Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kinerja Komunikasi Voice pada Jaringan Virtual Local Area Network

  

Analisis Kinerja Komunikasi Voice

Pada Jaringan Virtual Local Area Network

Artikel Ilmiah

  

Oleh:

Hart Leonard Bani (672012142)

Wiwin Sulistyo, S.T., M.Kom.

  

Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

  

2017

  

Analisis Kinerja Komunikasi Voice

Pada Jaringan Virtual Local Area Network

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

  

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik Informatika

Oleh:

Hart Leonard Bani (672012142)

  

Wiwin Sulistyo, S.T., M.Kom.

  

Program Studi Teknik Informatika

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

  

2017

  

Analisis Kinerja Komunikasi Voice

Pada Jaringan Virtual Local Area Network

1 2 Hart Leonard Bani , Wiwin Sulistyo, S.T., M.Kom. ,

Program Studi S1 Teknik Informatika

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

  

Salatiga, Jawa Tengah 50711

Abstract

  Communication voice on a network VLAN (Virtual Local Area Netwrok) without

configuration VoIP (Voice Over Internet Protocol), can affect the quality of voice when received

by destination. This is because the accumulation of a variety of package data in the tissues

resulting in traffic become solid we come a queue package voice who has the potential to cause

delay, so that influential on the quality of voice while communicating. Solve the problem, done

configuration VoIP in new VLAN and are prioritized for transmission kind of package data voice.

Based on analysis undertaken, concluded that there are significance difference of quality

performance between VLAN without configuration VoIP with VLAN use configuration VoIP.

  Keyword: Network, VLAN, VoIP.

  

Abstrak

  Komunikasi voice pada jaringan VLAN (Virtual Local Area Netwrok) tanpa konfigurasi VoIP (Voice over Internet Protocol), dapat mempengaruhi kualitas voice saat diterima oleh destination. Hal ini disebabkan karena adanya penumpukan berbagai jenis paket data dalam jaringan yang mengakibatkan traffic menjadi padat maka terjadi antrian paket voice yang berpotensi menimbulkan

  

delay, sehingga berpengaruh pada kualitas voice saat berkomunikasi. Untuk

  mengatasi masalah tersebut, dilakukan konfigurasi VoIP pada VLAN baru dan diprioritaskan untuk transmisi jenis paket data voice. Berdasarkan analisis yang dilakukan, disimpulkan bahwa terdapat signifikansi perbedaan kualitas

  

performance antara VLAN tanpa konfigurasi VoIP dengan VLAN menggunakan

konfigurasi VoIP. 1) Kata Kunci : Jaringan, VLAN, VoIP.

  

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Satya

2) Wacana Salatiga. Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

  1. Pendahuluan

  Perkembangan teknologi pada saat ini memungkinkan setiap orang dengan mudah melakukan pertukaran data berupa video, gambar, teks maupun suara

  

(voice). Khususnya perkembangan komunikasi voice, pada saat ini telah

  dikembahngkan teknologi VoIP (Voice over Internet Protocol) yang mana teknologi ini dapat diaplikasikan pada jaringan komputer karena memiliki IP

  Address sendiri sama seperti perangkat lain dalam jaringan.

  Penerapan VoIP pada jaringan seperti VLAN (Virtual Local Area Network) dengan traffic yang padat, dapat mempegaruhi kualitas voice saat diterima oleh

  

destination. Hal ini disebabkan karena adanya antrian paket data dan paket voice

  pada jalur yang sama sehingga terjadi delay ketika proses komunikasi voice sedang berlangsung. Untuk meminimalisir terjadinya delay perlu dilakukan konfigurasi telephony-service dengan tujuan untuk membuat jalur baru untuk paket voice agar terpisah dari jalur yang dilalui oleh paket data. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi antrian paket yang berpotensi terjadi delay dan meningkatkan QoS (Quality of Service) voice saat berkomunikasi.

  Berdasarkan uraian diatas pada penelitian ini dilakukan analisis kinerja

  VLAN tanpa konfigurasi voice dan VLAN menggunakan konfigurasi voice dengan teknik pengalamatan Internet Protocol Version 4 (IPv4) menggunakan parameter QoS delay, jitter, throughput, dan packet loss, untuk mengetahui signifikansi perbedaan performa di antara keduanya [1].

  2. Tinjauan Pustaka

  Penelitian tentang perancangan jaringan VLAN pernah dilakukan oleh Fernadi dan Mubarakah dengan judul Perancangan Virtual Local Area Network (VLAN) dengan Dynamic Routing menggunakan Cisco Packet Tracer 5.33.

  Dalam penelitian tersebut dilakukan pengkajian terhadap proses transmisi data pada sebuah jaringan VLAN menggunakan metode Dynamic Routing RIPv2 pada sebuah gedung dengan empat lantai untuk mengetahui kinerja delay, throughput dan packet loss. Dalam penelitian tersebut, hasil analisis kinerja jaringan VLAN didapat delay berturut-turut sebesar 7,75 ms, 18,75 ms dan 19,5 ms serta

  

throughput sebesar 33,03 kbps, 13,65 kbps, 12,33 kbps. Sementara packet loss

adalah sama yaitu sebesar 0% [2].

  Pada penelitian yang berjudul Perencanaan dan Implementasi Virtual Local diungkapkan bahwa

  Area Network untuk Komunikasi Video Streaming dan Suara

traffic pada jaringan VLAN untuk komunikasi video dan suara memiliki kualitas

  yang baik. Hal ini terjadi karena VLAN yang dilalui paket video streaming terpisah dengan VLAN untuk jalur yang dilalui paket suara. Pengujian jaringan

  VLAN untuk komunikasi suara memiliki throughput, delay dengan sampel waktu 10 detik memiliki nilai yang hampir sama yaitu dengan rata-rata throughput sebesar 86 kbps, delay sebesar 0,02 detik dan packet loss sebesar 0%. [3].

  VLAN merupakan sekelompok perangkat pada sebuah jaringan LAN yang dikonfigurasi menggunakan management software, sehingga bisa berkomunikasi jika device tersebut terhubung pada kabel yang sama dan dialokasikan pada jumlah segmen LAN yang berbeda karena VLAN berdasarkan pada logical

  

connection dari pada physical connection dan VLAN sangat fleksibel. Dalam hal

  ini berarti transmisi dihasilkan oleh sebuah station pada VLAN diterima oleh station-station yang belum ditentukan oleh kriteria tertentu dalam domain [3].

  VLAN dibangun oleh kelompok logical dari dua simpul jaringan atau lebih pada topologi fisik. Untuk mencapai kelompok logical ini kita harus menggunakan alat switching yaitu VLAN-aware. Alat tersebut bisa termasuk

  

intelligent switches , yang mana hal terpenting tersebut menampilkan jembatan

  atau bridging dan menjalankan pada layer Media Access Control (MAC) atau

  

router yang dioperasikan pada network layer atau pada layer 3 dari model Open

Systems Interconnecion (OSI). Ketika berhubungan dengan VLAN, switch yang

  digunakan pastikan dapat mendukung dua jenis koneksi; access link dan trunk. Ada 2 metode membership pada Cisco Catalyst Switch yaitu static VLAN dan

  dynamic VLAN [4][5].

  Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu

  melewatkan traffic voice yang berbentuk paket melalui jaringan IP. Dalam komunikasi voice, pengguna melakukan hubungan telepon melalui terminal yang

  Metode yang digunakan untuk melakukan layalan VoIP berupa PC atau telepon biasa.

adalah IP Phone-to-IP Phone dan computer-to-computer maupun IP Phone-to-computer.

Pada penggunaan layanan VoIP, yang perlu diperhatikan adalah nilai QoS (Quality of

Service) [6][7].

  QoS dari setiap protokol yang digunakan dalam jaringan menentukan derajat kepuasan seorang pengguna terhadap suatu layanan. International

  Telecomunication Union mendefinisikan Quality of Service sebagai: “the

collective effect of service performance which determines the degree os

satisfaction of a user of the services” [1]. Definisi tersebut menunjukkan bahwa

  QoS adalah kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan layanan yang baik dalam menyediakan bandwidth, dengan memperhatikan parameter QoS yaitu

  delay, jitter, throughput, dan packet loss.

  Delay merupakan

  waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari

  

source ke destination. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media jaringan, dan

  kongesti. Strandar delay untuk komunikasi voice yang ditentukan oleh International Telecommunication Union (ITU) dapat dilihat pada tabel 1 [1].

  

Tabel 1 Delay Specifications [1]

Category Delay Delay

  Good – 150 ms (Latency)

  Medium 150

  • – 400 ms

  Standard Poor > 400 ms

  Tabel 1 merupakan spesifikasi delay yang ditetapkan sebagai strandar untuk komunikasi voice menjelaskan bahwa, delay dalam ranges 0-150 ms

  

(milliseconds) menunjukan diterima oleh aplikasi pengguna dalam arti masih

  wajar. Ranges 150-400 ms, menunjukan masih diterima asalkan administrator menyadari waktu transmisi dan yang dampaknya pada transmisi kualitas aplikasi pengguna. Sedangkan delay > 400, tidak dapat diterima untuk jaringan umum.

  Persamaan untuk menghitung delay adalah : Total delay

  (1) Total paket yang diterima

  Parameter kedua yang digunakan dalam QoS yaitu jitter, jitter atau variasi kedatangan yang diakibatkan oleh panjangnya antrian, waktu pengelolaan data, dan juga waktu penggabungan paket-paket data dalam perjalanan suatu paket data.

  

Jitter berhubungan erat dengan delay yang terjadi pada transmisi jaringan. Standar

nilai jitter dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini [8].

  

Tabel 2 Jitter Specifications [8]

Category Jitter

  Good

  • – 20 ms

  Jitter Medium 20 – 50 ms Standard

  > 50 ms Poor

  Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai jitter adalah : Total variasi delay (2)

  Total paket yang diterima Total variasi delay diperoleh dari persamaan :

  Total variasi delay = Delay (3)

  • – Rata-rata delay

  Parameter berikutnya adalah throughtput, throughtput dapat diartikan sebagai kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps (bits per second). merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati

  Throughtput

  pada tujuan selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Standar throughput dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini [8].

  

Tabel 3 Throughput Specifications [8]

Category Throughput

  Excellent 100% Throughput

  Good 75% Standard Medium 50% Poor < 25%

  Persamaan untuk menghitung throughput adalah : Paket data terima

  Lama pengamatan (4) Parameter terakhir yang digunakan yaitu packet loss, packet loss merupakan

  

(collision), penuhnya kapasitas jaringan, dan penurunan paket yang disebabkan

  oleh habisnya TTL (Time To Live) paket [9]. Berikut merupakan standar packet loss yang termuat dalam tabel 4 di bawah ini.

  

Tabel 4 Packet Loss Specifications [8]

Category Packet Loss

  Excellent 0% Packet Loss

  Good 3% Standard Medium 15% Poor 25%

  Persamaan yang digunakan untuk mengetahui nilai packet loss adalah :

  (Data yang dikirim

  • – data yang diterima) Paket data yang dikirim

  (5) 3.

   Metode dan Perancangan Sistem

  Metode perancangan sistem yang digunakan adalah metode PPDIOO yang dikembangkan oleh Cisco System [9]. Bagan metode PPDIOO dapat dilihat pada Gambar 1.

  

Gambar 1 Metode PPDIOO (Sumber: The Cisco PPDIOO Model)

  Berikut ini merupakan tahapan dalam metode PPDIOO yang menjadi dasar penelitian :

1. Prepare dan Plan

  Pada tahap ini yang dilakukan adalah analisa serta mempersiapkan kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras untuk diaplikasikan pada topology I dan

  topology

  II. Berikut merupakan daftar perangkat yang menjadi kebutuhan ke-dua topology , seperti terlihat pada tabel 5.

  Tabel 5 Daftar Perangakat Topology I Jumlah Topology II Jumlah

  Router Cisco 2801 1 unit Router Cisco 2801 1 unit Switch Catalyst 2960 3 unit Switch Catalyst 2960 3 unit Komputer 9 unit Komputer 9 unit

Kabel UTP Straight 10 buah 2m Kabel UTP Straight 18 buah 2m

Kabel UTP Cross-Over 2 buah 2m Kabel UTP Cross-Over 2 buah 2m

Aplikasi PC-Telephone

  IP-Phone 9 unit Aplikasi Wireshark Aplikasi Wireshark

2. Design

  Pada tahap design ini merupakan proses mengubah kebutuhan yang ada dalam tahap plan menjadi rancangan sistem yang akan diimplementasikan secara nyata . Pada tahap ini perancangan topology dilakukan secara terpisah antara topology I dengan topology II.

  

Gambar 2 Topology I

  Gambar 2 merupakan topology I yang terdiri dari 3 VLAN (VLAN10,

  VLAN 20, dan VLAN 30) yang terhubung dengan satu switch. Topology I memiliki tiga perangkat switch (SW1, SW2, dan SW3) yang didalamnya terdapat tiga VLAN, dari ketiga switch tersebut salah satunya dihubungkan dengan sebuah perangkat router. Pada perangkat router dilakukan konfigurasi inter VLAN untuk memungkinkan komunikasi voice antar VLAN yang berbeda. Komunikasi voice pada topology I dilakukan dengan menggunakan aplikasi PC-Telephone secara

  

end-to-end atau computer-to-computer. Daftar VLAN dengan ID jaringannya

dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.

  Tabel 6 Daftar tabel VLAN dan ID jaringan topology I

VLAN NAMA

  VLAN 10 Mahasiswa 192.168.10.0/24

  VLAN 20 Dosen 192.168.20.0/24

  VLAN 30 Pimpinan 192.168.30.0/24

  Gamber 3 Topology II

  VLAN yang digunakan pada topology II dibagi menjadi empat kelompok yaitu 3 VLAN untuk transmisi data dan 1 VLAN untuk komunikasi voice. VLAN yang digunakan untuk transmisi data sama dengan VLAN yang digunakan pada

  

topology I, akan tetapi pada topology II ditambahkan 1 VLAN baru yang

  berfungsi sebagai jalur komunikasi voice dengan melakukan penambahan perangkat IP-Phone serta konfigurasi Telephony-service pada perangkat router. Daftar VLAN dan ID jaringan topology II dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.

  

Tabel 7 Daftar tabel VLAN dan ID Jaringan topology II

VLAN NAMA

  ID Jaingan

  VLAN 10 DATA_Mahasiswa 192.168.10.0/24

  VLAN 20 DATA_Dosen 192.168.20.0/24

  VLAN 30 DATA_Pimpinan 192.168.30.0/24

  VLAN 50

  VOICE_ALL 192.168.50.0/24

  3. Implementation Tahap implementation merupakan tahapan konfigurasi pada perangkat jaringan (switch dan router) dari topology I dan topology II yang telah di design di tahap sebelumnya. Konfigurasi perangkat switch dan router topology I dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5 di bawah ini.

  

Gambar 4 Konfigurasi VLAN pada switch (SW1) Gambar 4 merupakan hasil capture dari CLI (command line interface)

  

switch (SW1) topology I menggambarkan tiga VLAN aktif pada port berbeda

  yang menggunakan mode access dan pada port Fa0/1 dikonfigurasikan dengan mode trunk agar dapat dilalui lebih dari satu VLAN pada sebuah interface.

  

Gambar 5 Capture konfigurasi inter VLAN

  Gambar 5 merupakan hasil capture dari CLI router topologi I yang menggambarkan proses pemaketan (encapsulation) data ketiga VLAN dalam satu

  

interface pada router yang berfungsi sebagai gateway dengan menggunakan

  teknik pengalamatan IPv4 (Internet Protocol version 4), proses ini berfungsi untuk menghubungkan perangkat yang berbeda VLAN saat melakukan proses transmisi data. Teknik ini dikenal dengan istilah konfigurasi inter-VLAN.

  Konfigurasi perangkat pada topology II khususnya konfigurasi dasar

  VLAN dan inter VLAN dilakukan sama seperti pada topology I (gambar 4 dan gambar 5). Berikut ini merupakan konfigurasi alamat yang digunakan oleh IP-

  Phone serta konfigurasi Telephony-service pada perangkat router topology II.

  

Gambar 6 Capture Konfigurasi DHCP Server Konfigurasi DHCP server merupakan konfigurasi perangkat lunak pada

  router topology

  II dan memfungsikan router sebagai gateway dengan alamat IP 192.168.50.1. konfigurasi ini bertujuan untuk mengalokasikan alamat IP pada perangkat IP-Phone dalam VLAN 50. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan konfigurasi telephony-service seperti terlihat pada gambar 7 di bawah ini.

  

Gambar 7 Capture Konfigurasi Telephony-Service

  Gambar 7 merupakan hasil capture dari CLI router topology II yang menjelaskan penambahan konfigurasi telephony-service pada VLAN baru (VLAN 50) yang khusus untuk jalur transmisi paket voice. Komunikasi voice dilakukan menggunakan perangkat keras IP-Phone yang memiliki satu virtual voice port dan satu channel untuk masing-masing perangkat sehingga koneksi pemanggilan voice berlangsung secara single-line (saluran tunggal) [7]. Seperti terlihat pada gambar 7 di atas ephone-dn 1 menggunakan channel 10, ephone-dn 2 channel 20 dan seterusnya hingga ephone-dn 9 menggunakan channel 90.

4. Operation

  Pada tahap operation ini, topology I dan topology II yang telah di-design dan konfigursaikan pada tahapan sebelumnya telah siap untuk dioperasikan secara keseluruhan. Pada tahap ini yang dilakukan adalah uji coba transmisi paket voice berupa file mp3 berdurasi 1 menit dengan ukuran 943 KB (965,632 Bytes) menggunakan metode end-to-end pada topology I dan topology II dengan ukuran paket dan metode yang sama, tetapi pada topology II proses komunikasi voice dilakukan dengan menggunakan perangkat IP-Phone.

  Pada saat proses pengujian sementara berlangsung, dilakukan capturing

  

packet untuk menganalisa nilai QoS menggunakan perangakat lunak network

analyzer yaitu Wireshark dalam kondisi nyata atau real time selama 1 hari,

  sebanyak 30 kali untuk masing-masing topology. Proses capturing menggunakan parameter-parameter QoS (delay, jitter, throughput, dan packet loss) pada setiap pengujian. a. Delay Pengukuran delay dilakukan dengan cara merekam proses yang terjadi saat transmisi paket voice dari client VLAN 10 ke VLAN 30 pada topology I.

  Pengukuran delay pada topology II, dengan cara melakukan komunikasi voice sesama client VLAN 50 antara IP-Phone channel 20 dengan IP-Phone channel

  80. Saat proses komunikasi sedang berlangsung, saat yang bersamaan dilakukan

  

capturing paket, kemudian nilai hasil capture diambil dan dianalisa untuk

menentukan nilai delay dari masing-masing pengujian.

b. Jitter

  Pengukuran nilai jitter dilakukan setelah diketahui nilai delay dan rata-rata

delay kemudian dihitung menggunakan persamaan untuk mengetahui nilai jetter.

Untuk mengetahui nilai jitter yang dilakukan adalah nilai delay dikurangi rata-rata

  

delay sehingga memperoleh nilai total variasi delay, kemudian total variasi delay

dibagi dengan total paket yang diterima maka menghasilkan nilai jitter.

  c. Throughput Nilai throughput diketahui dengan menjalankan Wireshark saat proses uji coba sementara berlangsung, besarnya throughput yang digunakan dapat dilihat pada setiap summary percobaan yang dilakukan. Satuan throughput dinyatakan dalam bps (bites/second).

  d. Packet Loss Untuk mengetahui nilai packetloss, maka dihitung nilai perbandingan jumlah paket yang dikirim dan jumlah paket yang diterima. Pada wireshark, nilai packet

  

loss ditentukan dengan melihat statistic summary penerima dan summary

pengirim. Satuan untuk nilai packetloss dinyatakan dalam persen (%).

  e. QoS (Quality of Service) Nilai QoS dapat diketahui setelah menghitung rata-rata dari delay, jitter,

  

throughput , dan packet losspada topology I dan topology II kemudian

  dibandingkan dengan strandar delay untuk komunikasi voice yang ditentukan oleh

  

International Telecommunication Union (ITU). Jika hasil perbandingan

  menunjukan QoS ke-dua topology melebihi batas wajar sesuai yang ditentukan, maka semakin buruk kualitas jaringan yang dianalisa, apabila hasilnya sama atau kurang dari standar ITU maka kualitas jaringan yang dianalisa masih dapat diterima [10].

  5. Optimize Pada tahap optimize ini adalah tahap terakhir dalam metode PPDIOO. Fungsi dari tahap ini sebenarnya adalah melakukan optimalisasi dalam sistem apabila terjadi permasalahan dalam sistem yang menyebabkan kinerjanya tidak optimal. Dalam penelitian ini, tahap optimize tidak akan dibahas lebih lanjut karena selama penelitian dilakukan belum ditemukan permasalahan yang menganggu kinerja saat komunikasi voice sedang berlangsung dan apabila ada permasalahan yang timbul baik pada topologi I maupun topology II akan dijadikan saran pengembangan di masa mendatang. Tujuan utama dalam penelitian saat ini adalah analisa kinerja komunikasi voice antara jaringan VLAN tanpa konfigurasi voice (topology I) dengan VLAN menggunkan konfigurasi voice (topology II) untuk mengetahui signifikasnsi dari ke-dua topology tersebut.

4. Hasil dan Pembahasan

  Hasil yang diperoleh dari proses pengujian pada tahap operation, dianalisis berdasarkan data capture nilai QoS menggunakan persamaan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing parameter (delay, jitter, throughput, dan packet loss). Berikut merupakan grafik perbandingan antara nilai QoS topology I dengan

  topology II .

a. Delay

  

Gambar 8 Grafik Delay

  Pada Gambar 8 dapat dilihat nilai rata-rata delay topology I sebesar 19,813

  

ms dengan nilai minimum 19,480 ms dan maximum 20,042 ms. Pada topology II

  nilai delay dengan rata-rata sebesar 19,580 ms, dengan nilai minimum 19,400 ms dan maximum 19,796 ms.

  Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh dan dinyatakan dalam grafik di atas, nilai delay dari pengujian ke-1 hingga pengujian ke-25 menunjukan

  delay

delay topology I cenderung lebih besar dari topology II. Hal ini disebabkan karena

  adanya antrian paket data dan paket voice pada topology I yang mana kedua jenis paket tersebut melintas pada jalur yang sama, sedangkan pada pengujian ke-26 sampai ke-28 delay topology I terlihat menurun dan terjadi pengkatan pada

  II. Menurunnya nilai delay topology I disebabkan karena berkurangnya

  topology

  aktifitas transmisi paket data sehingga tidak terjadi antrian paket maka transmisi paket voice menjadi lebih efisien dibandingkan dengan pengujian sebelumnya.

  Terjadinya peningkatan nilai delay pada topology II disebabkan adanya noise (kebisingan) saat pengujian sementara berlangsung sehingga jumlah paket voice bertambah dan mengakibatkan traffic menjadi padat maka terjadi antrian paket

  

voice. Noise atau dikenal dengan istilah sinyal pengganggu, bisa berasal dari

  dalam ruangan maupun luar ruangan. Saat pengujian ke-26, ke-27, dan ke-28

  topology

  II, terdapat kebisingan yang berasal dari luar rungan tidak jauh dari tempat pengujian sehingga menimbulkan noise yang mengakibatkan kualitas saat diterima oleh destination menjadi buruk.

  voice

  b. Jitter

Gambar 9 Grafik Jitter

  Dari hasil penelitian diperoleh data jitter dengan rata-rata pada topology I sebesar 0,00014589 ms, dengan nilai minimum 0,00003185 ms, dan maximum sebesar 0,00021875 ms. Pada topology II diperoleh nilai jitter dengan rata-rata 0,000006707 ms, dengan nilai minimum 0,00000586 ms, dan maximum sebesar 0,00013640 ms.

  Nilai jitter yang dinyatakan dalam grafik seperti terlihat pada gambar 9 di atas menjelaskan, pada pengujian ke-1 nilai jitter topology I dan jitter topology II terlihat hampir sama, dengan selisih 0,00000449 ms sedangkan pada pengujian ke-2 sampai ke-22, dan ke-24, ke-25, ke-29 dan pengujian ke-30 terlihat nilai

  

jitter topology I cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan nilai jitter topology

  II. Pada pengujian ke-23 nilai jiiter topology II (0,00000001 ms) terlihat jauh lebih kecil dari jitter topology I (0,00000015 ms), dengan selisih 0,00000014 ms. Tetapi pada pengujian ke-26, ke-27, dan ke-28 nilai jitter topology II terlihat lebih tinggi dari jitter topology I. Hal ini disebabkan karena adanya variasi beban traffic dan besarnya tumpukan antar paket (congestion) saat pengujian tengah berlangsung.

  c. Throughput

Gambar 10 Grafik Throughput

  Gambar 10 menunjukan nilai rata-rata throughput topology I sebesar 5913,829 bps, dengan nilai minimum 5721,824 bps, dan nilai maximum mencapai 6203,364 bps. Nilai rata-rata pada topology II sebesar 6043,294 bps, dengan nilai minimum 5739,625 bps, dan nilai maximum sebesar 6708,094 bps.

  Terlihat pada gambar 10, pengujian ke-1 nilai throughput topology I lebih kecil dibandingkan dengan nilai throughput topology II yang disebabkan karena adanya aktifitas ping atau tes koneksi antar VLAN berbeda pada saat proses pengujian sedang berlangsung sehingga mempengaruhi kecepatan transmisi paket. Sedangkan nilai throughput topology II saat pengujian ke-1 mencapai nilai

  

maximum atau nilai tertinggi dari semua pengujian. Hal Ini terjadi karena belum ada aktifitas yang mempengaruhi kecepatan transmisi dalam jaringan saat pengujian berlangsung sehingga kecepatan transmisi paket menjadi stabil dan kinerja perangkat yang digakan seperti IP-Phone, switch dan router masih efisien saat memproses keluar masuknya paket voice.

d. Packet Loss

  

Gambar 11 Grafik Packet Loss

  Hasil perhitungan packet loss nilai rata-rata topology I sebesar 10%, nilai

  

minimum 0% dan nilai maximum 10%. Pada topology II nilai rata-rata yang

diperoleh sebesar 10%, nilai minimum 10%, dan nilai maximum 10%.

  Pada gambar 11, menunjukan nilai packet loss topology II terlihat lebih tinggi dari topology I. Seperti pada pengujian ke-1, ke-27, dan pengujian ke-28 pada grafik di atas. Hal ini disebabkan karena terjadi penumpukan paket pada traffic sehingga terjadi overflow buffer pada perangkat router.

  e. QoS (Quality of Service)

  

Gambar 12 Grafik QoS Delay dan Jitter

  

Gambar 13 Grafik QoS Throughput dan Packet Loss

Tabel 8 Perbandingan Nilai QoS

  Parameter No QoS Topology I Topology II Selisih

  1 Delay 19,813 ms 19,580 ms 0,233 ms

  2 Jitter 0,00013789 ms 0,00006252 ms 0,00007537 ms

  3 Throughput 5913,829 bps 6043,294 bps 129,465 bps

  4 Packet Loss 10% 10% 0% Tabel 8 menunjukan perbandingan nilai rata-rata dari QoS topology I dengan topology II. Nilai delay pada topology I lebih besar dengan selisih 0,233

  

ms, nilai jitter pada topology II lebih kecil dari jitter topology I dengan selisih

  0,00007537 ms, dan nilai throughput pada topology II lebih tinggi dengan selisih 129,465 bps.

  Melihat dari keseluruhan analisis topology I dan topology II berdasarkan grafik QoS pada gambar 12 dan gambar 13, serta nilai rata-rata dari empat parameter yang dimuat dalam tabel 8 di atas, menggambarkan karakteristik dari

  

topology I dan topology II. Pada topology I, nilai delay dan jitter cenderung tinggi

  dan nilai throughput rendah serta packet loss terlihat 11 kali pengujian nilai

  

packet loss lebih tinggi dari packet loss topology II (gambar 13). Sedangkan pada

  II, nilai delay dan jitter terlihat menurun karena tidak ada tumpukan

  topology

  paket yang mengakibatkan antrian, tetapi pada pengujian ke-26, ke-27, dan ke-28 terjadi peningkatan yang diakibatkan karena adanya noise yang mempengaruhi proses transmisi paket saat pengujian. Pada nilai throughput terlihat terjadi diprioritaskan untuk paket voice. Untuk nilai packet loss topology II, terlihat beberapa kali terjadi peningkatan saat pengujian, hal ini disebabkan karena tingginya throughput sehingga terjadi buffer overflow pada perangkat router.

  5. Kesimpulan dan Saran

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menunjukan dengan adanya konfigurasi VoIP pada VLAN dapat meningkatkan kinerja dan layanan komunikasi voice. Selain itu, terdapat perbedaan nilai QoS yang signifikan antara

  VLAN tanpa konfigurasi VoIP dengan VLAN menggunakan konfigurasi VoIP yaitu rata-rata delay 1,2%, jitter 55% dan throughput 2,1%, sedangkan packet loss tidak ada perbedaan. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu, analisis kinerja komunikasi voice dilakukan pada jaringan LAN ataupun jaringan public.

  6. Daftar pustaka [1] Cisco. (2008). Understanding Delay in Packet Voice Networks.

  [2] Fernadi, Mubarakah. (2015). Perancangan Virtual Local Area Network (VLAN) dengan Dynamic Routing menggunakan Cisco Packet Tracer 5.33.

  [3] Tanenbaum, Andrew. (2001). Computer Network : edisi Indonesia, Prenhalindo, Jakarta. [4] Febrianto T, Astuti S E dan Kertahadi. (2015). Analisis Manajemen

  Local Area Network (LAN) [5] Sidin S U. (2010). Pemanfaatan Virtual Local Area Network (VLAN) dan penghematan host dengan metode Variable Length Subnet Mask

  (VLSM). [6] Wahyu P A. (2017). Optimasi Jaringan Local Area Network Menggunakan VLAN dan VoIP.

  [7] Saputra E., Lestari I. (2014). Analisis dan Perancangan Voice over Internet Protocol (VoIP) menggunakan Teknologi Open Source pada Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data UIN Suska Riau. Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 12, No.1,pp. 106-111.

  [8] Sugeng W., Istiyanto E. J., Mustofa K., dan Ashari A. (2015). The Impact of QoS Changes towards Network Performance. International

  Journal of Computer Network and Communications Security, Vol. 3, No.2, 48-53.

  [9] Wilkins, Sean. (2005). Designing for Cisco Internetwork Solutions (DESIGN) Foundation Learning Guide: (CCDA DESGN 640-864), Cisco.

  [10] Putra G. D. A., Wiwin S. (2014). Analisis dan Perancangan Jaringan

  VLAN (Virtual Local Area network (Studi Kasus : SMK Negeri 2 Salatiga).

Dokumen yang terkait

19 BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Kauman Lor 03 Melalui Metode Eksperimen Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 14

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Kauman Lor 03 Melalui Metode Eksperimen Semester II Tahun Pelajaran 2014/2

0 0 47

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Kauman Lor 03 Melalui Metode Eksperimen Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Kauman Lor 03 Melalui Metode Eksperimen Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 87

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Group Investigaton Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Banyusri Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Group Investigaton Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Banyusri Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Group Investigaton Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Banyusri Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Group Investigaton Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Banyusri Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Group Investigaton Siswa Kelas 5 SD Negeri 01 Banyusri Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 1 63

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kinerja Wireless ZigBee terhadap Delay, Jitter, Packet Loss dan Throughput pada Sistem Sensor Parkir Kendaraan Bermotor

0 0 19