MAKALAH PERBEDAAN FONOLOGI BAHASA INDONE (2)

MAKALAH
PERBEDAAN FONOLOGI BAHASA
INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA

: NURUL ALFIYUNITA

KELAS

: BI 1.B

NO. ABSEN : 26
JURUSAN


: PEND BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Illahi Robbi yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehinnga penyusun dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Perbedaan Fonologi Bahasa Indonesia dan bahasa inggris ” tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kapita Selekta
Bahasa Indonesia. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang pengertian fonologi dan
perbedaan fonologi,bahasa Indonesia dan bahasa inggris
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena
keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu, sangatlah penyusun harapkan saran
dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik
dan berdaya guna di masa yang akan datang.

Makassar 10 Oktober 2016
Penyusun


BAB II
PEMBAHASAN
A . PENGERTIAN FONOLOGI
Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi
dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi. Akan tetapi, bunyi yang
dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat
membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang
dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Berikut pengertian Fonologi menurut para ahli.
1. Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistic
yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:244), fonologi dimaknai sebagai ilmu tentang
bunyi bahasa, terutama yang mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi.
3. Menurut Abdul Chaer (2003:102), secara etimologi istilah “fonologi” ini dibentuk dari kata
“fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi” yang berarti “ilmu”. Jadi, secara sederhana dapat
dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada
umumnya.
4. Verhaar (1984:36) mengatakan bahwa fonologi merupakan bidang khusus dalam linguistik yang
mengamati bunyi-bunyi suatu bahasa tertentu sesuai dengan fungsinya untuk membedakan

makna leksikal dalam suatu bahasa.
5. Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa (Keraf, 1984: 30).
6. Definisi Fonologi menurut Fromkin & Rodman (1998:96), fonologi adalah bidang linguistik
yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.
7. Definisi Fonologi menurut Trubetzkoy (1962:11-12), fonologi merupakan studi bahasa yang
berkenaan dengan sistem bahasa, organisasi bahasa, serta merupakan studi fungsi linguistis
bahasa.
8. Definisi Fonologi menurut Daniel Jones, Sarjana fonologi Inggris,Fonologi ialah sistem bunyi
sebuah bahasa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa
yang menganalisis bunyi bahasa secara umum.

B . FONOLOGI BAHASA INDONESIA
1. FONETIK

a. Fonetik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan
apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer,
1994: 102).
b. Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam
tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia

(Keraf, 1984: 30).
c. Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa;
ilmu interdisipliner linguistik dengan fisika, anatomi, dan psikologi (Kridalaksana, 1995: 56).

Jadi dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Fonetik yaitu cabang kajian
yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau
dilafalkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan
dengan penggunaan bahasa.
Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis fonetik,
yaitu:
a. Fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari bagaimana
mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana
bunyi-bunyi itu diklasifikasikan (Glenson. 1955:239-256; Malmberg, 1963:21-28).
b. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyibunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya alam (Malberg, 1963:520).
c. Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga
kita
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah
fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyibunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan
dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.
2 . FONEMIK


Fonemik yaitu kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna.
Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi
membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika
dibandingkan

perbedaannya

hanya

pada

bunyi

yang

pertama,

yaitu


bunyi [l] dan

bunyi [r].Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang

berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/. Fonemik adalah bagian fonologi
yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.
Dalam kajiannya, fonetik akan berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta
menjelaskan sebab-sebabnya. Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b] yang terdapat, misalnya,
pada kata [paru] dan [baru] adalah menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi
[p] dan [b] itu menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu (Chaer, 1994: 102)
3. PEMBENTUKAN VOKAL

Vokal dibedakan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, bentuk bibir,
dan strikturnya. Berikut ini jenis-jenis vokal berdasarkan cara pembentukannya, yakni:
1. Berdasarkan bentuk bibir : vokal bulat, vokal netral, dan vokal tak bulat;
2. Berdasarkan tinggi rendahnya lidah : vokal tinggi, vokal madya (sedang), dan vokal
rendah;
3. Berdasarkan bagian lidah yang bergerak : vokal depan, vokal tengah, dan vokal belakang;
4. Berdasarkan strikturnya : vokal tertutup, vokal semi-tertutup, vokal semi-terbuka, dan
vokal terbuka.

4. PEMBENTUKAN KONSONAN

Pembentukan konsonan didasarkan pada empat faktor, yakni daerah srtikulasi, cara artikulasi,
keadaan pita suara, dan jalan keluarnya udara. Berikut ini klasifikasi konsonan tersebut:
1. Berdasarkan daerah artikulasi : konsonan bilabial, labio dental, apikodental, apikoalveolar,
palatal, velar, glotal, dan laringal;
2. Berdasarkan cara artikulasi : konsonan hambat, frikatif, getar, lateral, nasal, dan semi-vokal;
3. Berdasarkan keadaan pita suara : konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara;
4. Berdasarkan jalan keluarnya udara : konsonan oral dan konsonan nasal.
5. PEMBENTUKAN DIFTONG

Diftong adalah dua buah vokal yang berdiri bersama dan pada saat diucapkan berubah
kualitasnya. Perbedaan vokal dengan diftong adalah terletak pada cara hembusan nafasnya.
Diftong dalam bahasa indonesia adalah sebagai berikut:

1. Diftong /au/, pengucapannya [aw]. Contohnya :
[harimaw] /harimau/
[kerbaw] /kerbau/
1. Diftong /ai/, pengucapannya [ay]. Contohnya :
[santay] /santai/

[sungay] /sungai/
1. Diftong /oi/, pengucapannya [oy]. Contohnya :
[amboy] /amboi/
[asoy] /asoi/
5. PEMBENTUKAN KLUSTER

Gugus atau kluster adalah deretan konsonan yang terdapat bersama pada satu suku kata.
1. Gugus konsonan pertama : /p/,/b/,/t/,/k/,/g/,/s/ dan /d/.
2. Gugus konsonan kedua : /l/,/r/ dan /w/.
3. Gugus konsonan ketiga : /s/,/m/,/n/ dan /k/.
4. Gugus konsonan keduanya adalah konsonan lateral /l/, misalnya :


/pl/ [pleno] /pleno/



/bl/ [blaƞko] /blangko/




dan begitu seterusnya hingga konsonan kedua /r/ dan /w/.

1. Jika tiga konsonan berderet, maka konsonan pertama selalu /s/, yang kedua /t/,/p/ dan /k/
dan yang ketiga adalah /r/ atau /l/. Contohnya :


/spr/ [sprey] /sprei



/skr/ [skripsi] /skripsi/



/skl/ [sklerosis] /sklerosis

D . FONOLOGI BAHASA INGGRIS
Inggris fonologi mengacu pada sistem suara (fonologi) dari bahasa Inggris, atau untuk
mempelajari sistem itu. Seperti banyak bahasa, bahasa Inggris memiliki variasi dalam

pengucapan, baik historis dan dari dialek ke dialek. Secara umum, bagaimanapun, dialek
regional saham Inggris yang sangat mirip (meskipun tidak identik) system
Fonem.
Sebuah fonem dari bahasa atau dialek adalah sebuah abstraksi dari bunyi ujaran atau kelompok
suara yang berbeda yang semuanya dianggap memiliki fungsi yang sama dengan penutur bahwa
bahasa atau dialek. Misalnya, kata Inggris "melalui" terdiri dari tiga fonem: awal "th" suara, "r"
suara, dan "oo" suara vokal. Perhatikan bahwa fonem dalam hal ini dan banyak kata-kata bahasa
Inggris lainnya tidak selalu berhubungan langsung dengan surat-surat yang digunakan untuk
mengeja mereka (ortografi bahasa Inggris tidak sekuat seperti yang phonemik bahasa tertentu
lainnya).
Fonem dari bahasa Inggris dan jumlah mereka bervariasi dari dialek ke dialek, dan juga
tergantung pada interpretasi peneliti individu. Jumlah fonem konsonan umumnya diletakkan di
24 (atau sedikit lebih). Jumlah vokal tunduk pada variasi yang lebih besar, dalam sistem
disajikan pada halaman ini terdapat 20 fonem vokal di Pengucapan Diterima, 14-16 di General
Amerika dan 20-21 dalam Bahasa Inggris Australia. Kunci pengucapan yang digunakan dalam
kamus pada umumnya mengandung sejumlah sedikit lebih besar dari simbol dari ini, untuk
mempertimbangkan suara-suara tertentu yang digunakan dalam kata-kata asing dan perbedaan
terlihat tertentu yang mungkin tidak fonemik ketat berbicara.

Konsonan

Tabel berikut menunjukkan fonem konsonan 24 ditemukan dalam dialek sebagian besar bahasa
Inggris. Ketika konsonan muncul di pasang, fortis konsonan (misalnya, disedot atau bersuara)
muncul di kiri dan konsonan Lenis (yaitu, ringan menyuarakan atau menyuarakan) muncul di
sebelah kanan:
Konsonan fonem Inggris bilabial Labiogigi Post-alveolus Gigi
alveolar2 Palatal velar glotal
Nasal1 m n ŋ

Hentikan p b t d k ɡ
Afrikat tʃ dʒ
Frikatif f v θ ð s z ʃ ʒ (x) 3 h
Afroksiman r1, 2, 5 j w4
Lateral l1, 6
Varietas yang paling dari bahasa Inggris memiliki konsonan suku kata, misalnya pada akhir botol
dan tombol. Dalam kasus tersebut, tidak ada vokal yang diucapkan antara dua konsonan terakhir.
Adalah umum bagi konsonan suku kata yang akan ditranskripsi dengan tanda subscript, sehingga
transkripsi fonetik botol akan [bɒtl̩] dan tombol [bʌtn̩]. Secara teori, konsonan tersebut dapat
dianalisis sebagai fonem individu. Namun, hal ini akan menambah beberapa fonem konsonan
tambahan untuk persediaan untuk bahasa Inggris, [1] dan phonologists memilih untuk
mengidentifikasi nasal suku kata dan cairan fonemis sebagai / əC / [2] [3]. Jadi tombol adalah
fonemis / bʌtən / dan 'botol' adalah fonemis / bɒtəl /.
The frikatif velar tak bersuara / x / terutama dibatasi ke Scottish bahasa Inggris, kata-kata dengan
/ x / dalam aksen Skotlandia cenderung diucapkan dengan / k / dalam dialek lain. The frikatif
velar mungkin muncul dalam kata-kata baru-meminjam seperti chutzpah.
Suara pada awal kata-kata dieja ⟨wh⟩ (misalnya yang, mengapa) dalam beberapa aksen
(misalnya banyak Amerika Selatan, Skotlandia, dan Irlandia) yang "bersuara w" suara,
sedangkan aksen lain memiliki afroksiman bersuara [w ]. Status fonemik dari suara tak bersuara,
yang simbol fonetik adalah [ʍ], sulit untuk menentukan. Ini akan menjadi mungkin untuk
mempertimbangkan suara ini menjadi fonem yang terpisah, namun phonologists memilih untuk
memperlakukannya sebagai kombinasi / h / dan / w /. Jadi yang (seperti yang diucapkan oleh
penutur yang memiliki "w bersuara") ditranskripsi fonemis sebagai / hwɪtʃ /. Ini tidak harus,
bagaimanapun, harus ditafsirkan bahwa pembicara tersebut benar-benar mengucapkan [h] diikuti
dengan [w]: transkripsi fonemik / hw / hanyalah sebuah cara yang nyaman untuk mewakili suara
tunggal [ʍ] tanpa menganalisis dialek seperti memiliki extra fonem [4].
Kasus serupa di atas adalah bahwa dari suara pada awal besar, dalam aksen di mana / h /
diucapkan dalam konteks tersebut, frikatif palatal bersuara [ç] terjadi, tetapi analisis fonemik
biasa adalah untuk memperlakukan ini sebagai / h / plus / j / sehingga besar ditranskripsi / hju ː
dʒ /. Transkripsi ini sering menimbulkan keyakinan yang salah bahwa speaker mengucapkan [h]
diikuti dengan [j] dalam konteks tersebut, tetapi simbol sebenarnya merupakan suara tunggal [ç]
[5]. The yod-menjatuhkan ditemukan dalam dialek Norfolk berarti bahwa pengucapan Norfolk
tradisional besar adalah [hʊudʒ] dan tidak [CU ː dʒ].
Kendala phonotactic mengenai fonem / r / berbeda antara aksen. Dalam non-rhotic aksen, seperti
Pengucapan Diterima dan Australia Bahasa Inggris, [r] hanya muncul sebelum vokal, sedangkan
pada aksen rhotic [r] terjadi di semua posisi.
Tabel berikut menunjukkan contoh khas terjadinya fonem konsonan di atas dengan kata-kata.
/ p / pit / b / bit
/ t / timah / d / din
/ k / cut / ɡ / usus
/ tʃ / murah / dʒ / jip
/ f / lemak / v / tong
/ θ / tipis / ð / kemudian

/ s / getah / z / zap
/ ʃ / dia / ʒ / mengukur
/ x / loch
/ w / kami / m / peta
/ l / kiri / n / tidur siang
/ r / run / j / ya
/ h / ham / ŋ / bang
Perbedaan antara nasal dinetralkan di beberapa lingkungan. Misalnya, sebelum akhir / p /, / t /
atau / k / hanya ada satu suara hidung yang dapat muncul dalam setiap kasus: [m], [n] atau [ŋ]
masing-masing (seperti dalam kata-kata lemas, serat , link - perhatikan bahwa n link diucapkan
[ŋ]). Efek ini bahkan dapat terjadi melintasi batas-batas suku kata atau kata, terutama dalam suku
menekankan: sinkroni diucapkan sebagai [sɪŋkɹəni] sedangkan sinkronis dapat diucapkan baik
sebagai [sɪŋkɹɒnɨk] atau [sɪnkɹɒnɨk]. Untuk lainnya yang mungkin suku-akhir kombinasi, lihat
Coda di bagian bawah fonotaktik

Allophone dari konsonan
Sebuah alofon adalah salah satu dari serangkaian beberapa suara yang diucapkan mungkin
(atau ponsel) yang digunakan untuk mengucapkan sebuah fonem tunggal. Misalnya, fonem / t /
diucapkan berbeda dalam amandel daripada di tombol, dan masih berbeda pada kucing. Semua
suara "t" adalah allophone dari phonem yang sama, karena tidak ada dua kata dapat dibedakan
satu sama lain semata-mata atas dasar mana dari pengucapan digunakan..
Meskipun variasi regional sangat besar di dialek bahasa Inggris, kasus tertentu alofoni dapat
diamati di semua (atau setidaknya sebagian besar) dari aksen bahasa Inggris. (Lihat juga
ALOFON vokal bawah.)
Banyak dialek memiliki dua alofon dari / l / - yang "jelas" L dan "gelap" atau velarized L. Varian
yang jelas digunakan sebelum vokal (atau kadang-kadang hanya sebelum vokal stres), varian
gelap di posisi lain. Dalam beberapa dialek, / l / mungkin selalu jelas (misalnya Wales, Irlandia,
Karibia) atau selalu gelap (misalnya Skotlandia, sebagian besar Amerika Utara, Australia,
Selandia Baru).
Tergantung pada dialek, / r / memiliki setidaknya alofon berikut dalam varietas bahasa Inggris di
seluruh dunia:
alveolar afroksiman [ɹ]
postalveolar atau retroflks afroksiman [ɻ]
afroksiman bibir-gigi [ʋ]
alveolar tekan [ɾ]
pasca-alveolar penutup [ɽ]
alveolar getar [r]
Dalam aksen Tyneside tradisional di Inggris Utara, / r / itu diucapkan sebagai frikatif uvular
bersuara [ʁ], tapi ini mungkin sekarang sudah punah [6].
Dalam beberapa aksen rhotic, seperti Jenderal Amerika, / r / bila tidak diikuti oleh vokal
direalisasikan sebagai pewarna r-dari vokal sebelumnya atau yang coda.

Bagi banyak pembicara, / r / agak labialized, seperti di reed [ɹ ʷ i ː d] dan pohon [t ʰ ɹ̥ ʷ i ː].
Dalam kasus terakhir, [t] mungkin sedikit labialized juga [7].
Konsonan Postalveolar juga biasanya labialized (misalnya / ʃ / diucapkan [ʃ ʷ] dan / ʒ /
diucapkan [ʒ ʷ]).
Para berhenti bersuara / p /, / t / dan / k yang disedot ([p ʰ], [t ʰ], [k ʰ]) pada awal kata (untuk
tomat misalnya) dan pada awal kata internal suku menekankan (untuk Misalnya kentang).
Mereka tidak diaspirasikan ([p], [t], [k]) setelah / s / (stan, rentang, scan) dan pada ujung suku
kata. [8]
Dalam bahasa Inggris Amerika, baik / t / dan / d / dapat diucapkan sebagai flap bersuara [ɾ]
dalam posisi tertentu: ketika mereka datang antara vokal stres sebelumnya (mungkin dengan
intervensi / r /) dan mendahului vokal tanpa tekanan atau L suku kata . Contohnya termasuk air,
botol, petal, menjajakan (dua kata terakhir terdengar sama). Flap bahkan mungkin muncul di
batas kata, seperti dalam memakainya. Ketika kombinasi / nt / muncul di posisi tersebut,
beberapa pembicara Amerika mengucapkannya sebagai flap ternasal yang mungkin menjadi
dibedakan dari / n /, sehingga musim dingin dapat diucapkan sebagai mirip atau identik dengan
pemenang. [9]
Dalam aksen banyak bahasa Inggris, berhenti bersuara (/ p /, / t /, / k / dan / tʃ / yang glottalized.
Ini dapat didengar baik sebagai glotal sebelum penutupan mulut ("pra-glottalization" atau
"penguatan glotal ") atau sebagai substitusi dari glotal [ʔ] untuk berhenti oral (pengganti glotal).
Pra-glottalization biasanya terjadi di Inggris dan Amerika Inggris ketika fonem konsonan
bersuara diikuti dengan konsonan lain atau ketika konsonan berada dalam posisi akhir Dengan
demikian sepak bola. dan penangkapan sering diucapkan [fʊʔtbɔ ː l] dan [kæʔtʃɪŋ], masingmasing. pengganti glotal sering terjadi dalam kasus-kasus seperti yang baru saja diberikan,
sehingga sepak bola yang sering diucapkan [fʊʔbɔ ː l] Selain itu,. Namun, penggantian glottal
semakin umum di British bahasa Inggris ketika / t / terjadi antara vokal jika vokal sebelumnya
ditekankan, sehingga menjadi lebih baik sering diucapkan oleh penutur yang lebih muda seperti
[ɡeʔɪŋ beʔə] [10].Akhir / t / seperti pada kucing biasanya tidak terdengar dirilis. Namun, dalam
pidato dengan ucapan hati-hati, dalam segala situasi / t / dapat diucapkan sebagai [t] atau [t ʰ] .

Jadi yg membedakan fonologi bahasa Indonesia dan fonologi bahasa inggris adalah
“Fonologi Bahasa inggris yaitu bunyinyanya berbeda dengan tulisannya sedangkan
Fonologi bahasa Indonesia yaitu bunyinya tetap sama dengan tulisannya”

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses
terbentuknya dan perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional.
Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya
satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Varian fonem berdasarkan posisi
dalam kata, misal fonem pertama pada kata makan dan makna secara fonetis berbeda. Variasi
suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon.
Kajian fonetik terbagi atas klasifikasi bunyi yang kebanyakan bunyi bahasa Indonesia
merupakan bunyi egresif. Dan yang kedua pembentukan vokal, konsonan, diftong, dan kluster.
Dalam hal kajian fonetik, perlu adanya fonemisasi yang ditujukan untuk menemukan bunyibunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut. Dengan demikian fonemisasi itu
bertujuan untuk (1) menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan (2) membuat ortografi yang
praktis atau ejaan sebuah bahasa.
Gejala fonologi Bahasa Indonesia termasuk di dalamnya yaitu penambahan fonem,
penghilangan fonem, perubahan fonem, kontraksi, analogi, fonem suprasegmental. Pada tataran
kata, tekanan, jangka, dan nada dalam bahasa Indonesia tidak membedakan makna. Namun,
pelafalan kata yang menyimpang dalam hal tekanan, dan nada kan terasa janggal.

1. SARAN
Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik, harus selalu
menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi dapat dilakukan salah satunya
dengan cara mempelajari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
ke depannya. Amiinn.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Alwi, dkk.2003.Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Husen, Akhlan, dan Yayat Sudaryat. 1996. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depatemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Misdan, Undang.1980.Bahasa Indonesia Pelajaran Bahasa II. Jakarta: Depatemen Pendidikan
dan Kebudayaan

Muchlisoh, dkk. 1992. Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Resmini, Novi. 2006. Kebahasaan (Fonologi, Morfologi, dan Semantik). Bandung: UPI PRESS.

Susandi. 2009. Seputar Bahasa dan Fonologi. [Online]. Tersedia: http://susandi.wordpress.com/.
24 September 2010.