KRANGEAN (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): ASPEK AGRONOMI, PENGGUNAAN SECARA TRADISIONAL, BIOAKTIFITAS DAN POTENSINYA

  

kRANGEAN (Litsea cubeba (lour.) Persoon): ASPEk AGRONOMI, PENGGuNAAN

SECARA TRADISIONAl, BIOAkTIFITAS DAN POTENSINYA

Krangean (Litsea cubeba (lour.) Persoon): agronomic aspect, traditional

utilization, bioactivity and potential development

  

Harto Widodo, Yuli Widiyastuti

  Kementrian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

  Jl. Raya Lawu No.11, Tawangmangu, Surakarta e-mail: har2wido2@yahoo.com; ywidiyasis@gmail.com

  

ABSTRAk

Litsea cubeba (Lour) Persoon merupakan salah satu tanaman aromatis yang dikenal di Indonesia sebagai

krangean atau ki lemo. Krangean mempunyai khasiat sebagai antikonvulsan, batuk, antispasmodik dan se-

bagai bumbu. Kandungan kimia dalam krangean adalah minyak atsiri yang terdapat pada daun, kulit batang,

atau biji. Minyak krangean digunakan dalan industri makanan, kosmetik dan rokok. Komponen utama min-

yak atsiri krangean digunakan untuk bahan baku produk ionone, metil ionone, vitamin A dan E. Pemanfaatan

ekstrak tumbuhan krangean masih sangat terbatas di masyarakat. Makalah ini akan mendiskusikan aspek

agronomi, penggunaan secara tradisional, bioaktivitas dan pengembangan krangean sehingga akan menjadi

nilai tambah dalam masyarakat. kata kunci: Litsea cubeba (Lour) Persoon, bioaktivitas, pengembangan potensi

  

ABSTRACT

Litsea cubeba (Lour) Persoon is one of aromatic plant famous in Indonesian is krangean or ki lemo. Krangean

has been used as aniconvulsant, cough medicine, antispasmodic, ans spices. Chemical element of essential oil

component from leaf, cortex, or seed have observed an identified. Krangean oil is used in food indtusties, cosmetic

and cigarette. The main component of essential oil of krangean is usefull for raw material to product ionone,

methyl-ionone, vitamin A and E. Utilization of plant ekstract is still limited in the societies. This paper is dicuse a

breavely agronomy aspect, traditional utilization, bio activity in scientifically proved and possibility of krangean

development, so it can get more economic value at the society.

  Key words: Litsea cubeba (Lour) Persoon, bioactivity, potential development PENDAHuluAN

  berambut pendek, sedikit berbulu kadang halus, Genus Litsea (Family Lauraceae) terdiri warna hitam. Daun tunggal, bentuk memanjang- dari umbuhan luruh daun (deciduous trees) lanset, ujung meruncing panjang, permukaan dan semak. Genus ini Kira-kira mencakup 400 mengkilat, kedua permukaan ditutupi seperti spesies, termasuk Litsea cubeba (Ho et al., 2010a). zat lilin berwarna keputihan atau kebiru-biruan,

  Krangean memiliki perawakan berupa pohon, panjang daun 7-15 cm, lebar 15-30 mm. Daun jika tinggi 3-10 m. Batang terutama pada bagian ujung diremas berbau lemon menyengat. Buah buni,

  Volume 4, No. 1, Desember 2011 Volume 4, No. 2, Desember 2011 Harto Widodo, Yuli Widiyastuti

  bulat, warna hitam, diameter 5-6 mm (Backer dan van Den Brink, 1963).

  Litsea cubeba tumbuh menyebar di Asia

  Tenggara, Asia bagian timur (Indochina), dan dibudidayakan dalam skala kecil di Formosa dan Jepang (Prommeger et al., 2005), Cina bagian selatan, khususnya provinsi Guangxi dan Zhejinang, dan Sichuan (Song et al., 2000; Yu et

  al., 2007). Krangean juga dijumpai di pegunungan

  Taiwan (Cheng and Cheng, 1983; Lin et al., 2007), di Thailand yang dikenal dengan nama chakhai- ton atau takhrai-ton (Phupan et al., 2002; Baker, 1997; Ko-Ko, 2009), bagian timur laut India (Kotoky et al., 2007), tumbuh liar di Korea, Vietnam dan Indonesia (Wiart, 2006).

  Di Indonesia krangean tumbuh liar secara berkelompok di lereng-lereng gunung di Sumatera, Kalimantan, dan seluruh Jawa pada ketinggian 700-2.300 m dpl (Heyne, 1987; FAO, 1995). Di Aceh dapat dijumpai di Tripa Peat Swamp Forest Kawasan Ekosistem Lauser Aceh (Rahayu et al., 2010), dan Sumatera Utara (Hasairi, 1994).

  Saat ini, keberadaan krangean semakin langka, terutama karena penebangan pohon untuk tujuan penyulingan dan pembuatan arang oleh penduduk (Kayang et al., 2009), dan belum adanya upaya budidaya (Rahmawati, 2004). Selain itu tumbuhan ini memiliki daya regenenerasi yang rendah karena rendahnya tingkat survival

  seedling (Baker, 1997). Selama 20 tahun terakhir,

  spesies ini telah mengalami penurunan jumlah hingga sepertiganya (Kayang et al., 2009).

  Krangean termasuk tumbuhan berkayu penghasil triasilgliserol (minyak), biji mengandung minyak hingga 49,1% (Chen et al.,

  2008). Minyak krangean umumnya dimanfaatkan untuk berbagai makanan dan keperluan industri. Kecuali sebagai sumber minyak untuk industri makanan, dan makanan ternak, minyak tersebut juga dapat digunakan untuk industri kimia seperti cat, tinta, resin, vanish, plastik dan biodisel (Chen

  et al., 2008).

  Krangean termasuk tumbuhan romatis, karena hampir semua bagian tumbuhan ini beraroma dan mengandung minyak atsiri (Kayang et al., 2009). Seperti halnya di India, krangean di Indonesia secara ekonomi masih belum dimanfaatkan secara optimal dan tidak populer seperti tanaman obat lain ataupun tanaman penghasil minyak lainnya seperti sereh (Cymbopogon citratus). Padahal menurut Nagpal and Karki (2004) minyak krangean termasuk 10 besar dalam perdagangan dunia minyak esensial.

  Indonesia termasuk penghasil minyak krangean, namun dalam jumlah yang kecil. Selain itu, minyak yang dihasilkan berasal dari daun dengan kandungan sitral yang rendah, sehingga kurang sesuai untuk tujuan eksport. China adalah negara penghasil minyak esensial yang besar (mencapai 1.500 ton per tahun), selain digunakan untuk keperluan dalam negeri juga diekspor ke luar negeri. Negara pengimpor minyak krangean utama antara lain Amerika Serikat, negara-negra di Eropa Barat, dan Jepang (FAO, 1995).

  Pada makalah ini dibahas potensi krangean berdasarkan kajian empiris serta berbagai pengujian khasiat melalui pendekatan metode ilmiah. Dengan harapan tidak hanya penggunaan tanaman ini untuk kesehatan masyarakat namun juga pembudidayaan tanaman ini untuk

  Volume 4, No. 1, Desember 2011 KRANGEAN (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): ASPEK AGRONOMI, PENGGUNAAN SECARA TRADISIONAL, BIOAKTIFITAS DAN POTENSINYA Krangean (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): agronomic aspect, traditional utilization, bioactivity and potential development

  peningkatan aspek ekonomi dan pemanfaatan komersial.

  BuDIDAYA

  Penelitian budidaya krangean belum banyak dilaporkan dan keberadaannya di habitat aslinya semakin langka (Tyas dkk., 1999). Perbanyakan tanaman krangean dilakukan dengan menggunakan benih dan cabutan. Setelah ditabur benih akan berkecambah pada waktu 6-8 minggu dan berlanjut sampai 5 bulan. Bibit siap tanam pada saat berusia 9-20 bulan. Perbanyakan bibit dapat pula dilakukan secara vegetatif melalui stek pucuk dan stek batang (Budiman, 2008).

  Karena biji krangean bersifat rekalsitran, yaitu cepat mengalami penurunan daya kecambah dan tidak dapat disimpan lama, maka penggunaan benih yang masih baru dapat meningkatkan daya kecambah benih. Media kompos dilaporkan dapat menghasilkan daya kecambah benih yang lebih baik dibandingkan media campuran tanah dan pasir (Heryati, 2009). Bibit krangean memiliki ketahanan hidup yang rendah. Setelah 8 bulan penanaman, daya tumbuh bibit hanya berkisar 4% pada hutan luruh daun (deciduous forests) sedangkan pada hutan hijau lestari (evergreen forests) sekitar 15% (Baker, 1997). Penggunaan bibit yang sebelumnya telah ditumbuhkan dalam rumah pembibitan dengan naungan dapat menurunkan tingkat kematian (Baker, 1997). Pemberian Sitokinin (BAP) dan EM4 dapat meningkatkan pertumbuhan bibit krangean. Penyemprotan bibit dengan sitokinin 150 ppm seminggu sekali dapat menghasilkan pertumbuhan bibit yang optimal (Fauzi dan Widodo, 2009).

  Sistem penanaman krangean dapat dilakukan dengan cara mono kultur ataupun campuran dengan system jalur dan cemplongan serta sistem tumpangsari, sesuai dengan kondisi tanah, tenaga kerja dan sosial ekonomi masyarakat. Sistem tumpang sari cocok dilakukan pada areal yang dapat diolah dengan kemiringan di bawah 40% dan dapat ditanami palawija, serta areal yang dekat dengan penduduk dan banyak tersedia tenaga kerja (Heryati, 2009).

  Saat berbunga dan berbuah dari krangean bervariasi, tergantung wilayah tumbuhnya. Di Indonesia krangean berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sedangkan di Taiwan berbunga pada bulan Pebruari-Mei dan berbuah pada bulan September-Oktober (Prosea, 1999). Di India krangean berbunga pada bulan November- Februari dan buah masak pada bulan Juni- Agustus untuk yang tumbuh pada dataran tinggi (2000-2500 meter di atas permukaan laut [m dpl) dan pada bulan Juli-September untuk yang tumbuh pada dataran lebih rendah (sekitar 850- 900 m dpl) (Kayang et al., 2009). di India Panen buah krangean di India mencapai 40-60 ton/ tahun (Kotoky et al., 2007).

  PENGGuNAAN SECARA TRADISIONAl Litsea cubeba (Lour.) Pers telah digunakan

  sebagai penghangat dan pereda rasa sakit lebih dari ratusan tahun silam sebagai Traditional

  Chinese Medicine (TCM) (Song et al., 2000),

  bijinya dimakan untuk memperbaiki pencernaan, menyembuhkan batuk dan bronkitis (Wiart, 2006). Di India pengobat tradisional menggunakan buah krangean (dengan nama lokal: siltiur,

  tanghaercherkerg) secara oral sebagai karminatif

  (Chanda et al., 2007). Di Vietnam, Kamboja, dan Harto Widodo, Yuli Widiyastuti

  Laos, dekokta dari tanaman digunakan untuk 5-al, -terpinena, isolemonina, terpinolen, menangani gangguan mental, seperti histeria dan linalool, sitronelal, neo-isopulegol, isopulegol, gampang lupa. Di Taiwan krangean digunakan 4-terpineol, terpineol, trans-carveol, sitronelol, untuk penyembuhan kutu air di telapak kaki dan geraniol, geranial, -terpenil asetat, -kopaen, metal penyakit kulit (Wiart, 2006). sinnamat, metal eugenol, nerol, zingeberena, (E)-

  Di Indonesia, secara empirik minyak kulit kariofilena, -fernesena, -humulen, -kurkumen, batang krangean telah dimanfaatkan sebagai zingiberen, Δ-kadinen, karyofillen oksida (Cheng obat kejang urat atau otot (Mardisiwojo dan and Cheng; Adam, 1995). Radjakmangunsudarso, 1968). Masyarakat Dayak Buah mengandung: asam monoterpenoat Kenyan di Kalimantan memanfaatkan batang (asam litseakubeba) dan monoterpenlakton dan buah untuk rempah-rempah (Susianti, (6R)-3,7-dimetil-7hidroksi-2-okten-olide, asam 1996). Di Jawa Timur, krangean (dikenal dengan vanilat, tran-3,4,5-trimetoksilsinamil alkohol nama adem ati) kulit batangnya digunakan dan oxonantenin (Yang et al., 2010), asam cis- untuk parem sedangkan buahnya sebagai obat 4-desenoat, cis-4-dodesenoat, dan asam sis-4- batuk (Tyas dkk., 1999). Masyarakat Batak Toba tetradesenoat (Jing-Ping, 1985). Asam lemak menyebut krangean dengan nama antarasa dan yang mendominasi minyak esensial adalah asam memanfaatkanya sebagi obat rematik, pegal- laurat (68,5%) (Kotoky et al., 2007). Analisis pegal, demam, dan untuk rempah (Rahmawati, kandungan me dengan Gas Kromatrografi - 2004). Akar dan cabang krangean digunakan Spektroskopi Massa (GC-MS) oleh Ho et al., oleh masyarakat untuk obat sakit pencernaan, (2010) disajikan pada Tabel 1. sakit kepala, sakit otot, sakit saat menstruasi, dan obat mabuk perjalanan (Heryati, 2009).

  kANDuNGAN kIMIA

  Kandungan senyawa kimia tumbuhan krangean telah banyak diteliti, terutama kandungan minyak esensialnya. Minyak esensial krangean lebih tinggi dibanding Litsea

  kostermanin Chang dan Litsea gerciae Vidal.

  Kandungan minyak esensial daun sekitar 0,3% dengan kandungan utama 1,8-sineol yaitu mencapai 43,39%, sedangkan batang mengandung 0,11% (Cheng and Cheng, 1983).

  Kulit batang mengandung me. yang terdiri dari: Tujena, Pinena, kamfena, sabinen,

  • pinen, mirsena, 1,8-sineol, 2,6-dimetil-hepten-

  Volume 4, No. 2, Desember 2011

  Volume 4, No. 1, Desember 2011 KRANGEAN (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): ASPEK AGRONOMI, PENGGUNAAN SECARA TRADISIONAL, BIOAKTIFITAS DAN POTENSINYA Krangean (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): agronomic aspect, traditional utilization, bioactivity and potential development

  Tabel 1. Kandungan kimia dari minyak Litsea cubeba (Ho et al., 2010)

  Kadar minyak dari daun 13,9+0,09 dan buah 4,0+0,03 a

   I.R: Indek Rerensi pada kolom DB-5 dengan referen n-alkanes b tidak terdeteksi c terdeteksi < 0,1% Identifikasi MS, NIST dan Wiley library spectra dan literatur.

  BIOAkTIFITAS Penurun aktivitas lokomotor (antikejang)

  Inhalasi minyak atsiri kulit batang krangean dengan dosis 0,5 ml dapat menurunkan aktifitas lokomotor mencit jantan galur ddY hingga 60,75% (Muchtaridi et al., 2005; Muchtaridi et

  al., 2011). Kandungan dalam minyak atsiri yang

  terlibat aktifitas ini adalah sitronelal, sitronelol, a-terpineol dan 1,8-sineol. Senyawa tersebut berikatan pada dan GABA sehingga aktifitas kerja sistem GABA meningkat yang mengakibatkan penurunan aktifitas lokomotor (Aoshima and Hamamoto, 1999; Buchabuer et al., 1993).

  Anti-ulser

  Krangean mengandung senyawa kimia yang disebut glaziovine (Lee et al., 1992), alkaloid keluarga proaporphine, yang memiliki khasiat sebagai anxiolytic. Psikofarmakologi glaziovine telah dibandingkan dengan diazepam dalam studi klinik double blind

  (Buffa et al., 1974). Galeone

  et al., (1981) melaporkan bahwa glaziovine memiliki khasiat sebagai anti-ulser.

  Anti kanker atau anti tumor

  Ho et al., (2010b) melaporkan bahwa Volume 4, No. 2, Desember 2011 Harto Widodo, Yuli Widiyastuti

  minyak dari buah krangean secara in vitro mampu menghambat perkembangan sel kanker manusia, IC50 terhadap sel kanker paru (sel OEC-M1), hati (sel J5) dan mulut (sel A549) berturut-turut sebesar 50, 50, dan 100 ppm. Sitral merupakan senyawa yang mampu menghambat perkembangan sel tumor (Panchawat, 2010), menghambat proliferasi dan menginduksi apoptosis sel kanker payudara (MCF-7) (Chaouki

  gypseum, Aspergillus fumigates, Trichophyton mentagrophytes var. interdigitale, dan Candida albican (Dweck, 2011).

  Ekstrak metanol kulit batang krangean dapat menghambat katalis mieloperoksidase yang menyebabkan terjadinya inflamasi. Ekstrak kulit batang krangean dapat menghambat produksi oksida nitrit (NO) dan prostaglandin E2 (PGE2) dari sel-sel makrofag yang teraktifasi LPS (Choi and Hwang, 2004). Setelah pemberian secara oral, -humulen mampu mengurangi pembentukan edema yang disebabkan oleh penyuntikan histamin, sedangkan pemberian secara sistemik dapat mencegah tumor necrosis

  antiinflamasi

  menambahkan bahwa ekstrak metanol kulit batang memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dari pada a-tokoferol dan asam askorbat.

  and Holbrook, 2000). Hwang et al., (2005)

  11,39 ± 0,38 g/ml (Lin et al., 2007). Walaupun penting untuk kelangsungan hidup, namun produksi berlebih ROS berkaitan erat dengan proses penuaan dan penyakit degenerative tertentu, termasuk kanker, berkurangnya fungsi kongnitif, dan penyakit jantung koroner (Finkel

  Reactive oxygen species (ROS), dengan nilai EC50

  Krangean mempunyai potensi sebagai suplemen untuk antioksidan. Ekstrak metanol daun dan ranting mampu mengurangi aktifitas

  Antioksidan

  esensial krangean juga dilaporkan mampu menghambat pertumbuhan jamur Microsporum

  et al.,

  et al., 2010). Sitral salah satu komponen minyak

  588 dan 272 M. IC 50 minyak esensial dari buah terhadap T. cucumeris dan S. sclerotiorum berturut-turut 115,58 dan 151,25 g/ml (Yang

  Scelrotina sclerotiorum, Thanatephorus cucumeris, Pseudocer-cospora musae dan Colletotrichum gloeosporioides pada konsentrasi

  gram negatif maupun positif (Daniel, 2005), serta anti jamur yang baik. Asam litseacubeba (litseacubebic acid) dan senyawa monoterpen lakton (6R)-3,7-dimetil-7hidroksi-2-okten- olide memiliki aktifitas anti jamur terhadap

  Lisea cubeba memiliki aktivitas anti bakteri baik

  Namun demikian minyak esensial dari buah

  Ekstrak air, etanol, etil asetat, dan heksan dari daun krangean tidak menunjukkan adanya aktifitas antimikrobia baik terhadap bakteri, kapang, maupun jamur (Areekul et al., 2009).

  Antimikrobia

  2009). Aktifitas antikanker juga dimiliki oleh 1,8-sineol, yaitu mampu menginduksi kematian sel-sel leukemia (Moteki et al., 2002). Aktifitas penghambatan pertumbuhan sel tumor dari ekstrak metanol campuran daun dan ranting tidak sebaik dengan minyak buah krangenan, yang ditunjukkan dengan EC50 terhadap sel tumor human umbilical vein endothelial cell (HUVEC), MCF-7, dan human leukemia (HL-60) melebihi 100 g/ml (Lin et al., 2007).

  factor-(TNF) dan interleukin-1 (IL-1) pada tikus yang disuntik karagenan (Adorjan, 2010).

  Volume 4, No. 1, Desember 2011 KRANGEAN (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): ASPEK AGRONOMI, PENGGUNAAN SECARA TRADISIONAL, BIOAKTIFITAS DAN POTENSINYA Krangean (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): agronomic aspect, traditional utilization, bioactivity and potential development

  10% sebagai kontrol berturut-turut 7,5 (+ 0,2); 8 (+ 0,0); 8 (+ 0,0); dan 8 (+ 0,0) jam.

  Minyak esensial secara komersial digunakan dalam empat aspek utama, yaitu sebagai aroma dari pengharum atau parfum, penambah rasa dalam makanan, obat-obatan, dan insektisida. Bahkan sekarang ini lebih mendapat perhatian karena multi fungsi minyak esensial. sebagai anti mikrobia, antijamur, anti tumor dan insektisida (Franzios et al., 1997). Minyak krangean dapat

  Krangean merupakan tumbuhan yang semakin langka keberadaannya, khususnya di Indonesia (Tyas dkk., 1999). Upaya pelestraian dan pembudidayaan perlu dilakukan mengingat potensi pengembangan tanaman ini yang sangat besar. Kendala daya tahan hidup bibit di lahan yang rendah dapat diatasi dengan penumbuhan bibit pada tempat yang diberi naungan hingga bibit memiliki tinggi dan jumlah daun yang cukup (Baker, 1997), serta melakukan penanaman pada awal musim hujan (Kayang et al., 2009). Budidaya krangean juga dapat digunakan sebagai alternative mengatasi penggundulan hutan, selain sebagai tanaman penghijauan, juga dapat diambil hasilnya sebagai bahan baku industri minyak atsiri.

  POTENSI EkONOMI

  typhimurium, sel sumsum belakang dan sel spermatosit (Lou et al., 2005).

  (melalui kulit), dan LC 50 (melalui inhalasi) pada tikus galur SD berturut-turut sebesar 4.000 mg/ kg bb, 5.000 mg/kg bb, dan 12.500 ppm. Minyak biji krangean tidak menunjukkan toksisitas genetik (in vitro dan in vivo) pada Salmonella

  tikus galur SD tidak menunjukkan efek toksik. Walaupun dijumpai adanya perubahan jaringan hati dan meningkatnya berat ginjal namun tidak berbeda secara bermakna dengan kontrol (Tubtim and Wasiksiri, 2007). Tosisitas ringan ditunjukkan dengan nilai LD 50 (secara oral), LC 50

  Toksisitas

  deet (N,N-dietil-3-metilbenzamid) dengan kadar

  Kandungan 1,8-sineol atau sering disebut juga eukaliptol merupakan senyawa yang efektif untuk mengurangi inflamasi dan rasa sakit (Moteki et al., 2002).

  (+ 0,8); 8 (+ 0,0) dan 7 (+ 1,0) jam sedangkan

  Ae. Albopictus, Anopheles dirus, dan Culex quinquefasciatus berturut-turut 1,7 (+ 0,3); 6,2

  berturut-turut sebesar 92,46 g/l dan 0,1 l/ekor hama (Ko-Ko et al., 2009). Minyak esensial buah krangean memilik aktifitas repelan terhadap nyamuk. Aktifitas repelensi 5% minyak krangean sebesar 91,6% dari repelensi DEET 19 % (Andersson, 2010). Tawatsin et al., (2006) melalui studi klinik mengungkapkan bahwa minyak esensial buah krangean dengan kadar 10% memiliki aktifitas repellensi terhadap nyamuk Aedes aegypti,

  zeamais

  (LD 50 ) dan tosisitas kontak (LD 50 ) terhadap S.

  castaneum dan memiliki toksisitas fumigant

  Minyak esensial krangean diketahui dapat digunakan sebagai pengusir rayap (Lin and Yin, 1995). Penelitian lain menegaskan pengunaan minyak esensial buah krangean untuk insektisida alternatif dalam pengendalian hama pertanian khususnya hama gudang yang menyerang biji- bijian. Pengunaan konsentrasi 16 g/cm2 dapat mengusir Sitophilus zeamais dan Tribolium

  Insektisida dan repelen

Pemberian minyak esensial krangean hingga dosis 100 mg/kg BB/hari selama 28 hari pada

  Volume 4, No. 2, Desember 2011 Harto Widodo, Yuli Widiyastuti

  secara langsung dimanfaatkan dalam industri makanan, kosmetik dan rokok (Zhaobang, 1995).

  Bila di dukung bahan baku yang memadai pemakaian minyak krangean dalam industri berpotensi melampaui minyak sereh. Selain kandungan sitral hampir sama, minyak krangean lebih unggul dari pada minyak sereh. Minyak krangean berbau menyerupai lemon, segar dan manis, serta memiliki rasa yang enak. Tingginya kandungan sesquiterpen minyak sereh menyebabkan bau yang lebih tajam (Prommeger

  et al., 2005).

  Kandungan asam laurat yang tinggi, melebihi kandungan minyak kelapa (50%). Mengindikasikan bahwa minyak krangean cocok digunakan pada industri sabun, detergen, kosmetik, dan juga produk-produk berbasis asam laurat lainnya (Kotoky et al., 2007). Enig (1995) menjelaskan bahwa asam laurat merupakan media pengikatan asam lemak dan dirubah menjadi monolaurin yang bermanfaat bagi tubuh. Enig (1998) menambahkan bahwa monolaurin memiliki aktifitas antijamur, antibakteri dan antiprotozoa. Karena kandungan dan manfaat minyak esensial krangean, maka dimungkinkan bahan ini dapat dikembangkan sebagai bahan baku produk kosmetik atau sabun yang menjanjikan.

  Dengan semakin meningkatnya permintaan produk alami semakin terbuka peluang bagi pengembangan krangean sebagai pengawet alami. Penggunaan pengawet makanan dari tanaman akan menghindarkan bahaya kontaminasi makanan (Chen et al., 2008). Sitral merupakan senyawa aktif yang dapat menghambat pertumbuhan jamur, seperti Aspergillus niger yang umumnya menyerang buah-buahan (Panchawat, 2010). Balacs (1991) menambahkan bahwa kemampuan penghambatan pertumbuhan terhadap A. niger lebih baik dari pada kampor. Produksi aflaktosin oleh A. flafus sangat dihambat oleh minyak krangean (Boliang, 1998).

  Sitral dari minyak krangean ditemukan dalam bentuk isomer netral (34%) dan geranial (41%). Selain dikenal memiliki aktifitas antijamur, antitumor, dan dapat mencegah arterosklerosis (Balacs, 1992), sitral memiliki aktifitas antiinflamasi yang berpotensi menjadi obat antiinflamsi di masa mendatang (Lin et al. dalam Adorjan, 2010). Sitral juga merupakan bahan metah untuk pembuatan ionone, methyl- ionone, vitamin A, dan vitamin E (Zhaobang, 1995).

  Disebutkan bahwa penggunaan repelan seperti naftalen (pengusir serangga) dan DEET (repelan nyamuk dan serangga penggigit lainnya) menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan (El-Masri et al., 2005; Maibach and Johnson, 1975; Reuveni and Yagupsky, 1982; Roland et al., 1985; Edwards and Johnson, 1987) maka pengembangan minyak esensial krangean sebagai repelan memiliki prospek yang bagus.

  Dalam bidang pertanian, insektisida sintetik tidak hanya digunakan selama budidaya tanaman di lahan, namun juga setelah panen untuk melindungi hasil dalam penyimpanan. Hal ini dapat menimbulkan efek residu yang membahayakan bagi konsumen maupun lingkungan (FAO and WHO, 2008). Park et al., (2007) menyebutkan bahwa minyak esensial krangean berpotensi sebagai nematisida, eugenol, isoeugenol dan KRANGEAN (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): ASPEK AGRONOMI, PENGGUNAAN SECARA TRADISIONAL, BIOAKTIFITAS DAN POTENSINYA Krangean (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): agronomic aspect, traditional utilization, bioactivity and potential development of Systematic Biology, Uppsala University.

  metil eugenol menunjukkan aktifitas nematisidal 100% terhadap Nematoda Pine Wood pada Aoshima, H. and K. Hamamoto. 1999. Potentiation of GABAA receptors expressed in Xenopus konsentrasi 1 mg/ml. Pengembangan krangean untuk perlindungan alternatif pengendali dan oocytes by Perfumes and Phytoncid. Biosci pengusir hama pertanian di lahan dan di gudang Biotechnol Biochem, 63(4):643-748. penyimpanan dapat diupayakan. Tentunya, Areekul V., Jiapiyasakul P., and Chandrapatya A. dalam hal ini masih dibutuhkan penelitian yang 2009. In vitro antimicrobial screening of lebih mendalam. selected traditional Thai plants. Thai Journal of Agricultural Science, 42(2): 81-89.

  

kESIMPulAN Baker, PJ. 1997. Seedling establishment

  Dari uraian tersebut di atas, maka dapat and growth across forest type in an disimpulkan sebagai berikut: evergreeendeciduous forest mosaic in

  1. Krangean merupakan tumbuhan obat multi western Thailand. Nat. Hist. Bull. Siam Soc., manfaat yang perlu memperoleh prioritas 45: 17-41. pelestarian. Backer, CA., van den Brink B. 1963. flora of Java

  2. Seluruh bagian tanaman krangean (Spermatophytes Only), Vol. 1. wolter- mengandung minyak esensial yang memiliki

Noordhoff, NVP. Groningen

  kegunaan sangat luas, sebagai bahan makanan, Balacs, T. 1991. Fungal Inhibition, Research Report. obat-obatan, aromaterapi, pengawet makanan, International Journal of Aromatherapy pestisida alami, dan berbagai produk farmasi Winter, 3(4): 30. lainnya.

  Balacs, T. 1992. “May Chang”. The International 3. Potensi ekonomi minyak esensial krangean Journal of Aromatherapy, Autumn, 4(3): 25. sangat besar, karena permintaan ekspor tinggi Boliang, Y. 1998. Antibiotic activities of Litsea dan hanya sedikit negara yang memproduksi. cubeba oil on moulds and effect of Litsea

  cubeba oil on aflatoxin production.

  

DAFTAR PuSTAkA Mycrobiology, 3. Sichuan Institute of Light

Adorjan, B. 2010. Biological properties of essential Industry and Chemical Thecnology Zigong. oils-an update. Diplomarbeit. Universitat Budiman, B. 2008. Mengenal kilemo (Litsea

  Wien. p: 20. cubeba ). Diakses Maret 2011, dari: http://

  Adam, RP. 1995. Identification of essential oil budibudiman.blogspot.com/2008/04/

  components by Gas Chromatography/Mass mengenal-kilemo-litsea-cubeba-pers.html. Spectroscopy. Allured Pub. Co. Carol Stream, Buchbauer G., Jager W., Jirovetz L., llmberger J., and USA.

  Dietrich H. 1993. Therapeutic properties of Andersson, K. 2010. Mosquito Repellency of essential oil and fragrances. In R. Teranishi,

  Essential Oils Derived from Lao Plants. RG. Buttery, and H. Sugisawa, Eds. Bioactive

  Biology Education Centre and Department volatile compound from plants. Washington

  Volume 4, No. 1, Desember 2011 Volume 4, No. 2, Desember 2011 Harto Widodo, Yuli Widiyastuti

  DC: American Chemical Society (ACS) Symposium Series, 525: 160-165. Buffa B., Costa G. and Ghirardi P. 1974. Glaziovine versus diazepam: a double-blind clinical trial, Curr. Ther Res. Clin. Exper., 16: 621- 627.

  naturalingredient.org/Articles/Natural_ Preservatives_original.pdf

  FAO. 1995. Flavours and Fragances of Plant Origin.

  Health Organization Food and Agriculture Organization Of The United Nations, Rome, Italy.

  2007, Evaluations Part I – Residues. World

  FAO and WHO. 2008. Pesticide residues in food

  Found Health J., 20(1): 1-6.

  Silver Spring, MD, p:4-8 Enig, MG. 1998. Health and nutritional benefit from coconut oil, Price Pottenger, Nutr

  a comprehensive report covering 60 years of Research, 2nd Edn, Enig Accociates INc.

  Accociates Inc., Silver Spring, MD. p: 4-8. Enig, MG. 1995. Trans fatty acid in food supply:

  acid in food supply; a comprehensive report covering 60 years of Research, 2nd Edn, Enig

  health and human services, Public Health Service, Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Enig, MG. 1995. Trans fatty

  Naphthalene, 1-methylnaphthalene, and 2-methylnaphthalene. U.S. Department of

  H., Mumtaz M., Todd GD., McClure P., Marable BR., Singh M. 2005. Toxicological profile for

  Edward DL., and CE. Johnson. 1987. Insect- repellant-induced toxic encephalopathy in a child. Clin. Pharm., 6: 496-498. El-Masri

  Dweck AC. 2011. Natural Preservatives. White Horse Business Park. Aintree Avenue, Trowbridge, Wiltshire, UK. p: 6-7. Di akses pada 5 Maret 2011 sari: www.

  Chanda R., Mohanty JP., Bhuyan NR., Kar PK., and Nath LK. 2007. Medicinal plants used against gastrointestinal tract disorders by traditional healer of Sikkim Himalayas.

  RHMJ. (editors). 1999. Plants Resources of South-East Asia, Medicinal and Poisonous Plants 1. Prosea. 218-219.

  1370. De Padua LS., Bunyapraphastara N. and Lemmens

  inflammatory mediators in RAW 264.7 cells. J. Fitoterapia, 75: 141-148. Daniel, M. 2005. Herbal technology - Concepts and Scope. Curren Science, 88(9): 1369-

  Litsea cubeba bark on the production of

  Choi E-M and J-K. Hwang. 2004. Effect of methanolic extract and fraction from

  Soc., 30: 59-62.

  Cheng M-C and Cheng Y-S. 1983. Composition of the essential oils of Litsea kostermanin Chang, Litsea Gerciae Vidal and Litsea cubeba (Lour.) Persoon. J Chinese Chem.

  J. Biotechnol., 7(25): 4743-4749.

  Key mediators modulating TAG synthesis and accumulation in woody oil plants. Afr.

  Chen Y., Wang Y., Zhou G., Li P., and Zhang S. 2008.

  and Clinical Pharmacology, 23: 549-556.

  6(4): 606-610 Chaouki W., David Y., Leger BL., Beneytout JL., and Mohamed H. 2009. Citral inhibits cell proliferation and induces apoptosis and cell cycle arrest in MCF-7 cells. Fundamental

  Indian Journal of Traditional Knowledge,

  Viale dells Terme di Caracalla, 00100 Rome,

  Volume 4, No. 1, Desember 2011 KRANGEAN (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): ASPEK AGRONOMI, PENGGUNAAN SECARA TRADISIONAL, BIOAKTIFITAS DAN POTENSINYA Krangean (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): agronomic aspect, traditional utilization, bioactivity and potential development

  cubeba Pers.-An untapped economic plant

  Hwang HK., Choi EM., and Lee JH. 2005.

  Antioxidant activity of Litsea cubeba.

  Fitoterapia, 76: 684-686.

  Jing-ping W., Shao-jiang M., and Jing-min L. 1985.

  Studies on the distribution of fatty acids in the oils of the family Lauraceae. http:// en.cnki.com.cn/Journal_en/A-A006-ZWXB- 1985-02.htm

  Kayang H., Kharbuli B., and Syeim D.. 2009. Litsea

  species of Meghalaya. Natural Product Radiance. A Bimontly Journal on Natural Product, 8(1): 1-2.

  Compositions and in vitro anticancer activities of the leaf and fruits oils of Litsea

  Ko K., Juntarajumnong W., and Chandrapatya A.

  2009. Repellency, fumigant and contact toxicities of Litsea cubeba (Lour.) Persoon against Sitopilus zeamais Motschulsky and Tribolium castaneum (Herbst). Kasetsart J.

  (Nat. Sci.) 43: 56-63.

  Kotoky R., Pathak MG., and Kanjilal PB. 2007.

  Pyisico-chemical characteristics of seed oils of some Litse species found in North- East India. Natural Product Radiance, 6(4): 297-300. Lee SS., Chen CK., Chen IS., and Liu KCS. 1992.

  Additional isoquinoline alkaloids from

  cubeba from Taiwan. Natural Product Communications, 5: 617-620.

  Ho CL., Qu JP., Liu YL., Hung CP., Tsai MC., Liao PC., Wang EIC., Chen YL., Su YC. 2010b.

  Italy. Fauzi dan Widodo H. 2009. Upaya memacu

  Ther Res. Clin. Exper., 30: 44-49.

  pertumbuhan benih krangean (Litsea cubeba Lour. Pers.) melalui pemberian sitokinin dan EM4. Makalah disampaikan pada Seminar

  Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXXVI, tgl: 13-14 Mei 2009, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Finkle, T. and N.J. Holbrook. 2000. Oxidants, oxidative stress and the biology of aging.

  Nature 408: 239-247.

  Franzios G., Mirotson M., Hatziapostolou E., Kral J., Scouras ZG. and Mavragani-Tsipidou P.

  1997. Insecticidal and genotoxic activities of mint essential oil. J. Agric. Food Chem., 45: 2690-2694. Galeone M., Cacioli D., Moise G., Gherardi G. and

  Quadro G. 1981. Glaziovine as anti-ulcer: A double blind short-term controlled clinical trial in comparation with cimetidine, Curr.

  Hasairin, A. 1994. Etnobotani Rempah dalam

  Chou JC., and Su YC. 2010a. Compositions and antimicrobial activities of the leaf and twig oils of Litsea mushaensis and L. linii from Taiwan. Natural Product Communications, 5(11): 1823-1828.

  Makanan Adat Masyarakat Batak Angkola dan Mandailing. Tesis. Program Pasca

  Sarjana, IPB, Bogor. Heryati Y., Mindawati N. dan Kosasih AS. 2009.

  Prospek pengembangan Lemo (Litsea cubeba L. Persoon) di Indonesia. Tekno.

  Hutan Tanaman, 2(1): 9-17.

  Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia

  Jilid II Cetakan ke-1. Badan Penelitian dan

  Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Ho CL., Wang EIC., Tseng YH., Liau PC., Lin CN.,

  Litsea cubeba, J. Chin. Chem. Soc., 39: 453- Volume 4, No. 2, Desember 2011 Harto Widodo, Yuli Widiyastuti

  455. Lin CT., Chu FH., Tseng YH., Tsai JB., Chang ST., and

  Preservatives. Inter J Curr Trends Sci Tech., 1(4): 213-219. Park IK., Kim J., Lee SG., and Shin SC. 2007.

  Symposium of Indonesian Wood Research Society. Indonesian Wood Research Society.

  Noordwijk M. 2011. Carbon Stock and Tree Diversity in Tripa peat swamp forest. Proceedings, The 2nd International

  Indonesia. Mycoscience, 51: 149-153 Rahayu S., R. Oktaviani R., Tata HL., and van

  tepperianum, the gall rust fungus from Falcataria moluccana in Malaysia and

  Rahayu S., See LS., Shukor NA. 2010. Uromycladium

  Bhutan-A scenario analysis. Coret and RC- Wengkhar.

  2005. Lemon grass distillation in Eastern

  Pommeger W., Budur K., Dorji, and Chhetri PB.

  28th Congress on science and technology of Thailand. Thai National AGRIS Centre, Office of The Univ. Library Kasetsart University.

  Comparison of Morphology and Anatomy of Litsea cubeba from different location in Nan and Chiang Mai Province, Extended abstract:

  Phupan P., Trisonthi C. and Trisonthi P. 2002.

  oils against Pine Wood Nematode (Bursaphelenchus xylophilus). Journal of Nematology, 39(3): 275-279.

  dioica) and Litsea (Litsea cubeba) essential

  Nematicidal activity of plant essential oils and components from Ajowan (Trachyspermum ammi), Allspice (Pimenta

  Kathmandu, Nepal. p: 35. Panchawat, S. 2010. A review on Natural

  Wang SY. 2007. Bioactivity Investigation of Lauraceae tress grown in Taiwan.

For. Res. Inst. New Series, 10: 59-63

  Derma., 111: 726-730.

  Pharmaceutical Biology, 45(8): 638-644.

  Lin TS. and Yin HW. 1995. Effect of Litsea

  cubeba press oils on the control of termite Coptotermes formosanus Shiraki. Taiwan

  Lou M., Jiang LK., and Zou GL. 2005. Acute and genetic toxicity of essential oil extracted from Litsea cubeba (Lour.). J. Food Prot., 68(3): 581-588

  Maibach HI. and Johnson HL. 1975. Contact urticaria syndrome to diethyl-toluamide (immediate-type hypersensitivity). Arch.

  Mardisiwoyo S dan Radjakmangunsudarso. 1986.

  Oppottunities for Medicinal, Aromatic, and Dye Plants in South Asia. MAPPA, ICIMOD,

  Cabe puyang warisan nenek moyang. Karya Wreda. Jakarta. hal 636. Moteki H., Hibasami H., Yamada Y., Katsuzaki

  human leukemia cell lines, but not in a human stomach cancer cell line. Oncol Rep., 9: 757-760. Muchtaridi, Apriantono A., Subarnas A., dan

  Budijanto S. 2005. Analisis senyawa aktif dari minyak atsiri kulit batang Ki lemo (Litsea cubeba (Lour.) Pers) yang menakan aktivitas lokomotor mencit. Majalah

  Farmasi Indonesia, 16(1): 63-69.

  Muchtaridi, Diantini A., and Subarnas A. 2011.

  Analysis of Indonesian spice essential oil compounds that inhibit locomotors activity in Mice. Pharmaceuticals, 4: 590-602.

  Nagpal, A. and Karki M. 2004. A Study on Marketing

H., Imai K., and Komiya T. 2002. Specific induction of apoptosis by 1,8 sineol in two

  KRANGEAN (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): ASPEK AGRONOMI, PENGGUNAAN SECARA TRADISIONAL, BIOAKTIFITAS DAN POTENSINYA Krangean (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): agronomic aspect, traditional utilization, bioactivity and potential development

  p. 545-551 essential oil in Sprangue-Dawley rats. Thai. Rahmawati, D. 2004. Mempelajari Aktifitas J. Pharm. Sci., 31: 74-82.

  Antioksidan dan Antimikrobia Ekstrak Tyas KN., Hadiah JT., dan Soejono. 1999. Studi Antarasa (Litsea cubeba) dan Aplikasinya flora berpotensi obat di hutan sekitar sebagai Pengawet Alami pada Bahan desa parang, Grogol, Kediri, Jawa Timur. Makanan. Skripsi. Fak. Teknologi Pertanian, Makalah disampaikan pada Seminar Sehari IPB, Bogor.

  PERHIBA, Jur. Farmasi, Fak. MIPA. UI. Reuveni H. and Yagupsky P. 1982. Diethyltoulamide Wiart, C. 2006. Ethnopharmacology of medicinal

  plants: Asia and the Pacific. Humana Press

  containing insect repellent: adverse effects in world-wide use. Arch Derma., 118: 582- Inc. p: 44-45 583

  Yang Y., Jiang J., Qimei L., Yan X., Zhao J., Yuan H., Roland EH., Jan JE., and Rigg JM. 1985. Toxic Qin Z., and Wang M. 2010. The fungicidal enchepalopathy in child after a brief expose Terpenoids and Essential Oil from Litsea to insect-repellents. Can Med Assoc J., 20: cubeba in Tibet. Molecules, 15: 7075-7082. 506-510. Yu R., Yang W., Song L., Yan C., Zhangn Z., Zhao

  Song LR., Hong X., Ding XL. 2000. Modern Y. 2007. Structural characterization activity

  Dictionary of Chinese Pharmacy. People’s of a polysaccharide from the fruiting bodies

  Medical Publishing House, Beijing. 2397. of cultured Cordyceps militaris. Carbohyd Susianti, S. 1996. Peran Baleng la (Litsea cubeba) Poly., 70(4): 430-6 sebagai tumbuhan obat dan aroma pada Zhaobang, S. 1995. Production and Standards masyarakat Dayak kenyan di Pujungan for Chemical Non-Wood Forest Products Kalimantan Timur. Prosiding Simposium in China. Occasional Paper No.6. Centre for Nasional Tumbuhan Obat dan Aromatik International Forestry Research, Bogor.

  APINMAP. hal: 634-639. Indonesia.

  Tawatsin A., Asavadachanukorn P., Thavara U., Wongsinkongman P., Bansidhi J., Boonruad T., Chavalittumrong P., Soonthornchareonnon N., Komalamisra N., and Mulla MS. 2006.

  Repellency of essential oils extracted from plants in Thailand against four mosquito vectors (Diptera: Culicidae) and oviposition deterrent effects against Aedes aegypti (Diptera: Culicidae). Southeast Asean J Trop Med Public Health, 37(5): 915-931. Tubtim S. and Wasiksiri. 2007. 28-day repeated dose oral toxicity study of Litsea cubeba

  Volume 4, No. 1, Desember 2011

Dokumen yang terkait

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - KORELASI ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 1 SALAM PASCA BENCANA LAHAR DINGIN MERAPI - Lumbung Pustaka UNY

0 0 18

PENGETAHUAN DAN PERILAKUANAK SEKOLAH TENTANG - Pengetahuan Dan Perilaku Anak Sekolah Tentang Kecacingan Di Beberapa Sekolah Dasar Di Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala Tahun 2012

0 1 7

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam) TERHADAP TOKSISITAS SEL LIMFOSIT MANUSIA SECARA IN VITRO Cytotoxic study of Pandanus conoideus Lam extract and oil on human lymphocytes in vitro

0 0 5

PEMISAHAN FRAKSI DAN SENYAWA-SENYAWA YANG BERSIFAT ANTIPLASMODIUM DARI EKSTRAK METANOL KULIT KAYU MIMBA (Azadirachta indica Juss) Chemical compound separation in mimba bark (Azadirachta indica Juss) methanolic extract with antiplasmodium activity

0 0 10

KINERJA TEMULAWAK (C. xanthorrhiza Roxb.) DALAM TABUT BLOK DAN KONSENTRAT TERHADAP PRODUKSI SUSU DAN LEMAK SUSU RUMINANSIA LAKTASI The effect of Curcuma rhizome in Tabut Blok and concentrate on milk and fat- milk production by ruminant lactation

0 0 8

GAMBARAN JUMLAH DAN HITUNG JENIS LEUKOSIT SERTA WAKTU JENDAL DAR- AH PADA TIKUS BETINA YANG DIINDUKSI 7,12-Dimetilbenz(α)antrasen (DMBA) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L) The number of total leucocyte and coagulation ti

0 0 10

UJI POTENSI ANTIOKSIDAN HERBA SELEDRI (Apium graveolens L.) SECARA IN VITRO In vitro antioxidant activity of Seledri (Apium graveolens L.)

0 1 6

PENGGUNAAN SALEP MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia L.) SEBAGAI ANTIBAKTERI INFEKSI KULIT OLEH Staphylococcus aureus PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) The antibacterial effect of Lime peel (Citrus aurantifolia L.) essential oil o

0 0 9

EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D DAN MCF-7 Cytotoxic activity of Dewandaru (Eugenia uniflora L.) ethanolic extracts on T47D and MCF-7 cell lines

0 0 7

STUDI UMUR SIMPAN, SUHU DAN CAHAYA TERHADAP DAYA PERKECAMBAHAN BENIH Artemisia annua L. The effect of life storage, temperature and light on seed viability of Artemisia annua L.

0 0 8