MANAJEMEN PENDIDIKAN SENI RUPA 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Baik itu kebutuhan yang sifatnya primer (kebutuhan yang menjadi prioritas utama dan harus diutamakan), sekunder, maupun tersier. Namun, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut manusia perlu di dasari dengan tindakan-tindakan dalam bentuk usaha atau bekerja agar tercapai dan terpenuhi segala kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan manusia memiliki cangkupan yang luas. Karena selain manusia dikenal sebagai makhluk individu yang mandiri dan mampu mengembangkan kemampuannya atau potensinya secara maksimal, manusia juga dikenal sebagai makhluk sosial. Artinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut manusia membutuhkan orang lain dalam pemenuhan kepuasan akan sesuatu baik yang bersifat material maupun non-material.

Untuk memahami kebutuhan manusia dan kepuasan manusia, salah satunya dengan memahami konsep teori humanistik yaitu tentang Hierarki Kebutuhan motivasi diri yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Abraham Maslow, terdapat lima tingkatan kebutuhan pokok manusia yang menjadi kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Konsep motivasi ini digunakan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan manusia dalam intensitas perilaku, dimana perilaku yang lebih bersemangat adalah hasil dari tingkat motivasi yang lebih kuat. Selain itu, konsep motivasi digunakan untuk menunjukkan arah perilaku. Sehingga, untuk memotivasi individu, perlu diketahui seberapa besar tingkat kebutuhan individu.

Menurut Maslow, setiap individu memiliki kebuthan-kebutuhan yang tersusun secara hierarki dari tingkat yang paling mendasar sampai pada tingkatan yang paling tinggi baik kebutuhan yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosiologis. Berdasarkan teori Maslow tingkatan kebutuhan manusia yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologi (fisik), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial (kebutuhan dimiliki dan cinta), kebutuhan harga diri, dan kebutuhan yang paling tinggi tingkatannya yaitu kebutuhan aktualisasi diri, (sering disebut sebagai meta-kebutuhan).

Dalam pembelajaran manajemen seni rupa, teori kebutuhan manusia oleh

Maslow dapat ditinjau berdasarkan aspek Desain Komunikasi Visual (DKV) dalam bentuk iklan-iklan yang ditampilkan melalui media elektronik maupun sosial media, baik itu televisi, maupun media sosial internet (facebook, twitter, path, instagram, dan sebagainya). Dalam kajian ini, kita dapat mengidentifikasi dan menganalisis pesan yang dikomunikasikan atau disampaikan dari berbagai macam iklan yang mana dihubungkan dengan kelima tingkatan kebutuhan menurut Maslow.

Sadar atau tidaknya manusia, sebenarnya dengan berbagai kecanggihan teknologi yang modern. Tampilan iklan memiliki berbagai tujuan dan maksud dalam usaha pencapaian kepuasan konsumen untuk pemenuhan kebutuhannya. Sedangkan bagi produsen sendiri dari segi produk yang diiklankan memiliki tujuan utama untuk mempromosikan dan meyakinkan konsumen tentang produk yang diiklankan itu guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan para konsumen baik itu tentang iklan layanan kesehatan, iklan produk makanan, produk minuman, dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Seberapa penting dan besar pengaruh motivasi dalam pemenuhan kebutuhan manusia?

2. Apa saja definisi-definisi motivasi berdasarkan teori-teori motivasi?

3. Apa hubungan atau kaitannya motivasi dengan kebutuhan manusia?

4. Ada berapa tingkatan dasar kebutuhan manusia menurut teori Maslow?

5. Bagaimana konsep teori motivasi dan hubungannya dengan teori hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow?

6. Bagaimana pengimplementasian teori Maslow dalam kehidupan sehari-hari?

7. Bagaimana hubungan teori kebutuhan manusia oleh Maslow ditinjau dari aspek Desain Komunikasi Visual dalam media promosi?

8. Apa saja contoh-contoh visual dari iklan (DKV) yang berhubungan dengan kebutuhan manusia?

1.3 Tujuan Menganalisis hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow dalam aspek 1.3 Tujuan Menganalisis hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow dalam aspek

1.4 Manfaat Dapat melakukan analisis dan pengidentifikasian tentang berbagai jenis-jenis iklan berdasarkan segi visualnya untuk dihubungkan dengan jenjang kebutuhan manusia menurut teori Abraham Maslow.

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi Motivasi Banyak orang keliru memandang motivasi sebagai sebuah sifat pribadi, dan menganggap ada orang yang memiliki dan ada orang yang tidak memiliki motivasi. Sebagai contoh, dalam praktik seringkali karyawan yang kurang termotivasi dikatakan sebagai karyawan yang malas, atau dalam dunia pendidikan mahasiswa/siswa yang tidak termotivasi dikatakan sebagai mahasiswa/siswa yang malas. Pengetahuan kita tentang motivasi mengarahkan kita pada pemikiran apa yang memotivasi orang, bukan pada apakah seseorang termotivasi.

Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja individu, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk tercapainya tujuan. Motivasi merupakan hasil interaksi antara individu dengan situasi. Setiap individu memiliki dorongan motivasional dasar yang berbeda-beda. Dalam menganalisis konsep motivasi harus diingat bahwa tingkat motivasi berbeda-beda antara setiap individu serta antara individu dengan situasi.

Saat ini secara virtual semua orang baik praktisi maupun sarjana, mempunyai definisi motivasi sendiri, umumnya dalam definisi dimasukkan kata-kata: hasrat, keinginan, harapan, tujuan, sasaran, kebutuhan, dorongan, motivasi, dan insentif. Beberapa definisi motivasi menurut para ahli, antara lain:

1. Motivasi merupakan proses psikologis yang meningkatkan dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan (Kreitner & Kinicki, 2003:248)

2. Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seorang karyawan yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku (Gibson ,1996 :185 )

3. Motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya (Robins, 2007: 222)

4. Motivasi merupakan proses yang dimulai dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan atau insentif (Luthans, 2006:270)

2.2 Teori-Teori Motivasi Terdapat banyak teori motivasi dan temuan penelitian yang berusaha memberikan penjelasan mengenai hubungan perilaku-hasil. Setiap teori dapat diklasifikasikan ke dalam:

(1) Pendekatan isi (Content Theory) (2) Pendekatan proses (Process Theory) dari motivasi (Ivancevich, 2005) Pendekatan isi berfokus pada pengidentifikasian faktor-faktor motivasi yang

spesifik, faktor-faktor dalam diri seseorang yang mendorong, mengarahkan, mempertahankan, dan menghentikan perilaku. Mereka berusaha menentukan kebutuhan spesifik yang memotivasi orang. Yang termasuk Content Theory adalah:

1. Maslow’s Need Hierarchy Theory (Teory Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow)

Inti teori Maslow :

Bahwa kebutuhan tersusun dalam suatu hierarki. Kebutuhan di tingkat yang paling rendah dan paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, dan kebutuhan di tingkat yang paling tinggi atau sering disebut meta kebutuhan adalah kebutuhan aktualisasi diri.

2. Herzberg’s Two Factor Theory (Teori Dua Faktor dari Frederick Herzberg) Herzberg mengembangkan teori isi yang dikenal sebagai teori motivasi dua faktor. Kedua faktor tersebut disebut dissatisfier-satisfier, motivator-higiene, atau ekstrinsik-intrinsik.

3. Alderfers Existence, Relatedness and Growth (ERG) Theory (Teori ERG dari Alderfer). Alderfer sepakat dengan Maslow bahwa kebutuhan individu diatur dalam suatu hierarki, akan tetapi hierarki kebutuhan yang diajukan hanya melibatkan tiga rangkaian kebutuhan, yaitu:

a. Eksistensi (Existence): Kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor seperti makanan, udara, imbalan, dan kondisi kerja.

b. Hubungan (Relatedness): Kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan interpersonal yang berarti.

c. Kebutuhan akan afiliasi ( Need for Affiliation = nAff) Pendekatan proses dari motivasi berkenaan dengan menjawab pertanyaan c. Kebutuhan akan afiliasi ( Need for Affiliation = nAff) Pendekatan proses dari motivasi berkenaan dengan menjawab pertanyaan

1. Teori Harapan (Expectancy Theory) Teori Harapan dikemukakan oleh Victor Vroom. Teori Harapan mengemukakan bahwa kuatnya kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik keluaran tersebut bagi individu tersebut.

2. Teori Keadilan (Equity Theory) Teori Keadilan menjelaskan bagaimana persepsi seseorang mengenai seberapa adil mereka diperlakukan dalam transaksi sosial di tempat kerja. Teori ini mempelajari bagaimana seseorang mungkin merespon perbedaan yang dipersepsikan antara rasio input/hasil miliknya dan milik orang yang dijadikan referensi.

3. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory) Teori di mana perilaku merupakan fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya. Teori penguatan mengabaikan keadaan batin individu dan hanya terpusat pada apa yang terjadi pada seseorang ketika ia melakukan tindakan. Teori ini mengabaikan perasaan, sikap, harapan dan variabel kognitif lain yang diketahui memengaruhi perilaku.

2.3 Daur Lingkaran Motivasi

Ketidakseimbangan

Ketidakseimbangan Keseimbangan

Motif Tingkah Laku

2.4 Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow Abraham Maslow dilahirkan di New York pada tahun 1908 dan meninggal tahun 1970. Abraham Maslow mengembangkan model Hierarki Kebutuhan (1950) dan teori Hierarki Kebutuhan sampai saat ini tetap digunakan dalam memahami motivasi manusia, pelatihan manajemen, dan pengembangan pribadi.

Abraham Maslow dianggap sebagai bapak Psikologi, Humanistik Psikologi Humanistik menggabungkan aspek-aspek Psikologi Behavioral dan Psikologi Psikoanalistik. Penganut behaviorisme meyakini bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh faktor lingkungan eksternal. Psikologi psikoanalitik didasarkan pada gagasan bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh kekuatan bawah sadar internal. Meski mempelajari Psikologi Behavioral dan Psikoanalitik sekaligus, Maslow menolak gagasan bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh faktor internal atau eksternal saja.

Teori Motivasi Maslow menyatakan bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh kedua faktor tersebut, yakni internal dan eksternal. Selain itu, Teori Maslow juga menyatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan unik untuk membuat pilihan dan melaksanakan pilihan mereka sendiri. Penelitian yang dilakukannya membuat dirinya yakin bahwa orang memiliki kebutuhan tertentu yang tidak berubah dan asli secara genetis. Kebutuhan-kebutuhan ini sama dalam semua kebudayaan serta bersifat fisiologis dan psikologis. Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarkis, dalam bukunya Motivation and Personality, diterbitkan pada tahun 1954 (edisi kedua 1970) Maslow memperkenalkan Hierarchy of Needs.

Keseluruhan teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow berisikan pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan pada lima hierarki kebutuhan yaitu:

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological needs) Perwujudan dari kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok manusia yaitu sandang, pangan, papan, dan kesejahteraan individu. Kebutuhan ini dipandang sebagai kebutuhan yang paling mendasar, karena tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut, seseorang tidak dapat dikatakan hidup normal.

Meningkatnya kemampuan seseorang cenderung mereka berusaha meningkatkan pemuas kebutuhan dengan pergeseran dari kuntitatif ke kualitatif. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang amat primer, karena kebutuhan ini telah ada dan terasa sejak manusia dilahirkan. Misalnya dalam hal sandang. Apabila tingkat kemampuan seseorang masih rendah, kebutuhan akan sandang akan dipuaskan sekadarnya saja.

Jumlahnya terbatas dan mutunya pun belum mendapat perhatian utama karena kemampuan untuk itu memang masih terbatas. Akan tetapi bila kemampuan seseorang meningkat, pemuas akan kebutuhan sandang pun akan ditingkatkan, baik sisi jumlah maupun mutunya.

Demikian pula dengan pangan, seseorang dalam hal ini guru yang ekonominya masih rendah, kebutuhan pangan biasanya masih sangat sederhana. Akan tetapi jika kemampuan ekonominya meningkat, maka pemuas kebutuhan akan pangan pun akan meningkat. Hal serupa dengan kebutuhan akan papan/perumahan. Kemampuan ekonomi seseorang akan mendorongnya untuk memikirkan pemuas kebutuhan perumahan dengan pendekatan kuantitiatif dan kualitatif sekaligus.

Contoh kebutuhan fisiologis (physiological) dalam kehidupan sehari-hari, meliputi kebutuhan akan pangan, pakaian, dan tempat tinggal maupun kebutuhan biologis,

2. Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs) Kebutuhan keamanan harus dilihat dalam arti luas, tidak hanya diartikan dalam arti keamanan fisik semata, tetapi juga keamanan psikologis dan perlakuan yang adil dalam pekerjaan. Karena pemuas kebutuhan ini terutama dikaitkan dengan kekayaan seseorang, artinya keamanan dalam arti fisik termasuk keamanan seseorang didaerah tempat tinggal, dalam perjalanan menuju ke tempat bekerja, dan keamanan di tempat kerja.

Contoh kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety) dalam kehidupan sehari-hari, meliputi kebutuhan akan keamanan kerja, kemerdekaan dari rasa takut ataupun tekanan, keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam.

3. Kebutuhan Sosial ( Social Needs ) Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan pasti memerlukan bantuan orang lain, sehingga mereka harus berinteraksi dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan sosial tercermin dalam empat bentuk perasaan yaitu:

a. Kebutuhan akan perasaaan diterima orang lain dengan siapa ia bergaul dan berinteraksi dalam organisasi dan demikian ia memiliki sense of belonging yang tinggi.

b. Harus diterima sebagai kenyataan bahwa setiap orang mempunyai jati diri yang khas dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan jati dirinya itu, setiap manusia merasa dirinya penting, artinya ia memiliki sense of importance.

c. Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak akan gagal sering disebut sense of accomplishment. Tidak ada orang yang merasa senang apabila ia menemui kegagalan, sebaliknya, ia senang apabila ia menemui keberhasilan.

d. Kebutuhan akan perasaan diikutsertakan (sense of participation). Kebutuhan ini sangat terasa dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan tugas sendiri. Sudah barang tentu bentuk dari partisipasi itu dapat beraneka ragam seperti dikonsultasikan, diminta memberikan informasi, didorong memberikan saran.

4. Kebutuhan akan Harga Diri (Esteem Needs) Semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan statusnya oleh orang lain. Situasi yang ideal adalah apabila prestise itu timbul akan menjadikan prestasi seseorang. Akan tetapi tidak selalu demikian, karena dalam hal ini semakin tinggi kedudukan seseorang, maka akan semakin banyak hal yang digunakan sebagai simbol statusnya itu. Dalam kehidupan organisasi banyak fasilitas yang diperoleh seseorang dari organisasi untuk menunjukkan kedudukan statusnya dalam organisasi. Pengalaman menunjukkan bahwa baik dimasyarakat yang masih tradisional maupun di lingkungan masyarakat yang sudah maju, simbol – simbol status tersebut tetap mempunyai makna penting dalam kehidupan berorganisasi.

Contoh kebutuhan akan penghargaan (esteem) dalam kehidupan sehari-hari, meliputi kebutuhan akan harga diri, status, prestise, respek, dan penghargaan dari pihak lain.

5. Aktualisasi Diri (Self Actualization) Hal ini dapat diartikan bahwa dalam diri seseorang terdapat kemampuan yang perlu dikembangkan, sehingga dapat memberikan peranan yang besar terhadap kepentingan organisasi. Melalui kemampuan kerja yang semakin meningkat akan semakin mampu memuaskan berbagai kebutuhannya dan pada tingkatan ini orang cenderung untuk selalu mengembangkan diri serta berbuat yang lebih baik.

Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Maslow dalam (Arinato, 2009), menyatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa anak-anak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis. (Arianto, 2009).

Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi juga memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu makin bertambah besar, maka "diri" mulai berkembang. Pada saat itu juga, tekanan aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, sehingga perkembangan selanjutnya berpusat pada kepribadian.

Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow, manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir. Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum muncul kebutuhan tingkat selanjutnya. Kebutuhan paling tertinggi dalam hirarki kebutuhan individu Abraham Maslow adalah aktualisasi diri.

Aktualisasi diri sangat penting dan merupakan harga mati apabila ingin mencapai kesuksesan.

Aktualisasi diri adalah tahap pencapaian oleh seorang manusia terhadap apa yang mulai disadarinya ada dalam dirinya. Semua manusia akan mengalami fase itu, hanya saja sebagian dari manusia terjebak pada nilai-nilai atau ukuranukuran pencapaian dari tiap tahap yang dikemukakan Maslow. Andai saja seorang manusia bisa cepat melampaui tiap tahapan itu dan segera mencapai tahapan akhir yaitu aktualisasi diri, maka dia punya kesempatan untuk mencari tahu siapa dirinya sebenarnya. (Arianto, 2009).

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri merupakan suatu proses menjadi diri sendiri dengan mengembangkan sifat-sifat serta potensi individu sesuai dengan keunikannya yang ada untuk menjadi kepribadian yang utuh.

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada eksistensi atau hambatan lain tinggal (indwelling) didalam (internal) atau di luar (eksternal) keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan tindakannya untuk melakukan sesuatu.

a. Faktor Internal Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam diri seseorang, yang meliputi :

1) Ketidaktahuan akan potensi diri

2) Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga potensinya

tidak dapat terus berkembang. Potensi diri merupakan modal yang perlu diketahui, digali dan dimaksimalkan. Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi jika kita mengetahui potensi yang ada dalam diri kita kemudian mengarahkannya kepada tindakan yang tepat dan teruji (Fadlymun, 2009).

b. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri seseorang, seperti :

1) Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi potensi diri seseorang karena perbedaan karakter. Pada kenyataannya lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya menuunjang upaya aktualisasi diri warganya.

2) Faktor lingkungan Lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap upaya mewujudkan aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dilakukan jika lingkungan mengizinkannya. (Asmadi, 2008). Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis (Sudrajat, 2008).

3) Pola asuh Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri anak sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pengaktualisasian diri adalah praktik pengasuhan anak (Brown, 1961).

Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik yang berasal dari dalam diri maupun di luar diri. Kemampuan seseorang membebaskan diri dari tekanan internal dan eksternal dalam pengaktualisasian dirinya menunjukkan bahwa orang tersebut telah mencapai kematangan diri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri tersebut secara penuh. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya dua kekuatan yang saling tarik-menarik dan akan selalu pengaruh-mempengaruhi di dalam diri manusia itu sendiri sepanjang perjalanan hidup manusia.

Kekuatan yang satu mengarah pada pertahanan diri, sehingga yang muncul adalah rasa takut salah atau tidak percaya diri, takut menghadapi resiko terhadap keputusan yang akan diambil, mengagungkan masa lalu dengan mengabaikan masa sekarang dan mendatang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan/bertindak, dan sebagainya. Sementara kekuatan yang lainnya adalah kekuatan yang mengarah pada keutuhan diri dan terwujudnya Kekuatan yang satu mengarah pada pertahanan diri, sehingga yang muncul adalah rasa takut salah atau tidak percaya diri, takut menghadapi resiko terhadap keputusan yang akan diambil, mengagungkan masa lalu dengan mengabaikan masa sekarang dan mendatang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan/bertindak, dan sebagainya. Sementara kekuatan yang lainnya adalah kekuatan yang mengarah pada keutuhan diri dan terwujudnya

2.6 Karakteristik Aktualisasi Diri Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri dengan optimal akan memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umunya. Menurut Maslow pada tahun 1970 (Kozier dan Erb, 1998), ada beberapa karakteristik yang menunjukkan sseorang mencapai aktualisasi diri. Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Mampu melihat realitas secara lebih efisien Karakteristik atau kapasitas ini akan membuat seseorang untuk mampu mengenali kebohongan, kecurangan, dan kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta mampu menganalisis secara kritis, logis, dan mendalam terhadap segala fenomena alam dan kehidupan. Karakter tersebut tidak menimbulkan sikap yang emosional, melainkan lebih objektif. Dia akan mendengarkan apa yang seharusnya didengarkan, bukan mendengar apa yang diinginkan, dan ditakuti oleh orang lain. Ketajaman pengamatan terhadap realitas kehidupan akan menghasilkan pola pikir yang cemerlang menerawang jauh ke depan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau keuntungan sesaat.

b. Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya Orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain seperti melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Sifat ini akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima diri sendiri dan orang lain. Dia akan membuka diri terhadap kritikan, saran, ataupun nasehat dari orang lain terhadap dirinya.

c. Spontanitas, kesederhaan dan kewajaran Orang yang mengaktualisasikan diri dengan benar ditandai dengan segala tindakan, perilaku, dan gagasannya dilakukan secara spontan, wajar, dan tidak dibuat-buat. Dengan demikian, apa yang ia lakukan tidak pura-pura. Sifat ini akan melahirkan sikap lapang dada terhadap apa yang menjadi kebiasaan masyarakatnya asak tidak bertentangan dengan prinsipnya yang c. Spontanitas, kesederhaan dan kewajaran Orang yang mengaktualisasikan diri dengan benar ditandai dengan segala tindakan, perilaku, dan gagasannya dilakukan secara spontan, wajar, dan tidak dibuat-buat. Dengan demikian, apa yang ia lakukan tidak pura-pura. Sifat ini akan melahirkan sikap lapang dada terhadap apa yang menjadi kebiasaan masyarakatnya asak tidak bertentangan dengan prinsipnya yang

d. Terpusat pada persoalan Orang yang mengaktualisasikan diri seluruh pikiran, perilaku, dan gagasannya bukan didasarkan untuk kebaikan dirinya saja, namun didasarkan atas apa kebaikan dan kepentingan yang dibutuhkan oleh umat manusia. Dengan demikian, segala pikiran, perilaku, dan gagasannya terpusat pada persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, bukan persoalan yang bersifat egois.

e. Membutuhkan kesendirian Pada umumnya orang yang sudah mencapai aktualisasi diri cenderung memisahkan diri. Sikap ini didasarkan atas persepsinya mengenai sesuatu yang ia anggap benar, tetapi tidak bersifat egois. Ia tidak bergantung pada pada pikiran orang lain.

Sifat yang demikian, membuatnya tenang dan logis dalam menghadapi masalah. Ia senantiasa menjaga martabat dan harga dirinya, meskipun ia berada di lingkungan yang kurang terhormat. Sifat memisahkan diri ini terwujud dalam otonomi pengambilan keputusan. Keputusan yang diambilnya tidak dipengaruhi oleh orang lain. Dia akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan/kebijakan yang diambil.

f. Otonomi (kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan) Orang yang sudah mencapai aktualisasi diri, tidak menggantungkan diri pada lingkungannya. Ia dapat melakukan apa saja dan dimana saja tanpa dipengaruhi oleh lingkungan (situasi dan kondisi) yang mengelilinginya. Kemandirian ini menunjukkan ketahanannya terhadap segala persoalan yang mengguncang, tanpa putus asa apalagi sampai bunuh diri. Kebutuhan terhadap orang lain tidak bersifat ketergantungan, sehingga pertumbuhan dan perkembangan dirinya lebih optimal.

g. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan Ini merupakan manifestasi dari rasa syukur atas segala potensi yang dimiliki pada orang yang mampu mengakualisasikan dirinya. Ia akan diselimuti perasaan senang, kagum, dan tidak bosan terhadap segala apa yang dia miliki. Walaupun hal ia miliki tersebut merupakan hal yang biasa saja.

Implikasinya adalah ia mampu mengapresiasikan segala apa yang dimilikinya. Kegagalan seseorang dalam mengapresiasikan segala yang dimilikinya dapat menyebabkan ia menjadi manusia yang serakah dan berperilaku melanggar hak asasi orang lain.

h. Kesadaran sosial Orang yang mampu mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi oleh perasaan empati, iba, kasih sayang, dan ingin membantu orang lain. Perasaan tersebut ada walaupun orang lain berperilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan ini akan memunculkan kesadaran sosial di mana ia memiliki rasa untuk bermasyarakat dan menolong orang lain.

i. Hubungan interpersonal Orang yang mampu mengaktualisasikan diri mempunyai kecenderungan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Ia dapat menjalin hubungan yang akrab dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang.

Hubungan interpersonal ini tidak didasari oleh tendensi pribadi ynag sesaat, namun dilandasi oleh perasaan cinta, kasih sayang, dan kesabaran meskipun orang tersebut mungkin tidak cocok dengan perilaku masyarakat di sekelilingnya.

j. Demokratis Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis. Sifat ini dimanifestasikan denga perilaku yang tidak membedakan orang lain berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, partai dan lain-lain.

Sifat demokratis ini lahir karena pada orang yang mengaktualisasikan diri tidak mempunyai perasaan risih bergaul dengan orang lain. Juga karena Sifat demokratis ini lahir karena pada orang yang mengaktualisasikan diri tidak mempunyai perasaan risih bergaul dengan orang lain. Juga karena

k. Rasa humor yang bermakna dan etis Rasa humor orang yang mengaktualisasikan diri berbeda dengan humor kebanyakan orang. Ia tidak akan tertawa terhadap humor yang menghina, merendahkan bahkan menjelekkan orang lain. Humor orang yang mengaktualisasikan diri bukan saja menimbulkan tertawa, tetapi sarat dengan makna dan nilai pendidikan. Humornya benar-benar menggambarkan hakikat manusiawi yang menghormati dan menjunjumg tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

l. Kreativitas Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang yang mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.

m. Independensi Ia mampu mempertahankan pendirian dan keputusankeputusan yang ia ambil. Tidak goyah atau terpengaruh oleh berbagai guncangan ataupun kepentingan.

n. Pengalaman puncak (peak experiance) Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan yang menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batas atau sekat antara dirinya dengan alam semesta. Artinya, orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari sekat-sekat berupa suku, bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat lainnya. Oleh karena itu, ia akan memiliki sifat yang jujur, ikhlas, bersahaja, tulus hati , dan terbuka.

Karakter-karakter ini merupakan cerminan orang yang berada pada pencapaian kehidupan yang prima (peak experience). Konsekuensinya ia akan merasakan bersyukur pada Tuhan, orang tua, orang lain, alam, dan segala sesuatu yang menyebabkan keberuntungan tersebut.

Adapun beberapa langkah sederhana untuk mengaktualisasikan diri Adapun beberapa langkah sederhana untuk mengaktualisasikan diri

1. Kenali potensi dan bakat unik yang ada dalam diri Jangan pernah menyembunyikan bakat anda karena bakat diciptakan untuk digunakan, demikianlah nasehat dari Benjamin Franklin. Oleh karena itu anda harus dan wajib mengenali bakat dan potensi unik yang ada dalam diri anda. Ia adalah anugerah Tuhan yang tidak ternilai. Yakinilah masing-masing kita terlahir dengan bakat dan potensi yang luar biasa. Tugas kitalah untuk memahami, mendeteksi dan mengenali bakat dan potensi apa sajakah yang kita miliki.

2. Asah kemampuan unik anda setiap hari Orang sukses adalah orang yang senantiasa mengasah kemampuan unik yang ada dalam dirinya, yang membedakan dirinya dengan 6 milyar orang lainnya. Tidak perlu malu, kemampuan sekecil apapun yang anda miliki sekarang adalah modal untuk menciptakan kesuksesan di masa depan. Petuah bijak mengatakan “Lakukanlah hal-hal kecil yang tidak anda sukai dengan disiplin tinggi, sehingga kelak anda dapat menikmati hal-hal besar yang sangat anda sukai.

3. Buat diri pribadi berbeda dan jadilah “One in a million kind of person” Kita semua terlahir berbeda dan diciptakan untuk membuat perbedaan hidup. Yakinilah bahwa kita adalah maha karya Tuhan yang luar biasa. Diri kita adalah tambang emas dan berlian yang tidak ternilai harganya. Maka buatlah diri berharga dengan menjadi yang berbeda dan bukan asal beda, tetapi harus unik. Berikanlah perbedaan besar dalam hidup sehingga hidup anda merupakan berkah dan anugerah bagi orang lain.

2.7 Hubungan Motivasi Dengan Kebutuhan Manusia Hubungan yang mendasar antara motivasi manusia dengan kebutuhan manusia bahwa pada dasarnya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan manusia baik kebutuhan dasar seperti kebutuhan untuk makan, minum, dan sebagainya serta kebutuhan dengan tingkatan yang paling atas (kebutuhan puncak) karena dipengaruhi oleh dorongan yang disebut motivasi. Motivasi (dorongan) ini 2.7 Hubungan Motivasi Dengan Kebutuhan Manusia Hubungan yang mendasar antara motivasi manusia dengan kebutuhan manusia bahwa pada dasarnya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan manusia baik kebutuhan dasar seperti kebutuhan untuk makan, minum, dan sebagainya serta kebutuhan dengan tingkatan yang paling atas (kebutuhan puncak) karena dipengaruhi oleh dorongan yang disebut motivasi. Motivasi (dorongan) ini

Akan tetapi, cara dalam mencapai kebutuhan untuk makan dan minum setiap individu berbeda-beda ada yang memperolehnya dengan tindakan-tindakan positif dan ada juga yang memperolehnya dengan tindakan-tindakan yang sifatnya negatif. Tindakan-tindakan positif tersebut dilakukan dengan cara bekerja, meminta bantuan, dan sebagainya. Sedangkan tindakan-tindakan yang bersifat negatif dapat dilakukan dengan jalan mencuri, merampas, dan sebagainya.

Dalam melakukan tindakan-tindakan tersebut, baik yang bersifat positif maupun negatif memiliki resiko masing-masing. Namun, pada manusia yang dalam memenuhi kebutuhannya dilakukan dengan cara yang negatif maka resiko yang diperolehnya akan brdampak besar dan dapat membahayakan keselamatan diri sendiri. Misalnya dengan mencuri untuk mendapat makanan maka kemungkinan resiko besar yang akan didapatkannya, yaitu dapat dihakimi masyarakat, bahkan dipukuli hingga timbul luka parah, akibat pukulan, dan sebagainya. Selain itu, berdasarkan teori Maslow, manusia tipe seperti itu termasuk tipe manusia yang tidak mengedepankan harga diri dan belum dapat mengaktualisasikan dirinya.

2.8 Analisis Hirarki Kebutuhan Menurut Maslow Dalam Tinjauan Desain Komunikasi Visual (Iklan Pemasaran) Berikut ini analisis dan pengidentifikasian ditinjau antara visualisasi iklan

pemasaran (DKV) dengan teori Kebutuhan Hirarki Manusia (Maslow) dalam bentuk tabel dibawah ini:

Tabel. 2.8.1 Klasifikasi Media Promosi (Periklanan) Menurut Teori Maslow

No. Klasifikasi Lima

Visualisasi

Tingkat Kebutuhan

Keterangan Manusia (Maslow)

Iklan Pemasaran

(DKV)

1. Kebutuhan Iklan Milna termasuk ke dalam Fisiologis

kebutuhan fisiologis akan (Physiological

pemenuhan kebutuhan nutrisi needs)

(bubur bayi) akan makanan. Produk ini dikemas dalam berbagai varian rasa, untuk menarik dan memotivasi bayi dalam memenuhi asupan gizinya yang sesuai dengan teori kebutuhan fisiologis menurut Maslow. Perusahaan Nestle mengeluarkan berbagai macam sereal bergizi yang ditujukan untuk anak-anak. Produk tersebut dikemas semenarik mungkin agar anak-anak menyukainya. Dalam sereal tersebut banyak mengandung vitamin, kalsium, dll. Corn flakes dibuat untuk memberikan motivasi anak-anak agar mau makan. Hal tersebut dalam teori Maslow dapat memberikan kebutuhan fisiologis bagi anak-anak.

Iklan AQUA termasuk ke dalam kebutuhan fisiologis menurut teori Maslow dalam memenuhi kebutuhan minum (air) untuk menunjang akan kandungan mineral di dalam tubuh agar stabil sehingga tubuh tidak lemas. Karena pada hakikatnya kandungan mineral di dalam tubuh manusia itu lebih banyak sekitar 80%. Produk ini sangat menarik perhatian konsumen dengan tag line yang diberikan yaitu “Kurang konsentrasi, Minum AQUA”, dimana pada tag line ini memberikan persuasi sekaligus informasi kepada konsumen bahwa kekurangan air didalam tubuh juga mempengaruhi kerja otak dari segi konsentrasi. Iklan Pocari Sweat termasuk ke dalam kebutuhan fisiologis. Dimana produk ini dikemas untuk memotivasi konsumen terutama orang dewasa akan pentingnya meminum air yang memiliki ion-ion yang berfungsi untuk menurunkan dehidrasi di dalam tubuh terlebih ketika selesai berolahraga yang mengeluarkan Iklan AQUA termasuk ke dalam kebutuhan fisiologis menurut teori Maslow dalam memenuhi kebutuhan minum (air) untuk menunjang akan kandungan mineral di dalam tubuh agar stabil sehingga tubuh tidak lemas. Karena pada hakikatnya kandungan mineral di dalam tubuh manusia itu lebih banyak sekitar 80%. Produk ini sangat menarik perhatian konsumen dengan tag line yang diberikan yaitu “Kurang konsentrasi, Minum AQUA”, dimana pada tag line ini memberikan persuasi sekaligus informasi kepada konsumen bahwa kekurangan air didalam tubuh juga mempengaruhi kerja otak dari segi konsentrasi. Iklan Pocari Sweat termasuk ke dalam kebutuhan fisiologis. Dimana produk ini dikemas untuk memotivasi konsumen terutama orang dewasa akan pentingnya meminum air yang memiliki ion-ion yang berfungsi untuk menurunkan dehidrasi di dalam tubuh terlebih ketika selesai berolahraga yang mengeluarkan

2. Kebutuhan Rasa Aman (Safety

Iklan Jamsostek yang dinaungi oleh Needs)

Perusahaan Persero ini termasuk kebutuhan rasa aman menurut teori Maslow. Dimana dalam iklan ini, menginformasikan mengenai layanan sosial yang memberikan keamanan-keamanan dalam jaminan kesehatan berupa asuransi kesehatan bagi tenaga kerja.

Iklan Mamy Poko Pants termasuk ke dalam teori kebutuhan rasa aman menurut Maslow. Dimana iklan ini memproduksi pumpers untuk anak balita agar ia dapat dengan nyaman beraktivitas maupun pada saat tidur tanpa terganggu oleh proses ekskresi (proses pengeluaran kotoran) dalam bentuk veses maupun pengeluaran air seni yang mereka keluarkan, sehingga mereka (bayi) tetap nyaman beraktivitas.

Iklan BPJS Ketenagakerjaan ini merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan akan rasa aman menurut teori Maslow. Dimana iklan ini menampilkan visualisasi pekerja yang merasa senang karena kesejahteraannya akan terjamin dalam aspek kesehatan, sosial, dan sebagainya serta menyediakan berbagai program-program sehingga pekerja terjamin segi keamanannya sampai di usia tuanya (masa pensiun)

3. Kebutuhan Sosial Iklan dari produk Clean & Clear (Social Needs)

tersebut dapat mempengaruhi konsumen terutama yang kulit wajahnya berjerawat setelah memakai produk Clean & Clear akan bersih. Setiap orang tentunya pasti ingin kulitnya bersih dan berseri yang mana produk tersebut mampu memenuhi kebutuhan sosial bagi konsumen.

Iklan Garnier juga termasuk ke dalam pemenuhan kebutuhan sosial menurut teori Maslow. Dalam iklan ini disampaikan informasi bahwa facial foam dalam merk dagang garnier ini mampu

membersihkan noda pada wajah sehingga memberikan kepercayaan kepada konsumen wanita untuk lebih percaya diri akan kecantikannya sehingga akan mudah bersosialisasi dengan orang lain disekitarnya. Iklan Samsung Galaxy Note II , termasuk ke dalam pemenuhan kebutuhan sosiologis yang mengeluarkan produk telekomunikasi berupa Handphone. Dengan produk ini maka, memberikan kemudahan bagi konsumen untuk berkomunikasi jarak jauh.

Iklan Zenfone Selfie, termasuk pemenuhan kebutuhan sosiologis dalam teori Maslow. Dimana produk ini mengeluarkan produk dibidang elektronik berupa kamera. Dengan adanya produk ini memberikan motivasi bagi konsumen untuk tetap eksis (menunjukkan eksistensinya dengan selfie/ foto-foto) bersama keluarga atau kerabat terdekat dan mendekatkan hubungan pertemanan maupun kekeluargaan.

4. Kebutuhan akan Kebutuhan akan harga diri Harga Diri (Esteem

tercermin dalam iklan AXIS dimana Needs)

pada iklan ini mengilustrasikan seorang yang berprofesi sebagai broadcast sedang berkomunikasi

dimana kebutuhan akan harga diri tercermin dari penerimaan pendapat yang dikemukakan salah satu temannya dalam forum diskusi. Ini membuktikan eksistensi seorang broadcast yang dihargai kemampuannya tanpa menghilangkan jati dirinya.

Iklan fairy and lovely termasuk pemenuhan kebutuhan harga diri. Dalam iklan ini menginformasikan seorang wanita dewasa madya yang sudah memperoleh gelar sarjana untuk dituntut menikah dengan orang tuanya dengan lelaki pilihan ayahnya yang berlatar belakang pendidikan S2. Namun, karena harga dirinya wanita dewasa ini meminta menunda pernikahannya itu lantaran Ia ingin melanjutkan studi lanjutnya ke jenjang S2. Ia berpikir bahwa kedudukan seorang wanita sama dengan laki-laki yaitu memiliki hak untuk berkarier, berpendidikan, dan sebagainya. Dalam iklan ini Iklan fairy and lovely termasuk pemenuhan kebutuhan harga diri. Dalam iklan ini menginformasikan seorang wanita dewasa madya yang sudah memperoleh gelar sarjana untuk dituntut menikah dengan orang tuanya dengan lelaki pilihan ayahnya yang berlatar belakang pendidikan S2. Namun, karena harga dirinya wanita dewasa ini meminta menunda pernikahannya itu lantaran Ia ingin melanjutkan studi lanjutnya ke jenjang S2. Ia berpikir bahwa kedudukan seorang wanita sama dengan laki-laki yaitu memiliki hak untuk berkarier, berpendidikan, dan sebagainya. Dalam iklan ini

Iklan Holcim, ini termasuk kebutuhan akan harga diri. Dimana dalam iklan ini dijelaskan seorang yang mampu memiliki dan membangun perusahaannya sendiri tanpa menjadi pegawai di perusahaan lain melalui kerja kerasnya. Ini membuktikan harga diri yang tinggi dari laki-laki yang memilih jalan hidupnya sebagai direktur perusahaan (CEO) dibandingkan bekerja diperusahaan lain (sebagai pegawai). Dimana lelaki ini mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain. Sehingga mendapat pengakuan akan statusnya dari orang lain.

5. Aktualisasi Diri (Self Kebutuhan aktualisasi diri ini juga Actualization)

tercermin dalam iklan Citra Wakame yaitu produk kecantikan kulit (hand body lotion). Dimana terdapat seorang desainer muda,

yang mana potensi yang ada pada dirinya diakui oleh orang lain disekitarnya. Secara visual dapat diamati bagaimana desiner muda ini membuat produk hijab bergaya modern yang dipakaikan kepada model busana muslimnya itu. Inilah bentuk pengakuan akan dirinya yang dikenal sebagai seorang desainer muda yang berbakat dalam memaksimalkan dan membuktikan potensi atau kemampuan yang ada pada dirinya dalam wujud profesi diri. Iklan Chevron Australia ini menunjukkan bentuk aktualisasi diri dari seorang laki-laki yang berprofesi sebagai seorang arsitek dalam membangun dan mengembangkan berbagai bentuk desain arsitekur-arsitektur bangunan dinegaranya Australia. Inilah bentuk aktualisasi diri laki-laki tersebut bahwa dirinya dikenal oleh lingkungannya sebagai seorang arsitek.

2.9 Tinjauan Desain Komunikasi Visual Terhadap Media Promosi (periklanan) Berdasarkan Teori Hierarki Kebutuhan Manusia Menurut Maslow

1. Analisis Kebutuhan Fisiologis

Gambar 2.9.1 Iklan Bubur Milna

Tabel 2.9.1 Spesifikasi Iklan Produk Milna

Nama Produk

: Milna Bubur Bayi

Produksi : PT. Sanghiang Perkasa, Jakarta Indonesia Karakteristik Visual Iklan

: - Warna hijau tua lebih mendominasi - Penggunaan warna kuning pastel - Terdapat titik fokus pada visualisasi bayi yang

dengan ekspresi tersenyum - Terdapat visualisasi sayur-sayuran dan daging

ayam - Typografi huruf menggunakan warna putih dan

warna hijau - Warna hijau sebagai latar background

packaging

Berat Bersih Produk (Netto)

: 120 gram

Tabel 2.9.2 Tabel Deskripsi Iklan Produk Milna

Produk di atas merupakan salah satu jenis iklan. Iklan merupakan bagian dari media promosi yang menekankan pada strategi promosi dalam upaya memperkenalkan juga menawarkan produk, baik berupa barang maupun jasa layanan kepada publik. Pada iklan milna ini, produk yang ditawarkan berupa produk makanan bayi. Dibagian packaging produk terdapat typografi yang menjelaskan informasi bahwa bubur bayi ini diperuntukkan bagi bayi yang berusia enam bulan ke atas. Dengan simbol huruf angka 6 dan tanda plus/tambah. Pada produk Milna ini, juga tertera informasi mengenai keunggulan dari produk bubur bayi ini seperti : ekstra energi, tinggi protein, rendah laktosa, mudah dicerna dan diserap. Selain itu pada bagian kiri bawah terdapat teks berwarna hitam yang menjelaskan berat bersih (netto) dari produk ini yaitu 120 gram serta keterangan BPOM RI dan perusahaan yang memproduksi produk Milna ini.

Pada kemasan produk Milna ini, fokus gambar atau yang menjadi point interest adalah visualisasi objek bayi dengan ekspresi wajah ceria (tersenyum), dengan di samping kanannya terdapat visual dari sayur-sayuran dan daging ayam. Pada bagian produk packaginya bertuliskan ingredients yang memberikan informasi mengenai kandungan gizi dan nutrisi dalam produk ini.

Warna-warna yang mendominasi pada produk Milna ini, adalah warna hijau sebagai latar background produk secara keseluruhan dan warna kuning pastel pada bagian kotak yang bertuliskan MILNA sebagai brand/merk produk tersebut. Penggunaan warna hijau, putih, kuning, dan hitam pada beberapa bagian teks tampak pada iklan ini.

Tabel 2.9.3 Tabel Analisis Iklan Produk Milna

Berdasarkan deskripsi yang telah dipaparkan di atas dapat di analisis, jika dikaitkan dengan teori hierarki kebutuhan oleh Abraham Maslow, produk ini mempromosikan produk makanan bayi yang mana berkaitan dengan tingkatan kebutuhan Maslow yaitu pada tingkatan pertama dan paling dasar (kebutuhan fisiologis). Dalam kebutuhan fisiologis, manusia membutuhkan makanan untuk berlangsungnya kehidupan. Dimana kehidupan manusia diawali pada saat bayi, Berdasarkan deskripsi yang telah dipaparkan di atas dapat di analisis, jika dikaitkan dengan teori hierarki kebutuhan oleh Abraham Maslow, produk ini mempromosikan produk makanan bayi yang mana berkaitan dengan tingkatan kebutuhan Maslow yaitu pada tingkatan pertama dan paling dasar (kebutuhan fisiologis). Dalam kebutuhan fisiologis, manusia membutuhkan makanan untuk berlangsungnya kehidupan. Dimana kehidupan manusia diawali pada saat bayi,

Tabel 2.9.4 Tabel Evaluasi Iklan Produk Milna

Berdasarkan analisis produk pada iklan Milna dapat di evaluasi secara universal, bahwa produk makanan bayi ini aman dikonsumsi untuk bayi berusia di atas 6 bulan. Terbukti dari lebel teks pada bagian bawah produk yang mencantumkan kode BPOM, sehingga produk tersebut berada dalam pengawasan dan izin dari BPOM karena sudah diuji kelayakkannya bebas dari zat-zat berbahaya.

Secara langsung, iklan Milna yang menawarkan produk bayi ini memberikan kemudahan bagi konsumen terutama untuk ibu-ibu muda yang memiliki bayi berusia di atas enam bulan supaya dapat tetap memberikan gizi dan nutrisi terhadap buah hatinya ketika beranjak tidak meminum ASI lagi. Namun, nutrisi dan gizi tetap dapat diberikan orang tua (ibu) mereka dalam memenuhi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayinya secara optimal.

Gambar 2.9.2 Iklan Corn Flakes

Tabel 2.9.5 Spesifikasi Iklan Produk Corn Flakes

Nama Produk

: Corn Flakes

Produksi

: PT.Nestle Indonesia

Karakteristik Visual Iklan : - Warna putih dan warna cream mendominasi pada bagian latar background produk - Penggunaan warna hijau muda pada bagian atas

produk iklan Serial Nestle - Terdapat titik fokus pada visualisasi sereal yang

dituangkan susu - Terdapat visualisasi objek jagung yang diposisi- kan dibagian kiri gambar sereal - Typografi huruf menggunakan warna merah pada bagian nama brand/merk produk Corn Flakes

- Warna kuning pada teks tulisan yang menjelas-

kan rasa sereal tersebut - Penggunaan warna putih pada nama perusaha- an yang memproduksi produk sereal Corn Flakes Berat Bersih Produk (Netto)

: 275 gram

Tabel 2.9.6 Tabel Deskripsi Iklan Produk Corn Flakes

Produk di atas merupakan produk iklan yang menawarkan produk makanan sereal untuk anak-anak. Pada iklan produk ini dapat diamati warna latar background produk yang lebih menekankan pada warna-warna putih. Selain itu titik fokus dalam iklan Corn Flakes terletak pada mangkuk berisi sereal dengan susu yang dituangkan ke dalam mangkuk tersebut. Di bagian samping kiri, visualisasi dari sereal Corn Flakes, menampilkan simbol jagung yang memberikan informasi bahwa produk makanan sereal ini terbuat dari bahan dasar jagung. Sehingga pemberian nama produknya juga disesuaikan dengan bahan dasar dari sereal yaitu corn yang diambil dari bahasa inggris, apabila diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia memiliki arti jagung.

Sedangkan kata flakes memiliki arti serpihan sesuai dengan bentuk sereal seperti serpihan-serpihan berbentuk oval.

Pada nama merk terdapat teks bertuliskan ‘Corn Flakes’ yang menekankan warna merah sehingga nama merk lebih terlihat kontras dari pada desain yang lainnya. Sedangkan untuk teks yang menerangkan nama produksi perusahaan tersebut yaitu

Nestle ditekankan warna putih (warna yang lebih terang) dengan latar tulisan berwarna hijau sehingga warna antara teks dengan latar tidak tumpang tindih dan terlihat lebih kontras. Dengan tingkat keterbacaan ada. Di posisi samping kiri pada bagian bawah bawah berdekatan dengan gambar jagung terdapat logo MUI, yang menginformasikan bahwa produk ini halal untuk dikonsumsi karena berasal dari nabati yaitu jagung. Dibawah logo MUI, terdapat kode produksi dari produk sereal Corn Flakes ini. Dibagian bawahnya terdapat nama perusahaan yang memproduksi produk sereal Corn Flakes dengan nama PT. Nestle Indonesia. Sedangkan di bagian bawahnya dari nama perusahaan terdapat kode BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan).

Tabel 2.9.7 Tabel Analisis Iklan Produk Corn Flakes

Berdasarkan deskripsi yang telah dipaparkan di atas dapat di analisis, menurut teori hierarki kebutuhan oleh Abraham Maslow. Produk ini mempromosikan produk makanan sereal untuk anak-anak yang mana berkaitan dengan tingkatan kebutuhan Maslow yaitu kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan pada tingkatan pertama dan yang paling dasar bagi individu.

Dalam kebutuhan fisiologis, manusia membutuhkan makanan untuk berlangsungnya kehidupan. Dimana individu membutuhkan asupan-asupan gizi dan nutrisi tambahan berupa vitamin dan kalsium untuk membantu masa pertumbuhan dan perkembangannya. Inilah yang disebut sebagai kebutuhan fisiologis yang mana berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia untuk tetap hidup dan melanjutkan tugas-tugas perkembangan ke tahap selanjutnya. Kebutuhan fisiologis ini akan terselesaikan jika individu telah memenuhi semua kebutuhannya dalam menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik.

Produk Corn Flakes ini di produksi untuk menarik perhatian anak-anak untuk Produk Corn Flakes ini di produksi untuk menarik perhatian anak-anak untuk

Tabel 2.9.8 Tabel Evaluasi Iklan Produk Corn Flakes

Berdasarkan analisis yang telah dipaparkan dapat di evaluasi, bahwa produk Corn Flakes ini baik dikonsumsi untuk anak-anak dalam berbagai tingkatan usia. Produk Makanan serial ini juga telah mendapatkan izin produksi dari BPOM dengan kode produksi makanan yang tertera pada packaging produk. Produk iklan Corn Flakes, memberikan kemudahan bagi konsumen yang memiliki anak-anak yang tidak mau sarapan pagi dengan nasi namun dapat diganti dengan makanan sereal Corn Flakes sebagai penggantinya.

Gambar 2.9.3 Iklan AQUA

Tabel 2.9.9 Spesifikasi Iklan Produk AQUA

Nama Produk

: AQUA

Produksi

: PT.Tirta Investama

Karakteristik Visual Iklan : - Produk yang digunakan dikemas dalam bentuk

botol. - Kemasan lebih menekankan warna-warna yang menyimbolkan karakteristik air yaitu pengguna- an warna biru dan warna putih.

- Jumlah warna yang digunakan oleh Aqua dalam kemasan adalah 6 buah warna, yaitu: biru tua, biru langit (sky blue), biru es (ice blue), hijau, merah, dan putih.

Berat Bersih Produk (Netto)

: 275 gram

Tabel 2.9.10 Tabel Deskripsi Iklan Produk AQUA