IMPLEMENTASI PROGRAM PRO RAKYAT FASE KE 5 PEMERINTAH KOTA CILEGON (Studi Kasus Warung Ekonomi Pedagang Kaki Lima) - FISIP Untirta Repository
IMPLEMENTASI PROGRAM PRO RAKYAT FASE KE 5 PEMERINTAH KOTA CILEGON (Studi Kasus Warung Ekonomi Pedagang Kaki Lima) SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh: Silvia Romanova
NIM. 6661120857 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, November 2016
ABSTRAK
Silvia Romanova. NIM. 6661120857. SKRIPSI. 2016. Implementasi Program Pro Rakyat
Fase Ke 5 Pemerintah Kota Cilegon (Studi Kasus Warung Ekonomi Pedagang Kaki Lima).
Konsentrasi Kebijakan Publik, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: Leo Agustino,
Ph.D., Pembimbing II: Listyaningsih, S.Sos., M.SiProgram pro rakyat Pemerintah Kota Cilegon merupakan wujud dari “Agenda Cilegon
Sejahtera” yang ada di dalam RPJMD 2010-2015 Kota Cilegon. Program pro rakyat
dikelompokkan ke dalam 5 fase. Pada fase ke 5 salah satunya yaitu program bantuan kios
warung ekonomi pedagang kaki lima. Tujuan program ini yaitu untuk menciptakan
ketertiban, keindahan, dan kenyamanan pedagang dalam berusaha. Adapun
permasalahannya yakni sosialisasi program warung ekonomi pedagang kaki lima belum
dilakukan secara maksimal, pelaksanaan bantuan kios warung ekonomi belum dilakukan
secara merata, besaran pinjaman penerima bantuan kios warung ekonomi tidak
mempertimbangkan ketentuan, dan tidak adanya koordinasi antara pihak pelaksana warung
ekonomi dengan Satpol PP Kota Cilegon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Implementasi Program Pro Rakyat Fase Ke 5 Pemerintah Kota Cilegon (Studi Kasus Warung
Ekonomi Pedagang Kaki Lima). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan teori implementasi dari Merilee S. Grindle.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Program Pro Rakyat Fase Ke 5
Pemerintah Kota Cilegon (Studi Kasus Warung Ekonomi Pedagang Kaki Lima) belum berjalan
optimal. Hal tersebut dikarenakan terdapat perbedaan kepentingan antara pihak pelaksana
program warung ekonomi pedagang kaki lima dengan pihak Satpol PP Kota Cilegon dalam
melakukan kegiatan penertiban yang dapat menghambat pelaksanaan dari program warung
ekonomi tersebut. Saran dari peneliti adalah kepentingan yang mempengaruhi program
harus dikaji ulang oleh pemerintah dengan membuat kebijakan khusus dalam program ini
agar dapat memiliki kekuatan lebih, pelaksanaannya jelas, serta kepentingan yang ada dapat
sejalan agar dapat mengoptimalkan pelaksanaan program warung ekonomi tersebut.Kata Kunci: Kebijakan, Implementasi, Program Pro Rakyat Fase Ke 5 Warung Ekonomi
ABSTRACT
Silvia Romanova. NIM. 6661120857. Thesis. 2016. The Implementation of Fifth Phase Pro-
People Program in Cilegon Government (Case Study of “Warung Ekonomi” Street Sellers). Concentration in Public Policy, State Administration Major, Faculty of Social and Political Sciences, University of Sultan Ageng Tirtayasa. Advisor I: Leo Agustino, Ph.D., Advisor II: Listyaningsih, S.Sos., M.SiPro-people program in Cilegon Government is a manifestation of the "Agenda Cilegon
Sejahtera". It was arranged in RPJMD Cilegon City period 2010-2015. Pro-people program
are grouped into five phases. In phase 5, one of program is supporting “Warung Ekonomi” tostreet seller. The initial goal of this program is to create order, beauty, and comfort
merchants in the attempt. Problems identified of the research in this study is the
socialization of fifth phase pro- people program “Warung Ekonomi” street sellers not
optimal, assistance to street sellers has not done evenly, the amount of loan beneficiaries to
street sellers does not take into consideration the provisions, and lack of coordination
between the assistance to street sellers with Satuan Pamong Praja/Satpol PP. This study
aims to determine the implementation of fifth phase pro-people program in Cilegon
Government (Case Study of“Warung Ekonomi” Street Sellers). This research uses descriptive
method with qualitative approach. Researcher uses the theory of implementation of Merilee
S. Grindle. The results showed that the implementation of fifth phase pro-people program in
Cilegon Government (Case Study of“Warung Ekonomi” street sellers) haven’t run optimally.
It’s because there are any conflict of interests between the street seller and Satpol PP
Cilegon in conducting enforcement activities that can obstruct the program. Suggestion of
researcher that the program must be reviewed by the government to make a specific policy
in this program in order to have more power, clear implementation, as well as the interests
that can be aligned in order to optimize the implementation of the program.Keywords: Policy, Implementation, Fifth Phase Pro-People Program Warung Ekonomi
4. Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Listyaningsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara dan Dosen Pembimbing II Skripsi yang telah memberikan ilmunya serta membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Arenawati M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis dari awal hingga akhir.
8. Leo Agustino, Ph. D selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang selalu membimbing, memberikan ilmunya, serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas segala ilmu dan bantuannya.
9. Semua Dosen dan Staff Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
10. Kesbanglinmas Kota Cilegon yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti.
11. Unit Pelayanan Teknis Pemberdayaan Masyarakat Kota Cilegon yang telah memberikan informasi kepada peneliti.
12. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Krakatau Steel yang telah memberikan informasi kepada peneliti.
14. Satpol PP Kota Cilegon yang telah memberikan informasi kepada peneliti.
15. Disperindagkop Kota Cilegon yang telah memberikan informasi kepada peneliti.
16. Dinas Tata Kota Cilegon yang telah memberikan informasi kepada peneliti.
17. Para pedagang kaki lima pemilik warung ekonomi yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya dan memberikan informasi kepada peneliti.
18. Kedua orang tua yang selalu membimbing dan mengantarkan anaknya sampai ke dalam tahap perguruan tinggi. Terimakasih banyak pa, ma.
19. Saudara-saudariku, Dian, Vina, Aldy, dan Alya dan keluarga besar.
20. M. Rafli Maulid yang selalu memberikan semangat dan selalu menemani sehingga penulis dapat termotivasi untuk cepat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
21. Sahabat-sahabatku, dan teman-teman seperjuangan kelas C Administrasi Negara angkatan 2012. Khususnya “Ngebet Lulus”: Mentari, Annisa, Nur, Rani, Tangen, dan Ulfa semoga kami semua dapat sukses bersama.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini terdapat kekurangan. Oleh karena itu peneliti
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis meminta maaf
yang sebesar-besarnya apabila dalam skripsi ini terjadi kesalahpahaman yang kurang
berkenan selama penulis melakukan penelitian. Terimakasih.Serang, Oktober 2016
Silvia Romanova
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ABSTRAK ABSTRACT LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR ........................................................................................ i DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................. 9
1.3 Batasan Masalah ...................................................................................... 10
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................... 10
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 11
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................. 11
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR
2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................... 14
2.1.1 Definisi Kebijakan ......................................................................... 15
2.1.2 Definisi Publik ............................................................................... 18
2.1.3 Definisi Kebijakan Publik ............................................................. 19
2.1.4 Implementasi Kebijakan Publik .................................................... 24
2.1.5 Pedagang Kaki Lima ..................................................................... 37
2.1.6 Program Pro Rakyat Pemerintah Kota Cilegon ............................ 41
2.1.7 Warung Ekonomi Pedagang Kaki Lima ........................................ 44
2.4 Asumsi Dasar ......................................................................................... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................................ 56
3.2 Fokus Penelitian ..................................................................................... 57
3.3 Lokasi Penelitian .................................................................................... 58
3.4 Fenomena yang Diamati ........................................................................ 59
3.5 Instrumen Penelitian .............................................................................. 62
3.6 Informan Penelitian ................................................................................ 63
3.7 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 65
3.8 Teknik Analisis Data ............................................................................. 66
3.9 Uji Keabsahan Data ............................................................................... 69
3.10 Jadwal Penelitian .................................................................................. 71
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian .................................................................... 73
4.1.3 Profil PKBL PT. Krakatau Steel .............................................. 82
4.2 Deskripsi Data ....................................................................................... 85
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ......................................................... 85
4.2.2 Informan Penelitian .................................................................. 88
4.3 Hasil Temuan ........................................................................................ 90
4.3.1 Content of Policy ....................................................................... 90
4.3.2 Context of Policy ........................................................................ 109
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 117
4.4.1 Content of Policy ........................................................................ 117
4.4.2 Context of Policy ........................................................................ 134
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 140
5.2 Saran ...................................................................................................... 142
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRANDAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Penelitian ........................................................ 61Tabel 3.2 Deskripsi Informan ............................................................................ 64Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ............................................................................... 72Tabel 4.1 Deskripsi Informan Penelitian ........................................................... 89DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pola Sistem Kebijakan ................................................................... 16Gambar 2.2 Siklus Skematik dari Kebijakan Publik ......................................... 23Gambar 2.3 Alur Penerima Bantuan Kios Warung Ekonomi ............................ 47Gambar 2.4 Kerangka Berfikir ........................................................................... 54Gambar 3.1 Proses Analisis Data ....................................................................... 67BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap orang pasti dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing mulai dari kebutuhan lahiriah sampai kebutuhan jasmaniah. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda, tergantung dengan kondisi dan kemampuan yang dimilikinya. Terlebih dalam memenuhi kebutuhan hidup, keadaan ekonomilah yang selalu menuntut setiap orang untuk selalu berusaha agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi dengan cara bekerja diberbagai macam tempat, ataupun memulai dan membangun usahanya sendiri.
Pada umumnya banyak masyarakat yang memulai suatu usaha dengan membangun usaha kecil, terlebih pada masyarakat ekonomi menengah kebawah, hal ini dikarenakan terdapat suatu keterbatasahan tertentu sehingga mereka tidak bisa mengembangkan usahanya. Adapun dalam UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada Pasal 1 menjelaskan bahwa yang dimaskud dengan usaha kecil yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dilakukan oleh seseorang atau badan usaha yang secara langsung atau tidak langsung termasuk kedalam usaha kecil atau usaha besar yang hasil penjualan tahunannya diatur dalam undang-undang ini.
Salah satu contoh usaha kecil dalam sektor informal adalah pedagang kaki lima. Menurut Ali (2012: 186) pedagang kaki lima merupakan usaha kecil yang dilakukan oleh masyarakat berpenghasilan rendah (gaji harian) dan mempunyai modal yang terbatas temasuk dalam sektor informal, di mana merupakan pekerjaan tidak tetap dan tidak terampil serta golongan-golongan yang tidak terkait pada aturan hukum, hidup serba susah dan semi kriminil pada batas-batas tertentu.
Pedagang Kaki Lima (PKL) sepertinya tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, pegadang kaki lima dapat ditemukan diberbagai macam tempat seperti di pinggiran jalan protokol, salah satunya seperti yang terdapat pada wilayah pinggiran jalan protokol Kota Cilegon. Pemerintah Kota Cilegon memiliki aturan tersendiri mengenai keberadaan pedagang kaki lima, seperti yang telah dijelaskan dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2003 Tentang Pengendalian Pedagang Kaki Lima yang bertujuan untuk mengendalikan serta mengatur PKL yang menjual serta mendirikan usahanya agar sesuai dengan aturan yang ditentukan oleh pemerintah daerah. Dengan dibuatnya Perda tersebut pemerintah dapat mengendalikan serta memberikan peluang bagi usaha kecil seperti pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalur protokol Kota Cilegon.
Merujuk kepada website resmi Pemerintah Kota Cilegon dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Cilegon Cilegon dibawah kepemimpinan Walikota H. Tb Iman Ariyadi S.Ag.MM.M.Si dan Wakil Walikota Drs. H. Edi Ariyadi,M.S menempatkan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai prioritas utama pembangunan. Untuk melakukan percepatan pembangunan dalam hal peningkatan kesejahteraan tersebut, Pemkot Cilegon terus melakukan inovasi-inovasi guna menciptakan program kebijakan dan sistem yang dapat mendorong mewujudkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) 2010- 2015 Kota Cilegon, pemerintah akan menggagas arah baru pemerintahan melalui program pro rakyat yang dituangkan kedalam salah satu bagian 5 agenda besar kepemimpinannya yaitu ”Agenda Cilegon Sejahtera” yang diluncurkan pada 25 Februari 2011. Salah satunya dengan menciptakan Program Pro Rakyat yang dilakukan melalui 5 Fase yang terdapat dalam website resmi Pemerintah Kota Cilegon, yaitu: (i) Program Pro Rakyat dalam Aspek Pendidikan; (ii) Program Pro Rakyat dalam Aspek Kesehatan; (iii) Program Pro Rakyat dalam Aspek Pemberdayaan Ekonomi yaitu Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Kecamatan (PEM BK) Melalui Program One District One Billion For
Entrepeneurship
; (iv) Program Pro Rakyat Dalam Aspek Lingkungan yaitu Percepatan Pembangunan Infrastruktur Lingkungan RT/RW Melalui Pola Padat Karya Oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK); (v) Program Pro Rakyat Dalam Upaya Mewujudkan Peningkatan Kesejahteraan Pada Masyarakat Cilegon. Program Pro Rakyat Fase Ke 5 dalam upaya mewujudkan peningkatan kesejahteraan pada masyarakat Cilegon berbasis kepada pemberdayaan ekonomi masyarakat, program tersebut dimaksudkan untuk melaksanakan kegiatan untuk memampukan dan bertanggung jawab kepada masyarakat dalam mengelola kegiatan usaha atau wirausaha untuk meningkatkan kesejahteraannya. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah Kota Cilegon juga memperhatikan unsur penghasilan rumah tangga ekonomi masyarakat Kota Cilegon terutama yang memiliki usaha kecil, dengan diwakili oleh penyaluran pinjaman modal dari PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) PT. Krakatau Steel dan penyaluran pembentukan wirausaha baru dari Unit Pelaksanaan Teknis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (UPT PEM) Kota Cilegon, serta beberapa bantuan sosial dan bantuan peralatan dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Kota Cilegon.
Salah satunya seperti yang tertera dalam website resmi Pemerintah Kota Cilegon melalui Program Pro Rakyat Fase Ke 5 Pemerintah Kota Cilegon yaitu dengan memberikan bantuan kios warung ekonomi pedagang kaki lima kepada 300 orang dengan anggaran sebesar Rp.1.000.000.000,-. Program warung ekonomi ini direalisasikan melalui PKBL PT. Krakatau Steel yang berkerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Ketahanan Pangan (BPMKP) Kota Cilegon dan UPT PEM Kota Cilegon. Kerjasama antara kedua belah pihak pemerintah dengan PT. Krakatau Steel tersebut tertuang dalam MoU (Memorandum of Understanding) tentang pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan PT. Karakatau Steel (Persero) Tbk.
Adapun hasil observasi awal dengan kepala UPT PEM Kota Cilegon menjelaskan bahwa bantuan kios warung ekonomi masih tergolong ke dalam program dana bergulir, yang berbeda hanya pada jenis pinjaman yang diberikan. Sehingga pelaksanaan bantuan kios warung ekonomi ini mengacu kepada Perwal Nomor 25 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Dana Bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kota Cilegon. Bantuan kios warung ekonomi merupakan mitra binaan yang diberikan pinjaman melalui pengembangan usaha yang termasuk ke dalam investasi modal kerja yang berbentuk pemberian bantuan kios warung ekonomi pedagang kaki lima ini. Adapun pinjaman dana yang diberikan kepada setiap mitra binaan maksimal sebesar Rp. 3.000.000,- yang dicicil dalam jangka waktu satu tahun + jasa pinjaman sebesar 6%. Pelaksanaan warung ekonomi sendiri di bagi menjadi dua tahap yang pertama yaitu pada tahun 2014 dan yang kedua yaitu pada tahun 2015. Bantuan kios warung ekonomi ini berbentuk kios atau gerobak besi yang berwarna merah dan di depan kios tersebut terdapat logo Kota Cilegon dan PT. Krakatau Steel. Saat ini sudah terdapat 34 kios bantuan dari pemerintah Kota Cilegon yang terletak di trotoar jalur protokol.
Tujuan dari dibuatnya Program Pro Rakyat Fase Ke 5 Pemerintah Kota mensejahterakan rakyat yang dilakukan melalui pemberian bantuan kepada usaha kecil dalam rangka mengembangkan serta meningkatkan perekonomian masyarakat Kota Cilegon sehingga dapat mewujudkan Visi Kota Cilegon, yaitu “Masyarakat Cilegon Sejahtera Melalui Daya Dukung Industri, Perdagangan Dan Jasa”
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti dan wawancara pendahuluan, ditemukan beberapa masalah dan kendala-kendala terkait dengan pelaksanaan Program Pro Rakyat Fase Ke 5 yaitu bantuan kios warung ekonomi pedagang kaki lima. Pertama, pelaksanaan program terlebih pada tahap awal yaitu pengsosialisasian program warung ekonomi dirasa masih belum maksimal dilakukan oleh pemerintah, sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pelaksana hanya sebatas sosialisasi awal saja sebelum program tersebut dilaksanakan dan untuk selanjutnya tidak ada sosialisasi lebih lanjut ketika program tersebut sudah berjalan. Dari hasil observasi awal peneliti kepada PKL menemukan banyak masyarakat Kota Cilegon yang belum mengetahui mengenai program pemerintah tersebut. Masyarakat khususnya pedagang kaki lima atau pemilik usaha kecil belum mengetahui secara pasti bagaimana mekanisme dan tata cara perolehan bantuan kios warung ekonomi tersebut. Jika sosialisasi dilakukan secara maksimal dan lebih luas kepada masyarakat maka akan memberikan peluang kepada para pedagang yang memiliki usaha kecil seperti pedagang kaki lima yang ingin mengembangkan usaha yang dimilikinya. Terlebih jika mengingat bahwa tempat yang diperuntukkan atau disediakan oleh pemerintah yaitu di trotoar sepanjang jalan protokol yang merupakan tempat strategis untuk berjualan.
Kedua, belum meratanya pendistribusian bantuan warung ekonomi bagi pedagang kaki lima dan masyarakat yang memiliki usaha kecil. Dalam Perwal Kota Cilegon Nomor 25 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Dana Bergulir Pemberdayaan Masyarakat Kota Cilegon dijelaskan pada BAB III Asas Pasal 4 bagian (a) yaitu dana bergulir dilaksanakan asas keadilan yang berarti dana bergulir dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat kelurahan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Setiap PKL memiliki hak yang sama terutama dalam mendapatkan bantuan kios warung ekonomi bagi pedagang kaki lima, dapat dikatakan setiap pedagang kaki lima berpeluang untuk menerima bantuan dari pemerintah Kota Cilegon ini. Akan tetapi, bantuan kios warung ekonomi pedagang kaki lima hingga saat ini belum merata diberikan kepada masyarakat Kota Cilegon. Dalam data angsuran pinjaman dana bergulir pengembangan usaha (investasi modal kerja) warung ekonomi yang diberikan oleh UPT PEM Kota Cilegon dari hasil observasi awal peneliti, penerima warung ekonomi sendiri di dominasi oleh masyarakat Kelurahan Jombang Wetan dan Kelurahan Masigit yang termasuk dalam Kecamatan Jombang yaitu sebesar 23 warung ekonomi. Selanjutnya oleh masyarakat Kecamatan Citangkil sebesar 6, Kecamatan Purwakarta sebesar 4, dan Kecamatan Cilegon sebesar 1 dari total keseluruhan 34 warung ekonomi. Sedangakan jumlah Kecamatan Kota Cilegon sendiri berjumlah 8 Kecamatan yaitu Kecamatan Cilegon, Kecamatan Ciwandan, Kecamatan Pulomerak, Kecamatan Cibeber, Kecamatan Grogol, Kecamatan Purwakarta, Kecamatan Citangkil, dan Kecamatan Jombang. Hal ini dikarenakan sosialisasi awal memang dominan dilakukan di tempat tersebut karena tempat tersebut dinilai cukup strategis dalam pelaksanaan warung ekonomi.
Ketiga, dari hasil observasi awal peneliti dengan penerima bantuan kios warung ekonomi bahwa besaran jasa pinjaman yang dibebankan tidak mempertimbangkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Perwal Kota Cilegon Nomor 25 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Dana Bergulir Pemberdayaan Masyarakat Kota Cilegon pada BAB IX mengenai Jasa Pinjaman, Jangka Waktu Pengembalian Pinjaman, dan Alokasi Peruntukan. Pada bagian kesatu yaitu jasa pinjaman Pasal 13 ayat (2) menjelaskan bahwa besaran jasa pinjaman dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat, resiko penyaluran dana, dan keberlangsungan dana bergulir. Penerima bantuan kios warung ekonomi (mitra binaan) akan diberikan pinjaman dana maksimal sebesar Rp. 3.000.000,- yang akan dicicil dalam jangka waktu satu tahun. Setiap mita binaan yang menerima bantuan dana tersebut akan dikenakan jasa administrasi sebesar 6% per tahun dari besaran pinjaman yang diberikan dengan sistem tetap selama jangka waktu pinjaman.
Sehingga nantinya penerima bantuan kios warung ekonomi ini menyicil dana sebesar Rp. 3.000.000,- selama satu tahun + jasa administrasi 6%. Akan tetapi besaran jumlah jasa pinjaman tersebut ditentukan oleh pihak pelaksana warung ekonomi secara sepihak yaitu sebesar 6% tanpa mempertimbangkan daya beli masyarakat, resiko penyaluran dana, dan keberlangsungan dana bergulir pada saat mitra binaan akan menjalankan usahanya dengan memanfaatkan bantuan kios warung ekonomi tersebut.
Keempat, pada observasi awal peneliti dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Cilegon menemukan tidak adanya koordinasi antara pihak pelaksana warung ekonomi pedagang kaki lima dengan Satpol PP Kota Cilegon.
Dalam hal ini pemerintah daerah menyerahkan wewenangnya kepada Satpol PP Kota Cilegon untuk melaksanakan tugas pembinaan serta penertiban PKL yang ada di Kota Cilegon. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, pihak pelaksana warung ekonomi tidak berkoordinasi dengan Satpol PP Kota Cilegon sehingga dalam pelaksanaan program tersebut berbenturan dengan tugas dari Satpol PP yaitu untuk mentertibkan para PKL yang berjualan di atas trotoar sepanjang jalur protokol Kota Cilegon, sedangkan program pemerintah Bantuan Kios Warung Ekonomi Pedagang Kaki Lima ini ditempatkan di atas trotoar jalan sehingga tidak jarang pedagang kaki lima atau pedagang yang mendapatkan bantuan kios warung ekonomi dari pemerintah Kota Cilegon juga ikut ditertibkan oleh petugas Satpol PP. Selain itu juga alasan pihak Satpol PP untuk mentertibkan PKL dan warung ekonomi karena mereka memang melanggaran ketentuan yang ada dalam letak berjualan yaitu memakai trotoar jalan untuk berjualan.
Dari latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai: “Implementasi Program Pro Rakyat Fase
Ke 5 Pemerintah Kota Cilegon (Studi Kasus Warung Ekonomi Pedagang Kaki
Lima).”1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, peneliti mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1. Sosialisasi Program Pro Rakyat Fase Ke 5 mengenai bantuan kios warung ekonomi pedagang kaki lima belum dilakukan secara maksimal.
2. Pelaksanaan Program Pro Rakyat Fase Ke 5 mengenai bantuan kios warung ekonomi pedagang kaki lima belum dilakukan secara merata sesuai dengan asas pada Perwal Kota Cilegon Nomor 25 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Dana Bergulir Pemberdayaan Masyarakat Kota Cilegon.
3. Besaran jasa pinjaman yang dibebankan kepada masyarakat penerima bentuan kios warung ekonomi tidak mempertimbangkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Perwal Kota Cilegon Nomor 25 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Dana Bergulir Pemberdayaan Masyarakat Kota Cilegon.
4. Tidak adanya koordinasi antara pihak pelaksana warung ekonomi pedagang kaki lima dengan Satpol PP Kota Cilegon.
1.3 Batasan Masalah
Peneliti menyadari bahwa permasalahan yang terdapat pada pelaksanaan Program Pro Rakyat Fase Ke 5 Pemerintah Kota Cilegon mengenai bantuan kios warung ekonomi pedagang kaki lima sangatlah kompleks, akan tetapi peneliti dalam Program Pro Rakyat di Kota Cilegon. Dalam hal ini peneliti membuat batasan masalah penelitiannya hanya pada implementasi Program Pro Rakyat Fase Ke 5 Pemerintah Kota Cilegon yaitu warung ekonomi pedagang kaki lima.
Selanjutnya yang dimaksud dengan Implementasi program disini adalah Implementasi Program Pro Rakyat Fase Ke 5 Pemerintah Kota Cilegon (Studi Kasus Warung Ekonomi Pedagang Kaki Lima).
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Implementasi Program Pro Rakyat Fase Ke 5 Pemerintah Kota Cilegon (Studi Kasus Warung Ekonomi Pedagang Kaki Lima)?”
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut diatas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Program Pro Rakyat Fase Ke 5 Pemerintah Kota Cilegon (Studi Kasus Warung Ekonomi Pedagang Kaki Lima).
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian yang berjudul Implementasi Program Pro Rakyat Fase Ke 5 Pemerintah Kota Cilegon (Studi Kasus Warung Ekonomi Pedagang Kaki Lima) adalah:
1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan pengetahuan karena akan menambah ilmu pengetahuan dalam dunia akademis khususnya Ilmu Administrasi Negara, terutama yang berkaitan dengan implementasi kebijakan publik. Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk pengembangan studi implementasi kebijakan publik.
2. Secara praktis Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang telah diperoleh peneliti selama mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sampai saat ini. Selain itu, karya peneliti dapat dijadikan bahan informasi dan referensi bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, serta tujuan dan manfaat dalam penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR Bab ini berisi tentang beberapa teori yang digunakan sebagai orientasi dan landasan teori, serta kerangka berfikir guna menunjang kajian dalam penelitian ini. Selanjutnya terdapat penelitian terdahulu dan asumsi dasar yang digunakan dalam peneltian ini
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan mengenai metode peneltian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini berisi paparan data-data dan hasil dari wawancara sebagai hasil dari peneltian, baik hasil wawancara maupun observasi lengkap dengan analisisnya.
BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan atau hasil kajian penelitian, sekaligus paparan saran yang bisa di sampaikan oleh peneliti. DAFTAR PUSTAKA Bagian ini berisi referensi yang digunakan dalam skripsi ini. LAMPIRAN-LAMPIRAN Bagian ini berisi hasil dokumentasi lapangan, matriks wawancara, surat izin penelitian, dan data-data penunjang lainnya yang berkaitan dengan penelitian skripsi ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR
2.1 Tinjauan Pustaka
Suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori. Dalam bidang Administrasi Hoy & Miskel dalam Sugiyono (2013: 55) mengemukakan definisi teori sebagai berikut:
Theory in administration, however has the same role as theory in physics, chemistry,
or biology; that is providing general explanations and guiding research.Menurut Wirawan (2012: 27) mengemukakan tiga hal mengenai teori:
1. Teori merupakan suatu set dalil yang terdiri dari konstruk-konstruk yang mempunyai definisi dan saling terkait.
2. Teori mengemukakan saling terkaitnya suatu set variabel-variabel (konstruk-konstruk), dan dalam melakukan itu, mengemukakan suatu pandangan sistematik mengenai fenomena yang dilukiskan oleh variabel- variabel.
3. Teori menjelaskan fenomena. Dalam melakukan hal tersebut teori menjelaskan variabel apa, berkaitan dengan variabel apa, dan bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan. Jadi memungkinkan peneliti untuk memprediksi dari variabel tertentu ke variabel lainnya.
Berdasarkan hal diatas teori merupakan sebuah gambaran atau penjelasan yang terkonsep serta sistematis dan dapat dibuktikan kebenarannya. Teori yang ada dalam ilmu-ilmu lainnya diciptakan berbeda namun memiliki satu tujuan yang sama yaitu untuk menjelaskan dan dapat digunakan sebagai panduan dalam sebuah penelitian.
Tinjauan pustaka dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil-hasil penelitian yang relavan dengan variabel yang akan diteliti, jumlah kelompok teori yang akan dideskripsikan tergantung pada luasnya permasalahan dan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Adapun teori merupakan sebuah penjelasan, pendefinisian, dan uraian-uraian secara mendalam dan lengkap dari suatu variabel-variabel yang digunakan dalam sebuah penelitian agar variabel tersebut menjadi lebih jelas dan terarah.
2.1.1 Definisi Kebijakan
Dunn dalam Ali (2012: 13) menyarankan bahwa kebijakan dianggap sebagai rangkaian yang panjang dari kegiatan yang lebih kurang saling berhubungan dan berakibat untuk sesuatu yang perlu diperhatikan dari sekedar sebagai suatu keputusan tertentu. Adapun definisi Rose dalam Ali (2012: 13) memperkuat dugaan bahwa kebijakan adalah arah dan pola dari kegiatan dan bukan sekedar keputusan untuk melalukan sesuatu. Dunn dalam Ali (2012: 14) merumuskan kebijakan sebagai:
“Bentuk tindakan yang dibuat oleh seseorang, kelompok atau pemerintah terjadi dalam usaha mencapai tujuan atau merealisasikan program atau tujuan yang dikehendaki.” Selain itu terdapat definisi kebijakan lainnya, Budiarjo (2008: 20) mendefinisikan kebijakan (policy):
“Suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu. Pada prinsipnya, pihak yang membuat kebijakan itu mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya.” Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah suatu konsep yang dibuat untuk menghadapi atau menyelesaikan suatu permasalahan tertentu, ditentukan dan dibuat oleh pemerintah yang memiliki wewenang yang berisi suatu nilai-nilai ataupun suatu program yang akan dicapai untuk memenuhi suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dan harus dipatuhi.
Suatu sistem kebijakan dapatlah diperlihatkan dalam pola sebagaimana pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Pola Sistem KebijakanStakeholder Policy
Publik Policy Environment
Sumber: Dunn dalam Ali (2012: 39) Pola yang diperlihatkan oleh sistem kebijakan menunjukan bahwa ada 3 sub sistem yang saling berinteraksi dalam suatu kesatuan sistem tindakan. Terlihat sub sistem stakeholder atau para pelaku kebijakan berinteraksi dengan lingkungan kebijakan (policy environment) dan dengan kebijakan publik yang diperlukan (publik
policy).
Interaksi berlangsung secara timbal balik dalam pengertian para stakeholder yang mempengaruhi para pelaku kebijakan.
Ukuran-ukuran suatu kebijakan menurut Hoogerwerf dalam Ali (2012: 17) terdiri dari 3 (tiga) ukuran, yaitu:
2. Norma hukum yang diperlukan; dan 3. Tujuan yang diinginkan untuk dicapai.
Terhadap pembagian atas dasar corak kebijakan, Sharkansky dalam Ali (2012: 96) membagi model kebijakan ke dalam 4 (empat corak), yaitu:
1. Kebijakan Distributive yaitu kebijakan yang memberikan hasil kepada suatu kelompok atau lebih. Pemberian sesuatu melalui suatu kebijakan yang dilakukan oleh yang berkompeten di bidangnya dan pemberian adalah bertujuan. Pengaturan yang dilakukan atas dasar adanya proses permintaan atau permohonan yang terjadi dan atau atas dasar permasalahan yang dipandang relavan dengan kebutuhan orang yang diberikan.
2. Kebijakan re-distributive diartikan sebagai kebijakan yang membagi kembali diaman dilakukan pemberian hasil terhadap satu atau beberapa kelompok tetapi dengan merugikan kelompok lain. Hal ini pun mengandung aspek pengaturan, walaupun disatu pihak diberikan keuntungan sementara pihak lain harus dirugikan.
3. Kebijakan regulatory adalah kebijakan yang mengatur. Ini dimaksudkan sebagai kebijakan yang memberi pembatasan terhadap tindakan-tindakan atau tingkah laku dari satu atau lebih kelompok dengan demikian meniadakan atau membenarkan walaupun secara tidak langsung perolehan hasil-hasil terntentu untuk kelompok-kelompok ini.
4. Kebijakan self-regulatory adalah kebijakan yang mengatur diri sendiri menentukan juga pembatasan terhadap tingkah laku atau tindakan dari satu atau lebih kelompok, dengan demikian justru memperbesar hasil-hasil yang akan diperoleh dan tidak menguranginya.
2.1.2 Definisi Publik
Menurut Syafiie (2006: 18) Publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kesamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap, tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.
Selain itu Syafiie (2010: 17) juga mendefinisikan publik sebagai berikut: “istilah publik berasal dari bahasa Inggris public yang berarti umum,
offering
(penawaran umum), public ownership (milik umum), public service
corporation
(perseroan jasa umum), public switched network (jaringan telepon umum), public utility (perusahaan umum) dan lain-lain. Yang didefinisikan sebagai “masyarakat” misalnya public relation (hubungan masyarakat), public
service
(pelayanan masyarakat), publik opinion (pendapat masyarakat), public
interest
(kepentingan masyarakat), dan lain-lain. Yang didefinisikan sebagai negara misalnya public authorities (otoritas negara), public building (gedung negara), public finance (keuangan negara).”
Jadi yang dimaksud dengan publik yaitu sekumpulan masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang memiliki suatu pandangan tertentu tetapi secara garis besar memiliki kepentingan yang sama dan saling mempengaruhi serta memiliki timbal balik diantaranya.
Adapun pendapat dari Frederickson dalam Syafiie (2006: 17) menjelaskan lima model formal yang berkaitan dengan kedudukan konsep publik yang umum digunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk dikaji dalam rangka revitalisasi konsep tersebut, sehingga diharapkan muncul suatu perspektif baru yang menjadi esensi administrasi publik modern. Kelima perspektif untuk memahami konsep publik tersebut memuat:
1. Perspektif pluralis. Dalam perspektif ini publik dipandang sebagai konfigurasi dari berbagai kelompok kepentingan. Pendukung perspektif ini berpendapat bahwa setiap orang punya kepentingan yang sama akan bergabung satu sama lain dan membentuk suatu kelompok yang pada nantinya kelompok-kelompok tersebutberinteraksi dan berkompetisi untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan individu yang mereka wakili, khususnya dalam konteks pemerintahan.
2. Perspektif pilihan publik. Perspektif ini berakar pada tradisi pemikiran utilitarian yang sangat menekan pada awal kebahagiaan dan kepentingan individu,. Pandangan utilitarian berpendapat bahwa publik sebagai konsumen dan pasar. Dengan kata lain perspektif ini mencoba mengaplikasikan prinsip-prinsip ekonomi pasar ke dalam sektor publik, sehingga asumsi metedologis utama dari pandangan ini adalah bahwa termotivasi oleh kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda satu sama lainnya.
3. Perspektif legislative. Sifat pemerintahan yang demokrasi tidak selalu menggunakan sisrtem perwakilan secara langsung. Pada kenyatannya, banyak pemerintah yang demokratis akan tetapi menggunakan sistem perwakilan secara tidak langsung. Asumsi perspektif ini adalah bahwa setiap pejabat yang diangkat untuk mewakili kepentingan publik, sehingga mereka melegitimasi mewujudkan perspektif publik dalam administrasi publik. Pejabat-pejabat yang di anggap sebagai menifestasi tunggal dari perspektif publik. Jelasnya, perspektif ini tidak bisa untuk mengakomodasi kepentingan-kepentingan publik, baik dalam teori maupun praktik admnistrasi di lapangan.
4. Perspektif penyedia lapangan. Apabila konsep pelayanan orima, maka individu diposisikan sebagai pelanggan. Oleh karenanya perspektif ini memandang bahwa publik sebagai pelanggan yang harus dilayani. Selain itu, aparatur pemerintah yang berada paling dekat dengan publik dengan segala keahlian, pendidikan dan pengetahuan diharapkan memberikan yang terbaik untuk publik. Mempunyai tugas untuk melayani publik yang terdiri atas individu-individu dan kelompok-kelompok.
5. Perspektif kewarganegaraan. Reformasi administrasi publik khususnya di Indonesia dan umumnya di berbagai dunia, ditandai dua tuntutan penting.
Pertama, tuntutan adanya pelayanan publik yang lebih terdidik dan terseleksi dengan berdasar pada meritokrasi. Kedua, tuntutan agar setiap warga negara diberi informasi yang cukup agar dapat aktif dalam berbagai kegiatan publik dan memahami konstitusi secara baik.
2.1.3 Definisi Kebijakan Publik