ABSTRACT THE IMPLEMENTATION OF CRIME INVESTIGATION AGAINST HOMICIDE COMMITTED BY HUSBAND TO HIS WIFE (A Study At Tulang Bawang Resort Police) By Hadi Yansyah Akil, Eko Raharjo, Damanhuri Warganegara Email :hadi.yansyah94gmail.com

  PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN OLEH SUAMI TERHADAP ISTRI (Studi Kasus di Polres Tulang Bawang) (Skripsi) Oleh Hadi Yansyah Akil 1212011137

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2017

  

ABSTRAK

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA

PEMBUNUHAN OLEH SUAMI TERHADAP ISTRI

(Studi Polres Tulang Bawang)

Oleh

  

Hadi Yansyah Akil, Eko Raharjo, Damanhuri Warganegara

Email :hadi.yansyah94@gmail.com

Pembunuhan dalam rumah tangga merupakan fenomena yangterjadi dalam sebuah

komunitas sosial yaitu keluarga dimana pada umumnya dilakukan oleh seorang suami

kepada anggota keluarganya yaitu isteri dan juga anak. Sebagai upaya hukum dari

tindak pidana pembunuhan dalam rumah tangga, maka tidak terlepas dari pelaksanaan

penyidikan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Dalam skripsi ini akan

dibahas beberapa masalahyakni:(1) Bagaimanakah pelaksanaan penyidikan terhadap

tindak pidana pembunuhan oleh suami terhadap istri (Studi di Polres Tulang

Bawang)? (2) Apakah faktor-faktor penghambat pelaksanaan penyidikan terhadap

tindak pidana pembunuhan oleh suami terhadap istri? Metode penelitian yang

digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan

yuridis empiris. Narasumber penelitian terdiri dari Kepolisian Resort Tulang Bawang

dan Kejaksaan Negeri Tulang Bawang. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan

studi pustaka dan studi lapangan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka

dapat disimpulkan bahwa (1) Pelaksanaan penyidikan tindak pidana pembunuhan

dalam rumah tangga oleh suami terhadap istri yaitu: Pemeriksaan di tempat kejadian;

Pemanggilan atau penangkapan tersangka; Penahanan sementara; Penyitaan;

Pemeriksaan; Pembuatan Berita Acara; Pelimpahan perkara kepada penuntut umum

untuk dilakukan tindakan hukum lebih lanjut sesuai dengan hukum yang berlaku.(2)

Faktor-faktor penghambat pelaksanaan penyidikan tindak pidana pembunuhan dalam

rumah tangga oleh suami terhadap istri adalah faktor substansi hukum, faktor aparat

penegak hukum, faktor sarana dan prasarana, faktor masyarakat, dan faktor budaya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka saran penulis adalah (1)

Hendaknya bagi penyidik khususnya aparat kepolisian sebagai pelindung, pengayom,

penjaga tertib masyarakat harus benar-benar profesional dalam melakukan penyidikan

dalam pelaksaan penyidikan terhadap tindak pidana pembunuhan oleh suami terhadap

istri. (2) Hendaknya jumlah penyidik lebih ditingkatkan serta perlu peningkatan

secara kualitas sumber daya manusia, kemudian profesionalisme penyidik

dalamtaktik dan teknik penyidikan guna mengungkap tindak pidana kekerasan dalam

rumah tangga lebih dioptimalisasikan lagi. Kata Kunci : Penyidikan, Tindak Pidana, Pembunuhan.

  

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF CRIME INVESTIGATION AGAINST

HOMICIDE COMMITTED BY HUSBAND TO HIS WIFE

(A Study At Tulang Bawang Resort Police)

By

  

Hadi Yansyah Akil, Eko Raharjo, Damanhuri Warganegara

Email :hadi.yansyah94@gmail.com

  Homicide is a phenomenon that occurs in one social community, that is in families and generally committed by a husband to his family members, e.g. wife and children. The legal effort against domestic murder crime cannot be separated from the conduct of investigations by law enforcement officers. The problems in this research are formulated as follows: (1) How is the implementation of the investigation against murder case committed by husband to his wife? (A Study at Tulang Bawang Resort Police) (2) What are the inhibiting factors in the investigation against the murder case committed by husband to his wife? This research used normative and empirical approaches. The source persons of the research consisted of Tulang Bawang Resort Police and Tulang Bawang District Attorney. The data collection procedure was carried out through literature study and field study. Based on the results and discussion of the research, it can be concluded that (1) The implementation of the investigation against domestic murder committed by husband to his wife, included: examining the crime scene; calling or arresting the suspect; temporary detention; foreclosure; examination; making the official report; addressing the case to the prosecutor for further legal action in accordance with applicable law. (2) Among the inhibiting factors in the implementation of the investigation against domestic murder committed by husband to his wife were: the factor of law substance, the factor of law enforcement officers, the factor of facilities and the infrastructures, community factor, and cultural factor. Based on the results of the research, the author suggested that (1) It is expected that all investigators, especially the police officers as a protector, guard, public order guard of the society must perform the work professionally during the investigation of murder crime committed by husband to his wife. (2) It is necessary to increase the number of investigators and to improve the quality of human resources, and also to optimize the investigator professionalism in the tactics and techniques of investigation in order to reveal more domestic violences. Keywords: Investigation, Crime, Murder

I. PENDAHULUAN

  Latar belakang terjadi pembunuhan di Indonesia sangat bervariasi. Pengertian pembunuhanadalah sebuah perbuatan kriminal yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, saat ini banyak terjadi pembunuhan di berbagai daerah Indonesia. Hal ini selain dipengaruhi motif atau latar brlakang dari sang pelaku,juga merupakan gambaran merosotnya moral bangsa ini. Kemerosotan moral, himpitan ekonomi, ketidaksabaran dan kebencian adalah beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pembunuhan. Begitu mudahnya sesorang menghilangkan nyawa orang lain ini patut diteliti penyebabnya. Kerasnya kehidupan dan rapuhnya pendidikan agamamungkin juga menjadi faktor begitu mudahnya seseorang menghilangkan nyawa orang lain.

  “kemiskinan menimbulkan kejahatan dan pemberontakan. Kejahatan yang besar tidak diperbuat untuk memperoleh apa yang perlu untuk hidup, tetapi untuk kemewahan”. Berbicara mengenai kejahatan khususnya pembunuhan, dahulu orang membunuh dengan cara yang sederhana sehingga mudah terungkap oleh aparat kepolisian. Namun sekarang terjadi peristiwa pembunuhan dengan cara yang berbeda dan cukup sadis, yakni dengan cara keji, tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar dan latar belakang terjadinya pembunuhan di Indonesia ini adalah sakit hati dan kebencian. Ketika seseorang tidak memiliki ilmu agama 1

  . W.A. Gerungan, Dipl, psikologisosial,

  dan pengendalian emosi yang baik, maka ketika muncul rasa sakit hati dapat berujung pada peristiwa pembunuhan pada orang yang dibenci. Maraknya pembunuhan terjadi karena berbagai faktor, baik itu karena kondisi psikis dari seseorang dimana terjadi gangguan terhadap kejiwaan dari seseorang sehingga dapat melakukan tindakan yang dapat digolongkan sebagai tindakan yang tidak manusiawi tersebut, karena faktor ekonomi, karena faktor sosial atau juga karena faktor rumah tangga dari si pelaku. Maraknya tindak pidana pembunuhan sangatlah diperlukan peran dan tugas pihak- pihak yang berwenang diantaranya Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman.

  2 Pembunuhan yang

  dilakukan dengan sengaja dalam bentuk pokok, dimuat dalam Pasal 338 KUHP yang rumusannya adalah ”barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dipidana karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama

1 Aristoteles menyatakan bahwa

  15 tahun” Tiga motif itu masing-masing dilatarbelakangi harta benda atau ekonomi, kekuasaan, dan hubungan sosial. Salah satu motif itu bisa jadi alasan bagi pelaku untuk melakukan pembunuhan. "Malah bisa tiga motif yang terjadi dalam satu kasus pembunuhan," Pembunuhan bisa disebabkan karena hal-hal yang ringan dan spontanitas. Misalnya karena emosi pelaku terpancing sedemikian tinggi sehingga ia gelap mata dan melakukan pembunuhan.

  2 . AdamiChazawi,Kejahatan terhadap tubuh dan nyawa, raja grafindo persada, Jakarta, Maraknya kasus pembunuhan pun seolah membuat harga nyawa terkesan murah. Orang bisa dengan mudah menghilangkan nyawa orang lain. "Kenapa orang (pelaku pembunuhan) begitu murah ? menganggap nyawa itu murah" ucap Yesmil Kriminolog Universitas Padjadjaran. Ia lalu memaparkan sejumlah alasan di balik fenomena itu. "Sebab utama yang saya lihat memang terjadi perubahan signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kondisi itu ditambah dengan globalisasi yang dipicu teknologi informasi yang begitu mudah didapat. Faktor kondisi psikis dari seseorang sehingga dapat melakukan tindakan yang dapat digolongkan sebagai tindakan yang tidak manusiawi tersebut, karena faktor dari sosial faktor ekonomi atau juga karena keadaan rumah tangga pelaku sehingga mengakibatkan terjadi itu ? Kejahatan merupakan suatu istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan bermasyarakat, pada dasarnya istilah kejahatan itu diberikan kepada suatu jenis perbuatan atau tingkah laku manusia tertentu yang dapat dinilai sebagai perbuatan jahat. Perbuatan atau tingkah laku yang dinilai serta mendapat reaksi yang bersifat tidak disukai oleh masyarakat itu, merupakan suatu tindakan yang tidak dibenarkan untuk muncul di tengah- tengah kehidupan masyarakat begitu juga dengan kejahatan pembunuhan.sesuai yang diatur dalam Pasal 338 KUHP yang berbunyi “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dipidana karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun.” Maupun dalam Pasal 340

  KUHP tentang pembunuhan berenc ana yang berbunyi “Barang siapa dengan sengajadan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.” Meningkatnya tindak pidana pembunuhan memerlukan peran dan tugas pihak-pihak yang berwenang diantaranya Kepolisian, Kejaksaan.

  Paling penting adalah tugas Kepolisian khususnya satuan Reserse Kriminal, dalam pengungkapan sebab pembunuhan yang dilakukan pelaku ini membutuhkan kerja keras dari pihak Kepolisian. Kerja sama antara Kepolisian, Kejaksaan dalam menyelesaikan kasus dapat mewujudkan hukum dalam kenyataan, menjamin kepastian hukum, dan keadilan, sehingga memegang peranan penting dalam mewujudukan Negara hukum. Melatar belakangi penulis untuk membahas lebih jauh mengenai motif tindak pidana si pelaku dan bagaimana tinjauan psikologi kriminal dalam meneliti aspek-aspek kejiwaan pelaku serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi pelaku.

  Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum laranganmana disertai ancaman (sanksi) yangberupa pidana tertentu, bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut.

  3 Dampak dari suatu

  kejahatan/pelanggaran adalah pertanggungjawaban pidana, adapun definisi dari pertanggungjawaban 3 Roeslan saleh,perbuatan dan pertanggung

  jawaban pidana.(Jakarta:aksara pidana adalah suatu yang dipertanggungjawabkan secara pidana terhadap seseorang yang melakukan perbuatan pidana atau tindak pidana.

4 Manusia mempunyai

  hak untuk hidup bahkan pelaku tindak pidanapembunuhan pun mempunyai hak untuk hidup. Polisi Tulang Bawang saat ini sedang menangani kasus pembunuhan yang dilakukan seorang suami terhadap istrinya di Kampung Kibang Budijaya. Irwan Santoni alias Misrin tega membunuh istrinya, Eli bin Parmi, hanya gara-gara enggan membuatkan kopi. "Tersangka ini tersinggung karena menyuruh korban Eli membuat kopi, tetapi korban tidak mau. Meski demikian, kata Agoes, polisi berupaya mengungkap motif sesungguhnya yang melatari kasus pembunuhan itu. Menurut keterangan saksi, pasangan suami istri itu sempat beradu mulut. Anak korban yang ketakutan melaporkan pertengkaran orang tuanya itu kepada warga. Jon, salah seorang saksi, saat datang ke rumah itu melihat korban sudah tertelungkup bersimbah darah di belakang rumah, sementara tersangka terlihat berdiri di ruang tengah dengan golok di tangan. Ketika akhirnya polisi dan warga mendatangi lokasi kejadian, mereka menemukan ibu tiga anak itu sudah dalam kondisi tidak bernyawa. Tersangka sendiri tidak melakukan perlawanan ketika diringkus petugas kepolisian. Dari uraian diatas, maka penulis dalam pembuatan skripsi ini mengambil judul

  “Pelaksanaan penyidikan tindak pidana pembunuhan oleh suami terhadap 4 istri (studi kasus di Polres Tulang Bawang )” Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan- permasalahan apa yang dikemukakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana pelaksanaan penyidikan dalam kasus pembunuhan oleh suami terhadap istri di Polres Tulang Bawang? 2. Apa hambatan penyidik dalam mengungkap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh suami terhadap istri di Polres Tulang Bawang?

  Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Narasumber penelitian terdiri dari Kepolisian Resort Tulang Bawang dan Kejaksaan Negeri Tulang Bawang. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan. Setelah data berbentuk kalimat tersusun secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian di interpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan

  II. PEMBAHASAN A. Pelaksanaan penyidikan dalam kasus pembunuhan oleh suami terhadap istri di Polres Tulang Bawang

  Tahap Penyelidikan Seorang penyidik dalam melaksanakan tugasnya memiliki koridor hukum yang harus di patuhi, dan diatur secara formal apa dan bagaimana tata cara pelaksanaan, tugas-tugas dalam penyelidikan. Artinya para penyidik terikat kepada peraturan-peraturan, perundang-undangan, dan ketentuan- ketentuan yang berlaku dalam menjalankan tugasnya. Dalam pelaksanaan proses penyidikan, peluang-peluang untuk melakukan penyimpangan atau penyalagunaan wewenang untuk tujuan tertentu bukan mustahil sangat dimungkinkan terjadi. Karena itulah semua ahli kriminalistik menempatkan etika penyidikan sebagai bagian dari profesionalisme yang harus di miliki oleh seorang penyidik sebagai bagian dari profesionalisme yang harus dimiliki oleh seorang penyidik. Bahkan, apabila etika penyidikan tidak dimiliki oleh seseorang penyidik dalam menjalankan tugas- tugas penyidikan, cenderung akan terjadi tindakan sewenang-wenang petugas yang tentu saja akan menimbulkan persoalan baru. Ruang lingkup penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara-cara yang mengatur dalam undang-undang No 26 tahun 2000 pasal I angka 5. Penyelidik karena kewajibannya mempunyai wewenang menerima laporan, mencari keterangan dan barang bukti, menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri, dan mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

  Berdasarkan ketentuan Pasal 16 Ayat (1) KUHAP, untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintah penyidik dapat melakukan penangkapan. Namun untuk menjamin hak hak asasi tersangka, perintah penangkapan tersebut harus didasarkan pada bukti permulaan Barang Bukti. Penyelidikan yang dilakukan penyelidik dalam hal ini tetap harus menghormati asas praduga tak bersalah (presumption of

  innocence ) sebagaimana di sebutkan

  dalam penjelasan umum butir 3c KUHAP. Penerapan asas ini tidak lain adalah untuk melindungi kepentingan hukum dan hak-hak tersangka dari kesewenang- wenangan kekuasaan para aparat penegak hukum.

  Selanjutnya kesimpulan hasil penyelidikan ini disampaikan kepada penyidik. Apabila didapati tertangkap tangan, tanpa harus menunggu perintah penyidik, penyelidik dapat segara melakukan tindakan yang diperlukan seperti penangkapan, larangan, meninggal- kan tempat, penggeledahan dan penyitaan. Selain itu penyelidik juga dapat meakukan pemerikasaan surat dan penyitaan surat serta mengambil sidik jari dan memotret atau mengambil gambar orang atau kelopmpok yang tertangkap tangan tersebut. Selain itu penyidik juga dapat membawa dang mengahadap- kan oarang atau kelompok tersebut kepada penyidik. Dalam hal ini Pasal 105 KUHAP menyatakan bahwa melaksanakan penyelidikan, penyidikan, penyelidik dikoordinasi, diawasi dan diberi petunjuk oleh penyidik. Tahap Penyidikan.

  Menerima Laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian; menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; melakukan penangkapan, penahanan,penggeledahan dan penyitaan; mengenai sidik jari dan memotret seseorang; memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; mendatang orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; mengadakan penghentian penyidi- kan; mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Penyidikan yang dilakukan tersebut didahului dengan pemberitahuan kepada penutut umum bahwa penyidikan terhadap suatu peristiwa pidana telah mulai dilakukan. Secara formal pemberitahuan tersebut disampaikan melalui mekanisme Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).

  Dari beberapa hal di atas soal penghentian penyidikan dapat kita ketahui bahwa penghentian penyidikan tidak dilakukan dalam hal pelaku tindak pidana ternyata mengalami gangguan kejiwaan. Dengan demikian, hal tersebut semakin menegaskan bahwa penyidik kepolisian tidak berwenang melepaskan pelaku tindak pidana yang diduga mengalami gangguan kejiwaan, hakimlah yang berwenang untuk menentukan apakah pelaku mengalami gangguan kejiwaan berdasarkan bukti yang ada melalui pemeriksaan di pengadilan.

  Berdasarkan hasil penelitian diatas, penulis berpendapat bahwa agar proses penyelidikan hingga penyidikan dapat berjalan cepat, sederhana maupun transparan, khususnya dalam kasus pembunuhan oleh suami terhadap istri di Tulang Bawang ini.

  Kegiatan-kegiatan Pokok dalam Penyidikan : 1.

  Penyelidikan : serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai perbuatan pidana, guna menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan.

  2. Penindakan : setiap tindakan hukum yang dilakukan terhadap orang atau barang yang ada hubungannya dengan perbuatan pidana yang terjadi.

  3. Pemeriksaan : kegiatan untuk mendapatkan keterangan, kejelasan dan keidentikan Tersangka dan atau saksi atau barang bukti, maupun unsur- unsur perbuatan pidana yang terjadi, sehingga peranan seseorang atau barang bukti dalam perbuatan pidana itu menjadi jelas.

  B. Hambatan penyidik dalam mengungkap kasus pembunuhan orang dilakukan oleh suami terhadap istri

  Penanggulangan tindak pidana pembunuhan bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan oleh aparat kepolisian, demikian pula oenanggulangan kejahatan pembunuhan khususnya wilayah kabupaten Tulang Bawang ada berbagai factor penghambat dalam kasus ini yang dihadapi polisi dalam hal ini polisi sedang menangani kasus prembunuhan yang sudah dilimpahkan ke jaksa penuntut umum untuk diteliti berkas perkara. Menurut Soerjono Soekanto bahwa faktor tersebut ada lima, yaitu:

  1. Faktor Faktor hukumnya sendiri atau peraturan itu sendiri.

  Contohnya, tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang- undang, belum adanya peraturan pelaksana yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan undang-undang serta ketidakjelasan arti kata-kata di dalam undang-undang yang mengakibatkan kesimpangsiuran di dalam penafsiran serta penerapannya.

  2. Penegak hukum, yaitu pihak- pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. Contohnya, keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peranan pihak lain dengan siapa dia berinteraksi, tingkat aspirasi yang relatif belum tinggi, kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan, sehingga sulit sekali untuk membuat suatu proyeksi.

  3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

  Contohnya, dapat dianut jalan pikiran sebagai berikut : yang tidak ada, diadakan yang baru betul; yang rusak atau salah, diperbaiki atau dibetulkan; yang kurang, ditambah; serta yang macet, dilancarkan.

  4. Faktor masyarakat, yakni faktor lingkungan dimana hukum tersebut diterapkan. Contohnya, masyarakat tidak mengetahui akan adanya upaya-upaya hukum untuk melindungi kepentingan-kepentingannya; tidak berdaya untuk memanfaatkan upaya-upaya hukum karena faktor-faktor keuangan, psikis, sosial atau politik, dan lain sebagainya.

  5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Contohnya, nilai ketertiban dan nilai ketentraman, nilai jasmaniah/kebendaan dan nilai rohaniah/keakhlakan, nilai kelanggengan/ konservatisme dan nilai kebaruan/inovatisme.

  5 Faktor di atas saling berkaitan

  dengan eratnya, karena menjadi hal pokok dalam penegakan hukum, serta sebagai tolok ukur dari efektiviftas penegakan hukum.Dari lima faktor penegakan hukum tersebut faktor penegakan hukumnya sendiri merupakan titik sentralnya. Hal ini disebabkan oleh baik undang- undangnya disusun oleh penegak hukum, penerapannya pun dilaksanakan oleh penegak hukum dan penegakan hukumnya sendiri juga merupakan panutan oleh masyarakat luas. Faktor yang dikemukakan Soerjono Soekanto tersebut, tidaklah disebutkan faktor mana yang sangat dominan berpengaruh atau mutlaklah semua faktor tersebut harus mendukung untuk membentuk efektifitas hukum.Namun sistematika dari kelima faktor ini jika bisa optimal, setidaknya hukum dinilai dapat efektif. Berdasarkan hasil wawancara denngan jaksa penuntut umum dari kejaksaan negri tulang bawang

  6

  mengenai pelaksanaan penyidikan 5 Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor Yang

  Mempengaruhi Penegakan Hukum , Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hlm. 5. 6 Berdasarkan hasil wawancara dengan joni tindak pidana pembunuhan oleh suami terhadap antara lain :

  1. Dilihat dari faktor hukumnya Penghambat dalam faktor ini ialah kurangnya kesadaran hukum dan pengetahuan hukum yang dimiliki pelaku.

  2. Dilihat dari faktor penegak hukum Faktor penghambat mengenai persoalan penegak hukum umumnya terjadi karena banyaknya jumlah tersangka yang tidak kooperatif atau tidak ingin bekerja sama dengan pihak penegak hokum.

  3. Dilihat dari faktor sarana dan prasarana penghambat dalam hal sarana yang dimiliki oleh kejaksaan negri Tulang Bawang memang tidak ada kendala dalam mengungkap kasus ini.

  4. Dilihat dari faktor masyarakat sulitnya mengawasi masyarakat agar selalu paham hokum dan juga patuh terhadap hukum masih menjadi permasalahan yang di miliki masyarakat tertentu khususnya di luar perkotaan yang minimnya sosialisasi mengenai hukum pada masyarakat itu sendiri.

  5. Dilihat dari faktor kebudayaan Faktor kebudayaan inilah yang menjadi faktor penghambat yang paling dominan dalam mengedukasi tidak ada di suatu wilayah yang memiliki tradisi kekerasan seperti ini hingga terjadinya pembunuhan.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan kepolisian resort Tulang Bawang mengenai pelaksanaan penyidikan tindak pidana pembunuhan oleh suami terhadap istri antara lain :

  7 1.

  Dilihat dari faktor hukum kurangnya kesadaran hukum warga di sini sering dikaitkan dengan Tidak dapat dipungkiri, apabila selama ini warga mencoba untuk mengelak dimintai keterangan sebagai saksi walaupun tindak pidana pembunuhan dalam program orientasi yang terjadi di hadapan warga. Berbagai alasan akan mereka kemukakan untuk menolak menjadi saksi, pada umumnya masyarakat enggan menjadi saksi karena takut adanya intimidasi berupa ancaman fisik maupun psikis terhadap saksi itu sendiri.

  2. Dilihat dari faktor penegak hukum Penghambat dalam faktor ini ialah minimnya sosialisasi tentang kekerasan terhadap manusia karena pembunuuhan merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Dan secara kuantitas masih terbatas jumlah penyidik dan secara kualitas sumber daya manusia.

  3. Faktor masyarakat Penghambat dalam faktor masyarakat ini ialah kurangnya partisipasi masyarakat yang dalam hal ini seperti kepala desa, RT,RW yang acuh dalam memerhatikan warga nya sendiri hingga terjadinya pembunuhan.

  4. Faktor budaya.

  Dalam faktor ini paradigma masyarakat harus berubah, harus saling memerhatikan warga lainnya yang memiliki hubungan kurang baik didalam rumah 7 Berdasarkan hasil wawancara penulis

  dengan ahmad pada tanggal 16 desember tangga nya, selain itu peran warga juga penting agar dapat memberikan rasa aman di wilayah sekitar agar tetap kondusif. Berdasarkan hasil wawancara penulis menganalisis bahwa faktor penghambat dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana pembunuhan oleh suami terhadap istri di Tulang Bawang yang paling dominan ialah faktor masyarakat yaitu kurangnya sosialisasi mengenai hukum dan sadar akan hukum, Selain itu juga keadaan kondisi kejiwaan dari pelaku menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan penyidikan tindak pidana pembunuhan oleh suami terhadap istri di Tulang Bawang ini sendiri.

III. PENUTUP A. Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

  1. Pelaksanaan penyidikan terhadap tindak pidana pembunuhan oleh suami terhadap istri pemeriksaan di tempat kejadian, Pemanggilan atau penangkapan tersangka, Penahanan sementara, Pemeriksaan, Pembuatan Berita Acara, Pelimpahan perkara kepada penuntut umum untuk dilakukan tindakan hukum lebih lanjut sesuai dengan hukum yang berlaku. Secara formal pemberitahuan tersebut disampaikan melalui mekanisme Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).

  Karena ketidakwenangan penyidik kepolisian untuk melepaskan pelaku yang diduga mengalami gangguan kejiwaan.

  2. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan penyidikan terhadap tindak pidana pembunuhan oleh suami terhadap istri yaitu faktor substansi hukum, faktor aparat penegak hukum, faktor sarana dan prasarana, faktor masyarakat, dan faktor budaya. Faktor yang paling dominan adalah faktor aparat penegak hukum, yaitu secara kuantitas masih terbatasnya jumlah penyidik dan secara kualitas sumber daya manusia, masih belum optimalnya profesionalisme penyidik dalam taktik dan teknik penyidikan guna mengungkap tindak pidana pembunuhan oleh suami terhadap istri.

  B. Saran

  Adapun saran yang akan diberikan penulis yaitu sebagai berikut:

  1. Hendaknya bagi penyidik khususnya aparat kepolisian sebagai pelindung, pengayom, penjaga tertib masyarakat harus benar-benar profesional dalam melakukan penyidikan dalam pelaksaan penyidikan terhadap tindak pidana pembunuhan oleh suami terhadap istri. Penyidik hendaknya membangun sistem yang lebih baik dalam upaya penangkapan tersangka yang memiliki gangguan kejiwaan.

  Sehingga pelaksanaan penyidikan terhadap tindak pidana pembunuhan oleh suami terhadap istri secara normatif dan faktual terlaksana dengan baik.

  2. Hendaknya jumlah penyidik lebih ditingkatkan serta perlu peningkatan secara kualitas sumber daya manusia, kemudian profesionalisme penyidik dalam taktik dan teknik penyidikan guna mengungkap tindak pidana pembunuhan lebih dioptimalisasikan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

  Chazawi,adami.2010. Kejahatan Terhadap Nyawa dan Tubuh .

  Raja. Grafindo. Jakarta. Gerungan. Dr. WA.2004 Dipl.

  Psych, Psikologisosial, Aditama, Bandung. Saleh. Roeslan. 1981. Perbuatan dan

  Pertanggungjawaban Pidana Aksara Baru, Jakarta.

  Soekanto, Soerjono. 1983. Faktor-

  Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum , Raja

  Grafindo Persada. Jakarta. No. HP : 081310300152

Dokumen yang terkait

ABSTRACT POLICY ANALYSIS FORMULATION OF THE ACT WHICH OBSTRUCT THE TRIAL (CONTEMPT OF COURT) IN THE INDONESIAN JUSTICE SYSTEM By Dimas Abimayu, Erna Dewi, Eko Rahardjo Email : dabimayu.dagmail.com

0 0 14

ABSTRACT THE LAW ENFORCEMENT AGAINST CORRUPTORS BY THE CORRUPTION COURT IN LAMPUNG By Della Rahmaswary, Eddy Rifai, Diah Gustiniati Email : dellarahmasyahoo.co.id

0 0 15

ABSTRACT CRIMINOLOGICAL ANALYSIS OF RAPE CRIME AGAINST CHILDREN IN THE DISTRICT COURT OF KALIANDA JURISDICTION By Arief Satria Wibowo, Sunarto, Firganefi Email : ariefsatriawibowo96gmail.com

1 0 14

ABSTRACT ANALYSIS ADDITIONAL CRIMINAL ON PERSON OF SEXUAL VIOLENCE AGAINST CHILDREN BASED ON GOVERNMENT REGULATION IN LIEU OF LAW NUMBER 17 YEAR 2016 By Andre Rinaldy.T , Nikmah Rosidah, Damanhuri.WN

0 0 12

ABSTRACT THE POLICE ROLE IN THE ERADICATION OF CRIMINAL ACT ONLINE PROSTITUTION BY HIGH SCHOOL STUDENTS IN BANDAR LAMPUNG (Study at Bandar Lampung Police) By Tutut Wuri Hastuti

0 0 16

ABSTRACT CRIMINALOGICAL ANALYSIS CRIMINAL ACT OF ABUSE UNDERTAKEN A FATHER TO BOY BLADDER by Riska Putri Mulya, Firganefi, Eko Raharjo Email : riskaputrimulyagmail.com

0 0 13

ABSTRACT THE EFFORTS OF CUSTOMS PORT OF PANJANG IN PREVENTING DRUG SMUGGLING By ANNISA DRAHIKA

0 1 15

ABSTRACT THE IMPLEMENTATION OF RIGHTS FOR VICTIMS OF WRONG ARRESTS BASED ON GOVERNMENT REGULATION NUMBER 922015 By Yosef Caroland, Eko Raharjo, Gunawan Jatmiko

0 0 13

ABSTRACT A CRIMINOLOGICAL ANALYSIS ON SEXUAL DEVIATION OF SAME SEX AMONG FEMALE PRISONERS AT CORRECTIONAL FACILITY FOR WOMEN CLASS II A WAYHUI SOUTH LAMPUNG By Muhammad Guntur Hartotrisno, Sunarto, Budi Rizki Husin

0 0 12

ABSTRACT THE PROOF OF EVIDENCE OF EXPERT TESTIMONY AND STATEMENT LETTER FROM THE AUTHORIZED INSTITUTIONS IN THE CALCULATION OF STATE LOSSES IN CORRUPTION CRIME By M.Ihkwan Husain, Eddy Rifai, Gunawan Jatmiko Email : m.ihkwanhusaingmail.com

0 0 12