Plpg Tematik Ibu Nirwan Indonesia

1

A. JUDUL
“PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE
PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
SUBTEMA JENIS-JENIS PEKERJAAN”
( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa kelas IV Semester 1 SDN Cikaro 1
Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung )
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam era globalisasi, pendidikan di tuntut untuk mampu mengikuti
perkembangan jaman yang berkembang semakin cepat. Di Indonesia, masalah
pendidikan mulai mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Terbukti
dengan adanya peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan
kemajuan pendidikan.
Adanya UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mengujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktip mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan pengendalaian
diri, kepripadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari undang-undang tersebut jelas
terlibat bahwa sasaran dari pendidikan adalah mengenali kualitas baik secara

mental mupun spiritual.
Keberhasilan dalam proses belajar mengajar di pengaruhi oleh kemampuan
guru dalam menggunakan strategi, metode dan teknik belajar serta kurang
variatifnya guru dalam menggunakan metode – metode pembelajaran tersebut
yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan oleh guru ketika proses belajar
mengajar berlangsung. Dengan demikian , keberhasilan dalam proses belajar
mengajar, salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menggunakan
strategi, metode dan teknik belajar, serta kurang variatifnya guru dalam

2

menggunakan metode – metode pembelajaran tersebut yang sesuai dengan materi
yang akan disampaikan oleh guru ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Dalam memberikan materi pembelajaran IPS guru harus pandai – pandai
memilah dan memilih metode yang akan digunakan, serta harus disesuaikan
dengan materi yang akan disampaikan. Penyampaian materi dengan menggunakan
metode bermain peran ( role playing ) di harapkan dapat melibatkan siswa dalam
memahami materi pelajaran, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Metode
bermain peran ( role playing ) adalah metode yang dalam pelaksanaannya peserta
didik mendapat tugas dari guru untuk memerankan situasi social yang

mengandung suatu problem agar peserta didik dapat memecahkan masalah yang
muncul dari situasi social, dalam segala ( 2007, hlm 213 ). Metode bermain peran
( role playing ) memberikan pendekatan untuk melibatkan siswa dalam belajar,
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Beberapa faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDN
CIKARO 1 MAJALAYA dikarenakan pada subtema tersebut guru tidak
menggunakan model pembelajaran, metode, strategi, media dan sebgainya guru
hanya menggunakan metode ceramah dan penugaskan yang ada pada buku siswa
seingga proses pembelajaran sangatlah monoton.
Menurut Jill Hadfield (Basri Syamsu, 2000) “ Model pembelajaran Role
Playing merupakan salah satu permainan gerak yang didalamnya terdapat aturan,
tujuan dan sekaligus melibatkan unsur bahagia. Dalam bermain peran siswa mesti
diarahkan pada situasi tertentu seakan-akan berada di luar kelas, meskipun
kenyataannya pada saat pembelajaran berlangsung terjadi di dalam kelas. Selain
itu, model pembelajaran role playing tak jarang dimaksudkan sebagai salah satu
bentuk-bentuk aktivitas dimana peserta didik membayangkan dirinya seakan-akan
berada di luar kelas dan berperan sebagai orang lain.”

3


Role playing (bermain peran) adalah model pembelajaran yang mana di
dalamnya siswa akan di tuntut untuk melakukan suatu bentuk kegiatan, layaknya
bermain peran dan mereka harus berperan aktif dalam kegiatan tersebut juga
memberikan pemikiran siswa seakan-akan mereka berada di luar kelas sehingga
tidak guru saja yang bertindak di dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran
yang saya maksud adalah model pembelajaran role playing.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengadakan penelitian tindakan
kelas dengan judul “ PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN
PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA SUBTEMA JENIS-JENIS PEKERJAAN”
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik unttuk mengambil judul ini.
Adapun identifikasi masalah sebagai berikut :
a. Guru tidak menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi.
b. Pembelajaran yang diberikan kurang menarik dan kurang bermakna.
c. Siswa kurang tertarik dan kurang termotivasi dalam mengikuti kegiatan
belajar di kelas.
d. Tidak tersedianya media pembelajaran.
e. Kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran.
D. RUMUSAN MASALAH

a. Rumusan Masalah
1. Secara Umum
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas dapat
dirumuskan masalah secara umum adalah sebagai berikut:
“ Apakah model pembelajaran bermain peran (Role Playing) pada Subtema Jenisjenis Pekerjaan di kelas IV SDN CIKARO 1 MAJALAYA mampu meningkatkan
hasil belajar siswa? “

4

2. Secara Khusus
a. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan model bermain peran (Role Playing)?
b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
bermain peran (Role Playing) pada Subtema Jenis-jenis Pekerjaan?
c. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan model bermain peran (Role Playing)?
E. Batasan Masalah
Memperhatikan hasil identifikasi masalah, rumusan masalah dan
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diutarakan, diperoleh gambaran
dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun, menyadari adanya

keterbatasan waktu dan kemampuan, maka dalam penelitian ini peneliti
memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas sebagai berikut:
1. Model dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
menggunakan model Bermain Peran (Role Playing).
2. Penelitian ini dibatasi pada hasil belajar siswa pada Subtema Jenis-jenis
Pekerjaan.
3. Sasaran penelitian ini terhadap siswa kelas IV di SDN Cikaro 1 Majalaya
Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung.
F. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV SDN CIKARO 1 MAJALAYA Kecamatan Majalaya Kabupaten
Bandung dengan menggunakan model pembelajaran Bermain Peran (Role
Playing) dalam Subtema Jenis-jenis Pekerjaan.
b. Tujuan Khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan pembelajaran pada Subtema Jenisjenis Pekerjaan melalui model Bermain Peran (Role Playing).

5

2. Untuk mengetahui cara pelaksanaan pembelajaran melalui model Bermain

Peran (Role Playing) pada Subtema Jenis-jenis Pekerjaan.
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan model
Bermain Peran (Role Playing) pada Subtema Jenis-jenis Pekerjaan siswa kelas IV
SDN CIKARO 1 MAJALAYA Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung.
G. Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan memberikan
manfaat yang berarti bagi perseorangan / institusi dibawah ini :
1. Manfaat teoritis :
meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa Subtema
melalui penggunaan model pembelajaran Bermain Peran

(Role

Playing).
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
kegiatan belajar mengajar di sekolah sehingga nantinya dapat
meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru :
1. Meningkatnya keterampilan guru dalam menyusun RPP

dengan model pembelajaran Bermain Peran ( Role Playing )
pada Subtema Jenis-jenis Pekerjaan untuk siswa kelas IV
SDN CIKARO 1 MAJALAYA.
2. Mengembangkan kemampuan guru dalam menerapkan model
pembelajaran Bermain Peran ( Role Playing ) pada Subtema

6

Jenis-jenis Pekerjaan untuk siswa kelas IV SDN CIKARO 1
MAJALAYA .
3. Dapat menambah pengetahuan guru dalam penggunaan
model

pembelajaran

yang

tepat

dan


efektif

dalam

pembelajaran di kelas IV SDN CIKARO 1 MAJALAYA.
b. Bagi Siswa :
1. Meningkatnya aktifitas belajar pada pembelajaran Subtema
Jenis-jenis Pekerjaan untuk siswa kelas IV SDN CIKARO 1
MAJALAYA.
2. Meningkatnya hasil belajar siswa pada pembelajaran
Subtema Jenis-jenis Pekerjaan untuk siswa kelas IV SDN
CIKARO 1 MAJALAYA.
c. Bagi Sekolah :
1.

Memberikan

kesempatan


dalam

peningkatan

kualitas

pembelajaran.
2.

Dapat

dijadikan

metode

atau

acuan

pembelajaran


selanjutnya dalam pembelajaran di kelas IV SD.
3.

Membantu mengembangkan model pembelajaran yang
bervariasi.

d. Bagi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar :
1.

Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman

7

2.

Memberikan relevensi, bagi pihak peneliti yang berminat
melakukan

penelitian


tindakan

kelas

dengan

mengembangkan model pembelajaran Role Playing.
H. Definisi Operasional
Agar lebih memahami istilah dalam penelitian ini, berikut dikemukakan
beberapa definisi istilah digunakan dalam judul penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Belajar
Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,
dengan

serangkaian

kegiatan

misalnya

dengan

membaca,

mengamati,

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau
si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.
Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan
individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya
kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan
rumus antara individu dan lingkungan.
2. Pembelajaran
Pengertian pembelajaran yang dikemukakan oleh Miarso, 1993 (Dalam
Evelyn Siregar dan Hartini Nara.2010, hlm.12) menyatakan bahwa “Pembelajaran
adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang
telah di tetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaan
terkendali” mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses pembelajaran
yang dilakukan secara sengaja atau secara terencana guna untuk membantu
peserta untuk belajar.

8

3. Hasil Belajar
Mulyasa ( 2008 ) hasil belajar merupakan prestasi siswa secara
keseluruhan yang menjadi indicator kompetensi dan derajat perubahan perilaku
yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan
sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang
mengacu pada pengalaman langsung.
4. Bermain Peran ( Role Playing )
Pengertian bermain peran adalah salah satu bentuk pembelajaran, dimana
peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Bermain pada
anak merupakan salah satu sarana untuk belajar. Melalui kegiatan bermain yang
menyenangkan, anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman
yang kaya, baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan
lingkungan di sekitarnya.
Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang
didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill
Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di
luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role
playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana
pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan
memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
I. KAJIAN TEORI
1. Definisi Model
Diartikan

sebagai

prosedur

sistematis

dalam

mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu
pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Ciri-ciri Model

9

Pembelajaran

Ada

beberapa ciri-ciri

model

pembelajaran secara

khusus

diantaranya adalah :
a. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
b.

Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.

c. Tingkah laku mengajar yang diperlukanagar model tersebut dapat
dilaksanakandengan berhasil.
d.

Lingkungan belajar yang duperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Teori Model Pembelajaran menurut para ahli :
1.

Model

pembelajaran menurut

Kardi

dan

Nur

ada

lima model

pemblajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu:
pembelajaran langsung; pembelajaran kooperatif; pembelajaran berdasarkan
masalah; diskusi; dan learning strategi.
2.

Menurut Dedi

Supriawan

dan

A.

Benyamin

Surasega

(1990)

mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model
interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik;
dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan
istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
3.

Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan ‘model

pembelajaran’ sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang

pembelajaran

dan

para

pengajar

dalam

merencanakan

dan

melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa model-model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada
penerapannya di kelas sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan

10

sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam
mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Definisi Model Bermain Peran
Model pembelajaran bermain peran menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih
(1996, hlm.107) bahwa : metode bermain peran ( Role Playing ) merupakan
metode yang sering digunakan nilai – nilai dan memecahkan masalah – masalah
yang di hadapi dalam hubungan social dengan orang – orang dilingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam melaksanakannya siswa – siswi di
beri berbagai peran tertentu dalam melaksanakan peran tersebut, serta
mendiskusikan kelas.
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan
imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai
tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari
satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan
emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara
nyata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif
melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama temantemannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang
berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Lebih lanjut
prinsip pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai
keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan
memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak
dan bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai
kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah

11

menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran
murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak
mungkin terjadi.
3. Karakteristik Model Bermain Peran
Hapidin (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa dalam model ini anak
diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya dalam memerankan
seorang tokoh atau benda-benda tertentu dengan mendapat ulasan dari guru agar
mereka menghayati sifat-sifat dari tokoh atau benda tersebut. Dalam bermain
peran, anak diberi kebebasan untuk menggunakan benda-benda sekitarnya dan
mengkhayalkannya jika benda tersebut diperlukan dalam memerankan tokoh yang
dibawakan. Contoh kegiatan ini misalnya anak memerankan bagaimana Bapak
Tani mencangkul sawahnya, bagaimana kupu-kupu yang menghisap madu bunga,
bagaimana gerakan pohon yang ditiup angin, dan sebagainya. Baroro (2011)
dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam role playing peserta didik
dituntut dapat menjadi pribadi yang imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai
minat luas, mandiri dalam berfikir, ingin tahu, penuh energi dan percaya diri.
Nursid Sumaatmadja (dalam Kartini, 2007) juga menyatakan bahwa metode
bermain peran sangat difokuskan pada kenyataankenyataan yang terjadi di
lingkungan masyarakat. Metode ini berhubungan dengan penghayatan suatu
peranan sosial yang dimainkan anak di masyarakat. Basri Syamsu (dalam Santoso,
2011) menyatakan bahwa dalamrole playing murid dikondisikan pada situasi
tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas,
dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, role playing sering kali

12

dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan
dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Murid
diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktikpraktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama temantemannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang
berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Santoso, 2011).
4. Faktor pendorong dan penghambat metode bermain peran ( Role Playing )
a. Faktor pendorong metode bermain peran ( Role Playing )
1) Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang
akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara
keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian,
daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.
2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama
para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu
yang tersedia.
3) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan
muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama
4) Mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan menjadi pemain
yang baik kelak.

13

5) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaikbaiknya.
6) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggungjawab
dengan sesamanya.
7) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah
dipahami orang lain.
b. Faktor penghambat metode bermain peran ( Role Playing )
1) Waktu
Waktu yang dibutuhkan dalam pembelajarn apresiasi drama dengan
strategi ini lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran lainnya. Apalagi bagi
siswa yang masih awam tentang bermain peran/ drama. Mereka membutuhkan
waktu untuk menghafalkan dialog-dialog teks drama yang akan diperankan;
2) Materi/ bahan
Materi yang dibutuhkan dalam pembelajaran ini masih sangat terbatas. Di
perpustakaan sekolah buku-buku, majalah, yang ada hubungannya dengan
pembelajaran apresiasi drama masih sedikit. Hal ini sangat menghambat
kelancaran proses pembelajaran apresiasi drama.

14

3) Guru,
Kurangnya pengetahuan guru tentang drama, sehingga pembelajaran drama
menjadi tidak menarik. Bahkan cenderung terkesan diabaikan, hanya sekedar
teori. Sedangkan pelaksanaan/ praktek bermain drama masih sangat kurang;
4) Siswa,
Siswa kurang memahami tentang bermain drama. Kurangnya keberanian
dalam memerankan seorang tokoh. Mereka masih cenderung menghafalkan saja,
sehingga penjiwaannya kurang.
c. Langkah – langkah pembelajaran model Bermain Peran
Djumingin (2011: 174) menyatakan bahwa sintak dari model pembelajaran
ini adalah: guru menyiapkan skenario pembelajaran; menunjuk beberapa siswa
untuk memelajari skenario tersebut; pembentukan kelompok siswa; penyampaian
kompetensi; menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajari;
kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon; presentasi hasil
kelompok; bimbingan penyimpulan; dan refleksi. Secara lebih lengkap, berikut
langkah-langkah sistematisnya:
1. Guru menyuruh menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
2. Guru menunjuk beberapa siswa untuk memelajari skenario yang sudah
dipersiapkan dalam beberapa hari sebelum kegiatan belajar-mengajar;
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya lima orang;
4. Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai;

15

5. Guru memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan
skenario yang sudah dipersiapkan;
6. Setiap siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang
sedang diperagakan;
7. Setelah selesai ditampilkan, setiap siswa diberikan lembar kerja untuk
membahas penampilan kelompok masing-masing;
8. Setiap kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya;
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum;
10. Evaluasi;
11. Penutup.
4. Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut
Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar
mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,
(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Sudjana (2005) juga mengatakan bahwa penilaian hasil belajar adalah
proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan
kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil
belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah
laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes hasil
belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan
pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Walaupun demikian,

16

tes dapat dapat digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar di bidang
afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2005).
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil
belajar merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat diketahui
dengan melakukan penilaian-penilaian tertentu yang menunjukkan sejauh mana
kriteria-kriteria penilaian telah tercapai. Penilaian ini dilakukan dengan
memberikan tes.
5. Karakteristik
Karakteristik hasil belajar siswa yaitu adanya perubahan tingkah laku dalam
diri individu. Artinya seseorang yang telah mengalami proses belajar itu akan
berubah tingkah laku nya. Tetapi tidak semua perubahan tingkah laku adalah hasil
belajar. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa:
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :
a) Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
b) Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama
kualitas pengajaran.
1. Tema Pembelajaran Tematik Pada Kurikulum 2013
Kurikulum baru untuk tingkat SD/MI yang mulai diterapkan Juli 2013 ini
menggunakan metode pembelajaran tematik integratif. Dalam metode tematik
integratif, materi ajar disampaikan dalam bentuk tema-tema yang menyatukan

17

seluruh mata pelajaran. Kompetensi dari berbagai mata pelajaran diintegrasikan
ke dalam berbagai tema.
Pada kurikulum 2013 untuk SD/MI masing-masing kelas akan disediakan
banyak tema. Umumnya tiap tingkatan kelas mempunyai delapan tema berbeda.
Tema yang sudah dipilih itu harus selesai diajarkan dalam jangka waktu satu
tahun. Guru diberi kewenangan untuk memilih teknis pengajaran maupun durasi
pembelajaran satu tema.
Metode tematik ini mengintegrasikan sikap, keterampilan dan pengetahuan
dalam proses pembelajaran. Selain itu, sebuah tema juga mengintegrasikan konsep
dasar yang saling berkaitan. Siswa tidak belajar konsep dasar secara parsial,
sehingga memberikan makna yang utuh kepada siswa seperti tercermin pada
berbagai tema.
J. HASIL PENELITIAN TERDAHULU
JUDUL

: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE

PLAYING TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS
V SD NEGERI 1 PARDASUKA KATIBUNG LAMPUNG SELATAN
TAHUN AJARAN 2015/2016
PENULIS : SELVY WULAN KHOIRUNNISA
Masalah penelitian ini adalah hasil belajar keterampilan berbicara siswa
yang masih rendah dan guru belum menerapkan model role playing dalam
kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 1 Pardasuka.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan model role playing
terhadap keterampilan berbicara siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode quasi experimental dengan desain penelitian yaitu
nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V
SD Negeri 1 Pardasuka sebanyak 51 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian
populasi karena semua populasi dijadikan sampel penelitian. Pengumpulan data
menggunakan observasi. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil analisis

18

data diperoleh simpulan bahwa ada pengaruh penggunaan model role playing
terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Pardasuka. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa yang mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia fokus berbicara menggunakan model role playing
pada kelas eksperimen (VA) yaitu 78,69 lebih tinggi dari nilai rata-rata
keterampilan berbicara siswa yang mengikuti metode pembelajaran ceramah pada
kelas kontrol (VB) yang hanya mendapat nilai 63,92.
K. KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian ini di lakukan berdasarkan kondisi awal dengan menerapkan
pembelajaran konvensional. Dari hasil observasi kondisi awal peserta didik seperti
dijelaskan dalam latar belakang diketahui peserta didik pasif, antusiasme belajar
rendah dan guru mendominasi kegiatan. Selain itu pencapaian KKM belum
maksimal. Hal ini terlihat dari pengamatan yang dilakukan nampak peserta didik
pasif, antusiaasme belajar rendah dan guru mendominasi kegiatan. Oleh
itu penulis berupaya menerapkan model Bermain Peran ( Role Playing ).

karena

19

Kerangka berpikir pada penelitian tindakan kelas
Pemantapan penelitian

Kondisi awal

Ide Awal

1. Proses pembelajaran
2. Tes diagnostic
3. Analisis kelas
4. Refleksi dengan
observer
5. Studi pustaka
6. Penyamaan konsep

1. Proses pembelajaran tidak
aktif
2. Pencapaian KKM rendah
3. Perilaku aktif peserta
didik belum terlihat
Tindakan Siklus 1
1. Pereencanaan pembelajaran
2. Pelaksaan pembelajaran model Role playing
Membentuk anggotanya 5 orang
sebagai penjual dan sebagai pembeli
Siswa mempelajari sekenario
Masing – masing kelompok
menyampaikan hasil kesimpulannya
3. Obsevasi
4. Diskusi dengan observer
5. Refleksi siklus I

Tindakan Siklus 1

Persiapan penelitian
1.
2.
3.
4.

5.

Penyusunan RPP
Penyusunan lembar
observasi
Penyusunan lembar tes
dan observasi
Penyusunan lembar
evaluasi kinerja
Penyusunan media dan
alat peraga

Belum tuntas

1.Pereencanaan pembelajaran
2.Pelaksaan pembelajaran metode Role
playing

Revisi

-Membentuk anggotanya 3 kelompok
yaitu kelompok guru, dokter, dan polisi
-Siswa mempelajari sekenario
-Masing – masing kelompok
menyampaikan hasil kesimpulannya
3.

Obsevasi

4.

Diskusi dengan observer

Tuntas
selesai

L. ASUMSI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
1. Asumsi
Dalam pembelajaran kebanyakan masih berorientasi pada guru dengan
mengandalkan bahan ajar dari buku saja tanpa adanya penggunaan media yang

20

lain sebagai penunjang keberhasilan pembelajaran di kelas. Selain itu, dalam
penyampaian materi hanya menggunakan metode ceramah, diamana siswa hanya
duduk mencatat dan mendengarkan apa yang di sampaikan oleh guru tanpa
adanya keterlibatan langsung dengan siswa. Sehingga siswa menjadi pasif dan
kurang memahami apa yang di sampaikan guru.
Metode pembelajaran sangat berguna bagi pendidik untuk menentukan apa
yang harus dilakukan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan
model pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) dalam pembelajaran
merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk memperbaiki pola
pembelajaran yang monoton dan tidak bermakna sehingga dapat meningkatkan
aktivitas dan keaktifan peserta didik saat belajar di kelas.
2. Hipotesis
Berdasarkan asumsi diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian
ini adalah “ Jika Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) dapat
diterapkan pada Subtema maka hasil belajar siswa akan meningkat”.
M. METODE DAN DESAIN PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakan
kelas (PTK). Menurut Igak Wardani dkk, (2007:1.15) penelitian tindakan kelas
(PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru kelasnya sendiri melalui
refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar
siswa meningkat. Pendapat yang diungkapkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart
(1998) PTK adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri,
pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan
dengan sikap mawas diri. Penelitian tindakan kelas menurur Kemmis dan
Mc.Taggart ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan terjadi dalam sebuah
kelas bersama.

21

Secara umum tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah untuk
memecahkan permasalahan yang timbul di kelas, yang fokus utamanya adalah
tindakan-tindakan yang akan dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah,
kemudian diuji cobakan dan di evaluasi untuk mengetahui apakah tindakan
tersebut mampu memecahkan masalah yang ada ataukah tidak ada peningkatan
sama sekali. Pendapat Borg (Arikunto, dkk., 2007:107) bahwa penelitian tindakan
kelas tujuan utamanya ialah pengembangan keterampilan proses pembelajaran
yang dihadapi oleh guru kelasnya, bukan bertujuan untuk pencapaian pengetahuan
umum dalam bidang pendidikan. Memahami metode dalam penelitian tindakan
kelas dan melaksanakannya dengan baik diharapkan dapat meningkatkan kualitas
guru sebagai agent of change dalam dunia pendidikan, sehingga dengan kualitas
guru yang memadai akan meminimalis permasalahan yang ada di sekolah secara
umum dan kelas secara khusus.
2. Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini mengadaptasi model penelitian menurut
Kemmis dan Taggart yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Lebih lanjut dijelaskan:
Desain Kemmis ini menggunakan model yang dikenal sistem spiral
refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan
perencanaan kembali merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan
permasalahan (Hermawan,et al. 2007:127).
Gambar Model PTK Menurut Kemmis dan Mc.Taggart

22

N. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN
a. Subjek Penelitian
Subjek yang diambil oleh peneliti adalah siswa di Kelas III Sekolah Dasar
Negri Cikaro 1 Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung, dengan
jumlah 35 orang yang terdiri dari 17 siswa laki – laki dan 18 siswa perempuan.
b. Objek Penelitian
Lokasi tempat penulis mengadakan penelitian adalah di Kelas IV SDN
CIKARO 1 MAJALAYA Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung pada
semester II tahun pelajaran 2017 / 2018.
O. TEKNIK

PENGUMPULAN

DATA

DAN

INSTRUMEN

PENELITIAN
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah metode atau prosedur sistematis yang digunakan
peneliti untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menjawab pertanyaan
masalah penelitian yang telah di rumuskan. Data-data tersebut diperoleh melalui
observasi, hasil tes belajar siswa, lembar kerja peserta didik.
a. Observasi
Observasi terhadap peserta didik dilakukan untuk mengetahui aktivitas
peserta didik selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode bermain
peran. Aspek – aspek yang diamati yaitu kerjasama dalam kelompok, keaktifan,
dan tanggung jawab.

23

b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dengan
maksud tertentu ( Moleong 2004 : 135 ). Tujuan wawancara peneliti dengan
peserta didik adalah untuk mengetahui pendapat peserta didik tentang
pembelajaran yang telah dilakukan dan untuk mengetahui kesulitan – kesulitan
yang dihadapi peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung.
c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKS)
LKS dibuat untuk mengaktifkan peserta didik dalam memproduksi dan
mengkontruksi pengetahuannya. LKS diberikan pada saat kegiatan kelompok
dengan tujuan dapat dikerjakan bersama – sama oleh setiap anggota kelompok.
Dengan bekerja sama maka peserta didik dapat secara otimal mempergunakan
pengetahuan, sikap dan psikomornya dalam menghadapi suatu masalah.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian disusun sebagai alat pengumpulan data penelitian.
Dengan demikian, peneliti dapat memperoleh kebenaran yang akurat dalam
pengumpulan data sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Instrumen
penelitian ini terdiri dari: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tes tertulis,
lembar pengamatan, lembar waancara, lembar observasi, dan lembar kerja sswa.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sebelum pelaksanaan, peneliti membuat skenario pembelajaran atau
rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuannya untuk indikator pencapaian hasil
belajar siswa.
b. Tes Tertulis
Yaitu berupa soal tertulis dengan kelebihannya yaitu dapat mengukur
kemampuan siswa dalam jumlah besar, tempat yang terpisah dan waktu yang

24

sama. Sedangkan kelemahannya yaitu jika tidak menggunakan bahasa yang luas
dan tegas, hal itu akan mengandung pengertian ganda.
c. Lembar Pengamatan
Yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung pada saat proses belajar
mengajar di kelas. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat, mengamati dan
mengawasi perilaku siswa.
d. Lembar Wawancara
Yaitu wawancara komunikasi langsun antara yang mewawancarai dan
yang di wawancarai atau narasumber. Tujuan wawancara yaitu untuk memperoleh
informasi guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu serta untuk
melengkapi suatu penyelidikan ilmiah dan memperoleh data.
e. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengukur kualitas dan kesesuaian
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan rencana yang telah di susun.
f. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Digunakan untuk pelaksanaa pembelajaran secara berkelompok sebagai
panduan dalam praktek siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Bermain
Peran (Role Playing).
P. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, teman ( sesama pengajar ),
Kepala sekolah, dan Komite sekolah. Sedangkan dalam pengumpulan data
digunakan teknik operasional langsung ( peneliti senidiri sekaligus pengajar ), tes
tulis, observasi, angket, dan wawancara.

25

Q. PROSEDUR PENELITIAN
Dalam model penelitian tindakan kelas, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah melakukan perencanaan tindakan, misalnya membuat sekenario
pembelajaran, lembar observasi dan lain – lain . kemudian langkah selanjutnya
adalah pelaksanaan tindakan. Langkah – langkah yang dilakukan dalam penelitian
ini terbagi menjadi 4 tahap yaitu :
1.

Tahap Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan adalah sebagai
berikut :
a.

Pendekatan kepada kepala sekolah agar memberikan ijin dan
kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian.

b.

Peneliti melihat proses pembelajaran di kelas IV sebelum
melaksanakan penelitian.

c.

Peneliti berdiskusi dengan guru kelas IV SDN Cikaro 1 Majalaya,
untuk menggunakan metode Bermain Peran ( Role Playing ) dalam
proses pembelajaran berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan.

d.

Setelah

mencapai

pelaksanaan

kesepakatan

pembelajaran

peneliti

dengan

menyusun

rencana

menggunakan

metode

pembelajaran Bermain Peran ( Role Playing )
e.

Peneliti menyiapkan instrumen pengumpulan data untuk digunakan
dalam tahap pelaksanaan tindakan, diantaranya LKS ( Lembar

26

kerja siswa ), lembar observasi, dan lembar wawancara ( guru dan
peserta didik ).
f.
2.

Menetapkan cara pelaksanaan refleksi.

Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pada tahap ini adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran seperti
yang dilakukan guru sehari – hari. Tahap pelaksanaan tindakan ini yaitu
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Bermain Peran
dalam pembelajaran Subtema Jenis-jenis Pekerjaan kelas IV SDN CIKARO 1
MAJALAYA yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas 2 siklus.
Siklus I
a.

Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode ( Role Playing ) Bermain Peran.

b.

Melaksanakan Prosedur pembelajaran dengan menerapkan metode
( Role Playing ) Bermain Peran.

c.

Melakukan observasi keefektifan penerapan metode ( Role
Playing ) Bermain Peran yang dilakukan peneliti, guru yang
menjadi observer dalam meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam pembelajaran.

d.

Memberikan penghargaan kepada peserta didik pada saat proses
pembelajaran maupun setelah pembelajaran.

e.

Menganalisis data hasil belajar yang diperoleh dari hasil observasi
mengenai proses dan hasil pembelajaran untuk merencanakan
tindakan perbaikan pada tahap selanjutnya

27

f.

Melakukan kegiatan refleksi siklus I untuk memperbaiki dan
merancang pembelajaran menggunakan metode ( Role Playing )
Bermain Peran untuk pelaksanaan pada siklus II.

Siklus II
a.

Mencari

faktor

yang

menjadi

penghambat

dalam

proses

pembelajaran berdasarkan hasil evaluasi refleksi pada siklus I
b.

Memperbaiki

proses

pembelajaran

agar

kecurigaan

dan

penghambat yang ada pada siklus I tidak terjadi.
c.

Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
( Role Playing ) Bermain Peran dengan menambahkan gambar –
gambar yang sesuai dengan materi pembelajaran.

d.

Melaksanakan prosedur pembelajaran sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat dengan menggunakan
( Role Playing ) Bermain Peran.

e.

Melakukan observasi keefektifan penerapan metode ( Role
Playing ) Bermain Peran yang dilakukan peneliti, guru yang
menjadi observer dalam meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam pembelajaran.

f.

Memberikan penghargaan kepada peserta didik pada saat proses
pembelajaran maupun setelah pembelajaran.

g.

Menganalisis data hasil belajar yang di peroleh dari hasil observasi
mengenai proses dan hasil pembelajaran untuk merencanakan
tindakan perbaikan pada tahun selanjutnya.

28

h.

Jika pada siklus II sudah berhasil maka tidak perlu melaksanakan
tindakan selanjutnya.

3. Observasi
Kegiatan Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan,
hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kinerja guru dan keterlibatan
peserta didik dalam pembelajaran serta mengumpulkan atau merekan data dan
membuat catatan lapangan mengenai hal – hal yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh observer yakni guru kelas
IV.
4. Refleksi
Adapun langkah – langkah dari kegiatan refleksi ini adalah sebagai berikut :
a. Analisis, sintesis dan interprestasi terhadap semua informasi yang
diperoleh dari pelaksanaan tindakan
b. Melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan
tindakan.
c. Memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan dan pelayanan
pembelajaran secara berkelanjutan.
Dengan kegiatan refleksi seperti ini, para pelaku ( peneliti, praktisi ) yang terlibat
dalam kegiatan penelitian tindakan mempunyai banyak kesempatan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik.

29

R. JADWAL PENELITIAN

2017
Februari
N

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Kegiatan

o
1 2

3 1

2

3

1

2

3

4

1

2

Penyusunan
1

Proposal

2

Ujian
Proposal
Menyusun

3

Instrumen
Penelitian
Melakukan

4

Penelitian
Penyusunan

5

Skripsi

Melaksanaka
6

n Ujian
Sidang
Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

3

4

1

2

3

4

1

2

3

30

Iskandar,Dadang dan Narsim. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Ihya Media.
Kusbolah, K. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Depdigbud. Malang.
Segala, S.( 2007 ). Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Suradisastra,D,dkk. ( 1991/1992 ). Pendidikan IPS III. Depdigbud. Direktorat
Jendral

Pendidikan

Tinggi

Proyek

Pembinaan

Tenaga

Kerja

Kependidikan Jakarta.
Suwarna, Al muchtar. 1991. Pengembangan Berfikir dan Nilai dalam Pendidikan
IPS. Gelar Pustaka Mandiri. Bandung.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157