Geografi Adat istiadat Budaya Desa Paker

GEOGRAFI, ADAT-ISTIADAT, BUDAYA,
TRADISI DAN TEMPAT WISATA
DESA PAKERAMAN RENON

DISUSUN OLEH:

MAR'IE ABDA'U ZAL
1305315068

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR PERTAMANAN
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
paper ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Judul paper ini adalah
Geografi, adat-istiadat, budaya, tradisi serta tempat wisata di desa Pakeraman
Renon.

Paper ini dibuat dengan mencari data dari beberapa sumber informasi serta
beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan paper ini.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan paper ini.
Dalam penulisan paper ini sekiranya terdapat kesalahan-kesalahan ataupun
kekurangan yang mendasar, penulis mengundang pembaca untuk memberikan
kritik serta saran yang membangun. Sehingga dapat membantu penulis dalam
kesempurnaan karya-karya selanjutnya.
Akhir kata semoga paper ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Denpasar, 10 Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul
.................................................................................
.........................


i

Kata Pengantar
.................................................................................
.........................

ii

Daftar Isi
.................................................................................
.........................

iii

I Pendahuluan
.................................................................................
.........................

1


1.1 Latar Belakang
...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah
...................................................................................... 1
II Pembahasan
....................................................................................................
......

2

2.1 Geografi Desa Pakeraman Renon ............................................... 2
2.2 Adat-Istiadat Desa Pakeraman Renon ............................................ 2
2.3 Budaya Desa Pakeraman Renon

............................................... 3

2.4 Tradisi Desa Pakeraman Renon

............................................... 5


2.5 Tempat Wisata Desa Pakeraman Renon ........................................ 6
III Simpulan dan Saran

.................................................................... 7

3.1 Simpulan ....................................................................................... 7

3.2 Saran

....................................................................................... 7

Daftar Pustaka

....................................................................................... 8

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bali merupakan sebuah pulau yang mana masyarakatnya masih sangat
memegang teguh kebudayaannya. Kebudayaan tersebut tidak lepas dari perilaku

serta tatanan hidup masyarakatnya dalam sehari-hari khususnya di tingkat desa.
Hal ini terbukti dengan masih banyaknya Desa Adat yang ada di Bali. Desa
Pakeraman atau desa adat menurut Perda prov. Bali No. 3 Tahun adalah kesatuan
masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi
dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun-temurun
dalam ikatan Kahyangan Tiga atau Kahyangan Desa yang mempunyai wilayah
tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya
sendiri.
Dapat dikemukakan bahwa desa pakeraman merupakan organisasi
masyarakat Hindu Bali yang berdasarkan kesatuan wilayah tempat tinggal
bersama dan spiritual keagamaan yang paling mendasar bagi pola hubungan dan
pola interaksi sosial masyarakat Bali. Sebagai suatu masyarakat hukum, desa adat
atau desa pakeraman memiliki tata hukum sendiri yang bersendikan pada adatistiadat (dresta) setempat. Tatanan hukum yang lazim berlaku di desa adat atau
desa pakeraman disebut awig-awig. Selain awig-awig suatu desa adat terkadang
juga memiliki budaya, tradisi serta suatu tempat wisatanya sendiri. Contohnya
Desa Pakeraman Renon. Dalam paper kali ini akan membahas tentang geografi,
adat-istiadat, budaya, tradisi, serta tempat wisawa Desa Pakeraman Renon.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana keadaan geografi Desa Pakeraman Renon?
1.2.2 Bagaimana adat-istiadat di Desa Pakeraman Renon?

1.2.3 Bagaimana budaya Desa Pakeraman Renon?
1.2.4 Bagaiman tradisi Desa Pakeraman Renon?
1.2.5 Apa tempat wisata di sekitar Desa Pakeraman Renon?

II PEMBAHASAN
2.1 Geografi Desa Pakeraman Renon
Menurut www.wikipedia.com Desa Pakeraman Renon merupakan desa adat
yang berada di Kota Denpasar yaitu berada di Denpasar selatan. Berada pada
ketinggian 0-75 meter dari permukaan laut, terletak pada posisi 8°35’31” sampai
8°44’49” Lintang Selatan dan 115°00’23” sampai 115°16’27” Bujur Timur.
Tingkat curah hujan rata-rata sebesar 244 mm per bulan, dengan curah hujan yang
cukup tinggi terjadi pada bulan Desember. Sedangkan suhu udara rata-rata sekitar
29.8° C dengan rata-rata terendah sekitar 24.3° C. Desa Pakraman Renon
berdasarkan kondisi topografis dengan luas wilayah 254.000 ha. Dengan batasbatas wilayah, utara berbatasan dengan Desa Pakraman Tanjung Bungkak Timur,
berbatasan dengan dengan Desa Pakraman Sanur, Intaran, Penyaringan, Selatan
berbatasan dengan Desa Sidakarya, dan barat berbatasan dengan Desa Pakraman
Panjer.
2.2 Adat-Istiadat Desa Pakeraman Renon
Adat-istiadat merupakan suatu kebiasaan yang telah diatur pada suatu aturan
atau hukum tertulis pada suatu masyarakat tertentu.

Pada Desa Pakeraman ini memiliki adat istiadat yang hampir sama dengan
adat-istiadat di daerah Bali pada umumnya seperti adat-istiadat upacara Ngaben
yaitu adalah upacara penyucian atma (roh) fase pertama sebagai kewajiban suci
umat Hindu Bali terhadap leluhurnya dengan melakukan prosesi pembakaran
jenazah. Ketika manusia meninggal yang mati adalah badan kasar saja, namun
atma-nya tidak. Sehingga ngaben ini sebagai proses penyucian atma/roh saat
meninggalkan badan kasar.
Adat dalam pernikahan juga pada umumnya sama dengan adat-istiadat
pernikahan lain di daerah Bali yaitu terdapat rangkaian upacara seperti upacara
Ngekeb, Mungkah Lawang (buka pintu), upacara Mesegehagung, Madengen–
dengen, Mewidhi Widana, Mejauman Ngabe Tipat Bantal.
Adat-istiadat potong gigi, mepandes, mesangih atau metatah menurut
www.wikipedia.id adalah upacara keagamaan Hindu Bali yang termasuk apa yang
disebut dengan istilah upacara manusa yadnya. Ritual yang dilakukan pada saat
potong gigi adalah mengikis 6 gigi bagian atas yang berbentuk taring. Tujuan dari

upacara ini untuk mengurangi sifat buruk (sad ripu) pada yang bersangkutan yaitu
Hawa nafsu, rakus/Tamak/keserakahan, angkara murka/kemarahan, mabuk
membutakan pikiran, perasaan bingung, dan iri hati/dengki.


Gbr. 1 Proses Ngaben
(sumber : dianakusumaa.blogspot.com)

Gbr. 2 Proses pemotongan gigi
(sumber : www.bingbali.com)
2.3 Budaya Desa Pakeraman Renon
Budaya merupakan sebuah hasil cipta karsa berupa ide atau gagasan

maupun karya yang memiliki bentuk wujud dari sebuah peradaban manusia. Di
Desa Pakeraman Renon memiliki sebuah budaya unik yang membedakan desa
adat ini dengan desa lainnya yaitu budaya Tari Baris Cina.
Baris Cina merupakan salah satu Tarian sakral yang lahir, tumbuh dan
dilestarikan di Denpasar, tepatnya di Kelurahan Renon. Tari Baris Cina di
Sakralkan oleh warga penyungsungnya di kelurahan Renon, tepatnya di Banjar
Kelod - Renon - Denpasar. Sebagai tarian sakral, Baris Cina hanya dipentaskan di
Pura Baris Cina itu sendiri, di pura-pura dalam lingkungan desa Pekraman Renon
dan juga di pura-pura terkait seperti Pura Blanjong - Sanur, Pura Petitenget - kuta,
Pura sakenan serta beberapa pura lain sesuai dengan petunjuk yang ada.
Menurut www.babadbali.com tari Baris ini diduga mendapat pengaruh
budaya Cina, keunikannya terlihat dari tata busana (celana panjang dengan baju

lengan panjang, selempang kain sarung, bertopi, berkacamata hitam serta
memakai senjata pedang), geraknya (mengambil gerakan pencak silat), dan
iringannya (gamelan Gong Bheri yaitu Gong tanpa moncol). Tarian ini
menggambarkan pasukan juragan asal tanah Jawa yang datang ke Bali. Tarian ini
ditampilkan dalam upacara Dewa Yadnya dan terdapat di desa Renon dan
Belanjong, Sanur (Denpasar).
Musik pengiring Baris Cina adalah Gong Beri yaitu seperangkat instrumen
yang terdiri dari sungu, tawa-tawa ageng, tawa-tawa alit, kempli, kajar, bebende,
klenang, cenceng, beduk serta Gong Ber dan Gong Bor. Gong Ber dan Gong Bor
keduanya merupakan gong yang tak bemoncol di tengah-tengahnya. Ketika
dipukul keduanya mengeluarkan bunyi sember, tidak merdu seperti gong yang
bermoncol.
Begitu ditabuh, perangkat gamelan tersebut menimbulkan bunyi-bunyian
yang membakar semangat. Persis seperti musik perang. Apalagi sebelum
keseluruhan orkestra dimainkan, musik diawali dengan kumandang sungu (alat
musik tiup dari kerang) yang terkesan seperti sangkakala peperangan.
Buku Evolusi Tari Bali, pakar etnonusikologi dan pengamat tari Bali
Profesor I Made Bandem memperkirakan tari Baris Cina tumbuh sekitar tahun
835, saat Prasasti Blanjong dituliskan. Namun ia tak menjelaskan apakah Tari
Baris Cina dan Gong Beri lahir pada saat yang bersamaan sebagai satu kesatuan

atau dalam periode yang berbeda kemudian dikawinkan.

Gbr. 3 Tari Baris Cina
(sumber : anganpanggilakucina.blogspot.com)

2.4 Tradisi Desa Pakeraman Renon
Tradisi merupakan suatu kebiasaan yang turun-temurun yang dilakukan
suatu masyarakat dari masa nenek moyang mereka.
Di Desa Pakeraman Renon memiliki tradisi pantangan pembuatan dan
pengarakan ogoh-ogoh di Hari Raya Nyepi. Umumnya semua desa di Bali
memiliki tradisi pengarakan ogoh-ogoh di desanya masing-masing. Lain halnya
dengan di Desa Renon, desa ini tidak diperbolehkan adanya pengarakan ogohogoh. Pantangan membuat ogoh-ogoh ini sendiri tidak tercantum dalam awigawig tertulis Desa Pakraman Renon. Pantangan ini hanya berupa aturan tidak
tertulis yang sudah dipahami dan dimaklumi warganya. Alasan mengapa adanya
pantangan membuat ogoh-ogoh di Desa Pakeraman Renon ini menurut
www.balisaja.com adalah karena setiap kali membuat ogoh-ogoh, selalu saja
ogoh-ogoh yang dibuat menjadi hidup. Karenanya, warga Renon menganggap
membuat atau pun mengarak ogoh-ogoh sebagai suatu hal yang bisa menimbulkan
bencana bagi daerahnya.
Saat pertama kali ogoh-ogoh diperkenalkan di Bali sebagai pelengkap
malam pengerupukan menjelang Nyepi, warga Renon juga ikut membuat ogohogoh. Saat itu, Banjar Tengah membuat ogoh-ogoh berwujud babi. Namun,

beberapa jam sebelum pengarakan ogoh-ogoh dimulai yakni saat Ida Bhatara
Masineb di Bale Agung setelah nyejer selama tiga hari sejak pelaksanaan melis,
tiba-tiba saja penari Baris Cina yang merupakan tarian sakral warga Renon
kerauhan. Pada saat yang sama muncul kegaduhan di banjar-banjar yang membuat
ogoh-ogoh. Banyak warga melihat wujud ogoh-ogoh itu hidup. Seperti wujud babi
hidup menjadi babi dan wujud ular hidup menjadi ular sehingga membuat para
pengaraknya takut. Saat itulah muncul pamuwus (pawisik) dari Ida Batara melalui
para penari Baris Cina yang kerauhan bahwa Renon tidak boleh membuat ogohogoh. Ida Batara tidak berkenan di wilayah Desa Renon terdapat boneka raksasa
itu. Meski begitu, beberapa tahun yang lalu ada sekelompok warga Renon yang
mencoba-coba membuat ogoh-ogoh. Pembuatan ogoh-ogoh ini dilakukan secara
berkelompok di luar organisasi banjar atau sekaa teruna (ST). Namun, ogoh-ogoh
itu juga hidup. Karenanya, ogoh-ogoh itu tidak jadi diarak berkeliling desa tetapi
langsung dibakar. Mereka takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan jika ogohogoh itu tetap diarak.
Kejadian terakhir itu makin menguatkan keyakinan warga Renon untuk
tidak lagi mencoba-coba membuat ogoh-ogoh, meskipun di desa-desa lain

warganya menikmati kemeriahan dan megehan ogoh-ogoh. Bila pun punya
keinginan untuk menyaksikan ogoh-ogoh, dapat menyaksikan di desa lain.

2.5 Tempat Wisata di Desa Pakeraman Renon
Tempat wisata di sekitar Desa Pakeraman Renon adalah Monumen Bajra
Sandhi yaitu Museum Bajra Sandi merupakan Monumen Perjuangan Rakyat Bali
yang terletak di areal lapangan Niti Mandala Denpasar, Jl. Raya Puputan.
Museum ini dibangun dengan meniru mentuk bajra yang sering digunakan oleh
pemangku/sulinggih. Museum ini dibangun di atas tanah seluas 13,8 hektar
dengan luas gedung 70 x 70 meter. Museum ini diresmikan oleh Presiden
Megawati Soekarno Putri pada tanggal 14 Juni 2003.
Situs id.wikipedia.org mengatakan bahwa museum ini menjadi simbol
masyarakat Bali untuk menghormati para pahlawan serta merupakan lambang
persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi dan
dari zaman ke zaman, serta lambang semangat untuk mempertahankan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari 17 anak tangga
yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung monumen, dan
monumen yang menjulang setinggi 45 meter. Bentuk museum ini diambil
berdasarkan cerita Hindu pada saat Pemutaran Gunung Giri Mandara oleh Para
Dewa dan Raksasa guna mendapatkan Tirta Amertha atau Air Suci Kehidupan.
Dinamakan Museum Bajra Sandhi karena bentuk museum ini seperti Bajra
atau Genta yang dipakai oleh para pemimpin Agama Hindu dalam mengiringi
pengucapan japa mantra pada saat melakukan upacara Agama Hindu. Tujuan
pembangunan monumen ini adalah untuk mengabadikan jiwa dan semangat
perjuangan rakyat Bali, sekaligus menggali, memelihara, mengembangkan serta
melestarikan budaya Bali untuk diwariskan kepada generasi penerus sebagai
modal melangkah maju menapak dunia yang semakin sarat dengan tantangan dan
hambatan.

Gbr. 4 Monumen Bajra Sandhi
(sumber : www.pesonawisatabali.com)

III SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Desa Pakeraman Renon merupakan sebuah desa adat yang berada di Kota
Denpasar yaitu tepatnya berada di Denpasar selatan. Pada Desa Pakeraman ini
memiliki adat istiadat yang hampir sama dengan adat-istiadat di daerah Bali pada
umumnya seperti adat-istiadat upacara Ngaben, pernikahan, potong gigi dan lain
sebagainya.
Tari Baris Cina merupakan salah satu budaya tarian sakral yang lahir,
tumbuh dan dilestarikan di Desa Pakeraman Renon. Tari ini adalah tari yang
ditampilkan dalam upacara Dewa Yadnya dan terdapat di desa Renon dan
Belanjong.
Di Desa Pakeraman Renon memiliki tradisi pantangan pembuatan dan
pengarakan Ogoh-ogoh di Hari Raya Nyepi. pantangan ini disebabkan karena
kepercayaan masyarakat renon bahwa mengarak ogoh-ogoh sebagai suatu hal
yang bisa menimbulkan bencana bagi daerahnya.
Tempat wisata di sekitar Desa Pakeraman Renon adalah Monumen Bajra
Sandhi yaitu Museum Bajra Sandi merupakan Monumen Perjuangan Rakyat Bali
yang terletak di areal lapangan Niti Mandala Denpasar, Jl. Raya Puputan.
Museum ini menjadi simbol masyarakat Bali untuk menghormati para pahlawan
serta merupakan lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari
generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman, serta lambang semangat untuk
mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3.2 Saran
Desa Pakeraman merupakan desa yang masih menjungjung tinggi budaya
serta adat-istiadat setempat yang mana sangat perlu untuk tetap dipertahankan
agar tidak pudar kelestariannya, maka dari itu sangat disarankan kepada
pemerintah untuk lebih memperhatikan kelestarian desa Pakeraman sehingga tetap
dapat lestari dan berkembang agar menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bandem, I Made, 1996, Evolusi Tari Bali, Yogyakarta : Kanisius
http://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Bajra_Sandhi (diakses tanggal 1 Maret
2015)
http://www.babadbali.com/seni/drama/dt-baris-cina.html (diakses tanggal 1 Maret
2015)
http://www.balisaja.com/2011/02/warga-renon-pantang-buat-ogoh-ogoh.html
(diakses tanggal 1 Maret 2015)
Perda prov. Bali No. 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman