ABSTRACT A CRIMINOLOGICAL ANALYSIS ON THE SMUGGLING OF THE PROTECTED WILDLIFE By Darul Kutni Almurowi, Sunarto, Rini Fathonah Email : daruel.almurowigmail.com

  

ABSTRACK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYELUNDUPAN SATWA

LIAR YANG DILINDUNGI

Oleh:

Darul Kutni Almurowi, Sunarto, Rini Fathonah

  

Email : [email protected]

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, baik

hayati maupun non hayati. Indonesia dikenal juga sebagai Negara yang memiliki

daftar panjang tentang satwa liar yang terancam punah. Selain itu kurangnya

kesadaraan masyarakat akan pentingnya kelestarian satwa-satwa dan maraknya

penyelundupan satwa liar yang dilindungi menjadi salah satu faktor utama yang dapat

merusak kelestarian sumber daya alam. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah

faktor penyebab terjadinya penyelundupan satwa liar yang dilindungi dan

bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap penyelundupan satwa liar yang

dilindungi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

yuridis normative dan yuridis empiris. Data yang digunakan meliputi data primer dan

data sekunder. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data

yang terkumpul kemudian diproses melalui pengolahan dan pengkajian data dengan

cara editing, kalsifikasi data, sitemasi data, dan dianalisis dengan menggunakan

analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan faktor-faktor yang

menjadi penyebab terjadinya penyelundupan satwa liar yang dilindungi, yaitu faktor

ekonomi, faktor penegakan hukum, faktor lingkungan yang tidak baik, dan faktor

kurangnya kontrol sosial dari keluarga dan lingkungan masyarakat, serta belum

maksimalnya kontrol dari pemerintah dalam melakukan perlindungan bagi satwa-

satwa liar yang dilindungi tersebut, faktor masyarakat, faktor ketidaktahuan

masyarakat, faktor nilai jual tinggi, faktor hobi, dan faktor kurang optimalnya proses

penjatuhan sanksi pidana, namun faktor yang sering menjadi penyebab

penyelundupan satwa liar yang dilindungi adalah faktor ekonomi, faktor penegakan

hukum, faktor lingkungan yang tidak baik dan faktor kurangnya kontrol sosial dari

keluarga dan masyarakat. Upaya penanggulangan terhadap penyelundupan satwa liar

yang dilindungi dapat dilakukan dengan cara, yakni upaya preventif dan represif.

Saran dalam penelitian ini adalah pemerintah sebaiknya meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan memberikan penyuluhan agar tetap menjaga kelestarian satwa

Indonesia, serta sebaikanya aparat yang berwajib serta manyarakat bekerja sama guna

mencegah terjadinya penyelundupan satwa liar yang dilindungi.

  Kata Kunci: Kriminologis, Penyeludupan, Satwa Liar

  

ABSTRACT

A CRIMINOLOGICAL ANALYSIS ON THE SMUGGLING OF THE

PROTECTED WILDLIFE

By

Darul Kutni Almurowi, Sunarto, Rini Fathonah

  

Email : [email protected]

  Indonesia is one of the countries with rich in natural resources, both biological and non-biological. Indonesia is also known as a country with a long list of endangered wildlife. In addition, the lack of public awareness on the importance of the preservation of wildlife and the proliferation of protected wildlife is one of the main factors that can damage the sustainability of natural resources. The problems in this research are formulated as follows: what are the causing factors in the smuggling of protected wildlife and what efforts can be done to overcome the smuggling of the protected wildlife? This research used normative and empirical approaches. The data sources consisted of primary and secondary data. The sampling technique was done using purposive sampling. The collected data was then processed through data processing and data assessment by editing, classification, sistematization, and was analyzed by using qualitative analysis. Based on the results and discussion of the research, among the factors causing the occurrence of smuggling of protected wildlife, included: economic factor, law enforcement factor, bad environmental condition, and the lack of social control of the family and community, the lack control from the government in protecting the protected wildlife, community factor, community ignorance, high selling factor, hobby factor, and less optimal in the process of criminal sanction imprisonment; while factors caused the most smuggling of protected wildlife, included: economic factor, law enforcement factor, bad environmental condition and the lack of social control in families and communities. There were two kinds of efforts to combat the smuggling of protected wildlife: preventive and repressive efforts. It is suggested that the government should improve the welfare of the community and provide counseling in order to maintain the preservation of Indonesian wildlife, and it is expected that the authorities and the community should be working together to prevent the occurrence of smuggling of protected wildlife. Keywords: Criminology, Smuggling, Wildlife

I. PENDAHULUAN

  Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, baik hayati maupun non hayati. Sumber daya alam hayati Indonesia dan ekosistemnya mempunyai kedudukan dan peranan penting bagi kehidupan manusia khususnya bagi penduduk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sumber daya alam hayati Indonesia dan ekosistemnya yang mempunyai kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu perlu dikelola dan dimanfaatkan secara lestari, selaras, serasi dan seimbang bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada umumnya, baik masa kini maupun masa depan sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat. Dalam menjaga agar pemanfaatan sumber daya alam hayati dapat berlangsung dengan cara sebaik- baiknya, maka diperlukan langkah- langkah konservasi sehingga sumber daya alam hayati dan ekosistemnya selalu terpelihara dan mampu mewujudkan keseimbangan serta melekat dengan pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu, Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia menetapkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya sebagai pengaturan yang menampung dan mengatur secara menyeluruh mengenai konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Salah satu ancaman yang dapat merusak kelestarian sumber daya alam hayati penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, serta organisme pengganggu tumbuhan. Pencegahan masuknya hama dan penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, serta organisme pengganggu tumbuhan ke wilayah negara Republik Indonesia mencegah tersebarnya dari suatu area ke area lain, dan mencegah keluarnya dari wilayah negara Republik Indonesia, di perlukan karantina hewan, ikan, dan tumbuhan dalam satu sistem yang maju dan tangguh. Sehubungan dengan hal-hal di atas, perlu ditetapkan ketentuan tentang karantina hewan, ikan, dan tumbuhan dalam UU No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan.

  Berdasarkan keterangan World Wide Fund (WWF) Indonesia diketahui sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia di samping Zaire dan Brazil, termasuk tingkat endemisme yang tinggi. Tingkat endemisme yang tinggi Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertingi yang dilengkapi dengan keunikan tersendiri, membuat Indonesia memiliki peran yang penting dalam perdagangan satwa di dunia, sehingga Indonesia menjadi salah satu pemasok terbesar perdagangan satwa dunia. Hal ini tentu saja merupakan peluang yang besar bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan kekayaan satwanya untuk meningkatkan pendapatan ekonomi, termasuk bagi masyarakat yang tinggal di sekitar habitat satwa.

  Namun, pemanfaatan ini memang harus betul-betul memperhatikan kondisi populasi berbagai jenis satwa yang dimanfaatkan agar dapat diperoleh pemanfaatan secara berkelanjutan.

  1 1 http://www.wwf.or.id/berita_fakta/blog/index.c fm?uGlobalSearch=cites+di+indonesia&uGloba Menurut Pasal 1 angka 1 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya disebutkan bahwa yang disebut Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan/atau di air, dan/atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia. Satwa liar yang dilindungi dilarang untuk dipelihara, dimiliki, diburu maupun diperdagangkan, namun masyarakat tidak dapat membedakan satwa yang dilindungi dan yang tidak dilindungi.

  mengancam kepunahan dari satwa langka yang mana ambisi manusia ingin memiliki tetapi tidak memperdulikan populasinya di habitat asalnya.

  Kepunahan satwa langka ini dapat dicegah dengan ditetapkan perlindungan hukum terhadap satwa langka yang dilindungi. Satwa langka tidak boleh dibunuh, dimiliki, ditangkap, diburu serta diperdagangkan, hal ini untuk menjaga kelestarian satwa tersebut dari kepunahan. Pencegahan ini bertujuan agar satwa-satwa langka yang hampir punah, hanya menjadi cerita bagi anak cucu kita nantinya karena keserakahan manusia dalam mengambil keuntungan dari yang diperolehnya. Kejahatan terhadap Satwa liar (wildlife

  crime ) di Indonesia, dalam sepuluh

  tahun terakhir, sudah menjadi isu nasional yang sering diperbincangkan di berbagai forum ilmiah, kebijakan dan media. Ada lima komponen dasar yang merupakan pemicu wildlife crime, yaitu satwa liar (wildlife), pelanggaran dan/atau kejahatan (offence), komoditas perdagangan satwa liar (commodity), 2 Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap

  Hutan hasil Hutan dan satwa (Jakarta: PT Glora

  tingkatan-tingkatan perdagangan (level

  of trade ), dan nilai perdagangan (value).

  Begitu pula di Lampung, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung terus menggagalkan penyelundupan satwa liar yang langka dan dilindungi oleh negara di areal Seaport Interdiction Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan sekitar pukul 00.30 WIB pada hari Rabu 14 september 2016.

  Penyelamatan hewan dari perdagangan ilegal itu didapati dari operasi razia yang digelar petugas Balai Karantina Pertanian Bandar Lampung. Dalam operasi tersebut, didapati hewan langka berupa 6 ekor macan akar, 2 ekor elang brontok, dan 15 ekor musang yang tersimpan di dalam keranjang putih dan diangkut menggunakan bus angkutan dengan tujuan Palembang, Sumatera Selatan, Tasikmalaya, dan Jawa Barat, sekitar pukul 23.00 WIB, hari Selasa 13 September 2016. Selanjutnya, petugas kembali mendapatkan 4 kardus yang berisi 129 ekor burung dari berbagai jenis yang tidak memiliki surat izin dan tidak disertai dokumen resmi dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) asal pengiriman dari bus Ranau Indah jurusan Palembang, Sumatera Selatan-Jakarta, sekitar pukul

2 Perilaku manusia ini yang dapat

  00.30 WIB. Ratusan burung itu terdiri dari Burung sutra 63 ekor, burung ais 3 ekor, burung batu, 13 ekor, burung lekek 1 ekor, burung siri 3 ekor, burung gonggong 4 ekor, burung punai 1 ekor, burung cabe 3 ekor, burung batik 12 ekor, kutilang emas 20 ekor, burung lukai

  6 ekor. Atas penggagalan penyelundupan itu, seluruh satwa akan dirawat terlebih dahulu di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

  3 3 Sebagaimana contoh kasus lain penyelundupan satwa liar yang dilindungi kembali lagi terjadi. Belasan ekor ikan arwana berhasil digagalkan Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Bakauheni, Lampung Selatan (Lamsel) saat melintas di Seport Bakauheni Lamsel. Kepala KSKP Bakauheni Lamsel, IPTU Nawardin mengatakan, penggagalan penyelundupan ikan arwana tersebut terjadi pada hari Sabtu (5/11) sekitar pukul 22.00WIB. Dimana, saat aparat melakukan razia rutin di Seport Interdiction (SI) Bakauheni Lamsel, sebuah kendaraan ekspedisi Eka Sari Lorena (ESL) nopol B 9666 LR melintas dan dilakukan pemeriksaan, didalamnya terdapat ikan arwana sebanyak 6 koli, berisi 19 ekor yang akan di kirim ke pulau jawa. Ikan-ikan tersebut tidak disertai dengan dokumen pengiriman. Ikan-ikan tersebut berasal dari Pekanbaru, Riau akan dibawa ke Jakarta dan selanjutnya dibawa ke Surabaya. Jenis arwana tersebut yakni golden red dan super red yang termasuk hewan dilindungi. Dimana, ikan arwana itu jika di pasaran dapat mencapai harga Rp 1 juta dan beberapa bernilai di atas Rp 3 juta.

  17 Tahun 2006 yakni Pasal 102A Undang-Undang Atas Undang-Undang Kepabeanan, setiap orang yang : 1.

  Mengekspor barang tanpa menyerahakan pemberitahuan kepabean.

  2. Dengan sengaja pemberithauan jenis dan/atau jumlah barang ekspor dalam pemberitahuan pabean secara salah sebagaimana dimaksud dalam 4

  http://www.haluanlampung.com/index.php/ berita-utama/14115-penyelundupan-ikan-

  Pasal

  11A ayat (1) yang mengakibatkan tidak terpenuhinya pungutan Negara dibidang ekspor; 3. Memuat barang ekspor diluar kawasan pabean tanpa izin kepala kantor pabean sebagaimana dimaksud dalam pasal 11A ayat (3); 4. Membongkar barang ekspor didalam daerah pabean tanpa izin kepala kantor pabean;

  5. Mengangkut barang ekspor tanpa dilindungi dengan dokumen yang sah sesuai dengan pemberitahuan dalam pasal 9A ayat (1);

  Dipidanakan karena melakukan penyelundupan dibidang ekspor dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.50.000.000.00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.5.000.000.000.00 (lima miliar rupiah).

  5 Berdasarkan uraian diatas undang-

  undang tersebut memiliki hubungan yang signifikan terhadap penyelundupan satwa liar yang dilindungi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi tentang “Analisis Kriminologis Terhadap Penyelundupan Satwa Liar yang dilindungi”.

4 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka persoalan yang akan dibahas dalam penulisan ini yaitu : a.

  Apakah faktor penyebab terjadinya penyelundupan satwa liar yang dilindungi? b. Bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap 5 Yudi Wibowo, Tindak pidana Penyelundupan

  di Indonesia , (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), penyelundupan satwa liar yang dilindungi? Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normative dan yuridis empiris. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Penentuan sampel menggunakan metode purposive

  sampling. Data yang terkumpul

  kemudian diproses melalui pengolahan dan pengkajian data dengan cara editing, kalsifikasi data, sitemasi data, dan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif.

  Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan bahwa keseluruhan narasumber yang menyatakan bahwa faktor yang sering menjadi penyebab terjadinya kejahatan penyelundupan satwa liar yang dilindungi adalah faktor ekonomi, penegakan hukum, faktor lingkungan yang tidak baik, dan kurangnya kontrol sosial dari keluarga dan lingkungan masyarakat. Selain dari pada ke empat faktor diatas menulis penulis dalam kejahatan ini terdapat salah satu faktor lainnya yang menjadi pennyebab dan bahwa mengakibatkan meningkatnya kejahatan penyelundupan satwa liar yang dilindungi ini adalah akibat dari sistem hukum di Indonesia yang tidak atau belum dijalankan dengan baik dan benar oleh semua pihak yang terkait dengan perlindungan terhadap satwa-satwa liar tersebut sehingga kontrol dari pemerintah belum maksimal dan memadai yang mana hal ini merupakan bagian dari pada bentuk kontrol sosial.

  Berdasarkan keseluruhan hal diatas bahwa, pada intinya banyak sekali faktor-faktor yang menjadi penyebab dalam penyelundupan satwa liar yang dilindungi yang mana faktor-faktor tersebut muncul berbeda-beda setiap individunya dan berdasarkan pada kondisi yang dialami oleh para pelaku kejahatan tersebut. Secara garis besar bahwa terdapat faktor penyebab terjadinya penyelundupan satwa liar yang dilindungi yaitu faktor ekonomi, penegakan hukum, faktor lingkungan yang tidak baik, dan kurangnya kontrol sosial dari keluarga dan lingkungan masyarakat, serta belum maksimalnya kontrol dari pemerintah dalam melakukan perlindungan bagi satwa- satwa liar dilindungi tersebut. Pertama, faktor ekonomi adalah faktor yang sangat memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, hal ini dikarenakan manusia memiliki kebutuhan (sandang, pangan, papan) yang harus dipenuhi setiap hari. Pemenuhan kebutuhan internal adalah faktor ekonomi, penegakan hukum dan faktor lingkungan yang tidak baik, dan kurangnya kontrol sosial dari keluarga dan lingkungan masyarakat. Selain dari pada keempat faktor diatas menurut penulis dalam kejahatan penyelundupan ini terdapat salah satu faktor lainnya yang menjadi penyebab dan bahwa mengakibatkan meningkatnya penyelundupan satwa liar yang dilindungi ini adalah akibat dari sistem hukum di Indonesia yang tidak atau belum dijalankan dengan baik dan benar oleh semua pihak yang terkait dengan perlindungan terhadap satwa-satwa liar yang dilindungi tersebut sehingga kontrol dari pemerintah belum maksimal dan memadai yang mana hal ini merupakan bagian daripada bentuk dari kontrol sosial.

II. PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Terjadinya Penyelundupan Satwa Liar yang Dilindungi

  Berdasarkan keseluruhan hal diatas bahwa, pada intinya banyak sekali faktor-faktor yang menjadi penyebab dalam penyelundupan satwa liar yang dilindungi yang mana faktor-faktor tesebut muncul berbeda-beda setiap individunya dan berdasarkan pada kondisi yang dialami oleh para pelaku kejahatan tersebut. secara garis besar bahwa terdapat faktor penyebab terjadinya penyelundupan satwa liar yang dilindungi, yaitu faktor ekonomi, faktor penegakan hukum, faktor lingkungan masyarakat yang tidak baik, dan kurangnya kontrol sosial dari keluarga dan lingkungan masyarakat, serta belum maksimalnya kontrol dari pemerintah dalam melakukan perlindugnan bagi satwa-satwa dilindungi tersebut.

  Pertama, faktor ekonomi dan faktor yang sangat memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, hal ini dikarenakan manusia memiliki kebutuhan (sandang, pangan, papan) yang harus dipenuhi setiap hari. Pemenuhan kebutuhan inilah yang dijadikan alasan para pelaku kejahatan. Terjadinya kejahatan penyelundupan satwa liar yang dilindungi ini dikarenakan oleh faktor ekonomi dari pelaku yang masih tergolong rendah sedangkan kebutuhannya yang mendesak untuk terpenuhi. Tekanan atau desakan seperti itulah yang menyebabkan pelaku melakukan kejahatan yang merupakan jalan pintas untuk memenuhi kebutuhannya.

  Ketidakseimbangan inilah yang menjadi faktor bagi setiap orang mencari alternatif pekerjaan agar mendapatkan uang yang lebih banyak lagi sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi ekonomi yang rendah mengakibatkan atau membuat pelaku mengenai dampak dari pada perbuatan yang dilakukan, mereka hanya memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan uang secara cepat dan banyak, tanpa memikirkan akibat perbuatannya yang dapat secara langsung membuat kondisi ekosistem menjadi rusak serta dapat punahnya satwa-satwa tertentu tersebut. Kedua, faktor penegakan hukum, yakni masih kurangnya kerjasama antar aparat yang memiliki kewenangan sehingga memberikan celah bagi para pelaku untuk melakukan penyelundupan satwa liar yang dilindungi tersebut dan masih ditemukan adanya oknum atau aparat yang bermain dalam industri penjualan satwa liar yang dilindungi tersebut baik dari perijinan penangkapan atau yang lainnya. Ketiga, faktor kurangnya kontrol sosial dari keluarga, masyrakat, dan pemerintah. kontrol dari pihak keluarga dan masyrakat menjadi suatu komponen yang harusnya berjalan dengan baik. Kontrol yang dilakukan oleh keluarga dan masyarakat tersebut seharusnya dapat menjadi faktor utama dalam emlakukan upaya penanggulangan yang bersifat preventif. Hal tersebut diperparah dengan pemerintah yang belum maksimal dengan melakukan perlindungan bagi satwa-satwa liar yang dilindungi. Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam pemerintah itu sendiri, diaman pemerintah kurang maksimal dalam melakukan proses perlindungan bagi satwa-satwa liar yang dilindungi, baik dalam bentuk pencegahan maupun dalam bentuk penegakan hukum pidana bagi para pelaku penyelundupan satwa liar yang dilindungi. Sebaiknya pemerintah bertindak dengan maksimal dan konsisten dalam melakukan proses dilindungi, baik dilakukan dengan menggunakan upaya-upaya preventif maupun dalam upaya represif, sehingga dapat menghilangkan atau meminimalisir terjadinya penyelundupan satwa liar yang dilindungi. Keempat faktor lingkungan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kejahatan. Hal tersebut sangat mempengaruhi pula terjadinya penyelundupan satwa liar yang dilindungi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain, memberikan kesempatan untuk melakukan kejahatan, lingkuangan dan pergaulan yang memberi contoh dan teladan yang tidak atau kurang baik, dan lingkungan ekonomi, kemiskinan dan kesengsaraan sehingga menyebabkan terjadinya kejahatan tersebut.

  Berdasarkan keempat faktor diatas, bahwa penulis mengklasifikasikan faktor-faktor lainnya yang mana menjadi penyebab penyelundupan satwa liar yang dilindungi, yaitu:

  1. Faktor Masyarakat Faktor masyarakat itu sendiri juga merupakan faktor yang cukup besar terjadinya penyelundupan satwa liar yang dilindungi. Masyarakat cenderung tidak memikirkan dampak yang akan terjadi dikemudian hari, tanpa disadari jika semakin banyak pelaku memperniagakan satwa-satwa liar yang dilindungi akan merusak rantai makanan kehidupan jika satwa-sartwa terus diburu hingga habis maka rantai makanan akan rusak dan membuat satwa-satwa kecil yang dianggap hama oleh masyarakat akan berkembang biak dengan pesat dan merusak ekosistem serta perkebunan masyarakat itu sendiri dan menimbulkan kerugian yang besar.

  2. Faktor Ketidaktahuan Masyarakat Faktor ketidaktahuan masyarakatpun yang menjadi penyebab terjadinya penyelundupan satwa liar yang dilindungi. Kurangnya sosialisaisi/ penyuluhan kepada masyarakat inilah yang menyebabkan kejahatan ini terjadi.

  Padahal perbuatan penjualan satwa liar yang dilindungi melawan hukum sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Undang-Undang Nomor

  17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan. Hal tersebutlah terkadang menjadi faktor ketidaktahuan masyarakat terhadapa perbuatannya tersebut, mengenai jenis-jenis satwa yang dilindungi atau tidak dilindungi, sehingga pemerintah perlu mengadakan sosialisasi agar masyarakat mengetahui satwa liar yang dilindungi yang terdapat dalam Undang-Undang.

  3. Faktor Nilai Jual yang Tinggi Satwa-satwa liar yang dilindungi rata- rata memiliki nilai jual yang sangat tinggi, karena kelangkaannya. Oleh karena itu banyak sekali orang-orang yang melakukan suatu kejahatan tersebut, karena biasanya permintaan terhadap pembelian satwa-satwa tersebut jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah satwa-satwa langka yang tersedia atau diperjual belikan secara ilegal.

  4. Faktor Hobi Faktor hobi merupakan salah satu faktor yang tidak terbantahkan menyebabkan terjadinya penyelundupan satwa-satwa liar yang dilindungi. Khususnya bagi para kolektor-kolektor satwa yang dapat dengan mudahnya, yang mana mereka dapat menghalalkan segala cara demi mendapatkan satwa yang mereka inginkan dan tentunya dengan harga cara diselundupkan oleh si penjual diluar kota untuk mengelabui petugas.

  5. Kurang Optimalnya Proses Penjatuhan Sanksi Pidana Penjualan hewan yang dilindungi adalah perbuatan yang bertentangan dengan

  Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Nomor

  5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Berdasarkan Undang-undang ini pelakunya dapat dijerat hukuman penjara maksimal 5 (lima) tahun penjara dan dikenakan denda Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). Berdasarkan ketentuan tersebut bahwa ancaman pidana penjara selama lima tahun ternyata tidak juga dapat menyurutkan perbuatan dari pada para pelaku kejahatan tersebut. Hal tersebut dalam praktiknya banyak sekali pelaku- pelaku yang hanya dijatuhi hukuman yang terkategori ringan jika mengacu kepada ancaman maksimal yang dapat diberikan kepada para pelaku, yang mana hal tersebut dikhawatirkan tidak dapat menimbulkan suatu efek jera bagi para pelaku kejahatan tersebut.

  Terdapat beberapa cara yang digunakan dalam melakukan penanggulangan kejahatan, yaitu: 1.

  Penerapan hukum pidana (criminal

  law application ) 2.

  Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment) 3. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media masa (influencing views of society on crime and punishment/mass media.

  6 6 Barda Nawawi Arif, Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, (Jakarta:

  Berdasarkan teori penanggulangan kejahatan dapat menjadi dasar untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang akan dibahas. Marc Ancel

  7

  menyatakan bahwa kebijakan kriminal (criminal policy) adalah suatu usaha yang rasional dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. Secara garis besar kebijakan kriminal ini dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu upaya penal yang merupakan upaya penanggulangan kejahatan yang lebih menitikberatkan pada upaya-upaya yang sifatnya repressive (penindasan/ pemberantasan/penumpasan) dengan menggunakan sarana penal (hukum penal), dan sarana non penal yang merupakan upaya penanggulangan kejahatan yang lebih menitik beratkan pada upaya-upaya yang sifatnya

  preventive (pencegahan/ penangkalan/

  pengendalian) sebelum kejahatan terjadi. Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk bidang kebijakan criminal. Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan luas, yaitu kebijakan sosial yang terdiri dari kebijakan atau upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial dan kebijakan upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat. Dengan demikian, sekitarnnya kebijakan-kebijakan hukum pidana khususnya pada tahap yudikatif/aplikatif harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya tujuan dari kebijakan sosial itu, berupa kesejahteraan sosial dan kebijakan untuk perlindungan masyarakat. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus menunjang tujuan kesejahteraan masyarakat dan perlindungan masyarakat, namun aspek

B. Upaya Penanggulangan Terhadap Penyelundupan Satwa Liar Yang Dilindungi

  yang sangat penting adalah aspek kesejahteraan/perlindungan masyarakat yang bersifat immaterial, terutama nilai kepercayaan, kebenaran/kejujuran/keadilan. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus dilakukan dengan pendekatan integral ada keseimbangan sarana penal dan non penal. Dilihat dari sudut politik kriminal, kebijakan paling strategis melalui sarana nonpenal karna lebih bersifat preventif dan karena kebijakan penal mempunyai keterbatasan/kelemahan yaitu bersifat fragmatis/tidak struktural fungsional dan harus didukung oleh infrastruktur biaya yang tinggi.

  Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden yaitu Karit,

  8

  dapat diketahui bahwa upaya yang dilakukan pihak BKSDA dalam hal penanggulangan terhadap penyelundupan satwa liar yang dilindungi adalah:

  a. Upaya preventif yaitu pendekatan kepada masyarakat yaitu memberitahukan kepada masyarakat bahwa memelihara, memiliki dan memperjualbelikan satwa atau bagian tubuh satwa yang dilindungi adalah tidak diperbolehkan.

  b. penyuluhan hukum dari pihak penyidik agar masyarakat mengetahui perbuatan penyelundupan satwa liar yang dilindungi adalah perbuatan yang melanggar hukum.

  c. memberikan pengarahan kepada masyarakat terutama generasi muda bahwa keberadaan satwa-satwa kita perlu dan penting adanya.

  Penanggulanan terhadap penyelundupan satwa liar yang dilindungi akan lebih dikedepankan upaya-upaya non penal, 8 Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 09 yaitu satu upaya yang bersikat preventif, yaitu pencegahan. Terhadap upaya- upaya preventif ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dilkakukan dengan langkah-langkah internal dan eksternal.

  1. Tindakan Preventif dengan Cara Non Penal Artinya mengupayakan melakukan pencegahan oleh masyarakat luas, antara lain dengan cara penyuluhan ke sekolah-sekolah atau ke masyarakat dan ke daerah-daerah agar masyarakat tahu dan memahami bahwa terdapat satwa- satwa dilindungi oleh pemerintah.

  2. Tindakan Represif dengan Cara Penal Artinya tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadi kejahatan atau tindak pidana lain dengan cara menegakan hukum sesuai Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya ALam Hayati, Ekosistemnya serta Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabean dan Undang-Undang Nomor

  16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Puji Hartono

  9

  , upaya penanggulangan yang dapat dilakukan terkait penyelundupan satwa liar yang dilindungi yaitu:

  1. Memberikan pemahaman yang baik terhadap masyarakat terkait akibat- akibat hukum yang dapat timbul apabila melakukann kejahatan, terutama kejahatan penyelundupan satwa liar yang dilindungi.

  2. Memberikan pemahaman tentang perilaku negatif kejahatan penyelundupan satwa liar yang dilindungi dari sudut pandang pelestarian satwa-satwa. Disini peran 9 Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 08

  mei 2017 di Balai Karantina Pertanian Kelas 1A instansi-instani terkait sangat yang berlatarbelakang faktor diperlukan untuk memberikan ekonomi. pemahaman kepada masyarakat luas

  b) Upaya penal adalah yang bersifat bahwa pentingnya kelestarian satwa- penghukuman yang bertujuan untuk satwa tersebut. memberikan efek jera kepada

  3. Menjelaskan tentang adanya sanksi pelaku sehingga pelaku menyadari yang diatur dalam Undang-Undang kesalahan dan tidak akan Nomor 5 Tahun 1990 tentang mengulanginya dikemudian hari Konservasi Sumber Daya Alam serta memberikan contoh kepada Hayati dan Ekosistemnya, Undang- masyarakat agar tidak meniru Undang Nomor 17 Tahun 2006 perilaku tersebut yang dapat tentang Kepabean, dan Undang- dirugikan orang lain bahkan diri Undang Nomor 16 Tahun 1992 pelaku itu sendiri. tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Ketiga Undang-Undang Kemudian berdasarkan hasil dari ini telah menjelaskan secara khusus wawancara yang dilakukan terhadap

  11

  hukuman yang akan didapat para responden yaitu Arie Apraja , dapat pelaku penyelundupan satwa liar diketahui bahwa upaya yang dapat yang dilindungi. dilakukan untuk menanggulangi kejahatan penyelundupan satwa liar

  Berdasarkan hasil wawancara yang yang dilindungi yaitu: dilakukan terhadap responden Erna a. Dengan cara non penal mengadakan

10 Dewi , dapat diketahui bahwa upaya penyuluhan kepada masyarakat

  yang dapat dilakukan untuk tentang hukum dan pentingnya menanggulangi kejahatan kelangsungan hidup satwa-satwa penyelundupan satwa liar yang yang dilindungi, kemudian dapat dilindungi adalah upaya penal dan juga dilakukan pemberian peringatan upaya non penal. kepada pelaku.

  a) Upaya non penal adalah upaya yang

  b. Memberikan pengarahan kepada ditunjukan untuk mencegah masyarakat luas pentingnya untuk terjadinya penyelundupan satwa liar menjaga kelestarian alam agar satwa- yang dilindungi, bentuk penegahan satwa tersebut populasinya tetep tersebut adalah: terjaga dan tidak mengalami

  1. Penyuluhan hukum sehingga kepunahan karna sangat penting masyarakat mengetahui kerjasama antar masyarakat karena pengetahuan tentang hukum. dengan menyerahkan semua kepada

  2. Peningkatan kualitas sumber daya aparat tanpa pengarahan kepada manusia agar mannusia dapat masyarakat maka tetap akan sulit dan berfikir bahwa perbuatan- kasus seperti ini akan terulang terus perbuatan yang menjurus menerus apabila tak ada kesadaran kekejahatan tidak lagi mereka sendiri dari masyarakat. perbuat.

  3. Peningkatan tingkat kesejahteraan Penjelasan keempatan narasumber masyarakat sehingga tidak ada semua menyatakan upaya non penal 10 lagi kejahatan yang dilakukan dikarenakan upaya pencegahan lebih 11 Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 25 Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 15

  

mei 2017 di Fakultas Hukum Universitas mei 2017 di Kepolisian Sektor Kawasan penting dari pada sudah terjadinya kejahatan kemudian baru dilakukannya upaya-upaya untuk penanggulangan kejahatan. Upaya-upaya secara non

  penal dapat ditempuh dengan cara

  penyuluhan tentang hukum dimasyara- kat karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hukum serta memberikan penjelasan kepada masyarakat bahwa terdapat berbagai macam satwa-satwa liar yang dilindungi oleh undang-undang dan menjelaskan kepada masyarakat dan masyarakat dihimbau untuk menjaga kelestarian alam.

  Uraian-uraian mengenai penanggulang- an terhadap penyelundupan satwa liar yang dilindungi yang telah dipaparkan, penulis berpendapat bahwa upaya- upaya yang dilakuan untuk menanggulangi penyelundupan satwa liar yang dilindungi adalah dengan cara

  preventif dan represif. Kedua upaya

  tersebut seharusnya direncanakan dan dilakukan dengan sebaik dan seoptimal mungkin. Mengedepankan upaya yang bersifat preventif tentu akan lebih membawa pengaruh positif terhadap usaha pencegaan kejahatan penjualan satwa liar yang dilindungi, karena upaya

  preventif akan jauh lebih efisien

  dibandingkan upaya-upaya yang dilakukan ketika suda terjadi suatu tindak kejahatan. Tetapi terhadap upaya-upaya represif pula tidak bisa dikesampingkan begitu saja, karena langkah ini pula sangat penting dalam mempengaruhi proses penanggulangan kejahatan, sehingga dalam apabila langkah-langkah preventif tidak dapat berfungsi optimal dan masih terjadi kejahatan tersebut, pada tahap inilah upaya harus dilakukan dengan baik dan seoptimal mungkin, sehingga dapat menjadi suatu efek jera bagi para pelaku yang melakukan kejahatan

  III. PENUTUP

  A. Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut:

  1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab dalam terjadinya penyelundupan satwa liar yang dilindungi yaitu, faktor ekonomi, faktor penegakan hukum, faktor lingkungan yang tidak baik, dan faktor kurangnya kontrol sosial dari keluarga dan lingkungan masyarakat, serta belum maksimalnya kontrol sosial dari keluarga dan lingkungan masyarakat, serta belum maksimalnya kontrol dari pemerintah dalam melakukan perlindungan bagi satwa-satwa liar yang dilindungi tersebut, faktor masyarakat, faktor ketidaktahuan masyarakat, faktor nilai jual yang tinggi, faktor hobi, dan faktor kurang optimalnya proses penjatuhan sanksi pidana, namun faktor yang sering menjadi penyebab penyelundupan satwa liar yang dilindungi adalah faktor ekonomi, faktor penegakan hukum, faktor lingkungan yang tidak baik dan faktor kurangnya kontrol sosial dari keluarga dan masyarakat.

  2. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi penyelundupan satwa liar yang dilindungi adalah dengan cara preventif dan represif. Kedua upaya tersebut seharusnya direncanakan dan dilkaukan dengan sebaik dan seoptimal mungkin. Mengedepankan upaya yang bersifat

  preventif tentu akan lebih membawa

  pengaruh positif terhadap usaha pencegahan penyelundupan satwa liar yang dilindungi, karena upaya

  preventif akan jauh lebih efisien

  dibandingkan uapaya-upaya yang tindak kejahatan. Tetapi terhadapa intansi tersebut Dinas Perhubungan, upaya-upaya represif pula tidak bisa beacukai dan masyarakatpun harus dikesampingkan begitu saja, karena ikut andil dalam menekan jumlah langkah ini sangat penting dalam tindak pidana penyelundupan karena mempengaruhi proses berbagai motif atau cara para pelaku penanggulangan kejahatan, sehingga untuk melakukan kejahatan. Dinas apabila langkah-langkah preventif Perhubungan dan beacukai disini tidak dapat berfungsi optimal dan diperlukan kerjasamanya karena masih terjadi kejahatan tersebut, kasus penyelundupan itu sendiri erat pada tahap inilah upaya ini harus kaitanya dengan perhubungan, guna dilakukan dengan sebaik dan memperketat jalur perdagangannya seoptimal mungkin, sehingga dapat itu sendiri baik itu jalur antar area menjadi suatu efek jera bagi para maupun luar area dan masyarakatpun pelaku yang melakukan kejahatan harus ikut andil karena apabila penyelundupan satwa liar yang menemukan atau menemui dilindungi. kepemilikan satwa liar yang dilindungi tersebut agar segera

B. Saran melaporkan kepada petugas yang Berdasarkan kesimpulan diatas maka berwenang.

  penulis menyarankan:

  1. Pemerintah sebaiknya meningkatkan DAFTAR PUSTAKA kesejahteraan masyarakat agar tidak terjadi lagi penyelundupan satwa liar Arif, Barda Nawawi. 1998. Kebijakan yang dilindungi dengan latar Penegakan dan Pengembangan belakang faktor ekonomi, agar tidak Hukum Pidana. Jakarta: Kencana. terjadi kesenjangan dimasyarakat

  Marpaung, Leden. 1995. Tindak Pidana karna faktor ekonomi dan faktor

  Terhadap Hutan hasil Hutan dan

  ketidak tahuan masyarakat yang

  satwa (Jakarta: PT Glora Aksara

  menjadi faktor paling dominan, Prata. sebaiknya pemerintah terus mengkampanyekan kepada seluruh

  Wibowo, Yudi. 2013. Tindak pidana masyarakat tentang pentingnya

  Penyelundupan di Indonesia .

  menjaga kelestarian alam agar flora Jakarta: Sinar Grafika dan fauna Indonesia tetap utuh dan tidak mengalami kepunahan karena http://www.haluanlampung.com/index.p satwa yang saat ini dikategorikan hp/berita-utama/14115- banyak dihabitatnya apabila penyelundupan-ikan-arwana- perburuan, penjualan, penyelundupan digagalkan dan berbagai motif kajahatan lain terus berlangsung tanpa perhatian serius dari pemerintah maka alam

   akan terus menerus mengalami kerusakan baik flora maupun fauna. http://www.wwf.or.id/berita_fakta/blog/

  2. Agar lebih menekan jumlah tindak index.cfm?uGlobalSearch=cites+di pidana penyelundupan tersebut harus

  • indonesia&uGlobalLang=id ada kerjasama antar intansi selain BKSDA, Kepolisian, dan Balai No. HP : 082280153315

Dokumen yang terkait

ABSTRACT THE POLICE ROLE IN THE ERADICATION OF CRIMINAL ACT ONLINE PROSTITUTION BY HIGH SCHOOL STUDENTS IN BANDAR LAMPUNG (Study at Bandar Lampung Police) By Tutut Wuri Hastuti

0 0 16

ABSTRACT CRIMINALOGICAL ANALYSIS CRIMINAL ACT OF ABUSE UNDERTAKEN A FATHER TO BOY BLADDER by Riska Putri Mulya, Firganefi, Eko Raharjo Email : riskaputrimulyagmail.com

0 0 13

ABSTRACT THE EFFORTS OF CUSTOMS PORT OF PANJANG IN PREVENTING DRUG SMUGGLING By ANNISA DRAHIKA

0 1 15

ABSTRACT THE IMPLEMENTATION OF RIGHTS FOR VICTIMS OF WRONG ARRESTS BASED ON GOVERNMENT REGULATION NUMBER 922015 By Yosef Caroland, Eko Raharjo, Gunawan Jatmiko

0 0 13

ABSTRACT A CRIMINOLOGICAL ANALYSIS ON SEXUAL DEVIATION OF SAME SEX AMONG FEMALE PRISONERS AT CORRECTIONAL FACILITY FOR WOMEN CLASS II A WAYHUI SOUTH LAMPUNG By Muhammad Guntur Hartotrisno, Sunarto, Budi Rizki Husin

0 0 12

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH OKNUM LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) (Studi Kasus Putusan Nomor : 50/Pid./2015/PT.TJK)

0 0 11

ABSTRACT THE PROOF OF EVIDENCE OF EXPERT TESTIMONY AND STATEMENT LETTER FROM THE AUTHORIZED INSTITUTIONS IN THE CALCULATION OF STATE LOSSES IN CORRUPTION CRIME By M.Ihkwan Husain, Eddy Rifai, Gunawan Jatmiko Email : m.ihkwanhusaingmail.com

0 0 12

ANALISIS YURIDIS PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI SMS (Short Message Service) (Analisis Putusan No : 59Pid.B2015PN.Sdn) (Jurnal)

0 0 17

ABSTRACT THE IMPLEMENTATION OF CRIME INVESTIGATION AGAINST HOMICIDE COMMITTED BY HUSBAND TO HIS WIFE (A Study At Tulang Bawang Resort Police) By Hadi Yansyah Akil, Eko Raharjo, Damanhuri Warganegara Email :hadi.yansyah94gmail.com

0 0 12

ABSTRACT A CRIMINOLOGICAL ANALYSIS ON SEXUAL DEVIATION OF SAME SEX AMONG FEMALE PRISONERS AT CORRECTIONAL FACILITY FOR WOMEN CLASS II A WAYHUI SOUTH LAMPUNG By Muhammad Guntur Hartotrisno, Sunarto, Budi Rizki Husin Email : mgunturhgmail.com

0 0 12