DOCRPIJM 59720ffbac BAB IIIBAB III

Bab 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG

  3.1.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA Berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019, Arahan RPJMN terhadap pembangunan bidang Cipta Karya, antara lain:

  1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0% melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.

  2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan melalui (i) pembinaan dan pengawasan khususnya BGN; (ii) penyusunan NSPK dan penerapan penyelenggaraan bangunan hijau; dan (iii) menciptakan building codes.

  3. Tercapainya akses air minum yang aman menjadi 100% melalui penanganan tingkat regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

  4. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 % pada tingkat kebutuhan dasar melalui penanganan tingkat regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

  Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasinal (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada:

  A. Norma Pembangunan, meliputi antara lain: (1) membangunan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, produktivas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

  B. Dimensi Pembangunan

  1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu proritas utama pembangunan, tidak hanya dibirokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.

  2. Dimensi pembangunan sector unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan pangan, ketahanan energy dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan, Indonesia mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhannya, agar tidak bergantung kepada negara lain. Potensi sumber daya air yang besar dan terbarukan dapat dimanfaatkan untuk mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri untuk penciptaan nilai tambah.

  3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan harus meminimalkan kesenjangan baik antar kelompok pendapatan, maupun antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan kawasan Timur.

  C. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil. Hal ini meliputi kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.

  D. Quickwins. Quickwins dilakukan agar output pembangunan segera dapat terwujud dan dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.

  3.1.2. ARAHAN PENATAAN RUANG Bedasarkan PP No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional dan Perpres No. 88 Tahun 2011 Tentang RTR P. SulawesiBerikut gambaran Kawasan Strategis Nasional Sulawesi Utara

Gambar 3.1 Peta Kawasan Strategis Nasional (KSN) Sumber : Bappeda Provinsi Sulut

  Adapun Kawasan Strategis Nasional yang ada di Provinsi Sulawesi Utara antara lain: a.

  Kawasan perbatasan Nasional RI termasuk 18 (delapan belas) pulau kecil terluar (pulau Sebatik, Gosong Makassar, Maratua, Sambit, Lingian, Salando, Dolangan, Bongkil, Mantehage, Makalehi, Kawaluso, Kawio, Marore, Batu Bawaikang, Miangas, Marampit, Intata dan Kakorotan) dengan Negara Malaysia dan Phillipina, Provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado

  • – Bitung c.

  Kawasan Konservasi dan Wisata Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano d. Kawasan Andalan Nasional, yang terdiri dari Manado dsk, Dumoga dsk, Bunaken- Sangihe dsk, Batutoli, dsk.

  Sedangkan untuk Kawasan Strategis Provinsi (KSP), Berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2014 Tentang RTRW Provinsi Sulut Tahun 2014-2034, tergambar dalam peta berikut ini:

Gambar 3.2 Peta Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Sumber: Bappeda Provinsi Sulut Terdapat enam Kawasan Strategis Provinsi Sulawesi Utara, yaitu:

  1. Kawasan Koridor pantai pesisir utara (PANTURA) dari Manado sampai dengan Bolaang Mongondow Utara yang dikembangkan sebagai kawasan untuk titik-titik lokasi kegiatan rekreasi, pariwisata, perdagangan dan jasa.

  2. Kawasan Koridor Bitung

  • – Kema – Airmadidi yang dikembangkan untuk kelompok lokasi industri di Kota Bitung dan Minahasa Utara

  3. Kawasan Koridor pantai pesisir selatan (PANSELA) dari Minahasa sampai dengan Bolaang Mongondow Selatan yang dibangun dalam bentuk pengembangan infrastruktur kelautan dan perikanan, pariwisata dan transmigrasi profesi teratas.

  4. Kawasan Global Hub Port/ Pelabuhan Internasional Bitung dan di pulau Lembeh Manado

  • – Bitung

  5. KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Tanjung Merah Bitung

  6. Kawasan Strategis Perhubungan yaitu Pengembangan Bandar Udara Sam Ratulangi (Kota Manado

  • – Kab. Minahasa Utara) dan Pembangunan Bandar Udara di Tatapaan (Kabupaten Minahasa – Kabupaten Minahasa Selatan)

  Selain Itu, Terdapat Kawasan Yang Memiliki Nilai Strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, antara lain:

  1. Kawasan Waruga yang berada di Sawangan Minahasa Utara dan Tonsewer Tompaso Lama Kabupaten Minahasa

  2. Kawasan Kampung Arab yang berada di Manado

  3. Kawasan Kampung Jawa di Tondano yang berada di Minahasa

  4. Kompleks Keraton Boroko yang berada di Bolaang Mongondow Utara

  5. Kompleks Istana Manganitu yang berada di Kepulauan Sangihe

  6. Kawasan Benteng Amurang yang berada di Minahasa Selatan

  7. Kompleks Lodji Tondano yang berada di Minahasa

  8. Kawasan Pecinaan yang berada di Manado

  ARAHAN PENATAAN RUANG KABUPATEN Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Kepulauan SItaro adalah sebagai berikut: Terwujudnya masyarakat Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang sejahtera,

  mandiri dan berkepribadian melalui pemanfaatan fungsi ruang berbasis bahari, pertanian, pariwisata dan mitigasi bencana.

   Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten:

  a. Pengembangan sumber daya manusia dan pemanfaatan kemajuan teknologi untuk menunjang seluruh kegiatan pembangunan wilayah; b. Pengembangan pemanfaatan sumber daya alam kelautan dan perikanan, pertanian dan perkebunan serta kebudayaan dan pariwisata untuk kesejahteraan masyarakat;

  c. Pengembangan pusat-pusat permukiman dan pusat-pusat kegiatan yang berwawasan lingkungan melalui pembangunan prasarana dan sarana penunjang; dan

  d. Pengelolaan ruang berbasis mitigasi bencana melalui penyediaan ruang dan jalur evakuasi bencana.

  Sedangkan strategi Penataan Ruang Kabupaten Kepulauan Sitaro adalah sebagai berikut:

  (1) Strategi dalam mewujudkan kebijakan “Pengembangan Sumber Daya Manusia dan pemanfaatan kemajuan teknologi untuk menunjang seluruh kegiatan pembangunan wilayah”, terdiri atas:

  a. Membangun dan meningkatkan fasilitas pendidikan berupa sekolah unggulan dan kejuruan serta perguruan tinggi; b. Membangun dan meningkatkan prasarana dan sarana kesehatan;

  c. Membangun dan meningkatkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan Olah Raga dan Kebudayaan;

  d. Membangun sistem jaringan komunikasi jarak jauh khususnya pada daerah yang terisolasi; e. Membangun jaringan cyber city pada pusat pemerintahan kabupaten dan sekitarnya; f. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mengembangkan sumber energi tenaga surya, angin dan gelombang laut; g. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk pengelolaan sumber air minum; dan

  h. Membangun jaringan media informasi sebagai penunjang penyebarluasan berita, informasi dan hiburan. (2)

  Strategi dalam mewujudkan kebijakan “Pengembangan pemanfaatan sumber daya alam kelautan dan perikanan, pertanian serta kebudayaan dan pariwisata untuk kesejahteraan masyarakat”, terdiri atas:

  a. Memantapkan fungsi kawasan lindung;

  b. Meningkatkan produktifitas hasil pertanian khususnya perkebunan melalui intensifikasi lahan dan peremajaan komoditi unggulan pala dan komoditi lainnya;

  c. Memanfaatkan lahan non produktif untuk budidaya hortikultura dan palawija alam rangka peningkatan pendapatan masyarakat serta menjaga kualitas lingkungan; d. Mengembangkan potensi pariwisata dengan membangun prasarana dan sarana pendukung kegiatan wisata; e. Meningkatkan SDM dalam mengelola obyek wisata menjadi lebih profesioanal;

  f. Mengembangkan dan menggali potensi budaya daerah melalui media promosi dan pembangunan bangunan cagar budaya; g. Mengembangakan potensi pasar melalui media promosi; dan

  h. Membangun prasarana dan sarana pendukung perikanan di sekitar pulau utama dan sekiitar kawasan penangkapan ikan. (3) Strategi dalam mewujudkan kebijakan “Pengembangan pusat-pusat permukiman dan pusat-pusat kegiatan yang berwawasan lingkungan melalui pembangunan prasarana dan sarana penunjang”, terdiri atas: a. Memantapkan struktur ruang serta membangun setiap pusat-pusat permukiman dan pusat-pusat kegiatan sesuai fungsi dan perannya masing- masing;

  b. Meningkatkan aksesibilitas antara pusat permukiman, antar pusat kegiatan dan antar pusat permukiman dengan pusat kegiatan, dengan membangun jaringan transportasi sebagai infrastruktur utama yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang; c. Membangun jaringan infrastruktur pendukung untuk memperkuat struktur ruang, antara lain : sistem energi/listrik, telekomunikasi, air minum, drainase perkotaan dan perkampungan, pengelolaan limbah dan persampahan;

  d. Memprioritaskan peningkatan ruas jalan penghubung Ulu

  • – Ondong, lingkar Pulau Siau, lingkar Pulau Tagulandang, lingkar Pulau Biaro dan jalan diagonal di tiga pulau utama serta meningkatkan intensitas penghubung antar tiga pulau utama sebagai perwujudan pemantapan struktur ruang; dan

  e. Membangun prasarana dan sarana, fasilitas sosial dan fasilitas umum secara proporsional pada setiap pusat permukiman dan pusat kegiatan. (4)

  Strategi dalam mewujudkan kebijakan “Pengelolaan ruang berbasis mitigasi bencana melalui penyediaan ruang dan jalur evakuasi bencana”, terdiri atas : a. Menyediakan ruang dan membangun prasarana dan sarana penunjang evakuasi bencana alam gunung berapi Gunung Karangetang dan Gunung

  Ruang;

  b. Menyediakan ruang dan membangun prasarana dan sarana penunjang evakuasi bencana alam tsunami, gelombang pasang, angin, banjir dan longsor; serta kebakaran hutan; dan membangun sistem mitigasi bencana untuk meminimalisir kerugian akibat bencana alam : gunung api, tsunami, gelombang pasang, angin, banjir dan longsor; serta kebakaran hutan. Kondisi alam yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tidak memungkinkan dengan badan jalan yang ada 3,00

   Rencana Sistem Jaringan Jalan

  2. Pusat transportasi regional (darat dan laut)

  

Sumber : RTRW

Rencana Sistem Jaringan Transportasi A.

  3. Pusat permukiman Ulu, melalui laut

  2. Pusat transportasi regional (darat dan laut)

  1. Pusat perdagangan lokal

  PKL (draft RTRW Provinsi Sulawesi Utara)

  Buhias, Kecamatan Tagulandang (Pulau Tagulandang)

  2. Buhias melalui laut.

  1. Ondong, melalui jalan darat.

  3. Pusat permukiman

  1. Pusat perdagangan regional

  RENCANA STRUKTUR RUANG

  PKL (RTRW Provinsi Sulawesi Utara, draft)

  Ulu, Kecamatan Siau Timur (Pulau Siau)

  3. Pusat transportasi lokal (darat) Ulu, melalui jalan darat.

  2. Pusat permukiman

  1. Pusat Pemerintahan Kabupaten

  PKW (RTRW Provinsi Sulawesi Utara, draft)

  Tabel 3. 1 Rencana Sistem Perkotaan Pusat kegiatan Fungsi Peran Hubungan dengan pusat kegiatan lain Ondong, Kecamatan Siau Barat (Pulau Siau)

  Rencana sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Kepulauan Sitaro adalah sebagaimana yang terlihat pada tabel di bawah ini.

  Rencana Sistem Perkotaan

  • – 3,50 m untuk diperlebar sehingga pembangunan jalan bisa dengan cara mereklamasi laut menjadi jalan di bagian-bagian tertentu pulau Siau seperti di kecamatan Siau Timur dan kecamatan Siau Barat. Potensi lava yang ada di Bebali bisa menjadi material untuk bahan reklamasi pembangunan jalan baru.
Selain pengembangan status jalan terdapat juga rencana pengembangan yang lain seperti : a) Ruas jalan Beong –Paniki 3,70 km perlu peningkatan kondisi permukaan jalan.

  b) Ruas jalan Tarorane

  • –Tampungan, Beong–Dompase, Pehe–Kanawong dengan permukaan aspal (Lapen) ditingkatkan menjadi HRS untuk meningkatkan aksesibilitas.

  c) Ruas jalan Akesembeka

  • –Bebali di Siau Timur aspal dan tanah harus ditingkatkan dengan jalan aspal dan HRS.

  d) Ruas jalan Liwua

  • –Salili sebagian jalan tanah lebar 1,50 m dan kerikil lebar 3,0 m

  e) Sp. Liwua –Sp. Salili 2 km lebar 3,0 m Siau Tengah ditingkatkan menjadi HRS.

  f) Ruas jalan Bulude

  • –Dame panjang 3 km Siau Timur kondisi rusak sedang perlu pemeliharaan permukaan jalan untuk meningkatkan aksesibilitas.

  g) Ruas Bebali – Kora-kora 2 km dalam kondisi rusak perlu adanya perbaikan jalan.

  h) Ruas Bowoleu

  • –Sp Minanga aspal dengan kondisi rusak harus ditingkatkan dengan permukaan HRS.

  i) Ruas Buang

  • –Karungo 13,5 km permukaan lapen dalam kondisi rusak dan sebagian tanah perlu ada peningktan kondisi permukaan jalan.

  j) Lingkar utara pulau Siau dari Kanang

  • –Kiawang yang menghubungkan kecamatan Siau Timur dan kecamatan Siau Siau Barat Utara sepanjang ± 40 km dan lingkar utara di pulau Tagulandang dari Minanga –Bulangan kecamatan Tagulandang Utara ± 6 km berupa jalan tanah ditingkatkan menjadi jalan aspal sehingga tercipta lingkar pulau secara keseluruhan.

B. Rencana Pengembangan Terminal

  Pengembangan terminal merupakan tempat pengendalian arus lalu lintas akan meningkatkan aksesibilitas masyarakat sebagai pengguna, operator dan pemerintah sebagai regulator. Rencana pengembangan terminal angkutan penumpang adalah sebagai berikut :

  a) Terminal Tipe C di Ulu

  b) Terminal Tipe C di Ondong

  c) Terminal Tipe C di Buhias, Tagulandang

  d) Pelataran parkir di tiap ibukota kecamatan C.

   Rencana Pengembangan Pelabuhan Laut dan Penyeberangan

  Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan ASDP akan menghubungkan satu pulau dengan pulau yang lain sehingga akan terjalin hubungan jaringan jalan arteri primer antar ke tiga pulau Siau Tagulandang Biaro pembangunan dermaga ferry di tiap pulau sangat penting. Rencana pembangunan dan pengembangan dermaga penyeberangan adalah : a) Pengembangan dermaga ferry Sawang.

  b) Pembangunan dermaga ferry Tagulandang di Minanga.

  c) Pembangunan dermaga ferry Biaro di Lamanggo.

D. Rencana Pengembangan Pelabuhan Udara

  a) Rencana pembangunan bandara perintis untuk menunjang perkembangan wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro berupa pembangunan bandara dengan lokasi yang cocok disesuaikan dengan ketersediaan lahan yang cukup berada di Pihise kecamatan Siau Barat Selatan namun perlu diadakan studi lanjut untuk kelayakan bandara.

  b) Selain pembangunan Bandar Udara, pembangunan Helipad sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan transportasi udara antar pusat-pusat kegiatan di kabupaten, juga sebagai penghubung bagi pulau-pulau kecil dengan pulau-pulau utama apabila terdapat kendala dalam pencapaian yang menggunakan transportasi laut. Pembangunan Helipad sangat praktis karena tidak membutuhkan banyak lahan, sehingga apabila belum terdapat landasannya, untuk pendaratan dapat menggunakan lapangan rumput.

  Rencana pengembangan sistem jaringan energy

  Energi Listrik di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro :  Memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kenyamanan konsumen dengan menjamin pelayanan dan kesinambungan energi listrik.

   Peningkatan pelayanan untuk segmen pemerintah, komersial dan rumah tangga.  Pelayanan penuh terhadap kebutuhan energi masyarakat sehingga perekonomian berjalan dengan lancar terutama masyarakat yang belum menikmati akan fasilitas ini.

   Pemenuhan kebutuhan selama 24 jam.  Peningkatan berupa penyediaan fasilitas pembangkit listrik tenaga surya bagi masyarakat yang belum dijangkau oleh pelayanan dari PLN untuk pulau-pulau kecil Buhias, Pahepa, Makalehi, Ruang, Biaro.

  Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi

  Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro :

   Konsep pengembangan berupa peningkatan jaringan yang menjangkau masyarakat secara menyeluruh.  Meningkatkan pelayanan dan memenuhi kebutuhan sistem telekomunikasi untuk pelanggan dan fasilitas umum.  Pengadaan kebutuhan sistem telekomunikasi dengan meningkatkan dan mengembangkan sistem pelayanan melalui sistem digital, baik dengan kabel maupun sistem mikro.

   Penambahan sentral-sentral telepon baru dan warung telekomunikasi untuk setiap ibukota kecamatan.  Pembangunan BTS telepon selular untuk setiap ibukota kecamatan atau daerah yang padat penduduknya dan pada beberapa pusat permukiman lainnya seperti klaster Makalehi dan klaster Pahepa.

  Rencana penyediaan dan distribusi BBM

  Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan mendukung pembangunan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, diperlukan penyediaan SPBU sebagai penyalur resmi BBM. Penyediaan SPBU ini dapat ditempatkan di Ulu dan Ondong untuk klaster Siau dan di Buhias untuk klaster Tagulandang. Sedangkan untuk klaster Biaro dapat ditempatkan depot penjualan BBM namun hal ini perlu disesuaikan dengan keberadaan prasarana kendaraan bermotor yang beroperasi. Selain penempatan SPBU, untuk menunjang kelancaran kegiatan perikanan maka diperlukan SPBU khusus nelayan di setiap sentra-sentra kegiatan perikanan seperti Ulu, Makalehi dan Biaro.

RENCANA POLA RUANG

  Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung A.

   Kawasan Hutan Lindung

  Kawasan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang termasuk sebagai hutan lindung terdapat di Klaster Siau dengan luas + 504,24 ha, yakni di sekitar Gunung Karangetang dan Bulude Tamata sebagian lagi berada di Klaster Tagulandang (Pulau Tagulandang dan Pulau Ruang) dengan luas + 1.654,78 ha. Luas keseluruhan kawasan hutan lindung di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah 2.159,02 ha.

  Rencana pengelolaan untuk kawasan hutan lindung adalah sebagai berikut:

  a) Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan Keppres No.32/1990 melalui pemetaan, pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya. b) Pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam kawasan hutan lindung.

  c) Pengembalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan dengan reboisasi.

  d) Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai dengan fungsi lindung; e) Pelestarian ekosistem yang merupakan ciri khas kawasan melalui tindakan pencegahan perusakan dan upaya pengembalian pada rona awal sesuai ekosistem yang pernah ada.

  f) Pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar tidak B.

   Kawasan resapan air

  Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air. Perlindungan terhadap kawasan resapan air bertujuan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Kawasan yang berpotensi sebagai kawasan resapan air di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tersebar di daerah perbukitan sampai pegunungan yang memiliki struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran seperti puncak volkan Karangetang, Bulude Kalai, Bulude Tamata, Bulude Bagangbala, Bulude Tontonbulo, Bulude Baliang, Bulude Masio, Bulude Papalamang (Pulau Siau), Wuluri Balinge, Bukiri Kaloko, Bukiri Panentean, Bukiri Wangkulang, Bukiri Kalongan, Wuluri Siwohi, Bukiri Hinginte, Bukiri Walangake, Bukiri Bongkongkaka, Bukiri Timbang (Pulau Tagulandang); Wuluri Bukide, Bukiri Himbang, Bukiri Bulo (Pulau Biaro).

  Gambar 3. 3 Wuluri Balinge (Pulau Tagulandang), kawasan berpotensi sebagai kawasan resapan air

  Rencana pengelolaan kawasan resapan air:

   Menata pemanfaatan kawasan resapan agar tidak beralih fungsi menjadi lahan terbangun.  Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, antara lain: mempercepat pemulihan kawasan resapan dengan penghijauan.  Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan resapan air.  Pemantapan kawasan resapan air.  Mengembangkan hutan rakyat untuk menyediakan kebutuhan domestik akan kayu bangunan dan melakukan penghijauan dengan menanam jenis-jenis kayu hutan guna mengendalikan erosi, memperbesar infiltrasi tanah dan mencegah banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.

   Percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk di dalam kriteria kawasan lindung dengan melakukan penanaman pohon lindung/penghijauan yang dapat di gunakan sebagai perlindungan kawasan bawahannya, hasil yang dapat diambil berupa hasil non-kayu.

   Pencegahan kegiatan pengurangan tutupan vegetasi.  Membuka jalur wisata jelajah/ pendakian untuk menanamkan rasa memiliki/ mencintai alam, serta pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan pengembangan kecintaan terhadap alam.

   Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan resapan air.  Pemantapan kawasan resapan air, bila berada dalam kawasan hutan dikembalikan fungsinya sebagai hutan lindung untuk menjamin keberadaan kawasan hutan dan fungsi hutan.

  C. Kawasan sempadan pantai

  Kawasan sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting yang untuk mempertahankan fungsi pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kawasan ini meliputi daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat, atau daratan sepanjang yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Perlindungan pantai mencakup seluruh garis pantai terutama yang berpotensi abrasi seperti di bagian barat pulau Tagulandang.

  Gambar 3. 4 Wuluri Balinge (Pulau Tagulandang), kawasan berpotensi sebagai kawasan resapan air

  D. Kawasan pantai berhutan bakau

  Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan, sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau, tempat berkembang biaknya berbagai biota laut, pelindung pantai dan pengikisan air laut. Kriteria kawasan pantai berhutan bakau adalah koridor dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat. Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro lokasinya antara lain tersebar di Pihise - Kapeta (klaster Siau), Hutan Bakau Pasighe dan Tagulandang (klaster Tagulandang).

  Rencana pengelolaan terhadap kawasan lindung ini dapat berupa sebuah penetapan daerah perlindungan pantai dan laut (DPPL) yang mencakup perlindungan dan pengawasan hutan bakau serta perlindungan terhadap komunitas terumbu karang yang berada disekitarnya. Selain perlindungan juga dapat dilakukan usaha penanaman kembali mangrove pada lokasi-lokasi yang telah mengalami penurunan luas hutan mangrove-nya.

  E. Kawasan terbuka hijau kota

  Kawasan ruang terbuka hijau kota ditetapkan dengan kriteria :

  a) Lahan dengan luas paling sedikit 30% dari luas wilayah kawasan perkotaan;

  b) Berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur; dan c) Didominasi komunitas tumbuhan. Rencana Kawasan Terbuka Hijau Kota, sesuai dengan arahan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) harus mencakup paling sedikit 30% dari luas wilayah kota dan Ruang Terbuka Hijau Publik pada wilayah kota harus mencakup paling sedikit 20% dari luas wilayah kota. RTH di arahkan di berlereng curam.

  F. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

  Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan dengan kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kawasan cagar budaya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro berupa makam Raja Lokombanua di Kecamatan Siau Barat dan Makam Raja-Raja Siau lainnya yang ada di Kecamatan Siau Barat dan Kecamatan Siau Timur, makam Pahlawan Hengkenggunaung di Kecamatan Siau Barat, makam Pendeta Paul Kelling di Kecamatan Siau Timur. Sedangkan di klaster Tagulandang terdapat makam Pendeta F. Kelling di Kecamatan Tagulandang, Makam Raja H.P.H Jacobs di Kecamatan Tagulandang dan Makam Raja-Raja Tagulandang lainnya, Makam Panglima Walandungo di Kecamatan Tagulandang Utara. Rencana Pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :

   Melestarikan dan melindungi kawasan cagar budaya dan kawasan historis dari alih fungsi.  Melestarikan dan merevitalisasi bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah. Pemberlakukan Perda perlindungan ”urban heritage” (kawasan bersejarah dan  budaya kota).

  Gambar 3. 5 Wuluri Balinge (Pulau Tagulandang), kawasan berpotensi sebagai kawasan resapan air

  G. Kawasan rawan tanah longsor

  Kawasan rawan tanah longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Lahan yang memiliki kemiringan lereng > 40% sangat berpotensi untuk terjadinya longsor. Rencana Pengelolaan kawasan rawan longsor:  Peruntukan ruang sebagai kawasan lindung (tidak layak untuk pembangunan fisik).

   Pada lokasi tertentu beberapa kegiatan terutama non fisik masih dapat dilaksanakan dengan ketentuan khusus dan/atau persyaratan yang pada dasarnya diarahkan dengan pendekatan konsep penyesuaian lingkungan, yaitu upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih menekankan pada upaya rekayasa kondisi alam yang ada.

   Kegiatan budidaya yang berdampak tinggi pada fungsi lindung tidak diperbolehkan serta kegiatan yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dihentikan atau direlokasi.

   Kegiatan-kegiatan Pertanian/Perkebunan, Hutan Kota, dan Hutan Produksi/ Hutan Rakyat, dapat dilaksanakan dengan beberapa persyaratan seperti pemilihan vegetasi dan pola tanam yang tepat, sistem terasering dan drainase lereng yang tepat, rencana jalan untuk kendaraan roda empat yang ringan hingga sedang.

  G. Kawasan sekitar mata air

  Kawasan sekitar mata air adalah kawasan yang harus dilindungi minimal dengan radius 200 m di sekitar mata air, perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Di pulau Siau terdapat dua mata air, yaitu Ake Labo dan Kalarung sedangkan di pulau Tagulandang terdapat beberapa mata air yang alirannya membentuk sungai Minanga.

  

Gambar 3. 6 Kawasan mata air Ake Labo

   Percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk di dalam kawasan sempadan mata air dengan melakukan penanaman pohon lindung/ penghijauan berupa tanaman kayu-kayuan.

   Pencegahan kegiatan pengurangan tutupan vegetasi.  Mencegah pemanfaatan kawasan sempadan mata air agar tidak menjadi lahan terbuka.

  3.1.3 ARAHAN WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS

3.1.1 Arahan Kebijakan Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR

  Pembangunan Infrastruktur harus sinergi dengan kelestarian lingkungan, memperhatikan carrying capacity suatu wilayah yang ingin dikembangkan.Pengurangan urbanisasi dan urban sprawl dan peningkatan kualitas lingkungan, pemenuhan kebutuhan dasar, dan memaksimalkan kawasan perdesaan sebagai hinterlan dalam memasok produk primer. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian PUPR melakukan interverensi melalui perencanaan dan pemrograman dengan pendekatan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS), sebanyak 35 WPS pada periode 2015-2019. Pengembangan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan yang memadukan antara pengembangan wilayah dengan “Market driven”, yang mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mendukung penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan.

Gambar 3.7 Sebaran 35 Wilayah Pengembangan Strategis di Indonesia

  Dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis di Indonesia, Provinsi Sulawesi Utara masuk ke dalam Wilayah Pengembangan Strategis 24Bitung

  • – Manado – Amurang – Kotamobagu, Wilayah pengembangan Strategis 25 Gorontalo – Kotamobagu, dan Wilayah Pengembangan Strategis 35 Pulau – pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara.

Gambar 3.8 Kawasan di WPS 24 Pusat Pertumbuhan Manado

  • – Bitung – Amurang Lolak - Kotamobagu
  • Gambar 3.9 Kawasan di WPS 25 Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Gorontalo

    Bolaang Mongondow.

Gambar 3.10 Kawasan di WPS 35 Pusat Pulau

  • –Pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi

    Utara

  KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN/KOTA Rencana pengembangan kawasan strategis

  Kawasan strategis nasional

  Sesuai dengan penetapan dalam PP 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional, Makalehi yang ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional dengan sudut kepentingan pertahanan dan keamanan diarahkan untuk pengembangan / peningkatan kualitas kawasan dengan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Pemerintah RI, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Investasi Swasta yang akan dilaksanakan pada tahun 2008

  • – 2014.

  Kawasan strategis kabupaten

A. Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi

  Kawasan rawan bencana gunung berapi di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terletak di sekitar dua gunung berapi yang masih aktif, yaitu :

  • Gunung Karangetang di P. Siau (klaster Siau), - Gunung Ruang di P. Ruang (klaster Tagulandang). Rencana pengelolaan terhadap kawasan ini adalah berupa sistem penanggulangan bencana gunung berapi/ Mitigasi bencana yang bertujuan untuk memperkecil korban dan keresahan masyarakat akibat terjadinya karena letusan gunung api tersebut. Pada umumnya usaha yang disarankan pada evakuasi dalam kegiatan letusan adalah menuju pulau-pulau kecil yang banyak terdapat di sekitar pulau Sangihe dan dianjurkan mengungsi ke bagian tenggara pulau. Upaya penanggulangan bencana gunung berapi dapat didasarkan pada tingkat zonasi kerawanan bencana, yaitu :

  1. Kawasan Rawan Bencana III : tingkat kerawanan di kawasan ini sangat tinggi sehingga pemukiman tidak direkomendasikan. Pada saat terjadi peningkatan kegiatan/ letusan orang juga dilarang melakukan kegiatan apapun di kawasan ini.

  2. Kawasan Rawan Bencana II : disarankan untuk membangun rumah di tempat yang berketinggian 25 m atau lebih di atas dasar sungai. Selama musim hujan penduduk di daerah hulu agar mengawasi dan memberitahukan adanya aliran lahar yang akan melanda daerah hilir. Di daerah ini penanggulangan fisik dengan membangun sabo

  dam sangat diutamakan.

  3. Kawasan Rawan Bencana I : wilayah ini cukup aman untuk pemukiman dan kegiatan usaha. Pada saat hujan abu penduduk harus tinggal di rumah atau bangunan yang kokoh dengan memakai topi, kacamata, kain penutup hidung dan menutup bak air yang terbuka. Apabila hujan abu sudah mereda harus segera membersihkan endapan abu yang ada di atas atap. Terdapat dua buah kawasan yang rawan terhadap letusan gunung berapi dan memberi dampak yang sangat besar terhadap perubahan lingkungan dan kegiatan strategis kabupaten. Kawasan ini adalah : kawasan sekitar Gunung Karangetang dan kawasan sekitar Gunung Ruang.

  B. Kawasan yang menjadi sentra penangkapan ikan

  Rencana pengembangan bagi kawasan strategis ini adalah menyiapkan prasarana dan sarana yang memadai sehingga potensi yang ada di kawasan ini dapat dikelola secara optimal dan memberi keuntungan bagi masyarakat. Pengembangan diutamakan pada kegiatan pemasaran dengan orientasi pasar luar negeri, maka suatu hal yang perlu diperhatikan adalah peningkatan armada tangkap serta prasarana penunjang untuk pendaratan ikan dan tempat penyimpanan sementara. Kawasan ini meliputi perairan di sekitar Pulau Makalehi, Pulau Siau dan Pulau Biaro.

  C. Kawasan yang menjadi sentra komoditi perkebunan

  pengolahan hasil perkebunan, dengan demikian segala potensi yang dimiliki dapat dikelola secara optimal dan kegiatan pemasaran dapat dilakukan secara berkelanjutan. Konsentrasi kegiatan adalah pengembangan komoditi pala dan kelapa. Selain kegiatan industri pengolahan hasil, kegiatan lainnya adalah berupa peremajaan tanaman untuk mendukung supply produk dan peningkatan hasil. Kawasan strategis ini berada di klaster Siau bagian Utara meliputi Kecamatan Siau Barat, Kecamatan Siau Barat Utara, Kecamatan Siau Tengah dan Kecamatan Siau Timur.

  D. Kawasan yang menjadi obyek penyelaman bawah laut (pariwisata)

  Kawasan yang dimaksud adalah perairan di sekitar Pulau Biaro, Pulau Ruang dan perairan sekitar Pulau Mahoro. Pengembangan pada kawasan ini adalah dengan mengikuti program-program pengembangan pariwisata di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

  Tabel 3. 2 Analisis struktur ruang Kabupaten Kepulauan

  No. Klaster Fungsi Klaster SPK Pusat kegiatan Lingkup wilayah Fungsi SPK

1. Siau, Siau Timur Ulu Seluruh klaster

   Permukiman  Transportasi Pusat kegiatan (PKW) Siau Laut  Transporasi Laut Ulu  Jasa dan

   Jasa & Perdagangan Perdagangan sekunder

   Kesehatan sekunder  Pendidikan  Pertanian  Pertanian  Perkebunan  Perkebunan  Permukiman  Perikanan  Pariwisata  Pariwisata

  Siau Barat Ondong Kecamatan : Siau  Pemerintahan

  (PKL) Barat, Siau  Perikanan Tengah, Siau  Pertanian Barat Utara dan  Perkebunan sebagian Siau  Kesehatan

  Barat Selatan  Permukiman

  Siau Selatan Talawid / Sawang Siau Barat  Jasa dan Selatan dan Siau Perdagangan Timur Selatan  ASDP  Pertanian  Perkebunan  Permukiman  Pariwisata

  2. Tagulandang, Tagulandang Buhias Seluruh Klaster  Jasa dan

   Jasa dan Pusat kegiatan Barat (PKL) Tagulandang Perdagangan Perdagangan Buhias

   Permukiman  Permukiman  Transportasi Laut  Transportasi Laut  Pertanian dan  Pertanian dan perkebunan perkebunan

   Perikanan  Pariwisata  Pariwisata  Pendidikan  Pendidikan Tagulandang Bawoleu Kecamatan  ASDP

  Utara Tagulandang  Pendidikan Utara  Permukiman

  Tagulandang Kisihang Tagulandang  Jasa dan

  Selatan Selatan Perdagangan  Permukiman  Perkebunan

  3. Biaro, Lamango Kecamatan Biaro  Permukiman

   Jasa dan Pusat kegiatan Perdagangan

   Pariwisata Lamango  Permukiman  Pariwisata

  Sumber : RTRW

3.1.4 ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

VISI DAN MISI PEMBANGUNAN

  Visi pembangunan Kabupaten Kepulauan Sitaro. berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) adalah:

  ““Mewujudkan masyarakat Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang sejahtera melalui pengembangan tata ruang dengan memanfaatkan potensi geografis wilayah kepulauan dan potensi sumber daya alam unggulan yang berorientasi global, serta memanfaatkan kondisi rawan bencana menjadi sebuah peluang pengembangan””

  Sedangkan Misi Pembangunan Kabupaten Kepulauan Sitaro berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dalam rangka mewujudkan Visi tersebut, adalah:

  1. Mengembangkan potensi yang dimiliki pulau terluar dalam fungsi pertahanan keamanan, ekonomi, pendayagunaan SDA dan kelestarian lingkungan.

  2. Akselerasi pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di

  setiap klaster secara optimal dan berkelanjutan tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan.

  3. Menjadikan seluruh klaster sebagai bagian yang utuh melalui pemantapan sistem transportasi wilayah kepulauan.

  4. Meningkatkan dan mengembangkan seluruh sistem jaringan dan infrastruktur di setiap klaster, sehingga dapat menunjang kegiatan ekonomi wilayah kepulauan.

  5. Meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi rawan bencana dan memanfaatkan 6.

  Mewujudkan ketaatan pada rencana pemanfaatan ruang dalam hal pengembangan potensi wilayah dan usaha mempertahankan kelestarian lingkungan.

  7. Memanfaatkan pasar bebas sebagai wujud keikutsertaan dan memainkan peran sebagai pelaku dalam era globalisasi.

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

  Dalam rencana struktur ruang wilayah kabupaten sesuai dengan karakeristik wilayahnya maka rencana struktur dibuat dengan pendekatan sistem klaster pengembangan dengan masing-masing pusat kegiatan dihubungkan dengan sistem jaringan transportasi dan prasana sarana penunjang. Sistem klaster pengembangan yang dimaksud terdiri dari: a. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Siau, yang terdiri dari:

  1) Sub klaster Siau Timur, meliputi wilayah Kecamatan Siau Timur, Siau Timur Selatan dan Kecamatan Siau Tengah. Pusat pengembangan:Ulu;

  2) Sub klaster Siau Barat, meliputi Kecamatan Siau Barat, Kecamatan Siau Barat Selatan dan Kecamatan Siau Barat Utara. Pusat pengembangan : Ondong;

  b. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Tagulandang, meliputi wilayah Kecamatan Tagulandang, Tagulandang Utara dan Kecamatan Tagulandang Selatan. Pusat pengembangan : Buhias;

  c. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Biaro, meliputi seluruh wilayah Kecamatan Biaro dengan pusat pengembangan: Lamanggo;

  d. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Makalehi, meliputi seluruh wilayah di Pulau Makalehi dengan pusat pengembangan Kampung Makalehi; e. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Pahepa meliputi seluruh wilayah di Pulau Pahepa, Pulau Gunatin, Pulau Mahoro dan Pulau-pulau kecil sekitarnya dengan pusat pengembangan Pahepa. Pada setiap klaster pengembangan yang ada memiliki fungsi pengembangan kegiatan masing-masing sebagai berikut: a. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Siau, yang terdiri dari:

  1) Sub klaster Siau Timur, dengan fungsi pengembangan kegiatan meliputi fungsi perdagangan dan jasa, pertanian dan perkebunan, perikanan, permukiman, transportasi, pariwisata dan kesehatan; fungsi pemerintahan, pertanian dan perkebunan, Pariwisata, Transportasi dan permukiman.

  b. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Tagulandang, dengan fungsi pengembangan kegiatan meliputi fungsi perdagangan dan jasa, pendidikan tinggi, Olahraga, perkebunan, transportasi, permukiman, Perikanan, pariwisata dan kesehatan.

  c. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Biaro, dengan fungsi pengembangan kegiatan meliputi fungsi permukiman, pariwisata, perkebunan dan perikanan.

  d. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Makalehi, dengan fungsi pengembangan kegiatan meliputi fungsi perikanan, permukiman, pariwisata, Pertahanan dan peningkatan kualitas dan fasilitas kawasan perbatasan.

  e. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Pahepa dengan fungsi pengembangan kegiatan meliputi fungsi permukiman, pariwisata dan perikanan.

3.2 RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

  3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman (RKP)

ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

  Dari SPPIP yang telah disusun kemudian diturunkan ke dalam suatu rencana operasional berupa Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), dimana keduanya tetap mengacu pada strategi pengembangan kota yang sudah ada. RPKPP merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RPKPP merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000 atau 1:1000. RPKPP disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas juga berfungsi sebagai masukan dalam penyusunan RPIJM. Oleh karena itu, dalam hal ini RPIJM perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta pengembangan kawasan dalam RPKPP yang didetailkan pada program tahunan. Sampai saat ini, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, belum memiliki dokumen RKP2KP.

3.2.2 Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM) RENCANA INDUK & PRA DESIGN PENGEMBANGAN SPAM Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Studi

  Program penataan wilayah harus mengacu pada RUTRWK yang sudah ada, yang harus diselaraskan dengan visi maupun kondisi serta tingkat kemampuan daerah yang ada pada saat ini antara lain penyediaan air minum. Penyediaan air minum untuk masyarakat dimaksudkan menyediakan air minum baik secara kuantitas, kualitas dan kontinyu dengan tujuan makin meningkatnya kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Dalam memberikan pelayanan air minum untuk warga Kabupaten Siatro, akan diupayakan pemasangan pipa air minum baik dengan menggunakan jaringan pipa primer, sekunder maupun tersier serta hidran umum. Mengingat Kabupaten Sitaro ini merupakan kepulauan dan penyediaan air minum menjadi sangat penting, maka seluruh wilayah perkotaan terutama untuk Ondong sebagai ibu kota Kabupaten sangat memerlukan penyediaan air minum. Sedangkan untuk pulau lainnya yaitu Biaro dan Tagulandang dilayani dengan sistem SPAM pedesaan.

  Pengembangan Wilayah Pelayanan

  Pengembangan wilayah pelayanan air minum di pulau Siau yang tadinya melayani Siau Timur, akan dikembangkan untuk wilayah Siau Barat dan Siau Barat Selatan karena wilayah ini merupakan wilayah pengembangan pulau Siau, yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Sitaro.

A. KLUSTER SIAU

  Rencana pengembangan wilayah pelayanan perpipaan yaitu berada di 2 kecamatan 1 yang termasuk dalam kluster Siau yang ada di Kabupaten Sitaro sesuai dengan

  Laporan AKhir RISPAM SITARO 2010

  RTRW Kabupaten Siau tahun 2008. Pengembangan wilayahnya adalah sebagai berikut:

  1. Kecamatan Siau Barat