BAB V PERAN AKTOR DALAM PEMANFAATAN RUANG SARIREJO KOTA SALATIGA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Aktor dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang Sarirejo, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga

BAB V PERAN AKTOR DALAM PEMANFAATAN RUANG SARIREJO KOTA SALATIGA Pada bab ini peneliti memaparkan analisis data berdasarkan konsep pada

  bab sebelumnya. Dari analisis ini dimunculkan temuan penelitian yang disajikan dalam bentuk pola, tema, kecenderungan dan motif yang muncul dari data. Di samping dapat juga berupa penyajian kategori, sistem, klasifikasi maupun tipologi yang tentunya mengacu pada fokus penelitian. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dokumen dan data lain yang mendukung dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisis secara induktif.

5.1. Kawasan Sarirejo sebagai Konsep Tata Ruang Baru di Kota Salatiga

  Dalam UU No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, disebutkan: Pengertian Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya dalam jangka waktu sementara. Wacana pembentukan Sarirejo sebagai kawasan wisata karaoke didasarkan pada gambaran bahwa Sarirejo adalah eks kawasan lokalisasi serta hingga kini perbaikan citra terus diupayakan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan pihak warga agar persepsi dan kegiatan negatif di Sarirejo dapat diminimalkan.

  Peneliti menggambarkan secara induktif jaringan semantik (mind

  mapping ) alur konsep kinerja peran aktor dalam penataan Lingkungan

  Sarirejo (Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsinya) seperti pada gambar berikut:

  Sarirejo mendapatkan SKPD kepastian hukum dengan (Level Kota) aturan ketat

  Oknum Isu Diangkat Menentang perbaikan Mendukung Perbaikan

  RDTRW BAPPEDA Menginginkan perbaikan Image 2017 - 2022

  DPRD Membuat Paguyuban Mayoritas menghendaki Legal RTRW

  BPPTPM Menerbitkan Izin Ho Sarirejo Zona Pemukiman 2011 - 2016 Tidak Menerbitkan Izin Usaha Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Zona Campuran

  Menghambat kebijakan Gesekan Zona Zona Rohani Zona Keagamaan Pendidikan

  (Kel. Bugel) (Kel. Salatiga)

Bagan 2

Jaringan Semantik (Mind Mapping) Permasalahan Sarirejo dalam Rencana Peraturan Daerah

  29 Dalam zonasi wilayah, Lingkungan Sarirejo berada pada perbatasan zona konsentrasi rohani keagamaan (Kelurahan Bugel) dan zona pendidikan (Kelurahan Salatiga). Hal tersebut yang dikhawatirkan dapat menjadi gesekan kepentingan suatu saat. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) tahun 2010

  • – 2030, wilayah Sarirejo dimasukan dalam zona pemukiman. Dalam Perda (Peraturan Daerah) Kota Salatiga pada periode tersebut juga dicantumkan bahwa zona pemukiman dapat digunakan sekaligus sebagai kegiatan jasa dan perdagangan, namun hal ini tidak selaras dengan kajian dari BPPTPM (Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal), sehingga BPPTPM hanya menerbitkan izin Ho (Hinderordonnantie) yaitu surat keterangan yang menyatakan tidak adanya keberatan dan gangguan atas lokasi usaha yang dijalankan oleh suatu kegiatan usaha di suatu tempat. Sehingga status Sarirejo kini dapat dikatakan sebagai zona Campuran yang oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, status tersebut menyulitkan dalam Penataan Ruang dan kebijakan operasional di lapangan.

  Terdapat tiga pihak yang saat ini berperan penting dalam menentukan keputusan RDTRW 2017

  • – 2022, termasuk rencana Kawasan Wisata Karaoke Sarirejo. BAPPEDA dan BPPTM mendukung perbaikan secara menyeluruh Kawasan Sarirejo. Mayoritas anggota Dewan DPRD Kota Salatiga menghendaki kawasan Sarirejo dilegalkan sesuai aspirasi masyarakat Sarirejo dan beberapa oknum yang tidak ingin ada perbaikan di Sarirejo dikarenakan akan menambah daftar pekerjaan dan pro kontra di kalangan masyarakat. Saat ini status Sarirejo (meskipun BAPPEDA belum dapat memberikan RDTRW sementara kepada peneliti karena belum di sah kan) masih seperti keputusan pada Desember 2013 yaitu tetap berjalan, kepastian hukum yang didapat yaitu kawasan campuran dengan aturan ketat yang diawasi oleh Satpol PP dan Kepolisian.

  Usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Salatiga terpapar dalam Rapat Konsultasi Publik (RKP) pembahasan RDTRW tentang Sarirejo dijelaskan seperti kronologi pada Bagan 3 berikut:

  RAPERDA Paguyuban Sarirejo Perwakilan Wilayah Lain Aspirasi Tidak ada tanggapan Menanti kepastian hukum

  Berita Acara RKP SKPD BAPPEDA DISPAR BPPTM DPU

  Hasil Stakeholder sepakat perbaikan Sarirejo Oknum individu menentang perbaikan Aspirasi

  Paguyuban Sarirejo DPRD Tokoh – Tokoh Agama Konsep RDTRW 2017 - 2022

  Pembahasan Politik Pemerintah Kota bersama DPRD

  

Bagan 3

Kronologi Proses Pembahasan Konsep Baru Sarirejo Secara umum konsep Konsultasi Publik adalah mempertemukan sudut pandang relasi lembaga eksekutif dan legislatif dengan masyarakat. Konsultasi publik sebagai cara, mekanisme, dan proses melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan baik oleh eksekutif maupun legislatif. Pemerintah Kota telah menggelar RKP pada level Kecamatan dan RKP tahap 2 pada Level Kota. Pada RKP level Kecamatan tidak ditemukan keberatan dari masyarakat wilayah lain di sekitar Sarirejo dengan adanya kegiatan karaoke.

  Hal yang berbeda ditemukan pada pembahasan internal SKPD bahwa Perda RTRW tentang Sarirejo tidak sejalan dengan kebijakan masing - masing dinas yaitu: BAPPEDA, BPDPTM, DPU dan DISPAR. Berdasarkan hal tersebut keempat dinas sepakat tentang perbaikan kebijakan hukum tentang Sarirejo. Dalam Rencana Pola Ruang Wilayah (Kawasan Budidaya) pasal 46 ayat (1) Sarirejo termasuk dalam kawasan peruntukan perumahan dengan kepadatan sedang. Hasil dari pembahasan internal kemudian dipaparkan pada RKP tahap 2 pada level Kota dengan melibatkan kembali Paguyuban Sarirejo, anggota DPRD dan tokoh Agama.

  Ketika pengambilan data dan analisis penelitian ini, pembahasan kebijakan politik tentang Perda 2017

  • – 2022 masih berlangsung. Konsep tentang Kawasan Wisata Karaoke Sarirejo masih dapat dimungkinkan sebelum terbit Peraturan Daerah Baru. Dari observasi peneliti minimnya masukan dan pendapat dari masyarakat menjadi kesulitan tersendiri bagi dinas terkait serta DPRD dalam menentukan kebijakan tentang konsep baru Sarirejo. Peran serta dan dukungan masyarakat sangat dibutuhkan dalam membangun Sarirejo baru yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak baik masyarakat sekitar dan pemilik usaha. Dengan berbagai kekurangan yang dimiliki, Sarirejo tetaplah salah satu sumber penyumbang PAD penting bagi Kota Salatiga.

  Berdasarkan hasil dari jaringan permasalahan Sarirejo hingga upaya yang telah dilakukan oleh semua aktor, peneliti merangkum dari berbagai sumber bagaimana gambaran konsep baru Sarirejo berdasarkan aturan main yang memungkinkan serta dapat diterima semua pihak seperti dijelaskan pada Bagan 4 berikut:

  

Rencana Konsep Tata Ruang Baru Sarirejo

Rencana Detail Tata Ruang Rencana Tata Bangunan dan Wilayah

  Lingkungan Perizinan (RDTRW)

  (RTBL) Penataan Lingkungan dan Bangunan Pengendalian dampak lingkungan sekitar dari aktivitas karaoke

  Penguatan sosial budaya Etika Lady Companion Penertiban / evaluasi izin usaha karaoke di seluruh wilayah Salatiga

  

Bagan 4

Misi Tata Ruang Baru Sarirejo dalam Jangka Pendek - Menengah

  Permasalahan utama Konsep Kawasan Wisata Sarirejo terletak pada RDTRW sebagai sumber hukum dan RTBL sebagai pendukung zona kawasan wisata. Dalam konsep tata ruang baru, sangat sulit merealisasikan Kawasan Wisata Karaoke Sarirejo dalam jangka waktu dekat hingga menengah. Jangka waktu dekat yang dimaksud adalah pembahasan RDTRW 2017 – 2022 yang kemungkinan akan selesai pada periode November 2017. Perkiraan RDTRW akan menjadi Raperda Baru pada Februari 2018 dan akan diundangkan melalui Sekretariat Daerah serta telah dipertanggungjawabkan secara langsung oleh Walikota Salatiga. Jika konsep yang diajukan oleh SKPD tentang penataan baru Sarirejo dalam RDTRW 2017

  • – 2022 terealisasi maka kemungkinan Sarirejo dapat dibahas lebih lanjut dalam proyek Kawasan Wisata pada RDTRW 2022 – 2027.

5.2. Profil Aktor

  Permasalahan praktik penataan ruang di Kawasan Lingkungan Sarirejo merupakan sebuah kontestasi keterlibatan berbagai aktor diantaranya pemerintah, masyarakat, dan kekuatan modal kapitalis (pemilik usaha).

  Belum terbitnya Peraturan Daerah (Perda) yang mengikat secara hukum tentang status Kawasan Wisata Karaoke Sarirejo menimbulkan penguatan dan keberpihakan masing-masing aktor menjadi semu. Pada Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah RPJMD tahun 2011

  • – 2016 secara internal belum terwujudnya Kota Salatiga sebagai transit Pariwisata. Salah satu alternatif strategi yang harus dapat dipenuhi oleh kawasan wisata adalah peningkatan sarana prasarana pariwisata itu sendiri. Pada penelitian ini digunakan triangulasi enam aktor utama yang masing-masing mewakili kepentingan instansi, gugus tugas dan kepentingan komersial.

1. Kepala Sub Bidang Tata Ruang, Bidang Sarana Prasarana dan Tata Ruang, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Salatiga

  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), adalah lembaga teknis daerah Kota Salatiga dibidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota Salatiga. Bappeda Kota Salatiga beralamat di Jl. Letnan Jenderal Sukowati No.51, Kalicacing, Sidomukti, Kota Salatiga.

  

Gambar 8

Kantor BAPPEDA Kota Salatiga

  Bapak Jadi Amali, S.Kom, M.Si, M.Kom adalah Kepala Sub Bidang Tata Ruang Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Salatiga yang mempunyai tugas memimpin, merencanakan, mengatur dan mengendalikan kegiatan penyelenggaraan Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya yang meliputi pengkoordinasian perencanaan dan analisis perekonomian daerah, perencanaan pembangunan yang berkaitan dengan sektor produksi, pendidikan, kesehatan, promosi dan kesejahteraan masyarakat Kota Salatiga.

  Bapak Jadi Amali lahir pada tahun 1978 (berusia 39 tahun per 2017) dan telah mengabdi di birokrasi pemerintahan dari tahun 2003 (selama 14 tahun). Aktor Bapak Jadi Amali yang mewakili Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Salatiga (Bappeda) memiliki peran penting dalam pengembangan wilayah dan perumusan kebijakan yang berhubungan dengan Kawasan Sarirejo.

2. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga

  Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) adalah lembaga teknis daerah di Kota Salatiga dibidang kebudayaan dan kepariwisataan yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota Salatiga. Disbudpar Salatiga beralamat di Jl. Magersari No. 166, Tegalrejo, Argomulyo, Kota Salatiga.

  Gambar 9 Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga

  Bapak Sri Danudjo SE, adalah Kepala Dinas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga yang menjabat sejak 4 Januari 2017 yang mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang kebudayaan dan pariwisata, dan tugas pembantuan.

  Bapak Sri Danudjo lahir pada tahun 1959 (berusia 58 tahun per 2017) dan telah mengabdi di birokrasi pemerintahan dari tahun 1979 (selama 38 tahun). Sebelum menjabat sebagai Kepala Dinas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga, Bapak Sri Danudjo telah beberapa kali memimpin instansi di Kota Salatiga diantaranya: Kepala Dinas Penanaman Modal, Staf Ahli Walikota Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia hingga Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Disperindagkop dan UMKM). Pengalaman dan ide-ide Bapak Sri Danudjo tentang Pembangunan Kota Salatiga sangat berperan dalam kebijakan Kawasan Sarirejo Kota Salatiga.

3. Pemilik Cafe dan Karaoke Sarirejo

  Terdapat 50 tempat usaha karaoke yang memiliki izin Cafe di Lingkungan Sarirejo, Kelurahan Sidorejo Lor, Kota Salatiga. Hampir seluruh tempat hiburan karaoke di Kawasan Sarirejo telah mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Pemerintah Kota Salatiga. Pemerintah Kota Salatiga melalui Keputusan Walikota Salatiga yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Salatiga juga telah mengeluarkan Izin Gangguan Kepada para pemilik usaha Karaoke di Sarirejo.

  Ikha salah satu pengelola Cafe Mini 2, sedangkan kepemilikan

  Cafe atas nama Ibunya. Ibu Ikha bercerai dengan ayahnya, Ayah Ikha juga

  salah satu pemilik Cafe di Sarirejo dengan nama Dani dan sekaligus menjabat sebagai ketua paguyuban di Sarirejo. Kakek Ikha salah satu yang pertama kali membuat tempat karaoke di Sarirejo namanya Mbah Junaidi

  Cafe yang dibuat pertama kali namanya adalah Cafe Mini 2 berawal dari coba-coba setelah pemerintah secara resmi menutup lokalisasi di Sarirejo.

  Hingga kini antusiasme pengunjung karaoke juga masih tergolong tinggi.

  Ikha tidak bisa memberikan semua informasi kepada peneliti, dikarenakan privasi dan kenyamanannya sebagai pemilik usaha hiburan. Ikha adalah pemilik sekaligus pengelola salah satu tempat karaoke di Kawasan Sarirejo. Ikha mengelola karaoke yang memiliki lima ruang (room) dari jenis Very Important Person (VIP) dan tipe small. Selain karaoke Ikha juga menyediakan pemandu lagu sebanyak enam wanita. Kehadiran LC ini juga menambah opini masyarakat yang negatif tentang usaha ini. Tidak sedikit yang beranggapan seorang LC juga merupakan seorang PSK (Pekerja Seks Komersil). Aktor Ikha memiliki peran penting dalam upaya membangun kebijakan kerjasama yang dilibatkan oleh seluruh usaha serupa di Kawasan Sarirejo Salatiga.

4. Kepala Kepolisian Sektor Sidorejo, Kepolisian Resor Kota Salatiga

  Kepolisian Sektor Sidorejo adalah struktur komando Kepolisian Republik Indonesia di tingkat Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Polsek Sidorejo berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kepolisian Resor Salatiga. Polsek Sidorejo beralamat di Jalan Ki Penjawi No. 19, Sidorejo, Sidorejo Lor, Salatiga, Kota Salatiga.

  Gambar 10 Kantor Kepolisian Sektor Sidorejo, Polres Salatiga

  Ajun Komisaris Polisi (AKP) Jumaeri adalah Kepala Kantor Kepolisian Sektor Sidorejo berusia 50 tahun yang bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban masyarakat di enam kelurahan (Blotongan, Bugel, Kauman Kidul, Pulutan, Salatiga dan Sidorejo Lor) termasuk Kawasan Karaoke di Lingkungan Sarirejo, Kelurahan Sidorejo Lor yang hanya berjarak kurang dari 1 Km dari Kantor Polisi. Aktor Kapolsek Sidorejo, Bapak AKP Jumaeri berperan penting dalam mengantisipasi penyakit masyarakat (pekat) dan peredaran minuman keras di Kawasan Karaoke Sarirejo.

5. Ketua Rukun Warga (RW) 009 Lingkungan Sarirejo

  Rukun Warga (RW) 009 adalah pembagian wilayah di Lingkungan Sarirejo, di bawah Kelurahan Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. RW 009 Sarirejo adalah Lembaga Masyarakat yang dibentuk melalui musyawarah pengurus RT (Rukun Tetangga) di wilayah kerjanya dalam rangka pelayanan pemerintah dan masyarakat yang diakui dan dibina oleh Pemerintah Kota Salatiga yang ditetapkan oleh Lurah Sidorejo Lor.

  Bapak Slamet Santoso adalah salah satu tokoh masyarakat di Lingkungan Sarirejo, sekaligus menjabat sebagai ketua RW 009. Bapak Slamet Santoso berusia 56 tahun dan bekerja di Balai Penelitian Karet Getas PTPN IX (Persero), beliau juga memiliki salah satu tempat usaha hiburan karaoke di Sarirejo. Tugas aktor sebagai ketua RW di Lingkungan Sarirejo sangat penting dalam mendata kegiatan usaha karaoke. RW 009 Sarirejo merupakan Lembaga Masyarakat yang diakui dan dibina oleh Pemerintah Kota Salatiga untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran tugas pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di Kelurahan Sidorejo Lor.

6. Kepala Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan, Bidang Penegakan Perundang-Undangan Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Salatiga

  Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Salatiga, adalah perangkat Pemerintah Kota Salatiga dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan Peraturan Daerah Kota Salatiga yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota Salatiga, beralamat di Jl. Letjend. Sukowati No. 51, Kalicacing, Sidomukti, Kota Salatiga. Bapak Sutarto adalah Kepala Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan, Bidang Penegakan Perundang-Undangan Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Salatiga. Kepala Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan mempunyai tugas menyiapkan bahan, data untuk menyusun pedoman dan petujuk kegiatan, pembinaan, pengawasan dan penyuluhan terhadap penegakan Peraturan Daerah.

  Gambar 11 Salah satu Giat Sidak Satpol PP Salatiga di Lingkungan Sarirejo Aktor Bapak Sutarto sangat penting dalam peran ketika proses penyusunan Peraturan perundang-undangan serta pembinaan dan penyebarluasan produk hukum di Kota Salatiga. Dasar hukum kegiatan operasional Satpol PP adalah Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 2010. Satpol PP adalah lembaga non yustisial dan memiliki tugas utama dalam menegakkan peraturan daerah.

5.3. Peran Aktor dalam Penataan Kawasan Karaoke Sarirejo

  Kawasan Karaoke Sarirejo lebih dikenal masyarakat dengan nama Sembir. Para aktor memiliki peran bahwa wisata Karaoke Sarirejo lebih intens beroperasi pada malam hari. Sebutan hiburan malam dan rumah karaoke kini menjadi tantangan tersendiri oleh para aktor dalam membangun

  image dan persepsi publik. Adanya puluhan gadis-gadis muda yang siap

  menemani tamu dalam aktivitas karaoke juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan pembangunan Rencana Tata Ruang di Kota Salatiga. Faktor lainnya adalah peredaran minuman keras yang dapat menjadi gangguan ketertiban masyarakat:

  Gambar 12 Hasil Operasi Cipta Kondisi Polsek Sidorejo di Kawasan Sarirejo Kota Salatiga

  Penataan ulang konsep karaoke di Sarirejo perlu dievaluasi mengingat masih adanya minuman keras yang beredar. Masih terdapat minuman beralkohol seperti Mansion House jenis Vodka dan Whiskey. Dijual pula minuman lokal seperti CongYang (CY) yang merupakan minuman khas Semarang. CongYang merupakan hasil fermentasi beras dan gula pasir, sprite dan perasan kopi moka. Cong Yang tergolong dalam alkohol tipe B. Meski termasuk minuman keras, namun pada tahun 2010, CongYang dilegalkan sebagai produk komoditi. Ada pula minuman Anggur Merah atau yang biasa disebut dengan AM atau AMER.

  Peneliti mencoba mengkanalisasi bagaimana tugas dan peran aktor sesuai lembaga yang dipimpinnya. Produk – produk hukum daerah merupakan peran dari Satpol PP, antisipasi pelanggaran hukum merupakan tugas dari Kepolisian, tanggung jawab sosialisasi di ranah bawah merupakan tanggung jawab tokoh masyarkat serta konsep wisata merupakan bagian dari Dinas Pariwisata dan Bappeda. Hal ini seperti dikemukakan oleh Bapak Tarto selaku Kepala Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan, Bidang Penegakan Perundang-Undangan Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Salatiga:

  “Kalau wisata itu nanti kewenangannya ada di Dinas Bagian

  

Tata Ruang Bappeda dan Dinas Pariwisata mas yang punya

  • kewenangan. Kami hanya menegakan, penegakan

    penegakan aturan yang ada di Kota Salatiga. Jadi kami tugas

    Satpol PP hanya bidang penegakkan apa yang menjadi produk

  • – produk hukum yang ada di daerah.”

  Berdasarkan pada teori Boudieu, masing

  • – masing aktor pada perannya memiliki modal kekuasaan pemerintahan yang tidak bersifat sederhana namun sistematik sesuai dengan peran, tugas pokok dan fungsinya masing
  • – masing. Sehingga peran yang dilakukan aktor seperti Bapak Tarto (Satpol PP), AKP Jumaeri (Kepolisian), Sri Danudjo SE (Dinas Pariwisata), Slamet Santoso (RW), Ikha (Pemilik usaha) dan Jadi Amali (Bappeda) bukan merupakan peran secara personal lagi namun peran sesuai jabatannya.

  Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Permasalahan yang terjadi adalah izin pemanfaatan ruang yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan.

  Analisis tentang Kawasan Wisata Karaoke tidak dapat dilepaskan dari konsep perencanaan Tata Ruang Kota Salatiga sebagai bagian dari bentuk rumusan kebijakan publik yang berkaitan dengan pengelolaan ruang kota. Langkah yang diambil oleh para aktor pelaku kebijakan dalam proses perumusan kebijakan publik akan sangat ditentukan oleh perspektif yang digunakan. Prinsip penataan Kawasan Sarirejo yang terkait dengan aktor yang terlibat dalam perencanaan kota kemudian dapat diketahui apakah Kawasan Sarirejo merupakan suatu prioritas pembangunan daerah di Kota Salatiga. Belum terbitnya peraturan yang jelas mengenai status pembangunan Kawasan Wisata di Sarirejo dalam Rencana Detail Tata Ruang Wilayah menjadi permasalahan dan juga dapat pula menjadi sebuah opsi dalam kebijakan peningkatan pendapatan daerah di sektor pariwisata.

Tabel 5.1 Analisis Opsi Kebijakan Keuangan Daerah Kota Salatiga dari Sumber

  

Pendapatan Daerah

No. Kondisi Target Kinerja

  1. Peraturan Daerah tentang pokok- pokok pengelolaan keuangan daerah belum mengakomodasi beberapa peraturan perundang-undangan yang baru, khususnya untuk mengakomodasi komponen PAD

  Peraturan daerah tentang pokok- pokok pengelolaan keuangan daerah mengakomodasi semua peraturan perundang-undangan di atasnya (UU dan PP).

  2. Retribusi Daerah belum disesuaikan dengan UU No. 28/2009, sehingga perlu segera disesuaikan.

  Tersedianya peraturan Walikota tentang sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah yang telah disesuaikan dengan peraturan perundangundangan yang baru (UU, PP, Permendagri).

  3. Petunjuk Pelaksanaan terhadap peraturan-peraturan daerah hasil revisi juga belum dibuat, sehingga perlu segera dibuat agar pelaksanaannya lebih lancar.

  Tersedianya sistem dan mekanisme pemungutan pajak dan retribusi yang lebih efisien dan efektif Belum ditetapkannya Rencana Detail Tata Ruang Wilayah (RDTRW) Kota Salatiga pada periode 2017

  • – 2022 sebagai Peraturan Daerah menjadi permasalahan dan tantangan penataan ruang di Kota Salatiga. Pemerintah kini masih menggunakan Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Salatiga Tahun 2010-2030.

  RUTR

  • Penetapan Lokasi Pemanfaatan ruang
  • Penjabaran POLDA Kota • Mengacu pada RSTRWP
  • Penyusunan program
  • Izin lokasi pembangunan

  RDTR

  • Alokasi peruntukan ruang
  • Acuan pemberian ijin
  • Fungsi kawasan
  • Satuan permukiman

  RTR

  • RTR-SP
  • Rencana tapak
  • Pengaturan pembangunan
  • Penjabaran RDTR Keterangan:

  RUTR : Rencana Umum Tata Ruang RDTR : Rencana Detail Tata Ruang RTR : Rencana Tata Ruang RSTRWP : Rencana Struktur Tata Ruang Provinsi POLDA : Pola Dasar

  Sejalan dengan perkembangan pembangunan infrastruktur di Provinsi Jawa Tengah, Kota Salatiga juga perlu sejalan dalam menciptakan Tata Ruang yang baik bagi warganya. Hal ini juga mengingkat bahwa Salatiga merupakan Kota Madya, sehingga lokasi Lingkungan Sarirejo sangat efektif dalam membangun kegiatan produktif di bidang jasa kepariwisataan serta menyediakan lapangan pekerjaan. Nilai strategis Sarirejo sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Salatiga membuat fungsi sosial ekonomi menjadi isu yang cukup potensial. Bapak Sri Danudjo, sebagai Kepala Dinas Pariwisata Kota Salatiga yang baru dibentuk Januari 2017, berdasarkan wawancara pada tanggal 31 Juli 2017 di Kantor Dinas Pariwisata, memberikan gambaran kegiatan yang telah dilakukan instansinya:

  “Ada itu ada kok agenda pengawasan terhadap Sarirejo,

  

cuman sementara ini kita masih ngundang pengurusnya. Tapi

terus terang tugas kita yang disitu belum maksimal, hanya

kemarin kita kumpulkan, kalau sekarang ini kondisinya seperti

ini. Artinya saling menjaga jangan sampai, taruhlah karaoke

keluarga tapi disini jangan ada minuman keras. Ya harus

seperti itu kita

  .” Sarirejo yang memiliki entitas spasial dalam sistem tata ruang kota, bisnis, sosial budaya dan lingkungan, memerlukan pendekatan sistemik dalam integrasi ekosistem kepariwisataan untuk menjamin kualitas aktivitasnya. Bapak Sri Danudjo sebagai aktor yang berperan dalam tata kelola destinasi pariwisata mempertimbangkan konsep destination

  

management organization dan destinastion governance, yaitu dengan

  menyeimbangkan penerapan nilai etika, estetika dan ekonomi serta lokalitas untuk menciptakan kualitas pariwisata, optimalisasi manfaat yang inklusif bagi masyarakat serta lingkungan sekitar.

  Partisipasi masyarakat madani diperlukan di seluruh tahapan perencanaan kawasan Sarirejo dalam bentuk penyediaan data dan informasi, pendapat dan aspirasi, serta keberatan dan bantahan terhadap konsep pembangunan teritorial kota. Lingkungan Sarirejo diharapkan tidak hanya sebagai pemusatan usaha karaoke namun juga sebagai potensi instrumen penting dalam tujuan pembangunan pada tingkat Kota. Manajemen pembangunan kawasan Sarirejo perlu disesuaikan sejalan dengan dinamisasi serta perubahan pada tataran empiris maupun perkembangan pemikiran dalam administrasi publik.

  Gambar 13 Peta Struktur Tata Ruang Kota Salatiga

  (Sumber: Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2012) Keterangan:

  = Pusat Pelayanan Kota = Sub Pusat Pelayanan Kota = Pusat Pelayanan Lingkungan

  Tujuan penataan ruang Kota Salatiga adalah mewujudkan Kota Salatiga sebagai pusat pendidikan dan olahraga di kawasan Kendal-Ungaran- Semarang-Salatiga-Purwodadi (Kedungsapur) yang berkelanjutan didukung sektor perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030. Peta struktur tata ruang Kota Salatiga, Lingkungan Sarirejo masuk dalam sistem pusat layanan lingkungan Sidorejo Lor. Konsep tata ruang kota disusun bersama pihak legislatif dan eksekutif dengan mempertimbangkan aspirasi dari masyarakat. Ikha salah satu pengelola cafe di Sarirejo memberikan informasi kepada peneliti berdasarkan wawancara tanggal 19 Juli 2017 di kediamannya:

  “Kalaupun ada transaksi meskipun praktiknya di luar tetap

  

dikenakan denda biasanya itu 500 ribu. Pernah cuma waktu

itu ada pacar LC, aku juga ga tau bermalam atau enggak,

cuma aku tau dia disitu tak kenain denda 500 ribu. Main situ

sampai pagi.”

  Upaya yang dilakukan Ikha sebenarnya merupakan itikad baik dari pihak pengusaha karaoke mematuhi peraturan yang telah disusun oleh pemerintah. Usaha dalam merubah image Sarirejo tidak hanya dilakukan oleh pihak eksekutif, namun paguyuban dan pengusaha telah berusaha mengantisipasi Penyakit Masyarakat (Pekat) yang dapat ditimbulkan dari aktivitas di Sarirejo. Belum ada kepastian tentang kawasan Sarirejo dalam Perda membuat para stakeholder di masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menjadi belum jelas tugas dan kewenangannya terhadap wilayah Sarirejo. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sri Danudjo, Kepala Dinas Pariwisata Kota Salatiga pada tanggal 31 Juli 2017:

  “Ya tata ruang itu. Jadi sebelum tata ruang tahun 2011 itu

emang kawasan campuran. Nggak ditetapkan kawasan nggak.

  

Ya dulu mungkin belum terlalu banyak, la saiki wis kawasan

hiburan itu. Kan saya belum detail tapi kelihatannya

pemukiman tidak campuran

  .” Untuk mengakomodasi semua kepentingan di Kota, Bapak Sri

  Danudjo Kepala Dinas Pariwisata Kota Salatiga berdasarkan wawancara pada tanggal 31 Juli 2017 memberikan gambaran dan pendapatnya bahwa Sarirejo dapat digunakan sebagai wilayah campuran (mixed use). Ketika digunakan sebagai izin pemukiman tentu akan berbeda dengan kenyataan empiris di lapangan.

  “Tapi itu juga mengingkari kenyataan ta mas. Maksudnya

  

saya dulu juga pernah nyusun tata ruang yang evaluasi tahun

2003. Itu ya masih campuran. Bukan kawasan istilahnya. Dari

dulu kan pemukiman. Paling dulu solusi penyusunan itu kan

paling mudah kan campuran .” Mixed use adalah salah satu konsep yang diterapkan dalam

  pengembangan daerah satelit di pinggiran sebuah kota dengan pembangunan melebar secara horizontal, dimana ketersediaan tanah yang ada masih cukup besar. Akan tetapi dengan semakin berkurangnya lahan dan adanya kesadaran untuk melakukan optimalisasi lahan, perlu dilakukan pengembangan kota dengan konsep-konsep baru yang lebih efisien. Sementara untuk Tindak Pidana Ringan (TiPiRing) Polsek Sidorejo, melalui Kapolsek AKP Jumaeri yang telah bertugas sejak tahun 2015 memberikan gambaran bagaimana instansi yang dipimpinnya turut serta dalam setiap kegiatan pengamanan. Berdasarkan data yang diperolah dari wawancara tanggal 8 Agustus 2017 kepada peneliti, Kapolsek memberikan gambaran kasus yang sering terjadi di Sarirejo.

  “Pernah jadi untuk perkelahian pernah, jadi antar pengunjung

  

atau pelanggan dengan pelanggan yang lain, kita pernah

menangani juga disini. Masalah penganiayaan ya diproses ya

setelah ditangani kami dan Polres dua kali untuk proses

penganiayaan, karena ya kita lihat dulu, korban bagaimana.

Kalau tidak terlalu berat, keduanya saling menerima, ya kita

mungkin bisa menjembatani untuk didamaikan seperti itu .”

  Evaluasi tentang keberadaan aktivitas di Sarirejo diperlukan agar dapat meminimalkan angka kejadian kekerasan dan pelanggaran hukum. Untuk itu Kasubid Tata Ruang Bappeda, Bapak Jadi Amali sangat antusias memberikan permasalahan tentang tata ruang di Sarirejo kepada peneliti berdasarkan wawancara pada tanggal 4 Agustus 2017:

  “Konsultasi publik yang Kecamatan Sidorejo itu tanggal 11

  

April 2013, kemudian konsultasi publik tingkat Kota 17

Desember 2013 itu, yang kesepakatan kota tahun 2013 juga.

Kemudian kalau kita lihat sama-sama kalau njenengan lihat

pada peta (Lingkungan Sarirejo pada Peta Tata Ruang Kota

  

Salatiga). Jadi sebetulnya disinilah zona pemukiman

kepadatan sedang. Kemudian kalau disimak sebetulnya,

kenapa saya bilang ada celah yang membuat teman-teman

bimbang. Kadang teman-teman perizinan (Badan Pelayanan

Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal) itu ada

kebimbangan saat melakukan penafsiran apa yang kami lihat

disana. Sebenarnya kan gini: Kita mau mengklasifikasi apa?

Kawasan Peruntukan Perumahan ya? Nah ini (Rencana

Detail Tata Ruang Kota Salatiga 2011 - 2016) sebetulnya

Kawasan Peruntukan Perumahan diperbolehkan untuk

kegiatan tempat tinggal, kegiatan perdagangan dan jasa

diperbolehkan di Kawasan Peruntukan Perumahan dengan

syarat memenuhi. Nah yang kebingungan teman-teman

Pengendalian (Seksi Pengendalian Perumahan, Ruang dan

Bangunan, Bidang Perumahan, Dinas Cipta Karya dan Tata

Ruang) itu zona ini, karena itu di Rencana Detail (Draft

Rencana Detail Tata Ruang Kota Salatiga 2012 - 2019) saya

kemudian jelaskan maksudnya sudah tidak ada lagi penafsiran

yang lain-lain

  .” Permasalahan yang terjadi bahwa masing - masing Satuan Kerja

  Perangkat Daerah (SKPD) harus bekerja sesuai Undang – Undang Raperda. Ditemukan bahwa dalam Raperda 2011

  • – 2016 Lingkungan Sarirejo terdapat sisi kelemahan dan celah tentang kegunaan dan aktivitas di dalamnya. Bappeda sendiri sebagai salah satu Dinas yang berperan intensif bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tingkat II Kota Salatiga juga harus mengakomodasi berbagai masukan dan kepentingan yang ada di Sarirejo.

  Bapak Slamet Santoso sebagai tokoh masyarakat Sarirejo sekaligus Ketua Rukun Warga (RW) 009, memiliki peran penting dalam mengakomodasi kewajiban pembayaran retribusi pajak usaha di keseluruhan Lingkungan Sarirejo. Pajak yang dibayarakan kepada Pemerintah merupakan salah satu upaya kontribusi Sarirejo dalam pembangunan daerah.

  “Jadi biaya pajak itu kalau yang resmi ke Pemerintah itu kira

  • – kira tiap dari DPPKAD (Dinas Pendapatan Pengelolaan

    Keuangan dan Aset Daerah) itu kita setiap bulan kena. Ya kita

    rata
  • – rata setiap bulan itu 50 ribu sampai 100 ribu rupiah,

    satu cafe itu mas rata - rata. Itu resmi. Terus selain itu izin

  keramaian, itu juga dari Kepolisian itu kita setiap bulan, itu sesuai jumlah room per room nya sekitar 30 ribu

  .” Jika dihitungkan pada 50 unit usaha di Sarirejo maka rata

  • – rata paguyuban dapat membayarkan Rp 2.500.000 hingga Rp 5.000.000 rupiah pajak resmi ke Pemerintah melalui DPPKAD. Pajak keamanan jika diperkirakan satu unit usaha memiliki 3 hingga 5 room maka pajak keamanan yang dibayarkan Rp 4.500.000 hingga Rp 7.500.000. Selain biaya tersebut masih ada pajak minuman, bangunan, izin gangguan dan lain sebagainya.

5.4. Peran Aktor dalam Perspektif Teori Bourdieu

  Peran para aktor jika dilihat dari berbagai latar belakang tentu akan memiliki pandangan subjektif pada persoalan di Sarirejo. Dasar dari praktik para aktor yang dianalisis pada penelitian ini adalah berdasar teori sosiologi kulutral Bourdieu. Dari keenam aktor masing-masing memiliki habitus (pengalaman sejarah yang terulang-ulang) dan menetap dalam pemikiran. Hubungan antara aktor dan struktur dalam pandangan teori Bourdieu menjadi dasar empirik dalam analisis induktif penelitian ini.

  Masih abu-abu nya kebijakan tentang Kawasan Sarirejo tentu membuat persepsi masyarakat dan investor menjadi mengambang. Bola liar permasalahan yang ditimbulkan Sarirejo akan terus ada hingga ditetapkannya Perda tentang RDTRW baru tahun 2017. Ketika terjadi masalah salah satu instansi akan dianggap melakukan pembiaran. Ketika ada konsep lebih baik tentang tata wilayah kota tentu ada pihak

  • – pihak berkepentingan secara ekonomi menentang. Hal ini sesuai dengan teori dari Bourdieu bahwa ranah adalah arena pertarungan para aktor yang memiliki habitus berbeda – beda. Kekuatan modal ekonomi, sosial, budaya dan simbolik menjadi penentu arah kebijakan praksis. Dalam analisis teori peneliti dikorelasikan pada persamaan:

  = ( × ) + ℎ Praksis menyangkut kebijakan yang dituju, habitus adalah konsep dan sudut pandang para aktor, modal adalah kepentingan masing

  • – masing
kelompok serta ranah adalah arena Sarirejo sebagai kawasan hiburan di Kota Salatiga.

  Dalam teori modal yang pertama kali dikemukakan oleh Pierre Bourdieu seperti yang dikutip oleh Halim (2014) dalam tulisannya yang berjudul: Politik Lokal: Pola, Aktor dan Alur Dramatikalnya, disebutkan bahwa modal berpengaruh erat dengan persoalan kekuasaan pada suatu wilayah. Namun dalam proses penataan Sarirejo tidak ditemukan dominasi aktor dalam perspektif kepentingannya masing

  • – masing. Paguyuban menantikan kepastian hukum, pihak SKPD masih berkoordinasi antar instansi dan DPRD, pihak Satpol PP bekerja sesuai Perda, sedangkan pihak kepolisian mengantisipasi serta menegakkan hukum di wilayahnya.

  Konsep modal dalam kekuasaan juga berkaitan erat dengan pemikiran lain Bourdieu tentang habitus dan ranah atau arena. Menurut Bourdieu seperti dikutip oleh George Ritzer dan Douglas Goodman (2009) dalam bukunya berjudul: Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial PostModern yang diterjemahkan oleh Kreasi Wacana di Yogyakarta, bahwa manusia dalam habitusnya bertindak sesuai objektif dan kewajarannya dalam struktur kelas sosial. Namun dalam penelitian ini aktor

  • – aktor berada dalam struktur kelas sosial yang sama, yaitu saling menghargai dan mendengarkan sesuai kepentingannya masing – masing. Pihak eksekutif tidak dapat serta merta mengambil kebijakan dalam penataan Sarirejo tanpa persetujuan legislatif, sementara legislatif tetap menghimpun aspirasi masyarakat.

  Sarirejo sebagai ranah (arena) didefinisikan oleh Bourdieu sebagai jaringan relasi antar posisi aktor di dalamnya. Relasi dalam ranah Sarirejo bukan interaksi atau ikatan inter subjektif antar individu namun kedudukan aktor dalam arena disesuaikan pada agen institusi yang menaunginya. Bapak Jadi Amali berperan dalam mengkoordinasi, merencanakan dan menganalisis perekonomian daerah, perencanaan pembangunan yang berkaitan dengan sektor produksi, pendidikan, kesehatan, promosi dan kesejahteraan masyarakat Kota Salatiga. Bapak Sri Danudjo berperan dalam kebijakan di bidang bidang kebudayaan dan pariwisata. Ikha berperan dalam kepentingannya sebagai pelaku usaha. Bapak Jumaeri berperan dalam mengantisipasi penyakit masyarakat (pekat) dan peredaran minuman keras. Bapak Slamet Santoso memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Sarirejo dan Bapak Sutarto berperan dalam dalam menegakkan peraturan daerah.

5.5. Refleksi Hasil Penelitian

  Refleksi hasil penelitian merupakan sintesis dari analisis tujuan penelitian yang telah dipaparkan peneliti pada bab ini. Peneliti menganalisis peran dari enam aktor dalam penataan kawasan karaoke di Sarirejo. Pada analisis data ditemukan bahwa aktor yang paling dominan dalam proyek strategis pengembangan Sarirejo adalah pihak Pemerintah Kota melalui BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah). BAPPEDA telah mencoba mengakomodasi seluruh kepentingan yang terlibat dalam kegiatan usaha di Sarirejo. Asumsi yang dibangun peneliti tentang Kawasan Wisata Sarirejo ternyata belum sesuai dengan data empiris.

  Kawasan yang dimaksud tidak terdaftar secara administratif yang memiliki kekuatan hukum di Dinas Pariwisata Kota Salatiga. Sehingga konsep istilah wisata pun juga tidak dapat digunakan dalam area di Kota Salatiga meskipun secara fungsional dapat dilihat aktivitas kegiatan Karaoke di Sarirejo. Izin yang didapatkan Sarirejo adalah zona pemukiman dengan izin gangguan usaha Ho, sehingga kendali akan dampak gangguan sangat diantisipasi oleh pihak Satpol PP dan Kepolisian. Kepastian hukum diharapkan semua pihak adalah Perda (Peraturan Daerah) hasil kesepakatan eksekutif dan legislatif yang mengakomodasi kepentingan masayarakat Salatiga. Dalam konsep Perda disusun RDTRW yaitu Rencana Detail Tata Ruang yang merupakan bagian penting dari zonasi wilayah di Kota Salatiga.

  Penelitian ini secara detail telah menjawab penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suleman (2014) tentang Persepsi Masyarakat tentang Keberadaan Hiburan Karaoke (Suatu Penelitian tentang Fenomena Karakoe di Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwatao). Pada penelitian ini keberadaan kawasan karaoke dianalisis berdasarkan proyek strategis penataan Tata Ruang Wilayah Kota berdasarkan sudut pandang dan kepentingan seluruh aktor yang terlibat di dalamnya.

Dokumen yang terkait

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pemerintah Daerah Sumba Barat dalam Pengendalian Penduduk di Era Otonomi Daerah

0 0 15

BAB V PERAN PEMERINTAH DAERAH SUMBA BARAT DALAM PENGENDALIAN PENDUDUK DI ERA OTONOMI DAERAH - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pemerintah Daerah Sumba Barat dalam Pengendalian Penduduk di Era Otonomi Daerah

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pemerintah Daerah Sumba Barat dalam Pengendalian Penduduk di Era Otonomi Daerah

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pemerintah Daerah Sumba Barat dalam Pengendalian Penduduk di Era Otonomi Daerah

0 0 12

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perubahan Sosial - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Desa Malinjak Bergerak: Studi Sosiologis tentang Persepsi dan Perubahan Perilaku Masyarakat Desa Malinjak dalam Praksis Tiga Gerakan Moral di Kabup

0 0 9

BAB IV GAMBARAN TIGA GERAKAN MORAL DALAM DESA MALINJAK 4.1 Munculnya Tiga Gerakan Moral di Kabupaten Sumba Tengah Kabupaten Sumba Tengah terletak di Pulau Sumba. Dalam era otonomi daerah, - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Des

0 3 15

BAB V PERSEPSI DAN PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT DESA MALINJAK DALAM PRAKSIS TIGA GERAKAN MORAL 5.1. Realitas kehidupan kolektif yang malas, boros, dan tidak aman 5.1.1. Dari Rajin Berkebun ke Sifat Jenuh dan Malas - Institutional Repository | Satya Wacan

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Desa Malinjak Bergerak: Studi Sosiologis tentang Persepsi dan Perubahan Perilaku Masyarakat Desa Malinjak dalam Praksis Tiga Gerakan Moral di Kabupaten Sumba Tengah

0 0 13

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Wisata Karaoke - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Aktor dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang Sarirejo, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga

0 1 9

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Aktor dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang Sarirejo, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga

0 1 10