PENGETAHUAN DAN PERILAKUANAK SEKOLAH TENTANG - Pengetahuan Dan Perilaku Anak Sekolah Tentang Kecacingan Di Beberapa Sekolah Dasar Di Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala Tahun 2012
PENGETAHUAN DAN PERILAKUANAK SEKOLAH TENTANG
KECACII\GAN DI BEBERAPA SEKOLAH DASAR DI
KECAvTA*TAI\LABUANKABUPATENDONGGALATAHUN2012
Made Agus Nurjana', Samarang', Phetisya Pamela Frederika Sumolang', Gunawan'
'Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Penelitian dan PengembangarrKesehatan,
Kementerian Kesehatan RI
ABSTRACT
I
Helminth infections in children is generally higher in children than in adult because of
children have a lower knowledge and attitude compare to adult thqt lead themtb:a laching in
personal hygiene. In order to assess the lcnowledge and behavior of school,children a6out
helminth, a cross sectional study was conducted in I0 elementqry school in Labuan Sub
District on January 2012. 241 stool samples were collected and 454 respondents were
interviewed on this study. The prevalence of helminth infections in children in Labuan Sub
District is l7,0lo%. The children knowledge about symptoms and model of transmission were
still low. Howeveti children's behavior for instance washing hands before eating and after
defecating using footwear when playing outside showed a positive practice. A regular
counseling are needed to improve the school children's lcnowledge and behavior
Key words: Knowledge, Behaviour Helminth, School Children
PENDAHULUAN
Penyakit kecacingan merupakan salah
satu penyakit yang masih banyak terjadi di
masyarakat, namun kurang mendapatkan
perhatian (neglected disease). Salah satu
penyakit dari kelompok ini adalah
penyakit kecacingan yang disebabkan oleh
infeksi cacing kelompok Soil Transmitted
Helminth (STH) yaitu kelompok cacing
yang siklus hidupnya melalui tanah yang
merupakan penyakit tersembunyi (silent
disease) dan kurang terpantau olehpetugas
kesehatan. Infeksi cacing usus terutama
yang tergolong dalam STH, masih
merupakan penyakit rakyat dengan
prevalensi yang cukup tinggi di daerah
tropis di negara-rregara yang sedang
berkembang, terutama pada masyarakat
dengan sosial ekonomi rendah di pedesaan
serta ditemukat pada semua golongan
umurdanjeniskelamin.
Di antara semua infeksi parasit usus,
infeksi cacing pada umumnya mempunyai
prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan
protozoa. Tinggi rendahnya prevalensi
usus dapat dipakai sebagai barometer
t2
tingkat hidup suatu masy arakat, kemajuan
kesejahteraan penduduk dan keadaan
sanitasi lingkungan.
Infeksi parasit usus umunnya tidak
menimbulkan kematian, namun kondisi
patologis itu secara bertahap dapat
menyebabkan kelemahan penderita yang
berakibat penurunan produktifitas kerja,
menurunnya kondisi kesehatan, gizi,
kecerdasan dan produktivitas penderita
sehingga secara ekonomi banyak
menyebabkan kerugian, karena adanya
kehilangan karbohidrat dan protein serta
kehilangan darah yang pada akhirnya
dapat menurunkan kualitas sumber daya
manusia.
WHO memperkirakan 3,5 milyar
orang telah terinfeksi cacing usus dan 450
juta telah dilaporkan menderita penyakit
ini yang ditemukan pada anak-anak.
Survei terhadap 300 orang di Nigeria
menunjukkan bahwa angka infeksi
kecacingan adalah 83,30 ,yang terdiri dari
As caris lumbricoides (67,7 o/o),Hookworm
(45%), Trichuris trichiura (3l,3oh) dan
Strongyloides sterocalis (18%).
Pengetahuan dan Perilaku Anak
Sekolah
(Made Agus Nurjana, Samarung, et a[)
Sedangkan penelitian di Cina
menunjukkan prevalensi lebih rendah,
ketika menjelaskan bagaimana cara
mengambil tinja. Pengambilan sampel
yaitu di Kota Simao (40,2Yo) dan di Kota
Mengla (68,3%). Survey yang pen-rah
dilakukan di tiga Sekolah dasar (SD) di
Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala
tahun 2007 menunjukkan bahwa
prevalensi infeksi cacing A. lumbricoides
19.1% dan Z trichiura adalah sebesar
tinja dilakukan dengan menggunakan stik
es seukuran setengah ruas jari kelingking
yang telah disediakan. Stik kemudian
dimasukkan kedalam kantongan plastik
lalu direkatkan. Kemudian kantongan
plastik tersebut dimasukkan lagi kedalam
kantongan plastik yang ukurannya lebih
besar selanjutnya diikat agar aroma tinja
tidak keluar. Kantong tinja -vaIrg telah terisi
dikumpull,an perkelas keesokan harinya
kepada guru kelas yang nantinya akan
dr-1 emput oleh peneliti.
I .50 o.
Anak usia Sekolah Dasar (SD)
merupakan golongan yang paling rentan
terhadap penyakit parasit usus
dikarenakan kebiasaan dari anak yang
kurang memperhatikan higienitas
diakibatkan oleh tingkat pengetahuan dan
perilaku terhadap kecacingan masih
rendah. SD
di
Kecamatan Labuan
mempakan salah satu daerah yang rentan
terhadap kecacingan. Oleh karena itu perlu
diketahui pengetahuan dan perilaku anak
sekolah dasar
di
Kecamatan Labuan
Kabupaten Donggala tentang kecacingan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan
rancangan cross-sectional dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif"
Metode pengambilan sampel dengan cara
cluster sampling sederhana dimana
seluruh SD di Kecamatan Labuan diacak
untuk kemudian dipilih 10 SD dan seiuruh
anak SD kelas IV, V dan VI diambil
sebagai sampel, karena anak-anak pada
kelas tersebut (usia > 7 tahun) sudah dapat
menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan dan sudah
dapat
dipertanggungj awabkan kebenarannya,
apalagi pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan seputar kebiasaan sehari-hari.
Daftar seluruh nama anak SD kelas IY
V
Vl
yang diperoleh dari gu11l
penanggllng jawab kelas, digunakan
dan
sebagai dasar dalam penulisan nama dan
kelas pada kantongan tempat sampel tinja.
Penulisan nama dilakukan dengan
menggunakan spidol water prooJ. Peneliti
dibantu oleh guru penanggung jawab kelas
Sarnpel
tinja yang
terkumpul
selanjutnya diperiksa dengan metode
langsung untuk mengetahui ada tidaknya
telur cacing pada seciiaan tinla yang
dikumpulkan karena merupakan metode
yang paling murah, sederhana dan cepat.
Pemeriksaan dilakr"lkan dengan
menggunakan larutan lugolZoio diatas kaca
benda. Selanjutnya pada lar:rtan tersebut
ditambahkan sedikit tinja (.1-2 mm)
dengan stik es krim. Tinja dihancurkan
dengan cara mengaduk dengan stik es krim
di atas kaca benda hingrra tei'bentuk
suspensi homogen. Bila pada sampel
terdapat bahan yang kasar seperli sisa
makanan atau pasir hams dikeluarkan
terlebih dulu dengan menggunakan iidi.
Suspensi tinja kemudin ditutup dengan
kaca penutup (deck glass) dan diusahakan
supaya cairan merata
bawah kaca
petutup tanpa ada gelembung udara.
Sediaan selanjutnya diperiksa dengan
di
mikroskop dengan perbesaran 100 x dan
400 x.
Pada penelitian ini, wawancara
dengan menggunakan kuesioner
terstruktur dilakukan pada seiuruh siswa
SD yang bersedia diwawancarai.
Wawancara dilakukan oleh Peneliti Balai
Litbang P2B2 Donggala secara langsung
kepada anak SD yang bersangkutan dair
dipastikan tidak ada tekanan maupun
pengaruh dalam memberikan jawaban
baik oleh gum maupun teman
sekelas
13
Jumal Vektor Penyakit, Vol. VI No. 1, 2012 : 12
-
18
lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara.
wawancara dilakukan pada tempat
terpisah dengan teman-ternan dan
HASIL
,sampel tinja yang berhasil
dikumpulkan sebanyak 266 sampel
gurunya. Jumlah anak SD yang berhasil
(4J,84%) dari total siswa yangtercatat di
diwawancara sebanyak 454 responden. kelas IV, VdanVI di 10 SD di Kecamatan
Pengumpulan sampel dilakukan Bulan
Labuan yang telah dipilih secara acak dan
Januari 2012, selanjutnya hasil wawancara anak sekol ah yang berhasil diwawancara
dan pemeriksaan tinja dianalisis dengan sebanyak 454 anak (8L,65%). Hasil
menggnnakan STATA versi 11. Analisis
pemeriksansampeltiryadapatdilihatpada
yang digunakan yaitu distribusi frekuensi tabel l.
unhrk mengetahui gambaran pengetahuan
dan perilaku anak S D tentang kecacingan.
Tabel 1. Hasil pemeriksaan tinja anak SD di Kec. Labuan,Tahun2012
No.
I
2
3
4
5
6
7
Frekuensi (o%)
15 (6,22)
11 (4,56)
Jenis Parasit Usus
Ascqris lumbricoides
Hookworm
Trichuris trichiurct
Enterobius vermicularis
Ascaris lumbricoides & Hoorc*\orm
Ascaris lumbricoides & Trichuris trichiurq
Trichuris trichiura & Hoohuorm
3 (.7,24)
2 (0,83)
7 (2,90)
2 (0,90)
I (0,41)
200 (82,99)
B Negatif
TOTAL
Hasil survey tinja menunjukkan
ditemukan
pada anak SD yaitu cacing Ascaris
bahwa cacing usus tertinggi
247
SD yang diperiksa tinjanya. Dari jumlah
tersebut 3,8o diataranya mix dengan
HoolcwormdanTrichuristrichiura.
lumbricoides (70,02oh) dari total 24L anak
Tabel 2. Karakteristik Anak SD yang diwawancarai
di Kec. Labuan, Tahun2012
No
1
Karakteristik
3
(o/o)
Umur
2
Frekuensi
tahun
tahun
10
10
177 (38,99)
2'77 (61,01)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
230 (50,66)
224 (49,34)
Kelas
IV (empat)
V (lima)
VI (enam)
135 (29,74)
149 (32,82)
170 (37,44)
Anak SD yang berhasil diwawancarai Siswa dengan jenis kelamin laki-laki lebih
sebanyak 454 orang, dimana lebih banyak
banyak diwawancarai dibandingkan
perempuandananakkelasVllebihbanyak
diwawancarai anak berusia > 10 tahun
dibandingkan usia kurang dari l0 tahun.
dibandingkananakkelaslainnya.
t4
Pengetahuan dan Perilaku Anak Sekolah ............. (Made Agus Nurjana, Samarang, et
af
Tabel 3. Pengetahuan Anak SD di Kec. Labuan, Tahun 2012
No
Frekuensi (%)
Pengetahuan
Pemah dengar (n:454)
173 (38,11)
281 (61,89)
Ya
Tidak
Gejala
Perut buncit (n:173)
Gatal-gatal (n:1 73)
Mual/muntah (n:173)
Pucat
12 (6,94)
11 (6,36)
(n:173)
Lesu/kurang bergairah (n: 1 73)
Keluar cacing dari anus (n:173)
Lainnya (n-173)
Cara penularan
Makanan/oral (n-173)
Tanah/kulit (n:173)
Lainnya (n:173)
4 (2,31)
2 (1,t6)
I (0,58)
15 (8,67)
142 (82,08)
t6 (9,25)
92 (53,18)
72 (4t,62)
Cara pencegahan
Minum obat cacing (n-173)
PHBS (n:173)
Makan teratur (n:173)
Lainnya (n:173)
Tingkat pengetahuan anak SD tentang
kecacingan sangatlah rendah, dimana
hanya 173 anak (38,11%) yang pernah
mendengar tentang penyakit kecacingan,
dari 173 responden, gejala yang umum
l9 (10,98)
90 (52,02)
2 (.t,16)
62 (35,84)
diketahui yaitu perut buncit, adaptn cara
penularannya menurut mereka yaitu
melalui tanahlkulit dan cara mencegahnya
yaitu dengan cara Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
Tabel4. Periiaku anak SD di Kec. Labuan, Tahun2012
Perilaku
Cuci Tangan sebelum makan (n-454)
Frekuensi (%)
Tidak
348 (16,65)
106 (23,35)
Setelah BAB cuci tangan (n:454)
Ya
344
Tidak
1r0 (24,23)
Ya
0s,77)
Memakai alas kaki bila main di luar (n:454)
Ya
Tidak
356 (78,41)
98 (21 ,59)
Biasa bermain tanah (n:454)
Ya
Tidak
277
(6t,0t)
fl] (38,99)
Jajan di sekolalVrumah (n-454)
Ya
Tidak
408 (89,87)
46 (10,13)
Kebiasaan BAB (n:454)
WC/jamban
Terapat lain
Kebersihan kuku (n:454)
Bersih
Kotor
3r4 (69,16)
140 (30,84)
17s (38,55)
279 (61,45)
15
Jurnal Vektor Penyakit, Vol.
.VI
No.
1,
2012 : 12 - 18
Hasil wawancara perilaku anak SD
menunjukkan perilaku yang cukup baik
dalam mencegah kecacingan. Dimana
sebanyak 76,65oh berperilaku baik dalam
hal cuci tatgan sebelum makan, setelah
BAB, menggunakan alas kaki bila bermain
di luar dan kebiasaan BAB di jamban/WC.
Sedangkan perilaku bermain di tanah,
jajan di sekolah/rumah dan kebersihan
kuku menunjukkan angka yarrg lebih
rendah (
KECACII\GAN DI BEBERAPA SEKOLAH DASAR DI
KECAvTA*TAI\LABUANKABUPATENDONGGALATAHUN2012
Made Agus Nurjana', Samarang', Phetisya Pamela Frederika Sumolang', Gunawan'
'Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Penelitian dan PengembangarrKesehatan,
Kementerian Kesehatan RI
ABSTRACT
I
Helminth infections in children is generally higher in children than in adult because of
children have a lower knowledge and attitude compare to adult thqt lead themtb:a laching in
personal hygiene. In order to assess the lcnowledge and behavior of school,children a6out
helminth, a cross sectional study was conducted in I0 elementqry school in Labuan Sub
District on January 2012. 241 stool samples were collected and 454 respondents were
interviewed on this study. The prevalence of helminth infections in children in Labuan Sub
District is l7,0lo%. The children knowledge about symptoms and model of transmission were
still low. Howeveti children's behavior for instance washing hands before eating and after
defecating using footwear when playing outside showed a positive practice. A regular
counseling are needed to improve the school children's lcnowledge and behavior
Key words: Knowledge, Behaviour Helminth, School Children
PENDAHULUAN
Penyakit kecacingan merupakan salah
satu penyakit yang masih banyak terjadi di
masyarakat, namun kurang mendapatkan
perhatian (neglected disease). Salah satu
penyakit dari kelompok ini adalah
penyakit kecacingan yang disebabkan oleh
infeksi cacing kelompok Soil Transmitted
Helminth (STH) yaitu kelompok cacing
yang siklus hidupnya melalui tanah yang
merupakan penyakit tersembunyi (silent
disease) dan kurang terpantau olehpetugas
kesehatan. Infeksi cacing usus terutama
yang tergolong dalam STH, masih
merupakan penyakit rakyat dengan
prevalensi yang cukup tinggi di daerah
tropis di negara-rregara yang sedang
berkembang, terutama pada masyarakat
dengan sosial ekonomi rendah di pedesaan
serta ditemukat pada semua golongan
umurdanjeniskelamin.
Di antara semua infeksi parasit usus,
infeksi cacing pada umumnya mempunyai
prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan
protozoa. Tinggi rendahnya prevalensi
usus dapat dipakai sebagai barometer
t2
tingkat hidup suatu masy arakat, kemajuan
kesejahteraan penduduk dan keadaan
sanitasi lingkungan.
Infeksi parasit usus umunnya tidak
menimbulkan kematian, namun kondisi
patologis itu secara bertahap dapat
menyebabkan kelemahan penderita yang
berakibat penurunan produktifitas kerja,
menurunnya kondisi kesehatan, gizi,
kecerdasan dan produktivitas penderita
sehingga secara ekonomi banyak
menyebabkan kerugian, karena adanya
kehilangan karbohidrat dan protein serta
kehilangan darah yang pada akhirnya
dapat menurunkan kualitas sumber daya
manusia.
WHO memperkirakan 3,5 milyar
orang telah terinfeksi cacing usus dan 450
juta telah dilaporkan menderita penyakit
ini yang ditemukan pada anak-anak.
Survei terhadap 300 orang di Nigeria
menunjukkan bahwa angka infeksi
kecacingan adalah 83,30 ,yang terdiri dari
As caris lumbricoides (67,7 o/o),Hookworm
(45%), Trichuris trichiura (3l,3oh) dan
Strongyloides sterocalis (18%).
Pengetahuan dan Perilaku Anak
Sekolah
(Made Agus Nurjana, Samarung, et a[)
Sedangkan penelitian di Cina
menunjukkan prevalensi lebih rendah,
ketika menjelaskan bagaimana cara
mengambil tinja. Pengambilan sampel
yaitu di Kota Simao (40,2Yo) dan di Kota
Mengla (68,3%). Survey yang pen-rah
dilakukan di tiga Sekolah dasar (SD) di
Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala
tahun 2007 menunjukkan bahwa
prevalensi infeksi cacing A. lumbricoides
19.1% dan Z trichiura adalah sebesar
tinja dilakukan dengan menggunakan stik
es seukuran setengah ruas jari kelingking
yang telah disediakan. Stik kemudian
dimasukkan kedalam kantongan plastik
lalu direkatkan. Kemudian kantongan
plastik tersebut dimasukkan lagi kedalam
kantongan plastik yang ukurannya lebih
besar selanjutnya diikat agar aroma tinja
tidak keluar. Kantong tinja -vaIrg telah terisi
dikumpull,an perkelas keesokan harinya
kepada guru kelas yang nantinya akan
dr-1 emput oleh peneliti.
I .50 o.
Anak usia Sekolah Dasar (SD)
merupakan golongan yang paling rentan
terhadap penyakit parasit usus
dikarenakan kebiasaan dari anak yang
kurang memperhatikan higienitas
diakibatkan oleh tingkat pengetahuan dan
perilaku terhadap kecacingan masih
rendah. SD
di
Kecamatan Labuan
mempakan salah satu daerah yang rentan
terhadap kecacingan. Oleh karena itu perlu
diketahui pengetahuan dan perilaku anak
sekolah dasar
di
Kecamatan Labuan
Kabupaten Donggala tentang kecacingan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan
rancangan cross-sectional dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif"
Metode pengambilan sampel dengan cara
cluster sampling sederhana dimana
seluruh SD di Kecamatan Labuan diacak
untuk kemudian dipilih 10 SD dan seiuruh
anak SD kelas IV, V dan VI diambil
sebagai sampel, karena anak-anak pada
kelas tersebut (usia > 7 tahun) sudah dapat
menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan dan sudah
dapat
dipertanggungj awabkan kebenarannya,
apalagi pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan seputar kebiasaan sehari-hari.
Daftar seluruh nama anak SD kelas IY
V
Vl
yang diperoleh dari gu11l
penanggllng jawab kelas, digunakan
dan
sebagai dasar dalam penulisan nama dan
kelas pada kantongan tempat sampel tinja.
Penulisan nama dilakukan dengan
menggunakan spidol water prooJ. Peneliti
dibantu oleh guru penanggung jawab kelas
Sarnpel
tinja yang
terkumpul
selanjutnya diperiksa dengan metode
langsung untuk mengetahui ada tidaknya
telur cacing pada seciiaan tinla yang
dikumpulkan karena merupakan metode
yang paling murah, sederhana dan cepat.
Pemeriksaan dilakr"lkan dengan
menggunakan larutan lugolZoio diatas kaca
benda. Selanjutnya pada lar:rtan tersebut
ditambahkan sedikit tinja (.1-2 mm)
dengan stik es krim. Tinja dihancurkan
dengan cara mengaduk dengan stik es krim
di atas kaca benda hingrra tei'bentuk
suspensi homogen. Bila pada sampel
terdapat bahan yang kasar seperli sisa
makanan atau pasir hams dikeluarkan
terlebih dulu dengan menggunakan iidi.
Suspensi tinja kemudin ditutup dengan
kaca penutup (deck glass) dan diusahakan
supaya cairan merata
bawah kaca
petutup tanpa ada gelembung udara.
Sediaan selanjutnya diperiksa dengan
di
mikroskop dengan perbesaran 100 x dan
400 x.
Pada penelitian ini, wawancara
dengan menggunakan kuesioner
terstruktur dilakukan pada seiuruh siswa
SD yang bersedia diwawancarai.
Wawancara dilakukan oleh Peneliti Balai
Litbang P2B2 Donggala secara langsung
kepada anak SD yang bersangkutan dair
dipastikan tidak ada tekanan maupun
pengaruh dalam memberikan jawaban
baik oleh gum maupun teman
sekelas
13
Jumal Vektor Penyakit, Vol. VI No. 1, 2012 : 12
-
18
lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara.
wawancara dilakukan pada tempat
terpisah dengan teman-ternan dan
HASIL
,sampel tinja yang berhasil
dikumpulkan sebanyak 266 sampel
gurunya. Jumlah anak SD yang berhasil
(4J,84%) dari total siswa yangtercatat di
diwawancara sebanyak 454 responden. kelas IV, VdanVI di 10 SD di Kecamatan
Pengumpulan sampel dilakukan Bulan
Labuan yang telah dipilih secara acak dan
Januari 2012, selanjutnya hasil wawancara anak sekol ah yang berhasil diwawancara
dan pemeriksaan tinja dianalisis dengan sebanyak 454 anak (8L,65%). Hasil
menggnnakan STATA versi 11. Analisis
pemeriksansampeltiryadapatdilihatpada
yang digunakan yaitu distribusi frekuensi tabel l.
unhrk mengetahui gambaran pengetahuan
dan perilaku anak S D tentang kecacingan.
Tabel 1. Hasil pemeriksaan tinja anak SD di Kec. Labuan,Tahun2012
No.
I
2
3
4
5
6
7
Frekuensi (o%)
15 (6,22)
11 (4,56)
Jenis Parasit Usus
Ascqris lumbricoides
Hookworm
Trichuris trichiurct
Enterobius vermicularis
Ascaris lumbricoides & Hoorc*\orm
Ascaris lumbricoides & Trichuris trichiurq
Trichuris trichiura & Hoohuorm
3 (.7,24)
2 (0,83)
7 (2,90)
2 (0,90)
I (0,41)
200 (82,99)
B Negatif
TOTAL
Hasil survey tinja menunjukkan
ditemukan
pada anak SD yaitu cacing Ascaris
bahwa cacing usus tertinggi
247
SD yang diperiksa tinjanya. Dari jumlah
tersebut 3,8o diataranya mix dengan
HoolcwormdanTrichuristrichiura.
lumbricoides (70,02oh) dari total 24L anak
Tabel 2. Karakteristik Anak SD yang diwawancarai
di Kec. Labuan, Tahun2012
No
1
Karakteristik
3
(o/o)
Umur
2
Frekuensi
tahun
tahun
10
10
177 (38,99)
2'77 (61,01)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
230 (50,66)
224 (49,34)
Kelas
IV (empat)
V (lima)
VI (enam)
135 (29,74)
149 (32,82)
170 (37,44)
Anak SD yang berhasil diwawancarai Siswa dengan jenis kelamin laki-laki lebih
sebanyak 454 orang, dimana lebih banyak
banyak diwawancarai dibandingkan
perempuandananakkelasVllebihbanyak
diwawancarai anak berusia > 10 tahun
dibandingkan usia kurang dari l0 tahun.
dibandingkananakkelaslainnya.
t4
Pengetahuan dan Perilaku Anak Sekolah ............. (Made Agus Nurjana, Samarang, et
af
Tabel 3. Pengetahuan Anak SD di Kec. Labuan, Tahun 2012
No
Frekuensi (%)
Pengetahuan
Pemah dengar (n:454)
173 (38,11)
281 (61,89)
Ya
Tidak
Gejala
Perut buncit (n:173)
Gatal-gatal (n:1 73)
Mual/muntah (n:173)
Pucat
12 (6,94)
11 (6,36)
(n:173)
Lesu/kurang bergairah (n: 1 73)
Keluar cacing dari anus (n:173)
Lainnya (n-173)
Cara penularan
Makanan/oral (n-173)
Tanah/kulit (n:173)
Lainnya (n:173)
4 (2,31)
2 (1,t6)
I (0,58)
15 (8,67)
142 (82,08)
t6 (9,25)
92 (53,18)
72 (4t,62)
Cara pencegahan
Minum obat cacing (n-173)
PHBS (n:173)
Makan teratur (n:173)
Lainnya (n:173)
Tingkat pengetahuan anak SD tentang
kecacingan sangatlah rendah, dimana
hanya 173 anak (38,11%) yang pernah
mendengar tentang penyakit kecacingan,
dari 173 responden, gejala yang umum
l9 (10,98)
90 (52,02)
2 (.t,16)
62 (35,84)
diketahui yaitu perut buncit, adaptn cara
penularannya menurut mereka yaitu
melalui tanahlkulit dan cara mencegahnya
yaitu dengan cara Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
Tabel4. Periiaku anak SD di Kec. Labuan, Tahun2012
Perilaku
Cuci Tangan sebelum makan (n-454)
Frekuensi (%)
Tidak
348 (16,65)
106 (23,35)
Setelah BAB cuci tangan (n:454)
Ya
344
Tidak
1r0 (24,23)
Ya
0s,77)
Memakai alas kaki bila main di luar (n:454)
Ya
Tidak
356 (78,41)
98 (21 ,59)
Biasa bermain tanah (n:454)
Ya
Tidak
277
(6t,0t)
fl] (38,99)
Jajan di sekolalVrumah (n-454)
Ya
Tidak
408 (89,87)
46 (10,13)
Kebiasaan BAB (n:454)
WC/jamban
Terapat lain
Kebersihan kuku (n:454)
Bersih
Kotor
3r4 (69,16)
140 (30,84)
17s (38,55)
279 (61,45)
15
Jurnal Vektor Penyakit, Vol.
.VI
No.
1,
2012 : 12 - 18
Hasil wawancara perilaku anak SD
menunjukkan perilaku yang cukup baik
dalam mencegah kecacingan. Dimana
sebanyak 76,65oh berperilaku baik dalam
hal cuci tatgan sebelum makan, setelah
BAB, menggunakan alas kaki bila bermain
di luar dan kebiasaan BAB di jamban/WC.
Sedangkan perilaku bermain di tanah,
jajan di sekolah/rumah dan kebersihan
kuku menunjukkan angka yarrg lebih
rendah (