DOCRPIJM 1505366937BAB IV PROFIL KOTA TERNATE

I RPI2-JM I Kota Ternate I

04

PROFIL KOTA TERNATE
4.1 GAMBARAN GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH
4.1.1 Gambaran Geografis Dan Administrasi

Kota Ternate merupakan daerah otonomi bagian dari provinsi Maluku Utara,
terdiri dari 8 (delapan) pulau, yakni : pulau Ternate, pulau Moti, pulau Hiri, pulau
Tifure, pulau Mayau, Pulau Gurida, Pulau Makka dan Pulau Mano. Kota Ternate
mempunyai potensi strategis sebagai kota perdagangan yang dikenal sejak
zaman penjajahan Belanda.
Secara geografis Kota Ternate terletak pada posisi 0 o-2o Lintang Utara dan
o
126 -128o Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata dari permukaan laut yang
beragam dan disederhanakan/dikelompokan dalam 3 kategori, yaitu ; Rendah (0 499 M), Sedang (500-699 M), Tinggi (lebih dari 700 M). Luas wilayah Kota
Ternate adalah 5.795,4 Km2 dan lebih didominasi oleh wilayah laut 5.633,34 Km2
sedangkan luas daratan 162,069 Km2.






Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Maluku
Sebelah Selatan berba tasan dengan Laut Maluku
Sebelah Timur dengan Selat Halmahera
Sebelah Barat dengan Laut Maluku

Kota Ternate mempunyai ciri daerah kepulauan dimana wilayah terdiri dari
tujuh buah pulau, lima diantaranya berukuran sedang merupakan pulau yang
dihuni penduduk sedangkan tiga lainnya berukuran kecil dan hingga saat ini
belum berpenghuni. Nama dan luas pulau tersebut serta statusnya seperti tampak
pada tabel berikut :

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 1
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
Tabel 4.1. Luas Wilayah Per Kecamatan di Kota Ternate Tahun 2012
Luas Wilayah (Ha)

Data
Digitasi
Peta Citra

No

KECAMATAN

1
2

Kec. Pulau Ternate
Kec. Moti
Kec. Gugus Pulau Batang
Dua
Kec. Ternate Selatan
Kec. Ternate Tengah
Kec. Ternate Utara
Kec. Hiri


3
4
5
6
7

Jumlah

(%)

Data BPS

(%)

Selisih
(Ha)

4.946,60
2.478,70


30,52
15,29

6.588,00
2.460,00

26,26
9,81

1.641,40
18,70

2.900,40

17,90

10.155,00

40,48


7.254,60

2.100,20
1.196,60
1.913,90
670,5

12,96
7,38
11,81
4,14

1.944,00
1.852,00
1.416,00
670,00

7,75
7,38
5,64

2,67

156,20
655,40
497,90
0,50

16.206,90

100,00

25.085,00

100,00

8.878,10

Sumber: RTRW Kota Ternate, 2012

Diagram 4.1.

Prosentase Luas Wilayah Kota Ternate Berdasarkan Hasil Digitasi Peta Citra

Sumber : Tabel 4.1

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 2
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
Diagram 4.2.
Prosentase Luas Wilayah Kecamatan di Kota Ternate Berdasarkan Data BPS

Sumber: Tabel 4.1

Tabel 4.2. Luas Wilayah Pulau di Kota Ternate Tahun 2012
Luas Wilayah (Ha)
No

1
2
3

4
5
6
7
8

Pulau

P. Gurida
P. Hiri
P. Maka
P. Mano
P. Mayau
P. Moti
P. Ternate
P. Tifure
Jumlah

Data Digitasi
Citra

22,43
669,16
1,3
0,04
2.417,49
2.478,70
10.157,30
460,44
16.203,86

(%)
0,14
4,13
0,01
0,00
14,92
15,29
62,67
2,84
100,00


Data BPS
55,00
1.240,00
50,00
50,00
7.840,00
2.460,00
11.180,00
2.260,00
25.085,00

(%)

Selisih
(Ha)

0,22
4,94
0,20

0,20
31,25
9,81
44,57
9,01
100

32,57
570,84
48,70
49,96
5.422,51
18,70
1.022,70
1.799,56
8.878,14

Sumber: RTRW Kota Ternate Dan Kota Ternate Dalam Angka, 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 3
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
Diagram 4.3.
Prosentase Luas Pulau di Kota Ternate Berdasarkan Hasil Digitasi Peta Citra

Sumber: Tabel 4.2

Diagram 4.4.
Prosentase Luas Pulau di Kota Ternate Berdasarkan Data BPS

Sumber: Tabel 4.2

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 4
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
4.1.2

Sistem Perwilayahan Kecamatan Dan Kelurahan Kota Ternate
Sistem dan fungsi perwilayahan Kota Ternate dibagi menjadi 7 (Tujuh)
Bagian Wilayah Kota (BWK) didasarkan pada batas administrasi wilayah
kecamatan.
1)

BWK – I sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat
BWK di kelurahan Dufa-Dufa. BWK – I Kecamatan Ternate Utara meliputi
wilayah adminsitrasi Kelurahan Tarau, Sango, Tabam, Tafure, Akehuda,
Tubo, Dufa – Dufa, Sangadji Utara, Sangadji, Toboleu, Kasturian, Salero,
Soa-Sio, dan Soa.

2)

BWK – II sebagai pusat kota dengan memiliki pusat BWK di kelurahan
Salahuddin. BWK – II Kecamatan Ternate Tengah meliputi wilayah
adminsitrasi Kelurahan Makassar Timur, Makassar Barat, Salahuddin,
Kalumpang, Santiong, Gamalama, Moya, Kampung Pisang, Marikurubu,
Muhajirin, Tanah raja, Maliaro, Stadion, Takoma, dan Kota Baru.

3)

BWK – III sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki Pusat
BWK di Kelurahan Kalumata. BWK – III Kecamatan Ternate Selatan meliputi
wilayah adminsitrasi Kelurahan Sasa, Gambesi, Ngade, Fitu, Kalumata, Kayu
Merah, Tabona, Ubo-Ubo, Bastiong Karance, Bastiong Talangame, Mangga
Dua Utara, Mangga Dua, Jati Perumnas, Jati, Tanah Tinggi Barat, Tanah
Tinggi, dan Toboko.

4)

BWK – IV sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki Pusat
BWK di Kelurahan Jambula. BWK – IV Kecamatan Pulau Ternate meliputi
wilayah adminsitrasi Kelurahan Jambula, Kastela, Foramadiahi, Rua, Afe
Taduma, Dorpedu, Togafo, Loto, Takome, Sulamadaha, Tobololo, Bula dan
Kulaba.

5)

BWK – V sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat
BWK di Kelurahan Faudu. BWK – IV Kecamatan Pulau Hiri meliputi wilayah
adminsitrasi Kelurahan kelurahan Faudu, Tomajiko, Dorari Isa, Togolobe,
Tafraka, dan Mado.

6)

BWK – VI sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat
BWK di Kelurahan Moti Kota. BWK –VI Kecamatan Pulau Moti meliputi
wilayah adminsitrasi Kelurahan Moti Kota, Takofi, Tadenas, Figur, Tafamutu,
dan Tafaga.

7)

BWK – VII sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki pusat
BWK di Kelurahan Mayau. BWK –VII Kecamatan Batang Dua meliputi
wilayah adminsitrasi Kelurahan Mayau, Tifure, Bido, Lelewi, Perum Bersatu
dan Pante Sagu.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 5
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I

Gambar 4.1 : Peta Administrasi Kota Ternate
Sumber: RTRW Kota Ternate, 2012

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 6
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
4.2 GAMBARAN DEMOGRAFI
Penduduk diartikan sebagai jumlah orang dan menjadi salah satu populasi
atau unsur yang mendiami di suatu wilayah tertentu. Penduduk pada hakekatnya
selain sebagai objek juga sebagai subjek yang merupakan instrumen untuk
mencapai pembangunan, selaku makhluk hidup sosial yang selalu berkembang
secara dinamis di dalam melangsungkan kehidupannya yang serba kompleks
membutuhkan suatu ruang tertentu sebagai wadah untuk beraktivitas.
Penduduk merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap
perkembangan suatu wilayah, dalam konteks Kota Ternate, tinjauan terhadap
kondisi sosial dan kependudukan dilakukan secara internal dan eksternal. Aspek
kependudukan yang memerlukan kajian terkait dengan penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate, antara lain pertumbuhan, distribusi dan
kepadatan penduduk, struktur kependudukan menurut umur dan jenis kelamin,
agama, tenaga kerja, dan tingkat pendidikan serta budaya masyarakat Kota
Ternate.
Faktor perubahan penduduk perlu mendapat perhatian karena memegang
peranan penting dalam perencanaan pengembangan suatu wilayah. Perubahan
penduduk ini antara lain:




4.2.1

Pertambahan penduduk alamiah dan pengurangan penduduk alamiah
(perubahan penduduk alamiah), yaitu selisih antara jumlah angka kelahiran
dengan jumlah angka kematian.
Migrasi masuk (imigrasi) dan migrasi keluar (emigrasi), yaitu pertambahan
jumlah penduduk dengan menghitung banyaknya migrasi masuk (jumlah
penduduk yang datang dari luar daerah dan menetap di daerah yang
didatangi) dikurangi migrasi keluar (jumlah penduduk yang keluar).

Jumlah, Sebaran dan Kepadatan Penduduk
Distribusi atau tingkat persebaran penduduk hingga akhir tahun
perencanaan diperkirakan akan masih sama dengan pola perkembangan
penduduk eksisting. Di mana jumlah konsentrasi penduduk akan relatif
terkonsentrasi pada pusat-pusat aktivitas ekonomi dengan kelengkapan sarana
dan infrastruktur yang pada umumnya terletak di kawasan perkotaan (ibukota
kecamatan, kabupaten dan ibukota provinsi). Selain itu analisis distribusi
penduduk akan berpengaruh pula terhadap rencana kebutuhan sarana dan
prasarana pendukung penduduk di kemudian hari.
Angka kepadatan penduduk suatu daerah sangat dipengaruhi oleh jumlah
pertumbuhan penduduk dan luas wilayah daerah tersebut. Angka kepadatan
penduduk ini bermanfaat untuk mengetahui daya tampung dari suatu daerah
dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakatnya serta untuk menentukan
strategi pembangunan yang dapat dikembangkan di masa datang.
Jumlah penduduk Kota Ternate pada akhir tahun 2012 berjumlah 191.053
jiwa yang terditribusi pada 7 kecamatan, dengan tingkat persebaran yang tidak
merata pada setiap kecamatan. Distribusi jumlah penduduk terbanyak terdapat di
Kecamatan Ternate Selatan dengan jumlah sebesar 65.582 jiwa atau sekitar
34,33 % dari jumlah penduduk Kota Ternate, sedangkan distribusi penduduk

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 7
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
terkecil adalah Kecamatan Pulau Batang Dua dengan jumlah penduduk kurang
lebih 2.559 jiwa atau sekitar 1,34 % dan Kelurahan Pulau Hiri dengan jumlah
penduduk sekitar 2.813 jiwa atau sekitar 1,47 % dari jumlah penduduk Kota
Ternate, secara rinci pada tabel 4.3.
Tabel.4.3. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kota Ternate Tahun 2012
No

Kecamatan

Luas

Jumlah

Wilayah

Penduduk

(Km2)

(Jiwa)

Distribusi (%)

Kepadatan
(Jiwa/Km2)

1

Pulau Ternate

49,466

15.116

7,91

299

2

Ternate Selatan

21,002

65.582

34,33

3.033

3

Ternate Utara

19,139

46.886

24,54

2.377

4

Moti

24,787

4.526

2,37

177

5

Pulau Batang Dua

29,004

2.559

1,34

85

6

Ternate Tengah

11,966

53.571

28,04

4.353

7

Pulau Hiri

6,705

2.813

1,47

407

Jumlah

162,03

191.053

100,00

1.146

Sumber: Kota Ternate Dalam Angka, 2013

Diagram 4.5. Distribusi Penduduk Kota Ternate Tahun 2013

Sumber: Tabel 4.3

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 8
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
Tabel.4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelurahan Kota Ternate
Tahun 2012
Kecamatan/
No
Jumlah penduduk (Jiwa)
Prosentase (%)
Kelurahan
I
Pulau Ternate
15.116
7,91
1
Jambula
1.895
12,81
2
Foramadahi
1.028
6,95
3
Kastela
880
5,95
4
Rua
1.439
9,73
5
Afe – Taduma
970
6,56
6
Togafo
734
4,96
7
Loto
853
5,77
8
Takome
1.039
7,03
9
Sulamadaha
1.695
11,46
10
Tobololo
1.175
7,95
11
Bula
864
5,84
12
Kulaba
1.609
10,88
13
Dorpedu
608
4,11
II
Ternate Selatan
65.582
34,33
1
Sasa
2.322
3,64
2
Gambesi
1.892
2,97
3
Fitu
2.648
4,16
4
Kalumata
8.854
13,90
5
Kayu Merah
5.799
9,10
6
Bastiong Talangame
5.474
8,59
7
Ubo Ubo
3.016
4,73
8
Mangga Dua
3.962
6,22
9
Jati
4.348
6,83
10
Toboko
2.256
3,54
11
Tanah Tinggi
3.801
5,97
12
Tanah Tinggi Barat
2.267
3,56
13
Mangga Dua Utara
4.954
7,78
14
Jati Perumnas
3.067
4,81
15
Tabona
2.764
4,34
16
Bastiong Karance
5.212
8,18
17
Ngade
1.070
1,68
46.886
24,54
III
Ternate Utara
1
Soa
3.508
7,71
2
Soa Sio
1.773
3,90
3
Kasturian
2.940
6,46
4
Salero
2.829
6,22
5
Toboleu
3.908
8,59
6
Sangaji
5.904
12,98
7
Dufa Dufa
5.031
11,06
8
Tafure
4.928
10,83
9
Tabam
1.652
3,63
10
Sango
1.543
3,39
11
Tarau
1.079
2,37
12
Sangaji Utara
3.726
8,19
13
Akehuda
5.031
11,06
14
Tubo
1.633
3,59

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 9
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
No
IV
1
2
3
4
5
6

Kecamatan/
Kelurahan

Moti
Takofi
Kota
Tafamutu
Tafaga
Figur
Tadenas
V
Pula Batang Dua
1
Mayau
2
Tifure
3
Lelewi
4
Bido
5
Pantai Sagu
6
Perum Bersatu
VI
Ternate Tengah
1
Kampung Makassar
Barat
2
Kampung Makassar
Timur
3
Salahuddin
4
Kalumpang
5
Santiong
6
Gamalama
7
Moya
8
Marikurubu
9
Kampung Pisang
10
Takoma
11
Muhajirin
12
Maliaro
13
Kota Baru
14
Tanah Raja
15
Stadion
VII
Pulau Hiri
1
Togolobe
2
Dorari Isa
3
Faudu
4
Mado
5
Tomajiko
6
Tafraka
Jumlah (Kota Ternate)

Jumlah penduduk (Jiwa)
4.526
810
1.086
812
696
592
402
2.559
765
558
424
355
225
136
53.571
4.064
5.573
4.885
3.659
4.116
3.871
1.493
5.092
2.086
2.251
2.307
5.833
3.848
1.151
1.853
2.813
379
702
625
311
410
301
185.655

Prosentase (%)
2,37
18,41
24,69
18,47
15,82
13,47
9,15
1,34
31,08
22,65
17,21
14,42
9,15
5,51
28,04
7,80
10,70
9,38
7,03
7,90
7,43
2,87
9,78
4,01
4,32
4,43
11,20
7,39
2,21
3,56
1,47
13,90
25,73
22,90
11,40
15,03
11,03
100

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 10
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
Tabel 4.4. menunjukkan distribusi dan tingkat kepadatan penduduk masingmasing kecamatan tidak merata, akumulasi kepadatan penduduk Kota Ternate
hingga tahun 2012 diperkirakan mencapai 13 jiwa/Ha. Tingkat kepadatan
penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Ternate Tengah yaitu 45 jiwa/Ha,
kemudian disusul oleh Kecamatan Ternate Selatan dengan kepadatan 30
jiwa/Ha, dan Kecamatan Ternate Utara dengan kepadatan 26 jiwa/Ha. Sedangkan
tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Pulau Batang Dua
dengan kepadatan rata-rata 2 jiwa/Ha.
Secara kuantitas tingkat kepadatan penduduk tersebut dipengaruhi oleh
perbandingan jumlah penduduk yang mendiami setiap kecamatan terhadap
luasan (perubahan luas) wilayah kecamatan. Sedangkan secara keruangan, pada
dasarnya distribusi dan kepadatan penduduk di Kota Ternate dipengaruhi oleh
sistem pelayanan dan penyediaan sarana dan prasarana penunjang, serta
kemudahan aksesibilitas terhadap wilayah sekitarnya, sehingga distribusi
penduduk lebih terkonsentrasi pada Kecamatan Ternate Selatan.
4.2.2

Pertumbuhan Penduduk
Perkembangan atau pertumbuhan penduduk merupakan indeks
perbandingan jumlah penduduk pada suatu tahun terhadap jumlah penduduk
pada tahun sebelumnya. Perkembangan jumlah penduduk dalam suatu wilayah
dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian (pertambahan alami), selain itu
juga dipengaruhi adanya faktor migrasi penduduk yaitu perpindahan keluar dan
masuk. Pada dasarnya tingkat pertumbuhan jumlah penduduk, dapat digunakan
untuk mengasumsikan prediksi atau meramalkan perkiraan jumlah penduduk
dimasa yang akan datang. Prediksi perkiraan jumlah penduduk dimasa yang akan
datang dilakukan dengan pendekatan matematis dengan pertimbangan
pertumbuhan jumlah penduduk 5 tahun terakhir.
Tingkat pertumbuhan pensusuk kota ternate tqhun 2010-2012 mengalami
peningkatan pada tahun 2010 jumlah penduduk mencapai 185.705 jiwa, pada
tahun 2011 jumlah pensusuk190.184 jiwa dan pada tahun 2012 jumlah penduduk
kota Ternate mencapai 191.053 jiwa.

4.2.3

Proyeksi Penduduk
Proyeksi
penduduk
dilakukan
dimaksudkan
untuk
mengetahui
perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang dan menjadi bahan acuan
dalam pengambilan keputusan dalam menganalisa tingkat kebutuhan fasilitas
akan sarana dan prasarana perkotaan. Sehingga proses dan fase-fase sebagai
bagian dari tahap perencanaan dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan dan
rencana yang ada.
Perkembangan penduduk selama 5 (lima) tahun terakhir di wilayah
perencanaan (2006-2010) adalah rata-rata sebesar 1,94 % pertahun.
Pertumbuhan penduduk yang mengalami penurunan disebabkan pemindahan
Ibukota Propinsi Maluku Utara Ke Kota Sofifi, ini diharapkan menjadi acuan dalam
mengesteamasi perkembangan dan laju pertumbuhan penduduk pada masa
mendatang untuk periode waktu antara Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2030.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 11
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
Untuk menghitung proyeksi penduduk, akan digunakan asumsi-asumsi
sebagai berikut :
 Data penduduk dasar yang digunakan adalah data Tahun 2005.
 Proyeksi dilakukan setiap 5 (lima) tahun kedepan.
 Pendekatan perkiraan yang digunakan adalah metode Regresi Linier.
Berdasarkan hasil analisis proyeksi bunga berganda di atas, maka proyeksi
jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan (Tahun 2030), adalah sebesar
299,458 Jiwa atau terjadi pertambahan 26,307 jiwa (2011-2030), dengan rata-rata
pertumbuhan pertahunnya sebesar 2,51 %. Untuk lebih jelasnya proyeksi
penduduk Kota Ternate sampai akhir tahun perencanaan, dapat dilihat pada tabeltabel berikut
Tabel.4.5. Proyeksi Penduduk di Kota Ternate Tahun 2010 - 2031

No

1
2
3
4
5
6
7

Kecamatan

Pulau Ternate
Moti
Pulau Batang Dua
Ternate selatan
Ternate Tengah
Ternate Utara
Pulau Hiri
Kota Ternate

Jumlah
Proyeksi
Penduduk
Tahun
2016
2021
2026
2010
(Jiwa)
(Jiwa)
(Jiwa)
(Jiwa)
14.788
17.237
19.278
21.318
4.399
5.127
5.735
6.342
2.463
2.869
3.208
3.547
63.707
69.042
73.488
77.935
52.083
55.245
57.879
60.514
45.487
51.732
56.936
62.140
2.728
3.180
3.556
3.933
185.655
204.432 220.080 235.728
Sumber: RTRW Kota Ternate, 2012

2031
(Jiwa)
23.359
6.949
3.885
82.381
63.149
67.344
4.309
251.376

Pertambahan
Penduduk
Ratarata/Tahun
2,76%
2,76%
2,75%
1,40%
1,01%
2,29%
2,76%
1,69%

Perkembangan Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Ternate Hingga Tahun 2031

Sumber: Tabel 4.6

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 12
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
Tabel.4.6. Sebaran Kepadatan Penduduk Kota Ternate (2012)
No

Kecamatan

1.
2.
3.
4.

Pulau Ternate
Moti
Pulau Batang Dua

5.
6.
7.

Ternate Selatan
Ternate Tengah
Ternate Utara
Pulau Hiri
Kota Ternate

Luas
Wilayah

Luas Lahan
Layak bangun

(Ha)

(Ha)

3515,45
1889,99
5931,15
1705,31
1162,19
1451,35
551,38

1694,83
722,29
1624,76
1045,82
539,53
489,28
43,62

Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
14.788
4.399
2.463
63.707

Tahun 2010
Kepadatan
Bruto
(Jiwa/Ha)
4
2
0,4
37

Kepadatan
Netto
(Jiwa/Ha)
9
6
2
61

52.083
45.487

45
31

97
93

5
11

63
30

2.728
16.206,82
6.160,13
185.655
Sumber : Kota Ternate Dalam Angka 2013

Tabel.4.7. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan 2010 – 2031
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kecamatan
Pulau Ternate
Moti
Pulau Batang Dua
Ternate Selatan
Ternate Tengah
Ternate Utara

Luas
Wilayah
(Ha)

3515,45
1889,99
5931,15
1705,31
1162,19
1451,35
551,38

Pulau Hiri
Kota Ternate
16.206,82
Sumber: RTRW Kota Ternate, 2012

2010
(Jiwa/Ha)
4
2

Kepadatan Penduduk
2016
2021
2026
(Jiwa/Ha) (Jiwa/Ha) (Jiwa/Ha)
5
5
6
3
3
3

2031
(Jiwa/Ha)
7
4

0
37
45
31

0
40
48
36

1
43
50
39

1
46
53
43

1
48
56
46

5
11

6
13

6
14

7
15

7
16

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 13
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I

Gambar 4.2 : Peta Distribusi Kepadatan Penduduk Kota Ternate
Sumber: RTRW Kota Ternate, 2012

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 14
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
4.3 GAMBARAN TOPOGRAFI
Kondisi topografi lahan kepulauan Ternate adalah berbukit bukit dengan
sebuah gunung berapi yang masih aktif dan terletak ditengah pulau Ternate.
Permukiman masyarakat secara intensif berkembang di sepanjang garis pantai
kepulauan. Dari 5 pulau besar yang ada, umumnya masyarakat mengolah
lahan perkebunan dengan produksi rempah-rempah sebagai produk unggulan
dan perikanan laut yang diperoleh disekitar perairan pantai. Pulau Ternate
memiliki kelerengan fisik terbesar diatas 40 % yang mengerucut kearah puncak
gunung Gamalama terletak ditengah - tengah Pulau. Didaerah pesisir rata-rata
kemiringan adalah sekitar 2% sampai 8%.
Kedalaman laut adalah bervariasi, pada beberapa lokasi disekitar P.
Termate, terdapat tingkat kedalaman yang tidak terlalu dalam, sekitar 10 meter
sampai pada jarak sekitar 100 m dari garis pantai sehingga memungkinkan
adanya peluang reklamasi. Tetapi pada bagian lain terdapat tingkat kedalaman
yang cukup besar dan berjarak tidak jauh dari garis pantai yang ada.
Selanjutnya dijelaskan bahwa kondisi topografi Kota Ternate juga ditandai
dengan keberagaman ketinggian dari permukaan laut (Rendah: 0-499 M,
Sedang: 500-699 M, dan Tinggi: lebih dari 700 M). Dengan kondisi tersebut, ciri
Kota Ternate merupakan wilayah kepulauan, lima diantaranya didiami
penduduk (Pulau Ternate, Hiri, Moti, Mayau, dan Tifure), sedangkan untuk tiga
pulau yang berukuran kecil tidak dihuni (Pulau Maka, Mano dan Gurida).
Tabel.4.8. Ketinggian dari Permukaan Laut (DPL) serta Banyaknya Pantai dan
Bukan Pantai di Kota Ternate
No
1
2
3
4
5
6
7

Nama Pulau
Pulau Ternate
Moti
Pulau Batang Dua
Ternate Selatan
Ternate Tengah
Ternate Utara
Pulau Hiri
Jumlah

Desa
Pantai
12
6
6
11
4
11
6
56

Bukan
Pantai
1
6
11
3
*
21

0 – 400
13
6
6
17
15
14
6
77

Ketinggian
500 – 699
*
-

700 +
*
-

Sumber : Kota Ternate Dalam Angka, Tahun 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 15
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I

Gambar 4.3 : Peta Tutup Lahan Kota Ternate
Sumber: RTRW Kota Ternate, 2012

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 16
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I

Gambar 4.4 : Peta Kemiringan Lereng Kota Ternate
Sumber: RTRW Kota Ternate, 2012

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 17
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
Kemiringan lereng dan garis kontur merupakan kondisi fisik topografi
suatu wilayah yang sangat berpengaruh dalam kesesuaian lahan dan banyak
mempengaruhi penataan lingkungan alami. Untuk kawasan terbangun, kondisi
topografi berpengaruh terhadap terjadinya longsor dan terhadap konstruksi
bangunan.
Kemiringan lereng merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
fungsi kawasan, untuk diarahkan sebagai kawasan lindung atau kawasan
budidaya. Penggunaan lahan untuk kawasan fungsional seperti persawahan,
ladang dan kawasan terbangun membutuhkan lahan dengan kemiringan
dibawah 15%, sedangkan lahan dengan kemiringan diatas 40% akan sangat
sesuai untuk penggunaan perkebunan, pertanian tanaman keras dan hutan.
Karakteristik tiap kemiringan lereng diuraikan sebagai berikut :







Kelerengan 0% - 5% dapat digunakan secara intensif dengan pengelolaan
kecil.
Kelerengan 5% - 10% dapat digunakan untuk kegiatan perkotaan dan
pertanian, namun bila terjadi kesalahan dalam pengelolaannya masih
mungkin terjadi erosi.
Kelerengan 10% - 30% merupakan daerah yang sangat mungkin
mengalami erosi, terutama bila tumbuhan pada permukaannya ditebang,
daerah ini masih dapat dibudidayakan namun dengan usaha lebih.
Kelerengan > 30% merupakan daerah yang sangat peka terhadap bahaya
erosi, dan kegiatan di atasnya harus bersifat non budidaya. Apabila terjadi
penebangan hutan akan membawa akibat terhadap lingkungan yang lebih
luas.

4.4 GAMBARAN GEOHIDROLOGI
Pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan diarahkan
untuk menjaga keseimbangan ekosistem serta untuk mempertahankan
kemampuan lingkungan hidup. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka
pemanfaatan sumberdaya alam harus memperhatikan aspek konservasi dan
pelestariannya agar pembangunan dapat dilanjutkan. Untuk itu perlu diidentifikasi
sejauh mana potensi sumberdaya alam yang ada serta tingkat pemanfaatannya.
Secara umum sumberdaya alam ini mencakup sumberdaya lahan,
sumberdaya mineral dan sumberdaya air. Sedangkan sumberdaya lainnya akan
dibahas tersendiri pada sub bagian di depan, seperti sumberdaya hutan dan
kawasan pesisir pantai.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 18
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
4.4.1

Sumberdaya Air
Tata air yang ada di permukaan tanah di Kota Ternate berupa Mata Air
yang tersebar dibeberapa lokasi serta Danau Tolire dan Danau Laguna.
Sedangkan yang berada dalam tanah (Geohidrologi) berdasarkan Laporan
Evaluasi Potensi Cekungan Air Tanah (CAT) pulau Ternate, Dept.ESDM,
bahwa aliran air tanah di pulau Ternate memiliki produktifitas akuifer cukup
tinggi dan kualitasnya baik terutama pada bagian tubuh sampai kaki gunung
Gamalama.
Wilayah dengan Potensi Air Tanah Tinggi Pada Akuifer Tertekan dan
Akuifer Tidak Tertekan terdapat secara setempat didaerah Tubo-siko,
dengan batuan yang menyusun adalah hasil endapan Gunung Gamalamaa
yang berupa pasir tufa dan lava pesikuler. Akuifer tidak tertekan terdapat
pada kedalaman antara 2- 23 mdmt : MAT berkisar antara 5-8 mdmt :
kelulusan (K) = 27,6 – 186 m/hari; keterusan (T) = 972 – 6530 m²/hari; debit
jenis (Qș ) = 9,22 – 61,55 l/dtk/m; debit optimum (Q οpt) = 18,44 - 92,93
1/dtk; dan jarak antara sumur (2R) = 65 - 445 m. Kualitas air tanahnya
tergolong baik untuk air minum.
Akuifer tertekan terdapat pada kedalaman antara 25 – 135 mbmt; MAT
berkisar antara 25 – 55 mbmt; Kelulusan (K) = 20,16 – 891 m/hari ;
keterusan (T) = 582,76 – 2671 m ²/hari; debit jenis (Qș ) = 9,17 –
18,31/dtk/m; Debit optimum (Q οpt) = 582,76 – 2671 m²/hari; debit jenis
(Qș ) = 9,17 – 18,3 1/dtk/m; (Q opt) = 45,8 – 91,6/dtk ; dan jarak antar sumur
(2R) =135 – 435m. Kualitas air tanahnya tergolong baik untuk air minum.
Wilayah dengan Potensi Air Tanah Tinggi Pada Akuifer Tertekan Dan
Rendah Pada Akuifer Tidak Tertekan tersebar luas disebelah selatan dan
timur Gunung Gamalamaa, yaitu di sepanjang pantai Rua sampai Gambesi
dan di lereng bawah bagian timur dari daerah Ubo-Ubo sampai daerah
Tabam. Akuifer tertekan terdapat pada kedalaman antara 20 - 55 mbmt;
MAT berkisar antara 1,5 – 14 mbmt; Kelulusan (K) =11,1 – 16,8 m/hari ;
Keterusan (T) = 633 – 805 m²/hari; debit jenis (Qs)= 3,15 – 4,79 1 /dtk/
m;debit optimum (Qopt) = 15,75 – 23,95 1/dtk; dan jarak antar sumur (2R) =
55 – 85m. Kualitas air tanahnya tergolong baik untuk air minum.
Wilayah dengan potensi air tanah tinggi pada akuifer tertekan dan
rendah pada akuifer tidak tertekan tersebar luas di dataran sebelah timur
laut sampai barat Gunung Gamalamaa, yaitu daerah Sango sampai Togafo
serta di sepanjang lereng bawah sebelah selatan Gunung Gamalamaa,
yaitu di daerah Rua sampai Gambesi. Akuifer tidak tertekan terdapat pada
kedalaman antara 2 – 18 mbmt; MAT berkisar antara 5,5 – 20 mbmt;
kelulusan (K)=3,24 – 11,1 m/hari; keterusan (T) = 97,2 – 332,6 m²/hari;
debit jenis (Qs) = 0,92 – 3,15 1/dtk/m; debit optimum (Qopt) = 1,57 – 1,84
1/dtk; dan jarak antara sumur (2R) = 5 – 8 m, kualitas air secara umum
tergolong baik untuk air minum.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 19
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
Akuifer tertekan terdapat pada kedalaman antara 25 – 85 mbmt; MAT
antara berkisar 22 – 85 mbmt; kelulusan (K)=20,16 – 186,4 m/hari;
keterusan (T) = 581 – 6530 m²/hari; debit jenis (Qs) = 5,51 – 61,9 1/dtk/m;
debit optimum (Qopt) = 16,5 – 185,8 1/dtk; dan jarak antar sumur (2R) = 60
– 640m. Kualitas airnya tergolong baik untuk air minum.
Wilyah dengan potensi air tanah tinggi padaakuifer tidak tertekan
tersebar luas di sepanjang pantai sebelah tenggara sampai timur Gunung
Gamalamaa,yaitu di daerah Kalumata sampai Sango serta terdapat
setempat sepanjang pantai Kulaba sampai Tobololo. Akuifer tidak tertekan
terdapat pada kedalaman antara 0,5 – 35 mbmt; MAT berkisar antara 0,6
sampai 35 mbmt; kelulusan (K) = 27,6 – 2289 m/hari; keterusan (T)=410,8 –
12196 m²/hari;debit jenis ( Qs )= 3,89 – 115,7 1/ dtk/m; debit optimum
(Qopt)= 18,4 – 57,85 1/dtk; dan jarak antara sumur (2R ) = 65 –195 m.
Kualitas air tanahnya secara umum tergolong baik untuk air minum.
Wilayah dengan potensi air tanah sedang pada akuifer tertekan dan
rendah pada akuifer tidak tertekan tersebar luas mengelilingi Gunung
Gamalamaa, utamanya di bagian lereng tengah Gunung Gamalamaa,
kecuali di dareah Taduma sampai Rua yang penyebaranya sampai ke
pantai. Akuifer tidak tertekan terdapat pada kedalaman antara 4 – 25 mbmt;
MAT berkisar antara 3,2 – 22 mbmt;kelulusan ( K )=4,6 – 6,3 m/ hari;
keterusan (T) = 11,2 – 97,2 m²/hari; debit jenis (Qs) = 0,11 – 0,92 1/dtk/m;
debit optimum (Q opt) = 0,2 -1,84 1/dtk; dan jarak antara sumur (2R) = 5 – 8
m. Kualitas air tanahnya secara umum tergolong baik untuk air minum.
Akuifer tertekan terdapat pada kedalaman antara 25 – 65 mbmt; MAT
berkisar antara 22 – 64 mbmt; kelulusan (K) = 9,2 – 12,4 m/hari; keterusan
(T) = 321,4 – 231,2 m²/hari; debit jenis (Qs) = 2,19 – 3,04 1/dtk/m; debit
optimum (Qopt) = 4,38 – 6,09 1/dtk; dan jarak antar sumur (2R) = 15 – 20 m.
Kualitas air tanahnya tergolong baik untuk air minum
Wilyah dengan potensi air tanah rendah pada akuifer tertekan dan
akuifer tidak tertekan tersebar luas di bagian lereng tengah sampai puncak
Gunung Gamalamaa, dan juga terdapat secara setempat disekelilingi danau
Laguna dan Tolire. Akuifer tidak tertekan terdapat pada kedalaman antara 4
– 28 mbmt; MAT = 4 – 26mbmt; kelulusan (K) = 4,6 – 6,3m/hari; keterusan
(T) = 11,2 – 97,7 m²/hari; debit jenis (Qs) = 0,11 – 1,92 1/dtk/m; debit
optimum (Qopt) = 0,12 – 1,1 1/dtk; dan jarak antara sumur (2R) = 3,10 m.
Kualitas air tanahnya tergolong baik untuk air minum.
Akuifer tertekan terdapat pada kedalaman lebih dari 65 mbmt; MAT
lebih dari 64 mbmt; kelulusan (K) = 3,4 – 6,3 m/hari; ketrusan (T) = 77,2 –
10701 m ²/hari; debit jenis (Qs) = 0,73 – 1,15 1/dtk/m; debit optimum (Qopt)
= 0,58 – 0,81 1/ dtk; dan jarak antara sumur (2R)= 7 – 8 m. Kualitas air
tanahnya tergolong baik untuk air minum.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 20
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I

Gambar 4.5 : Peta Hidrologi Kota Ternate
Sumber: RTRW Kota Ternate, 2012

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 21
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I

Tabel 4.10 Potensi Air Tanah Kota Ternate
Potensi air Tanah Tinggi Pada akuifer Tertekan dan Akuifer Tidak Tertekan
Akuifer Tertekan

Akuifer Tidak Tertekan

Kedudukan Akuifer

25 - 135 m.bmt

2 - 23 m.bmt

Muka Air Tanah ( MAT )

25 - 55 m.bmt

5 - 8 m bmt

Kelulusan ( K )

20.16 - 891 m/hari

27.6 - 186 m/hari

Keterusan ( T )

582.76 - 2671 m²/hari

972 - 6530 m²/hari

Debit Jenis ( Qs )

9.17 - 18.3 I/detik/m

9.22 - 61.55 I/detik/m

Debit Optimum ( Qopt )

45.8 - 91.6 I/detik

18.44 - 92.93 I/detik

Jarak Antar Sumur ( 2R )

135 - 435 m

65 - 445 m

Mutu Air Tanah

Baik

Baik

Potensi Air Tanah Tinggi Pada Akuifer Tertekan dan Sedang pada Akuifer Tidak
Tertekan
Akuifer Tertekan

Akuifer Tidak Tertekan

Kedudukan Akuifer

25 - 55 m.bmt

1 - 18 m.bmt

Muka Air Tanah ( MAT )

12 - 28 m.bmt

1.5 - 14 m bmt

Kelulusan ( K )

11.1 - 16.8 m/hari

11.1 - 16.8 m/hari

Keterusan ( T )

663 - 805 m²/hari

232 - 504 m²/hari

Debit Jenis ( Qs )

3.15 - 4.79 I/detik/m

3,15 - 4.791 I/detik/m

Debit Optimum ( Qopt )

15.75 - 23.98 I/detik

4.73 - 9.591 I/detik

Jarak Antar Sumur ( 2R )

55 - 85 m

15-30 m

Mutu Air Tanah

Umumnya Baik

Umumnya Baik

Potensi Air Tanah Tinggi Pada Akuifer Tertekan dan Rendah pada Akuifer Tidak
Tertekan

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 22
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
Akuifer Tertekan

Akuifer Tidak Tertekan

Kedudukan Akuifer

25 - 85 m.bmt

2 - 18 m.bmt

Muka Air Tanah ( MAT )

22 - 65 m.bmt

5.5 - 20 m bmt

Kelulusan ( K )

20.16 - 186.4 m/hari

3.24 - 11.1 m/hari

Keterusan ( T )

581 - 6530 m²/hari

97.2 - 332.6 m²/hari

Debit Jenis ( Qs )

5.51 - 61.9 I/detik/m

0.92 - 3.15 I/detik/m

Debit Optimum ( Qopt )

16.5 - 185.8 I/detik

1.57 - 1.84 I/detik

Jarak Antar Sumur ( 2R )

60 - 640 m

5-8m

Mutu Air Tanah

Baik

Umumnya Baik

Potensi Air Tanah Tinggi Pada Akuifer Tidak Tertekan

Kedudukan Akuifer
Muka Air Tanah ( MAT )
Kelulusan ( K )
Keterusan ( T )

Akuifer Tertekan
- m.bmt
- m.bmt
- m/hari
- m²/hari

Debit Jenis ( Qs )
Debit Optimum ( Qopt )
Jarak Antar Sumur ( 2R )
Mutu Air Tanah

- I/detik/m
- I/detik
-m
-

Akuifer Tidak
Tertekan
0.5 - 35 m.bmt
0.5 - 35 m.bmt
27.6 - 2289 m/hari
401.8 - 12196 m²/hari
3.89 - 115.7
I/detik/m
18.4 - 57.85 I/detik
65 - 195 m
Umumnya Baik

Potensi Air Tanah Tinggi Pada akuifer Tertekan dan Rendah Pada Akuifer Tidak
Tertekan

Akuifer Tertekan

Akuifer Tidak
Tertekan

Kedudukan Akuifer
Muka Air Tanah ( MAT )
Kelulusan ( K )
Keterusan ( T )
Debit Jenis ( Qs )
Debit Optimum ( Qopt )
Jarak Antar Sumur ( 2R )

25 - 65 m.bmt
22 - 64 m.bmt
9.2 - 12.4 m/hari
231.2 - 321.4 m²/hari
2.19 - 3.04 I/detik/m
4.38 - 6.09 I/detik
15 - 20 m

4 - 25 m.bmt
3.2 - 22 m bmt
4.6 - 6.3 m/hari
11.2 - 97.2 m²/hari
0.11 - 0.92 I/detik/m
0.2 - 1.84 I/detik
5-8m

Mutu Air Tanah

Baik

Baik

Potensi Air Tanah Rendah Pada Akuifer Tertekan dan Akuifer Tidak Tertekan

Kedudukan Akuifer
Muka Air Tanah ( MAT )

Akuifer Tertekan

Akuifer Tidak
Tertekan

> 65 m.bmt
> 64 m.bmt

4 - 28 m.bmt
4 - 26 m bmt

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 23
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
Kelulusan ( K )
Keterusan ( T )
Debit Jenis ( Qs )
Debit Optimum ( Qopt )

3.4 - 6.3 m/hari
77.2 - 107.1 m²/hari
0.73 - 1.15 I/detik/m
0.58 - 10.81 I/detik

4.6 - 6.3 m/hari
11.2 - 97.7 m²/hari
0.11 - 0.92 I/detik/m
0.12 - 1..1 I/detik

Jarak Antar Sumur ( 2R )
Mutu Air Tanah

5-7m
Baik

3 - 10 m
Baik

Sumber : Laporan Evaluasi Potensi Cekungan Air Tanah ( CAT ) TERNATE, Dept.ESDM, 2007

Selain Laporan Evaluasi Potensi Cekungan Air Tanah (CAT) pulau
Ternate, Departemen Energi Sumber Daya Mineral (Dept.ESDM) diatas,
data potensi air tanah juga diperoleh dari PDAM Kota Ternate sebagai
berikut :
4.4.2

Air Permukaan
Kota Ternate memiliki 2 buah danau air tawar yaitu danau Laguna yang
terletak dipesisir pantai timur pulau Ternate (sebelah Selatan pusat Kota
Ternate) dan danau Tolire Jaha terletak arah Barat Daya Kota Ternate.
Keberadaan danau Laguna & danau Tolire Jaha di Kota Ternate merupakan
suatu anugrah bagi masyarakat Kota Ternate. Namun pemanfaatannya hingga
kini belum semaksimal sebagaimana yang diharapkan.
Dengan volume air yang begitu besar (data danau Laguna ±3.547,894
m3 atau ±3,55 Milyar Liter), maka danau ini memiliki potensi sebagai sumber
air bersih yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat
Kota Ternate. Untuk danau Laguna saat ini telah dilakukan eksplorasi
pemanfaatannya sebagai sumber air bersih oleh pemerintah daerah dimana
telah dibangun Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) yaitu instalasi Produksi,
Transmisi dan Distribusi.
Sebagaimana diketahui bahwa sumber air bersih di pulau Ternate saat ini
masih mengandalkan sumber air tanah dalam (sumur dalam) dan sebagian
kecil lagi berupa mata air. Hal ini cukup riskan dimana pertumbuhan
pembangunan di Kota Ternate sangat pesat yang diikuti oleh laju pertambahan
penduduk yang signifikan setiap tahun, di khawatirkan 10 tahun lagi lahan
terbuka sebagai daerah resapan air telah berubah fungsi sebagai kawasan
terbangun/hunian yang menyebabkan potensi air tanah akan semakin
berkurang. Diharapkan setelah beroperasinya IPAM ini maka sebagian besar
kebutuhan air bersih masyarakat Kota Ternate dapat terpenuhi saat ini maupun
masa yang akan datang.Untuk itu dibutuhkan langkah-langkah riil berupa
tindakan penyelamatan untuk menjaga kelestarian ekosistim hutan di kawasan
sekitar danau Laguna dan danau Tolire Jaha.
Selain potensi sumberdaya air danau, Kota Ternate memiliki sumber
mata air antara lain sebagai berikut :

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 24
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
Tabel 4.11. Potensi Sumber Daya Mata Air
Koordinat
No

Mata air

Litologi

Elevasi/DPL

Debit(l/d)

1

MA. Ake Gale

Sand

003205000

9254500

5.0

60.0

2

MA. Santosa

Tuff/Pumiche

003195000

9252250

1.0

5.0

4

MA. Tege-Tege

Piroklastik

003180000

9252000

200.0

1.0

5

MA. Ake Rica

Aglomerat

003112500

9249500

5.0

5.0

6

MA. Ake Minta

Vulkanik breksi

003167500

9254500

500.0

0.2

7

MA. Ake Tubo

Vulkanik breksi

003170000

9255250

350.0

0.2

Sumber : RTRW Kota Ternate, 2013

4.4.3

Air Tanah Dalam
Kondisi air tanah dalam dapat dilihat pada tabel sebagai berikut;
Tabel 4.12 . Sumber Air Tanah Dalam Berdasarkan Sumbernya dan
Kapasitas

No

Jenis Sumber

Jumlah (Unit)

Kap.Sumber

Kapasitas
Produksi

1

Sumur Dangkal

20

162 ltr/det

162 ltr/det

2

Sumur Dalam

6

114 ltr/det

106 ltr/det

3

Bronkaptering

2

60 ltr/det

49 ltr/det

28

336 ltr/det

317 ltr/det

Jumlah

Sumber: PDAM Kota Ternate, Tahun 2013

4.5 GAMBARAN GEOLOGI
4.5.1

Geologi dan Tata Lingkungan
Pulau Ternate sebuah pulau yang terbentuk karena proses pembentukan
gunung api yang muncul dari dasar laut, sebagian berada di bawah muka laut
dan sebagian lagi muncul di permukaan laut. Pulau-pulau lain yang merupakan
bagian dari gunung ini adalah Pulau Hiri, terletak di sebelah utara, Pulau Tidore
dan Pulau Maitara, terletak bagian selatan. Bentuk Pulau Ternate yang
merupakan bagian dari sebuah gunung, maka secara umum morfologinya
dapat dibagi menjadi 3 satuan morfologi. Pembagian satuan morfologi tersebut
sebagai berikut
1)

Morfologi Pulau Ternate.
Pulau Ternate sebuah pulau yang terbentuk karena proses
pembentukan gunung api yang muncul dari dasar laut, sebagian berada di
bawah muka laut dan sebagian lagi muncul di permukaan laut. Pulau-pulau

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 25
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
lain yang merupakan bagian dari gunung ini adalah Pulau Hiri, terletak di
sebelah utara, Pulau Tidore dan Pulau Maitara, terletak bagian selatan.
Bentuk Pulau Ternate yang merupakan bagian dari sebuah gunung, maka
secara umum morfologinya dapat dibagi menjadi 3 satuan morfologi.
Pembagian satuan morfologi tersebut sebagai berikut ;
a. Morfologi Kaki Gunung Gamalama
Merupakan daerah kaki gunung api yang datar sehingga hampir
datar, terletak di kaki timur, utara dan selatan dari gunung Gamalama
dan melampar memajang sejajar pantai. Dilihat dari bentuk pendataran
pantai ini, proses awalnya adalah adanya proses erosi yang terjadi di
permukaan tubuh gunung api tersebut, kemudian material yang tererosi
diendapkan ke tempat yang kemiringan lerengnya agak landai, pada
bagian tubuh gunung terjal material erosi akan masuk ke dalam laut
sehingga terbentuk endapan. Kemiringan lereng gunungapi ini sangat
berpengaruh terhadap terbentuknya pedataran di pulau Ternate yaitu
yang paling luas adalah pedataran Timur sekarang menjadi pusat Kota
Ternate, pedataran Selatan dan Utara yang relatif kecil. Berikut kondisi
pedataran di pulau Ternate :
 Pedataran Kota Ternate
Terletak dikaki Timur dengan kemiringan lereng relatif lebih kecil
yaitu < 8%, sedangkang bagian Barat lebih terjal > 8%, hal ini
memberi kesempatan pelapukan batuan terendapkan. Pedataran
pantai di Timur terbentuk cukup luas memanjang sejajar pantai
dengan arah Utara-Selatan, lebar sekitar 1.000 meter lebih. Karena
kondisinya cukup strategis dari beberapa aspek maka dipilih sebagai
pusat permukiman, perkantoran dan jasa perdagangan.
Kota Ternate yang sudah berkembang sejak jaman dulu,
perkembangan permukiman dan infrastruktur lainnya sekarang
berkembang semakin ke Selatan dan Utara. Pedataran ini tersusun
oleh material lumpur, lempung, pasir dan pelapukan dari batuan
vulkanik.
 Pedataran Kastela
Pedataran ini terletak di kaki Selatan gunung Gamalama memanjang
sempit sejajar pantai dengan lebar sekitar 500 meter, kemiringan
lereng < 5%, merupakan pesisir pantai disebelah Utaranya langsung
berbatasan dengan perbukitan yang relatif terjal. Pedataran ini
tersusun oleh batuan vulkanik jenis stufa.
 Pedataran Sulamadaha
Pedataran ini terletak di kaki Utara gunung Gamalama, tidak terlalu
luas hanya berupa pedataran mirip cekuk, disekitarnya ke arah
daratan membentuk perbukitan relatif bergelombang. Pedataran ini
tersusun oleh batuan vulkanik breksi dan stufa.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 26
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
b. Morfologi Tubuh Gunung Gamalama
Satuan ini merupakan bagian terbesar dari morfologi gunungapi di
pulau Ternate, mulai dari kaki hingga tubuh pada elevasi 1000 meter,
dengan kemiringan lereng antara 8% - 40%. Di bagian Timur – Utara
tubuh gunung Gamalama kemiringan lereng relatif lebih landai
dibandingkan di bagian Barat. Pada morfologi ini dijumpai 2 buah
kaldera yang dikenal dengan danau Tolire dan Laguna, hal ini
menunjukan bahwa gunung Gamalama pernah terbentuk kawah-kawah
lain selain di puncak gunung. Batuan pembentuk morfologi ini adalah
endapan vulkanik yang berasal dari gunungapi itu sendiri, yang terdiri
dari breksi vulkanik, tufa dan pasir. Antara ketiga batuan tersebut
dijumpai dalam keadaan selang seling.
c. Morfologi Puncak Gunung Gamalama
Satuan ini merupakan bagian paling atas puncak gunung, pada
elevasi di atas 1.000 meter dengan kemiringan lereng > 40%, di daerah
puncak memperlihatkan perpindah titik kegiatan dari Selatan ke Utara.
Menurut Bronto S, 1990,sejarah gunung Gamalama awalnya dimulai
terbentuknya pematang kawah terluar (tertua) berada di bagian
tenggara disebut Bukit Melayu. Kemudian pematang kawah tengah
membuka ke arah utara dikenal dengan nama Bukit Keramat atau Bukit
Mediana (+1.669m), selanjutnya terbentuk kawah baru berada dibagian
Utara berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 300 meter, puncak
setinggi +1.715 m dikenal dengan nama Gunung Arfat atau Piek van
Ternate.
Pulau ternate dilihat dari statigrafinya, tersusun oleh Gunung Api
Holosen terdiri dari breksi vulkanik, lava andesit, pasir dan tufa.
2)

Jenis Tanah
Jenis tanah mayoritas adalah tanah regosol di P. Ternate, P. Moti
dan P. Hiri. Sedangkan jenis tanah rensina ada di P. Mayau, P. Tifure, P.
Maka, dan P. Gurida. Kondisi tersebut merupakan ciri tanah Pulau vulkanis
dan pulau karang.

4.5.2

Bahan Galian Konstruksi
Kawasan pertambangan yang terdapat di Kota Ternate umumnya
merupakan usaha kegiatan tambang bahan galian mineral non logam dan batuan,
yang terdapat di hampir seluruh wilayah kota Terante. Aktivitas kegiatan
pertambangan bahan galian mineral non logam dan batuan di Kota Ternate masih
bersifat kegiatan tambang sederhana yang menghasilkan pasir, kerikil dan batu
kali, yang nilai produksinya relatif kecil.
Mengingat kecilnya potensi bahan tambang bahan galian mineral non logam
dan batuan di Kota Ternate, serta dengan pertimbangan keselamatan lingkungan,
maka eksploitasi terhadap kegiatan pertambangan tersebut perlu diawasi dan

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 27
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
penanganan terhadap lingkungan yang kemungkinan akan mengalami kerusakan
sebagai akibat dari kegiatan tersebut.
Kawasan penambangan bahan galian mineral non logam dan batuan
tersebar di hampir semua pulau di wilayah Kota Ternate dengan potensi yang
berbeda di masing-masing lokasi. Menurut perletakannya bahan galian mineral
non logam dan batuan ini dapat dibedakan dalam 2 lokasi masing – masing di
daratan (bukit dan kalimati/barangka) dan pesisir pantai.
bahan galian mineral non logam dan batuan di pulau Ternate yang terletak
di daratan (bukit dan kalimati/barangka) seperti di Dufa-Dufa bagian Barat,
Kalumata Bagian Barat, Tarau-Kulaba, Tubo, Bula dan loto. Adapun jenis material
adalah pasir gunung, batu angus, batu gunung, kerikil dan tanah. Sedangkan
untuk spot pesisir pantai dapat dijumpai di Kelurahan Kalumata pantai, Bula,
Takome, Taduma, Dorpedu dan Ake rica, jenis material adalah pasir pantai, kerikil
dan batu. Material jenis batu angus memiliki potensi yang sangat besar
dieksploitasi untuk kebutuhan pembangunan di Kota Ternate dan hanya terdapat
di antara Kelurahan Tarau dan Kulaba. Sedangkan jenis pasir gunung, pasir
pantai, batu dan kerikil potensinya terbatas.
bahan galian mineral non logam dan batuan di pulau Moti dapat dijumpai di
pesisir pantai maupun daratan, yang tersebar di seluruh kelurahan. Adapun jenis
bahan galian mineral non logam dan batuan ini adalah pasir pantai, batu dan
tanah. Spot batu belah dan kerikil belah berlokasi di Tuma (perbatasan Kel.Moti
Kota – Kel.tafamutu).Potensi material pasir cukup besar sedangkan golongan
jenis batuan cukup terbatas.
bahan galian mineral non logam dan batuan di pulau Hiri dapat dijumpai di
pesisir pantai maupun daratan. Jenis material yang terdapat di pulau Hiri
didominasi jenis batu-batuan yang terdapat diseluruh kelurahan dengan potensi
cukup sedang.
bahan galian mineral non logam dan batuan di pulau-pulau gugus Batang
Dua (P.Mayau dan Tifure) dapat dijumpai di pesisir pantai maupun daratan.
Untuk Pulau Mayau material didominasi pasir pantai yang terdapat kelurahan
Mayau, Perum dan Bido . Jenis batu dan kerikil terdapat di seluruh pesisir pantai
kelurahan Lelewi, Mayau, Perum dan Bido. Secara umum bahan galian mineral
non logam dan batuan di pulau Mayau potensinya cukup besar. Untuk pulau Tifure
potensi bahan galian mineral non logam dan batuan jenis batu dan pasir cukup
terbatas.
Pengelolaan bahan galian mineral non logam dan batuan di wilayah Kota
Ternate diusahakan oleh penambangan rakyat dan perusahaan penambangan
swasta. Kondisi di beberapa spot kawasan penambangan telah menimbulkan
kerusakan lingkungan abrasi pantai di pesisir pantai Taduma dan Tafure (Daulasi).
Sedangkan ancaman bahaya longsor di lokasi penambangan di kelurahan
Kalumata bagian Barat dan Dufa-dufa bagian Barat.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 28
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
Kawasan pertambangan yang terdapat di Kota Ternate umumnya
merupakan usaha kegiatan tambang bahan galian mineral non logam dan batuan,
yang terdapat di hampir seluruh wilayah kota Terante. Aktivitas kegiatan
pertambangan bahan galian mineral non logam dan batuan di Kota Ternate masih
bersifat kegiatan tambang sederhana yang menghasilkan pasir, kerikil dan batu
kali, yang nilai produksinya relatif kecil.
Mengingat kecilnya potensi bahan tambang galian mineral non logam dan
batuan di Kota Ternate, serta dengan pertimbangan keselamatan lingkungan,
maka eksploitasi terhadap kegiatan pertambangan tersebut perlu diawasi dan
penanganan terhadap lingkungan yang kemungkinan akan mengalami kerusakan
sebagai akibat dari kegiatan tersebut.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 29
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I

Gambar 4.6 : Peta Struktur Geologi Kota Ternate
Sumber: RTRW Kota Ternate, 2012

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 30
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
al
pr

ALUVIUM - Lanau, pasir dan kerikil
ALLUVIUM - Silt, sand and graveel
ENDAPAN PIROKLASTIKA ROMBAKAN - Abu, tif lapili dan
beberapa lapisan lapilibatuapung dari Gt, dan Gm terkonsolidasi lemah
takteruraikan. Struktur sedimen fluvial banyak dijumpai.
REWORKED PIROCLASTICDEPOSITS - Weakly consolidated ash,
lapili tuff
and some pumice lapili beds fromGt, Gd and Gm undifferentiated.
Fluil sedimentary struktures are common.
ENDAPAN MASING-MASING GENERASI GUNUNGAPI GAMALAMA
DEPOSITS OF INDIFIDUAL GAMALAMA FOLCANIC GENERATIONS
GUNUNGAPI GAMALAMA MUDA (Gm)
YOUNG GAMALAMA VOLKANO (Gm)

Gmpin

Gmlm

Gmpt

GM LS

GmT

ENDAPAN PYROKLASTIKA MUDA - Endapan jatuhan piroklastika,
mengandung blok dan bom andesit serta andesit basal diameter
maksimum 6 m. Hasil erupsi September 1980.
YOUNG PYROKLASTIC DEPOSITS - Pyroklastic airfall
deposits,consist of
andesite and basaltic andesite blocks and bombs to 6 maximum
dimension
Products of the September 1980 eruption.
ENDAPAN LAHAR MUDA - Bongkah andesitdan andesit basal
meruncing
tanggung sampai membulat tanggun di dalam matrik lanau dan pasir
masi
lepas. Termasuk endapan lahar yang terjadi pada 1840, 1897 dan
1970.
YOUNG LAHAR DEPOSIST - Coarse, subangular to subronded
boulders of
basaltic andesite and andesite in an unconsolidated mud and sand
matrix.
Included lahar deposits of 1840, 1897 and1907 age.
ENDAPAN PIROKLASTIKA TUA - Endapan jatuh piroklastika berupa
abu,
skoria dan fragmen litik. Sebagian besar terjadi pada masa sejarah
manusia.
OLD PYROKLASTIC DEPOSITS - Pyroclastic airfall deposits consist
ash, scoria
and lithic fragments. In large part of historis age
LAVA 1907 - Lava anddesit basal. Dierupsikan November 1907
1907 LAVA Basaltic andsite. Erupted in November 1907
ENDAPAN LETUSAN FREATIK MAAR TOLIRE JAHA DAN TOLIRE
KECIL
Endapan Bahan Gunung Api Fragmental Sebagian terkondolidasi, tak

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 31
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kota Ternate I
terpilah, litologi aneka ragam di dekat maar, sedang di lereng maar,
sedang
di lereng maar sebagai endapan tumpuan dasar berlapis bagus,
berstruktur
bom sag. Terbentuk september 1775
PHREATIC EXPLOSION DEPOSITS OF TOLIRE JAHA AND TOLIRE
KECIL MAARSConsist Of partly consolidated,unsorted fragmental volcanic material of
Various lithologies near maars , but on the maar flanks consist of well
stratified base surge deposits and bombs sag strukturs, Formed in
september 1775.

Gm t7

Gmby

Gm L6

Gmpf

Gm L5

Gm
1.4

LAVA 1763 - Lafa blok jenis adesit abu-abu hitam vesikuler dicirikan
oleh
fanokris plagioklas euhedra