Tipe Reduplikasi Bahasa Batak Toba Dalam Cerita ―Si Tapi Mombang Haomasan Dohot Raja Bungkal Sodugaron‖

  Telangkai Bahasa dan Sastra, April 2014, 82-94 Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266

TIPE REDUPLIKASI BAHASA BATAK TOBA DALAM

CERITA

  ―SI TAPI MOMBANG HAOMASAN DOHOT

RAJA BUNGKAL SODUGARON‖

Erna J. Pakpahan

  

  

Abstract

Bahasa Indonesia is the official language set by the government in our

country as a means of official communication. Besides Bahasa Indonesia,

people use the local language, for example, the Toba Batak language. The

local languages need to be studied in order to preserve the riches of the

languages and cultures. In learning the Toba Batak language, the

vocabulary of the language also needed to acquire and the parts of the forms

of the word itself is studied in putting the use of the word in the right order.

The problem of this study is “What type of Batak Toba reduplication found

in the text " Si Tapi Mombang Haomasan dohot Raja Bungkal Sodugaron?"

This paper uses descriptive qualitative method. In this study, the first step

taken is to collect data and compile and annotate before arriving at the stage

of data analysis. Reduplication types contained in the story" Si Tapi

  Mombang Haomasan dohot Raja Bungkal Sodugaron" is a reduplication

  

types namely Type - R1 : (D + R) ; Type R - 3 : ((D + R) + ber-) ; TYPE R -

6 : ((D + R ) + meN- ) ; TYPE R - 11 ((D + R) + se ) ; reduplication that

derivational; reduplication context-free and context bound.

  Key words: Reduplikasi, Batak Toba PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

  Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi yang ditetapkan oleh pemerintah di negara kita sebagai alat komunikasi resmi. Selain bahasa Indonesia masyarakat juga masih menggunakan bahasa daerah, misalnya, bahasa Batak Toba. Bahasa Batak Toba sebagai bahasa ibu sekaligus bahasa sehari-hari sering dipakai dalam hubungan formal maupun tidak formal. Namun, sering juga bahasa Batak Toba digunakan dalam situasi resmi atau dinas, seperti di kantor-kantor pemerintahan dan di sekolah-sekolah pada daerah tertentu yang bahasa ibunya bahasa tersebut.

  Bahasa batak Toba sendiri perlu dipelajari guna menjaga kelestarian kekayaan bahasa yang kita miliki. Dalam belajar bahasa batak Toba selain kita mempelajari kosakata dari bahasa tersebut kita juga perlu tahu bagian dari bentuk-bentuk kata itu sendiri sehingga kita tidak salah dalam menempatkan penggunaan kata itu. Seperti halnya belajar bentuk kata itu sendiri maka kita juga mempelajari bentuk kata reduplikasi. Latar belakang masalah dalam tulisan ini adalah tipe reduplikasi apa saja yang terdapat da lam Bahasa Batak Toba dalam cerita ―Si Tapi Mombang Haomasan dohot Raja Bungkal Sodugaron‖.

  Tahun ke-8, No 1

  Erna J. Pakpahan

  Reduplikasi dalam bahasa Batak Toba sendiri pada dasarnya tidaklah menggunakan tanda penghubung, tetapi untuk memudahkan pengidentifikasian kata penghubung maka dingunakan tanda penghubung seperti yang dingunakan pada kata penghubung dalam bahasa Indonesia. Belum adanya penelitian yang meneliti bentuk reduplikasi kata dalam Bahasa Batak Toba secara lengkap. Yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah ―Bagaimana tipe dan proses morfologi pembentukan reduplikasi Bahasa Batak Toba dalam cerita ―Si Tapi Mombang Haomasan dohot Raja Bungkal Sodugaron‖?

  KAJIAN PUSTAKA Bahasa Batak Toba

  Suku Batak terdapat di Sumatera Utara, Suku Batak mempunyai sub-suku yaitu Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Pak-pak Dairi dan Bahasa Batak Angkola Simalungun. setiap sub-suku memiliki bahasa masing-masing yaitu bahasa Batak Karo, Bahasa Batak Simalungun, Bahasa Batak Pak-pak, bahasa Batak Angkola –Mandailing dan bahasa Batak Toba. Suku Batak Toba yang menggunakan Bahasa Batak Toba, tinggal pada kabupaten Taput , Kabupaten Tobasa, Kabupaten Humbahas. Dan Kabupaten Samosir. Suku Batak juga mempunyai aksara Batak yang hampir punah, oleh karena yang mampu menulis dan membaca aksara Batak tidak banyak lagi, hanya diketahui segelintir tua-tua batak dan yang sedang mempelajarinya. Para generasi muda kurang tertarik mempelajari bahasa Batak Toba sehingga penerus yang mengetahui Bahasa Batak Toba terus berkurang.

  Reduplikasi Dari penelitian Simatupang tampak bahwa reduplikasi masih tetap menarik untuk dikaji.

  Selain itu, dalam bahasa daerah dimungkinkan adanya butir-butir yang berbeda dari tipe yang terdapat dalam bahasa Indonesia. Tipe-tipe reduplikasi yang dimungkinkan tersebut akan dianalisis dalam bahasa Karo, sesuai dengan objek kajian ini.

  Reduplikasi merupakan suatu proses dari hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal, sehingga pada hakikatnya dapat ditemui reduplikasi fonologis dan reduplikasi gramatikal-dengan pengertian reduplikasi gramatikal mencakup reduplikasi morfemis atau reduplikasi morfologis, dan reduplikasi sintaktis. Bahkan kadang-kadang ada yang mengelompokkan begitu saja reduplikasi menjadi reduplikasi fonologis, reduplikasi morfologis dan reduplikasi sintaktis, Simatupang. 1983).

  Reduplikasi haruslah dibedakan dari kata yang berulang, karena kata yang berulang tidak akan menghasilkan kata, tetapi menghasilkan kata-kata. Kata yang berulang muncul sebagai repetisi itu biasa dijumpai pada peristiwa berbahasa yang dilakukan oleh penjual atau penjaja makanan, koran dan sebagainya; orang yang sedang sakit atau ketakutan, orang yang sedang menjadi suporter olah raga dan sebagainya.

  Beberapa contoh pemerian reduplikasi: menyebutkan tiga macam reduplikasi yaitu reduplikasi atau perulangan utuh, reduplikasi parsial dan reduplikasi semu, sedangkan menyebutkan empat macam reduplikasi atau pengulangan, yaitu pengulangan dwipurwa, dwilingga, dwilingga salin suara, dan perulangan atau ulangan berimbuhan. Selain itu, ia menyebutkan pula istilah perulangan semu menyebutkan lima macam reduplikasi, yaitu dwipurwa, dwilingga, dwilingga salin suara, dwiwasana, dan trilingga.

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

  Adapun dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988: 166) menyebutkan empat macam reduplikasi, yaitu pengulangan utuh, salin suara, sebagian, dan disertai pengafiksan.

  Lain halnya dengan reduplikasi (menggunakan istilah bentuk ulang) simetris, regresif, progresif. konsonan, vokal, dan reduplikasi atau bentuk ulang reduplikasi. Begitu pula dengan yang menyebutkan ada empat macam pengulangan dilibat dari cara mengulang bentuk dasarnya, yaitu pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, dan pengulangan dengan perubahan fonem.

  Dari pemerian reduplikasi dalam bahasa Indonesia di atas ternyata hanya satu, yaitu pendapat yang secara eksplisit (formal) menggunakan kriteria penggolongan atau penjenisan reduplikasi, sedangkan selebihnya dinyatakan secara implisit. Bila diperhatikan ternyata memang mereka ada yang secara konsisten menggunakan kriteria tertentu saja, tetapi ada pula yang menggunakan beberapa kriteria dalam pemeriannya. Selain itu, ada kecenderungan pengamatannya terpengaruh oleh peristiwa lain yang seharusnya dapat dikendalikan.

  Reduplikasi adalah sebuah proses pengulangan sebagian atau seluruhnya bentuk kata yang dianggap menjadi dasarnya. Pada bentuk reduplikasi tertentu, dasar kata yang dapat dianggap langsung menurunkan bentuk R dapat dengan mudah ditentukan. Akan tetapi, kata itu dapat juga dianggap diturunkan dari pengulangan bentuk penuh ditambah afiksasi.

  Tipe Reduplikasi

  Tipe-tipe reduplikasi yang terdapat dalam Bahasa Indonesia (Simatupang, 1983) berdasarkan: 1) Bentuk ulang yang dihasilkannya; 2) Kelas kata yang terdapat sebagai dasar dengan bentuk ulang yang bersangkutan.

  Tipe Reduplikasi berdasarkan bentuknya

  Kata ulang tipe

  • – R1 : (D+R) mengulang dasar yang monomorfemis (rumah-rumah, pohon-pohon) dan bentuk yang polimorfemis :

  pendapat-pendapat,penjelasan-penjelasan,perdebatan-perdebatan,kepincangan- kepincangan, alasan-alasan

  dan bahkan akronim. Kata ulang tipe R – 2 (D + R perf), pengulangan dasar dibarengi oleh perubahan fonem pada konstituen ulang, dan fonem yang berubah dapat berupa hanya vokal, hanya konsonan atau konsonan dan vokal. Contoh- contoh R

  • – 2 dengan perubahan vokal antara lain ialah;

  I II

  gerak-gerik bolak-balik serba-serbi kelai-kelip

  Kata ulang tipe R-3 : ((D+R) + ber) ada yang dapat dianggap terbentuk dengan proses ((D

  • ber) + R), yaitu pengimbuhan mendahului reudplikasi: ((lari + ber +) + R) berlari-lari ((teriak +ber-) + R) berteriak + teriak

  Erna J. Pakpahan

  Dan ada pula yang terbentuk dengan pengimbuhan dan reduplikasi sekaligus, (D + (R + ber-)): Ton (*berton) berton-ton Peti (*berpeti) berpeti Lembar (*berlembar) berlembar-lembar

  R-3 terdapat dengan:

  KtK yang terdapat dengan R-3 ini pada umumnya terdiri dari KtK yang hanya menyatakan ‗tindakan‘ dan arti yang dapat dihubungkan dengan R-3 ialah ‗iteratif dan/ atau terus menerus ‗ dan ‗ melakukan sesuatu tanpa tujuan yang sebenarya‘. Kata ulang tipe R-4: ((D + R) + ber/an) ialah bersalam-salaman, berdekat-dekatan, bersahut-sahutan, dan berseblah-sebelahan. Tampaknya adalah lebih tepat untuk menganggap kata ulang tipe R-4 ini diturunkan dari kata yang diturunkan dengan imbuhan ber/an, dan yang mengandung arti ‗resiprokatif‘. Kata demikian dapat diturunkan dari:

  KtK: bersalaman bersahutan KtB: bermusuhan berdampingan KtS: berdekatan berjauhan Ketiga kelompok kata ini selanjutnya dapat diperinci menjadi KtK yang berciri

  (atau menyatakan) ‗tindakan‘, yaitu dasarnya berupa KtK, dan KtK yang berciri ‗keadaan‘, yaitu yang dasarnya berupa KtB dan KtS. Kata ulang tipe R-5: (D+(R+ber-)) Beberapa contoh kata ulang R-5 ini adalah sebagai berikut: 1)

  Dengan kata benda: anak beranak ‗orang tua dan anak-nya‘; Adik-beradik „kakak dan adiknya‘ Tampaknya R-5 dengan kata benda tidak produktif. Selain kedua contoh di atas masih terdapat satu contoh lagi, yaitu baris-berbaris

  , ‗segala kegiatan yang bertalian dengan berbaris‘ (istilah militer) yang merupakan bentukan baru dalam bahasa Indonesia. 2)

  Dengan kata kerja: balas-berbalas

   kait-berkait

  Kata kerja yang terdapat dengan R- 5 dengan arti ‗resiprokroatif‘ menunjukkan satu cirri khusus yang saya sebut hubungan dua arah. Jadi, hubungan kata benda pertama dengan kata benda kedua sama dengan hubungan kata benda kedua dengan kata benda pertama. Pengertian hubungan di sini hendaknya diartikan secara luas.

  Kata ulang tipe R-6:((D+R)+meN-) Sepanjang data yang saya tinjau, R-6 terdapat dengan kata kerja berprefiks meN- di mana meN- dapat diganti oleh di- atau ter- tergantung dari dapat tidaknya dasar diberi prefiks demikian. Untuk menentukan muncul-tidaknya 5-6 dan juga ciri-ciri dasarnya.

  Arti yang dapat dihubungkan dengan R-6 a. ‗interatif dan terus-menerus: melompat-lompat, meminta-minta, membawa-bawa, memuja-muja.

  b.

  Melakukan sesuatu tanpa tujuan yang sebenarnya: melihat-lihat, membaca-baca, menari-nari.

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

  Kata ulang tipe R-7: (D + (R + meN-) Pada umumnya R-7 dapat dikenakan pada KtK yang dasarnya secara intrinsik merupakan KtK, dan R-

  7 dapat dihubungkan dengan arti ‗resiprokatif‘ atau ‗kegiatan yang bertalian dengan D‘. Beberapa contoh kata ulang hasil R-7 ini:

  a) Dengan arti ‗resikprokatif‘ ialah: pukul-memukul tolong-menolong bantu-membantu kait-mengait

  (alat) tulis-menulis Kata ulang tipe R-8: (D + (R + meN-/-i))

  Sepanjang data yang saya tinjau, R-8 dapat dikenakan pada kata kerja yang terdapat dengan R- 7 dengan arti ‗resiprokatif‘ dan kata ulang yang terjadi juga mengandung arti demikian. Beberapa contoh KtK demikian dengan bentuk ulangnya adalah:

  Menghormati hormat-menghormati Mencintai cinta-mencintai Mengasihi kasih-mengasihi

  Kata ulang tipe R-9: ((D + R) + meN-/-kan) Kata kerja yang berbentuk meN- + D + -kan yang dapat dikenakan pada R-9, dasarnya dapat terdiri dari KtK, KtS, dan KtB.

  Seperti halnya dengan bentuk-bentuk ulang lainnya, munculnya R-9 pun hanya dapat diterangkan jika diperhatikan arti R dan cirri-ciri KtK yang dikenainya. Pada umumnya, R- 9 dengan arti ‗iteratif dan/atau terus-menerus‘ terdapat dengan KtK yang mempunyai ciri [TINDAKAN], sedangkan KtK yang tidak mempunyai cirri demikian tidak terdapat dengan R-

  9 ‗iteratif dan/atau terus-menerus‘ Kata ulang tipe R-10: ((D + R) + meN-/-i)

  Kata kerja yang dihasilkan dengan pengimbuhan meN-/-I ada yang dasarnya terdiri dari KtK, KtS, dan KtB. Beberapa contoh ialah: dengan KtK: menghalangi mengamati merasapi merintangi menutupi mengawani menyoraki menyaingi mengasihi menuruti menaiki menemui Di antara KtK yang terdapat pada kelompok di atas, ada yang terdapat dengan R-10. Namun, tidaklah mudah untuk menentukan KtK yang mana yang dapat dikenai R-10 atau yang tidak dapat dikenainya. Kata ulang tipe R-11 ((D+R) + se)

  Erna J. Pakpahan

  Kata yang bertugas sebagai dasar pada R-11 terutama KtS, jenis KtB tertentu dan beberapa partikel. Kata ulang tipe R-12: ((D + R ) + ke/(-nya))

  R

  • – 12 terdapat dengan KtBil yang tampaknya terbatas pada bilangan-bilangan kecil saja, kecuali bilangan satu: Kedua-dua ?keenam-enam Ketiga-tiga ?ketujuh-tujuh Keempat-empat dan seterusnya Kata ulang tipe R-13: ((D + R) + ke-/-an)

  Tipe R-13 terdapat dengan KtS dan KtB. Hal yang menarik yang kiranya perlu dicatat di sini ialah bahwa KtS yang dapat bertugas sebagai kata dasar pada R-13 hanyalah KtS yang tidak mempunyai antonim, seperti kata-kata warna yang bertugas sebagai dasar pada kata-kata ulang.

  Kata ulang tipe R-14: ((D + R) + -an) terdapat dengan KtB, KtS dan KtK.

  Berdasarkan arti yang dapat dihubungkan dengan R-14, R-14 dengan KtB dapat diperinci sebagai berikut: dengan arti mirip/atau serupa D: dan dengan arti ‗kumpulan

  berbagai jenis D‟:

  Kata ulang tipe R

  —15: (D + (R+ -em-)) tidak produktif. Pada posisi kedua kata ulang

  hasil R —15 terdapat infiks –em-. Kata ulang tipe R-16 (D+Rp)

  Reduplikasi yang terjadi dengan R-16 ialah reduplikasi parsial (Rp) dimana unsur yang diulang terdiri dari gugus KV-dari suku pertama dasar dan V yang diulang berubah menjadi schwa. R-16 termasuk reduplikasi yang tidak produktif.

  Reduplikasi Semantis

  Reduplikasi semantis adalah pengulangan arti melalui penggabungan 2 bentuk yang mengandung arti yang sinonim.

  Reduplikasi yang Derivasional

  Yang menjadi pokok bahasan ialah proses redulikasi sebagai proses morfemis yang derivasional. Dua proses morfemis secara umum, yaitu (1) proses morfemis yang derivasional dan (2) proses morfemis yang paradigmatis. Proses morfemis (1) mengakibatkan perubahan keanggotaan kategorial kata yang dikenainya. (2) tidak mengakibatkan perubahan keanggotaan kategorial kata. Ada kalanya proses morfemis tidak mengubah kelas kata yang dikenainya tapi mengubah identitasnya. Proses demikian disebuat proses derivasional.

  Reduplikasi Bebas Konteks dan terikat konteks

  Arti dapat dibagi dua, yaitu arti leksikal dan arti gramatikal. Oleh proses morfemis tertentu, kata yang dikenainya dapat mengalami perubahan dalam kedua bidang ini.

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014 METODOLOGI PENELITIAN Metode

  Tulisan ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pada penelitian ini langkah awal yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data serta menyusunnya dan menjelaskannya sebelum tiba pada tahap analisa data.

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana akan dibuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti. Penelitian deskriptif menurut menjelaskan bahwa, ―penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu keadaan atau gejala menurut apa adanya pada saat penelitian‖. Metode ini berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada. Ia bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang sedang berkembang.

  Data dan Sumber data Teknik Analisis Data

  Pengumpulan data diperoleh dengan cara diperoleh dari penelitian pustaka. Sumber data yang menjadi bahan untuk mengetahui reduplikasi dalam Bahasa Batak Toba adalah yang di temukan dalam cerita rakyat ―Si Tapi Mombang Haomasan dohot Raja Bungkal Sodugaron‖

  TEMUAN DAN PEMBAHASAN Tipe Reduplikasi Berdasarkan Bentuknya

  Tipe R-1: (D + R) mengulang dasar yang monomorfemis (rumah-rumah, pohon-pohon) dan bentuk yang polimorfemis pendapat-pendapat,penjelasan-penjelasan,perdebatan-

  perdebatan, kepincangan-kepincangan, alasan-alasan dan bahkan akronim.

  a.

  Kata Benda + R -1 Contoh dalam bahasa Batak Toba p ada cerita:

  ate-ate (hati) aru-aru (kerongkongan) boru-boru ( perempuan) doli-doli (laki-laki lajang) golang-golang (gelang imitasi) horung-horung (kalung) b.

  Kata Sifat + R – 1 adalah produktif dengan kata sifat (KtS). Contoh kata sifat:

  marbias-bias (merasa sedih) simena-henak (tenang-tenang) c.

  

Kata Kerja + R – 1 pada umumnya terdapat hanyalah ktK yang monomorfemis:

makan-makan, tidur-tidur, duduk-duduk . Contoh kata sifat: Contoh kata kerja + R-1 dalam cerita: lompa-lompaon (dimasak)

  Erna J. Pakpahan

  (ditimbun)

  ditambor-tambori dihar-hari ( diacak-acak)

  d.

  Kata Ganti + R – 1 dapat diperinci menjadi KtG orang: saya, kamu,dia, dan sebagainya dan KtG penunjuk: ini, itu, sini, situ, begini, dan begitu.

  Dalam cerita yang menjadi sumber data, tidak ditemukan contoh kata ganti + R-1 tetapi dalam bahasa Batak contoh kata tersebut ada yaitu songonsongoni (begitu- begitu saja).

  e.

  Kata Tanya + R – 1 siapa, apa, kapan, dan bila terdapat dengan R – 1, dan R – 1 dapat dihubungkan dengan arti ‗tak tunggal, tak tentu, intensif‘.

  Dalam data kata tanya + R-1 tidak ditemukan tetapi dalam bahasa Batak kata tersebut ditemukan Diadia (mana-mana) Diadia ma naso dapotmu dope? (Yang mana-mana saja yang belum kamu dapat?). Iseise (siapasiapa) terdapat Ise-ise ma ? (siapa-siapa saja yang belum datang?).

  naso ro dope f.

  Kata Bilangan + R – 1 contoh yang terdapat dalam cerita yaitu: Paduadua do halaki di jabu (berduaannya orang itu di rumah).

  g. partikel + R – 1 dibagi atas dua kelompok, yaitu kelompok kata ingkar dan kelompok yang bukan kata ingkar. Pada data tidak ditemukan tapi dalam bahasa Batak seperti: botul –botul (benar-benar).

  Tipe R

  • – 2 (D + R perf) pengulangan dasar dibarengi oleh perubahan fonem pada konstituen ulang, dan fonem yang berubah dapat berupa hanya vokal, hanya konsonan atau konsonan dan vokal. Tidak ditemukannya pada data tipe R-2, baik pada cerita juga pada data lain yang dingunakan sebagai referensi. Tipe R- 3 : ((D+R) + ber) → ((D+R) + mar-) ada yang dapat dianggap terbentuk dengan proses ((D + ber) + R), yaitu pengimbuhan mendahului reduplikasi, contoh:

  marbias-bias (merasa benci)  ((bias + mar-) + R) marunung-unung (membicarakan seseorang)  ((unung+ mar-) + R) marsilehon-lehon (memberikan oleh-oleh)  ((lehon + mar-) + R) marhite-hite (melalui)  ((hite + mar-) + R)

  Tipe R-4: ((D + R) + ber/an)  ((D + R) marsi-/-an) memiliki beberapa contoh kata ulang: bersalam-salaman, berdekat-dekatan, bersahut-sahutan, dan berseblah-sebelahan. Tampaknya adalah lebih tepat untuk menganggap kata ulang tipe R-4 ini diturunkan dari kata yang diturunkan dengan imbuhan ber/an, dan yang mengandung arti ‗resiprokatif‘.

  Dalam data tipe ini tidak ditemukan namun dalam bahasa Batak Toba tipe R-4 masih ada ditemukan seperti: marsihaol-haolan (saling berpelukan)  ((haol + R) marsi- /-an) dan marsijalang-jalangan (saling bersalaman)  ((jalang + R) marsi-/-an).

TIPE R-5: (D + (R + ber-)) dengan arti ‗resiprokroatif‘ menunjukkan satu ciri khusus

  yang saya sebut hubungan dua arah. Jadi, hubungan kata benda pertama dengan kata benda kedua sama dengan hubungan kata benda kedua dengan kata benda pertama. Pengertian hubungan di sini hendaknya diartikan secara luas. Tipe ini tidak ditemukan dalam data dan juga proses wawancara yang dilakukan terhadap orang tua yang masih aktif menggunakan bahasa batak.

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

  Tipe R-6:((D+R)+meN-)  ((D + R) + ma-) dan ((D + R) + di-/-i) terdapat dengan kata kerja berprefiks meN- di mana meN- dapat diganti oleh di- atau ter- tergantung dari dapat tidaknya dasar diberi prefiks demikian. Contoh yang terdapat dalam data:

  mengkel-engkel (tertawa-tawa)  ((engkel + R) + ma-) munduh-unduk (tertunduk-tunduk)  ((unduk + R) + ma-)

  Tipe R-7: (D + (R + meN-))  (D + (R + masi-/-an)) tidak ditemukan dalam data tetapi dalam Bahasa Batak contoh dari tipe R-7 bisa ditemukan sebagai berikut.

  holong-masihaholongan (sayang-menyayangi)  (holong + (R + masi-/-an)) tolong-masitolongan (tolong-menolong)  (tolong +(R+masi-/-an))

  Tipe R-8: (D + (R + meN-/-i)) dapat dikenakan pada kata kerja yang terdapat dengan R-7 dengan arti ‗resiprokatif‘ dan kata ulang yang terjadi juga mengandung arti demikian. Dalam data dan dalam bahasa Batak Toba tipe R diatas tidak ditemukan. Tipe R-9: ((D + R) + meN-/-kan) yang dapat dikenakan pada R-9, dasarnya dapat terdiri dari KtK, KtS, dan KtB. Tipe R-9 tidak terdapat dalam data dan dalam bahasa Batak Toba. Tipe R-10: ((D + R) + meN-/-i) dihasilkan dengan pengimbuhan meN-/-I ada yang dasarnya terdiri dari KtK, KtsS, dan KtB. Untuk menetukan KtK yang mana saja dari ketiga kelompok di atas yang terdapat dengan R- 10 dengan arti ‗iteratif dan/atau terus- menerus‘ (atau ‗negatif‘) kiranya perlu diperiksa ciri-ciri semantisnya. Tipe ini tidak terdapat dalam cerita ―Si Tapi Mombang Haomasan‖.

  Tipe R-11 ((D+R) + se-)  ((D+R) + sa-) jenis KtB tertentu dan beberapa partikel. Kata- kata ulang ini hanya terdapat dengan sufiks –nya dan mengandung arti ‗superlatif‘. Contohnya sabutong-butongna (sekenyang-kenyangnya)  ((kenyang + R) + se-). Tipe R

  • –12 ((D+R) + Ke/ (-nya)) terdapat dengan Kt bill yang tampaknya terbatas pada bilangan-bilangan kecil saja, kecuali bilangan satu.Penggunaan reduplikasi tipe R-12 tidak ditemukan dalam data. Tipe R-13: ((D + R) + ke/-an)  ((D+R) + pa-/-hon). Arti umum yang dapat diartikan dengan R- 13 dengan KtB ialah ‗mirip.Pada data atau pada cerita tidak ditemukan penggunaan kata reduplikasi tipe R-13 dan dalam Bahasa Batak . Tipe R-14: ((D + R) + -an)). Berdasarkan arti yang dapat dihubungkan dengan dengan KtB penggunaan tipe ini tidak ditemukan dalam data. Tipe R —15: (D + (R+ -em-)) tidak produktif. Pada posisi kedua kata ulang hasil R—15 terdapat infiks –em-. Tipe R-15 tidak terdapat dalam data dan dalam bahasa Batak Toba. Reduplikasi TIPE R-16 (D+Rp) unsur yang diulang terdiri dari gugus KV-dari suku pertama dasar dan V yang diulang berubah menjadi schwa. R-16 termasuk reduplikasi yang tidak produktif. Tipe R-15 tidak terdapat dalam data dan dalam bahasa Batak Toba.

  Reduplikasi Semantis

  9 Hata-hata Omongan Hata Kata

  20 Parjaha-jaha yang pande membaca

  19 Pusu-pusu Jantung

  18 Marbias-bias merasa benci bias rasa benci

  17 Marale-ale Bersahabat Ale Teman

  16 Mula-ulaon Bekerja Ula Kerja

  15 Marunung-unung membicarakan Mangunung Bincang

  14 Lompa-lompaon masak-masakan Lompa Masak

  13 Jama-jamaon dipengang-pengang Jama Pengang

  12 Jomur-jomuron dijemur-jemur Jomur Jemur

  11 Juju-juju Arahan Juju Arahan

  10 Jari-jarina jari-jarinya Jari Jari

  8 Huling-hulingna kulit-kulitnya Huling Kulit

  Reduplikasi Semantis adalah pengulangan arti melalui penggabungan 2 bentuk yang mengandung arti yang sinonim yaitu reduplikasi yang derivasional dan reduplikasi bebas konteks dan terikat konteks. Yang menjadi pokok bahasan ialah proses redulikasi sebagai proses morfemis yang derivasional. Dua proses morfemis secara umum, yaitu (1) proses morfemis yang derivasional dan (2) proses morfemis yang paradigmatis. Proses morfemis (1) mengakibatkan perubahan keanggotaan kategorial kata yang dikenainya. (2) tidak mengakibatkan perubahan keanggotaan kategorial kata. Ada kalanya proses morfemis tidak mengubah kelas kata yang dikenainya tapi mengubah identitasnya. Proses demikian disebuat proses derivasional.

  7 Horung-horung Kalung

  6 Golang-golang gelang kuningan golang gelang emas

  5 Natua-tua orang tua Tua Tua

  4 Sibiri-biri Domba

  Lelaki

  Doli

  3 Doli-doli laki-laki lajang

  2 Boru-boru Perempuan Boru anak perempuan

  1. Lahi-lahi laki-laki

  No Kata Reduplikasi Makna Reduplikasi Kata dasar Makna kata dasar

  Reduplikasi yang derivasional dalam bahasa Batak Toba sebagai berikut:

  Jaha Baca Erna J. Pakpahan

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

  jomuron

  9 Hata-hata

   Omongan holan hata-hata holongki tu ho (hanya omongan saja cintaku untukmu)

  10 Jari-jarina

   jari-jarinya jari-jarina do manjalang au (jari- jarinya yang menyalamku.)

  11 Juju-juju

   Arahan juju-juju ni dainang do asa olo au tu ho (atas arahan ibu makanya aku mau samamu)

  12 Jomur-

   dijemur-jemur

  hulingna

  13 Jama-jamaon

   dipengang- pengang

  14 Lompa-

  lompaon

   masak- masakan

  15 Marunung-

  unung

   Kulitnya huling-hulingna do na hona piso i (kulitnya yang kena pisau itu.)

  8 Huling-

  Reduplikasi Bebas Konteks dan Terikat Konteksi dapat dibagi dua arti, yaitu arti leksikal dan arti gramatikal. Oleh proses morfemis tertentu, kata yang dikenainya dapat mengalami perubahan dalam kedua bidang ini.

  4 Sibiri-biri

  No Kata Reduplikasi Bebas Konteks Terikat Konteks Makna kata Contoh dlm Kalimat

  1. Lahi-lahi

   - laki-laki ia lahi-lahi lao tu tombak mambuat soban. (kalau laki-laki itu pergi ke hutan mencari kayu bakar)

  2 Boru-boru

   Perempuan molo boru-boru di jabu mangalompa (kalau perempuan di rumah memasak)

  3 Doli-doli

   laki-laki lajang lao do doli-doli tu jabu ni tulangna (laki-laki itu pergi ke rumah pamannya).

   Domba nga malua be biri-biri i sian lobuna (domba itu keluar dari kandangnya).

   Kalung uli nai horung-horung mi (cantik sekali kalungmu itu.)

  5 Natua-tua

   orang tua natua-tua do lao mangkatai tu jabu ni boru i (orang tua yang akan pergi berbicara ke rumah pihak perempuan).

  6 Golang-

  golang

   gelang kuningan nungga di tuhor uma di au dohot adek golang-golang (ibu telah membelikanku dan adek gelang imitasi).

  7 Horung-

  horung

   membicarakan

  Erna J. Pakpahan

   16 Mula-ulaon Bekerja 

  17 Marale-ale Bersahabat

   18 Marbias-bias merasa benci

   19 Pusu-pusu Jantung 

  20 Parjaha-jaha yang pande membaca Dari hasil analisis di atas, ditemukan persentase yang diperoleh mendominasi yaitu tipe R pada cerita tersebut adalah tipe R-1. Hal ini paling dominan ditemukan pada cerita karena adanya pengulangan kata secara utuh terlebih pada kata benda. Perhatikan temuan sebagai berikut:

  

No Tipe R Jumlah yg Ditemukan % (Persenan)

pada Data

  1 Tipe R-1 0.06% a.

  Kata Benda + R-1 6 0,03% b.

  Kata Sifat + R-1 2 0,01% c.

  Kata Kerja + R-1 d. Kata Ganti + R-1 3 0,02% e.

  Kata Tanya + R-1 f. Kata Bilangan + R-1

  • g.

Partikel + R-1

  • 1 0,005%

  2 Tipe R-2

  3 Tipe R-3 4 0,02%

  • 4 Tipe R-4
  • 5 Tipe R-5

  6 Tipe R-6 2 0,01%

  7

  • Tipe R-7
  • 8 Tipe R-8
  • 9 Tipe R-9
  • 10 Tipe R-10

  11 Tipe R-11 1 0,005%

  • 12 Tipe R-12
  • 13 Tipe R-13
  • 14 Tipe R-14

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

  • 15 Tipe R-15
  • 16 Tipe R-16

  17 Reduplikasi Semantis -

  18 Reduplikasi Derivasional 20 0,10%

  19 Reduplikasi bebas konteks 20 0,10% dan tidak bebas konteks

  KESIMPULAN

  Reduplikasi adalah sebuah proses pengulangan sebagian atau seluruhnya bentuk kata yang dianggap menjadi dasarnya. Pada bentuk reduplikasi tertentu, dasar kata yang dapat dianggap langsung menurunkan bentuk R dapat dengan mudah ditentukan. Akan tetapi, kata itu dapat juga dianggap diturunkan dari pengulangan bentuk penuh ditambah afiksasi. Reduplikasi dalam bahasa Batak Toba itu tidak menggunakan tanda penghubung tetapi dalam memudahkan penganalisisan maka dalam hal ini tanda penghubung dingunakan.

  Tipe reduplikasi yang terdapat dalam cerita ―Si Tapi Mombang Haomasan dohot Raja Bungkal Sodugaron‖ adalah tipe reduplikasi. Jenis reduplikasi tertentu tidak ditemukan dalam cerita dan beberapa buku referensi lain yang dingunakan. Hal itu juga mungkin juga sulit ditemukan karena terjadinya proses penambahan imbuhan pada proses kata kedua dari reduplikasi karena paling banyak ditemukan pengimbuhan pada kata pertama reduplikasi atau pengimbuhan pada hasil reduplikasi.

  

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H., dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

  Chaer, A. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Keraf, G. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo. Ramlan, M. 2001. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono.

Sibarani Robert MS, 1997 .‟Sintaksis Bahasa Batak Toba‟ USU Press, Medan

  Sihombing, T.M., 1997. Jambar Hata Dongan Tu Ulaon Adat, Tulus Jaya Simatupang, M.D.S.,1983. Reduplikasi Morfemis Bahasa Indonesia, Jakarta: Djambatan Sinaga. Anicetus. 2002. Tata Bahasa Batak Toba, Medan: Bina Media Verhaar, J. W. M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Jakarta: Gadjah Mada University Press.

Dokumen yang terkait

Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik)

0 0 14

Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Toyota New Avanza (Studi Kasus Pada Auto 2000 Sm. Raja Medan)

1 1 15

Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Toyota New Avanza (Studi Kasus Pada Auto 2000 Sm. Raja Medan)

0 0 13

BAB II PENGATURAN INDUK PERUSAHAAN DAN ANAK PERUSAHAAN DI INDONESIA E. Sejarah Singkat Perusahaan Grup - Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut U

0 0 32

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut Uu No. 5 Tahun 1999

0 0 18

Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut Uu No. 5 Tahun 1999

0 0 11

BAB II PENGATURAN SISTEM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA A. Pengaturan Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah Dalam Hukum Positif Indonesia - Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pengguna Ijazah Palsu Dalam Pemilihan Kepala Desa Kabu

0 0 45

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pengguna Ijazah Palsu Dalam Pemilihan Kepala Desa Kabupaten Langkat (Studi Putusan Pn No.197/Pid.B/2011/Pn.Stb, Pt No.431/Pid/2011/Pt.Mdn, Ma-Ri No.579k/Pid/2012)

0 0 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix) 2.1.1 Definisi Bauran Pemasaran - Pengaruh Publikasi Program Corporate Social Responsibility Dalam Periklanan Terhadap Peningkatan Minat Beli Konsumen Pada Produk Air Mineral Aqua

0 1 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Publikasi Program Corporate Social Responsibility Dalam Periklanan Terhadap Peningkatan Minat Beli Konsumen Pada Produk Air Mineral Aqua

0 0 8