BAB III - DOCRPIJM 1472e65935 BAB IIIBAB 3.compressed

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1 Arahan pembangunan berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019.

  45 Tahapan Pembangunan Nasional

  Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada :

  A. Norma Pembangunan, meliputi antara lain:

  (1) membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusakkeseimbangan pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

  B. Dimensi Pembangunan; 1.

   Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan mental dan

  karaktermenjadi salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.

  2. Dimensi pembangunan sektor unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan pangan,

  ketahanan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan, Indonesia mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhannya,agar tidak tergantung kepada negara lain. Potensi sumber daya air yang besar danterbarukan dapat dimanfaatkan untuk mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri untuk penciptaan nilai tambah.

  3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan harus meminimalkan

  kesenjangan,baik antar kelompok pendapatan, maupun antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan Kawasan Timur. Sesuai arahan RPJMN ke

  • – 3 (2015 – 2019) ditunjukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap sehingga bisa terlepas dari perangkap negara menengah, sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030 .

  Gambar 3.1 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 - 2025

  • Ketersediaan infrastruktur sesuai dengan tata ruang
  • Berkembangnya jaringan transportasi
  • Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien
  • Mulai dimanfaatkannya tenaga nuklir untuk pembangkit listrik
  • Terwujudnya konservasi sumber daya air dan terpenuhinya penyediaan air minum untuk kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur perdesaan mendukung pertanian
  • Pemenuhan kebutuhan hunian didukung sistem pembiayaan jangka panjang
  • Mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan iklim yang lebih kondusif termasuk memperbaiki infrastruktur
  • >Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan khususnya bio energi, panas bumi, tenaga air, angin, dan tenaga surya untuk kelistrikan
  • Pengembangan sumber daya air dan pengembangan perumahan dan permukimanPercepatan pembangunan infrastruktur didorong melalui peningkatan peran swasta dengan meletakkan dasar- dasar kebijakan dan regulasi serta reformasi dan restrukturisasi kelembagaan
  • Percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha
  • Pengembangan jaringan infrastruktur transportasi serta pos dan telematika
  • Terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh
  • Kondisi maju dan sejahtera makin terwujud dengan terselenggaranya jaringan transportasi pos dan telematika yang andal bagi seluruh masyarajat yang menjangkau seluruh wilayah NKRI
  • Tercapainya elektrifikasi perdesaan dan elektrifikasi rumah tangga
  • Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan

  Berdasarkan arahan RPJPN 2005

  • – 2025 pada periode 2015 – 2019 daya saing perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya melalui terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha. RPJPN juga mengarahkan terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yang dapat diartikan meningkatkan akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonsia (100%). Sejalan dengan itu pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat. Kondisi ini semakin mendorong terwujudnya Kota tanpa permukiman kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga akan terus dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian. Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015- 2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015- 2019 adalah: “Terwujudnya

  Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong - Royong”.

  RPJM 1 berkelanjutan, efisien, dan akuntable sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh 2005-200 9 RPJM 2 2010-201 4 RPJM 3 2015-201 9 RPJM 4 2020-202 5 Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015 -2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkata n kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah -daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015 -2019 adalah mempercepat pembangunan infrastuktur untuk pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah -Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah. Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

  1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;

  2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;

  3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

  4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

  5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;

  6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;

  7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

  Rencana Tata Tuang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

  a. Penyusunan rencana pembangunan jangkapanjang nasional

  b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional

  c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional

  d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan pekermbangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor e. Penetapn lokasi dan fungsi ruang untuk investasi

  f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

  g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2 -JM kabupaten/kota sebagai berikut:

  A. Penataan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

  Kriteria i. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan international, ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

  B. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

  Kriteria  Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,  Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau  Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

  C. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (KSN)

  Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:  Pertahanan dan keamanan,

  a. Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional b. Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

  c. Merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas  Pertumbuhan ekonomi

  a. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

  b. Memiliki ssektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, c. Memiliki potensi ekspor,

  d. Didukung jaringan prasana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,

  e. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

  f. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau g. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.  Sosial dan budaya

  a. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional, b. Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa c. Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan d. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

  e. Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f. Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.  Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

  a. Diperuntukkan nagi kepentingan pengembangan ilmu b. Pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir c. Memiliki sumber daya alam strategis nasional

  d. Berfungsi sebaai pusat pengedalian dan pengembangan atariksa

  e. Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau f. Berfungsi sebagai lokasi pengunaan teknologi tinggi strategis.  Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

  a. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

  b. Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

  c. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara d. Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklom makro

  e. Menuntu prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup, rawan bencana alam nasional f. Sangat menentukan dalam perubahan zona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

D. Arahan RTRW Provinsi dan Kota Kotamobagu

  Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi Yaitu: I.

   Rencana Kawasan Lindung

  Rencana kawasan lindung di wilayah Provinsi Sulawesi Utara seluas 701.855 Ha, meliputi

a. Kawasan hutan lindung

  Kawasan hutan lindung seluas 162.099 ha adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya maupun sekitarnya sebagai pengatur tata air , pencegahan banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung meliputi:

  1. Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Utara dan Kota Kotamobagu;

  2. Minahasa

  3. Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara

  4. Minahasa Utara

  5. Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;

  6. Kepulauan Talaud;

  7. Kota Bitung

  8. Kota Manado, meliputi bakau dan darat;

  9. Kota Tomohon b.

   Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, berupa kawasan resapan air

  Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan resapa air meliputi:

  1. Kawasan Bulude Sahengbalira dab Kalumelahan, Bentihu Langinang, Bialangsoa, Palenti, Wulo, Batukakiraeng, Sahendarumang, Pananembaen, Bongkonsio dan Batungbakara di Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;

  2. Puncak tertinggi pulau karakelang di Kepulauan Talaud, sekitar gunung Soputan di Minahasa Tenggara dan Minahasa Selatan, gunung Lokon, gunung Tatawiran di Tomohon, gunung Tumpa di Manado dan gunung Klabat, gunung Dua Saudara di Minahasa Utara dan Bitung

  3. Pegunungan Buludaweketan dengan puncak-puncaknya adalah gunung Poniki, gunung Matabulewa, gunung Bumbungon di Bolaang Mongondow;

  4. Daearah yang memiliki kemiringan lahan diatas 30 ditetapkan sebagai kawasan resapan air yang tersebar di seluruh wilayah provinsi.

  c.

  

Kawasan perlindungan setempat, meliputi; sempadan pantai,

sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan

sekitar mata air

  1. Kawasan Sempadan sungai, dengan lebar 100 meter dari pasang muka air laut tertinggi, mencakup seluruh garis pantai terutama yang berpotensi abrasi di seluruh wilayah provinsi;

  2. Kawasan Sempadan sungai dengan lebar 100 meter dari muka air sungai, mancakup wlayah sungai-sungai besar yang terdapat di wilayah Provinsi, yaitu sungai Ranoyapo, sungai Poigar, Ongkak Mongondow, sungai Ranowangko dan sungai Talawaan;

  d.

  

Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya

meliputi;kawasan suaka alam laut, suaka margasatwa, cagar alam,

kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional

laut, taman wisata alam darat dan taman wisata alam laut, serta

kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

  e. Kawasan rawan bencana alam, meliputi: rawan gempa, rawan tanah

  

longsor, rawan gelombang pasang, kawasan rawan gerakkan tanah

dan rawan banjir; f.

  

Kawasan lindung geologi, meliputi kawasan cagar alam geologi dan

kawasan rawan bencana alam geologi.

  g.

  

Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting atau

cakupan yang luas (DPCLS) h.

  

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

berupa kawasan resapan air

Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan

tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat

pengisian air bumi yang berguna sebagai sumber air. Kawasa resapan

air meliputi:

   Kawasan Bulude Sahengbalira dab Kalumelahan, Bentihu Langinang, Bialangsoa, Palenti, Wulo, Batukakiraeng, Sahendarumang, Pananembaen, Bongkonsio dan Batungbakara di Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;

   Puncak tertinggi pulau karakelang di Kepulauan Talaud, sekitar gunung Soputan di Minahasa Tenggara dan Minahasa Selatan, gunung Lokon, gunung Tatawiran di Tomohon, gunung Tumpa di Manado dan gunung Klabat, gunung Dua Saudara di Minahasa Utara dan Bitung

   Pegunungan Buludaweketan dengan puncak-puncaknya adalah gunung Poniki, gunung Matabulewa, gunung Bumbungon di Bolaang Mongondow;

  Daearah yang memiliki kemiringan lahan diatas 30 ditetapkan sebagai kawasan resapan air yang tersebar di seluruh wilayah provinsi.

i. Kawasan perlindungan setempat

  Kawasan ini meliputi; sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air  Kawasan Sempadan sungai, dengan lebar 100 meter dari pasang muka air laut tertinggi, mencakup seluruh garis pantai terutama yang berpotensi abrasi di seluruh wilayah provinsi;  Kawasan Sempadan sungai dengan lebar 100 meter dari muka air sungai, mancakup wlayah sungai-sungai besar yang terdapat di wilayah Provinsi, yaitu sungai Ranoyapo, sungai Poigar, Ongkak Mongondow, sungai Ranowangko dan sungai Talawaan;  Kawasan Sempan danau, dengan lebar 100 meter dari muka air danau, yaitu Danau Tondano (Minahasa) dan Danau Miat (terdapat di Minahasa selatan dan Bolaang Mongondow), Danau Iloloi (Bolaang Mongondow), Danau Tampusu (Minahasa), Danau Mokobang, Danau Bulilin (Minahasa Tenggara), Danau Pangolombian dan Danau Linow (Kota Tomohon); serta Danau Makalehi dan Danau Kapeta (Kepulauan Siau Tagulandang Biaro);  Kawasan sekitar mata air, dengan lebar 200 meter dari pusat mata air, meliputi semua wilayah yang ada di wilayah Provinsi.

  j. Kawasan suaka alam, pelestarian dan cagar budaya

  1. Suaka Alam (SA) Laut, meliputi; i. SA Laut Selat Lembeh di Bitung ii. SA Laut Sidat di Minahasa dan Minahasa Selatan

  2. Suaka Margasatwa (SM) dan Suaka Marga Satwa Laut, meliputi; i. SM Guung Manembo-nembo di Minahasa dan Minahasa Selatan; ii. SM Karakelang utara

  • – Selatan di Kepulauan Talaud

  3. Cagar Alam (CA) dan Cagar Alam Laut, meliputi i. CA Dua Saudara, di Bitung ii. CA Tangkoko-Batuangus, di Bitung iii. CA Gunung Ambang, terbagi antara Minahasa Selatan dan

  Bolaang Mongondow iv. CA Gunung Lokon di Tomohon.

  k. Kawasan Rawan Bencana Alam

   Kawasan rawan gempa, meliputi seluruh wilayah Provinsi yaitu kawasan berada disekitar wilayah patahan lempeng kulit bumi terluar;  Kawasan rawan tanah longsor;  Kawasan rawan gelombang pasang yang meliputi pesisir pantai utara dan selatan Provinsi yang memili elevasi rendah;  Kawasan rawan gerakan tanah di gunung Lokon Kota Tomohon,

  Gunung Api Klabat di Kabupaten Minahasa Selatan serta kawasan sekitar danau Tondano di Kabupaten Minahasa Selatan;  Kawasan rawan banjir yang meliputi daerah muara sungai, dataran banjir dan dataran aluvial terutama di sepanjang sungai di Manado, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow, Minahasa Tenggara, dan Bolaang Mongondow Timur.

  l. Kawasan lindung geologi

   Kawasan cagar alam geologi yang terletak di Lahendong dan sekitarnya dan di Tomohon sebagai kawasan yang memiliki

  3. Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan luasan kurang lebih

  9. Kota Manado dengan luasan kurang lebih 91.46 Ha

   Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi, yaitu meliputi 9 (sembilan) gunung berapi aktif, yaitu: i. Gunung Awu ii. Gunung Karangetang iii. Gunung Ruang iv. Gunung Soputan v. Gunung Lokon vi. Gunung Ambang vii. Gunung Tangkoko viii. Gunung Sub Marine 1922 ix. Gunung Karakelang

   Kawasan Rawan Gempa Bumi meliputi kawasan yang terletak di zona patahan aktif, yaitu; Sesar Amurang – Belang, Sesar Ratatotok, Sesar Likupang, Selat Lembeh, Sesar yang termasuk dalam sistem Sesar Bolaang Mongondow, dan Sesar Manado – Kema.  Kawasan Rawan Gelombang Tsunami meliputi daerah pesisir pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami yang tersebar diseluruh wilayah provinsi.

  m.

  

Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting dan

cakupan yang luas serta bernilai strategis (DPLCS), meliputi:

  1. Kabupaten Bolaang Mongondow dengan luasa kurang lebih 222.98 Ha

  2. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan luasan kurang lebih

  10.17 Ha

  keunikan geologi, Gunung Awu, Wuhu dan Ruang di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Gunung Karakelang di Kabupaten Kepulauan Talaud, Gunung Tangkoko di Kota Bitung serta Gunung Mahawu di Kota Tomohon, Gunung Lokom Empung dan Gunung Soputas di Kabupaten Minahasa Selatan dan Tenggara,

  59.40 Ha

  4. Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan luasan kurang lebih 4,96 Ha

  5. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan luasa kurang lebih 65.21 Ha

  6. Kabupaten Minahasa Selatan dengan luasan kurang lebih 92.90 Ha

  7. Kabupaten Minahasa Utara dengan luasan kurang lebih 103.62 Ha

  8. Kota Bitung dengan luasan kurang lebih 52.46 Ha

II. Rencana Kawasan Budi Daya

  Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan baik bagi kepentingan produksi (kegiatan usaha) maupun pemenuhan kebutuhan permukiman. Oleh karena itu, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi utara 2014

  • – 2034, penetapan kawasan ini dititik beratkan pada usaha untuk memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai
dengan potensi sumber daya yang ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya. Kawasan Budidaya meliput:

  a. Kawasan Peruntukkan Hutan Produksi

  Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud adalah: i. Kawasan hutan produksi terbatas (HPT) di Provinsi Sulawesi Utara dengan luas kurang lebih 213.836 Ha dari luas Provinsi Sulawesi utara ii. Kawasan hutan produksi tetap, yaitu kawasan peruntukan Hutan

  Produksi Tetap (HP) di wilayah Provinsi Sulawesi utara kurang lebih 65.415 Ha dari luas Wilayah Provinsi iii. Kawasan hutan produksi yang dapat dikorenversi, yaitu kawasan peruntukkan Hutan Produksi dapat di Konversi (HPK) Bintauna di Bolaang Mongondow luas kurang lebih 14.867 Ha dari luas wilayah Provinsi.

  b. Kawasan peruntukkan hutan rakyat

  Kawasan peruntukkan Hutan Rakyat direncanakan pada lahan-lahan yang tidak dimanfaatkan dan menanaminya dengan tanaman-tanaman yang dapat berfungsi ganda, seperti sebagai penghasil buah, penghasil kayu dan lain-lain yang sekaligus juga berfungsi ekologis. Rencana pengembangan kawasan hutan rakyat dilaksanakan pada kebun Raya Minahasa di Minahasa dan Taman Hutan Rakyat Gunung Tumpa di Manado dan Minahasa Utara.

  c. Kawasan peruntukkan pertanian

  Kawasan peruntukkan Pertanian, terdiri atas: i. Kawasan Peruntukkan Tanaman Pangan, tersebar di seluruh wilayah

  Provinsi terdapat di:

  a. Dumoga, Lolayan an lolak di Kabupaten Bolaang Mongondow

  b. Bintauna

  • – Bolangitang di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

  c. Dimembe di Minahasa Utara

  d. Tondano di Minahasa

  e. Tumpaan di Minasa Selatan

  f. Seluruh Kabupaten dan Kota yang memiliki lahan berpotensi pengembangan budidaya tanaman pangan; ii. Kawasan Peruntukkan Hortikultura, terdiri atas:

  a. Budidaya tanaman sayur-sayuran jenis dataran tinggi (kubis, wortel, kentang, buncis, bawang daun) di Minahasa, Minahasa Selatan, Tomohon dan didataran tinggi Bolaang Mongondow, Modoinding, Modayag dan Passi di Kabupaten Bolaang Mongondow (MODASI);

  b. Budidaya tanaman rambutan dikembangkan di Minahasa Selatan dan Minahasa Utara c. Budidaya tanaman buak salak dikembangkan di Siau Tagulandang

  Biaro dan Minahasa Tenggara

  d. Budidaya tanaman mangga, duku/langsat, durian dan pisang dikembangkan di Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara dan Bolaang Mongondow; e. Budidaya tanaman semangka dikembangkan di Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara f. Budidaya tanaman nenas dikembangkan di Bolaang Mongondow dan Minahasa Selatan g. Budidaya tanaman matoa dikembangkan di Bolaang Mongondow,

  Bolaang Mongondow Selatan dan Bolaang Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow utara; iii. Kawasan Peruntukkan Pertanian, berupa kawasan Agropolitan: a. Klabat Minahasa Utara;

  b. Pakakaan di Minahasa;

  c. Agropolitan Modoinding;

  d. Dumoga di Bolaang Mongondow;

  e. Dagho di Kepulauan Sangihe;

  f. Siau di Kepualaun Sitaro;

  g. Tombatu di Minahasa Tenggara; iv. Kawasan Peruntukkan, tersebar di seluruh wilayah Provinsi, dengan komoditas perkebunan yang dikembangkan adalah Kelapa, cengkih, pala, cacao/coklat 13 komoditi, vanili dan kopi, jambu mente, casievera, lada, kemiri, aren, jarak pagar, pisang abaka, kelapa sawit (Bolaang Mongondow dan Bolaang Mongondow Utara); v. Kawasan Peruntukkan Peternakan unggas berupa ayam kampung, ayam potong, bebek dan angsa tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi; vi. Kawasan Peruntukkan Peternakan Sapi dan Kuda, berada di Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Tomohon, manado, Bitung, Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Sitaro; vii. Kawasan Peruntukkan Peternakan Babi, berada di Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Tomohon, Manado, Bitung, Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Sitaro; viii. engembangan Kawasan Peruntukkan Pertanian, berupa kawasan Agropolitan di Klabat Minahasa Utara, Kawasan Agropolitan Rurukan di Tomohon, Kawasan Agropolitan Pakakaan di Minahasa, Kawasan Agropolitas Modoinding di Minahasa Selatan, Kawasan Agropolitan Dumoga di Bolaang Mongondow, Kawasan Agropolitan Dagho di Kepulauan Sangihe, Kawasan Agropolitan Siau di Kepl. Sitaro; ix. Kawasan Perkebunan Komoditi Unggulan a. Cengkeh : Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan,

  Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow Selatan;

  b. Kelapa : Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow Utara dan Bolaang Mongondow;

  c. Kakao : Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow utara, Bolaang Mongondow Selatan dan Bolaang Mongondow Timur;

  d. Pala: Kabupaten Minahasa Utara, Kepl. Sitaro, Kepl. Sangihe dan Kepl. Talaud x. Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), dengan luas kurang lebih 405.000 Ha, terdiri dari a. Lahan Sawah eksisting dengan luas kurang lebih 52.236,24 Ha

  b. Lahan Sawah Cadangan dengan luas kurang lebih 55.124,73 Ha

  c. Lahan Kering (holtikultura, tanaman pangan, agropolitas dan peternakan), tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara d.

   Kawasan peruntukkan kelautan dan perikanan

  i. Kawasan peruntukan perikanan tangkap meliputi sepanjang pesisir laut yang terdapat di Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Manado, Bitung, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan,Bolaang Mongondow Timur, dan Minahasa. ii. Kawasan peruntukan perikanan budidaya (perikanan budidaya ikan dan rumput laut) meliputi sepanjang pesisir laut di Manado, Bitung,

  Minahasa Utara, Tomohon (Budidaya Air Tawar) Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Minahasa, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan, Mongondow Timur, Kotamobagu (Budidaya Air Tawar) dan Danau Tondano (Budidaya Air Tawar) di Minahasa, Sangihe, Sitaro, Talaud. iii. Pengelolaan ruang wilayah laut dilakukan melalui penetapan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil. iv. Kawasan pengolahan ikan berupa pelabuhan perikanan meliputi

  Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dagho di Kepulauan Sangihe dan PPP Tumumpa di Manado, Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Amurang di Minahasa Selatan, PPI Belang di Minahasa Tenggara, PPI Boroko di Bolaang Mongondow Utara, PPI Dodepo di Bolaang Mongondow Selatan, PPI Kema, PPI Likupang, PPI Wori di Minahasa Utara, PPI Kali Jengki di Manado, dan PPI di Kepulauan Talaud. v. Kawasan industrialisasi perikanan terdapat di : Kepulauan Talaud,

  Kepulauan Sangihe, Minahasa Utara, Sitaro, Manado, Tomohon, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow, Bitung, Minahasa, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow Timur, Kotamobagu, Bolaang Mongondow Selatan. vi. Pengelolaan dan pengembangan Kawasan Minapolitan Wilayah

  Provinsi, meliputi :  Existing : Kepulauan Sangihe, Manado, Minahasa Utara, Bolaang Mongodow Utara, Minahasa Selatan, Bitung, Minahasa, Minahasa tenggara, Bolaang Mongondow;  Proyeksi : Kepulauan Talaud, Kepulauan Sitaro, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Timur.

   Pengembangan Kawasan Konservasi : Konservasi Laut Mane’e di Pulau Intata Kepulauan Talaud, Kawasan Konservasi Laut Daerah di Kepulauan Sangihe, Kawasan Konservasi Laut Daerah di Sitaro, Konservasi Terumbu Karang di Malayang – Kalasey, Konservasi Terumbu Karang Minahasa Utara (Desa Bahoi), Bolaang Mongondow Utara (Proyeksi), Kawasan Konservasi Laut Daerah di Minahasa Selatan (Desa Blongko, Kecamatan Tatapaan Desa Wawontulap sampai

  Arakan), Bolaang Mongondow, Bitung, Konservasi Penyu di (Kecamatan Kombi desa Toloun sampai Parentek) Minahasa (Proyeksi), Minahasa Tenggara (Desa Tumbak dan Desa Bentenan), Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan. vii. Reklamasi pantai, pemerintah, pemerintah daerah dan setiap orang yang akan melaksanakan reklamasi wajib membuat perencanaan reklamasi, yaitu : penentuan lokasi, penyusunan rencana induk, studi kelayakan, dan penyusunan rencana detail. Penentuan lokasi reklamasi dan lokasi sumber material reklamasi pertimbangkan aspek teknis, aspek lingkungan hidup, dan aspek sosial ekonomi (tabulasi).

e. Kawasan peruntukkan pertambangan

  Kawasan Peruntukan Pertambangan terdiri atas: i. Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam terdiri atas:

  a. Nikel Kromit terdapat di Kabupaten Kepulauan Talaud

  • – Pulau Rainis;

  b. Timah Hitam terdapat di Kabupaten Kepulauan Sangihe - Pulau Lipang;

  c. Emas terdapat di Bolaang Mongondow (Lolayan dan Dumoga); Bolaang Mongondow Selatan (Bolaang Uki); Bolaang Mongondow Timur (Modayag dan Kotabunan); Minahasa Selatan (Motoling Timur, Tompaso Baru, Tatapaan, Ranoyapo, Amurang Barat dan Tenga); Minahasa Tenggara (Ratotok); Minahasa (Pineleng); Minahasa Utara (Likupang Timur dan Likupang Barat); Kepulauan Sangihe (Tabukan Selatan Tenggara, Tabukan Selatan Tengah, Tabukan Selatan, Manganitu Selatan dan Tamako);

  d. Bijih Besi terdapat di Bolaang Mongondow Utara (Bolangitang); Minahasa Utara (Likupang Timur); dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Siau Barat Selatan); Manganitu Selatan;

  e. Pasir Besi / Pasir Besi Titan terdapat di Bolaang Mongondow (Lolak, Inobonto/Lolan, Poigar); Bolaang Mongondow Utara (Sangkup/Busingo, Bintauna); Bolaang Mongondow Timur (Kotabunan); Minahasa Selatan (Kecamatan Tenga ds. Moinit, Sapa, Molinou, Sidate, Kecamatan Sinonsayang ds. Poigar); Minahasa Tenggara (Belang); Minahasa (Kecamatan Tombariri

  • – Pantai, Poopoh dan Teling); Kabupaten Kepulauan Talaud (Kecamatan Karakelang, Pulau Salibabu, Melonguane, Beo, Essang, Tampanama); Kabupaten Kepulauan Sangihe (Tabukan Utara, Kendahe, Tabukan Selatan, Tabukan Selatan Tengah, Manganitu, Tabukan Tengah); Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Tagulandang); bagian utara Pulau Sangihe Besar dan Pulau Tagulandang;

  f. Mangan terdapat di Bolaang Mongondow Utara dan Minahasa Utara (Likupang Barat);

  g. Barit terdapat di Kepulauan Sangihe (Tabukan Selatan); dan Belerang terdapat di Bolaang Mongondow (Modayag); Minahasa Selatan (Kota Menara) dan Tomohon (Rurukan). ii. Kawasan peruntukan pertambangan mineral non logam dan batuan, terdiri atas: a. Andesit terdapat di Kabupaten Minahasa Tenggara (Kecamatan Belang); Kabupaten Minahasa (Kecamatan Sonder, Pineleng dan Langowan); Kabupaten Kepulauan Talaud (Pulau Karakelang); Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Kecamatan Siau Tengah); Kabupaten Kepulauan Sangihe (Manganitu); Kabupaten Minahasa Utara (Kecamatan Kauditan); Kota Bitung (Bitung Utara);

  b. Batu apung di Woloan dan Tara-tara, perkiraan luas sebaran kurang lebih 373,88 Ha dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 44.478.125 m3;

  c. Perlit di Kasuang, perkiraan luas sebaran kurang lebih 100 Ha dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 1.000.000 m3;

  d. Tras di Tomohon dan Enemawira (Kabupaten Kepulauan Sangihe);

  e. Batu Belah, terdapat di lereng Gunung Tumpaan; Lempung, terdapat di daerah Radey, Tokin, Karimbow, Mangkit, Basaan, dan Ratatotok; f. Pasir, terdapat di sebagian endapan sungai, pantai dan hasil endapan gunung api, terutama di sekitar kaki Gunung Soputan dengan ketebalan sekitar kurang lebih 30 meter;

  g. Batu Gamping dan kapur, terdapat di Bolaang Mongondow (Lolak, Passi, Dumoga, Domisili

  • – Pangi); Kabupaten Minahasa Tenggara; Kabupaten Talaud (Kecamaan Rainis); Basaan, Mangkit, Ratatotok, dan Blongko;

  h. Basalt terdapat di Bebali (Siau), Pangulu

  • – Manganitu, dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 10.250.600 m3;

  i. Pasir Volkanis terdapat di Tabukan Utara dan Tagulandang (Pulau Ruang); j. Zeolit terdapat di Lamango (Pulau Biaro);

  Batu apung terdapat di Pulau Mahangetang, dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 240.000 m3; k. Batu setengah permata terdapat di Tagulandang l. Lempung terdapat di Mengawa (Tamako), dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 2.200.000 m3; m. Sirtu terdapat di Minahasa Selatan (Sinonsayang, Ranoyapo, Tenga,

  Amurang, Tumpaan, Tatapaan, Amurang Timur, Amurang Barat); dan sekitar Gunung Awu, Gunung Karangetang; n. Barit, terdapat di Tabukan Selatan, dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 6.240 ton. o. Semen, terdapat di Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. iii. Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi, terdapat di Cekungan Minahasa dan Cekungan Teluk Tomini. iv. Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi, terdapat di Klaster

  Lahendong, Klaster Tompaso, Klaster Gunung Ambang, Klaster Gunung Dua Saudara, Klaster Airmadidi dan Klaster Kotamobagu. v. Kawasan Strategis Pertambangan Provinsi, meliputi :

  • – Minahasa Utara (Mineral Logam, Mineral Non Logam dan Batuan)
  • – Minahasa Tenggara (Mineral Logam, Mineral Non Logam dan Batuan);
  • – Minahasa Utara (Mineral Logam, Mineral Non Logam, Batuan dan Panas Bumi);

  • – Minahasa Tenggara (Mineral Logam, Mineral Non Logam dan Batuan);
  • – Bolaang Mongondow Timur – Bolaang Mongondow Selatan – Kota Kotamobagu (Mineral Logam, Mineral Non Logam, Batuan dan Panas Bumi); dan
  • – Bolaang Mongondow (Mineral Logam, Mineral Non Logam dan Batuan).

  g. Minahasa Selatan

  a. Minahasa Utara - Bitung (Mineral Logam, Mineral Non Logam, Batuan dan Panas Bumi);

  b. Manado

  c. Minahasa Selatan

  d. Minahasa

  e. Bolaang Mongondow Timur

  f. Bolaang Mongondow

f. Kawasan peruntukkan industri

  (KABUPATENIMA) di Minahasa Utara dan Bitung serta kawasan industri terpadu Bitung di Bitung; ii. kawasan peruntukan industri sedang berupa Kawasan Kapitu-Amurang di

  Minahasa Selatan; dan iii. kawasan peruntukan industri kecil dan menengah (IKM) tersebar di seluruh Kabupaten/Kota wilayah Provinsi; iv. Kawasan pendukung kawasan ekonomi khusus Tanjung Merah Bitung, di Likupang, Minahasa Utara, Tahuna

  • – Petta Kepulauan Sangihe, Melonguane - Lirung Kepulauan Talaud, Ratatotok – Lakban Minahasa Tenggara g.
  • – Kalasey (Malasey) di Manado dan Minahasa;
  • – Wori – Likupang – Lembeh di Manado, Minahasa Utara dan Bitung.

   Kawasan peruntukkan pariwisata

  Kawasan peruntukan pariwisata, terdiri atas:  Kawasan pariwisata budaya, berupa pengembangan kawasan wisata budaya Bukit Tengkorak Pulau Makalehi di Kepulauan Siau, Tagulandang, Biaro.

   Kawasan pariwisata alam, terdiri atas:  Kawasan wisata, yaitu :

  1. Kawasan wisata Malalayang

  2. Kawasan wisata Danau Tondano dan sekitarnya di Minahasa;

  3. Kawasan wisata Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano di Minahasa, Minahasa Utara dan Manado;

  4. Kawasan wisata/koridor wisata Manado

  Kawasan Peruntukan Industri Wilayah Provinsi, terdiri atas: i. kawasan peruntukan industri besar meliputi Kauditan - Bitung - Kema

   Pengembangan kawasan wisata, yaitu : 1. pengembangan kawasan wisata pantai Manado-Minahasa-Bitung

  Pantai Utara (MAHABINTURA), meliputi: Wawontulap-Tanawangko- Tasik-Ria-Boulevard-Manado-Tanjung-Pisok-Likupang-Tanjung Pulisan Karondoran-Selat Lembeh-Bitung-Tanjung Merah-Tasikoki- Batu Nona-Kema;

  2. pengembangan kawasan wisata bahari di dalam kawasan Taman Nasional Laut Bunaken;

  3. pengembangan kawasan ekowisata di kawasan Taman Nasional Dumoga Nani Warta Bone;

  4. pengembangan kawasan wisata Kota Pantai dan ekowisata Manado; 5. pengembangan kawasan wisata Kota Bahari dan wisata laut : Pulau

  Ruang, Pulau Para, Pulau Mahoro, Pulau Tagulandang dan Gunung Api Bawah Laut Mahangetang; dan

  6. pengembangan kawasan wisata Pulau di Perbatasan antar negara, yaitu : Pulau Miangas, Marore dan Gugusan Pulau Nanusa, Intata - Kakorotan dan Pulau Bongkil, Pulau Makalehi, Pulau Mantehage;

  7. Kawasan pariwisata buatan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas: o pengembangan kawasan wisata Kota Bunga di Tomohon; dan o pengembangan kawasan wisata Pulau Khusus Ketangkasan, yaitu di

  Pulau Siladen Manado dan Pulau Gangga Minahasa Utara.

  8. Kawasan pariwisata yang bernilai strategis nasional, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, yaitu terdapat di Kawasan Pinabetengan dan Bukit Kasih Kanonang h.

   Kawasan peruntukkan permukiman

  Kawasan Peruntukan Permukiman, terdiri atas: i. Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan, terdiri atas: o klaster Manado - Airmadidi - Bitung; o klaster Manado - Wori; o klaster Manado - Tumpaan - Amurang; o klaster Tondano - Eris - Kombi; o klaster Tomohon - Kawangkoan - Tompaso; o klaster Tomohon - Tondano - Airmadidi; o klaster Manado - Pineleng - Tomohon; o klaster Airmadidi - Tatelu - Likupang; o klaster Amurang - Poigar - Inobonto; o klaster Amurang - Motoling - Tompaso Baru; o klaster Amurang - Kawangkoan; o klaster Kotamobagu - Dumoga; o klaster Kotamobagu - Tompaso Baru; o klaster Kotamobagu - Inobonto; o klaster Lolak - Bolang Itang - Boroko; o klaster Lolak - Kotamobagu - Dumoga; o klaster Dumoga - Molibagu - Pinolosian; o klaster Pinolosian - Kotabunan - Belang; o klaster Tompaso - Ratahan - Belang; dan o klaster Belang - Atepoko - Kema. ii. Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan di kepulauan, terdiri atas:

  a. klaster P. Bunaken - P. Manado Tua - P. Nain - Manado;

  b. klaster P. Talisei - P. Bangka - Likupang;

  c. klaster P. Siau - P. Tagulandang - P. Biaro;

  d. klaster Tahuna

  • – Tatoareng – Dagho - Manalu;

Gambar 3.2 Peta Kegiatan Strategis Nasional (KSN)

  Sumber : Bappeda Provinsi Sulut

Gambar 3.3 Peta Kawasan Strategis Provinsi (KSP)

  Sumber : Bappeda Provinsi Sulut

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis Berisikan arahan fungsi pengembangan wilayah dan indikasi program di 35 WPS.

  Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN.

  a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

  b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya

  untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

I. TUJUAN PENATAAN RUANG PULAU SULAWESI

  a. Pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan konservasi laut; b. Lumbung pangan padi nasional di bagian selatan Pulau Sulawesi dan lumbung pangan jagung nasional di bagian utara Pulau Sulawesi; c. Pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian tengah Pulau Sulawesi;