Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen Dermis dan Peningkatan Kadar Matriks Metalloproteinase-1 pada Mencit Balb -C Yang Dipapar Sinar Ultraviolet B

  Studi Ilmu Biomedik Kekhususan Anti Aging Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar

  Diterima : 29 September 2017 Disetujui : 16 Oktober 2017 Diterbitkan : 25 Oktober 2017

  Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen Dermis dan Peningkatan Kadar Matriks Metalloproteinase-1 pada Mencit Balb -C Yang Dipapar Sinar Ultraviolet B

ABSTRAK

  Ekstrak Teh Hijau mengandung polifenol utama dalam daun teh, yaitu katekin yang terdiri dari Epigallocathecin 3-gallate (EGCG), epigallocathecin (EGC), epicathecingallate (ECG) , epicatechin (EC), gallocathecin (GC). Diantara keempat komponen tersebut EGCG (Epigallocathecin Gallate) merupakan komponen yang paling potensial. Polifenol teh hijau memiliki efek peredaman terhadap ROS (Radical Oxidative Superoxide), sehingga dapat mencegah kerusakan kulit akibat dari sinar UV-B. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pemberian krim ekstrak teh hijau 70% dapat mencegah penurunan jumlah kolagen dermis dan peningkatan ekspresi matriks metalloproteinase-1 pada mencit BALB-C. yang dipapar sinar ultraviolet-B. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium, menggunakan rancangan the randomized post-test only control group. Sebanyak 30 ekor mencit balb/c yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 10 ekor mencit. Kelompok Kontrol (O) tidak diolesi apapun, Kelompok 1 diolesi bahan dasar krim (Kelompok Perlakuan 1), dan Kelompok 2 diolesi krim ekstrak teh hijau 70% (Kelompok Perlakuan 2). Semua Kelompok Perlakuan diberikan paparan sinar UVB dengan dosis total 840 mJ/ cm 2 selama 4 minggu, kemudian dilakukan biopsi untuk permeriksaan jumlah kolagen dan ekspresi MMP-1. Data dianalisis menggunakan one way Anova untuk mengetahui adanya perbedaan signifikan pada ketiga kelompok perlakuan kemudian dilanjutkan uji post hoc dengan menggunakan tes LSD (Least Significance Difference) untuk mengetahui beda nyata terkecil pada taraf kemaknaan <0,05. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan yang lebih rerata kolagen yang bermakna pada Kelompok Kontrol (47,83%) dan Kelompok Perlakuan 1 (50,73%) setelah diberikan paparan sinar UV-B dibandingkan dengan rerata kolagen pada Kelompok Perlakuan 2 (67,59%). Hasil rerata ekspresi MMP-1 terjadinya peningkatan pada rerata kontrol (66,76%) dan rerata Kelompok Perlakuan 1 (74,46%) dibandingkan rerata ekspresi MMP-1 Kelompok Perlakuan 2 (39,31%). Melalui uji post hoc tidak ada perbedaan hasil dari Kontrol dan Kelompok Perlakuan 1 baik pada jumlah kolagen dan ekspresi MMP-1 ( P>0,05) . Simpulan penelitian ini adalah krim ekstrak teh hijau 70% dapat mencegah penurunan jumlah kolagen dermis dan peningkatan ekspresi MMP-1 pada mencit Balb/C yang diberi paparan UV-B.

  Kata kunci : Teh hijau (Camellia sinensis), jumlah kolagen, ekspresi MMP-1.

  PENDAHULUAN

  Proses penuaan merupakan proses penurunan fungsi fisiologis tubuh secara bertahap yang mengakibatkan hilangnya kemampuan tumbuh kembang serta meningkatnya kelemahan. Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi, faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ialah radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres dan kemiskinan. Kesemua faktor tersebut dapat dicegah, diperlambat bahkan dihambat sehingga usia harapan hidup dapat lebih panjang dengan kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2007).

  Radiasi UV memiliki banyak efek negatif terhadap kulit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penurunan jumlah kolagen dan kadar MMP-1 akibat sinar UV pada dasarnya diperantarai dua mekanisme yang paling bertanggungjawab yaitu adalah induksi AP-1 dan menurunkan regulasi TGF-β tipe II. Dimana pengaktifasian AP-1

  Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017 : 10 - 16

1 Program Magister Program

  didahului dengan pembentukan ROS (Rabe dkk, Teh hijau merupakan salah satu antioksidan botani dan memiliki aktivitas anti peradangan dimana pemberian polifenol pada teh hijau, bersifat antikanker, antiinflamasi dan memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Penelitian menunjukkan bahwa EGCG (salah satu derivat polifenol) dapat mecegah atau menghilangkan respon akibat dari radiasi UVA dan UVB, meliputi kerusakan oksidatif, siklobutan, formasi pirimidin dimer, ekspresi sikloksigenase-2 akut, faktor nuclear B dan translokasi P 56, induksi P-53 dan c-fos dan induksi mutasi gen 8- hidroksideoksiguanosin (Chiu dkk., 2005).

  Nilai rerata umur mencit setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas adalah P>0,05, yang dapat dilihat pada . Berdasarkan uji one way Anova didapatkan bahwa rerata umur mencit pada masing-masing kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang bermakna p>0,05.

  Kontrol 2,3 ± 0,149 gram 0,341 Perlakuan 1 2,3 ± 0,149 gram 0,341 0,122 Perlakuan 2 2,3 ± 0,262 gram 0,373

  Perlakuan Berat Badan p x p xx

  Rerata Berat Badan Mencit pada Masing-Masing Kelompok

  Keterangan : p x = normalitas p xx = homogenitas Tabel 2.

  Kontrol 7,2 ± 0,789 minggu 0,125 Perlakuan 1 7,2 ± 0,789 minggu 0,125 0,886 Perlakuan 2 6,9 ± 0,876 minggu 0,217

  Perlakuan Umur P x p xx

  Rerata Umur Mencit pada Masing-masing Kelompok Perlakuan

  Tabel 1.

  HASIL

  MATERI DAN METODE Pengambilan Sampel

  dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui rerata data sampel dan didapatkan semua data berdistribusi normal, 3) Uji Homogenitas dengan menggunakan uji Levene’s test, jika dihasil P<0,05, maka dinyatakan data tidak homogen, dan dilakukan transformasi data agar didapatkan varians data yang homogen, 4) Transformasi Data dilakukan pada data ekspresi MMP-1, dikarenakan data ekspresi MMP-1 tidak homogen (P=0,07), untuk menentukan bentuk transformasi data dicari Power Estimation terlebih dahulu, untuk mendapatkan nilai slope dan power, 5) Analisis komparatif dilakukan untuk uji perlakuan, didapatkan data berat badan, umur, kolagen dan transformasi kadar MMP-1 berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji kemaknaan digunakan uji one way Anova, 6) Analisis Pos Hoc dilakukan setelah diketahui terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok perlakuan, dan data berdistribusi normal, homogen maka dilakukan uji Pos-Hoc dengan tes LSD.

  Uji Normalitas data

  Analisis data dengan berbagai tahapan : 1) Statistik deskriptif , dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki, 2)

  Analisis Data

  rumus Federer (Federer, 2008). Penelitian ini menggunakan 3 kelompok, berdasarkan rumus tersebut didapatkan 9 mencit tiap kelompok, ditambah 1 mencit untuk cadangan, jadi total 10 mencit tiap kelompoknya. Kelompok penelitian terdiri 1 Kelompok Kontrol (10ekor) dan 2 Kelompok Perlakuan (20 ekor). Tehnik penentuan sampel berdasarkan criteria inklusi, dari jumlah sampel yang telah memenuhi syarat diambil secara random untuk mendapatkan jumlah sampel. Dari sampel yang telah dipilih kemudian dibagi menjadi 2 kelompok secara random yaitu Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan, dari Kelompok Perlakuan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok Perlakuan 1 mencit diberikan bahan dasar krim dan dipapar sinar ultraviolet, Kelompok Perlakuan 2 mencit diberikan paparan sinar ultraviolet kemudian diberikan krim ektrak teh hijau.

  Pengumpulan Data

  Sampel diambil apabila subyek memenuhi kriteria eligibilitas. Kriteria eligibilitas meliputi: A. Kriteria inklusi: 1) Mencin jantan, 2) Strain balb/c, 3) Umur 6-8 minggu, 4) Umur 6-8 minggu, 5) Berat badan 20-25 gram, 6) Tampak aktif. B. Kriteria eksklusi: Mencit mati saat penelitian berlangsung.

  Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian post-test only control group design. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan, antara bulan April – Mei 2014.

  Keterangan : p x = normalitas p xx = homogenitas

  Nilai rerata berat badan mencit pada uji normalitas Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa: 1) one way Anova didapatkan bahwa rerata umur berbeda dengan Kelompok Perlakuan 1, 2) Rerata mencit pada masing-masing Kelompok Perlakuan jumlah kolagen Kelompok Kontrol berbeda secara tidak ada perbedaan yang bermakna p>0,05. bermakna dengan Kelompok Perlakuan 2, 3) Rerata jumlah kolagen Kelompok Perlakuan 1 berbeda Nilai jumlah kolagen jaringan dermis kulit mencit, secara bermakna dengan Kelompok Perlakuan 2. setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa semua data berdistribusi normal dan homogen dengan nilai p>0,05.

  Gambar 2.

  Jumlah Kolagen jaringan Dermis Gambar 1. Perbedaan Rerata Jumlah Kolagen antar Kelompok Perlakuan

  Mencit dengan Pengecatan Sirius Red (Perbesaran 400x)

  Hasil uji one way Anova didapatkan rerata jumlah

  

  kolagen yang disajikan pada , sebagai berikut :

  Ekspresi MMP-1 Kulit Mencit Tabel 3. Rerata Jum1ah Kolagen antar Kelompok

  Analisis ekspresi MMP-1 setelah dilakukan uji Sesudah Diberikan Perlakuan normalitas dan homogenitas diperoleh p>0,05 pada uji normalitas, sedangkan P<0,05 pada uji

  Kelompok Rerata Jumlah homogenitas, hal ini menunjukkan bahwa data n SB p F

  Subjek Kolagen berdistribusi normal dan tidak homogen. Karena

  data berdistribusi normal dan tidak homogen atau

  47, 83% 7,49

  Kontrol

  10 variansnya tidak sama, nilai p = 0,07, maka harus dilakukan transformasi data. Didapatkan nilai slope

  50,73 % 2,37

  Perlakuan 1

  10

  26.75 0,001

  = 1,011 dan power = -0,11 maka menggunakan bentuk transformasi logaritma. Setelah dilakukan

  67,59 % 8,12

  Perlakuan 2

  10 transformasi data, dilakukan uji varians kembali dengan menggunakan Levene test didapatkan niai p = 0.719 ( p>0,05), artinya bahwa data homogen

  Uji lanjut dengan uji Post Hoc yaitu Least Significant atau varians data adalah sama. Maka dapat Difference – test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah dilanjutkan dengan uji komparasi menggunakan ini : one way Anova.

  Tabel 4

  Analisis Komparasi Jumlah Kolagen Hasil uji one way Anova didapatkan rerata ekspresi

  Sesudah Perlakuan antar Kelompok

  

  Agar nilai rerata ekspresi MMP-1 dipahami secara

  Kelompok Beda Rerata P Interpretasi

  klinis, maka disajikan data rerata geometris. Rerata geometris adalah transformasi balik dari rerata Kontrol dan Perlakuan 1 2,90% 0,329 Tidak Berbeda nilai transformasi. Nilai simpang baku tidak dapat ditransfomasi balik untuk memperoleh simpang

  Berbeda Kontrol dan Perlakuan 2 19,76% 0,001 baku untuk rerata ekspresi MMP-1. Sebagai

  Bermakna akibatnya, kita tidak dapat menyertakan nilai Berbeda

  Perlakuan 1 dan perlakuan 2 16,86% 0,001 simpang baku untuk rerata geometrik.

  Bermakna

  Tabel 5.

  Hasil Transformasi Rerata Ekspresi MMP-1 ekspresi MMP-1 Kelompok Kontrol berbeda secara ekspresi MMP-1 Kelompok Perlakuan 1 berbeda

  Kelompok n Rerata Ekspresi MMP-1 SB F p secara bermakna dengan Kelompok Perlakuan 2. Subjek

  Kontrol 10 1,82% 0,09

  PEMBAHASAN Karakteristik Hewan Coba

  Perlakuan 1 10 1,87% 0,09 71,12 0,00 Pada semua Kelompok Perlakuan penelitian ini terdiri dari hewan coba berupa mencit dengan

  Perlakuan 2 10 1,59% 0,11 jenis jantan dan diberi pakan formula standar yang kaya dengan vitamin B12. Data mengenai Tabel 6. Rerata Ekspresi MMP-1 Geometris antar Kelompok Perlakuan umur dan berat badan mencit setelah dilakukan uji normalitas dengan Shapiro- Wilks dan uji

  Kelompok Rerata Ekspresi MMP-1 n p homogenitas dengan Levene’s test menunjukkan

  Subjek Geometrik data berdistribusi normal dan variannya homogen (p>0,05). Hasil analisis one way Anova didapatkan

  Kontrol 10 66,76% p>0,05 menunjukkan bahwa rerata umur dan berat badan mencit dari masing-masing kelompok tidak

  Perlakuan 1 10 74,46% 0,000 ada perbedaan yang bermakna rerata umur dan berat badan mencit dari masing-masing kelompok. Perlakuan 2 10 39,31%

  Pada penelitian ini digunakan mencit karena sampel yang dibutuhkan untuk memeriksa jumlah kolagen dan ekspresi MMP-1 hanya dibutuhkan jaringan kulit dengan diameter 5mm, maka menggunakan kulit mencit yang memiliki ukuran lebih kecil daripada hewan coba lain (seperti tikus) sudah mencukupi. Umur mencit yang digunakan antara 6-8 minggu, diharapkan mencit belum mengalami proses penuaan, sehingga hasil penurunan kolagen pada penelitian ini murni akibat dari UVB bukan dari proses penuaan.

  Jumlah Kolagen pada Kulit Mencit

  Pada penelitian ini terjadi penurunan kolagen yang bermakna pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan 1 setelah diberikan paparan sinar UV-B dibandingkan dengan Kelompok Perlakuan pada

  Gambar 3

  Perbedaan Rerata Ekspresi MMP-1 antara Kelompok mencit yang diolesi krim ekstrak teh hijau 70%.

  Penurunan kolagen pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan 1 (diolesi bahan dasar krim)

  Tabel 7. Analisis Komparasi Data Ekspresi MMP-1 yang Sudah

  tidak ada perbedaan yang bermakna ( Gambar

  Ditransformasi antar Kelompok 1 ). Didapatkan rerata jumlah kolagen antara

  Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan 1

  Kelompok Beda Rerata P Interpretasi

  setelah dilakukan uji post-hoc didapatkan p >0,05, yang artinya tidak ada perbedaan jumlah kolagen Kontrol dan Perlakuan 1 0,05 0,060 Tidak Berbeda hasil perlakuaan Kontrol dan Kelompok Perlakuan Kontrol dan Perlakuan 2 0,23 0,000 Berbeda Bermakna

  1. Hal ini menunjukkan bahan dasar krim tidak memiliki pengaruh terhadap hasil jumlah kolagen Perlakuan 1 dan perlakuan 2 0,28 0,000 Berbeda Bermakna yang didapat. Sehingga efek pencegahan penurunan jumlah kolagen murni oleh karena pemberian

  Uji lanjut dengan Post Hoc dengan menggunakan krim ekstrak teh hijau 70% dan penurunan jumlah Least Significant Difference – test digunakan untuk kolagen pada semua kelompok perlakuan akibat mengetahui beda nyata terkecil ekspresi MMP-1. dari UVB. Hasil uji disajikan : 1) Rerata ekspresi MMP-1 Kelompok Kontrol tidak

  Penurunan jumlah kolagen jaringan dermis berbeda dengan Kelompok Perlakuan 1, 2) Rerata kelompok 1 dikarenakan energi dari radiasi UV merusak membran sel dan protein sehingga Kira-kira 50% dari UV menginduksi kerusakan yang berasal dari formasi radikal bebas. Radiasi sinar ultraviolet dapat bersifat merusak melalui dua mekanisme yang berbeda : (a) absorbsi UV secara langsung oleh komponen selular, (b) mekanisme fotosensitisasi dapat merusak selular dengan cara 2 cara : (a) tranfer elektron dan proses hidrogen menjadi radikal bebas. Hidrogen peroksida juga dapat dikonversi menjadi radikal hidroksil (OH

  • ) dengan adanya zat besi (Fe 2+

  ) melalui reaksi Fenton. Radikal hidroksil menjadi radikal bebas dapat masuk memalui membran inti dan merusak DNA. (b) transfer energi bersama O 2 ke bagian yang tereksitasi dan aktif, oksigen singlet. Anion superoksid (O2

  • ) tersebut akan mengambil secara acak sebuah elektron dari molekul yang terdekat dan tidak hnaya akan merusak molekul, tapi juga mengubahnya menjadi radikal bebas, dan ini menimbulkan reaksi berantai. Tipe pembentukan atau penyebaran radikal bebas semacam ini dapat merusak berbagai komponen di dalam kulit, seperti enzim dan membran sel. Sinar matahari mengurangi produksi prokolagen tipe 1, merupakan struktur protein utama pada kulit manusia. Pengurangan ini adalah kunci dari patofisiologi dari penuaan kulit secara dini (photoaging) (Rhein dan Santiago, 2010; Wiraguna, 2013). Teh Hijau merupakan minuman yang popular sebagai antioksidan, yang diekstraksi dari pucuk daun tanaman Camellia sinensis. Sebagian kandungan dari teh hijau adalah polifenol meliputi epicatechin, epigallocatechin, epicatechin-3-gallate, dan epigallocatechin3-gallate (EGCG). Polifenol teh hijau dapat diantarkan secara oral maupun topikal. Mekanisme antioksidan senyawa polifenol berdasarkan kemampuan mendonorkan atom hidrogen dan kemampuan mengkelat ion-ion logam. Setelah mendonorkan satu atom hidrogen, senyawa fenolik menjadi radikal terstabilkan secara resonansi , yang tidak mudah berpartisipasi dalam reaksi radikal yang lain (Chiu, 2005; Muchtadi, 2013). Penelitian sebelumnya menunjukkan EGCG dapat mencegah dan memodifikasi respon untuk menghilangkan radiasi UVA dan UVB, meliputi kerusakan oksidatif, formasi dimer siklobutan dimer pirimidin. Ekspresi akut siklooksigenase 2, faktor nuklear B dan translokasi nuklear p56, c-fos dan induksi protein p53 dan 8-hidroksideoksiguanosin yang menginduksi mutasi gen. Selain itu polifenol teh hijau dapat menstimulasi umur keratinnosit untuk memperbarui sel. EGCG juga telah menunjukan pengaruhnya terhadap ketebalan epidermal dengan menstimmulasi proliferasi antiapoptosis seperti bcl-2. Pada hewan coba, katekin teh dapat juga meningkatkan kandungan karbonil kolagen pada kolagen, dimana hal ini penting sebagai langkah untuk mencegah penuaan (Chiu dkk., 2005). Penyinaran UV-B dengan total dosis 840 mJ/ cm
  • 2 selama empat minggu pada kulit dapat meningkatkan kadar MMP-1 pada jaringan kulit tikus (Sun-Young dkk., 2004). Pada penelitian ini setelah dioleskan ekstrak teh hijau pada sekolompok mencit selama sebulan, ternyata dapat mencegah kerusakan kolagen dibandingkan kelompok perlakuan yang tidak mendapatkan pengolesan teh hijau. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa senyawa itu memiliki efek peredaman terhadap radikal bebas.

      Ekspresi MMP-1 pada Kulit Mencit

      Pada semua Kelompok Perlakuan penelitian ini diberikan perlakuan penyinaran UV-B dengan total 840 mJ/ cm 2 menyebabkan terjadinya peningkatan rerata ekspresi MMP-1 yang bermakna. Pada penelitian ini menunjukkan rerata ekspresi MMP- 1 pada Kelompok Perlakuan yang diolesi krim ekstrak teh hijau 70% lebih rendah daripada Kelompok Perlakuan yang hanya diolesi bahan dasar krim dan Kelompok Kontrol ( ).

      Didapatkan rerata ekspresi MMP1 pada Kelompok Kontrol dan rerata Kelompok Perlakuan 1 ( yang hanya diolesi bahan dasar krim) setelah dilakukan uji one way Anova dan uji pos hoc didapatkan tidak berbeda (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahan dasar krim tidak memiliki pengaruh terhadap hasil ekspresi MMP-1 yang didapat. Sehingga efek pencegahan peningkatan ekspresi MMP-1 murni oleh karena pemberian krim ekstrak teh hijau 70% dan peningkatan ekspresi MMP-1 pada semua Kelompok Pelakuan akibat dari UVB.

      Peningkatan ekspresi MMP-1 setelah penyinaran pada kulit kelompok mencit selama empat minggu, hal ini disebabkan energi dari radiasi UV merusak membran sel dan protein untuk memproduksi reactive oxygen species (ROS), yang menginduksi ekspresi dari sitokin proinflamasi yang berikatan dengan reseptor permukaan sel meliputi reseptor dari faktor pertumbuhan epidermis (epidermal growth factor), interleukin (IL)-1, insulin keratonocyte growth factor dan faktor nekrosis tumor (TNF). Aktifasi dari reseptor tersebut memperantarai ROS untuk menghambat protein ensim tirosin fosfatase, yang berfungsi untuk menjaga reseptor faktor pertumbuhan epidermis inaktif. Aktivasi dari reseptor tersebut dari stress yang berhubungan dengan MAPK s (Mitogen- Activated Protein Kinases). Aktivasi dari kinase menginduksi transkripsi komplek inti AP-1, sebuah komplek protein yang mengandung protein c-Jun dan c-Fos, hal ini dinyatakan dalam journal yang ditulis Fisher dkk (Rhein dan Santiago, 2010). AP-1 meningkatkan transkripsi gen MMP dan menurunkan ekspresi gen prokolagen 1 dan 3 serta menurunkan reseptor TGF-β, sebagai konsekuensinya menurunkan formasi matriks dermal. Pada kulit, kombinasi aksi dari kolagenase (MMP1), 92kDa gelatinase (MMP2), 72kDa gelatinase (MMP9) dan stromelisin 1 (MMP3) dapat secara sempurna mendegradasi kolagen dan komponen dari jaringan elastis. Walaupun begitu ekspresi dari semua ensim tersebut pada kulit normal sangatlah rendah, ensim tersebut dapat teregulasi meningkat setelah terpapar oleh radiasi UV pada kultur sel baik secara in vivo maupun in vitro (Rhein dan Santiago, 2010).

      Pada penelitian Singh dkk. (2002), pada kondrosit manusia menunjukan EGCG dapat menghambat aktivitas dari aktivasi sitokin JNK dan jalur AP-1. Pada penelitian Adcocks dkk. (2002), diberikan EGCG 100µM secara in vitro pada kondrosit pada babi dan manusia yang telah dikultur potensial untuk melindungi lapisan kartilago dari induksi IL- 1β , serta mencegah IL-1β meningkatkan regulasi dari ekspresi MMP-1 dan MMP-13 pada kondrosit manusia (Ahmed, 2002). Berbagai penelitian mengenai fungsi antioksidan dari katekin ekstrak teh hijau sebagai antikarsinogenik, antihiperkolesterol dan anti kanker serta pengaruh pencegahan terhadap penyakit jantung iskemik. Konsumsi teh hijau dapat bermanfaat bagi kesehatan karena diantaranya telah ditunjukkan berkurangnya insiden kanker pada berbagai model penelitian. Pada penelitian lain yang berbeda, Chiu dkk. (2005), baik 400 atau 800 mg dari EGCG tidak dapat melindungi kemerahan atau eritema akibat dari ultraviolet, sedangkan pemb erian secara topikal dapat melindungi

      Double-Blinded, Placebo-Controlled Trial of Green dTea Extracts in The Clinical and Histologic Appearance of Photoaging Skin. Dermatol surg, 31: 855-859.

      V. M. and Haqqi, T.M. 2004. Green Tea Polyphenol Epigallocathecin-3-gallate (EGCG) Differentially Inhibits Interleukin- 1β- Induced

      9. Ahmed, S., Wang, N., Lalonde, M., Goldberg,

      8. Sun-Young, K., Su-Jun, K., Jin-Young, L., Wan- Gi, K., Won-Seok, P., Young-Chul, S., and Sang-Jun, L. 2004. Protective Effects of Dietary Soy Isoflavones Against UV Induced Skin- Aging in Hairless Mouse Model. Journal of American College of Nutrition. 23(2): 157-162.

      7. Muchtadi, D. 2013. Antioksidan dan Kiat Sehat di Usia Produktif. Bandung : Alfabeta.

      6. Wiraguna, A. A. G. P. 2013. “Pemberian Gel Ekstrak Bulung Boni (Caulerpa spp.) Topikal Mencegah Penuaan Kulit Melalui Peningkatan Ekspresi Kolagen, Penurunan Kadar dan Ekspresi MMP-1 Serta Ekspresi 8-OHdG pada Tikus Wistar yang Dipapar Sinar Ultra Violet-B.” (disertasi). Denpasar : Universitas Udayana.

      5. Federer, W. 2008. Statistics and Society : Data Collection and Interpretation second ed. New York : Marcel Dekker.

      4. Chiu, A.E., Chan, J. L., Kern, D. G., Kohler, S., Rehmus, W. E. and Kimball, A. B. 2005.

      kerusakan kulit akibat dari ultraviolet (Klaus dkk.,

      3. Rhein, L.D., and Santiago, J.M. 2010. Aging Skin: Current and FutureTherapeutic Strategis 1st ed.USA: AlluRed Bussiness Media. p. 26- 81.

      2. Rabe, J.H., Mamelak, A.J., Mc Elgunn, P.J.S., and Morison, W.L. 2006. Photoaging Mechanism and Repair . J Am Acad of Dermatol. 55: 1-19.

      1. Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine : Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.

      Daftar Pustaka

      Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian krim ekstrak teh hijau 70% yang diberikan secara topikal pada mencit yang dipapar sinar ultraviolet-B dapat : kulit mencit yang dipapar dengan sinar UVB, 2) mencegah peningkatan kadar MMP-1 pada jaringan dermis kulit mencit yang dipapar dengan sinar UVB. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang peran ekstrak teh hijau dalam meningkatkan kolagen dan menurunkan MMP-1 pada kulit yang dipapar UVA, dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang isolasi salah kandungan utama dari teh hijau yaitu EGCG, dalam peranannya terhadap kolagen dan jaringan ekstraselular dermis, agar hasilnya tidak rancu dengan kandungan yang lain dari teh hijau.

      2005; Nagao dkk, 2007; Nagle dkk., 2008). Hal ini menyatakan bahwa konsumsi peroral dari Teh Hijau kurang efektif untuk melindungi kerusakan kulit akibat UV.

    SIMPULAN DAN SARAN

      Expression of Matrix Metalloproteinase-1 and

      11. Nagao, T., Hase, T., and Tokimitsu, I. 2007. A Pharmacology and Experimental Therapeutics Body Fat and Cardiovascular Risk in Human. February, 308 (2) : 767-773. Obesity journal. 15 : 1473-83

      10. Klaus, S., Piltz, S., Thone-Reineke, C. and 12. Nagle, D.G., Ferreira, D. and Zhou, Y.D. 2006.

      Wolfram, S. 2005. Epigallocathecin gallate Epigallocathecin-3-gallate (EGCG) : Chemical Attenuates Diet- Induced Obesity in Mice by and Biomedical Perspectives. Phytochemistry. Decreasing Energy Absorbtion and Increasing 67 (17) : 1849-1855. Fat Oxidation. Int J Obes (Lond). 29 (6) : 615- 23.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24