Pengaruh beban kerja terhadap kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta

  

PENGARUH BEBAN KERJA TERHADAP KELELAHAN

KERJA PADA PEKERJA JASA KULI ANGKUT

DI PASAR KLEWER SURAKARTA

SKRIPSI

  Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

  

Oleh :

Eka Febriani

R.0206065

PROGRAM D.IV KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

  

2010

]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan yang semakin kompleks dan diiringi dengan

  kemajuan teknologi yang semakin maju, orang selalu dituntut untuk senantiasa menciptakan dan mencapai keberhasilannya baik sosial maupun ekonomi. Di zaman globalisasi seperti ini perekonomian masyarakat semakin terpuruk karena persaingan dari pihak-pihak yang berkuasa sehingga mereka akan melakukan pekerjaan apapun untuk bisa menafkahi keluarganya. Tak jarang pekerjaan yang dilakukan menimbulkan resiko yang berbahaya karena beratnya beban kerja yang mereka tanggung. Beban setiap jenis pekerjaan berbeda-beda tergantung pada jenis dan lama pekerjaannya. Beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai terhadap kemampuan fisik dari pekerja tersebut. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat ketrampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan (Suma’mur, 1996).

  Negara Indonesia yang masih memiliki banyak tenaga kerja dengan ketrampilan maupun tingkat pendidikan rendah memiliki konsekuensi beban kerja yang mengarah ke fisik, seperti pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer. Jasa kuli angkut merupakan salah satu bagian dari masyarakat pekerja yang perlu mendapat perhatian karena proses kerja yang mereka lakukan banyak mengandung resiko terhadap kesehatan. Jasa kuli angkut adalah pekerja yang bekerja dengan menjual jasa mengangkut barang atau material dari satu tempat ke tempat yang lain. Pada umumnya pekerja tersebut menggunakan tubuh sebagai alat angkut seperti memikul, menjinjing, maupun memanggul. Pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer setiap harinya harus mengangkat beban barang-barang berat yang dapat menimbulkan kelelahan pada tubuhnya.

  Kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu yang tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Secara umum kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan sangat melelahkan.

  Berdasarkan survei yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2010 maka diperoleh hasil bahwa pasar Klewer merupakan pusat perdagangan tekstil terbesar di Jawa Tengah. Dalam setiap aktivitasnya pasar Klewer melibatkan beberapa jenis pekerjaan yang salah satunya adalah pekerja jasa kuli angkut.

  Keseluruhan dari pekerja jasa kuli angkut adalah laki-laki. Jasa kuli angkut di pasar Klewer tergabung dalam suatu organisasi yaitu SPTI (Serikat Pekerja

  Transport Indonesia). Dimana pekerjaan mereka adalah mengangkut barang seperti kain atau pakaian dari agen barang tersebut dan dipaketkan sampai ke kios pedagang yang berada di dalam pasar. Setiap hari pekerja jasa kuli angkut mampu mengangkat beban 10-75 kg dalam sekali angkat. Untuk beban kerja 40-75 kg melebihi beban yang ditetapkan dalam Permenakertranskop Nomor 1 Tahun 1978 yaitu sebesar 40 kg dalam sekali angkat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wildan Arief Amrullah pada Tahun 2006 terhadap 20 orang sampel buruh angkut barang di jalan beteng Semarang dengan beban angkut melebihi 40 kg sekali angkat, maka didapat 70% sampel mengalami tingkat Kelelahan Sedang (KS), selebihnya 30% dengan tingkat Kelelahan Ringan (KR) sesudah bekerja.

  Dari uraian di atas maka penulis ingin mengadakan penelitian tentang Pengaruh beban kerja terhadap kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli angkut di pasar klewer Surakarta.

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : “Adakah Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada Pekerja Jasa Kuli Angkut di Pasar Klewer Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk : 1.

  Umum Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh beban kerja terhadap kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta.

2. Khusus a.

  Untuk melakukan pengukuran terhadap beban kerja yang diangkat oleh pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta.

  b.

  Untuk melakukan penilaian kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer setelah mengangkat beban kerja dalam sekali angkat.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Teoritis Diharapkan penelitian ini sebagai pengkajian bahwa beban kerja dapat mempengaruhi kelelahan kerja.

2. Praktis a.

  Diharapkan para pekerja jasa kuli angkut dapat mengetahui beban kerja yang optimal yang harus mereka angkut agar tidak mengalami kelelahan kerja.

  b.

  Diharapkan para pekerja jasa kuli angkut lebih memperhatikan kesehatannya agar dapat menciptakan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya.

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Beban Kerja a. Pengertian beban kerja Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban ini

  dapat berupa beban fisik, beban mental atau beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaannya. Masing-masing orang mempunyai kemampuan yang berbeda–beda dalam hubungannya dengan beban kerja. Ada orang yang lebih cocok untuk melakukan pekerjaan yang banyak pada beban mental atau fisik. Beban pekerjaan yang diberikan kepada tenaga kerja dan menjadi tanggungjawabnya, baik berupa fisik maupun mental harus sesuai dengan kemampuan tenaga kerja (Sugeng Budiono, 1990).

  Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh tenaga kerja dalam jangka waktu tertentu (Eko Nurmianto, 1998). Semua pekerjaan harus selalu diusahakan dengan sikap kerja yang ergonomis. Segala sikap yang tidak alamiah harus dihindarkan, bila tidak diusahakan agar beban statis menjadi sekecil- kecilnya (Suma’mur, 1989). Beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai terhadap kemampuan fisik dari pekerja tersebut. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat ketrampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan (Suma’mur,1996).

  b.

  Faktor yang mempengaruhi beban kerja Menurut Tarwaka (2004) bahwa secara umum hubungan antara beban kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor eksternal maupun internal. 1)

  Faktor eksternal Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah :

  a) Tugas-tugas (task) yang dilakukan baik yang bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan kerja, sikap kerja, sarana informasi termasuk display dan kontrol, alur kerja dan lain-lain.

  b) Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti, lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja, musik kerja, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenag.

  c) Lingkungan kerja dapat memberikan beban tambahan pada pekerja adalah :

  (1) Lingkungan kerja fisik seperti : mikroklimat (suhu udara, kelembaban udara, kecepatan rambat udara dan suhu radiasi), intensitas penerangan, intensitas kebisingan, vibrasi mekanis dan tekanan udara.

  (2) Lingkungan kerja kimiawi seperti : debu, gas-gas pencemar udara, uap logam, fume dalam udara dan lain-lain.

  (3) Lingkungan kerja biologis seperti : bakteri, virus dan parasit, jamur, serangga.

  (4) Lingkungan kerja psikologis seperti : pemilihan dan penempatan tenaga kerja, hubungan antara pekerja dengan pekerja, pekerja dengan atasan, pekerja dengan keluarga dan pekerja dengan lingkungan sosial yang berdampak kepada performansi kerja di tempat kerja.

  2) Faktor internal

  Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat reaksi dari beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi :

  a) Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan dan status gizi).

  b) Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

  c) Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot. Sedang kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.

  c.

  Berat beban kerja Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungan dengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik, mental atau sosial. Namun sebagai persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul beban pada suatu berat tertentu. Bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan, pengalaman, ketrampilan, motivasi dan lain sebagainya (Suma’mur P.K, 1996). Untuk jenis pekerjaan angkat dan angkut, maka beban maksimum yang diperkenankan agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. Per-01/MEN/1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Penebangan dan Pengangkatan Kayu adalah : Tabel 1. Beban Kerja Menurut Jenis Kelamin

  Pekerja Dewasa Pekerja Muda Angkat-angkut Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita (Kg) (Kg) (Kg) (Kg)

  1. Mengangkat sesekali

  40

  15 15 10-12

  2. Terus menerus 15-18 10 10-15 6-9 Sumber : Kepmenakertranskop No. Per. 01/MEN/1978 Keterangan : Pekerja dewasa : >17 Tahun Pekerja muda :

  ≤17 Tahun d. Dampak beban kerja

  Manusia dan beban kerja serta faktor–faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kesatuan demikian digambarkan sebagai roda keseimbangan yang dinamis. Apabila ada keseimbangan yang tidak menguntungkan, terdapatlah keadaan labil bagi tenaga kerja dan berakibat pada gangguan daya kerja, kelelahan, gangguan kesehatan bahkan kematian. Penyakit akibat demikian mungkin berupa pemburukan penyakit–penyakit umum dengan frekuensi angkat dan beban kerjanya meningkat, tapi mungkin pula menjadi penyakit akibat kerja (Suma’mur P.K, 1996).

  Berat beban yang melebihi batas kemampuan fisik yang menyebabkan kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja seperti discherniation, fraktur pada tulang belakang, robekan pada ligamen otot, ketegangan otot dan keseleo (Lidia BR Tarigan, 2002).

2. Kelelahan Kerja

  a. Pengertian kelelahan kerja Kelelahan kerja adalah kelelahan yang terjadi pada manusia oleh karena kerja yang dilakukan. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan (Fatigue) adalah suatu kondisi yang telah dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan. Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda–beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur P.K, 1996). Kelelahan disini diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Sritomo Wignjosoebroto, 2003).

  b. Kelelahan diklasifikasikan menjadi 2 jenis : 1)

  Kelelahan Otot Merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot.

  Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar atau

  external signs (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003).

  2) Kelelahan Umum

  Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni pekerjaan, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean, 1993). Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa “ngantuk” (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003).

  c.

  Faktor yang berhubungan dengan kelelahan Terjadinya kelelahan tidak begitu saja, tetapi ada faktor yang berhubungan dengan kelelahan. Faktor tersebut sebagai pembatas yang tidak boleh dilampaui agar pekerja dapat bekerja dengan aman, nyaman dan sehat (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003). Adapun faktor tersebut adalah: 1)

  Faktor internal

  a) Usia

  Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia pertengahan 20–50an dan kemudian menurun dengan bertambahnya usia (David Lambert, 1996). Dengan menanjaknya umur, maka kemampuan jasmani dan rohani pun akan menurun secara perlahan–lahan tapi pasti. Aktivitas hidup juga berkurang, yang mengakibatkan semakin bertambahnya ketidakmampuan tubuh dalam berbagai hal. Pada usia lanjut jaringan otot akan mengerut dan digantikan oleh jaringan ikat. Pengerutan otot menyebabkan daya elastisitas otot berkurang termasuk juga daya angkat beban (Arcole Margatan, 1996) b)

  Jenis kelamin Pekerja laki-laki kemampuan fisiknya berbeda dengan wanita, karena kekuatan fisik tubuh wanita rata-rata sekitar 2/3 dari pria. Poltrast dalam jurnal Wildan Arief Amrullah (2006) menyebutkan wanita mempunyai kekuatan 65% dalam mengangkat dibanding rata-rata pria. Sebab ini bisa dikarenakan para wanita mengalami siklus biologi seperti haid, kehamilan, nifas, menyusui dan lain-lain. Sebagai gambaran kekuatan wanita yang lebih jelas, wanita muda dan laki-laki tua kemungkinan dapat mempunyai kekuatan yang hampir sama (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003).

  c) Masa kerja

  Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja maka akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton dan berulang.

  d) Status gizi

  Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003).

  2) Faktor eksternal

  a) Jarak angkat beban

  Pada saat melakukan pekerjaan mengangkat dan mengangkut jarak angkat juga diperhitungkan yakni semakin jauh jarak angkat maka semakin besar energi yang dikeluarkan untuk pekerjaan mengangkat dan mengangkut sehingga dapat menyebabkan kelelahan.

  b) Lingkungan fisik

  (1) Kebisingan

  Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003). Kebisingan adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis manakala bunyi-bunyi tersebut tidak diinginkan (Suma’mur P.K, 1996).

  Nilai ambang batas adalah standart faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari- hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Kepmenaker No. Kep-51 MEN/1999). NAB kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus-menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003). Sesuai Kepmenaker No : Kep. 51/MEN/1999 bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperbolehkan untuk kebisingan ialah 85 dBA.

  Kebisingan >85 dBA bersifat mengganggu kenyamanan kerja, berpengaruh buruk terhadap komunikasi dan tidak menguntungkan terhadap efisiensi. Efeknya terhadap saraf otonom antara lain adalah menaikkan denyut jantung dan tekanan darah serta bertambahnya tegangan otot (Suma’mur P.K, 1996). Kebisingan menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan stress.

  (2) Tekanan panas

  Tekanan Panas adalah kombinasi antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi, kombinasi ke empat faktor itu dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh. Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap akibat keseimbangan diantara panas yang dihasilkan di dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar (Suma’mur, 1996).

  Untuk menilai tingkat tekanan panas dalam lingkungan kerja digunakan beberapa indek diantaranya adalah dengan W.B.G.T (Wet Bulb Globe Temperature

  Index) . Di Indonesia dikenal dengan nama Indeks Suhu

  Basah dan Bola. Untuk menghitung ISBB digunakan rumus:

  ISBB : 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering (untuk di luar ruangan yang ada pengaruh sinar matahari).

  ISBB : 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi (untuk penilaian di dalam ruangan kerja atau gedung).

  Keterangan : ISBB (Indek Suhu Basah dan Bola) Nilai Ambang Batas untuk tekanan panas dilingkungan kerja yang diperkenankan tergantung dari waktu kerja dan beban kerja. Berdasarkan Kepmenaker No. Kep-51/MEN/1999 adalah sebagai berikut : Tabel 2. NAB Indek Suhu Basah dan Bola

  ISBB (

  C) Pengaturan waktu kerja Beban Kerja setiap jam Ringan Sedang Berat

  Bekerja terus menerus 30,0 26,7 25,0 75% kerja, 25% istirahat 30,6 28,0 25,9 50% kerja, 50% istirahat 31,4 29,4 27,9 25% kerja, 75% istirahat 32,2 31,1 30,0

  Sumber : Kepmenaker No. Kep-51/MEN/1999 Tekanan panas yang berlebihan merupakan beban tambahan yang harus diperhatikan dan diperhitungkan.

  Beban tambahan berupa panas lingkungan, dapat menyebabkan beban fisiologis, misalnya kerja jantung menjadi bertambah. Tekanan panas yang berlebih juga dapat mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia serta dapat mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatnya jumlah angka kesalahan kerja sehingga dapat menurunkan efisiensi kerja (Eko Nurmianto, 1996).

  d. Gejala kelelahan Menurut (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003), berikut adalah gambaran mengenai gejala kelelahan (Fatigue Symptons) secara subyekif dan objektif :

  1) Perasaan lesu, ngantuk dan pusing. 2) Tidak atau berkurangnya konsentrasi. 3) Berkurangnya tingkat kewaspadaan. 4) Persepsi yang buruk dan lambat. 5) Tidak ada atau berkurangnya gairah untuk bekerja. 6) Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.

  Suma’mur P.K, 1996, membuat daftar gejala atau perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan yaitu : 1)

  Pelemahan kegiatan Gejala kelelahan yang berupa pelemahan kegiatan ditunjukkan dengan : a)

  Perasaan berat di kepala

  b) Badan terasa lelah

  c) Kaki terasa berat

  d) Menguap

  e) Pikiran kacau

  f) Mengantuk

  g) Ada beban pada mata

  h) Gerakan canggung dan kaku i)

  Berdiri tidak stabil j) Ingin berbaring

  2) Pelemahan motivasi

  Gejala kelelahan yang berupa pelemahan motivasi ditunjukkan dengan : a)

  Susah berfikir

  b) Lelah untuk berbicara

  c) Menjadi gugup

  d) Tidak dapat berkonsentrasi

  e) Sulit memusatkan perhatian

  f) Mudah lupa

  g) Kepercayaan diri berkurang

  h) Merasa cemas i)

  Sulit mengontrol sikap j) Tidak tekun dalam pekerjaan

  3) Pelemahan fisik

  Gejala kelelahan yang berupa pelemahan fisik ditunjukkan dengan:

  a) Sakit di kepala

  b) Kaku di bahu

  c) Merasa nyeri di punggung

  d) Sesak nafas

  e) Haus

  f) Suara serak

  g) Merasa pening

  h) Spasme di kelopak mata i) Tremor pada anggota badan j) Merasa kurang sehat 3.

  Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Pekerja jasa kuli angkut pasar Klewer setiap harinya mengangkat beban antara 10-75 kg dalam sekali angkat. Untuk beban kerja yang lebih dari 40-75 kg melebihi beban yang ditetapkan dalam Permenakertranskop Nomor 1 Tahun 1978 yaitu sebesar 40 kg. Sehingga pekerja jasa kuli angkut akan cenderung mengalami kelelahan karena beban yang diangkatnya yang melebihi batas. Beban kerja berat yang tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik akan berakibat pada meningkatnya kandungan asam laktat, sedangkan asam laktat merupakan manifestasi dari kelelahan (Eko Nurmianto, 2003).

  Saat mengangkat beban yang berat otot akan bekerja secara bergantian, sesuai dengan irama tegang atau kencang tekan dan kendor seperti layaknya kerja dari sebuah “pompa” yang membawa dampak pada kelancaran aliran darah. Di sini otot akan banyak sekali membawa atau menerima glukosa dan O

  2 pada saat mengencang dan selanjutnya

  membuang metabolis (sisa hasil pembakaran atau metabolisme) pada saat mengendor karena mekanisme mengencang dan mengendornya otot terjadi secara bergantian, maka sirkulasi aliran darah, O dan metabolisme akan

  2

  berlangsung secara lancar. Sebaliknya yang terjadi dalam kerja otot secara statik, disini mengencang otot dalam waktu lama akan menyebabkan aliran darah terganggu, suplai glukosa dan darah terhambat mengakibatkan metabolisme tidak bisa segera terbuang. Kondisi tesebut akan mengakibatkan rasa sakit dan lelah pada otot (Sritomo Wignjosoebroto, 2003).

  B. Kerangka Pemikiran

  Beban Kerja Berat Otot mengencang dalam jangka waktu yang lama

  Aliran darah terganggu Suplai glukosa dan O terhambat

  2 Metabolisme tidak cepat terbuang

  Rasa sakit dan lelah pada otot Kelelahan kerja

  Faktor internal : Faktor eksternal : 1.

  1. Usia Jarak angkat 2.

  2. Jenis kelamin Lingkungan fisik 3.

  Masa kerja 4. Status gizi

  C. Hipotesis

  Ada Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja pada Pekerja Jasa Kuli Angkut di Pasar Klewer Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik

  yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya (Sumadi Suryabrata, 1989).

  Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang sama (Soekidjo Notoatmojo, 2003).

  B. Lokasi dan Waktu Penelitian

  Penelitian dilaksanakan di Pasar Klewer Surakarta, pada bulan April 2010.

  C. Populasi Dan Sampel

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta yang berada di titik 2 (pasar Klewer bagian barat) berjumlah 50 orang. Subyek yang digunakan adalah 34 pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer yang telah memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :

  1) Usia 20-50 Tahun

2) Masa kerja lebih dari 5 Tahun.

  3) Jarak angkat lebih dari 10 meter

  4) Mengangkat beban secara manual

  5) Bersedia menjadi subyek penelitian D.

   Teknik Sampling

  Teknik sampling dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Purposive sampling, yaitu pemilihan kelompok subyek dengan jumlah yang sudah ditentukan sebelumnya berdasarkan ciri dan sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat populasi (Soekidjo Notoatmojo, 1993).

E. Identivikasi Variabel Penelitian 1.

  Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Beban Kerja.

  2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kelelahan kerja.

  3. Variabel Pengganggu Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada 2, yaitu : a.

  : Usia, jenis kelamin, masa Variabel pengganggu terkendali kerja dan jarak angkat beban. b.

  Variabel pengganggu tidak terkendali : Status gizi dan lingkungan fisik.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1.

  Beban Kerja Beban kerja adalah beban yang harus diangkut oleh tenaga kerja di tempat kerja. Dalam penelitian ini menggunakan timbangan barang untuk mengukur berat kain atau pakaian dalam 1 karung. Alat ukur : Timbangan Barang Satuan : Kg Hasil pengukuran beban kerja dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu beban kerja ringan jika berat beban kerja

  ≤40 kg dan beban kerja berat jika beban ≥40 kg.

  Skala pengukuran : Ordinal 2. Kelelahan Kerja

  Kelelahan kerja adalah kelelahan yang terjadi pada tenaga kerja oleh karena mengangkat beban kerja yang berat. Kelelahan diperoleh dari jumlah skor jawaban perasaan kelelahan pada kuesioner. Alat ukur : KUPK2 (Kuesioner Umum Perasaan Kelelahan Kerja) Satuan : Jumlah skor Hasil pengukuran kelelahan kerja diperoleh dalam bentuk skor antara 0-

  60. Kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu : a.

  Tenaga kerja yang tidak mengalami kelelahan jika skor kurang dari 30. b.

  Tenaga kerja yang mengalami kelelahan jika skor lebih dari 30. Skala pengukuran : Nominal G.

   Desain Penelitian

  Populasi

  Purposive sampling

  Subjek Beban kerja

  Beban kerja berat ringan

  Mengalami Tidak mengalami Mengalami Tidak mengalami kelelahan kerja kelelahan kerja kelelahan kerja kelelahan kerja

  X1 X2

  X3 X6

  Chi Square Test

  Keterangan : X1 : Tenaga kerja mengangkat beban ringan mengalami kelelahan kerja.

  X2 : Tenaga kerja mengangkat beban ringan tidak mengalami kelelahan kerja.

  X3 : Tenaga kerja mengangkat beban berat mengalami kelelahan kerja. X4 : Tenaga kerja mengangkat beban berat tidak mengalami kelelahan kerja.

H. Instrumen Penelitian

  Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungannya adalah : a.

  Timbangan Barang, yaitu timbangan yang digunakan untuk mengukur berat 1 karung kain atau pakaian.

  b.

  KUPK2 (Kuesioner Umum Perasaan Kelelahan Kerja), yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kelelahan pada subyek penelitian.

I. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

  Menurut Hastono (2001) teknik pengolahan dan analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Chi Square Test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 10.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut : a.

  Jika p value £ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

  b.

  Jika p value > 0,01 tetapi £ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

  c.

  Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.

  

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Pasar Klewer Pasar Klewer merupakan pusat perdagangan tekstil terbesar di Jawa Tengah. Dalam setiap aktivitasnya pasar Klewer melibatkan beberapa jenis

  pekerjaan yang salah satunya adalah pekerja jasa kuli angkut. Keseluruhan dari pekerja jasa kuli angkut adalah laki-laki. Jumlah anggota kuli angkut di pasar Klewer adalah 50 orang. Dimana pekerjaan mereka adalah mengangkut barang seperti kain atau pakaian dari agen barang tersebut dan dipaketkan sampai ke kios pedagang yang berada di dalam pasar. Setiap harinya pekerja jasa kuli angkut bekerja selama 6 jam. Beban yang diangkut tenaga kerja kebanyakan lebih dari 40 kg dan hal ini melebihi batas ketentuan yang telah ditetapkan oleh Permenakertranskop No. Per. 01/MEN/1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Penebangan dan Pengangkatan Kayu.

B. Karakteristik Responden

  Karakteristik pekerja jasa kuli angkut yang dilihat adalah usia, masa kerja dan jenis kelamin. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab dari kelelahan kerja pada tenaga kerja. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 34 responden. Jenis kelamin responden yang ada dalam penelitian ini

  26 adalah laki-laki karena di pasar Klewer tidak ada kuli angkut wanita. Tabel distribusi usia dan masa kerja responden dapat dilihat sebagai berikut :

  1. Usia Responden Dari hasil penelitian terhadap 34 responden menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan usia diketahui bahwa usia terendah responden adalah 20 tahun dan usia tertinggi responden adalah 50 tahun. Distribusi usia responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3. Distribusi Usia Responden

  

No Rentang Usia Jumlah Presentase Jumlah

(Tahun) (%) Kumulatif

  1 20-25 6 17,65 17,65 2 26-30 5 14,71 32,36 3 31-35 3 8,82 41,18 4 36-40 4 11,76 52,94 5 41-45 5 14,71 67,65 6 46-50

  11 32,35 100 Jumlah Total 34 100

  Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 20 April 2010 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa usia responden terendah atau termuda pada kelompok usia 20-25 tahun yang berjumlah 6 orang (17,65%) dan usia tertinggi atau tertua pada kelompok usia 46-50 tahun yang berjumlah 11 orang (32,35%).

  Jika ditinjau dari distribusi usia responden dari tiap-tiap kelompok usia diperoleh usia responden dalam penelitian ini yang terbanyak pada rentang usia antara 46-50 tahun yaitu sebesar 32,35%.

  2. Masa Kerja Responden Dari hasil penelitian terhadap 34 responden menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan masa kerja diketahui masa kerja tertinggi adalah 28 tahun dan masa kerja terendah adalah 6 tahun. Distribusi masa kerja responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4. Distribusi Masa Kerja Responden

  No Rentang Masa Jumlah Presentase Jumlah Kerja (Tahun) (%) Kumulatif

  1 6-10 18 52,94 52,94 2 11-15 5 14,71 67,65 3 16-20 6 17,65 85,3 4 21-25 3 8,82 94,12 5 >25 2 5,88 100

  Jumlah Total 34 100 Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 20 April 2010

  Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa masa kerja responden dengan masa kerja baru atau pekerja baru adalah 6-10 tahun yang berjumlah 18 orang (52,94%) dan masa kerja responden lama atau pekerja lama adalah >25 tahun berjumlah 2 orang (5,88%).

C. Analisis Univariat 1.

  Tekanan Panas Tekanan panas merupakan salah satu faktor luar yang menjadi penyebab kelelahan. Tekanan panas yang ada di pasar Klewer Surakarta bersumber dari ventilasi udara yang buruk sehingga menimbulkan tekanan panas. Pengukuran tekanan panas dilakukan di dalam pasar Klewer dengan mengambil titik pengukuran di sekitar tempat kerja. Data pengukuran tekanan panas pada lingkungan kerja di pasar Klewer Surakarta adalah sebagai berikut :

  Tabel 5. Data Pengukuran Tekanan Panas.

  O No Lokasi pengukuran Indek Suhu Basah Bola (

  C)

  1 Titik I 26,4

  2 Titik II 27,6

  3 Titik III 28,1

  4 Titik IV 27,4 Sumber : Pengukuran pada tanggal 20 April 2010

  Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pengukuran yang dilakukan di empat titik yang berada di dalam pasar Klewer diperoleh hasil

  O O

  pengukuran antara 26,4 C sampai dengan 28,1

  C. Hasil pengukuran dari masing-masing lokasi titik pengukuran tersebut melebihi NAB untuk iklim kerja tekanan panas sehingga tidak sesuai dengan Kepmenaker No. Kep-

  O

  51/MEN/1999 dengan kategori kerja sedang yaitu 28,0 C karena variasi kerja yang dilakukan oleh pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta 75% kerja dan 25% istirahat..

2. Kebisingan

  Kebisingan merupakan faktor luar yang dapat menimbulkan kelelahan kerja. Kebisingan berasal dari suara kendaraan yang berada disekitar pasar Klewer, suara musik dan suara penjual dan pembeli yang melakukan proses jual beli. Pengukuran kebisingan dilakukan dengan mengambil titik-titik pengukuran di sekitar tempat kerja. Hasil pengukuran kebisingan yang ada di pasar Klewer Surakarta adalah sebagai berikut : Tabel 6. Data Pengukuran Intensitas Kebisingan

  O No Lokasi pengukuran

  ISBB (

  C)

  1 Titik I

  78

  2 Titik II

  78

  3 Titik III

  79

  4 Titik IV

  79 Sumber : Pengukuran pada tanggal 20 April 2010 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pengukuran kebisingan yang dilakukan di empat titik pengukuran diperoleh hasil pengukuran antara 78 dBA sampai dengan 79 dBA. Hasil pengukuran dari masing-masing titik tersebut diperoleh hasil bahwa pengukuran kebisingan masih di bawah NAB. Hal ini sesuai dengan Kepmenaker No. Kep- 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.

  Yang dimaksud dengan NAB adalah standart faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sahari-hari untuk waktu yang tidak melebihi 8 jam sehari dan 40 jam seminggu adalah 85 dBA.

3. Beban Kerja

  Pekerjaan mengangkat dan mengangkut merupakan pekerjaan yang sehari-hari dilakukan oleh pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta. Berat beban yang diangkut oleh pekerja jasa kuli angkut sangat bervariasai atau berbeda-beda. Untuk beban kerja

  ≤40 kg merupakan beban kerja ringan, sedangkan untuk beban kerja lebih dari ≥40 kg merupakan beban berat. Berat beban kerja yang diterima oleh pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 7. Berat Beban Kerja pada Pekerja Jasa Kuli Angkut

  

No Berat Beban (Kg) Jumlah Presentase (%)

  1 10-20 2 5,88 2 21-30 5 14,71 3 31-40 6 17,65 4 41-50 3 8,82 5 51-60 9 26,47 6 61-70 4 11,76 7 71-80 5 14,71

  Jumlah Total 34 100 Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 20 April 2010 Tabel 8. Berat Beban Kerja

  No Berat Beban Jumlah Presentase (%)

  1 Berat beban kerja 21 61,76 ≥40 kg

  2 Berat bebankerja kurang 13 38,24 ≤40 kg

  Jumlah Total 34 100 Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 20 April 2010

  Dari tabel pengukuran berat beban kerja di atas dapat diketahui bahwa berat beban angkat dan angkut yang dilakukan oleh pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta kebanyakan adalah

  ≥40 kg. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan kegiatan mengangkat dan mengangkut ini tenaga kerja mengalami kelebihan berat beban kerja.

4. Kelelahan Kerja

  Berdasarkan perhitungan terhadap 34 responden pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KUPK2) yang disusun oleh Suma’mur (1996), dengan total skor 60. Untuk skor

  ≤30 responden tidak mengalami kelelahan sedangkan untuk skor ≥30 responden mengalami kelelahan.

  Hasil pengukuran kelahan adalah sebagai berikut : Tabel 9. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja

  No Skor kelelahan Kerja Jumlah Presentase (%)

  1 1-10 2 5,88 2 11-20 5 14,71 3 21-30 8 23,53 4 31-40 9 26,47 5 41-50 7 20,59 6 51-60 3 8,82

  Jumlah Total 34 100 Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 20 April 2010 Berdasarkan perhitungan kelelahan kerja dengan menggunakan skor kelelahan terhadap 34 responden dengan beban kerja ≤40 kg dan beban kerja

  ≥40 kg maka diperoleh data sebagai berikut : Tabel 10. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja dengan Beban Kerja

  ≤40 kg

  No Beban kerja Jumlah Presentase (%)

  ≤40Kg

  1 Lelah 2 15,38

  2 Tidak lelah 11 84,62 Jumlah Total 13 100

  Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 20 April 2010 Tabel 11. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja dengan Beban Kerja

  40 kg No Beban kerja Jumlah Pesentase (%)

≥40 Kg

  1 Lelah 17 80,95

  2 Tidak lelah 4 19,05 Jumlah Total 21 100

  Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 20 April 2010 Dari tabel pengukuran kelelahan pada pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta di atas dapat diketahui bahwa beban kerja yang diangkat oleh pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer kebanyakan

  ≥40 kg. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan kegiatan mengangkat dan mengangkut ini tenaga kerja mengalami kelelahan karena mengangkat beban

  ≥40 kg.

D. Analisis Bivariat

  Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh beban kerja

  2

  terhadap kelelahan kerja yaitu diperoleh nilai =11,468 dan nilai p = 0,001 χ sehingga dapat disimpulkan bahwa p<0,01 sehingga ada pengaruh yang sangat signifikan antara beban kerja dengan kelelahan kerja. Selengkapnya lihat lampiran 1.

BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Sampel dalam penelitian ini adalah tenaga kerja jasa kuli angkut di

  pasar Klewer Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi yang berjumlah 34 orang. Berdasarkan data kuesioner yang dibagikan pada pekerja jasa kuli angkut pada waktu dilakukan penelitian maka dapat diketahui bahwa pekerja jasa kuli angkut dengan usia yang paling tua adalah 50 tahun sedangkan usia yang termuda adalah 20 tahun. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui usia terbanyak dalam penelitian ini adalah 46-50 tahun. Hal tersebut dapat menimbulkan kelelahan pada pekerja jasa kuli angkut karena semakin bertambahnya usia seseorang maka semakin berkurangnya kemapuan fisik sehingga mudah lelah (David Lambert, 1996). Keadaan tersebut dapat diatasi dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya (Sugeng Budiono, A.M, dkk, 2003).

  Selain itu pekerja dalam mengangkut beban harus disesuaikan dengan kemampuan fisiknya agar tidak menimbulkan kelelahan.

  Selain usia, kelelahan juga dipengaruhi oleh berat beban kerja yang diangkat dan jarak angkat beban. Dari hasil penelitian pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer sebagian besar mengangkat beban

  ≥40 kg dalam sekali angkat

  32 sehingga pekerja jasa kuli angkut mengalami kelelahan dan jarak angkat beban yang terlalu jauh dapat menimbulkan kelelahan karena semakin jauh jarak angkat beban maka semakin besar energi yang dikeluarkan untuk pekerjaan mengangkat dan mengangkut (Sugeng Budiono, A.M, dkk,2003)..

B. Analisis Univariat 1.

  Tekanan Panas Hasil pengukuran tekanan panas di pasar Klewer Surakarta

  O O

  melebihi nilai ambang batas yaitu antara 26,4 C sampai dengan 28,1 C. Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat

  O

  kerja, nilai tersebut termasuk dalam kategori kerja sedang yaitu 28,0 C karena variasi kerja yang dilakukan oleh pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta 75% kerja dan 25% istirahat. Untuk NAB Iklim Kerja Indek Suhu Basah dan Bola dapat di lihat pada tabel 12.

  Tabel 12. NAB Indek Suhu Basah dan Bola

  Pengaturan waktu

  ISBB (

  C) kerja setiap jam Beban Kerja Ringan Sedang Berat

  Bekerja terus menerus 30,0 26,7 25,0 75% kerja, 25% istirahat 30,6 28,0 25,9 50% kerja, 50% istirahat 31,4 29,4 27,9 25% kerja, 75% istirahat 32,2 31,1 30,0

  Sumber : Kepmenaker No. Kep-51/MEN/1999 2. Kebisingan

  Hasil pengukuran kebisingan di pasar Klewer Surakarta antara 78 dBA sampai dengan 79 dBA. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja, nilai tersebut masih di bawah NAB yaitu untuk intensitas kebisingan yang bekerja selama 8 jam per hari atau 40 jam perminggu memiliki Nilai Ambang Batas (NAB) 85 dBA.

  3. Beban Kerja Untuk jenis pekerjaan angkat dan angkut, maka beban maksimum yang diperkenankan agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No.Per-01/MEN/1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Penebangan dan Pengangkatan Kayu untuk mengangkat dalam sekali angkat adalah 40 kg untuk pria. Hasil analisis berat beban menunjukkan bahwa jasa kuli angkut barang di pasar Klewer Surakarta mengangkat beban antara 10-75 kg dalam sekali angkat. Melihat aturan tersebut maka beban angkut pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta telah melebihi batas yang ditetapkan, karena berat beban yang banyak diangkat oleh pekerja jasa kuli angkut

  ≥40 kg dalam sekali angkat. Berat beban yang melebihi peraturan di atas dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja seperti disc herniation, fraktur pada tulang belakang, robekan pada ligamen otot, ketegangan otot dan keseleo (Lidia BR Tarigan, 2002). Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi akibat hal di atas, akan mempengaruhi produktivitas dari buruh angkut itu sendiri, karena pekerja harus kehilangan hari kerja dan pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat penghasilan.

4. Kelelahan Kerja

  Data hasil pengukuran kelelahan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KUPK2). Perasaan kelelahan yang sering terjadi pada buruh angkut adalah pada saat mengangkat beban kerja

  ≥40 kg, jika hal tersebut terus terjadi maka dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

C. Analisis Bivariat

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer surakarta berkaitan erat dengan berat

  2

  beban angkat. Hal ini ditunjukkan dari uji Chi Square Test dengan =11,468 χ dan p = 0,001 dimana nilai tersebut <0,01 adalah sangat signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Eko Nurmianto (2003) beliau menyatakan bahwa beban kerja tinggi yang tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik akan berakibat pada meningkatnya kandungan asam laktat, sedangkan asam laktat merupakan manifestasi dari kelelahan.