Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran Saintifik Siswa Kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 04 Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPA

  Berdasarkan Permendiknas no. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

  Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

  Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

  

inquiry ) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

  mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

  Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam semesta beserta isi secara langsung atau pengalaman yang ada di lingkungan sekitar melalui pengamatan, percobaan dan memerlukan pembuktian.

  Berdasarkan Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, ruang lingkup bahan kajian pembelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

  a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

  b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

  c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

  d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

  Mata pelajaran IPA di tingkat SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) a.

  Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

  b.

  Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  c.

  Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

  e) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

  f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

  g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

  Pencapaian tujuan IPA dapat dimiliki kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Dalam penelitian ini menggunakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA di SD sebagai berikut. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006)

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

  9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari ke hari

  11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap peLestarian lingkungan Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

  11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan

  11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan

  11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

  10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

  10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

  10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut)

  10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan

  9. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit

  

Mata Pelajaran IPA Kelas 4 Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik

  8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut

  8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara

penggunaannya

  8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

  8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

  7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda

  7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda

  7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi

  Di dalam pelaksanaan pembelajaran seorang guru perlu membuat desain pembelajaran. Desain pembelajaran itu sering disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP diatur dalam Permendiknas no. 41 Tahun 2007 tentang standar proses. Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.1.2 Pendekatan Saintifik

  Menurut Daryanto (2014: 15) mengemukakan bahwa pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

  Pendapat yang sama dikemukakan oleh Imas Kurniasih (2014: 29) pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

  Senada dengan Daryanto dan Imas, Iskandar (2008: 16) pendekatan saintifik adalah suatu proses penyelidikan secara sistematik yang terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung (interdependent), ini adalah metode yang berkembang dan berhasil dalam memahami pendidikan yang semakin rumit.

  Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pengertian pendekatan saintifik melibatkan siswa secara aktif dan sistematik mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengumpulkan data, menyimpulkan, mengklasifikasi, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

  Penggunaan pendekatan saintifik dapat dilakukan dengan mengikuti langkah- langkah yang diajukan menurut Permendikbud no.81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum, menyebutkan bahwa langkah-langkah pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

  1. Mengamati (observing) Mengamati merupakan metode yang mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.

  2. Menanya (questioning) Menanya merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan yang faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

  3. Mengumpulkan informasi/eksperimen (experimenting) Mengumpulkan informasi/eksperimen merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, dan wawancara dengan narasumber. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulkan informasi/eksperimen lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

  4. Mengasosiasikan/Mengolah informasi/Menalar (associating) Mengasosiasikan/Mengolah informasi/Menalar merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/mengolah informasi adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

  5. Mengomunikasikan (communicating) Mengkomunikasikan merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Menurut Permendikbud no.81A langkah-langkah pendekatan saintifik meliputi Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasikan/ Mengolah informasi/ Menalar, Mengomunikasikan. Selain itu, pendapat yang sama dikemukakan oleh Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014:53) langkah-langkah pendekatan Saintifik meliputi: 1.

  Mengamati Mengamati merupakan kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

  2. Menanya Menanya merupakan kegiatan belajar yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

  3. Mengumpulkan Informasi/eksperimen Mengumpulkan informasi merupakan kegiatan belajar yang dilakukan berupa melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, aktivitas, dan wawancara dengan narasumber. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

  4. Mengasosiasikan/mengolah informasi Mengolah informasi merupakan kegiatan belajar yang dilakukan berupa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi, pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

5. Mengomunikasikan

  Mengomunikasikan merupakan kegiatan belajar yang dilakukan berupa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Berdasarkan teori yang dikemukakan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengomunikasikan.

2.1.3 Kreativitas Belajar

  Menurut Barron (1982) dalam Ngalimun dkk (2013: 45) mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sedangkan Semiawan (1997) dalam Yeni dkk (2011: 14) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.

  Pendapat yang mendukung tentang kreativitas belajar juga dikemukakan oleh Hawadi (Antonius Atosokhi dkk, 2005) dalam Wardani Naniek Sulistya (2011: 49) menyatakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

  Berdasarkan dari tiga pakar teori tentang kreativitas belajar dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan sesuatu pemecahan masalah, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.

  Definisi Kreativitas seseorang akan nampak pada ciri-ciri kreativitas. Kreativitas tersebut dapat dicirikan secara aptitude menurut Utami Munandar (1992) dalam adalah:

  1. Ketrampilan berfikir lancar yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

  2. Ketrampilan berfikir luwes yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif; mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.

  3. Keterampilan berfikir orisinil yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

  4. Ketrampilan mengelaborasi yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, memerinci detil-detil suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.

  5. Ketrampilan menilai yaitu menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan ide tetapi juga melaksanakannya. Pendapat yang sama dengan pendapat Munandar tentang ciri-ciri kreativitas, menurut Wardani Naniek Sulistya (2011: 4) mengemukakan ciri-ciri kreativitas

  aptitude adalah: 1.

  Keterampilan berfikir lancar diukur dengan pertanyaan yang diajukan, menjawab pertanyaan, dalam hal ini merumuskan masalah tentang tema

  2. Keterampilan berfikir luwes diukur dengan konsep yang ditemukan dalam tema IMA.

  3. Keterampilan berfikir rasional diukur dengan penyelesaian masalah tema IMA.

  4. Keterampilan mengelaborasi diukur dengan mengembangkan gagasan orang lain dalam mengumpulkan data melalui diskusi kelompok terkait tema IMA.

  5. Keterampilan menilai diukur dengan alasan penyelesaian masalah IMA.

  Torrance (1988) dalam Wardani Naniek Sulistya (2011: 5) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan pengukuran kreativitas pengembangan tujuh kegiatan yang dilakukan oleh peserta tes yakni membuat pertanyaan, menebak sebab akibat, menebak akibat dari peristiwa, mengembangkan manfaat suatu benda, menggunakan sesuatu dengan cara luar biasa, mengajukan pertanyaan luar biasa, membuat tebakan. Besarnya tingkat kreativitas seseorang dapat diketahui melalui pengukuran. Secara sederhana, pengukuran menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012: 2.1) diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda. Selanjutnya Allen dan Yen (1979) menyatakan bahwa pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Jadi pengukuran itu adalah kegiatan untuk memberikan angka pada suatu aspek dengan mengikuti cara-cara yang urut.

  Ciri-ciri kreativitas meliputi aspek keterampilan berfikir lancar, aspek keterampilan berfikir luwes, aspek keterampilan berfikir orisinil, aspek keterampilan mengelaborasi, aspek keterampilan menilai. Indikator aspek kreativitas disajikan melalui tabel 2.2 tentang kisi-kisi pengukuran kreativitas belajar.

Tabel 2.2 Kisi-kisi Pengukuran Kreativitas Belajar IPA

  Membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim

  ”. Dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus, pada siklus 1 aspek rasa ingin tahu tercapai 80%, di siklus 2 naik menjadi 90%. Aspek toleransi terhadap resiko di siklus 1 mencapai

  

Kreativitas Belajar IPA tentang Perubahan Energi melalui Pendekatan Inkuiri Siswa

Kelas IV SD Tumbrep 02 Bandar Batang Semester 2 Tahun 2011/2012

  Suwiji Budi (2012) dalam penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan

  Dalam membuat penelitian, perlu memperhatikan penelitian orang lain sebagai bahan kajian hasil penelitian yang relevan. Kajian hasil penelitian yang relevan dalam pendekatan saintifik terhadap kreativitas belajar IPA IV di SD Negeri Tegalrejo 04 semester II Tahun 2014/2015

  Mampu mengambil keputusan 2. Menentukan patokan penilaian 3. Penyelesaian masalah

  Memerinci suatu obyek Keterampilan Menilai 1.

  1. Mengembangkan suatu gagasan 2.

  3. Penyelesaian masalah Keterampilan mengelaborasi

  1. Melahirkan ungkapan yang baru 2.

  Variabel Aspek Indikator Kreativitas

  4. Menemukan konsep Keterampilan berfikir orisinil

  Mencari banyak alternatif 3. Melihat suatu masalah yang berbeda-beda

  1. Menghasilkan gagasan, jawaban 2.

  4. Mengajukan pertanyaan Keterampilan berfikir luwes

  3. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban

  Memberikan banyak cara untuk melakukan berbagai hal

  1. Mencetuskan gagasan 2.

  Keterampilan berfikir lancar

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  75%, siklus 2 90%, dan pada aspek keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan dari 85% di siklus 1 naik menjadi 95% di siklus 2. Berdasarkan indikator keberhasilan tindakan sebesar 80%, maka pemberian tindakan yang berupa penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA kelas IV SD berhasil. Ini merupakan kelebihan dalam penelitian tentang penggunaan pendekatan inkuiri yang meningkatkan kreativitas belajar 80% pengukuran dengan 3 aspek yaitu aspek rasa ingin tahu, aspek toleransi terhadap resiko, dan aspek keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan. Kelemahan dari penelitian ini adalah hasil penelitian tidak menunjukkan diagram kreativitas siswa, hanya menunjukkan porsentase peningkatan.

  Arfani Isnaningrum (2013) yang berjudul

  “Peningkatan Kreativitas dan Hasil

Belajar IPS melalui Model Group Investigation Siswa Kelas IV SD Negeri Kluwan 01

Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitian ini

  menunjukan peningkatan kreativitas siswa yang berdampak baik pada peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hal ini terlihat pada pra siklus sebelum ada tindakan dalam pembelajaran siswa hanya diam saja, kurang berani menyampaikan pendapat ataupun bertanya, mudah bosan dan mengantuk dengan persentase hasil siswa kategori tidak kreatif 60%, siswa kategori kurang kreatif sebanyak 40% dan belum ada siswa kategori 0 %. Selanjutnya pada siklus I peningkatan kreativitas 27% siswa termasuk dalam kategori tidak kreatif, 66 % siswa termasuk kategori kurang kreatif dan belum ada (7%) siswa yang termasuk kategori kreatif. Pada siklus 2 peningkatan kreativitas siswa meningkat menjadi siswa termasuk kategori tidak kreatif (0%), siswa termasuk kategori kurang kreatif sebanyak 17% dan 83% siswa termasuk kategori kreatif. Peningkatan kreativitas siswa sudah mencapai indikator kinerja yang diharapkan yaitu 80% dari jumlah siswa termasuk kategori “kreatif” berdampak baik pada hasil belajar siswa meningkat yaitu 90% dari jumlah siswa mendapat nilai ≥65 (KKM). Pada pra siklus 66,67% siswa tidak tuntas dan 33,33% siswa tuntas, pada siklus 1 siswa tidak tuntas sebanyak 30% siswa tuntas. Kelemahan hasil penelitian ini adalah tidak terfokusnya variabel terpengaruhnya.

  Pendapat yang sama dikemukakan oleh Miftah, Yuliana (2012) yang berjudul “Pengaruh Kreativitas Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar Negeri Gugus Handayani Kecamatan Kertek Wonosobo Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012.” Hasil

  penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dari kreativitas siswa terhadap hasil belajar IPA di SD N 1 Sumberdalem yang ditunjukkan dengan koefisien regresi kreativitas siswa sebesar 0,333 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 % kreativitas siswa akan meningkatkan hasil belajar sebesar 0,333. Koefisien regresi ini bernilai positif, yang artinya ada hubungan antara kreativitas siswa dengan hasil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas siswa berpengaruh terhadap hasil belajarn IPA dengan tingkat signifikan 0,001 dan di SD N 1 Reco menunjukkan koefesien regresi kreativitas siswa sebesar 0,162 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% kreativitas siswa akan meningkatkan hasil belajar sebesar 0,162. Koefisien regresi ini bernilai positif, yang artinya ada hubungan antara kreativitas siswa dengan hasil belajar. hal ini menunjukkan bahwa kreativitas siswa berpengaruh terhadap hasil belajar IPA dengan tingkat signifikan 0,009. Apabila SD sampel digabungkan maka hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dari kreativitas siswa sebesar 0,158 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% kreativitas siswa akan meningkatkan hasil belajar sebesar 0,158. Dalam penelitian ini mempunyai kelebihan yaitu ada pengaruh kreativitas siswa terhadap hasil belajar yang meningkat secara signifikan yang ditunjukkan dengan koefisien regresi.

2.3 Kerangka Berpikir

  Kreativitas belajar siswa mata pelajaran IPA siswa kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 04 Kota Salatiga masih rendah. Siswa SD Negeri Tegalrejo 04 kurang alam dengan lingkungan. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran guru belum tepat dalam menggunakan metode yang mengaktifkan peran siswa, sehingga siswa menjadi cepat bosan dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.

  Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka merumuskan rencana pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga siswa lebih antusias dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPA khususnya pada materi menjelaskan hubungan sumber daya alam dengan lingkungan sehingga kreativitas belajar meningkat melalui pendekatan saintifik.

  Adapun langkah-langkah pendekatan saintifik adalah sebagai berikut: 1. Mengamati sumber daya alam yang ada disekolah.

  2. Menanya tentang potensi sumber daya alam yang ada disekolah.

  3. Mengumpulkan informasi tentang hasil pengamatan sumber daya alam disekolah.

  4. Mengolah informasi hasil pengamatan sumber daya alam disekolah.

  5. Mengomunikasikan hasil pengamatan sumber daya alam disekolah.

  Pendekatan saintifik mendorong siswa secara aktif sehingga menghasilkan siswa yang kreatif. Kreativitas siswa nampak dalam indikator kreativitas yang meliputi: 1.

  Menghasilkan konsep esensial SDA dengan lingkungan 2. Menemukan permasalahan kebenaran SDA dengan lingkungan 3. Merumuskan masalahan SDA dengan lingkungan 4. Mencari jawaban dari masalah SDA dengan lingkungan 5. Melakukan wawancara tentang SDA dengan lingkungan 6. Menemukan data SDA dengan lingkungan 7. Mengolah data SDA dengan lingkungan 8. Memecahkan masalah SDA dengan lingkungan 9. Menemukan jawaban persmasalahan SDA dengan lingkungan 10.

  Mengomunikasikan temuan pemecahan masalah SDA dengan lingkungan

  Dengan demikian maka diharapkan dengan mengimplementasikan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi menjelaskan hubungan sumber daya alam dengan lingkungan kelas IV SD Negeri Tegalrejo 04 Kota Salatiga.

  KD:11.1 Menjelaskan hubungan sumber daya alam dengan lingkungan 2.

  1. Aspek keterampilan berfikir lancar

  Aspek keterampilan berfikir luwes 3. Aspek keterampilan berfikir orisinil 4.

  Pendekatan Pembelajaran Aspek mengelaborasi Kreativitas belajar IPA rendah 5.

  Aspek menilai

  Konvensional (Berpusat guru)

  TEKNIK Aspek

INDIKATOR KREATIVITAS PENGUKURAN PENDEKATAN

  Kreativitas PEMBELAJARAN SAINTIFIK Menghasilkan konsep esensial SDA dengan

  AK 1

  lingkungan Mengamati sumber daya alam Menemukan permasalahan kebenaran SDA dengan lingkungan

  AK 2

  dengan lingkungan Merumuskan masalah SDA dengan

  AK 4

  lingkungan Unjuk Kerja

  Menanya tentang sumber daya alam dengan lingkungan

  Mencari jawaban dari masalah SDA dengan

  AK 1

  lingkungan Skor

  Melakukan wawancara tentang SDA dengan

  Mengumpulkan data yang AK 5

  Kreatvitas lingkungan

  terkait dengan masalah SDA dengan lingkungan

  Menemukan data SDA dengan lingkungan

  AK 2

  Mengolah data SDA dengan lingkungan Observasi

  AK 3 Mengolah data SDA dengan

  Memecahkan masalah SDA dengan

  lingkungan AK 3

  lingkungan Kreativitas

  Menemukan jawaban permasalahan SDA Meningkat

  AK 4

  dengan lingkungan

  Mengomunikasikan data SDA dengan lingkungan

  Mengomunikasikan temuan pemecahan

  AK 5

  masalah SDA dengan lingkungan

Gambar 2.1 Skema Peningkatan Kreativitas Belajar IPA melalui Pendekatan Saintifik

2.4 Hipotesis

  Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Peningkatan kreativitas belajar IPA diduga dapat diupayakan melalui pendekatan saintifik siswa kelas 4 SD Negeri Tegalrejo 04 Kota Salatiga semester II tahun pelajaran 2014/2015.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Kauman Lor 03 Melalui Metode Eksperimen Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 87

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Group Investigaton Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Banyusri Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Group Investigaton Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Banyusri Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Group Investigaton Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Banyusri Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Group Investigaton Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Banyusri Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Group Investigaton Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Banyusri Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 1 63

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kinerja Wireless ZigBee terhadap Delay, Jitter, Packet Loss dan Throughput pada Sistem Sensor Parkir Kendaraan Bermotor

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kinerja Komunikasi Voice pada Jaringan Virtual Local Area Network

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Kriptografi Block Cipher 64 Bit Berbasis Pola Pulau Ambon

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Kriptografi Block Cipher Berbasis Pola Notasi Balok 1/8

0 0 27