BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Matematika - UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV PADA MATERI KELILING DAN LUAS JAJARGENJANG DAN SEGITIGA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK D

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Matematika

  a. Pengertian Matematika Pengertian matematika menurut Ruseffendi yang dikutip oleh

  Heruman (2007: 1), matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Matematika menurut Suwangsih (2006: 3) matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).

  Pengertian matematika menurut para ahli, maka dapat disimpulkan pengertian matematika adalah suatu ilmu yang menuntut untuk berpikir secara logis dan terstruktur yang berupa sebuah simbol- simbol yang terdapat didalamnya. Matematika ilmu yang sudah kita dapat sejak kecil atau disaat kita mengenal suatu bilangan. Matematika sangat bermanfaat dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan perhitungan atau matematika untuk menjalankan kehidupannya.

  Menurt Heruman (2007: 2), berikut ini pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika.

  9

  1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep) Yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

  2) Pemahaman Konsep Bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.

  3) Pembinaan Keterampilan Pembelajaran pembinaan keterampilan bartujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.

  b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Menurut Heruman (2007: 1), siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisaran antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun.

  Piaget (Heruman, 2007: 1), mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoprasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

  Berdasarkan pengertian para ahli maka dapat disimpulka, matematika di sekolah dasar dilaksanakan sekitar anak berusia 6 sampai 13 tahun. Pada pembelajaran matematika anak dikenalkan mengenai bilangan atau benda-benda yang konkret dalam malakukan operasi perhitungannya. c. Tujuan Matematika Tujuan matematika menurut Heruman (2007: 2), tujuan akhir pembelajaran matematika di SD yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari- hari. Konsep matematika sangat berpengaruh terhadap penerapan matematika dalam pembelajaran sehari-hari siswa, sehingga pembelajaran matematika sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia.

2. Kreativitas

  Kreatif menurut Mustari (2011: 88), berarti menciptakan ide-ide dan karya baru yang bermanfaat. Pemikiran yang kreatif adalah pemikiran yang dapat menemukan hal-hal atau cara-cara baru yang berbeda dari yang biasa dan pemikiran yang mampu mengemukakan ide atau gagasan yang memiliki nilai tambah (manfaat). Kreativitas menurut Asrori (2011: 63), adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya menjadi suatu karya baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan dan mencari alternatif pemecahannya melalui cara-cara berpikir divergen. Menurut Ghufron dan Risnawati (2011: 103- 104) bahwa kreativitas adalah prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan bahan, informasi, data, atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru, dan melihat adanya barbagai kemungkinan. Menurut Wahyudin (2007: 3) kreativitas berarti kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru dan orisinil yang berwujud ide-ide dan alat-alat, serta lebih spesifik lagi, keahlian untuk menemukan sesuatu yang baru (inventiveness).

  Menurut Sternberg (2006: 429-230) define creativity as the

procces of producing something that is both original and worthwhile.

  

The something could take many forms. It might be a theory, a dance, a

chemical, a procces or procedure, a story, a symphony, or almost

anything else. Almost everyone would agree that creative individuals

show creative productivity. They produce inventions, insighful

discoveries, artistic works, revolutionary paradigms, or other

products that are both original and worthwhile.

  Definisi kreatifitas diatas yaitu suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baik dan bermakna. Sesuatu yang baik dan bermakna mempunyai banyak bentuk, kemungkinan adanya sebuah teori, tarian, bahan kimia, sebuah proses atau prosedur, sebuah cerita, simfoni, atau hampir apa saja yang berkaitan dengan sesuatu yang baik dan bermakna. Dengan adanya tersebut individu-individu yang kreatif menunjukan produktivitasnya. Individu-individu yang kreatif menghasilkan penemuan, penemuan tentang pengetahuan, artistik, revolusi paradigma atau produk yang baik dan bermakna.

  Berdasarkan pengertian kreativitas menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah suatu ide yang dikeluarkan oleh diri sendiri untuk melakukan sebuah perbedaan sesuai dengan kehendak sendiri. Perbedaan yang dimunculkan dalam kreativitas dapat berupa modifikasi atau juga perbedaan yang belum pernah ada sebelumnya.

  Kreativitas mempunyai aspek-aspek pokok. Menurut Suhaman (Ghufron, 2011: 104) mengatakan bahwa terdapat aspek-aspek pokok dalam kreativitas yang dapat dijelaskansebagai berikut.

  a. Aktivitas berpikir Kreativitas selalu melibatkan proses berpikir di dalam diri seseorang. Aktivitas ini merupakan suatu proses mental yang tidak tampak oleh orang lain dan hanya dirasakan oleh orang yang bersangkutan.

  b. Menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru Menemukan atau menciptakan sesuatu yang mencakup kemampuan menghubungkan dua gagasan atau lebih yang semula tampak tidak berhubungan.

  c. Sifat baru atau orisinal Kreativitas dapat dilihat dari adanya suatu produk baru. Produk baru biasanya akan dianggap sebagai karya kreatif bila belum pernah diciptakan sebelumnya, bersifat luar biasa, dan dapat dinikmati oleh masyarakat.

  d. Produk yang berguna atau bernilai Karya yang dihasilkan dari proses kreatif harus memiliki kegunaan tertentu. Kegunaannya seperti lebih enak, lebih mudah dipakai, mempermudah, memperlancar, mendorong, mendidik, memecahkan masalah, dan lain-lain.

  Kreativitas mempunyai tahapan atau proses dalam pelaksanaannya. Menurut Asrori (2011: 71), tahap-tahap kreativitas. Proses kreatif mempunyai empat tahap: 1) Persiapan (Preparation), pada tahap ini individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Individu mencoba memikirkan berbagai alternatif pemecahan terhadap masalah yang dihadapi.

2) Inkubasi (Incubation), pada tahap ini proses pemecahan masalah “dierami” dalam alam prasadar; individu seakan-akan melupakannya.

  3) Iluminasi (Illumination), pada tahap ini sudah dapat timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru serta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan baru.

  4) Ferifikasi (Verification), pada tahap ini gagasan-gagasan yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan kenvergen serta menghadapkannya kepada realitas.

  Kreativitas mempunyai indikator untuk mengetahui pencapaian kreativitas. Menurut Safari (2005: 114-115), kreativitas adalah skor siswa yang diperoleh dari tes kreativitas mengukur perilaku: (1) kelancaran, (2) keluwesan, (3) keaslian, (4) elaborasi. Adapun kisi-kisi dapat disusun sebagai berikut.

Tabel 2.1 Kisi-kisi Tes Kreativitas

  No Tes Indikator Nomor Soal

  1. GAMBAR

  a. Kelancaran

  1

  b. Keluwesan

  2

  c. Keaslian

  3

  d. Keelaborasian 4,5 (Sumber: Safari, 2005: 115)

  Penjelasan indikator kreativitas menurut Munandar (2009: 69), kelancaran yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang terbatas. Keluwesan (kelenturan) adalah melepaskan diri dari kebiasaan melihat benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu saja. Keaslian (orisinal) yaitu kelangkaan jawaban yang diberikan. Keelaborasian (elaborasi) diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengembangkan suatu gagasan, merincinya, dengan mempertimbangkan macam-macam implikasi

3. Prestasi Belajar

  Prestasi menurut Hamdani (2011: 137), adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.

  Prestasi belajar menurut Arifin (2011: 12-13), merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar (achievement) mampunyai barbagai fungsi utama antara lain: a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

  b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

  c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

  d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

  e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik.

  Menurut Arif Gunarso (Hamdani, 2011: 138) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Menurut Hamdani (2011: 139- 142) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor intern antara lain: a. Kecerdasan (inteligensi), kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Inteligensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi anak dalam usia belajar.

  b. Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis, kondisi jasmaniah atau

  

fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seorang anak. c. Sikap, yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka atau tidak suka, atau acuh tak acuh.

  d. Minat, memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa rasa beban.

  e. Bakat, adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

  f. Motivasi, adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

  Faktor yang kedua adalah faktor eksternal. Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Yang termasuk dalam lingkungan sosial adalah guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar,dan lian-lain. Adapun yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar.

  Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu penghargaan yang diperoleh oleh seseorang setelah melakukan suatu proses pembelajaran yang dapat berupa nilai. Prestasi belajar dapat diperoleh dengan cara melakukan suatu evaluasi setelah proses belajar mengajar baik faktor dari luar maupun faktor dari dalam diri individu.

4. Pendekatan Matematika Realistik

  a. Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik Pengertian pendekatan matematika realistik Indonesia menurut

  Shadiq dan Mustajab (2010: 7), merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang mengungkapkan pengalaman dan kejadian yang dekat dengan siswa sebagai sarana untuk memahamkan persoalan matematika. Matematika realistik menurut Wijaya (2012: 20), banyak pihak yang menganggap bahwa pendidikan matematika realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang harus selalu menggunakan masalah sehari-hari. Pembelajaran matematika realistik atau yang biasa disebut dengan Realistic Mathematics

  Education (RME) menurut Achmad dan Irmansyah (2011: 34),

  merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang menuntut siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan kemampuannya sendiri melalui aktivitas yang dilakukannya dalam kegiatan pembelajaran.

  Berdasarkan pengertian para ahli, maka pengertian pendekatan matematika realistik adalah pendekatan matematika yang menuntut siswa untuk dapat mengeluarkan ide atau pengetahuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Matematika realistik juga menyangkut pautkan masalah matematika dengan kehidupan nyata atau dalam kehidupan sehari-hari siswa.

  b. Ciri-ciri Pendekatan Matematika Realistik Menurut de Lange (Daryanto dan Tasrial, 2012: 149), pendidikan matematika realistik mempunyai ciri-ciri. Ciri dari pendidikan matematika realistik antara lain, bahwa dalam proses pembelajaran siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali (to reinvent) matematika melalui bimbingan guru dan bahwa penemuan kembali (reinvention) ide dan konsep matematika tersebut harus dimulai dari penjelajahan berbagai situasi dan persoalan “dunia

  riil ”.

  c. Prinsip Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia Prinsip pendekatan matematika realistik dikembangkan dari prinsip dasar yang mengawali RME. RME menurut Van den Heuvel-

  Panhuizen dalam Supinah (Shadiq dan Mustajab, 2010: 10) mempunyai prinsip sebagai berikut: 1) Prinsip aktivitas, yaitu matematika adalah aktivitas manusia.

  Pembelajaran aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran matematika.

  2) Prinsip realitas, yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa.

  3) Prinsip berjenjang, artinya dalam belajar matematika siswa melewati berbagai jenjang pemahaman, yaitu dari mampu menemukan solusi suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal.

  4) Prinsip jalinan, terjalinnya hubungan antara topik dalam matematika sehingga siswa dapat melihat hubungan antara materi- materi secara lebih baik.

  5) Prinsip interaksi, yaitu matematika dipandang sebagai aktivitas sosial.

  6) Prinsip bimbingan, yaitu siswa perlu diberi kesempatan untuk menemukan (reinvention) pengetahuan matematika secara terbimbing.

  d. Konsepsi Pendekatan Matematika Realistik Indonesia Konsepsi pembelajaran matematika realistik menurut Daryanto dan Tasrial (2012: 151-152), yaitu konsepsi tentang siswa dan konsepsi tentang guru. Konsepsi pendidikan matematika realistik dijabarkan sebagai berikut: 1) Konsepsi tentang siswa

  a) Siswa memiliki seperangkat konsep alternative tentang ide-ide matematika yang mempengaruhi belajar selanjutnya.

  b) Siswa memperoleh pengetahuan baru dengann membentuk pengetahuan itu untuk dirinya sendiri.

  c) Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali dan penolakan.

  d) Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri berasal dari seperangkat ragam pengalaman.

  e) Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu memahami dan mengerjakan matematika.

  2) Konsepsi tentang guru a) Guru hanya sebagai fasilitator belajar.

  b) Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif.

  c) Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa menafsirkan persoalan riil.

  d) Guru tidak terpancang pada materi yang termaktub dalam kurikulum, melainkan aktif mengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik fisik maupun sosial.

  e. Aspek Pengajaran Pembelajaran Matematika Realistik Menurut De Lange (Daryanto dan Tasrial, 2012: 152), pengajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik meliputi beberapa aspek. Aspek pengajaran dengan pendekatan pendidikan matematika realistik dijelaskan sebagai berikut: 1)

  Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang “riil” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna. 2) Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut.

  3) Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap persoalan atau masalah yang diajukan.

  4) Pengajaran berlangsung secara interaktif. Interaktif dalam pengajaran dijabarkan sebagai berikut: a) Siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya b) Memahami jawaban temannya (siswa lain)

  c) Setuju terhadap jawaban temannya

  d) Menyatakan ketidak setujuan

  e) Mencari alternatif penyelesaian yang lain

  f) Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran f. Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia

  Menurut Treffers (Wijaya, 2012: 21-23), merumuskan pendidikan matematika realistik mempunyai lima karakter. Karakter dalam pendidikan matematika realistik dijelaskan sebagai berikut: 1) Penggunaan konteks

  Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah nyata namun bisa berupa permainan atau penggunaan alat peraga selama hal tersebut bisa bermakna dan bisa dibayangkan oleh siswa. Melalui penggunaan konteks, siswa dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan.

  2) Penggunaan model untuk matematisasi progresif Dalam pembelajaran matematika realistik, model digunakan dalam melakukan matematisasi secara progresif. Penggunaan model berfungsi sabagai jembatan (bridge) dari pengtahuan dan matematika tingkat konkrit menuju pengetahuan matematika tingkat formal.

  3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga diharapkan akan diperoleh strategi yang bervariasi. Hasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep matematika.

  4) Interaktivitas Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga secara bersamaan merupakan suatu proses social.

  Proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka. 5) Keterkaitan

  Pendidikan matematika realistik menempatkan keterkaitan (intertwinement) antar konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Melalui keterkaitan ini, suatu pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan.

  g. Langkah-Langkah Pendekatan Matematika Realistik Indonesia Pembelajaran matematika realistik mempunyai beberapa fase- fase dalam pembelajarannya. Fase-fase dalam model pembelajaran matematika realistik mengacu pada Gravemeijer. K (1994: 83-84), Sutarto Hadi (2000’0, dan Teffers (1991: 21-22) (Shadiq dan Mustajab, 2010: 31-32) menunjukan bahwa pengajaran matematika dengan pendekatan realistic meliputi fase-fase berikut: 1) Fase Pendahuluan

  Guru memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil atau real bagi siswa yang berarti sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna. Matematika realistik yang disajikan guru pada awal kegiatan merupakan inti dari proses fasilitasi guru agar siswanya dapat membangun sendiri pengetahuannya. Masalah realistik siswa difasilitasi untuk belajar menemukan sendiri ide atau pengetahuannya.

  2) Fase Pengembangan Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap persoalan atau masalah yang diajukan. Siswa saling melaporkan hasil kerjanya untuk saling mempelajari hasil kerja kelompok lain. Pengajaran berlangsung secara interaktif, siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidak setujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain.

  3) Fase Penutup/Penerapan Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.

  h. Kekurangan dan Kelebihan Pendekatan Matematika Realistik Kekurangan pendekatan matematika realistik selama proses pembelajaran adalah siswa yang kurang berpengalaman akan sulit untuk menggunakan daya nalarnya untuk memecahkan masalah. Tidak semua siswa berani dan bisa untuk mengembangkan daya nalarnya dalam menyelesaikan masalah.

  Kelebihan pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran adalah pembelajaran dengan menggunakan daya nalar siswa sendiri untuk memecahkan masalah. Siswa dapat berkerjasama dan saling menghargai karena terdapat kegiatan berkelompok sehingga pembelajaran akan terasa menyenangkan. Materi lebih mudah diingat siswa karena sesuai dengan kehidupan nyata siswa.

5. Alat Peraga

  a. Pengertian Alat Peraga Menurut Anitah (2008: 4), alat peraga dalam pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu alat yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang riil sehingga memperjelas pengertian pebelajar. Dalam pembelajaran di sekolah dasar, penggunaan alat peraga sangat dibutuhkan. Hal ini karena sesuai dengan tingkatan berpikir siswa yang masih berpikiran secara konkret.

  Berdasarkan pengertian diatas, alat peraga dapat diartikan sebagai alat yang riil atau nyata yang digunakan untuk perantara dalam penyampaian pelajaran yang dilakukan oleh guru kepada murid dalam proses pembelajaran. Alat peraga mempermudah guru dalam penyampaian materi dan juga mempermudah siswa untuk memahami karena dapat dipraktekan dan dilihat secara langsung.

  b. Alat Peraga Jajargenjang dan Segitiga Alat Alat peraga jajargenjang dan segitiga dibuat dengan menggunakan kain flanel yang ditempelkan pada papan tempel. Kain flannel dipotong dan dibuat bangun datar jajargenjang dan segitiga yang ditempel pada papan temple pada proses pembelajarannya.

  Guru juga menyiapkan banyak bangun datar segitiga dan jajargenjang untuk praktek siswa secara langsung dengan kelompoknya. Siswa mempraktekan dengan memotong bangun jajargenjang menjadi segitiga kemudian ditempel pada papan temple.

  Cara penggunaannya pun sangat mudah, model daerah jajargenjang yang masih utuh dengan yang sudah digunting dihimpitkan dan tunjukan bahwa kedua bangun tersebut kongruen. Guru menunjuk pada bangun jajargenjang yang masih utuh bahwa jajargenjang itu alasnya a, tingginya t, luasnya (a x t). Dengan mengamati satu buah segitiga maka alasnya a, tingginya t, luasnya (½ x a x t). Dengan demikian luas daerah jajargenjang adalah dua kali luas segitiga. Jadi jika jajargenjang dengan alas dan tingginya berturut-turut a dan t, dan luas daerahnya L maka L = a x t. Siswa dapat menemukan rumus sendiri dan membuatnya secara warna-warni agar lebih menarik.

Gambar 2.1 Jajargenjangan dan Segitiga B.

   Penelitian yang Relevan

  Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tesi Tanjung Sari dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Bilangan Bulat Melalui Pembelajaran Matematika Realistik Di Kelas IV SD Negeri 2 Notog

  ” (Skripsi tahun 2011), pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika.

  Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Tesi Tanjung Sari adalah "Terjadinya peningkatan hasil belajar baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor pada materi yang diajarkan hal ini terbukti dari hasil evaluasi yang terus meningkat. Dengan demikian langkah- langkah pengajaran dari siklus I sampai dengan siklus II telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada aspek kognitif siklus I dengan rata-rata sebesar 63,07 dan ketuntasan belajar 40% meningkat pada siklus II dengan rata-rata 78,7 dan ketuntasann belajar 90%.

  Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad. Isa dengan judul “Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bangun Ruang Melalui Pendekatan Realistik (Suatu Penelitian Pada Anak Kelas VIII SMP Negeri I Kuta Malaka Aceh Besar)

  ” yang dilaksanakan pada Kelas VIII SMP Negeri I Kuta Malaka Aceh Besar (karya ilmiah tahun 2011). Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang dilakukan pada siswa kelas VIII SMP N 1 Kuta Malaka Aceh Besar pada materi bangun ruang dapat di simpulkan bahwa, “Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pendekatan realistik lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan pendekatan realistik pada bangun ruang di SMP N 1 Kuta Malaka AcehBesa r”.

C. Kerangka Berpikir

  Matematika selalu dianggap pelajaran yang sulit oleh para siswa sekolah dasar. Siswa bahkan menganggap matematika sangat menakutkan.

  Matematika jika diterapkan sesuai dengan konsep dalam pembelajaran oleh guru dengan tepat, maka tidak akan menjadikan matematika yang menakutkan dan sulit. Matematika akan dianggap menyenangkan dengan cara guru memberikan kesan pertama yang menarik dan menyenangkan bagi siswa dalam pembelajaran. Menarik perhatian siswa bisa dengan menggunakan alat peraga yang menarik. Dengan alat peraga, maka siswa akan menganggap matematika pelajaran yang mudah dan menyenangkan.

  Matematika di SD merupakan pembelajaran matematika yang masih awal. Pembelajarannya berawal dari benda konkrit menuju benda abstrak.

  Untuk pengenalan benda konkrit maka pembelajaran matematika menggunakan alat peraga sebagai media dalam pembelajarannya. Alat peraga dapat digunakan pula untuk meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar siswa. Pembelajaran yang meningkatkan prestasi siswa maka digunakan pendekatan matematika realistik.

D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka dalam penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

  1. Kreativitas siswa kelas IV SDN 1 Purbadana kecamatan Kembaran pada tahun ajaran 2012/2013 pada materi keliling dan luas jajargenjang dan segitiga dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.

  2. Prestasi belajar siswa kelas IV SDN 1 Purbadana kecamatan Kembaran pada tahun ajaran 2012/2013 pada materi keliling dan luas jajargenjang dan segitiga dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 6 ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU

0 6 46

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK KELAS III SD NEGERI 08 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 3 5

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 TANJUNG SARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 50

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN OPEN-ENDED MATERI JARING-JARING BALOK DAN KUBUS KELAS IV SD WONOKETINGAL 1

0 0 18

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA PADA SISWA KELAS IV SD 2 JEPANG MEJOBO KUDUS

2 3 21

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 KEBUMEN

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELILING DAN LUAS SEGITIGA DI KELAS VIIC MTS ALKHAIRAAT TONDO

0 0 14

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 BANGKALAN PADA MATERI KELILING DAN LUAS SEGIEMPAT

0 2 14

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI KELILING DAN LUAS MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN POWERPOINT INTERAKTIF PADA SISWA KELAS IV MI ISLAMIYAH KAUMAN KIDUL KOTA SALATIGA TAHUN 2015 - Test Repository

0 0 111

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG (BALOK DAN KUBUS) MELALUI PENDEKATAN PEDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA KELAS IV MI MAHAD ISLAM KOPENG KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI

0 1 149