DOCRPIJM 348c04982d BAB IIIBAB III
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... i
BAB III ......................................................................................................................................... 1 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR............................................... 1 BIDANG CIPTA KARYA .................................................................................................................... 1
3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang CIpta Karya dan Arahan Penataan Ruang ......... 1
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya ................................................................. 1
3.1.2 Arahan Penataan Ruang............................................................................................ 11 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.......................................................... 11
3.1.3 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota................................................. 21
3.1.4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ........................................ 31
3.2 Arahan Kebijakan Bidang Cipta Karya ................................................................................... 45
3.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Sektor Pengembangan Permukiman ....... 45
3.2.2 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Sektor PBL ................................................ 49 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) .................................................................... 49
3.2.3 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Sektor SPAM............................................. 56 Program dan Kriteria Kesiapan, Serta Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM . 57
3.2.3 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Sektor PLP ...................................................... 60 Strategi Sanitasi Kota (SSK)...................................................................................................... 60 Air Limbah................................................................................................................................ 61 Persampahan........................................................................................................................... 62 Drainase................................................................................................................................... 69
3.3 Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah ........................................................................ 74 i
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang CIpta Karya dan Arahan Penataan Ruang
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Sesuai Undang-Undang No 17 Tahun 2007, visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2000-2025 adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR.
RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), yang masing-masing tahapan telah pula memuat rumusan indikatif arahan prioritas kebijakan. Sesuai arahan RPJPN, pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015- 2019) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap sehingga bisa terlepas dari perangkap negara menengah, sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030.
Berdasarkan arahan RPJPN 2005-2025, pada periode 2015-2019 daya saing perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya melalui terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha. RPJPN juga mengarahkan terpenuhinya penyediaan air minum & sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yang dapat diartikan meningkatkan akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonesia (akses 100%). Sejalan dengan itu, pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat.
Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga akan terus dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian
1
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Gambar 3.1. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita).
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015- 2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.
2
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah. Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0%;
2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;
3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;
4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;
5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;
6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;
7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan Sasaran pembangunan perkotaan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan 5 kawasan metropolitan baru di luar Pulau Jawa-Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan menjadi pusat investasi dan penggerak pertumbuhan
3
4 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa;
2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7 kawasan perkotaan metropolitan yang sudah ada untuk diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berskala global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi;
3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percotohan (best
practices) perwujudan kota berkelanjutan;
4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau kawasan perkotaan metropolitan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan;
5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Cipta Karya
Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya
Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang). Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan.
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan
5 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Dareah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program- program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta KaryaPada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun.
6
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan kriteria- kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.
Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementrian PUPR 2015-2019
Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.
Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah- wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder. Dalam Renstra Kementerian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan
7
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritime.
Tabel. 3.2 Pengelompokan WPS Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTengger-Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta- Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan Ende-Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk). Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni). Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/ Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali (12 PKN,
35 PKW); Kepulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5 PKN, 25 PKW,
10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN, 11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).
8
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah (pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura). Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPI2-JM Bidang Cipta Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral. RPI2-JM, selain mengacu pada rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan. Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah. Pedoman penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya telah ditetapkan dalam Surat Edaran Dirjen Cipta Karya No 6/SE/DC/2014. Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan pendanaan yang signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan kebutuhan dana mencapai mencapai Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. Pemerintah Pusat yang selama ini mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada periode 2010-2014 (66,96% dari total seluruh pendanaan pembangunan), mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan prakiraan maju, baseline pendanaan pemerintah hanya cukup memenuhi 15% kebutuhan pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30-35% dari porsi pendanaan tersebut. Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber pendanaan alternatif dari para pemangku kepentingan lainnya perlu ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan komitmen sehingga kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25% pada periode 2015-2019. Sektor swasta dan perbankan yang selama ini hanya berperan dalam 2,25% dari total pembangunan
9
10 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD bidang Cipta Karya, perlu didorong melalui skema KPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan menjadi 15%. Masyarakat juga dapat berkontribusi melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ataupun kegiatan.
Gambar 3.3 Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100 swadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 13% terhadap porsipendanaan. Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan, meskipun porsi kontribusinya dikurangi dari 16% menjadi 7% pada tahun 2015-2019 untuk mengurangi beban hutang negara. Kebijakan kemitraan dan peningkatan partisipasi para stakeholder merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran 100-0-100. Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional 100-0-100 perlu juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain:
Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan rumah tidak layak huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;
Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air baku dan penanganan kawasan rawan genangan;
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan perencanaan dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional bidang perumahan dan permukiman serta bidang perkotaan dan perdesaan;
Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);
Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah;
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan persampahan;
Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan permukiman nelayan/pesisir dan pulau terluar;
Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan pembangunan berdasarkan RTRW dan RDTR;
Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait pengembangan kawasan perbatasan
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
3.1.2 Arahan Penataan Ruang Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
Rencana pengembangan struktur tata ruang Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan pengembangan fungsi kegiatan pelayanan yang diwujudkan berdasarkan pengembangan fungsi kegiatan dan sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan yang dialokasikan secara terstruktur ke seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud Rencana pengembangan struktur tata ruang dan sistem kegiatan pelayanan Kabupaten Kepulauan Talaud, ditujukan untuk membentuk satu kesatuan struktur tata ruang dan sistem kegiatan pelayanan agar berfungsi optimal sebagai pusat-pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan pelayanan di wilayah darat dan wilayah laut Kabupaten Kepulauan Talaud
Menciptakan interaksi yang kuat antara pusat dan sub pusat pelayanan kabupaten melalui pengaturan sistem jaringan transportasi hirarki pusat-pusat pelayanan yang akan dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Talaud didasarkan atas jumlah penduduk yang harus dilayani oleh masing-masing pusat pelayanan, sehingga orientasi kegiatan penduduk tidak terpusat (terkonsentrasi) di pusat kabupaten saja, tetapi menyebar ke pusat-pusat pelayanan yang dikembangkan di masing-masing lingkungan. Pengembangan pusat-pusat kegiatan ini dihubungkan oleh sistem jaringan jalan yang berhirarki melalui pengembangan sistem transportasi darat dan pengembangan sistem transportasi laut, sehingga membentuk satu kesatuan yang saling terintegrasi dan mudah dijangkau dari seluruh bagian wilayahnya.
Struktur ruang Kabupaten Kepulauan Talaud tidak dapat dilepaskan dari bentuk struktur yang saat ini terbentuk, maupun yang diarahkan secara legal oleh kebijakan yang menata ruang di atas Kabupaten Kepulauan Talaud. Arahan struktur ruang pada rencana ini dimaksudkan untuk memekarkan struktur ruang menjadi lebih melebar pada wilayah-wilayah yang potensial dengan berdasarkan pada bentuk struktur ruang sesuai aktivitas penduduknya dan sistem pusat pelayanan perkotaan di Kabupaten Kepulauan Talaud
Dalam RTRW Nasional (PP No. 26 Tahun 2008) telah ditetapkan arahan hirarki pusat- pusat kegiatan atau permukiman perkotaan di seluruh Indonesia. Hierarki pusat pelayanan wilayah untuk Kabupaten Kepulauan Talaud direncanakan masih merujuk dari apa yang telah ada dalam RTRW Provinsi Sulawesi Utara.
11
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Tabel 3. 3 Hierarki Pelayanan dan Fungsi Utama Kota arahan RTRW Provinsi
Hirarki Pelayanan Kota Orde Kota Rencana Fungsi Utama Sekunder A MelonguaneIII -. Pusat pelayanan pertahanan dan keamanan perbatasan
- . Pusat pemerintahan kabupaten
- . Pelayanan pariwisata
- . Pengembangan perikanan tangkap
Tersier C
Lirung
III -. Pelayanan Jasa dan Perdagangan
- . Transportasi Laut -. Pengolahan Hasil -. Perkebunan -. Pariwisata Beo
III -. Pelayanan Jasa dan Perdagangan
- . Transportasi Laut -. Perikanan tangkap
- . Pariwisata Essang
III -. Pengembangan – Pertanian
- . Pengembangan Perkebunan -. Perikanan tangkap
- . Transportasi laut Mangaran
III -. Pengembangan Pertanian
- . Pengembangan Perkebunan -. Transportasi laut
- . Pariwisata Sumber : RTRW Provinsi Sulut, 2007
12
13 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Tabel 3. 4 Analisis Skalogram sistem skor
Sumber: Hasil Analisis Konsultan Gereja Mesjid Vihara Pura Mushola TK SD SMP SMA Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu Pasar Toko Warung/ Kios Restoran/ Rumah Makan Pelabuhan Kapal Pelabuhan Feri Pelabuhan Udara Terminal 1 Kabaruan 26 7 20 12 4 3 6 24 12 54 1 4 2292 PKL 2 Damau 17 5 18 3 4 3 8 8 47 2272 PKL 3 Lirung 10 1 6 12 9 8 4 3 8 33 4 4 2268 PKL 4 Salibabu 15 6 12 3 4 3 6 89 2280 PKL 5 Kalongan 12 6 3 6 3 4 4 71 2270 PKL 6 Moronge 8 3 6 3 2 4 29 2252 PPK 7 Melonguane 30 1 6 14 6 12 4 3 6 8 12 61 14 8 4 5 5 2300 PKSN 8 Melonguane timur 13 1 2 8 3 4 3 2 24 45 2269 PKL 9 Beo 13 2 5 10 6 4 3 8 138 87 21 4 2334 PKW 10 Beo Utara 6 1 5 14 3 8 2246 PPL 11 Beo Selatan 12 4 12 6 3 2 8 51 2267 PKL 12 Rainis 14 6 18 9 4 3 4 8 18 75 2 4 2289 PKL 13 Tampan'amma 15 7 14 9 4 3 8 4 64 2 2277 PKL 14 Pulutan 6 2 6 3 3 2 30 2 2252 PPK 15 Essang 14 3 10 6 3 4 4 3 38 1 4 2264 PKL 16 Essang selatan 13 5 10 42 12 3 4 8 38 2279 PKL 17 Gemeh 20 9 22 9 4 4 3 6 8 9 52 4 2284 PKL 18 Nanusa 7 5 14 9 4 10 6 42 3 8 2270 PKL 19 Miangas 1 1 2 3 4 3 252 12 4 2244 PPL 11 1 90 228 147 76 12 45 82 124 231 885 50 44 4 No Kecamatan 5 Total Kabupaten 1 2018 Ibadah Pendidikan Kesehatan Indeks Sentralitas/S kor Sarana dan Prasarana Perdagangan dan Jasa Transportasi Struktur Perkotaan
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Ibu Kota Kecamatan
Sumber: Hasil Analisis Konsultan
PPK Moronge dan Pulutan PPL Beo Utara dan Miangas
Melonguane Timur, Beo Selatan, Rainis, Essang, Essang Selatan, Gemeh, TampanAmma dan Nanusa
PKSN Melonguane PKW Beo PKL Kabaruan, Damau, Lirung, Salibabu, Kalongan,
Tabel 3. 6 Hierarki Kabupaten Kepl. Talaud Hierarki Perkotaan Kecamatan
Untuk itu Kecamatan Beo harus mendapat perhatian agar dapat ditingkatkan menjadi PKW (Pusat Kegiatan Wilayah). Sehingga dari hasil indeks sentralitas fungsi dan penduduk diketahui bahwa Kabupaten Kepulauan Talaud menurut arahan Permen PU No. 16 /PRT/2007 dibagi menjadi empat hierarki. Struktur Perkotaan. Hierarki Struktur Perkotaan di Kabuapaten Kepl. Talaud antara lain:
III PKL Sumber : RTRW Propinsi Sulut, 2007
Dari hasil analisis diatas tidak terlihat perbedaan dengan arahan dari RTRW Provinsi khususnya untuk Kecamatan Beo adalah PKL yang meningkat status menjadi PKW (Pusat Pelayanan Kawasan) dalam hasil analisis.
Tabel 3.5 Hierarki Sistem Perkotaan Kabupaten Kepulauan Talaud arahan RTRW Provinsi Nama Kota/ Pusat Permukiman Status Administratif Orde Kota Skala Pusat Pelayanan KegiatanIbu Kota Kecamatan
III PKL Essang
Ibu Kota Kecamatan
III PKW Lirung
Ibu Kota Kecamatan
III PKSN Beo
Melonguane Ibu Kota Kabupaten
III PKL Mangaran
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Berdasarkan pengelompokan hierarki struktur perkotaan di atas, Kecamatan yang memiliki hierarki pelayanan tertinggi adalah Kecamatan Beo dan Melonguane tetapi dalam RTRW Kecamatan Melonguane di arahkan sebagai PKSN. Kecamatan Beo menjadi pusat pelayanan bagi wilayah dibawahnya dan diarahkan sebagai Pusat kegiatan Wilayah (PKW). Kecamatan Beo yang memiliki nilai skor tertinggi menunjukkan indikasi bahwa sebagai pusat pemerintahan pengaruhnya cukup signifikan hingga pada skala kabupaten. Wilayah yang termasuk dalam hierarki perkotaan dan diarahkan ke dalam Pusat kegiatan Lingkungan (PKL) adalah Kecamatan Kabaruan, Damau, Lirung, Salibabu, Kalongan, Melonguane Timur, Beo Selatan, Rainis, Essang, Essang Selatan, Gemeh, TampanAmma dan Nanusa. Adapun untuk wilayah yang termasuk dalam hirarki Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi Kecamatan Moronge dan Pulutan dan untuk Pusat pelayanan Lingkungan (PPL) adalah Kecamatan Beo Utara dan Miangas.
Dengan diketahuinya hierarki struktur Perkotaan setiap kecamatan di Kabupaten Kepl. Talaud maka perkiraan besarnya pergerakan dan hubungan atau interaksi timbal balik antar kecamatan dapat diketahui. Selanjutnya, hal tersebut dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam perencanaan pengembangan sarana dan prasarana agar tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan hasil pengelompokan hierarki pelayanan yang telah dianalisis, selanjutnya dapat ditentukan alternatif blok-blok pengembangan dalam SWP (Satuan Wilayah Pengembangan). Pembentukan SWP merupakan strategi pengembangan wilayah dengan memanfaatkan keterkaitan aktivitas dan keruangan. SWP mencakup wilayah pusat dengan beberapa wilayah pengaruhnya. Ketentuan yang digunakan dalam mengelompokkan wilayah ke dalam SWP diantaranya adalah:
1. Pertimbangan jarak, aksesibilitas, dan konektivitas antara pusat SWP dengan wilayah pengaruhnya
2. Pertimbangan kondisi fisik wilayah
3. Peluang terjadinya interaksi antara pusat dengan wilayah pengaruhnya berdasarkan aktivitas dominan dan ketersediaan sarana pelayanan umum
4. Kemiripan karakteristik wilayah yang dikategorikan dalam satu SWP berdasarkan fungsi dan peran Selain dari ketentuan yang diatas, pembagian SWP ini juga dipengaruhi oleh analisa skalogram. Hasil Analisis Skalogram Fungsi Pelayanan Kabupaten Kepulauan Talaud. Dari angka yang ada terdapat tiga kecamatan yang memiliki skor tertinggi yakni Melonguane, Beo dan Lirung. Ketiga kecamatan ini merupakan pusat dari SWP, sedangkan kecamatan yang lain merupakan daerah belakangnya.
15
16 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Gambar 3.4 Hasil analisa skalogram fungsi pelayanan Kab.Kepulauan TalaudPETA HASIL ANALISIS SKALOGRAM KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD 2010 - 2030
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Tabel 3. 7 . Pembagian Wilayah Pusat Pengembangan
Pusat SWP Wilayah Pengaruh Dasar Pertimbangan PengembanganI Kecamatan Kecamatan Lirung, Kondisi eksisting wilayah sudah Melonguane Kalongan, berkembang sebagai pusat pelayanan
Melonguane Timur, dengan adanya pusat pemerintahan Beo dan Rainis di Kecamatan Melonguane sehingga memudahkan peluang untuk pengembangan
II Kecamatan Beo Kecamatan Karakteristik fisik wilayah dimana Melonguane Timur, secara fisik berbatasan membentuk Beo Selatan, Rainis, suatu kesatuan pengembangan Essang, Essang dengan keterkaitan pola aktivitas Selatan, Gemeh, TampanAma, Miangas dan Nanusa
III Kecamatan Lirung Kecamatan Karaktersitik wilayah yg dominan Moronge, Kolongan, dengan potensi sektor agro yang Salibabu, Lirung mendukungnya sebagai wilayah Selatan, Kabaruan, penghasil dan pemasok komoditas Mangaran, Pulutan pertanian dan perikanan dan Damau
Sumber: Hasil Analisis Konsultan Perkiraan jumlah penduduk maksimum untuk masing-masing hirarki pusat-pusat permukiman perkotaan di Kabupaten Kepulauan Talaud sampai tahun 2030 dapat dilihat pada tabel 3.6
17
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Tabel 3.8 Jumlah Penduduk Maksimum masing-masing Hirarki Pusat Permukiman di Kabupaten Kepulauan Talaud Sampai Tahun 2030Sumber : Hasil Analisis Konsultan
Fungsi Kota Lokasi Penduduk Maksimum Sampai Tahun 2030 (Jiwa)
Pusat Kegiatan Strategi Nasional Kec. Melonguane 14.604
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan fungsi Pusat Utama Pelayanan Pemerintahan Kecamatan Beo 8.780Lirung 9.464 Kabaruan 9.170 Damau 7.277 Salibabu 9.351 Kalongan 5.504 Melonguane Timur 5.339 Beo Selatan 5.838 Rainis 10.503 Essang 4.195 Essang Selatan 5.548 Gemeh 9.894 Nanusa 5.502 Moronge 6.114 Pulutan 3.229 Beo Utara 6.308 Miangas 1476
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan fungsi Pusat Pelayanan sekunder untuk Pusat Perdagangan, Jasa, dan Industri Perikanan Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
19 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Gambar 3. 5 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud
P
20 RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD Gambar 3. 6 Peta Rencana Kepadatan Penduduk Kabupaten Kepulauan Talaud
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
3.1.3 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Penataan Ruang.
Dalam kebijakan regional yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Sulawesi, Kota Melonguane memiliki fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) perbatasan dengan jenis pelayanan yang menjadi fungsi dari Kota Melonguane sebagai penyedia administrasi pelintas batas negara, perdagangan – jasa dan transhipment point.
Namun dalam RTRW kota Melonguane memiliki fungsi sebagai PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional). Strategi pengembangan untuk Kota Melonguane yang merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki peran yang sangat penting. Dalam RTRW Pulau Sulawesi strategi kota Melonguane djabarkan sebagai berikut:
- Diarahkan sebagai pusat pelayanan admnistrasi pelintas batas yang berfungsi sebagai tujuan pemasaran untuk wilayah Kepulauan Talaud – Talaud.
- Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, air limbah dan drainase) dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara.
- Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah negara tetangga, khususnya pada bidang kelautan dan pertahanan keamanan.
- Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreatifitas masyarakat Kota Melonguane.
c. Tujuan Penataan Ruang
Berdasarkan pada visi dan misi di atas, maka disusunlah tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud. Tujuan penataan ruang Kabupaten Kepulauan Talaud adalah:
“ Mewujudkan Kabupaten Kepulauan Talaud sebagai Beranda Depan Indonesia Timur Bagian Utara dengan mengandalkan sektor perikanan, pertanian, perkebunan dan pertahanan keamanan sebagai basis untuk meningkatkan pendapatan kabupaten ”
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Untuk melaksanakan tujuan di atas, maka ada beberapa aspek penting yang dijadikan sebagai dasar untuk melaksanakan tujuan penataan ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud , yaitu:
1. Prioritas Pemanfaatan dan Pengembangan Ruang Fungsi Strategis sebagai kawasan perbatasan.
2. Perlindungan Ruang terluar sebagai Fungsi Lindung Untuk pertahanan dan keamanan.
3. Pembangunan Terpadu Kawasan perbatasan dengan Mengedepankan Sinergitas dan Menghindari Ego-sektoral.
4. Optimalisasi Pintu Gerbang Wilayah berbatasan Untuk Meningkatkan Citra Kawasan Kabupaten Kepulauan.
5. Menempatkan Ruang Wilayah Kabupaten dalam sinergitas pembangunan Wilayah Provinsi Sulawesi Utara
6. Meningkatkan fungsi dan peran Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang meliputi perkotaan Melonguane (Kepulauan Talaud)
7. Pembangunan dan penataan Pemukiman serta Sarana dan Prasarana Ekonomi Rakyat yang berbasis pertahanan dan keamanan Dengan Karakter Desa Pesisir
8. Mengembangkan Kawasan Unggulan Sektor Perikanan dan Pertanian guna meningkatkan produktifitas agar lebih maju dan bersaing dengan kabupaten/kota di Indonesia
9. Mengembangkan sistim jaringan perekonomian antar pulau sentra produksi, kolektif dan distribusi, berupa prasarana jalan, energi, informasi-telekomunikasi.
10. Peningkatan dan pengembangan Kelas Jalan, Pelabuhan dan sarana/prasarana transportasi lainnya untuk Menunjang perkembangan arus barang sektor pertanian dan penunjangnya.
11. Pembatasan Delineasi yang jelas dan informatif terhadap kawasan fungsi perbatasan.
12. Pembangunan Kawasan Perkotaan PORODISA (Melongguane, Beo, Rainis, Lirung, Mangaran) sebagai Kawasan kota didaerah kepulauan yang Mendukung fungsi strategis pertahanan dan keamanan.
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Sesuai dengan kebijakan Nasional penataan ruang, serta visi, misi, dan tujuan pembangunan Kabupaten Minahasa Selatan, maka kebijakan dasar penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud ditetapkan sebagai berikut :
a. Membangun struktur ruang yang berhirarki untuk meningkatkan efisiensi sarana dan prasarana.
b. Memprioritaskan pengembangan pusat-pusat kegiatan primer yang menyebarkan pengaruh kegiatan dibawahnya.
c. Mempertahankan kawasan lindung sesuai dengan Kepres No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
d. Mengembangkan kawasan budidaya sesuai dengan kebutuhan, potensi,dan kesesuaian lahan dengan memperhatikan Kepres No. 7 tahun 1989 tentang
Pengelolaan Kawasan Budidaya.
e. Menetapkan kawasan penghasil komoditi unggulan. Potensi perekonomian wilayah dengan komoditi unggulan dikembangkan dalam konteks menjangkau peluang pasar yang lebih luas, terutama di kawasan Indonesia bagian Timur. Membuka peluang bagi penyelesaian konflik kepentingan pemanfaatan f. ruang, baik antara kepentingan Provinsi dan Kabupaten; antar sektor; dan antara fungsi konservasi dengan fungsi budidaya.
g. Membatasi pemanfaatan ruang di daerah permukiman yang berada di kawasan lindung.
Strategi dasar penataan ruang wilayah di Kabupaten Kepulauan Talaud
ditetapkan sebagai berikut :
1. Penetapan neraca lahan secara seimbang sesuai dengan amanat UU No. 26
tahun 2007 tentang penataan ruang dan demi kelestarian lingkungan hidup.
2. Pengalokasian ruang bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkuat kinerja
Kecamatan Melonguane sebagai pusat utama/primer Kabupaten Kepulauan Talaud. Pusat utama Kepulauan Talaud akan didukung secara hirarkis oleh pusat-pusat lainnya pada ordinasi yang lebih rendah.
3. Pengalokasian ruang bagi pengembangan sektor-sektor unggulan.
4. Pengalokasian ruang berupa sentra-sentra produksi pangan bagi kegiatan-
kegiatan untuk membangun ketahanan pangan di Kabupaten Kepulauan Talaud.
5. Pengalokasian ruang untuk infrastruktur kawasan.
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN KEPUALUAN TALAUD
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kabupaten
Dalam rangka mewujudkan upaya pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten, kebijakan dan strategi yang diperlukan adalah:
Kebijakan
a. Menciptakan kerangka ruang kabupaten yang baru yang merangkai seluruh kecamatan dalam wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Talaud.
Kerangka ruang yang baru ini dibentuk dengan mempertimbangkan berbagai aspek pembangunan yang telah eksis.
b. Mempertahankan, meningkatkan dan membangun jaringan jalan di
Kabupaten Kepulauan Talaud yang menjadi bagian dari tulangan pembentuk struktur ruang kabupaten.
c. Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten, terdiri dari dan
dijabarkan dalam bentuk strategi pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten yang mengatur : Peningkatan akses pelayanan kawasan kabupaten dan pusat
- pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten yang merata dan berhierarki; dan Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
- transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Kabupaten.
Strategi
a. Strategi untuk peningkatan akses pelayanan pusat-pusat pertumbuhan kota