendapatkan teknologi yang sesuai
untuk memberdayakan daerahnya.
Pembangunan perdesaan juga menjadi
salah satu cara untuk memulihkan ekonomi
nasional. Pedesaan dapat membantu perkotaan
ketika terjadi krisis ekonomi. Karena itu
pembangunan perkotaan harus diiringi dengan
pembangunan perdesaan.
Proses desentralisasi akan berlangsung
dengan baik apabila pembangunan perdesaan
dilaksanakan. Apabila perdesaan mandiri, maka
2

otonomi daerah yang diberikan menjadi kuat, dan
siap untuk melaksanakan pemerintahan mandiri.

Perdesaan harus dihubungkan antara
daerah lain, karena tidak semua perdesaan
merupakan desa yang produktif karena itu desa
dan kota yang berdekatan perlu dihubungkan
agar distribusi barang dan jasa dapat terlaksana.
Transportasi perdesaan merupakan kunci
dalam
pembangunan
sosial
dan
ekonomi
perdesaan. Keterkaitan antara suatu desa dan
berbagai daerah lain, merupakan mata rantai
ekonomi yang perlu difasilitasi.

PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PERDESAAN
PPIP
atau
program

pembangunan
infrastruktur perdesaan bertujuan meningkatkan
kualitas
kehidupan,
kemandirian,
dan
kesejahteraan masyarakat, melalui partisipasi
dalam memecahkan permasalahan yang terkait
kemiskinan dan ketertinggalan desa.
PPIP
merupakan
program
berbasis
pemberdayaan di bawah payung PNPM Mandiri,
yang
bantuannya
meliputi
fasilitasi
dan
memobilisasi masyarakat dalam melakukan

identifikasi permasalahan kemiskinan, menyusun
3

perencanaan dan melaksanakan pembangunan
infrastruktur desanya.
Program
Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat atau PNPM sendiri merupakan salah
satu
mekanisme
program
pemberdayaan
masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri
dalam upaya mempercepat penanggulangan
kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di
wilayah perdesaan.
Berikut merupakan penjelasan dari PPIP
Maksud;
Untuk

meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat desa melalui perbaikan akses
masyarakat
miskin
terhadap
pelayanan
infrastruktur dasar perdesaan.
Tujuan;
1. Tujuan jangka panjang adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa;
2. Tujuan jangka menengah adalah
3. Meningkatkan akses masyarakat miskin
dan yang mendekati miskin ke infrastruktur
dasar di wilayah pedesaan.
4. Meningkatkan peran serta masyarakat
dalam penyediaan infrastruktur perdesaan.
Sasaran;
1. Tersedianya infrastruktur perdesaan yang

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
4

masyarakat, berkualitas, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan.
2. Meningkatnya
kemampuan
masyarakat
perdesaan
dalam
penyelenggaraan
infrastruktur perdesaan.
3. Meningkatnya jumlah penanganan desa
tertinggal sejalan dengan RPJMN 20042009.
4. Meningkatnya
kemampuan
pemerintah daerah sebagai
pembangunan di perdesaan.

aparatur
fasilitator

5. Terlaksananya
penyelenggaraan
pembangunan infrastruktur perdesaan yang
partisipatif, transparan, akuntabel, dan
berkelanjutan.
Prinsip;
1. Pemilihan
kegiatan
berdasarkan
musyawarah masyarakat (acceptable).
2. Dilaksanakan masyarakat secara terbuka
(transparent).
3. Dapat
(accountable).

dipertanggungjawabkan

4. Memberikan manfaat kepada masyarakat
secaraberkelanjutan (sustainable).
5

Pendekatan;
1. Pemberdayaan.
2. Keberpihakan kepada yang miskin.
3. Otonomi dan desentralisasi.
4. Partisipatif.
5. Keswadayaan.
6. Keterpaduan program pembangunan.
7. Penguatan kapasitas kelembagaan.
Ruang Lingkup Program;
1. Pembangunan infrastruktur transportasi
perdesaan untuk mendukung peningkatan
aksesibilitas masyarakat desa, yaitu: jalan,
jembatan perdesaan, titian dan tambatan
perahu;
2. Pembangunan
infrastruktur
mendukung produksi pertanian,
irigasi perdesaan;

yang
yaitu:

3. Pembangunan
infrastruktur
yang
mendukung pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat,
meliputi:
penyediaan
air
minum, dan sanitasi perdesaan.
Pola Pelaksanaan Program;
6

1. Program ini dilaksanakan oleh masyarakat
desa sasaran secara swakelola melalui
Organisasi Masyarakat Setempat sebagai
pengelola kegiatan.
2. Penetapan jenis infrastruktur, perencanaan
dan operasi pemeliharaanya dilaksanakan
berdasarkan Keputusan dalam Musyawarah
Desa.
3. Selama pelaksanaan di tingkat desa
dilakukan pendampingan oleh Fasilitator
(Konsultan).

7

PEMBANGUNAN TRANSPORTASI PERDESAAN
Tingkat kemiskinan yang telah berkurang
dari 60 juta pada tahun 1970 menjadi 22,5 juta di
tahun 1996, namun akibat perubahan politik di
Indonesia tahun 1997 tingkat kemiskinan
meningkat sampai 45,9 juta dari 250 juta
penduduk Indonesia.
Program ekonomi saat ini memprioritaskan
infrastruktur perdesaan sebagai salah satu solusi
untuk
memperkuat
ekonomi
Indonesia.
Memprioritaskan
infrastruktur
perdesaan
bertujuan
untuk
memberi
peluang
bagi
kemampuan daerah dan perdesaan sebagai
tulang punggung ekonomi regional dan nasional.
Sistem
distribusi
harus
menjamin
keamanan
barang
dan
pelayanan
antara
produsen dan pelanggan untuk menjamin
keuntungan.
Hubungan
antara
ekonomi
perdesaan dan ekonomi
perkotaan harus
didukung oleh sistem distribusi yang baik untuk
menjamin keberhasilan ekonomi.
Revitalisasi peran transportasi perdesaan
untuk pembangunan sosial dan ekonomi di
perdesaan semakin meningkat, sebagai akibat
dari proses desentralisasi. Dengan adanya
transportasi di perdesaan menjadi salah satu cara
untuk menekan tingkat urbanisasi. Dalam dekade
terakhir, tingkat pembangunan di perkotaan
menyebabkan tingginya tingkat urbanisasi karena
8

timpangnya
tingkat
pembangunan
antara
perdesaan dan perkotaan.
Dengan adanya transportasi di perdesaan
tingkat mobilitas pelayanan dan barang akan
meningkat, sehingga kebutuhan yang tidak dapat
dihasilkan dapat diperoleh dari perdesaan lain.
Pada
dasarnya
pembangunan
sistem
transportasi
perdesaan
memerlukan
tiga
komponen: infrastruktur transportasi perdesaan,
pelayanan trensportasi perdesaan, dan kapasitas
manajemen untuk menangani pelayanan dan
infrastruktur transportasi.
Kebijakan dan Program Pemerintah dalam
Pengembangan, Pengentasan Kemiskinan dan
Transportasi di Perdesaan
Pemerintah memiliki misi yaitu membangun
daerah perdesaan yang dapat dicapai melalui
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan
produktivitas
dan
keanekaragaman
usaha
perdesaan, ketersediaan sarana dan fasilitas
untuk
mendukung
ekonomi
perdesaan,
membangun dan memperkuat institusi yang
mendukung rantai produksi dan pemasaran, serta
mengoptimalkan sumber daya alam sebagai dasar
pertumbuhan ekonomi perdesaan.
Transportasi menjadi elemen penting dan
strategis untuk mendukung misi ini, terutama
dalam menjamin mobilitas orang dan barang dari
suatu tempat ke tempat lain, mendistribusi ke
daerah, regional, nasional, dan internasional.
Untuk
mendukung
misi
tersebut,
pemerintah merubah fungsi dari penyedia
menjadi fasilitator, regulator, dan koordinator
9

untuk pemberdayaan masyarakat. Ini akan
menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang
baik
untuk
diterapkan
disemua
tingkat
pembangunan dan keputusan yang dibuat
berdasarkan kebutuhan dari masyarakat.
Pembangunan desa merupakan kebijakan
dan strategi pengentasanan kemiskinan. Pada
tahun 1993 pemerintah membuat program IDT
untuk mengentaskan kemiskinan pada desa
tertinggal dan diikuti program P3DT pada tahun
1995 untuk mendukung dan meningkatkan
implementasi IDT.
Pada tahun 1998 pemerintah melalui
BAPPENAS meluncurkan program PPK yang pada
dasarnya merubah tingkat pembangunan dari
tingkat desa ke tingkat kecamatan. Program ini
memfokuskan pada penyediaan dana berputar
dengan menggunakan lembaga keuangan yang
dimiliki masyarakat.
Pararel dengan konsep pembangunan
perdesaan dan program pengentasan kemiskinan,
Direktorat
Jenderal
Pembangunan
Daerah
(Bangda), Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah telah membuat reformasi organisasi
untuk menitikberatkan pada pembangunan,
supervisi
dan
pelatihan.
Tugas
tersebut
merupakan implementasi empat fungsi birokrasi
yaitu pelayanan, pemberdayaan, pemabngunan
dan jaringan usaha.
Transportasi
diharapkan
merespons
masalah
pembangunan
perdesaan
dan
pengentasan
kemiskinan
melalui
program
transportasi berikut ini: (a) mempertahankan dan
10

meningkatkan
pelayanan
fasilitas
dan
infrastruktur
transportasi
(b)
melanjutkan
peningkatan sistem transportasi lokal, dan (c)
peningkatan aksesibilitas ke fasilitas dan sarana
transportasi.
Isu Transportasi Perdesaan
Transportasi perdesaan dan aksesibilitas
perdesaan mempunyai arti konseptual yang
sederhana namun terdapat isu kompleks di
sekitarnya. Secara definisi “akses” adalah (a)
means of approaching something or somebody or
entering a place, (b) opportunity or right to use
something or approach somebody.
Definisi lain dari akses termasuk “means or
right
of
using,
reaching
or
obtaining”.
International
Labour
Organization
(ILO)
mendefinisikan transport sebagai “pergerakan
orang dan barang dengan sarana apapun yang
mungkin, untuk tujuan apapun yang mungkin”.
World Bank mendefinisikan transportasi sebagai
“kegiatan menghubungkan orang ke tempattempat dan sumber daya”. Transport adalah
sarana untuk meningkatkan kemampuan (atau
mobilitas) bagi orang untuk mencapai akses
pelayanan dan fasilitas yang dibutuhkan.
Program dan proyek terdahulu di bidang
transportasi
perdesaan
umumnya
didasari
pendekatan blue print dan bias dengan kondisi di
Jawa.
Pembangunan
perdesaan
tidak
menciptakan kondisi yang independen dan interdependensi, tetapi menciptakan ketergantungan
11

pada daerah perkotaan (secara temapt) dan
pemerintah pusat (secara organisasi dan politik).
Konstruksi jalan perdesaan berbasis buruh
di
Kabupaten
Manggarai,
Pulau
Flores
merupakan contoh ideal bagaimana pendekatan
partisipasi dapat membantu masyarakat mengerti
sepenuhnya tentang proses rencana, desain,
implementasi
dan
evaluasi.
Proyek
juga
menunjukkan bahwa kualitas dan biaya proyek
setara denagn proyek P3DT (untuk sarana
transportasi umumnya hanya untuk jalan) didanai
oleh OECF/JBIC telah menunjukkan denagn
meningkatkan aksesibilitas daerah perdesaan
telah mengurangi waktu perjalanan ke ibukota
kecamatan atau pasar lokal antara 60-80%. Desadesa sekarang dapat menggunakan kendaraan
beroda 4 dan beberapa populasi dapat dicapai
dengan kendaraan beroda 4. Proyek yang akan
datang seharusnya diarahkan ke dua kata kunci,
yaitu integrasi dan sinkronisasi di dalam dan
antar kecamatan.
Pada kasus di Nepal, jelas bahwa
kebutuhan masyarakat perdesaan menjadi pusat
pertanyaan transportasi perdesaan. Pendekatan
berdasarkan kebutuhan utnuk meningkatkan
aksesibilitas, merupakn kewajiban jika kita ingin
membangun program transportasi perdesaan. Ini
termasuk
program
perdesaan
untuk
mengentaskan kemiskinan dan adanya intervensi
dari non-transport. Isu lain yang berkembang di
Nepal tapi tidak di Indonesia adalah isu tentang
kesetaraan
gender
dan
kebutuhan
bagi
penyandang cacat. Disadari bahwa sistem
12

transportasi
yang
dibangun
dengan
cara
konvensional di daerah perdesaan sering kali
gagal memenuhi kebutuhan khusus wanita,
penyandang cacat dan orang yang memiliki
hambatan sosial.
Tujuan Program Transportasi Perdesaan
Undang-undang desentralisasi (UU 22/99
dan UU 25/99) merupakan perubahan besar
dalam memformulasikan tujuan pembangunan
program transportasi perdesaan. Dalam sistem
desentralisasi,
pemerintah
daerah
harus
membuat prioritas pembangunan dan merespon
kebutuhan pembangunan mereka sendiri. Yang
masyarakat perdesaan butuhkan adalah inti dari
proses pembangunan. Pentingnya akses untuk
membuka
isolasi
adalah
alasan
mengapa
transport
merupakan
elemen
esensial
di
pembangunan. Jones (1981, yang dikutip oleh
Dongges, 2001, dalam Jinny, 2001) menyataklan
bahwa
“Isolasi
adalah
halangan
utama
pembangunan. Isolasi menyebabkan kemiskinan,
karena pelayanan tidak mencapai yang terisolasi
dan membuat mereka tidak terkontak kegiatan
peningkatan pendapatan”. Program transportasi
harus menjamin akses orang ke kebutuhan dasar
juga kesempatan sosial dan ekonomi yaitu
termasuk
meningkatkan
keahlian
dan
produktivitas mereka.
Pelaksanaan Pelayanan dan Infrastruktur
Transportasi Perdesaan
13

Pemerintah melihat transportasi perdesaan
akan
memerankan
peran
penting
dalam
menjamin pergerakan penumpang dan barang
dari dan ke desa. Istilah “integrasi” sangatlah
esensial dalam hal ini. Integrasi horisontal,
vertikal
dan
diagonal
diperlukan
dalam
pendekatan holistik dalam pembangunan daerah.
Desentralisasi seharusnya tidak membuat
suatu daerah (distrik, kota atau propinsi)
terisolasi atau membuat mereka terisolasi, tapi
harus menciptakan suatu saling ketergantungan.
Faktor penting dalam pelayanan dan
transportasi perdesaan adalah pembiayaan dan
pengelolaan aset. Pada saat pembiayaan daerah
kadang-kadang
sulit
untuk
diandalkan,
pemerintah daerah dapat menerapkan beberapa
opsi pembiayaan seperti hibah (transfer fiskal
antar pemerintah), generasi baru road fund,
sumber pendapatan daerah dari jalan tol, pajak
dan fee seperti juga dari agen donor lain.
Inisiatif Untuk Transportasi Perdesaan
1. Pembangunan transportasi pedesaan harus
terus
didukung
untuk
meningkatkan
kemampuan daerah untuk meningkatkan
kehidupan yang berkesinambungan.
2. Masyarakat, termasuk sektor swasta dan
lembaga pendidikan harus didorong untuk
berperan
aktif
dalam
pengembangan
program transportasi pedesaan.
14

3. Para stakeholders harus membuat program
yang komprehensif berdasarkan rencana
aksi yang menoptimalkan penggunaan
sumber
daya
alam
daerah
dan
mengintegrasikan
prinsip
partisipasi,
penggunaan
sumber
daya
yang
berkesinambungan,
perlindungan
lingkungan dan pemahaman jender.
4. Inisiatif dan best practices yang berhasil di
bidang
pengembangan
transportasi
pedesaan
harus
disebarluaskan
dan
direplikasi seluas-luasnya.
5. Program
pengembangan
transportasi
pedesaan harus merujuk ke capacity
building sebagai aspek penting dalam
implementasi.
6. Semua stakeholders termasuk pemerintah
pusat
dan
daerah
harus
membuat
ketetapan untuk alokasi keuangan bagi
pengembangan transportasi pedesaan.
7. Semua stakeholders harus mempersiapkan
rencana kegiatan mereka sendiri untuk
meningaktkan transportasi pedesaan.
8. Pengembanagn
transportasi
pedesaan
harus menyertakan pemeliharaan sebagai
bagian yang tak terpisahakn dari rencana
implementasi untuk menjamin rencana
kesinambungannya.
15

9. Rencana kegiatan harus menyertakan
proses monitoring dan mekanisme evaluasi.

PEMBANGUNAN PEDESAAN DALAM KONTEKS
AGROPOLITAN, DESENTRALISASI, DAN
OTONOMI DAERAH DI INDONESIA
Konsep Agropolitan
16

Konsep
agropolitan
adalah
sebuah
kebijakan pemerintah pusat yang merupakan
pendekatan terpadu dari beberapa departemen
bidang ekonomi untuk pembangunan di pedesaan
khususnya pertanian dengan jalan melengkapi
infrastruktur, memperluas akses terhadap kredit
usaha untuk meningkatkan pendapatan petani
dan mendorong pertumbuhan industri guna
meningkatkan nilai tambah sektor pertanian.
Program ini dirancang dan dilaksanakan dengan
jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada
untuk mendorong berkembangnya sistem dan
usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis
kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi
(Deptan, 2002).
Namun
pada
kenyataannya
kawasan
agropolitan yang dibangun di Indonesia, tidak
pernah benar-benar mandiri dalam memenuhi
kebutuhan kawasan maupun dalam distribusi
produk.
Jadi
diperlukan
upaya
dalam
memanfaatkan dan mengkombinasikan faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal
(peluang dan tantangan) yang ada sebagai
potensi dan peluang yang dapat dimanfaatkan
dalam meningkatkan produtivitas wilayah akan
barang dan jasa, (Friedman & Allonso, 1978).
Konsep agropolitan memandang bahwa
pembangunan wilayah ditujukan sebagai pusat
pertumbuhan
ekonomi
yang
medorong
pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desadesa hinterland atau wilayah sekitarnya melalui
pengembangan ekonomi, yang tidak terbatas
sebagai pusat pelayanan sektor pertanian, tetapi
17

juga pembangunan sektor secara luas usaha
pertanian (on farmdan off farm), industri kecil,
pariwisata, jasa pelayanan, dan lain-lain. Dalam
hal ini dukungan infrastruktur sangat diperlukan
untuk
mendorong
terjadinya
peningkatan
produktivitas
bagi
faktor-faktor
produksi
pertanian (Dep.Kimpraswil, 2003).
Tujuan utama program ini adalah untuk
memenuhi pelayanan terhadap masyarakat di
pedesaan, dengan kata lain menurut Friedmann,
adalah menciptakan kota di desa agar para petani
atau masyarakat desa secara umum tidak perlu
pergi ke kota untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Terutama dalam hal pelayanan produksi
dan distribusi, pelayanan sosial, ekonomi, budaya
dan sebagainya. Disamping itu program ini juga
diharapkan dapat menahan masyarakat untuk
tetap
kerasan
berada
di
kampung
dan
membangun desa guna mengurangi exodus ke
kota.
Pengembangan
agropolitan
diciptakan
untuk mengurangi kesenjangan pembangunan di
daerah.
Teori
ini
mendukung
paradigma
pembangunan dari bawah yang muncul sebagai
pendekatan pembangunan yang mengutamakan
kekuatan lokal.
Menurut
Friedmann
dalam
Aydalot,
1985:146 menyatakan bahwa pembangunan dari
dalam
adalah
yang
bersifat
kedaerahan,
kerakyatan dan demokratis. Daerah merupakan
basis pembangunan, dimana wilyah merupakan
basis dari pembangunan itu sendiri, yaitu sebuah
kawasan tertentu dimana pembangunan terjadi
18

dan menarik sumber daya yang ada. Dia
merupakan hasil dari setiap bagian/komponen
wilayah dari suatu kawasan, dengan kata lain
komponen alam, budaya, ekonomi dan sosial.
Dikatakan kerakyatan bila dia melibatkan
partisipasi dari masyarakat setempat dan
dikatakan demokratis bila dia dapat mendukung
sistem yang demokratis dalam pelaksanaannya.
Kemudian program ini terutama sekali
diciptakan untuk menyetarakan pembangunan
kota dan desa, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi pedesaan, merangsang pertumbuhan
industri,
berkelanjutan
dan
mengurangi
urbanisasi kemudian menciptakan lapangan kerja
guna
meningkatkan
pendapatan
dan
kesejahteraan masyarakat.

19

UNDANG-UNDANG DESENTRALISASI DAN
OTONOMI DAERAH DI INDONESIA
Konteks Nasional
Desentralisasi merupakan sebuah alat
untuk mencapai salah satu tujuan bernegara,
terutama memberikan pelayanan publik yang
lebih baik dan menciptakan proses pengambilan
keputusan
publik
yang
lebih
demokratis.
Dorongan desentralisasi yang terjadi di berbagai
negara di dunia terutama di negara-negara
berkembang, dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Seperti yang dikemukakan oleh Machfud Sidik,
2003, misalnya, latar belakang atau pengalaman
suatu negara, peranannya dalam globalisasi
dunia,
kemunduran
dalam
pembangunan
ekonomi, tuntutan terhadap perubahan tingkat
20

pelayanan masyarakat, tanda-tanda adanya
disintegrasi di beberapa negara, dan yang
terakhir, banyaknya kegagalan yang dialami oleh
pemerintahan sentralistis dalam memberikan
pelayanan masyarakat yang efektif.
Hal ini lah yang disadari oleh rakyat
Indonesia untuk melakukan perubahan setelah 32
tahun tenggelam dalam era otoriter rezim Orde
Baru yang memimpin negara dari Jakarta dan
yang menjadikan Indonesia sebagai satu dari
negara-negara paling sentralistik di dunia.
Terutama tuntutan akan persamaan tingkat
pelayanan yang dirasakan sangat berbeda antara
suatu daerah dan lainnya, yang memicu
keinginan desintegrasi beberapa wilayah di
Indonesia terutama daerah yang kaya akan
sumber daya namun kurang terbangun. Hal ini
menimbulkan kecemasan tentang perpecahan
negara. Kondisi perekonomian Indonesia yang
terpuruk selama krisis ekonomi global yang
terjadi pada tahun 1997, memperkuat keinginan
masyarakat untuk merubah sistem pemerintahan
yang dianggap tidak mampu mengatasi kesulitan
yang timbul pada saat itu.
Berbagai
argumen
yang
mendukung
desentralisasi antara lain dikemukakan oleh
Tiebout (1956), Oates (1972), Tresch (1981),
Breton
(1996),
Weingast
(1995),
dan
sebagaimana dikutip oleh Litvack et al (1998)
yang mengatakan bahwa pelayanan publik yang
paling efisien seharusnya diselenggarakan oleh
wilayah yang memiliki kontrol geografis yang
paling minimum karena:
21

1. Pemerintah daerah sangat
kebutuhan masyarakatnya;

memahami

5. Keputusan
pemerintah
lokal
sangat
responsif terhadap kebutuhan masyarakat,
sehingga mendorong pemerintah lokal
untuk
melakukan
efisiensi
dalam
penggunaan dana yang berasal dari
masyarakat;
6. Persaingan
antar
daerah
dalam
memberikan
pelayanan
kepada
masyarakatnya
akan
mendorong
pemerintah lokal untuk meningkatkan
inovasinya.
Selanjutnya M. Djadijono dan T.A. Legowo
mengatakan bahwa kebijakan desentralisasi ini
menekankan empat hal utama:

22



Penyelenggaraan
otonomi
daerah
dilaksanakan
dengan
prinsip-prinsip
demokrasi
dan
memperhatikan
keanekaragaman daerah; Pengaturan,
pembagian, dan pemanfatan sumber
daya nasional antara pusat dan daerah
dilaksanakan
secara
adil
untuk
kemakmuran masyarakat daerah dan
bangsa secara keseluruhan;



Perimbangan
keuangan
pusat
dan
daerah
dilaksanakan
dengan
memperhatikan potensi daerah, luas

daerah,
keadaan
geografi,
jumlah
penduduk dan tingkat pendapatan
masyarakat di daerah; dan


Penyelenggaraan
otonomi
daerah;
pengaturan,
pembagian
dan
pemanfaatan sumber daya nasional yang
berkeadilan; dan perimbangan keuangan
pusat dan daerah dalam kerangka
mempertahankan dan memperkokoh
Negara Kesatuan Republik Indonesia
dilaksanakan
berdasarkan
asas
kerakyatan dan berkesinambungan yang
diperkuat dengan pengawasan Dewan
Perwakilan
Rakyat
Daerah
dan
masyarakat.

23

KESIMPULAN

1. Transportasi
perdesaan
mempunyai
karakteristik yang unik dan berbeda.
2. Sasaran transportasi perdesaan adalah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui
transportasi
yang
ramah
lingkungan, dapat dijangkau dan mudah
didapat.
3. Keikutsertaan masyarakat, swasta dan
pemerintah (sebagai elemen pemerintahan)
selama proses pembangunan transportasi
perdesaan, yaitu perencanaan, konstruksi,
monitoring, pemelihraan dan evaluasi
adalah
penting
untuk
menjamin
tercapaianya tujuan.
4. Pembangunan desa mempunyai 4 kekuatan
pengendali,
yaitu:
pasar,
insentif,
penanaman modal, dan transportasi.

24

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Kebijakan
dan
Pembangunan
Infrastruktur
Perdesaan/Perkotaan
yang
Menunjang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
dan Pembangunan Daerah Tertinggal.
Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Girimukti,
Tono.
2013.
PPIP
(Program
Pembangunan Infrastruktur Perdesaan),
(Online),
(http://tonogirimukti.com/archives/529,
diunduh 29 Desember 2014, pukul 16.41).
Hida, Ramdhania El. 2010. Jumlah Penduduk
Kota Dominasi Penduduk Desa di 2015,
(Online),
(http://finance.detik.com/read/2010/07/19/1
50116/1402139/4/jumlah-penduduk-kotadominasi-penduduk-desa-di-2015, diunduh
25 November 2014, pukul 19.32).
25

Kementerian Dalam Negeri. 2012. Buku Induk
Kode Dan Data Wilayah Administrasi
Pemerintahan Per Provinsi, Kabupaten/Kota
Dan Kecamatan Seluruh Indonesia Tahun
2013. Jakarta: Kementerian Dalam Negeri.
Prayitno, Arif. 2012. Program Pembangunan
Infrastruktur
Perdesaan,
(Online),
(http://arifprayitno99.blogspot.com/2012/03
/program-pembangunan-infrastruktur.html,
diunduh 12 November 2014, pukul 08.25).
Suchaini, Udin. 2013. Berapa Jumlah Desa di
Indonesia
saat
ini?,
(Online),
(http://suchaini.blogspot.com/2013/09/bera
pa-jumlah-desa-di-indonesia-saatini_2445.html, diunduh 25 November 2014,
pukul 07.32).
Wikipedia. 2014. PNPM Mandiri Pedesaan,
(Online),
(http://id.wikipedia.org/wiki/PNPM_Mandiri
_Pedesaan, diunduh 29 Desember 2014,
pukul 23.17).
Yunimelita. 2008. Pembangunan Pedesaan Dalam
Konteks Agropolitan, Desentralisasi, dan
Otonomi Daerah Di Indonesia Studi Kasus
Daerah
Minangkabau-Sumatera
Barat.
Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

26

Zulfikar,
Muhammad.
2014.
Pemerintahan
Jokowi-JK Diminta Perkuat Pembangunan
Desa,
(Online),
(http://www.tribunnews.com/pemilu2014/2014/09/04/pemerintahan-jokowi-jkdiminta-perkuat-pembangunan-desa,
diunduh 11 November 2014, pukul 21.54).

27