BAB III - DOCRPIJM f361aeced4 BAB IIIBAB 3

BAB III
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG
CIPTA KARYA
3.1.

ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN
RUANG

3.1.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
3.1.1.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG NASIONAL 2005-2025.
Sesuai Undang-Undang No 17 Tahun 2007, visi Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2000-2025 adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG
MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat
tahapan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), yang masing-masing
tahapan telah pula memuat rumusan indikatif arahan prioritas kebijakan. Sesuai
arahan RPJPN, pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019) ditujukan untuk
lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan
keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini untuk memastikan bahwa

Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap sehingga bisa terlepas
dari perangkap negara menengah, sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki
gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030.
Berdasarkan arahan RPJPN 2005-2025, pada periode 2015-2019 daya saing
perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya melalui
terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja
sama pemerintah dan dunia usaha. RPJPN juga mengarahkan terpenuhinya
penyediaan air minum
dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat, yang dapat diartikan meningkatkan akses air minum dan sanitasi bagi
seluruh penduduk Indonesia (akses 100%). Sejalan dengan itu, pemenuhan
kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi
seluruh masyarakat terus meningkat. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya
kota tanpa permukiman kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga akan
terus dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian.
3-1

A. ARAHAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL 2015-2019
RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah

hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian
disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita).
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang,
periode 2015-2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk
meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar
dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara
berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita
yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian
Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang
berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan
masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur
perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas,
yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya
manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan
antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan
keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi
pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.
Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019
adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan

kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus
ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum
dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah
satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat
pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.
Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional
untuk mencapai
keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan
infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin
ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan
mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya
dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama
Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019
terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak
3-2

1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi
akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan
diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen
terbawah.
Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 20152019 adalah sebagai berikut:
Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;
Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;
Optimalisasi penyediaan layanan air minum;
Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga
air, hemat air dan simpan air secara nasional;
Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;
Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah
dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;

Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk
keserasiannya terhadap lingkungan.
3.1.1.2. ARAHAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN RENSTRA DITJEN CIPTA KARYA
2015-2019.
A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DITJEN CIPTA KARYA
Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya
Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya
diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat
Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan,
Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang
pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan,
pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan
air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan
sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:


Dalam

a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan

penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan
sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan
penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan
3-3

sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan
kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem
penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase
lingkungan serta persampahan;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air
minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta

persampahan;
e. pelaksanaan
evaluasi dan pelaporan
di bidang pengembangan kawasan
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan
air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan
serta persampahan;
f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan g.
fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

pelaksanaan

Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen
Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem,
memfasilitasi Pemerintah
Daerah
Provinsi, Kota dan
Kabupaten, serta
memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat.
Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan

infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota.
Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah
fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan,
termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk
pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan
infrastruktur keciptakaryaan melalui program- program pemberdayaan masyarakat.
Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan
bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh
karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus
kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan
dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar,
Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta
tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas
pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan
administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran
pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja.
Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD).
3-4


Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan
kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang
Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan
infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan
nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan
dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk
meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya.
Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang
terbangun.
Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola
pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam
pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana
Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus
yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah,
yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu
diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang,

Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain
itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan
kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.
Keterpaduan
pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung
pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan
wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung
keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh
stakeholder.
Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang
merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan
amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan
perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim.

3.1.2. ARAHAN PENATAAN RUANG
3.1.2.1. RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPI2- JM
Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur
ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi

3-5

peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta
Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam
RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan
juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu
keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam
penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan
sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
3.1.2.2. RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan
Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah nasional,
d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
f.

Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

g.

Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Arahan
untuk ditindaklanjuti ke
diperhatikan dari RTRWN
kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

yang harus
dalam RPIJM

A. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau
beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang
terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut:
a.
b.
c.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi;
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
3-6

transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan,
kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil.
Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Nasional (PKN) telah dipaparkan pada bab
sebelumnya.
B. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Kriteria:
• Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua
kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,
• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten,
dan/atau
• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
C. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKSN)
Kriteria:
• kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,
• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi,
dan/atau
• Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai
simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa
provinsi.
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, Pusat

Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah

kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan
perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang
terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut:
a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas
dengan negara tetangga;
b. Pusat perkotaan

yang

berfungsi

sebagai

pintu

gerbang
3-7

internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;
c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya;
d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang
dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
D. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
1. Pertahanan dan keamanan.
a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan
negara berdasarkan geostrategi nasional,
b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah
pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi,
daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem
pertahanan, atau merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulaupulau kecil terluar yang berbatasanlangsung dengan negara tetangga
dan/atau laut lepas. Pertumbuhan ekonomi,
c) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
d) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi nasional,
e) memiliki potensi ekspor,
f) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,
g) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,
h) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional
dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
i) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau
j) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
k) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau
budaya nasional,
l) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri
bangsa,
m) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan
dilestarikan,
n) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
o) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya,
p) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.
3-8

q) Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
r) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
s) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis
nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir
t) memiliki sumber daya alam strategis nasional
u) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa
v) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau
merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi
perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau
diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,
memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian Negara, memberikan perlindungan
terhadap keseimbangan iklim makro menuntut prioritas tinggi peningkatan
kualitas lingkungan hidup rawan bencana berfungsi sebagai lokasi
penggunaan teknologi tinggi strategis.
Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
• merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, alam nasional
sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak
luas terhadap kelangsungan kehidupan
• Sosial dan budaya.
3.1.2.3 ARAHAN STRATEGIS NASIONAL
A. RTRW KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;
Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;
Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;
Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;
Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan
Infrastruktur Selat Sunda;
Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan,
dan Karimun.

3-9

B. RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi
dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk
penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah:
a. Arahan pengembangan

pola ruang dan struktur ruang antara lain

mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta
arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti
pengembangan RTH.
b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan
wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.
c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya
untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air
minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.
Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:
a) Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi;
b) Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan;
c) Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera;
d) Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.
Tabel 3.1
Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

NO
(1)

PUSAT
KEGIATAN
STRATEGIS
(2)
NASIONAL

1 Kota Sabang

STATUS
(3)
I / A / 2 : Pengembangan
Baru (Tahap I)

PROVINSI
(4)
Nanggroe
Aceh Darussalam

3-10

Tabel 3.2
Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008
tentang RTRWN

NO

(1)

KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL

KOTA / KABUPATEN *)

PROVINSI

(3)

(4)

1

Kawasan Industri
Lhokseumawe

Ekonomi

Kota
Lhokseumawe

Nanggroe
Aceh
Darussalam

2

Kawasan
Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas
Sabang

Ekonomi

Kota Sabang

Nanggroe
Aceh
Darussalam

3

Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Terpadu
Banda Aceh
Darussalam
Kawasan
Ekosistem Leuser

Ekonomi

Kota Banda
Aceh

Nanggroe
Aceh
Darussalam

Lingkungan
Hidup

13 Kabupaten
(Aceh Barat, Nagan Raya,
Aceh Barat Daya, Aceh
Selatan, Aceh Singkil,
Subulussalam, Aceh
Tenggara, Gayo Lues,
Aceh Tengah, Bener
Meriah, Aceh Utara, Aceh
Timur, dan Aceh Tamiang)

Nanggroe
Aceh
Darussalam

Pertahanan
dan
Keamanan

Kota Sabang

Nanggroe
Aceh
Darussalam
dan Sumatera
Utara

4

5

(2)

SUDUT
KEPENTINGAN

Kawasan
Perbatasan Laut
RI termasuk 2 pulau
kecil terluar (Pulau
Rondo dan Berhala)
dengan negara India /
Thailand / Malaysia

STATUS
HUKUM

(5)

(6)

Ket: *) Penentuan kabupaten/kota yang menjadi wilayah delineasi KSN
masih dapat berubah sebelum Perpres RTRW KSN ditetapkan.

3-11

3.1.2.4

ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan
Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi
untuk penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah:
a) Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
b) Arahan pengembangan pola ruang:
c) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
d) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti
pengembangan RTH.
e) Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan
drainase
f) Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya
untuk bidang Cipta Karya.
Tabel 3.3
Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN di Provinsi Aceh
NO

1
1

PROVINSI

2
Nanggroe
Aceh Darussalam

3.1.2.5

PKN

3
Lhokseumawe

ARAHAN RENCANA
KABUPATEN

TATA

PKW

4
Sabang, Banda
Aceh,Takengon, Meulaboh

RUANG

WILAYAH

(RTRW)

Berdasarkan amanat Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
/Kota yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/kota. Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Aceh Besar telah ditetapkan secara hukum dalam bentuk Peraturan
Daerah atau Qanun dengan nomor Qanun Kabupaten Aceh Besar no. 4 tahun 2013.
Dalam penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari
RTRW Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

3-12

a.

Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Besar (KSK) yang didasari sudut
kepentingan:
1. Pertahanan keamanan
2. Ekonomi
3. Lingkungan hidup
4. Sosial budaya
5. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi.

b.

Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
1. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti
pengembangan RTH.
2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan,
drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan sesuai Qanun 4 Tahun 2013
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh Besar;
3. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya
yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk
kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan
prasarana.
4. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur
ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Tabel 3.4. Arahan RTRW Kabupaten Aceh Besar Bidang Cipta Karya
Arahan Pola Ruang
Rencana Pola Ruang
Rencana Pola Ruang wilayah KabupatenAceh
Besar, terdiri atas:
a.

Arahan Struktur Ruang
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten, terdiri atas:
a. sistem pusat kegiatan; dan
b. system jaringan prasarana wilayah kabupaten.

kawasan lindung;
b. kawasan budidaya; dan
c. pola ruang laut.
Rencana Kawasan Lindung

A. Sistem Pusat Kegiatan
1)
Penetapan sistem pusat kegiatan sebagaimana
meliputi:
a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL);
b.

a. Kawasan hutan lindung;
b.
Kawasan
perlindungan
setempat;
c. Kawasan suaka alam,
pelestarian alam, dan cagar
budaya;
d. Kawasan rawan bencana
alam;
e. Kawasan lindung geologi; dan
f. Kawasan lindung lainnya.

Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp);

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan
d.

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
2) PKL sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, yaitu Kota Jantho;
3) PKLp, sebagaimana dimaksu p ada ayat (1) huruf b,
yaitu Kuta Malaka dengan Ibu kota Samahani;
4) PPK sebagaimana dimaksud terdiri atas :
a. PPK Lhoknga di Kecamatan Lhoknga;
b. PPK Lambaro Angan di Kecamatan Darussalam;
c. PPK Lampuyang di Kecamatan Pulo Aceh;

3-13

Rencana Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya Kabupaten terdiri atas:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan peoduksi
konversi
c.

kawasan peruntukan hutan rakyat

d.

kawasan peruntukan pertanian

e.

kawasan peruntukan perikanan

f.

kawasan peruntukan pertambangan;

g.

kawasan peruntukan industri;

h.

kawasan peruntukan pariwisata;

i.

kawasan peruntukan permukiman; dan

j.

kawasan peruntukan lainnya.

Kawasan Peruntukan Permukiman
(1) Kawasan
peruntukan
permukiman
terdiri atas:
a.
awasan permukiman perkotaan;
dan
awasan permukiman
perdesaan.
(2). Kawasan permukiman perkotaan seluas
kurang lebih 5.885,98Ha meliputi:
Permukiman perkotaan
a. Peukan Bada, seluas 232,49
ha, meliputi Gampong Lam GeuEu,
Gampong
Rima
Keuneurom,
Gampong Ajuen, Gampong Paya
Tieng, dan Gampong Lam Asan;
b. Permukiman perkotaan Darul
Imarah, seluas 1.111, 66ha,
meliputi Gampong di seluruh
Kecamatan Darul Imarah;
c. Permukiman perkotaan Darul
Kamal, seluas 136,29 ha,
meliputi Gampong
Lhang,
Gampong Lambleut, Gampong
Lamtadok,
Gampong
Lamkunyet,
Gampong
Lambatee, Gampong Teubalui,
Gampong
Neusok,
dan
Gampong Blang Kiree;
d. Permukiman perkotaan Ingin Jaya,
seluas 957,95ha, meliputi
Gampong di seluruh wilayah
Kecamatan Ingin Jaya;
e. Pemukiman perkotaan Krueng

d. PPK Indrapuri di Kecamatan Indrapuri;
e. PPK Seulimeum di
Kecamatan Seulimeum;
dan f. PPK Lambaro di
Kecamatan Ingin Jaya.
5)
PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, yaitu :
a. PPL Lamtamotdi Kecamatan Lembah
Seulawah;
b. PPL Krueng Raya di Kecamatan Mesjid
Raya;
c. PPL Blang Bintangdi Kecamatan Blang
Bintang;
d. PPL Lampeuneurut di Kecamatan
Darul Imarah;
e. PPL Lhoong di kecamatan Lhoong;
f. PPL Peukan Bada di Kecamatan
Peukan Bada;
g. PPL Peukan Biluy di Kecamatan Darul
Kamal;
h. PPL Cot Iri di Kecamatan Krueng
Barona Jaya;
i. PPL Peukan Lam Ateuk di Kecamatan
Kuta Baro;
j. PPL Kajhu di Kecamatan Baitussalam;
k. PPL Leupung di Kecamatan Leupung;
l. PPL Lampakuk di Kecamatan Kuta
Cotglie;
m.PPL Montasik di Kecamatan Montasik;
n.
PPL
Sibreh
di
Kecamatan
Sukamakmur; dan
o. PPL Krung Mak di Kecamatan Simpang
Tiga;
Pengembangan Sistem Pusat Kegiatan sebagai
perwujudan struktur ruang, meliputi :
a. Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL
sebagai
pusat
kegiatan
industri
pengolahan dan industri jasa hasil
perkebunan yang ramah lingkungan;
b. Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL
sebagai
pusat
penelitian
dan
pengembangan perkebunan;
c. Mengembangkan PPK dan PPL sebagai
pusat industri pengolahan dan industry
jasa
hasil perikanan yang ramah
lingkungan;
d. Mengembangkan PPK dan PPL sebagai
pusat
industri pengolahan hasil
pertambangan mineral, yang didukung

3-14

Barona Jaya, seluas 388,46ha,
meliputi Gampong di seluruh
wilayah Kecamatan Krueng
Barona Jaya;
f. Permukiman perkotaan
Baitussalam, seluas 469,12ha,
meliputi
Gampong Baet, Gampong Cadek,
Gampong Blang Krueng,
Gampong Kajhu, Gampong Cot
Paya, Gampong Lambada Lhok,
Gampong Cot Aron, Gampong
Klieng Meuria, dan Gampong
Miruek Lam Reudeup;
g. Permukiman perkotaan
Darussalam, seluas 663,06ha,
meliputi Gampong di seluruh
wilayah Kecamatan Darussalam;
h. Permukiman perkotaan Kuta
Baro,seluas 883,70ha, meliputi
Gampong di seluruh wilayah
Kecamatan Kuta Baro;
i. Permukiman perkotaan Blang
Bintang, seluas 357,21 ha,
meliputi Gampong Cot Mon
Raya, Gampong Cot Geundret,
Gampong Paya Ue ,Gampong
Lamme, Gampong Meulayo,
Gampong Lam Siem, Gampong
Cot Puklat, Gampong Cot
Meulangen, Gampong Teupin
Batee, Gampong Cot Hoho,
Gampong
Cot
Rumpun,
Gampong
Bung
Pageu,
Gampong Cot Sayun, Gampong
Cot Karieng, Gampong Cot
Malem,
Gampong
Blang,
Gampong Bueng Sidom, dan
Gampong Cot Madi;
j.
Permukiman
perkotaan
Sukamakmur, seluas 397,57 ha,
meliputi Gampong Klieng Mayang,
Gampong
Tampok
Blang,
Gampong
Seumeureung,
Gampong
Sibreh
Keumude,
Gampong Lampisang, Gampong
Aneuk Galong Baro,Gampong
Aneuk Batee, Gampong Lampanah
Ineu, Gampong Buhok, Gampong
Lambarih Bak Mee, Gampong
Tampok Jeurat Raya, Gampong
ReuhatTuha, Gampong Weusiteh,
Gampong
Lambaro
Sibreh,

oleh pengelolaan limbah industri terpadu;
e. Mengembangkan PKLp, PPK dan PPL
sebagai pusat industri pengolahan dan
industri jasa hasil pertanian tanaman
pangan;
f. Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL
sebagai
pusat
penelitian
dan
pengembangan
pertanian
tanaman
pangan;
g. Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL
sebagai pusat pariwisata cagar budaya dan
ilmu
pengetahuan,
bahari,
serta
penyelenggaraan
pertemuan,
dan
pameran;
h.
Mengendalikan PKL, PKLp, PPK, dan PPL
sebagai
pusat
perkembangan
fisik
kawasan
perkotaan
untuk
mempertahankan lahan pertanian pangan
berkelanjutan;
i.
Mengendalikan perkembangan PKL, PKLp,
PPK dan PPL di
kawasan rawan bencana; dan
j.
Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL
berbasis sumber daya
alam dan jasa
lingkungan di wilayah pesisir dan
pegunungan dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tampung lingkungan
hidup.
(7) Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL sebagai pusat
kegiatan
industri pengolahan dan industri jasa hasil
perkebunan
yang
ramah
lingkungan,
sebagaimana dimaksud pada ayat( 6) huruf a,
dilakukan di PKL Kota Jantho, PKLp Samahani,
PPK Indrapuri, PPL Lhoong, PPL Lampakuk dan
PPL Lamtamot;
(8) Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL sebagai pusat
penelitian
dan pengembangan
perkebunan,
sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) huruf b,
dilakukan di PKL Kota
Jantho, PKLp Samahani,
PPK Seulimeum, PPL
Krueng Raya, dan PPL
Lamtamot
9)
Mengembangkan PPK dan PPL sebagai pusat
industri pengolahan dan industri jasa hasil
perikanan yang ramah lingkungan, sebagaimana

3-15

Gampong Meunasah Bakthu,
Gampong Niron, Gampong Blang
Cot, Gampong Lam Lheu, dan
Gampong Meunasah Tuha;
k. Permukiman perkotaan Indrapuri,
seluas 434,85ha, meliputi:
Gampong Lam LieGanto, Gampong
Ulee
Kareung,
Gampong
Lamlubok,
Gampong
Sinyeu,
Gampong Lheu Jeumpa, Gampong
EmpeeAra,GampongLamBeutong,
GampongSihom Cot, Gampong
Indrapuri, Gampong Meunara,
Gampong Seureumo, Gampong
Pasar
Indrapuri,
Gampong
Lampupok
Baro,
Gampong
Lampupok Raya, Gampong Kreung
Lamkareung, GampongLam Lie
Tuengoh, Gampong Lam Lie
Mesjid, dan Gampong Seuot
Baroh;
l.
Permukiman
perkotaan
Kota
Jantho, seluas 775,97ha, meliputi
Gampong
Weue,
Gampong
Teurebeh,
Gampong
Buket
Meusara,
Gampong
Jantho
Makmur, dan Gampong Barueh;
m.
Permukiman perkotaan Montasik,
seluas 1,39 ha,
meliputi Gampong Lamraya;
n.
Permukiman perkotaan Kuta
Malaka, seluas 140,96 ha,
meliputi Gampong Leupung
Rayeuk, Gampong Reulung
Glumpang, Gampong Lambaro
Samahani, Gampong Tumbo
Baro, Gampong Leupung Rayeuk,
Gampong Leupung Riwat,
Gampong Leupung Cut, dan
Gampong Lam Ara Cut;
o. Permukiman perkotaan Lhoknga,
seluas 356,27Ha, meliputi Gampong
Meunasah
Blang,
Gampong
Meunasah
Balee,
Gampong
Meunasah Cut, Gampong Meunasah
Lambaro,
Gampong
Meunasah
Moncut,
Gampong
Meunasah
Mesjid Lampuuk, Gampong Mon
Ikeun, Gampong Weu Raya, Gampong
Lamkruet,
Gampong
Lampaya,
Gampong Tanjong, Gampong Lamcok,
Gampong Kueh, Gampong Lamgabo,
Gampong Aneuk Paya, Gampong Lam
Ateuk, Gampong Lambaro Kueh; dan

dimaksud pada ayat (6) huruf c, dilakukan di
PPK Lhoknga, PPK Seulimeum, PPK Lampuyang,
PPL Krueng Raya, PPL Kajhu, PPL Lhoong, dan
PPL Leupung;
(10)Mengembangkan PPK dan PPL sebagai pusat
industri pengolahan hasil pertambangan
mineral, yang didukung oleh pengelolaan
limbah industri terpadu, sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) huruf d, dilakukan di PPK
Lhoknga, PPK Indrapuri, PPK Seulimeum, PPL
Krueng Raya, PPL Lhoong, dan PPL Lampakuk;
(11)Mengembangkan PKLp, PPK dan PPL sebagai
pusat industri pengolahan dan industri jasa
hasil pertanian tanaman pangan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) huruf e, dilakukan di
PKLp Samahani, PPK Indrapuri, PPK Seulimeum,
PPL Lampeuneurut, PPL Blang Bintang, PPL
Lampakuk, PPL Lamtamot, PPL Montasik, dan
PPL Sibreh;
(12)Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL sebagai
pusat penelitian dan pengembangan pertanian
tanaman pangan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) huruf f, dilakukan di PKL
Kota Jantho, PKLp Samahani, PPK Indrapuri, dan
PPL Lamtamot;
(13)Mengembangkan PKL, PKLp, PPK dan PPL sebagai
pusat
pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan,
bahari,serta penyelenggaraan pertemuandan
pameran, sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
huruf g, dilakukan di PKL Kota Jantho, PKLp
Samahani, PPK Indrapuri, PPK Seulimeum, PPL
Krueng Raya, PPL Peukan Bada, PPL Leupung,
PPL Lampakuk, PPL Lamtamot, dan PPL Sibreh;
(14) Mengendalikan PKL, PKLp, PPK dan PPL sebagai
pusat
perkembangan fisikkawasan perkotaan untuk
mempertahankan lahan pertanian pangan
berkelanjutan, sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) huruf h, dilakukan di PKL Kota Jantho,
PKLp Samahani, PPK Lambaro Angan, PPK
Seulimeum, PPK Lambaro dan PPK Indrapuri,
PPL Krueng Raya, PPL Lampeuneurut ,PPL Blang
Bintang, PPL Peukan Lam Ateuk, PPL Peukan
Biluy, PPL Cot Iri, PPL Lhoong, PPLLampakuk,
PPL Montasik, PPL Krung Mak, dan PPL Sibreh;
(15) Mengendalikan perkembangan PKL, PKLp, PPK,
dan
PPL
di
kawasan
rawan
bencana,sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
huruf i, dilakukan di PKL Kota Jantho, PKLp
Samahani, PPK Lhoknga, PPK Lambaro, PPK
Darussalam, PPK Indrapuri,PPK Seulimeum, PPK
Lampuyang, PPL
Krueng
Raya,
PPL
Lampeuneurut dan PPL Blang Bintang;

3-16

p.

Permukiman perkotaan Seulimeum,
seluas 71,19Ha, meliputi Gampong
Capeung Dayah, Gampong Capeung
Baroh, Gampong Lampisang Dayah,
Gampong
Lampisang
Teungoh,
Gampong
Lampisang
Tunong,
Gampong Seuneubok, Gampong Raya,
Gampong Seulimeum,
Gampong
Pasar Seulimeum, dan Gampong
Buga.
b. Kawasan permukiman perdesaan
sebagaimana dalam RTRW
seluas 4.987,44Ha (empat ribu
Sembilan ratus delapan puluh
tujuh koma empa tempat
hektar) yang tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten
Aceh Besar.

(16)

A. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Rencana sistem prasarana utama di wilayah kabupaten
meliputi:

Kawasan Peruntukan Lainnya
(1)Kawasan peruntukan lainnya
sebagaimana meliputi :
a. Kawasan pertahanan dan
keamanan negara;
b. Kawasan transmigrasi; dan
c. Kawasan Hutan Pendidikan STIK
untuk tujuan penelitian dan
pendidikan.
(2)Kawasan pertahanan dan
keamanan Negara
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a,
seluas 291,51 Ha, meliputi:
a. Kawasan Markas Komando Brimob
di Lamtamot KecamatanLembah
Seulawah;
b. Komando Distrik Militer (Kodim)
Lhoknga di
KecamatanLhoknga;
c. Pos Ramil di Kecamatan Ingin Jaya,
Kecamatan Kota Jantho dan
Kecamatan Leupung;
d. Perwira penghubung (Pabung)
Jantho di Kecamatan Kota
Jantho;
e. Yonif 112/Dharma Jaya di
Kecamatan Darul Imarah
f. Kompi Senapan (Kipan) di

Mengembangkan PKL, PKLp, PPK, dan PPL
berbasis sumber daya alam dan jasa lingkungan
di wilayah pesisir dan pegunungan
dengan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup, sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) huruf j, dilakukan di PKL
Kota Jantho, PKLp Samahani, PPK Lhoknga, PPK
Lambaro Angan, PPK Lambaro, PPK Indrapuri,
PPK Lampuyang danPPK Seulimeum, PPLPeukan
Bada, PPL Darul Imarah, PPL BlangBintang, PPL
Peukan Biluy, PPL Mesjid Raya, PPL Kajhu, PPL
Cot Iri, PPL Peukan Lam Ateuk, PPL Leupung,
PPL Lampakuk, PPL Lamtamot, PPL Montasik,
PPL Sibreh, dan PPL Krung Mak.

a.

Sistem jaringan transportasi darat; dan

b.

Sistem jaringan transportasi laut.

c.

Sistem jaringan transportasi udara

Sistem Jaringan prasarana lainnya
Sistem jaringan prasarana lainnya terdiri atas:
a.

sistem jaringan energi;

b.

sistem jaringan telekomunikasi;

c.

sistem jaringan sumber daya air; dan

d. sistem jaringan prasarana wilayah lainnya.
Pengembangan sistem jaringan sumber daya air berbasis
wilayah sungai terdiri atas:
(1)

Rencana system jaringan sumber daya air
sebagaimana di maksud dalam Pasal 18 huruf
c berdasarkan pengelolaan sumber daya air
yang berbasis wilayah sungai terdiri atas:
a. Pengelolaan Wilayah Sungai
b. Pengelolaan Aset Sumber Daya Air;
c. Pemanfaatan Daerah Irigasi;
d. Cekungan Air Tanah (CAT);
e. Jaringan air baku untuk air bersih;
f. Pengembangan system pengendali banjir.
Cekungan Air Tanah (CAT) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
huruf d adalah CAT Banda Aceh seluas 125.200 Ha
meliputi :
a. Kecamatan Peukan Bada seluas 309 Ha;
b. Kecamatan Darul Imarah seluas 1.228 Ha;
c. Kecamatan Ingin Jaya seluas 2.442 Ha;
d. Kecamatan Krueng Barona Jaya seluas 698,50 Ha;

3-17

Kecamatan Seulimeum dan
Kecamatan Lhoong;
g. Batalyon Kavaleri (Yonkav)
Penyerbu di Kecamatan Jantho;
h. Kompi Markas Batalyon Zeni (Kima
Yonzi) di Kecamatan Indrapuri;
i. Kizipur C Yonzi di Kecamatan
Indrapuri;
j. Resimen Induk Daerah Militer
(Rindam) di Kecamatan Darul
Imarah;
k. Depo Pendidikan dan Kejuruan
Iskandar Muda (Dodikjur IM) di
Kecamatan Darul Imarah;
l. kawasan Pangkalan TNI Angkatan
Udara berada di Kecamatan Blang
Bintang seluas kurang lebih 3 (tiga)
hektar;
m. Kantor Polres di Kecamatan Kota
Jantho;
n. Unit Polisi Air di Kecamatan Mesjid
Raya yang juga melakukan
pengawasan untuk Pulau Rusa dan
Pulau Benggala sebagai salah satu
pulau terdepan Indonesia yang ada
di Kabupaten Aceh Besar;
o. Kantor Polsek meliputi :
1. Polsek di Gampong
Lambada
Peukan
Kecamatan Darussalam;
2. Polsek Peukan Biluy di
Gampong Biluy Kecamatan
Darul Kamal;
3. Polsek di
Gampong
Kajhu
Kecamatan
Baitussalam;
4. Polsek di Gampong
Lampeuneurut Ujong Blang
Kecamatan Darul Imarah;
5.
Polsek
di
Gampong
Lubuk
Batee
Kecamatan
Ingin Jaya;
6. Polsek di Gampong
Jantho
Makmur
di
Kecamatan Kota Jantho;
7.
Polsek
di
Gampong
Gla

e. Kecamatan DarulKamal seluas 223,70 Ha; f.
Kecamatan Simpang Tiga seluas 402,80Ha; g.
Kecamatan Sukamakmur seluas 1.333 Ha; h. Kecamatan
Kuta Malaka seluas 561,65 Ha; i. Kecamatan Indrapuri
seluas 12.330 Ha;
j. Kecamatan Montasik seluas 5.993 Ha;
k. Kecamatan Blang Bintang seluas 4.189 Ha;
l. Kecamatan Kuta Baro seluas 6.128 Ha;
m.Kecamatan Darussalam seluas 3.856 Ha; n.
Kecamatan Baitussalam seluas 2.005 Ha; o. Kecamatan
Mesjid Raya seluas 12.820 Ha; p. Kecamatan
Seulimeum seluas 38.790 Ha;
q. Kecamatan Lembah Seulawah seluas 14.110 Ha;
r. Kecamatan Kuta Cotglie seluas 12.020 Ha; dan s.
Kecamatan Kota Jantho seluas 5.725 Ha.
Jaringan air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud
pada
Ayat (1) huruf e terdiri atas:
a. Krueng Aceh dengan potensi debit air rata- rata1.0002.500 l/dtk;
b. Krueng Jreu dengan potensi debit air rata-rata 1.0002.500 l/dtk;
c. Krueng Montala dengan potensi debit air rata-rata
350-1000 l/dtk; dan
d. Krueng Daroy dengan potensi debit air rata-rata 300500l/dtk.
Pengembangan sistem pengendali banjir sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf meliputi
a. Pengaman sungai;
dan
b. Pengembangan Sistem Pengendalian Banjir.
Pengamanan Sungai sebagai mana dimaksud pada ayat
(10) huruf a meliputi:
a. Sungai Krueng Aceh sepanjang 1,96 Km
yang melalui Gampong Tanjong,Gampong
Meunasah Manyang PA dan Gampong
Santan di Kecamatan Ingin Jaya;
b. Sungai Krueng Aceh sepanjang 2,87 Km
yang melalui Gampong Jurong Peujera,
Gampong
Lubuk
Batee,
Gampong
Lambaro, Gampong Lampreh Lamteungoh
dan Gampong Ujong XII di Kecamatan Ingin
Jaya;
c.
Sungai Krueng Aceh sepanjang 0,99 Km
yang melalui
Gampong Lampanah Ranjo, Gampong
Lampanah Dayah, Gampong Lampanah
Teungoh, Gampong Lampanah Baroh,
Kecamatan
Lampanah
Tunong
di
Kecamatan Indrapuri;

3-18

Deyah di Krueng
Barona Jaya;
8. Polsek di Gampong
Lamtamot
Kecamatan
Lembah Seulawah;
9. Polsek di
Gampong Mon
Ikeun
Kecamatan
Lhoknga;
10.Polsek
di
Gampong Krung Mak
Kecamatan
Darul
Kamal;
11.Polsek di Gampong
Reuhat Tuha Kecamatan
Suka Makmur;
12.Polsek di Gampong
Meunasah
Mesjid
Kecamatan Leupung;
13.Polsek di
Gampong
Lamtui
Kecamatan
Kuta Cot glie;
14.Polsek
di
Gampong
Lambro
Bileu
Kecamatan
Kuta Baro;
15.Polsek di Gampong
Meunasah
Keudee
Kecamatan Mesjid Raya;
16. Polsek
di
Gampong
Mata
Ie
Kecamatan
Montasik;
17.Polsek
di
Gampong
Lam Ara
Cut
Kecamatan
Kuta
Malaka
18. Polsek Pembantu di
Gampong Cot Malem
Kecamatan Blang Bintang;

d.

Sungai Krueng Aceh sepanjang 1,11 Km
yang melalui Gampong Ie Alang Masjid
dan Gampong Ie Alang Dayah di
Kecamatan Kuta Cot glie;
Sungai Krueng Aceh sepanjang 1,60 Km
yang melalui Gampong Capeung Dayah,
Gampong Capeung Baroh dan Gampong
Lampisang
Dayah
di
Kecamatan
Seulimeum;
f.
Sungai Krueng Aceh sepanjang 0,68 Km
yang melalui
Gampong Seuneubok di Kecamatan
Seulimeum;
g. Sungai Krueng Lhoong sepanjang 2,40 Km
yang melalui Gampong Mon Mata dan
Gampong Meunasah Keutapang di
Kecamatan Lhoong; dan
h. Sungai Krueng Raba sepanjang 1,18 Km
yang melalui
Gampong Mon Ikeun di Kecamatan Lhoknga.
Pengembangan sistem pengendali banjir sebagaimana
dimaksud pada ayat (10) huruf b terdiri atas :
a. penyediaan kolam retensi;
b. penyediaan embung;
c. pembuatan sumur resapan di permukiman
perkotaan dan
perdesaan di seluruh kecamatan;
d. pembuatan lubang resapan biopori di
permukiman perkotaan dan perdesaan di
seluruh kecamatan;
e. pembangunan tanggul; f. normalisasi
sungai; dan
g. pengerukan sungai.
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya
1) Sistem jaringan prasarana wilayah lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf d
terdiri atas:
a. sistem jaringan persampahan;
b. sistem jaringan air minum;
c. sistem pengolahan air limbah;
d. sistem jaringan drainase;
e. jalur dan
ruang
evakuasi
bencana;
dan
f. sistem
jaringan

3-19

19. Polsek di Gampong Sihom
Cot Kecamatan Indrapuri;
20.Polsek di Gampong
Lamjuhang Kecamatan Lhoong;
21.Polsek di Gampong Lam
lumpu Kecamatan Peukan
Bada;
22.Polsek di Gampong
Seulimeum Kecamatan
Seulimeum; dan
23.Polsek di Gampong Gugop
Kecamatan Pulo Aceh.
p.
Kantor
Koramil,meliputi:
1. Koramil Peukan Biluy di
Gampong Biluy Kecamatan
Darul Kamal;
2. Koramil 07 di Gampong
Lambada Lhok Kecamatan
Baitussalam;
3. Koramil di Lampeuneurut
Ujong Blang Kecamatan
DarulImarah;
4. Koramil di Gampong Lubuk
Batee Kecamatan Ingin Jaya;
5. Koramil di Gampong Jantho
Makmur Kecamatan
KotaJantho;
6. Koramil di Gampong
Reuhat Tuha Kecamatan
SukaMakmur;
7. Koramil di Gampong
Lamseunia Kecamatan
Leupung;
8. Koramil di Gampong Lambro
Bileu Kecamatan Kuta Baro;
9. Koramil di Gampong
Meunasah Kulam Kecamatan
Mesjid Raya;
10.Koramil diGampong Weu
Bada Kecamatan Montasik;
11.Koramil di Gampong Reukih
Dayah Kecamatan Indrapuri;
12.Koramildi Gampong
Lamjuhan di KecamatanLhoong;
13.Koramil 10 di Gampong Paya
Tieng Kecamatan PeukanBada;
14.Koramil di Gampong
Seulimeum Kecamatan
Seulimeum;
dan

prasarana
kabupaten.
(2) Sistem jaringan persampahan sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1) huruf a terdiri atas:
a. Lokasi tempat pembuangan sampah sementara
(TPS) meliputi :
1. Desa Saree Aceh di Kecamatan Lembah
Seulawah sebanyak 1 (satu) unit;
2. Gampong Peukan Seulimeum di
Kecamatan Seulimeum sebanyak 1 (satu)
unit;
3. Desa Lampakuk Kecamatan Kuta Cot glie
sebanyak 2 (dua)
unit;
4. Pasar Indrapuri Kecamatan Indrapuri sebanyak
2 (dua)
unit;
5. Desa Lambaro Kecamatan Ingin Jaya sebanyak
2 (dua)
unit; dan
6. Desa Cot Irie Kecamatan Krueng Barona
Jaya sebanyak 1 (satu) unit.
b. Lokasi tempat pemrosesan akhir sampah
(TPA) dan atau tempat pengolahan
sampah
terpadu
(TPST)
dengan
menerapkan
sistem
operasional
sanitary landfill untuk melayani wilayah
permukiman sekitar perkotaan terdiri atas:
1. TPA Regional Blang Bintang di Gampong
Data Makmur, Kecamatan Blang
Bintang, seluas lebih kurang dua
ratus enam hektar (±206 Ha),
dengan wilayah pelayanan meliputi:
a).Kecamatan Peukan Bada;
b).Kecamatan Blang Bintang;
c).Kecamatan Krueng Barona Jaya;
d).Kecamatan Darul Kamal;
e).Kecamatan
Baitussalam;
f).Kecamatan Pulo
Aceh;
g).Kecamatan Kuta Baro;
h).Kecamatan Sukamakmur;
i). Kecamatan Darussalam;
j). Kecamatan Montasik;
k).Kecamatan Simpang Tiga;
l). Kecamatan
Mesjid Raya;
m).Kecamatan
Darul Imarah; n).

3-20

15.Koramildi Gampong
Lamteng Kecamatan Pulo Aceh.

Kawasan transmigrasi berada
di
Kecamatan
Kota
Jantho,
Kecamatan
Lembah Seulawah,
Kecamatan
Seulimeum
dan
Kecamatan Kuta Cot Glie seluas
kurang lebih 2.978,35Ha (dua ribu
Sembilan ratus tujuh puluh delapan
koma tiga puluh lima hektar);
(4). Kawasan Hutan Pendidikan STIK
untuk tujuan penelitian dan
pendidikan berada di Kecamatan
Kota Jantho seluas kurang lebih
132,87Ha (seratus tiga puluh dua
koma delapan puluh tujuh hektar).

Kecamatan
Lhoknga; dan o).
Kecamatan Ingin
Jaya.
2. TPA Buket Meusara yang berada di
Gampong Buket
Meusara di Kecamatan Kota Jantho,
seluas kurang lebih 2
(dua) hektar, dengan wilayah pelayanan
meliputi :
a).Kecamatan Kota Jantho;
b).Kecamatan Seulimeum;
c). Kecamatan Kuta Cotglie;
d). Kecamatan Indrapuri;
dan
e). Kecamatan Kuta Malaka.
c. Rencana peningkatan tempat pembuangan
sampah sementara
(TPS) berupa Arm Roll Container akan di
tempatkan
pada setiap permukiman
perkotaan, pasar dan fasilitas sosial;
d. Pengembangan teknologi pengelolaan sampah
yang dikelola
dari
sumbernya
dengan
teknologi
komposting sampah organik dan sistem
Reduce
(mengurangi),
Reuse
(menggunakan kembali) dan Recycle
(mendaur ulang) atau 3R sesuai kawasan
permukiman;
e. Pengangkutan sampah dilakukan dari depo
wadah komunal
(TPS) ketempat pembuangan akhir
regional atau untuk pengumpulan sampah
langsung dari sumber-sumber sampah
besar langsung ke TPA; dan
f. Pengembangan penyediaan sarana
prasarana pengolahan sampah; dan
g. Melakukankoordinasi antar lembaga
pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha
agar terpadu dalam pengelolaan sampah.
(3) Sistem jaringan air minum sebagai mana di maksud
pada ayat(1)
huruf b terdiri atas:
a. Instalasi pengolahan air di Gampong Lambaro
Kecamatan Ingin Jaya bersumber dari Krueng
Aceh dengan kapasitas sumber 1.000 – 2.500
l/dt, kapasitas terpasang intake 160 l/dt dan
kapasitas distribusi 100 l/dt, dengan cakupan
layanan meliputi wilayah Kecamatan Ingin Jaya,
Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Simpang
Tiga sebagian Kecamatan Darul Imarah,

3-21

Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan Barona
Jaya, Kecamatan Darussalam, Kecamatan
Baitussalam dan Kecamatan Mesjid Raya;
b. Instalasi pengolahan air di Gampong
Meunasah Siron Kecamatan Ingin Jaya
bersumber dari Krueng Aceh dengan
kapasitas
sumber
1.000–2.500l/dt,
kapasitas terpasang intake 160 l/dt dan
kapasitas distribusi 40 l/dt, dengan
cakupan
layanan
meliputi
wilayah
Kecamatan
Ingin
Jaya,
Kecamatan
Sukamakmur, sebagian Kecamatan Darul
Imarah, Kecamatan Blang
Bintang,
Kecamatan
Barona
Jaya, Kecamatan
Darussalam,
Kecamatan
Baitussalam
dan Kecamatan Mesjid Raya.
c. Instalasi pengolahan air di Gampong Teureubeh
Kecamatan Kota Jantho bersumber dari
Krueng Mountala dengan kapasitas sumber
350–1.000l/dt, kapasitas terpasang intake
40 l/dt dan kapasitas distribusi 40 l/dt,
dengan cakupan
layanan
meliputi
wilayah
Kecamatan
Kota Jantho;
d. Instalasi pengolahan air di Gampong Leuue
Kecamatan Darul Imarah bersumber dari Mata Ie
dengan kapasitas 300–500 l/dt, kapasitas
terpasang intake 120 l/dt dan kapasitas distribusi
100 l/dt, dengan cakupan layanan meliputi
Kecamatan Darul Imarah, sebagian Kecamatan
Darul Kamal, Kecamatan Peukan Bada dan
sebagian Kecamatan Lhoknga;
e. Instalasi pengolahan air di Gampong Buga
Kecamatan Seulimeum bersumber dari Krueng
Buga dengan kapasitas sumber 500 – 1.500 l/dt,
kapasitas terpasang 10 l/dt dan kapasitas
distribusi 10 l/dt, dengan cakupan layanan
meliputi Kecamatan Seulimeum;
f. Instalasi pengolahan air di Gampong Geundring
Kecamatan Darul Imarah bersumber dari Mata Ie
Daroy dengan kapasitas sumber 300–500l/dt,
kapasitas terpasang