VII-1 RPIJM KOTA BANJARBARU 2016-2021

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
7.1.1. Arahan Kebijakan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Arahan kebijakan sector pengembangan permukiman merupakan amanat yang telah
ditetapkan dalam kebijakan nasional untuk penyediaan dan pemenuhan permukiman
penduduk yang layak dan sehat, sebagaimana yang tertuang didalam peraturan
perundangan yang telah ditetapkan, yaitu :
1) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional
Misi pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan dan pengembangan
permukiman dalam RPJMN Tahun 2007 adalah Terwujudnya pembangunan yang lebih
merata dan berkeadilan, ditandai oleh hal-hal sebagai berikut :
a) Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan
akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.
b) Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan
kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah
bagi masyarakat.

Sementara itu arahan pembangunan nasional sesuai dengan misi pembangunan
nasional Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah :
a) Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memerhatikan potensi dan
peluang keunggulan sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta
memerhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung
lingkungan. Tujuan utama pengembangan wilayah adalah peningkatan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat serta pemerataannya.
b) Pelaksanaan pengembangan wilayah tersebut dilakukan secara terencana
dan terintegrasi dengan semua rencana pembangunan sektor dan bidang.

LAPORAN AKHIR

VII-1

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

Rencana pembangunan dijabarkan dan disinkronisasikan ke dalam rencana
tata ruang yang konsisten, baik materi maupun jangka waktunya.
c) Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan

cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah
tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi
yang sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi, tetapi
lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata rantai proses industri
dan distribusi. Upaya itu dapat dilakukan melalui pengembangan produk
unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi,
keterpaduan dan kerja sama antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha,
dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan investasi di
daerah.
d) Keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan wilayah
wilayah tertinggal dan terpencil sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat
tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengurangi
ketertinggalan

pembangunannya

pembangunan

yang


perlu

dengan

dilakukan,

daerah

selain

lain.

dengan

Pendekatan

pemberdayaan

masyarakat secara langsung melalui skema pemberian dana alokasi khusus,
termasuk jaminan pelayanan publik dan keperintisan, perlu pula dilakukan

dilakukan penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi dengan wilayah-wilayah
cepat tumbuh dan strategis dalam satu ‘sistem wilayah pengembangan
ekonomi’.
e) Wilayah-wilayah

perbatasan

dikembangkan

dengan

mengubah

arah

kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward
looking menjadi outward looking sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu
gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga.
Pendekatan pembangunan yang dilakukan, selain menggunakan pendekatan
yang bersifat keamanan, juga diperlukan pendekatan kesejahteraan.

Perhatian khusus diarahkan bagi pengembangan pulau pulau kecil di
perbatasan yang selama ini luput dari perhatian.
f)

Pembangunan
diseimbangkan

kota-kota

metropolitan,

pertumbuhannya

besar,

dengan

menengah,

mengacu


dan

pada

kecil
sistem

pembangunan perkotaan nasional. Upaya itu diperlukan untuk mencegah
terjadinya pertumbuhan fisik kota yang tidak terkendali (urban sprawl &
conurbation), seperti yang terjadi di wilayah pantura Pulau Jawa, serta untuk
mengendalikan arus migrasi masuk langsung dari desa ke kota-kota besar
dan metropolitan, dengan cara menciptakan kesempatan kerja, termasuk

LAPORAN AKHIR

VII-2

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021


peluang usaha, di kota-kota menengah dan kecil, terutama di luar Pulau
Jawa. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan keterkaitan kegiatan
ekonomi sejak tahap awal.
g) Pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan dikendalikan dalam suatu
sistem wilayah pembangunan metropolitan yang kompak, nyaman, efisien
dalam

pengelolaan,

serta

mempertimbangkan

pembangunan

yang

berkelanjutan melalui :
1) Penerapan


manajemen

perkotaan

yang

meliputi

optimasi

dan

pengendalian pemanfaatan ruang serta pengamanan zona penyangga di
sekitar kota inti dengan penegakan hukum yang tegas dan adil, serta
peningkatan peran dan fungsi kota-kota menengah dan kecil di sekitar
kota inti agar kota-kota tersebut tidak hanya berfungsi sebagai kota
tempat tinggal (dormitory town) saja, tetapi juga menjadi kota mandiri;
2) Pengembangan kegiatan ekonomi kota yang ramah lingkungan seperti
industri jasa keuangan, perbankan, asuransi, dan industri telematika

serta peningkatan kemampuan keuangan daerah perkotaan; dan
3) Revitalisasi kawasan kota yang meliputi pengembalian fungsi kawasan
melalui

pembangunan

kembali

kawasan;

peningkatan

kualitas

lingkungan fisik, sosial, budaya; serta penataan kembali pelayanan
fasilitas publik, terutama pengembangan sistem transportasi masal yang
terintegrasi antarmoda.
h) Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan
kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan didorong secara sinergis (hasil
produksi wilayah perdesaan merupakan backward linkages dari kegiatan

ekonomi di wilayah perkotaan) dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan
ekonomi’. Peningkatan keterkaitan tersebut memerlukan adanya perluasan
dan

diversifikasi

aktivitas

ekonomi

dan

perdagangan

(nonpertanian)

dipedesaan yang terkait dengan pasar di perkotaan.
i)

Pembangunan perdesaan didorong melalui pengembangan agroindustri

padat pekerja, terutama bagi kawasan yang berbasiskan pertanian dan
kelautan; peningkatan kapasitas sumber daya manusia di perdesaan
khususnya

dalam

pengelolaan

dan

pemanfaatan

sumber

daya;

pengembangan jaringan infrastruktur penunjang kegiatan produksi di
kawasan perdesaan dan kota-kota kecil terdekat dalam upaya menciptakan
keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi yang saling komplementer dan saling
menguntungkan; peningkatan akses informasi dan pemasaran, lembaga
keuangan, kesempatan kerja, dan teknologi; pengembangan social capital

LAPORAN AKHIR

VII-3

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

dan human capital yang belum tergali potensinya sehingga kawasan
perdesaan tidak semata-mata mengandalkan sumber daya alam saja;
intervensi harga dan kebijakan perdagangan yang berpihak ke produk
pertanian, terutama terhadap harga dan upah.
j)

Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi
pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar
pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan. Rencana Tata
Ruang Wilayah disusun secara hierarki. Dalam rangka mengoptimalkan
penataan ruang perlu ditingkatkan (a) kompetensi sumber daya manusia dan
kelembagaan di bidang penataan ruang, (b) kualitas rencana tata ruang, dan
(c) efektivitas penerapan dan penegakan hukum dalam perencanaan,
pemanfaatan, maupun pengendalian pemanfaatan ruang.

k) Peningkatan kerja sama antardaerah akan terus ditingkatkan dalam rangka
memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif setiap daerah;
menghilangkan ego pemerintah daerah yang berlebihan; serta menghindari
timbulnya inefisiensi dalam pelayanan publik. Pembangunan kerja sama
antardaerah melalui sistem jejaring antardaerah akan sangat bermanfaat
sebagai sarana berbagi pengalaman, berbagi keuntungan dari kerja sama,
maupun berbagi tanggung jawab pembiayaan secara proporsional, baik
dalam pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana maupun
dalam pembangunan lainnya.
l)

Sistem ketahanan pangan diarahkan untuk menjaga ketahanan dan
kemandirian

pangan

nasional

dengan

mengembangkan

kemampuan

produksi dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang
mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat
rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang
terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam
sesuai dengan keragaman lokal.
m) Koperasi yang didorong berkembang luas sesuai kebutuhan menjadi wahana
yang efektif untuk meningkatkan posisi tawar dan efisiensi kolektif para
anggotanya, baik produsen maupun konsumen di berbagai sektor kegiatan
ekonomi sehingga menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam
upaya

peningkatan

kesejahteraan

sosial

dan

ekonomi

masyarakat.

Sementara itu, pemberdayaan usaha mikro menjadi pilihan strategis untuk
meningkatkan pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah
dalam rangka mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan melalui
peningkatan kapasitas usaha dan ketrampilan pengelolaan usaha serta

LAPORAN AKHIR

VII-4

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

sekaligus mendorong adanya kepastian, perlindungan, dan pembinaan
usaha.
n) Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan kesejahteraan
sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada
kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin
dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah
bencana.
o) Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya
diarahkan pada :
Penyelenggaraan



pembangunan

perumahan

yang

berkelanjutan,

memadai, layak, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat serta
didukung oleh prasarana dan sarana permukiman yang mencukupi dan
berkualitas yang dikelola secara profesional, kredibel, mandiri, dan
efisien;
Penyelenggaraan pembangunan perumahan beserta prasarana dan



sarana pendukungnya yang mandiri mampu membangkitkan potensi
pembiayaan

yang

berasal

dari

masyarakat

dan

pasar

modal,

menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan pemerataan dan
penyebaran pembangunan; dan
Pembangunan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana



pendukungnya

yang

memperhatikan

fungsi

dan

keseimbangan

lingkungan hidup.
p) Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan
sanitasi diarahkan pada :


Peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam
penyediaan air minum dan sanitasi;



Pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi
masyarakat;



Penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan
profesional;



Penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air
minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

q) Penanggulangan kemiskinan diarahkan pada penghormatan, perlindungan,
dan

pemenuhan

hak-hak

dasar

rakyat

secara

bertahap

dengan

mengutamakan prinsip kesetaraan dan nondiskriminasi. Sejalan dengan
proses demokratisasi, pemenuhan hak dasar rakyat diarahkan pada

LAPORAN AKHIR

VII-5

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

peningkatan pemahaman tentang pentingnya mewujudkan hak-hak dasar
rakyat.

Kebijakan

penanggulangan

kemiskinan

juga

diarahkan

pada

peningkatan mutu penyelenggaraan otonomi daerah sebagai bagian dari
upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin.
Berdasarkan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat
terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman
kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2) Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 3 UU UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
menyatakan bahwa tujuan diselenggarkannya Perumahan dan kawasan permukiman untuk :
a) Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman;
b) Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk
yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan
permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan
kepentingan, terutama bagi MBR;
c) Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan
perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di
kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;
d) Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan
dan kawasan permukiman;
e) Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan
f)

Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

Sementara itu pada pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir
c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e),
serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh (butir f).
3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Pada pasal 15 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun mengamanatkan bahwa
pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara
merupakan tanggung jawab pemerintah. Pembangunan rumah susun bertujuan untuk :
a. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan
masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang menjami kepastian hukum dalam
pemanfaatannya;

LAPORAN AKHIR

VII-6

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

b. Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah pekotaan dengan
memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan
pemukiman yang lengkap, serasi,dan seimbang
c. Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi kehidupan
masyarakat, dengan tetap mengutamakan ketentuan diatas.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan
yang

diimplementasikan

dengan

penanggulangan

kawasan

kumuh.Arah

kebijakan

penanggulangan kemiskinan nasional berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka
Panjang, demikian juga untuk arah kebijakan penanggulangan kemiskinan daerah
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.
Strategi percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan :
a. mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin;
b. meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin;
c. mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil;
d. mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menetapkan target yang harus dicapai dalam bidang pekerjaan umum dan tata
ruang, sementara itu untuk bidang permukiman target yang harus dicapai adalah :
1. Tersedianya jalan yang memudahkan masyarakat perindividu melakukan perjalanan
sebesar 100 % pada tahun 2014
2. Berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10 % pada
tahun 2014
7.1.2. Kondisi Eksisting
A. Kawasan Permukiman Kumuh Kemuning
Profil Kawasan Permukiman Kumuh Kemuning berdasarkan hasil tinjauan lapangan
yang dilakukan bersama-sama anggota POKJANIS dari BAPPEDA, Tim Konsultan SPPIP
Kota Banjarbaru dan Tim Konsultan RPKPP Kota Banjarbaru dapat dilihat pada gambar
berikut.

LAPORAN AKHIR

VII-7

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

B. Kawasan Permukiman Loktabat Utara
Profil Kawasan Permukiman Loktabat Utara berdasarkan hasil tinjauan lapangan yang
dilakukan bersama-sama anggota POKJANIS dari BAPPEDA, Tim Konsultan SPPIP Kota
Banjarbaru dan Tim Konsultan RPKPP Kota Banjarbaru dapat dilihat pada gambar berikut.

LAPORAN AKHIR

VII-8

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

C. Kawasan Permukiman Liang Anggang
Profil Kawasan Permukiman Liang Anggang berdasarkan hasil tinjauan lapangan yang
dilakukan bersama-sama anggota POKJANIS dari BAPPEDA, Tim Konsultan SPPIP Kota
Banjarbaru dan Tim Konsultan RPKPP Kota Banjarbaru dapat dilihat pada gambar berikut.

D. Kawasan Pendukung Pusat Pemerintahan Provinsi
Profil Kawasan Pendukung Pusat Pemerintahan Provinsi berdasarkan hasil tinjauan
lapangan yang dilakukan bersama-sama anggota POKJANIS dari BAPPEDA, Tim
Konsultan SPPIP Kota Banjarbaru dan Tim Konsultan RPKPP Kota Banjarbaru dapat
dilihat pada gambar berikut.

LAPORAN AKHIR

VII-9

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

E. Kawasan Permukiman Cempaka
Profil Kawasan Permukiman Cempaka berdasarkan hasil tinjauan lapangan yang
dilakukan bersama-sama anggota POKJANIS dari BAPPEDA, Tim Konsultan SPPIP Kota
Banjarbaru dan Tim Konsultan RPKPP Kota Banjarbaru dapat dilihat pada gambar
berikut.

LAPORAN AKHIR

VII-10

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

F. Kawasan Permukiman Gunung Kupang
Profil Kawasan Permukiman Gunung Kupang berdasarkan hasil tinjauan lapangan yang
dilakukan bersama-sama anggota POKJANIS dari BAPPEDA, Tim Konsultan SPPIP Kota
Banjarbaru dan Tim Konsultan RPKPP Kota Banjarbaru dapat dilihat pada gambar
berikut.

G. Kawasan Permukiman Landasan Ulin
Profil Kawasan Permukiman Landasan Ulin berdasarkan hasil tinjauan lapangan yang
dilakukan bersama-sama anggota POKJANIS dari BAPPEDA, Tim Konsultan SPPIP
Kota Banjarbaru dan Tim Konsultan RPKPP Kota Banjarbaru dapat dilihat pada gambar
berikut.

LAPORAN AKHIR

VII-11

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

7.1.3. Potensi, Permasalahan dan Tantangan
Beberapa hal tersebut yang merupakan potensi, permasalahan dan tantangan dalam
pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan di wilayah Kota Banjarbaru.
Tabel 7.1.

Potensi, Permasalahan dan Tantangan Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

LAPORAN AKHIR

VII-12

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

7.1.4. Sasaran Program
Sasaran program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai.
Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang
Cipta Karya khususnya pada setiap sektor baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah
Tabel 7.2.
URAIAN
NO SASARAN
PROGRAM
I

Kawasan Kumuh
Perkotaan

TOTAL

SASARAN PROGRAM
KET

LUAS
KAWASAN

TAHUN I

Ha

Permukiman

TAHUN II

Ha

Perdesaan

TAHUN III

TAHUN IV

……

……

……

Ha

Ha

Ha

……

……

……

……

Ha

Ha

Ha

Ha

Ha

Kawasan
II

Sasaran Program

TAHUN V

…… Ha

…… Ha

Kawasan
Permukiman
Khusus
III

(Permukiman
Nelayan,

Ha

…… Ha

…… Ha

…… Ha

…… Ha

…… Ha

Perbatasan, Pulau
Kecil, Rawan
Bencana dsb)

LAPORAN AKHIR

VII-13

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

7.1.5. Usulan Kebutuhan Program
! "!###$%&

' (

)
)

0

./

) *

+

,

$
1

$

0 +
!

/
0
+

0
1

!

%

&

" #$

"$

'("

)#*
&

LAPORAN AKHIR

VII-14

-

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

! "!###$%&

' (

)
)

./

) *

+

,

" '#"
%%

!

" #$

+,

" '#"
%%

!

!

%%%

%%%

" #$

+,

- ('

!

" #$

.
&#!#

+,

- ('
- ('

%%%

&#!#
/ $
,'" '
0 1
!

- ('

" #$
- ('
!

%%%

'"
& *
!

"

- ('

" #$

LAPORAN AKHIR

VII-15

-

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

! "!###$%&

' (

)
)

./

) *

+

,

- ('
#
%2

%2

!
"$('
$ '
" #$

" #$
# *' !
# #3

$ '
# *' !
!
" #$
# #3
!
#
/#'

) / "
, * '

"#

#

$ '
# *' !
!
" #$
# #3
!
4 . $

4

. $

4

$ '
# *' !
!
" #$
# #3
!
# .#

4

. $

,#

. $

#

LAPORAN AKHIR

VII-16

-

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

! "!###$%&

' (

)
)

,#. "5 !
# *' !
" #$
! 4

,#. "5 !
# *' !
" #$
!

$ '
!
# #3
. $

4

. $

4

$ '
!
# #3
# .#

4

. $

,#

$ '
# *' !
!
" #$
# #3
!
#
/#'
3 . %%%

) / "
, * '

"#

,#. "5 !
# *' !
" #$
!
/#'

$ '
!
# #3
#
3 . %%%

) / "
, * '

"#

676
# *' !
" #$
!
3 . %%%

$ '
!
# #3
#

) / "
, * '

"#

./

) *

+

,

. $

#

#

#

#

LAPORAN AKHIR

VII-17

-

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

! "!###$%&

' (

)
)

$ '
# *' !
!
" #$
# #3
!
,#$
/#

*

!
) " '

$ '
# *' !
!
" #$
# #3
!
,#$
/#

*

!
) " '

,#. "5 !
# *' !
" #$
*
"

$ '
!
# #3
#

$ '
# *' !
!
" #$
# #3 *
" #
$ '
# *' !
" #$
# #3
8
*# " 9 *
)# , *
'
,#. "5 !
$ '
# * ' ! " #$
# #3 8
*# " 9 * )#
, *
'

!

*

!

*

./

) *

+

,

!
*

#"

!
*

#"

!
*

3

!
*

3

LAPORAN AKHIR

VII-18

-

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

! "!###$%&

' (

)
)

$ '
" #$
# #3
9
,#. "5 !
# *' !
!

%2

# *' !
!

$ '
" #$
# #3
9

*

!
) " '

*

!
) " '

./

) *

+

,

$#
" #$
"$('

#
%2

!
+ * &

" #$

#
2
"

!
!

" #$
#

2
"

!
!

" #$
(' ! *

LAPORAN AKHIR

VII-19

-

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

7.2. Sektor Penataan Bangunan Dan Lingkungan
7.2.1. Arahan Kebijakan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai
bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan
lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik
bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan
mengacu pada Undangundang dan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat
bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah
kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan
pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan
dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang
dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan
secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya
persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus
dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang
ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur
bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan
keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan
kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan
bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan
pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang
peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan
gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran

LAPORAN AKHIR

VII-20

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan
ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian
pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL,
maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun
pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru
berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana,
serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun
kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan

Minimal bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator
pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta
sektor-sektornya.
7.2.2. Kondisi Eksisting
Kondisi sektor penataan bangunan dan lingkungan di Kota Banjarbaru yang meliputi 3
kegiatan yaitu kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung, kegiatan penataan
bangunan dan lingkungan serta kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan, yang
sudah tertangani dan dilaksanakan adalah kegiatan penataan lingkungan permukiman,
dengan kondisi sebagai berikut:
A. Kegiatan Bangunan Gedung dan Fasilitasnya
Kegiatan bangunan gedung dan fasilitasnya sangat diperlukan diwilayah Kota Banjarbaru
seperti aksesibilitas khususnya pada beberapa fasilitas umum seperti fasilitas kesehatan
seperti rumah sakit, puskesmas, fasilitas perkantoran PIP2B telah dilaksanakan di Kota
Banjarbaru pada tahun 2011-2012. Kegiatan lain yang belum sepenuhnya terlaksana,
antara lain kegiatan sosialisasi/desiminasi, penyusunan rencana induk sistem proteksi
kebakaran.

LAPORAN AKHIR

VII-21

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

B. Kegiatan Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Kegiatan penataan bangunan dan lingkungan yang telah dilaksanakan dengan baik, yaitu
berupa kegiatan penataan Ruang Terbuka Hijau dan penyusunan RTBL.
Kondisi dan prosentase ruang terbuka hijau di Kota Banjarbaru sangat baik. Hal tersebut
karena Pemerintah Kota Banjarbaru melalui dinas terkait cukup memberikan perhatian baik
terhadap kebutuhan ruang terbuka hijau untuk skala kota, lingkungan dan kawasan.
Pembangunan ruang terbuka hijau di Kota Banjarbaru melalui RPI2JM Bidang Cipta Karya
pada tahun 2010 sampai dengan 2015 telah memberikan kontribusi yang cukup baik
diantaranya pembangunan RTH Makam Hasan Basry. Dengan penataan lingkungan yang
baik serta pusat Kota Banjarbaru yang asri maka Kota Banjarbaru mendapatkan
penghargaan Adipura.
Penataan bangunan dan lingkungan yang direncanakan pada tahun 2013 adalah penataan
dan revitalisasi pada kawasan cepat tumbuh Loktabat Utara yang juga telah ditetapkan
dalam Dokumen SPPIP Kota Banjarbaru menjadi kawasan prioritas II. Dari hasil Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Cepat Tumbuh Loktabat Utara ini diharapkan
nantinya terbentuk kawasan permukiman/hunian yang nyaman. Untuk lebih jelas gambaran
kawasan cepat tumbuh Loktabat Utara dapat dilihat pada foto-foto berikut ini.

LAPORAN AKHIR

VII-22

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

7.2.3. Sasaran Program
URAIAN

SASARAN PROGRAM

SASARAN

NO SASARAN

PENANGANAN

PROGRAM

TAHUN I

TAHUN II

TAHUN III

TAHUN IV

TAHUN V

Penyelenggaraan
I

Bangunan

…. m

2

…. m

2

Gedung
Penataan
II

Bangunan

dan

Lingkungan
Strategis
Revitalisasi

III

Kawasan

…. Kawasan

Tematik
Perkotaan

IV

Pengembangan
RTH

…. m2

Fasilitasi Ruang
V

terbuka

Publik/

Edukasi

dan

…. Kecamatan

Partisipasi Masy.

VI Turbinwas BG

…. % Bangunan
ber IMB

LAPORAN AKHIR

VII-23

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

7.2.4. Usulan Kebutuhan Program
! "!###$%&

' (

,

)
)

0

$
1

/
0
/1 0

/ .
3#"4

5#$6##$###

2

/ .
3#"7

35$"##$###

2

/ .
3#"8

"5$4##$###

2

/ .
3#3#

7$8##$###

2

/ .
3#3"

"5$"##$###

$

0 +
!

2

0
0
0

./

) *

+

/
67$7##$###

)

'
)

#

LAPORAN AKHIR

VII-24

-

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

! "!###$%&

' (

,

)
)

1!

/ 9

)

)

)

./

) *

+

/ 9

)

11!

+,

:
/
&#!#

%%

)

%%

,'

0
'

&#!#
"-. (
'
)
#

(
111
!

-0 . "
)
#

+,

)
+,

:
;

9

)
0 :
*(*

%%%

)

#

8

#

- ('

LAPORAN AKHIR

VII-25

-

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

! "!###$%&

' (

,

)
)

,'
%%%

%%%

)
#

)

: !*' !
. !' !

# '

: !*' !
'
)

'"
#

!
%%%
)

- ('

- ('

)
- ('

75 *# !
'

"/ )
#

%%%

*(*
0#

%%%

+

"! !
*
'

%%%

./

) *

3+

)
#
3#!#!

"

'
$#

- ('

- ('

- ('

LAPORAN AKHIR

VII-26

-

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

! "!###$%&

' (

,

)
)

%%%

" 1
$ !

%%%
)

*!

!'" !
' #! 3
#

9

'

)
0 :

1 !

#
)
#! $

#

#

#

#
)
/ #

#

8

%2

8

#

%2

8

#

%2

#
'

)
#
! ) 1

"

)
' !

#

+

- ('

- ('

3

8

%2

./

) *

#

LAPORAN AKHIR

VII-27

-

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

! "!###$%&

' (

,

)
)

#
%2

8 #
0 &

)
#$#

9
!

#

)
:

'
!

3

)
#
,'" ' !

.
*! ! 0 )

#

+

#

/

2

./

) *

!
, $' "
! ,'" ' ! )
"
" ,& !#
+(("

&#!#
0 )
($'
', * '
('
) / " "#

!

*

!

*

#"

!
) / "
, * '

676
, $' "
! ,'" ' ! )
"
" ,& !#
+(("

"#

($'
, * '

'

&#!#

'
, $' "
,'" ' ! )
"
,& !#
+(("

!

*

!

*

!

*

!

*

#"

!
"

#"

LAPORAN AKHIR

VII-28

-

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

! "!###$%&

' (

,

)
)

,#. "5 !
'
, $' "
! ,'" ' ! )
"
" ,& !#
+(("
'

!

($'

!

'
' "

!

($'

)

/ "

"# ' "

($'

' ' "

)

/ "

"# ' "

($'

' ' "

)

/ "

"# ' "

($'

' ' "

)

/ "

"# ' "

($'

' ' "

4

. $

'

/#'

!

*

#"

!

,#. "5 !
'
($'
' ' "
0 )
;! '
,#

+

'

' "
,#. "5 !
'
($'
' ' "

!

*

./

) *

!
/#'
6 !'

!
% '

#

&#!#
676
6 !' ! ; ! '
% '
#

!

4

,#

#

,#

#

. $

,#

LAPORAN AKHIR

VII-29

-

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

! "!###$%&

' (

,

)
)

'
;! '
,#

!

4

+

. $

#

,#. "5 !
'
6 !' ! ; ! '
% '
#

0 )
) "$
*

6 !' !
% '

./

) *

!

!

4

,#

#

,#

#

. $

,#

4 . '
!

&#!#
676
4 . ' ) "$

!

4

. $

4

. $

*

*
*

LAPORAN AKHIR

VII-30

-

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

! "!###$%&

' (

,

)
)

'

!
*

) "$

4 . '

4

./

) *

+

. $

*

,#. "5 !
4 . ' ) "$

'

!

4

. $

*
*

2

2

'
!

)
0

'
!

)

)

:
(

(

1

#
' !

"

*
1!

#

;

;

)

LAPORAN AKHIR

VII-31

-

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

! "!###$%&

' (

,

)
)

'

+

!

2%

('
#
/ #
#

./

) *

!
" 3

/ #
!

!/

*

!
) / "
, * '

"#

($'
, * '

'

!

&#!#
/ #
!/
/#'

<

676
* #

!
" 3

&#!#
676 ('
/ #
= (' ) / " "#

#
' #
'
!
/ #
) / " "# ' " <
, # # =

) / "
, * '

"#

($'
, * '

'

) / "
, * '

"#

($'
, * '

'

(
)

/ "

"# ' "

!

!

'
!

LAPORAN AKHIR

VII-32

-

RPIJM KOTA BANJARBARU
2016-2021

! "!###$%&

' (

,

)
)

#
/ #
!