BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1 Konsep Manajemen - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Program Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Dalam Rangka Pengembangan Diri Di SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal

BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Konsep Manajemen
Manejemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat
dan

profesi.

manajemen

Dikatakan
dipandang

pengetahuan

yang

sebagai
sebagai

secara


ilmu

karena

suatu

sistematik

bidang
berusaha

memahami mengapa dan bagaimana orang kerjasama.
Dikatakan sebagai kiat karena manajemen mencapai
sasaran melalui

cara-cara dengan mengatur orang

lain menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi
karena manejemen dilandasi keahlian khusus untuk

mencapai

suatu

perstasi

manajer,

dan

para

professional dituntun oleh kode etik (Slameto, 2009).
Untuk memahami istilah manejemen, pendekatan
yang

dipergunakan

pengalaman


disini

manejer.

adalah

Meskipun

berdasarkan

pendekatan

ini

mempunyai keterbatasan, namun hingga kini belum
ada perbaikan. Manajemen disini dilihat sebagai suatu
sistem yang setiap komponennya menampilkan suatu
untuk memenuhi kebutuhan. Manajemen merupakan
suatu proses sedangkan manajer dikaitkan dengan
aspek organisasi (orang-struktur-tugas-teknologi) dan

bagaimana mengaitkan aspek yang satu dengan yang
lain, serta bagaimana mengaturnya sehingga tercapai
tujuan sistem.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi
pokok

yang

manajer/pimpinan,

ditampilkan
yaitu:

oleh

seorang

Perencanaan

(Planning),


Pengorganisasian (Organizing), Pemimpinan (Leading),
1

dan

Pengawasan

(Controlling).

Manajemen diartikan

Oleh

karena

itu,

sebagai proses merencana,


mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya
organisasi

dengan

segala

aspeknya

agar

tujuan

organisasi tercapai secara efektif dan efisien (Slameto,
2009).
2.2 Fungsi Manajemen
2.2.1 Planning (Perencanaan)
Menurut
modern


Slameto

(2009)

dalam

kehidupan

lebih-lebih dalam suatu organisasi kegiatan

perencanaan

mutlak harus ada. Kita tidak dapat

membanyangkan

suatu

kegiatan


organisasi

atau

lembaga tanpa adanya perencanaan. Dalam suatu
organisasi yang baik, bukan sekedar perencanaan
yang

dituntut,

semacam

ini

melainkan

adalah

fase


suatu

perencanaan

pertama

dari

setiap

pekerjaan.
Setiap perencanaan yang baik setidak-tidaknya
harus memiliki 5 unsur yang kita sebut 5 P, yaitu :
1) Purpose, yaitu tujuan yang akan dicapai. Tujuan ini
harus

dirumuskan

secra


jelas,

terperinci

dan

operasional.
2) Policy, yaitu strategi atau cara untuk mencapai
tujuan.
3) Procedure, yaitu system komunikasi yang ada dalam
organisasi. Yang dimaksud disini adalah jalur-jalur
komunikasi

sebagai

akibat

adanya

pembagian


tugas, wewenang dan tanggung jawab.
4) Progress, yaitu gambaran tentang
pencaipan

tujuan.

Dalam

tahap-tahap

perencanaan

harus

nampak standar-standar tingkat keberhasilan.
2

5) Program, yaitu

uraian

lebih rinci dan opersional

tentang kegiatan sehari-hari dalam rangka kegiatan
perencanaan.
Tentang perencanaan yang baik harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
1) Tujuan harus dirumuskan secara jelas.
2) Berifat

rasional,

berdasarjkan

perhitungan-

perhitungan yang matang.
3) Disusun secara rinci yang meliputi analisa, jenisjenis kegiatan, metode kerja dan sebagainya.
4) Mempunyai sifat yang luwes sehingga pada batasbatas tertentu dimungkinkan terjadinya perubahan.
5) Adanya kesinambungan baik ke dalam maupun ke
luar. Seimbang ke dalam
antara

bagian-bagian.

berarti

Seimbang

keseimbangan
keluar

berarti

keseimbangan antar tujuan dan sarana (antara
ends dan means).
6) Menggunakan sumber daya secra efektif dan efisien.
Merencanakan

pada

dasarnya

menentukan

kegiatan yang hendak dilakukan pada masa yang
akan

datang.

mengatur

Kegiatan

ini

dimaksudkan

untuk

berbagai sumbar daya agar hasil yang

dicapai sesuai dengan yang diharapkan (Sutomo,
2011).
Perencanaan

adalah proses penentuan tujuan

atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan
jalan serta sumber yang untuk mencapai tujuan itu
seefektif dan seefisien

mungkin (Kauffman dalam

Sutomo). Dalam setiap perencanaan selalu terdapat
tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan tetapi
tidak dapat dipisahkan.

Kegiatan yang dimaksud
3

meliputi (a) perumusan tujuan yang ingin dicapai; (b)
pemilihan program untuk mencapai

tujuan itu; (c)

indentifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya
selalu terbatas (Fattah dalam Sutomo).
2.2.2 Organizing (Pengorganisasian)
Ditegaskan

oleh

Slameto

yang

dimaksud

pengorganisasian adalah proses pengelompokan orang
–orang berdasarkan tugas, wewenang dan tanggung
jawabnya. Dengan demikian

akan tercipta suatu

organisasi yang siap menjalankan rencana yang telah
ditetapkan.

Jadi

pengorganisasian

merupakan

langkah yang kedua setelah perencanaan selesai.
Karena maksud pembentukan organisasi adalah
untuk menjalankan rencana,sehingga tujuan tercapai,
maka bentuk serta besar kecilnya organisasi harus
disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk
membentuk suatu organisasi perlu ditempuh langkahlangkah tertentu. Langkah-langkah tersebut pada
umumnya berlangsung sebagai:
1) Menetapkan tujuan.
2) Menetapkan tugas organisasi.
3) Perincian kegiatan.
4) Pengelompokan kegiatan kedalam fungsi-fungsi.
5) Departementasi.
6) Penetapan kewenangan organisasi.
7) Penetapan orang-orang dalam organisasi (staffing).
8) Penyediaan fasilitas (facilitating).
Menurut Sutomo (2011) istilah pengorganisasian
digunakan untuk menunjuk hal-hal sebagai berikut:
1) Cara menejer merancang struktur formal untuk
penggunaan

sumberdaya-sumberdaya keuangan,
4

phisik, bahan baku, dan tenaga kerja organisasi
yang paling efektif.
2) Bagaimana organisasi mengelompokan kegiatan –
kegiatannya, dimana setiap pengelompokan diikuti
dengan penugasan seorang manajer yang diberi
wewenang

untuk

mengawasi

anggota-anggota

kelompok.
3) Hubungan-hubungan antara fungsi, jabatan, dan
tugas para karyawan.
4) Cara manajer membagi tugas-tugas yang harus
dilaksanakan

dalam

organisasinya

dan

mendelegasikan wewenang yang diperlukan untuk
mengerjakan tugas.
2.2.3 Actuating (Penggerakan)
Penggerakan

(actuating)

merupakan

fungsi

fundamental dalam manajemen. Diakui bahwa usahausaha perencanaan dan pengorganisasian bersifat
vital, tetapi tidak aka nada out put kongkrit yang
dihasilkan

tanpa ditindaklanjuti kegiatan untuk

menggerakan anggota organisasi untuk melakukan
tindakan.
Penggerakan

dapat

didefinisikan

sebagai

keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk
mendorong para anggota

organisasi agar mau dan

ikhlas bekerja dengan baik, mungkin demi tercapainya
tujuan
(Siagian

organisasi dengan efisien dan ekonomis
dalam

Sutomo).

Terry

berpendapat

menyatakan bahwa actuating merupakan usaha untuk
menggerakan anggota kelompok, sedemikian rupa
sehingga

mereka berkeinginan dan berusaha untuk

mencapai sasaran-sasaran organisasi.
5

George R. Terry (dalam Slameto) menyatakan,
bahwa actuating adalah tindakan mengusahakan agar
semua anggota kelompok (organisasi) mau berusaha
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan agar
sesuai dengan perencanaan manajerial

dan usah-

usaha organisasi. Actuating adalah proses manajemen
yang berhubungan dengan orang-orang. Karena itu
sering dikatakan actuating
manajemen.

Seperti

kita

manajemen

adalah

unsur

pimpinan mampu

merupakan inti dari
ketahui

unsur

manusia.

utama

Bagaimana

menggerakan unsur manusia

sangat menentukan keberhasilan

sebagai seorang

manajer.
2.2.4 Controlling (Pengawasan)
Pengawasan adalah tindakan manajerial

yang

mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Karena
itu

proses

ini

harus

pekerjaan.berlangsung
apabila

terjadi

dilakukan

sepanjang

agar dapat segera diketahui

penyimpangan-penyimpangan

kesalahan-kesalahan,

sehingga

dapat

atau
segera

dilakukan perbaikan-perbaikan.
Pengawasan dapat efektif dan efisien antara lain
harus :
1) Harus bersifat fleksibel, disesuaikan

kondisi dan

situasi.
2) Harus

bersifat

menyeluruh

kegiatan,

misalnya

peralatan

dan

biaya

antar

personalia.
bahkan

komponen

Perlengkapan/

tujuan

situasi

pendukung organisasi/administrasi bahkan tujuan
yang akan dicapai perlu dievaluasi.
6

3) Harus bersifat ”fac finding” artinya harus dapat
mengungkapkan kata-kata.
4) Dilakukan oleh semua orang yang terlibat dalam
organisasi,

misalnyaoleh

guru,

kepala

sekolah,

siswa orarang tua siswa masyarakat dan petugas
yang berwenang (pengawas).
5) Harus bersifat preventif, artinya pengawasan juga
harus

melakukan

pencegahan

jangan

terjadi

penyelewengan dan kesalahan.
6) Harus bersifat dignostik yaitu dapat menemukan
aspek-aspek/komponen yang lemah atau tidak
beres, sehingga segera dapat dilakukan perbaikan.
7) Harus

mampu

menjamin

adanya

tindakan

perbaikan.
8) Harus sederhana dan murah.
Pada umumnya dikenal 4 langkah pengawasan:
1) Menetapkan criteria standar
2) Mengumpulkan data/fakta
3) Melakukan pengukuran
4) Perbaikan
Manajemen dipandang suatu proses kegiatan
didalamnya

terdiri

dari

kegiatan

yang

bersifat

manjerial dan kegiatan yang bersifat operasional.
Kegiatan manajerial adalah kegiatan yang seyogyanya
dilakukan oleh orang-orang yang memiliki status
kewenangan sebagai manajer. Sedangkan kegiatan
operatif adalah pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya
diselesaikan oleh para pelaksana lapangan. Kegiatan
operatif

ditujukan

pada

proses

pemberdayaan

sumber-sumber daya secara efektif dan efisien. Dalam
hal ini efisiensi dan efektivitas merupakan tujuan
7

akhir dari proses manajemen. Pemberdayaan sumbersumber daya yang ada dalam organisasi merupakan
suatu hal yang mutlak harus dilakukan manakala
organisasi ingin berkembang secara optimal (Sutomo,
2011).
Manakala istilah manajemen

diterapkan dalam

bidang pemerintahan

akan menjadi

pemerintahan,

bidang

manjemen

dalam

perhotelan,

dalam

manajemen

perhotelan
bidang

menjadi

pendidikan

menjadi manajemen pendidikan, dalam bidang bisnis
menjadi manajemen bisnis dan setetusnya (Sutomo,
2011). Demikian pula istilah Manjemen Kesiswaan,
merupakan aplikasi ilmu manajemen ke dalam bidang
kegiatan

kesiswaan.

Tulasmono

(2012),

yang

dimaksud kesiswaan adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan peserta didik atau lebih dikenal
dengan istilah siswa.
Menurut Mulyasa (2009) manajemen kesiswaan
yaitu panataan dan pengaturan kegiatan
berkaitan

dengan

siswa

atau

peserta

yang
didik.

Manajemen kesiswaan dapat diartikan sebagai usaha
pengaturan terhadap kesiswaan mulai dari siswa
tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus
(Sudrajat, 2010). Menurut Knezevich, 1961 (Dirjen
Dikti, 2007) yaitu manajemen kesiswaan merupakan
pemberian

pelayanan

perhatian

pada

yang

pengaturan,

menitik

beratkan

pengawasan,

serta

layanan siswa di dalam maupun diluar kelas yang
seperti,
individual

pengenalan,
yang

pendaftaran,
mencakup

pelayanan

pengembangan

8

keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan samapai
para siswa tersebut matang di jenjang sekolah.
Dirjen Dikti (2007) menyebutkan tujuan khusus
manajemen kesiswaan antara lain:
a. Meningkatakan kognitif, afektif, dan psikomotorik
siswa.
b. Dapat

menyalurkan

serta

mengembangakan

kecerdasan, bakat dan minat siwa.
c. Dapat

menyalurkan

aspirasi,

harapan

dan

kebutuhan siswa bisa terpenuhi.
d. Dapat meraih kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
siswa agar bisa belajar dengan baik dan meraih
cita-cita.
Berdasarkan

uraian

tersebut

diatas

dapat

disimpulkan semua kegiatan siswa baik di dalam
kelas maupun di luar kelas yang mengarah

pada

peningkatan prestasi siswa secara akademik, maupun
kegiatan pengembangan diri yang bersifat untuk
memupuk bakat,

minat, serta kemampuan siswa

adalah merupakan bagian dari pengelolaan manjemen
kesiswaan.
2.3 Konsep Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya
pembentukan watak kepribadian serta pengembangan
bakat,

minat,

dan

keunikan

diri

peserta

didik.

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran
yang harus di asuh oleh guru. Pengembangan diri
bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan
diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
kondisi dan perkembangan peserta didik dengan
9

memperhatikan

kondisi

pengembangan diri

sekolah.

Kegiatan

difasilitasi dan atau dibimbing

oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan yang
dapat

dilakukan

dalam

ekstrakurikuler.

Kegiatan

bentuk

kegiatan

pengembangan

diri

dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang
berkenaan

dengan

masalah

diri

pribadi

dan

kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir
peserta didik (Depdiknas, 2006).
Selanjutnya

pengertian

pengembangan

diri

dijelaskan dalam BNSP (2006) sebagai berikut : (1)
Kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran. (2)
Wahana pembentukan watak dan kepribadian serta
penentuan

arah

masa

depan

Pelayanan

konseling

berkenaan

kehidupan

sosial,

kegiatan

peserta

didik.

masalah

(3)

pribadi,

belajar,

dan

pengembangan karir. (4) Kegiatan ekstrakurikuler,
pengembangan potensi, bakat, minat, dan kreatifitas
secara optimal.
Ditegaskan

dalam

BNSP

(2006)

kurikulum

pengembangan diri mempunyai fungsi dalam kegiatan
ekstrakurikuler

:

(1)

Fungsi

pengembangan

menyalurkan potensi bakat, minat secara kreatif. (2)
Fungsi sosial mengembangkan rasa tanggung jawab,
kebersamaan, saling menghormati, serta menghargai.
(3) Fungsi Rekreatif : menunjang perkembangan
melalui

suasana

rileks,

menyenangkan

dan

menggembirakan. (4) Persiapan Karir : Membina dan
membuka

jalan

karir

sesuai

potensi

diri.

Pengembangan diri dalam struktur kurikulum fokus
berkesinabungan

pada

dari

sasaran

program
10

bimbingan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler
(Depdiknas, 2007:5).
Pengembangan
pendidikan
integral

diri

merupakan

kegiatan

di luar mata pelajaran, sebagai bagian
dari

kurikulum

sekolah.

Kegiatan

pengembangan diri merupakan upaya pembentukan
watak

dan kepribadian serta pengembangan bakat,

minat dan keunikan diri peserta didik yang dilakukan
melalui :
a. Kegiatan

pelayanan

bimbingan

konseling

yang

dilaksanakan secara terjadwal 2 jam di dalam kelas
dan di ruang konseling serta pelayanan yang
bersifat individual kepada peserta didik berkenaan
dengan masalah diri pribadi, kehidupan sosial,
kegiatan belajar, dan pengembangan karier.
b. Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara
terjadwal di luar kelas oleh guru-guru pembina
ekstrakurikuler, dikoordinir wakil kepala sekolah
bagian kesiswaan. Peran konselor
sebagai

need

assesmen

dan

dalam hal ini
wadah

untuk

memberikan pembinaan mengenai pengembangan
potensi peserta didik, pelayanan konsultasi serta
membantu

mengatasi

masalah

permasalahan-

permasalahan yang mungkin timbul dalam kegiatan
tersebut.
Pembiasaan

yang

ditumbuhkan

melalui

kegiatan rutin, spontan, dan keteladanan yang baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Pembiasaan
melalui kegiatan terpogram dilaksanankan secara
bertahap disesuaikan dengan kalender pendidikan
semua guru berpartisipasi aktif dalam membentuk
11

watak

kepribadian

dan

kebiasaan

positif.

Peran

Konselor dalam hal ini memberikan bimbingan dan
konseling arah pengembangan kebiasaan peserta didik
dalam

kehidupan

sehari-hari

menkoordinir penilaian

dan

sekaligus

perilaku mereka melalui

pengamatan guru-guru terkait (Depdiknas, 2007 : 5-6)
yaitu konsep yang sangat penting.
Pengembangan

diri

melalui

kegiatan

ektrakurikuler tidak lepas dengan adanya konsep
kecakapan hidup yang erat hubungannya dengan
konsep kreativitas dan bakat yang dikemukan oleh
Abraham Maslow dan Carl Rogers (dalam Munandar,
1999), yaitu suatu konsep yang sangat penting dalam
bidang

kreativitas

yang

berhubungan

dengan

aktualisasi diri.
Aktualisasi

diri

adalah

apabila

seseorang

menggunakan semua bakat dan talentanya untuk
menjadi apa, ia mampu menjadi mengaktualisasikan
atau mewujudkan potensinya. Pribadi yang dapat
mengaktualisasikan dirinya, selalu tumbuh, berfungsi
sepenuhnya,

dan berfikiran demokratis. Menurut

Moslow (dalam Munandar, 1999), aktualisasi diri
merupakan karakteristik yang fundamental, suatu
potensialitas yang ada pada semua manusia saat
dilahirkan

tetapi yang sering hilang terhambat atau

terpendam dalam proses ”pembudayaan”.
Sementara

itu

Semiawan

(dalam

Depdiknas,

2002) menjelaskan tentang konsep bakat, minat, serta
kreativitas berikut ini. Bakat adalah kemampuan
inharent dalam diri seseorang, jadi dibawa sejak lahir
dan terkait dengan struktur otak. Istilah bakat sebagai
12

attitude diartikan sebagai kemampuan bawaan yang
merupakan potensi (potentil ability) yang masih perlu
dikembangkan

atau

dilatih.

Setiap

Siswa

SMP

mempunyai potensi atau bakat yang bersifat umum
yang disebut (gifted) atau yang bersifat khusus
(talent). Siswa mempunyai bakat khusus antara lain
bakat seni, bakat pemimpin, bakat atletik dan lainlainya.
. Tujuan khusus pengembangan diri adalah
menunjang peserta didik dalam

mengembangkan

bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan
dalam

kehidupan

kehidupan

kemandirian,

keagamaan,

kemampuan

kemampuan

sosial,

kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir
dan kemampuan memecahkan masalah (Depdiknas,
2007 : 6).
2.4 Kegiatan Ekstrakurikuler
2.4.1 Konsep Ekstrakurikuler
Prinsip pembelajaran

less theory more practice

menunjukan bahwa pentingnya proses pembelajaran
yang diperkaya dengan penerapan

konsep-konsep

dalam konteks kehidupan nyata yang lebih luas. Hal
ini menuntut adanya manajemen penyelenggaran
pendidikan yang mendukung terhadap pencapaian
tujuan pendidikan nasional yang dicirikan oleh tingkat
prestasi akademik dan perkembangan kepribadian
siswa

yang

optimal

dalam

berbagai

lapangan

kehidupan di masyarakat. Kegiatan ekstrakurikuler
adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar jam
pelajaran yang tercaantum dalam susunan program
sesuai

dengan

keadaan

dan

kebutuhan

sekolah
13

berupa

kegiatan

pengembangan

kepribadian,

pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan
program kurikuler. Kegiatan- kegiatan untuk lebih
mementapkan

kepribadian

seperti

palang

merah

remaja, olah raga, kepramukaan, usaha kesehatan,
kesenian dan kegiatan lainnya (Djazuli A, 2007 : 3).
2.4.2 Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan program
sekolah,

berupa

kegiatan

yang

bertujuan

untuk

memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa
optimasi pelajaran terkait, menyalurkan bakat dan
minat untuk lebih memantabkan kepribadian siswa.
Kegiatan

ekstrakurikuler

merupakan

porses

ini

pada

dasarnya

pelaksanaan

pendidikan

yang

tidak

dicakup

perogram

pembelajaran

di

kurikulum

dalam
kelas.

struktur
Kegiatan

ekstrakurikuler merupakan program pembelajaran
tambahan yang memberi peluang kepada para siswa
untuk memilih jenis dan bentuk program yang
memiliki

kaitan

dengan

perluasan

pembelajaran

terstruktur di kelas. Adanya kebebasan tersebut di
harapkan siswa dapat bertanggung jawab terhadap
diri sendiri dalam pencapaian kompetensi yang telah
ditetapkan dalam standar isi dan proses pendidkan.
Partisipasi siswa dalam bebagai kelompok kegiatan
pengembangan

minat

dan

bakat

siswa

akan

memungkinkan memperluas konsep diri dan identias
kelompok

berdasarkan

kelompoknya

(Depdiknas,

2007 : 1).
Kegitan ekstrakurikuler sesuai yang diamanatkan
dalam Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 Tentang
14

Pembinaan Kesiswaan pada bab 1, tujuan pembinaan
kesiswaan :
a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan
terpadu yang meliputi bakat, minat, dan kreativitas.
b. Memantapkan

kepribadian

siswa

untuk

mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan
pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan
pengarauh negatif dan bertentangan dengan tujuan
pendidikan.
c. Mengaktualisasi potensi siswa dalam pencapaian
prestasi unggulan sesuai bakat dan minat.
d. Menyiapkan siswa agar menjadi warga negara
masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis,
menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka
mewujutkan masyarakat madani.
Selanjutnya dalam pasal 3 dijelaskan bahwa
pembinaan kesiswaan dilaksanakan melalui kegiatan
ekstrakurikuler dan kokurikuler. Materi pembinaan
kesiswaan meliputi :
a. Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
b. Budi pekerti luhur atau akhlak mulia
c. Kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela
negara
d. Prestasi akademik, seni, dan/atau olah raga sesuai
bakat dan minat
e. Demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik,
lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi social
dalam konteks masyarakat plural
f. Kreativitas, ketrampilan, dan kewirausahaan

15

g. Kualitas jasmani, kesehatan, dan gizi berbasis
sumber gizi yang terdiversifikasi
h. Sastra dan budaya
i. Teknologi informasi dan komunikasi
j. Komunikasi dalam bahasa inggris
Melihat dasar hukum diatas jelas kegiatan
ekstrakurikuler

sangat

perkembangan

besar

pengetahuan,

peranan

wawasan,

untuk
maupun

ketrampilan siswa, hal ini tidak hanya mendorong
prestasi siswa saja, tetapi dapat membawa kemajuan
sekolah dan yang lebih luas pada dunia pendidikan.
2.5 Kesenian
Pengertian

seni

mencakup

keindahan,

kemampuan, perasaan, dan cita rasa. Kecuali dengan
keindahan sebagai nilai, ada pula yang mengaitkan
seni dengan

nilai estetis (esthetic), dan estetika

sebagai teori tentang seni dan nilai estetis. Konsep
seni yang berkembang di masyarakat terkait dengan
persoalan

ekspresi,

indah,

hiburan,

komunikasi,

ketrampilan, kerapian, kehalusan, dan kebersihan.
Keragaman konsep seni yang muncul di masyarakat
tersebut merupakan fenomemena yang wajar karena
seni adalah produk budaya milik semua warga
masyarakat. Setiap warga, siapapun

dan apapun

latar belakangnya mempunyai hak untuk memberikan
pandangan terhadap seni dan memberikan

jawaban

tentang apa itu seni. Suatu definisi seni yang relatif
populer

adalah

seni

merupakan

segala

macam

keindahan yang diciptakan manusia. Kindahan dapat
dipandang

secara

subyektif

maupun

obyektif.

Keindahan subyektif terletak pada diri orang yang
16

melihatnya (beauty is in the eyes of the beholder),
sedangkan

keindahan

obyektif

terletak

pada

barang/benda yang dilihat (Jazuli, 2008:69).
Menurut

Dharsono

kecenderungan

konsepsi

(2004)
seni

yang

ada

dua

diungkapkan

manusia, yaitu seni yang merupakan:
a. Karya kolektif:sebuah karya seni diciptakan oleh
masyarakat
berdasar

atau

kelompok

pada

sistem

masyarakat

yang

kebudayaan

yang

dipegangnya.
b. Karya pribadi: karya seni yang lahir dari sebuah
ungkapan

rasa

jiwa

manusia

(alam

rohani

manusia).
Selanjutnya Dharsono (2004) menegaskan nilai
karya seni menyatu dengan fungsi seni dalam

hal:

nilai teknis, nilai estetis, nilai pesan. Fungsi seni ialah
untuk mengikat solidaritas warganya dan menyatakan
kesetiaan warganya ke pada komunitas.
Berbagai konsep yang sudah dijabarkan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen Program
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan manajerial
(perencanaan,
mengendalikan)

mengorganisasi,
dan

memimpin

operasional

dan

(pelaksanaan)

dibidang kegiatan ekstrakurikuler agar berkembang
secara optimal, efektif dan efisien. Selanjutnya apabila
pengelolaan

hanya

fokus

pada

kegiatan

ekstrakurikuler kesenian, maka kegiatan manejerial
maupun opersaional hanya pemberdayaan sumbersumber daya kegiatan ekstrakurikuler kesenian.

17