BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecemasan - Adi Kusuma Yudha BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Ingris anxiety berasal dari Bahasa Latin

  

angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Trismiati,

2004).

  Kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan (Asmadi, 2008). Suliswati (2005) mengatakan bahwa kecemasan sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.

  Kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah atau cemas dan aktivitas sistem saraf outonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik (Carpenito, 2000). Kecemasan adalah perasaaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Kecemasan tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus kecemasan. Kecemasan merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu (Videbeck, 2008).

  Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan pengertian dari kecemasan adalah keadaan dimana seorang mahasiswa mengalami khawatir dan gelisah dalam merespon ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik yang dihubungkan dengan perasaan tidak menentu.

B. Teori Kecemasan

  Menurut Stuart (2006) ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai kecemasan. Teori tersebut antara lain: a.

  Teori psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yangterjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

  b.

  Teori interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.

  c.

  Teori prilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi. yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan.

  d.

  Teori keluarga menunjukkan bahwa ganguan kecemasan biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan depresi.

  Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk e. benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobitirat (GABA), yang berperan penting dalam biologis yang berhubungan dengan kecemasan.

C. Cemas yang dialami mahasiswa dalam menyusun skripsi

  Skripsi adalah sarana karya ilmiah yang berbentuk tulisan untuk diajukan tentang penelitian yang akan diteliti. Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis diperguruan tinggi (Poerwadarminta, 1983). Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi melakukan proses belajar secara individual. Kondisi tersebut sangat berbeda dengan kondisi dimana mahasiswa masih melakukan kegiatan perkuliahan dan mengerjakan tugas-tugas mata kuliah biasa. Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi mengalami cemas ketika mahasiswa merasakan ketidakmampuan dalam menghadapi permasalahan- permasalahan atau masalah yang ada ketika menysusun skripsi.

  Cemas yang dialami mahasiswa adalah suatu tuntutan yang diterima oleh mahasiswa dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas kampus dan salah satu stresor terberat ataupun sumber kecemasan terberat bagi mahasiswa adalah menyusun skripsi, selain itu cemas yang dialami mahasiswa bisa berupa masalah kehidupan sehari-hari sebagai anak kos yang jauh dari orang tua, keuangan dan sebagainya yang tidak terhindar dari kehidupan mahasiswa. Tuntutan tersebut adalah sebagai sarana untuk lebih mandiri dan mampu mengambil keputusan sendiri, karena mahasiswa adalah manusia dalam masa dewasa muda. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya tenggung jawab baru yang harus dihadapi oleh mahasiswa, contohnya adalah dalam menyusun skripsi yang sudah ditentukan batas temponya.

  Skripsi merupakan tugas mahasiswa tingkat akhir yang membuat cemas, banyak mahasiswa yang terbebani oleh skripsi demikian pula mahasiswa keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Tidak sedikit mahasiswa yang mengalami cemas dalam pembuatan skripsi dan akhirnya lama dan tertunda. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti lama dalam mencari judul skripsi, kesulitan dalam mencari literature, sulitnya menemui dosen pembimbing, kesalahan dalam mengetik, mengulangi revisi proposal yang akhirnya membuat mahasiswa tersebut semakin putus asa dan malas untuk membuat skripsi. Kecemasan yang dialami mahasiswa sendiri dapat menjadi sebuah motivasi yang dibutuhkan oleh mahasiwa untuk bergerak dan menjadi suatu energy kuat yang dapat digunakan secara efektif.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

  Menurut Suliswati, 2005 ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu: a.

  Faktor predisposisi yang meliputi: 1)

  Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional. 2)

  Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu. 3)

  Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

  4) Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

  5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

  6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

  7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

  8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

  b.

  Faktor presipitasi meliputi: 1)

  Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam integritas fisik meliputi: a)

  Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.

  b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

  a) Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

  b) Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya

  Faktor yang mempengaruhi kecemasan seorang mahasiswa yang sedang menyusun skripsi salah satunya adalah karena mereka merasa frustasi ketika bimbingan dengan pembimbing merasa gagal dan salah terus sehingga mereka merasa putus asa dan tidak percaya diri untuk dapat menyusun skripsi lebih lanjut. Hal ini juga membuat seorang mahasiswa merasa takut untuk bimbingan dengan dosen pembimbing karena mereka merasa khawatir tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pembimbing ketika bimbingan.

E. Gejala-Gejala Kecemasan

  Menurut Stuart (2006), respon/gejala kecemasan ditandai pada empat aspek, yaitu: a.

  Respon fisiologi terhadap kecemasan meliputi gangguan jantung berdebar, tekanan darah meninggi, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun, napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorok, sensasi tercekik, terengah-engah, reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal, kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare, tidak dapat menahan kencing sering berkemih, wajah kemerahan, berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.

  b.

  Respon prilaku: Gelisah, ketegangan, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah, menghindari, hiperventilasi.

  c.

  Kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir, bidang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian.

  d.

  Afektif: Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus, ketakutan, terror, gugup, gelisah.

  Linayaningsih (2007) menambahkan dalam penelitianya menyatakan bahwa gejala yang dialami oleh mahasiswa yang cemas sedang menghadapi skripsi yaitu gejala yang bersfat psikis antara lain merasa takut, tidak bisa

memusatkan perhatian, rendah diri, hilang kepercayaan diri dll. Kecemasan pada

mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi muncul karena mereka merasa apakah mereka mampu untuk mengerajakan skripsi dengan lancar dan tepat

waktu. Banyak dari mahasiswa yang merasa takut untuk bertemu dengan dosen

pembimbing skripsi mereka karena kurang percaya diri ketika ditanya tidak bias

menjawab sehingga menyebabkan mahasiswa terhambat dalam penyusunan skripsi.

F. Cara Mengukur Kecemasan

  Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat dan berat sekali, menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), pada penelitian ini berbentuk kuesioner. HRSA merupakan skala kecemasan yang sederhana, praktis, mudah, standar, dan diterima secara internasional. Pada prinsipnya penilaian dengan HRS-A terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian antara 0-4, yang artinya adalah nilai 0: tidak ada gejala, 1: gejala ringan, 2: gejala sedang, 3: gejala berat, 4: gejala berat sekali. Masing-masing nilai angka (score) dari 14 kelompok tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu kurang dari 14 tidak ada kecemasan, skor 14-20 kecemasan ringan, skor 21-27 kecemasan sedang, skor 28-41 kecemasan berat, dan skor 42-56 kecemasan berat sekali (Hidayat, 2008).

G. Tingkat Kecemasan

  Menurut Asmadi (2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami individu yaitu ringan, sedang, berat, dan panik. Tiap tingkatan kecemasan mempunyai karakteristik atau manifestasi yang berbeda satu sama lain. Manifestasi kecemasan yang terjadi bergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakannya.

  a.

  Ansietas ringan : berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari- hari. Kewaspadaan meningkat. Persepsi terhadap lingkungan meningkat.

  Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreativitas. Respon fisiologi : sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, serta bibir bergetar. Respon kognitif: mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk melakuakn tindakan. Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, dan suara kadang- kadang meninggi.

  b. Ansietas sedang : respon fisiologi: sering napas pendek, nadi ekstra sistol dan

  tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan letih. Respon kognitif : memusatkan

perhatiannya pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, lapang

persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima. Respon

perilaku dan emosi : gerakan tersentak- sentak, terlihat lebih tegang, bicara

banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.

  Ansietas berat : individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan c.

mengabaikan hal yang lain. Respon fisiologi : napas pendek, nadi dan tekanan

darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkabut, serta tampak

tegang. Respon kognitif : tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan

banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang persepsi menyempit. Respon

perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat dan komunikasi menjadi

terganggu.

  d. Panik : respon fisiologi napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada,

  pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik. Respon kognitif :

gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap lingkungan

mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi. Respon perilaku

dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak- teriak,

kehilangan kendali/kontrol diri, perasaan terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan/atau orang lain.

H. Dampak Kecemasan

  Yustinus Semiun (2006) membagi beberapa dampak dari kecemasan kedalam beberapa simtom, antara lain : a.

  Simtom suasana hati Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.

  b.

  Simtom kognitif Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.

  c.

  Simtom motor Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam.

I. Mekanisme Koping (Coping)

  Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dari perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Kelliat, 1999).

  Menurut Suliswati dkk (2005) dan Stuart (1998), individu dapat menanggulangi stres dan kecemasan dengan menggunakan sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber tersebut adalah aset ekonomi, kemampuan memecahakan masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya. Dengan sumber tersebut individu dapat mengambil strategi koping yang efektif. Apabila individu sedang mengalami kecemasan ia akan mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang digunakan yaitu menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri dengan orang lain. Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik ada dua yaitu: a.

  Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari, dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres denagan cara perilaku menyerang, perilaku menarik diri, perilaku kompromi.

  b.

  Mekanisme pertahanan ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri sendiri.

  Menurut Kozier (2004) mekanisme koping dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

  1. Mekanisme coping berfokus pada masalah (problem focus coping), meliputi usaha untuk memperbaiki suatu situasi dengan membuat perubahan atau mengambil beberapa tindakandan usaha segera untuk mengatasi ancaman pada dirinya. Contohnya : negosiasi, konfrontasi dan meminta nasehat.

  2. Mekanisme coping berfokus pada emosi (emotional focused coping), meliputi usaha-usaha dan gagasan untuk mengurangi distress emosional.

  Mekanisme coping berfokus pada emosi tidak memperbaiki situasi tetapi seseorang sering merasa lebih baik.

  Sedangkan metode koping menurut Folkman & Lazarus; Folkman at all, dalam afidarti (2006) adalah :

  1. Planfull problem solving (problem-focused) Individu berusaha menganalisa situasi dan memperoleh solusi dan kemudian mengambil tindakan langsung untuk menyelesaikan masalah.

  2. Confrontative coping (problem-focused) Individu mengambil tindakan asertif yang sering melibatkan kemarahan dan mengambil resiko untuk merubah situasi.

  3. Seeking social support (problem or emotion-focused) Usaha individu untuk memperoleh dukungan emosional atau dukungan informasional.

  4. Distancing (emotion-focused)

  Usaha kognitif untuk menjauhkan diri sendiri dari situasi atau menciptakan pandangan yang positif terhadap masalah yang dihadapi.

  5. Escape-Avoidanceting (emosion-focused) Menghindari masalah dengan cara berkhayal atau berfikir dengan penuh harapan tentang situasi yang dihadapi atau mengambil tindakan untuk menjauhi masalah yang dihadapi.

  6. Self control (emotion-focused) Usaha indvidu untuk menyesuaikan diri dengan perasaan ataupun tindakan dalam hubunganya dengan masalah.

  7. Accepting responcbility (emotion-focused) Mengakui peran diri sendiri dalam masalah dan berusaha untuk memperbaikinya.

  8. Positive reappraisal (emotion-focused) Usaha individu untuk menciptakan diri yang positif dari situasi yang dihadapi.

  J. Penggunaan media online: Facebook sebagai koping kecemasan

  Ada beberapa jenis koping yang digunakan mahasiswa dalam mengurangi kadar kecemasan pembuatan skripsi, salah satunya yaitu coping

  

positif maupun coping negative, dalam hal ini coping kecemasan dengan

  mengalihkan pada penggunaan media online: Facebook. Seiring dengan berjalanya kemajuan teknologi yang berkaitan dengan Internet banyak sekali media online yang menampilkan fitur-fitur untuk berhubungan dengan orang lain seperti twiter, skype, google, dan yang paling banyak diminati adalah

  

Facebook. Facebook merupakan situs jejaring sosial yang diciptakan oleh

  Mark Zuckerberg (saat itu mahasiswa semester II Harvard university) pada tahun 2004. Facebook adalah layanan jaringan sosial dan situs web, agar semua orang bisa membuat profil pribadi yang bertujuan mencari teman, keluarga yang tidak pernah kita jumpai atau bertemu. Facebook juga menambahkan pengguna lain sebagai teman dan bertukar pesan dan pemikiran. Pengguna dapat bergabung dengan group pengguna yang memiiki tujuan tertentu, diurutkan berdasarkan tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi, ataupun kerakteristik lainya Facebook berfungsi untuk menjalin komunikasi antar individu, baik teman, kerabat, keluarga maupun orang-orang yang sekiranya berhubungan didalamnya.

1. Penggunaan Facebook sebagai coping mengatasi masalah

  Didalam Facebook terdapat bagian atau area menulis untuk mengungkapkan perasaan pengguna atau pemilik akun Facebook tesebut yang biasa disebut “status”. Saat pemilik akun Facebook membuat status, itulah isi hati atau emosi yang dikeluarkan dari pemilik akun Facebook tersebut (Marulitua, 2010). Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan Yulaehah (2012) bahwa status Facebook biasanya berupa ungkapan perasaan hati penggunanya, baik itu berupa ungkapan kebahagiaan, kesedihan, kekesalan, gurauan atau berupa berita yang ingin disampaikan dengan kerabat atau pengguna Facebok yang lain. Status

  

Facebook menunjukan informasi atau keadaan terakhir dari pemilik akun

  yang menulis status tersebut, dengan tujuan orang lain mengetahui keadaan pembuat status. Dengan menulis status di Facebook mahasiswa juga berharap akan mendapatkan suatu pemecahan masalah yang sedang dialami atau dirasakanya selama menyusun skripsi.

  Pemilik akun Facebook dapat memperbaharui atau mengupdate status tanpa dibatasi waktu dan ada pula yang menarik adalah dengan adanya status tersebut akan menciptakan komunikasi yang menghubungkan anatar para penggunanya. Dalam hal ini yang berkomunikasi dengan pemilik status adalah pengomentar status. Adapun yang dinamakan pengomentar yaitu seseorang yang mengomentari status

  

Facebook seseorang, sehingga akan memunculkan umpan balik dari

  pengguna Facebook kepada status milik penulis status. Dengan kata lain pada penggunaan media online: Facebook ini manghasilkan komunikasi antar pengguna Facebook yang terdiri dari keluarga, dosen teman, sahabat jauh maupun kerabat yang sama-sama menggunakan Facebook.

  Seperti halnya pernyataan dari Kozier (2004) mekanisme koping terdiri dari dua macam yaitu mekanisme coping berfokus pada masalah (problem focus coping) yaitu usaha memperbaiki situasi dengan membuat perubahan dengan contoh meminta nasehat. Berhubungan dengan penggunaan media sosial: Facebook adalah didalam Facebook kita bisa membuat status dan meminta nasehat maupun masukan kepada pengguna

  Facebook yang lain, seperti keluarga, dosen, teman dan yang lainya untuk

  berkomentar dan memberikan nasehat maupun masukan untuk membantu mengurangi kendala saat membuat skripsi. Didalam Facebook juga bisa berkomunikasi dengan pengguna lain bercerita masalah dalam penyusunan skripsi, meminta alamat webset untuk penambahan literatur (seperti alamat jurnal, data-data statistis mengenai permasalahan terkait dalam penyusunan statustik, perputakaan online dll.), bersenda gurau, dan yang lainya. Hal ini menunjukan bahwa Facebook dapat dijadikan sebagai mekanisme koping untuk mengatasi masalah yang meliputi usaha-usaha untuk mengurangi disstres emosional, walaupun koping ini tidak memperbaiki situasi, tetapi koping ini efektif untuk membuat individu bisa merasa lebih baik. Berikut ini adalah salah satu fasilitas ada di Facebook yang dapat dijadikan sebagai suatu pemecahan masalah yang sedang dihadapi mahasiswa ketika menyusun skripsi, yaitu:

Gambar 2.1 Fasilitas Facebook K.

   Kerangka Teori

  Menurut Sekaran (2003) yang dimaksud dengan kerangka kerja teoritis adalah model konseptual yang menggambarkan hubungan bebagai macam faktor yang telah diidentifikasi sebagai suatu hal yang penting dari suatu masalah. Melalui pengembangan kerja konseptual, memungkinkan kita untuk menguji hubungan antar variable, sehingga kita dapat mempunyai pemahaman yang komprehensif atas masalah yang sedang kita teliti.

  Dalam kesempatan kali ini, peneliti membuat kerangka teori berdasarkan beberapa literature yang pernah dibaca penulis, yaitu sebagai berikut:

  • Problem focus coping

  • Emotional focus coping
  • Tidak ada cemas
  • Cemas ringan
  • Cemas sedang
  • Cemas berat
  • Melakukan Hobi - Makan - Mendengarkan music
  • Melakukan hal negative ( minum minuman keras, merokok, mengamuk dll)
  • Melakukan komunikasi dengan orang lain
  • Penggunaan media online : facebook, twitter, google+, dll.
  • Dan banyak lagi sesuai karakteristik individu

Gambar 2.2 Kerangka Teori

  Sumber: Hardjana (1994), Koizer (2004), Shenoy (2001), Coper & Straw (1995), Sarafino (1994), Andri (2010), Suliswati dkk (2005) dan Stuart dan Sundeen

  (1997),

  Mekanisme Koping cemas pada mahasiswa :

  Cemas menghadapi skripsi Cara mengatasi cemas : menggunakan sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal

Mekanisme Koping :

  Tingkatan cemas:

  L. Kerangka Konsep

  Kerangka konsep peneliian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002).

  Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan kerangka teori yang telah dijlaskan sebelumnya, maka disusunlah kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

  Faktor independen Faktor dependen

  Kecemasan menghadapi Penggunaan media online: skripsi

  Facebook K h d i

Gambar 2.3 Kerangka konsep M.

   Hipotesa

  Hipotesa atau hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau hubungan yang diharapkan dari dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis penelitian adalah jawaban semantara penelitian yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010).

  Dalam penelitian kali ini, peneliti ingin menarik sebuah hipotesa atau dugaan sementara, yaitu : Ha = Ada hubungan antara kecemasan mahasiswa menghadapi skripsi dengan penggunaan media online: Facebook.