SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI DASAR KEPEMIMPINAN DALAM KARYA DAN PERUTUSAN PARA PEMIMPIN KONGREGASI FRATER SANTA PERAWAN MARIA BUNDA YANG BERBELASKASIH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidika

  

SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH

SEBAGAI DASAR KEPEMIMPINAN DALAM KARYA DAN PERUTUSAN

PARA PEMIMPIN KONGREGASI FRATER SANTA PERAWAN MARIA

BUNDA YANG BERBELASKASIH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh :

Donatus M.S. Naikofi

  

NIM : 021124022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2009

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada: Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda Yang Berbelaskasih, konfraters komunitas Mgr. Zwijsen Yogyakarta, papa, mama, kakek, nenek, kakak, adik, tanta, om teman-teman angkatan, sahabat kenalan dan semua yang telah berperan dalam hidupku atas cinta dan perhatian yang menyapa dan meneguhkanku.

  

MOTTO

  "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu." (Lukas 1: 38)

  ABSTRAK

  Judul skripsi ini adalah SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN

  

DAN PERUTUSAN PARA PEMIMPIN KONGREGASI FRATER SANTA

PERAWAN MARIA BUNDA YANG BERBELASKASIH. Judul ini dipilih

  dengan tujuan memberikan sumbangan pemikiran kepada seluruh anggota khususnya para Pimpinan Kongregasi Frater CMM agar semakin mendalami dan menghayati Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih dalam menjalankan karya perutusan masing-masing.

  Persoalan pokok yang dibicarakan dalam skripsi ini adalah Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih yang bagaimana yang dapat menjadi dasar kepemimpinan dalam karya dan perutusan para pemimpin dalam Kongregasi Frater CMM. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif-analitis. Penulis juga mempelajari dan mendalami buku-buku spiritualitas yang diterbitkan kongregasi dan sumber-sumber lain yang relevan agar dapat memahami dan mendalami Spiritualitas Persaudaraan Belaskasih dan menjawab permasalahan tentang kepemimpinan dalam Kongregasi Frater CMM.

  Dalam rangka menjawab permasalahan dan mewujudkan kepemimpinan berdasarkan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih, penulis mengusulkan pendalaman Spiritualitas Kongregasi dengan menggunakan pendekatan katekese model Shared Christian Praxis. Pendekatan ini sangat efektif karena pusat dari katekese adalah pengalaman peserta. Pengalaman peserta ini akan dikonfrontasikan dengan tradisi dan visi kristiani untuk mencapai sebuah keterlibatan baru dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah.

  

ABSTRACT

  This thesis is entitled the Spirituality of Merciful Brotherhood as the foundation of Leadership in the work and the delegation of Brother Our Lady Mother of Mercy Congregation Leaders. This title was chosen with the purpose to contribute some thoughts to all members, especially the Leaders of CMM Congregation in order to enable them to deepen and full comprehend the Merciful Brotherhood Spirituality in their own delegation work.

  The main problem in this thesis discusses what kind of Merciful Brotherhood Spirituality can serve as the foundation of leadership in their work and the delegation of the leaders in CMM Brother Congregation. The descriptive- analytic method is applied on this thesis. The writer also studies spirituality books published by the Congregation and other relevant sources in order to fully comprehend the Merciful Brotherhood Spirituality and answer the leadership problem in CMM Brother Congregation.

  To answer this problem and to incarnate the leadership based on Spirituality of Merciful Brotherhood, the writer proposes the participants deepen the Spirituality of Congregation using Catecheses Shared Christian Praxis approaches. This approach is very effective because the participants experience becomes the center of these catecheses. The participants experience will be confronted to the tradition and Christian vision to achieve a new complicity in bringing the value of God Kingdom into reality.

  Puji dan syukur berlimpah kepada Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus karena kasih dan penyertaan-Nya sejak awal penulisan hingga penyelesaian skripsi dengan judul SPIRITUALITAS PERSAUDARAAN BERBELASKASIH SEBAGAI

  

DASAR KEPEMIMPINAN DALAM KARYA DAN PERUTUSAN PARA

PEMIMPIN KONGREGASI FRATER SANTA PERAWAN MARIA BUNDA

YANG BERBELASKASIH. Maksud penulisan skripsi ini adalah untuk

  memberikan sumbangan pemikiran dan wawasan kepada seluruh anggota khususnya para Pimpinan Kongregasi Frater CMM agar semakin mendalami dan menghayati Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih dalam menjalankan karya perutusan masing-masing. Selain itu skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mendapat peneguhan, bantuan dan sumbangan baik moral maupun moril dari berbagai pihak demi penyelesaian skripsi ini. Untuk itu dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

  1. Dr. J. Darminta, SJ., selaku dosen pembimbing utama yang dengan sabar dan penuh cinta memberikan perhatian, meluangkan waktu dan seluruh diri, memberikan wawasan dan masukan sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  2. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si. selaku dosen penguji yang selalu mengajak bekerjasama dan memberikan perhatian bagi penulis.

  3. Drs. F.X. Heryatno W.W., SJ., M.Ed. selaku dosen wali dan penguji yang penuh kesabaran mendampingi dan memotivasi penulis.

  4. Para Staf Dosen Prodi IPPAK-JIL, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendampingi dan membagikan pengetahuan, pengalaman, pelayanan dan cinta kepada penulis selama menjalani masa studi hingga selesai.

  5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, serta seluruh karyawan yang telah memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis.

  6. Konfraters dan Kongregasi Frater CMM yang telah memberikan perhatian, kepercayaan dan cinta kepada penulis untuk melaksanakan studi ini.

  7. Sahabat-sahabat yang selalu memotivasi, memberikan bantuan dengan cinta dan bersama-sama berjuang dalam suka maupun duka mencapai cita-cita yang kuinginkan.

  8. Papa, Mama, kakak, adik dan sanak keluarga yang memberikan peneguhan, cinta dan perhatian yang tulus sehingga penulis dengan sabar mau menjalani tugas studi ini walaupun harus melewati tantangan yang berat.

  9. Semua pihak yang dengan caranya sendiri telah memberikan sumbangan yang berharga selama penulis melaksanakan studi dan dalam penyelesaian skripsi ini.

  Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat, memberikan ide dan sumbangan pemikiran tentang kepemimpinan berdasarkan semangat Persaudaraan Berbelaskasih.

  Yogyakarta, 31 Juli 2009 Penulis,

  Donatus M.S. Naikofi

  

DAFTAR ISI

  JUDUL ........................................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii PENGESAHAN ............................................................................................ iii PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv MOTTO .......................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... vii ABSTRAK .................................................................................................... viii ABSTRACT .................................................................................................. ix KATA PENGANTAR ................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................. xii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvi BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................

  1 A. Latar Belakang Penulisan Skripsi ....................................................

  1 B. Rumusan Permasalahan ...................................................................

  7 C. Tujuan Penulisan .............................................................................

  7 D. Manfaat Penulisan ...........................................................................

  8 E. Metode Penulisan ............................................................................

  8 F. Sistematika Penulisan .....................................................................

  8 BAB II. SEKILAS TENTANG KONGREGASI FRATER CMM ...............

  11 A. Sejarah Berdirinya Kongregasi Frater CMM .................................

  11 1. Riwayat Hidup Pendiri ................................................................

  11 a. Menjadi Imam .........................................................................

  11 b. Menjadi Uskup .......................................................................

  12 2. Pendirian Kongregasi ..................................................................

  14 a. Latar Belakang Pendirian Kongregasi ....................................

  14 b. Tujuan Pendirian Kongregasi .................................................

  15 B. Spiritualitas Kongregasi Frater CMM ..............................................

  16

  1. Motto Pendiri “Mansuete et Fortiter” ........................................ 16 2. Religiusitas Mgr. Zwijsen ..........................................................

  18 3. Pelindung Kongregasi ................................................................

  20 a. Bunda Maria ..........................................................................

  20 b. Santo Vinsensius a Paulo .....................................................

  21 4. Spiritualitas “Persaudaraan Berbelaskasih” ...............................

  23 a. Persaudaraan Berbelaskasih ..................................................

  23 b. Sifat Radikal Karya Belaskasih ............................................

  25 c. Mengikuti Teladan Sang Belaskasih .....................................

  26 5. Hidup dalam perhimpunan .........................................................

  28 a. Komunitas .............................................................................

  28 b. Komunitas Tempat Sharing dan Menimba Kekuatan ............

  29 c. Komunitas sebagai Tempat Membangun Kerajaan Allah.......

  30 d. Persaudaraan Seluas Dunia lewat Karya ...............................

  30 BAB III. KEPEMIMPINAN RELIGIUS DALAM SUDUT PANDANG KRISTIANI ...............................................................

  32 A. Kepemimpinan .................................................................................

  33 1. Pengertian Kepemimpinan ..........................................................

  33 2. Fungsi Kepemimpinan ................................................................

  35 3. Prinsip-prinsip Kepemimpinan ..................................................

  37 B. Kepemimpinan Religius ..................................................................

  38 1. Menurut KHK .............................................................................

  38 2. Menurut Kitab Suci .....................................................................

  42 3. Karakteristik Kepemimpinan religius ........................................

  46 C. Kepemimpinan dalam Kongregasi Frater CMM .............................

  49 1. Kepemimpinan di tingkat Umum ................................................

  50 2. Kepemimpinan di tingkat Provinsi ..............................................

  51 3. Kepemimpinan di tingkat Komunitas ..........................................

  52 D. Situasi dan Tantangan Kepemimpinan Religius ..............................

  53 1. Tantangan Modernisasi dan Teknologi .......................................

  53

  2. Tantangan Berkaitan dengan Pemimpin Religius Masa Kini ...................................................................................

  54 3. Tantangan bagi Kongregasi .........................................................

  57 BAB IV. PENDALAMAN DAN PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PERSAUDARAAN BERBELASKASIH YANG DIHARAPKAN DALAM KONGREGASI FRATER CMM MELALUI KATEKESE .....................................

  60 A. Kepemimpinan dan Sikap ................................................................

  61 1. Cinta kepada sesama ...................................................................

  61 2. Memiliki Cita-cita .......................................................................

  62 3. Rendah Hati .................................................................................

  62 4. Setia pada Kebenaran ..................................................................

  63 B. Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih sebagai Dasar kepemimpinan ...........................................................

  63 1. Tergerak untuk Berbelaskasih ....................................................

  63 2. Yesus sebagai Teladan Belaskasih ..............................................

  65 3. Membangun Kerajaan Allah .......................................................

  67 4. Menginspirasikan Lima Keutamaan St. Vinsensius a Paulo .........

  68 a. Kepolosan Hati .......................................................................

  68 b. Kerendahan Hati .....................................................................

  70 c. Lemah Lembut ........................................................................

  71 d. Mati Raga ...............................................................................

  73 e. Semangat Menyelamatkan Jiwa-jiwa .....................................

  75 5. Menimba Semangat Kesederhanaan Menurut Mgr. Zwijsen ......

  76 a. Kesederhanaan adalah Buah Kerendahan hati ........................

  78 b. Kehidupan Religius menuju Kesederhanaan ..........................

  79 c. Bertindak tanpa Pamrih ..........................................................

  81 d. Bukan Aku melainkan Kristus dalam Diriku .........................

  83 C. Katekese Shared Christian Praxis Sebagai Salah satu Upaya Memperdalam Penghayatan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih Para Pemimpin ........................................................

  84

  1. Alasan Pemilihan Shared Christian Praxis Sebagai Model Berkatekese ................................................................................

  94 a. Alasan Pemilihan Rekoleksi SCP sebagai Model Berkatekese .............................................................................

  117 B. Saran .............................................................................................. 119

  BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................

  97 f. Contoh Persiapan Rekoleksi dengan Model SCP ................... 101

  96 e. Matrik Program Rekoleksi dengan Model SCP ......................

  95 d. Materi Pokok Rekoleksi ..........................................................

  95 c. Pedoman Pelaksanaan Program ..............................................

  94 b. Maksud dan Tujuan Program .................................................

  93 4. Pemilihan Rekoleksi SCP sebagai Model Berkatekese .............

  84 2. Komponen Shared Christian Praxis ............................................ 88 a. Praksis .....................................................................................

  92 e. Langkah Kelima : Keterlibatan baru demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah ...................................................

  92 d. Langkah Keempat : Interpretasi dialektis antara praksis dan visi peserta dengan visi dan Tradisi Kristiani ..............

  91 c. Langkah Ketiga : Mengusahakan supaya tradisi dan Visi Kristiani lebih terjangkau ....................................

  91 b. Langkah Kedua : Refleksi kritis terhadap pengalaman faktual .................................................................................

  90 a. Langkah Pertama : Pengungkapan pengalaman faktual ...........

  88 c. Shared ..................................................................................... 89 3. Langkah-langkah dalam Shared Christian Praxis .......................

  88 b. Kristiani ..................................................................................

  DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 120

  Singkatan Kitab Suci Singkatan-singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

  Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan

  kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984, hal. 8).

  B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja KHK: Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1965.

  VC: Vita Consecrata , Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Hidup Bakti Bagi Para Religius C. Singkatan Lain

  Art: Artikel Bag: Bagian CMM: Congregatio Matris Misericordiae HP: Handphone Indo: Indonesia Kan: Kanon Kap: Kapitel Konst: Konstitusi Lap: Laporan.

  Mgr: Monseigneur PA: Pembicaraan Akrab Prov: Provinsi SCP: Shared Christian Praxis SJ : Serikat Jesus St: Santo SV: Surat St. Vinsensius TV: Televisi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN SKRIPSI Perkembangan zaman ini menghasilkan budaya-budaya besar yang

  mewarnai perubahan dunia dan perkembangannya antara lain hedonisme, materialisme, konsumerisme. Munculnya budaya ini mempengaruhi perkembangan mental dan kepribadian manusia zaman ini. Pola hidup, pola berpikir, pola merasa dan pola bertindak diatur berdasarkan kehendak tawaran-tawaran yang ada. Maka tidak heran bahwa corak kehidupan religius manusia perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima oleh zaman sekarang. Humanisme manusia semakin berkembang, sehingga hidup berimanpun cenderung humanistic, percaya pada psike manusia dan dapat terjadi kurang memperhatikan rahmat bahkan lebih mudah mengerti dunia batin manusia (Mardiprasetya: 2001: 11).

  Perkembangan zaman dan modernisasi membawa perubahan dan kemajuan yang pesat serta menghadapkan manusia pada tantangan-tantangan dan krisis dalam berbagai bidang kehidupan diantaranya dalam kehidupan religius. Tahun-tahun terakhir ini dunia mengalami krisis kepemimpinan sehingga para pemimpin mendapat sorotan dari dunia dan masyarakat. Realitas menunjukkan bahwa kualitas kepemimpinan sangat merosot. Banyak pemimpin dihadapkan ke pengadilan karena gaya kepemimpinannya tidak ditandai oleh kasih dan semangat roh. Praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) merajalela. Kepemimpinan yang mengutamakan kepentingan pribadi dan golongannya, kepemimpinan digunakan

  2

  bersifat duniawi. Perkembangan politik dengan praktek yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan menumbuhkan tindakan yang menyalahgunakan kekuasaan pemimpin. Nilai-nilai dasar cinta kasih, semangat kebersamaan, persaudaraan dan nilai-nilai rohani tidak mendapat perhatian dan diabaikan oleh para pemimpin.

  Musakabe (2005: xii – xiv) menegaskan krisis kepemimpinan yang sedang dialami umat manusia, termasuk bangsa Indonesia, disebabkan sirnanya roh kepemimpinan sejati dari sebagian pemimpin. Pemimpin tanpa roh adalah kepemimpinan yang hanya tinggal menunggu waktu kejatuhannya karena tidak mempunyai dasar dan pegangan yang kuat. Posisi pemimpin tanpa roh adalah kepemimpinan seperti halnya tubuh tanpa jiwa dan semangat. Tidak heran gaya kepemimpinan religius pun perlahan-lahan bergeser dan sulit diterima. Para pemimpin terbawa arus perkembangan sehingga azaz dan nilai-nilai dasar yang menjadi tujuan utama hidup religius perlahan-lahan luntur bahkan hilang. Kepemimpinan religius yang berpusat pada Allah menjadi nomor dua. Kepentingan pribadi dan kelompoknya menjadi yang utama. Para pemimpin religius pun terjebak dalam gaya kepemimpinan otoriter dan mempersulit anggota yang dipimpinnya.

  Penegasan Musakabe ini memberikan gambaran bahwa betapa pentingnya semangat dan roh dalam sebuah kepemimpinan. Para pemimpin harus memperbaiki jati diri kepemimpinannya, membaharui diri dan kembali pada roh kepemimpinan sejati. Karena dengannya kepemimpinan menjadi bermakna, bernilai dan menghasilkan kemajuan bersama dalam suatu kelompok atau negara. Kepemimpin hendaknya tidak hanya dilihat dari segi kedudukan dan kekuasaan untuk mengejar

  3 Dalam Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda yang Berbelaskasih

  dijumpai keprihatinan-keprihatinan menyangkut kepemimpinan. Pemimpin yang dimaksudkan di sini adalah Dewan Pimpinan Provinsi, Dewan Pimpinan Komunitas, dan para frater yang menjadi pemimpin di instansi-instansi tertentu. Penulis menemukan gaya kepemimpinan yang tidak menunjukkan penghayatan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih sebagai semangat dasar yang ditanamkan pendiri misalnya menggunakan kekuasaan dengan sewenang-wenang, kurangnya komunikasi pimpinan dengan anggota yang bermasalah sehingga tidak ada penyelesaian yang damai, dan sikap mempersalahkan sesama frater tanpa melihat dan memperhatikan permasalahan yang sebenarnya. Keprihatinan juga terjadi berkaitan dengan keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan yang diambil sering tidak memuaskan, menimbulkan keresahan dan kekecewaan bahkan sakit hati bagi pribadi frater tertentu.

  Pendiri Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda yang Berbelaskasih yakni Mgr. Zwijsen secara tegas mengatakan dalam konstitusi: “hendaknya setiap frater menaruh kepercayaan yang besar kepada Allah, bersikap sederhana dan berbelaskasih. Dengan sederhana hati kita mengarahkan diri kepada satu-satunya tujuan yakni menjadi pengikut Yesus Kristus” (Konst. Bag. I. Art. 44.46). Mgr. Zwijsen mewariskan semangat atau spiritualitas ini kepada para pengikutnya dan para pemimpin kongregasi agar memiliki hidup yang ditandai oleh iman yang teguh kepada Allah, bersikap sederhana, berbelaskasih dan mengarahkan diri menjadi pengikut Yesus yang setia sehingga setiap frater tampil sebagai saudara satu sama lain dalam semangat belaskasih. Menurut Martasudjita (2001: 42) seorang

  4 Petrus, Paulus dan tokoh lainnya. Sehingga pemimpin mempunyai wawasan yang

  luas tentang kepemimpinan; bahwa menjadi pemimpin berarti menjadi gembala yang mengenal dan menyerahkan diri untuk domba-dombanya; mempunyai relasi personal dan mendalam; seorang pemimpin adalah seorang pelayan; rela mengosongkan dan merendahkan diri, dan menyadari bahwa tugas yang diterimanya adalah pinjaman dan pemberian dari Tuhan. Darminta (2004: 15) menegaskan: pemimpin perlu mengembangkan diri sebagaimana ia mengembangkan anggotanya. Maka seorang pemimpin hendaknya mampu merasakan bimbingan Allah lewat para anggota kongregasi secara menyeluruh karena ia mengamati gerak Roh Allah dalam pribadi maupun kelompok.

  Fenomena lain yang penulis temukan berkaitan dengan arus modernisasi, gaya hidup konsumeristis dan materialistis yang banyak membawa tantangan dan permasalahan yang harus dihadapi para frater dalam Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda yang Berbelaskasih. Kaum religius saat ini menghadapi gelombang paham materialisme yang mengarah pada pemujaan uang, dan mengarah pada sifat konsumtif dan hedonistis. Paham materialisme mewartakan corak hidup yang mengagungkan materi, khususnya kekayaan dan hal duniawi.

  Bahasa materialisme adalah ungkapan-ungkapan yang meyakinkan, menciptakan daya imajinasi, dan kenikmatan; bila menggunakan itu dan ini saya akan lebih OK dan hidup akan terasa lebih menyenangkan dan membahagiakan. Memiliki HP, TV dan sarana yang mewah adalah kebahagiaan itu sendiri. Hidup para frater menampilkan satu sisi hidup yang mudah tenggelam dalam tawaran-tawaran kenikmatan yang ada. Cenderung untuk mencari kesenangan-kesenangan lewat

  5 Penghayatan terhadap Spiritualitas Kongregasi semakin menurun sebagai

  akibat dari hadirnya kenikmatan-kenikmatan duniawi, sarana telekomunikasi modern dan mewah. Manusia baik yang awam maupun yang religius tidak terlepas dari dunia dan perkembangannya. Ketika perkembangan ini tidak diimbangi dengan upaya mempertimbangkan dengan hati nurani hal-hal yang datang dalam hidup manusia religius tersedot dalam perangkap budaya hedonisme. Penghayatan Spiritualitas dan penghayatan ketiga kaul kebiaraan (kaul kamurnian, kemiskinan dan ketaatan) yang dijanjikan dalam hidup membiara hanyalah sebuah slogan beku yang tak berarti. Tidak jarang kaum religius jatuh dalam hal-hal yang membawa kenikmatan dan kepuasan. Para pemimpin menjadi orang yang lupa diri, lupa pada martabat pribadinya, lupa pada kaul-kaul yang harus dihayati, lupa nasehat Injil, lupa pada Kharisma dan Spiritualitas Kongregasi.

  Paus Yohanes Paulus II dalam naskah Apostolik Vita Consecrata 25 Maret pada pesta Kabar Gembira kepada Bunda Maria : mengingatkan bahwa betapa besar dan luhurnya anugerah panggilan hidup bakti. Hal hakiki yang paling penting dalam hidup membiara adalah hidup dalam kasih Allah. Paus Yohanes Paulus II mengharapkan kaum religius berusaha lebih setia dalam mengikuti Yesus dengan menjalankan nilai-nilai kaul dalam hidup, karena hal itu menjadi kesaksian yang sungguh hidup dan dapat mengalirkan rahmat dan pengharapan bagi banyak orang.

  Penghayatan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih dalam Kongregasi Frater CMM dari waktu ke waktu perlu dipendalam secara terus-menerus agar para pemimpin dan setiap anggota kongregasi mampu melaksanakan karya dan perutusannya sesuai kehendak Allah. Oleh karena itu diperlukan latihan, dan

  6

  dalam perangkap situasi zaman modern, tetapi bersemangat kuat dan teguh berjalan dalam gerakan belaskasih. Mgr. Zwijsen menegaskan bahwa Allah tetap setia kepada kita; kita berani memulai lagi satu dengan yang lain, ikut membangun suatu dunia yang terarah kepada Allah; dan dengan segenap hati kita menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Dengan demikian kita mengalami bahwa kita berada dalam tangan dan pimpinan Allah yang setia dan mencintai kita (Konst. Bag. I. Art. 315 – 316).

  Untuk itu peran dan kehadiran seorang pemimpin yang bersemangat Persaudaraan Berbelaskasih sangat diharapkan untuk memberikan motivasi, dan kesaksian hidup bagi setiap frater sehingga dapat hidup dan berkembang sesuai dengan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih. Mengenai kepemimpinan yang berkaitan dengan dunia sekarang Darminta (2005: 50) menegaskan :

  Mengingat besarnya tantangan dalam berbagai bidang antara lain bidang sosial, ekonomi, ilmu dan teknologi, dan khususnya budaya hidup manusia modern yang mengarah kepada pemenuhan rasa puas dan kenikmatan atau hedonisme, konsumerisme, serta budaya instant, sangat diharapkan seorang pemimpin yang transformatif yang mampu memotivasi dan mengadakan pembaruan atau perubahan hidup secara positif. Dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu mendampingi mereka agar dapat bersikap kritis, dan mampu mengembangkan keutamaan dalam hidupnya.

  Atas keprihatinan-keprihatinan kepemimpinan yang ada dalam kongregasi dan keyakinan bahwa dengan menghayati dan mendalami Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih para pemimpin dalam Kongregasi Frater CMM akan dapat melaksanakan karya dan perutusan sesuai dengan kehendak Allah dan karisma pendiri maka judul skripsi yang penulis ambil adalah: SPIRITUALITAS

  7 B. RUMUSAN PERMASALAHAN

  Dari latar belakang di atas, dirumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:

  1. Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih yang bagaimana yang dapat dijadikan dasar kepemimpinan dalam karya dan perutusan para pemimpin Kongregasi CMM?

  2. Gambaran atau profil pemimpin seperti apa yang diharapkan dalam Kongregasi Frater CMM?

  3. Bagaimanakah seharusnya Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih dihayati oleh para pemimpin Kongregasi Frater CMM?

C. TUJUAN PENULISAN

  Tujuan penulisan skripsi ini adalah:

  1. Membantu para pemimpin Kongregasi Frater CMM mewujudkan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih dalam karya dan perutusannya.

  2. Memotivasi para pembaca dan para Pemimpin Frater CMM untuk mengusahakan pembaharuan diri ke arah yang lebih baik sesuai Spiritualitas Kongregasi.

  3. Memberikan gambaran tentang penghayatan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih dalam karya dan perutusan sebagai Pemimpin Kongregasi.

  4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata I Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  8 D. MANFAAT PENULISAN

  Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

  1. Memperkaya pemahaman penulis tentang Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih dan kepemimpinan.

  2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembaca secara khusus para Pemimpin dalam Kongregasi Frater CMM agar menjadikan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih sebagai dasar dalam karya dan perutusannya.

  3. Membangun kesadaran para pembaca dan khususnya para pemimpin Kongregasi Frater CMM untuk menampilkan nilai-nilai Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih dalam karya dan perutusannya.

E. METODE PENULISAN

  Dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif- analitis. Penulis akan mempelajari dan mendalami buku-buku spiritualitas yang diterbitkan kongregasi yang sangat membantu penulis dalam memahami arti Spiritualitas Persaudaraan Belaskasih dan mengangkatnya sebagai sebuah sumbangan bagi Kongregasi Frater CMM terutama para pemimpin. Penulis juga akan menggunakan buku dari sumber lain yang relevan dan dapat dijadikan acuan dalam menggarap dan mendalami skripsi ini.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

  Sistematika penulisan skripsi ini adalah:

  BAB I menguraikan beberapa hal tentang latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan

  9 BAB II memberikan gambaran sekilas tentang Kongregasi Frater CMM.

  Pada bagian pertama akan diuraikan tentang sejarah berdirinya Kongregasi Frater CMM dan riwayat hidup Mgr. Zwijsen. Pada bagian kedua akan diuraikan Spiritualitas Kongregasi Frater CMM yakni Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih yang diawali dengan uraian mengenai motto pendiri, religiusitas pendiri, Bunda Maria serta Santo Vinsensius a Paulo sebagai pelindung Kongregasi.

  Pada bagian selanjutnya akan diuraikan beberapa poin tentang kehidupan Frater CMM yang dihayati dalam perhimpunan sebagai tempat membangun Kerajaan Allah, dan Persaudaraan seluas dunia.

  BAB III bagian pertama dan kedua menguraikan pemikiran-pemikiran tentang Kepemimpinan Religius dalam Sudut Pandang Kristiani yang akan ditegaskan dalam beberapa poin mengenai Kepemimpinan, Kepemimpinan Religius menurut Kitab Hukum Kanonik, menurut Kitab Suci dan karakteristik kepemimpinan. Dalam bagian ketiga dan empat diuraikan Kepemimpinan dalam Kongregasi Frater CMM dan akan dijelaskan juga tentang Situasi dan Tantangan Kepemimpinan Religius masa kini.

  BAB IV bagian pertama memberikan gambaran tentang usulan pendalaman dan pengembangan kepemimpinan yang diharapkan dalam Kongregasi Frater CMM. Berkaitan dengan hal ini akan diuraikan poin-poin tentang kepemimpinan dan sikap seorang pemimpin yakni cinta kepada sesama, memiliki cita-cita, rendah hati dan setia pada kebenaran. Selanjutnya pada bagian kedua akan diuraikan juga tentang Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih sebagai dasar kepemimpinan yang akan diupayakan dalam Kongregasi Frater CMM yakni

  10 Kerajaan Allah, kepemimpinan yang menginspirasikan keutamaan-keutamaan Santo Vinsensius dan kepemimpinan dengan kesederhanaan hati menurut Mgr.

  Zwijsen Pendiri Kongregasi Frater CMM. Pada bagian terakhir bab ini akan diuraikan Katekese Shared Christian Praxis Sebagai Salah satu Upaya Memperdalam Penghayatan Spiritualitas Persaudaraan Berbelaskasih Para Pemimpin dalam Kongregasi Frater CMM.

  BAB V menguraikan dua pokok yakni kesimpulan dan saran.

BAB II SEKILAS TENTANG KONGREGASI FRATER CMM A. Sejarah Berdirinya Kongregasi Frater CMM 1. Riwayat Hidup Pendiri Pendiri Kongregasi Frater CMM lahir pada tanggal 28 Agustus 1794, di

  kampung Kerkdriel dengan nama Joannes Zwijsen. Ia anak laki-laki sulung dari bapak Petrus Zwijsen dari istrinya yang kedua, Wilhelmina van Herpen. Joannes menerima komuni pertama pada usia 11 tahun dan mengikuti pendidikan di Sekolah Latin di Uden, Helmond di biara Norbertin Prancis (Leirop, 1993: 17).

  a. Menjadi Imam Zwijsen melanjutkan pendidikan ke seminari tinggi tahun 1813-1817.

  Beberapa catatan dari arsip seminari menunjukan bahwa Joannes Zwijsen termasuk pandai, suka bernyanyi dan mempunyai kesalehan yang sehat (sangat menghormati Bunda Maria). Joannes Zwijsen juga seorang pengkhotbah yang baik, mempunyai kemampuan mengarang sedang, peka akan sejarah terutama sejarah Gereja.

  Joannes Zwijsen ditahbiskan menjadi diakon di Jerman tanggal 19 Januari 1817. Pada tanggal 20 Desember 1817 ditahbiskan menjadi imam. Joannes Zwijsen menjadi pastor pembantu di Paroki ‘t-Heike di Tilburg. Selain membantu di Paroki, Zwijsen juga terlibat dalam menyelesaikan masalah-masalah saat itu, dan mengajak banyak orang ke Gereja. Pernah ia dipanggil seorang perampok yang sekarat untuk mengembalikan selimut yang dicuri dari pastoran. Zwijsen menerimanya dan menggantinya dengan selimut yang lebih baik. Tahun 1828-1832 Zwijsen pindah dan menjadi pastor paroki di Best dan mengembangkan talentanya untuk organisasi dengan mengadakan kunjungan ke seluruh umat, memperhatikan peningkatan mutu pendidikan, liturgi paroki dan koor, menjalin relasi dengan Raja Willem II (Lie Petronela, 1997: 5).

  Tanggal 11 Mei 1832 Zwijsen diangkat menjadi pastor paroki St. Dionisius ‘t-Heike di Tilburg. Pada tahun-tahun inilah Zwijsen menemukan kemiskinan sosial yang memprihatinkan antara lain: buruh anak di bawah usia 12 tahun, penduduk yang mati kelaparan di daerah pinggiran, angka kematian balita yang sangat tinggi, buruh bekerja 12 jam sehari, upah kerja seminggu maximum £ 4,5, perumahan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang sangat buruk dan hanya sedikit anak berumur 6-12 tahun yang sekolah. Pengalaman ini menggerakkan Pastor Zwijsen mengumpulkan tiga (3) putri untuk mengatur pendidikan bagi anak-anak wanita di parokinya (Lie Petronela, 1997: 6). Awal yang sederhana ini akhirnya berkembang pesat dan bertumbuh menjadi sebuah Kongregasi yakni Kongregasi Suster SCMM.

  b. Menjadi Uskup Zwijsen ditahbiskan menjadi uskup di Gerra pada tanggal 17 April 1842.

  Ketika diangkat menjadi uskup Zwijsen mendapat dukungan dari Raja Willem II, karena untuk diangkat menjadi uskup perlu persetujuan dari pemerintah yang mayoritas beragama Protestan. Tahun 1847 Mgr. Zwijsen ditunjuk Roma untuk mewakili Tahta Suci dalam urusan dengan pemerintah Belanda. Sebelas (11) tahun sesudah ditahbiskan menjadi uskup, Mgr. Zwijsen diangkat menjadi Uskup Agung pertama Utrecht yakni pada tahun 1853. Setelah pengangkatan itu banyak hal yang dibuat Mgr. Zwijsen di antaranya: berhasil membangun wilayah keuskupan yang luas, mengorganisir paroki-paroki dan menentukan batas-batasnya. Ia membantu membuat peraturan-peraturan untuk dewan paroki, mendirikan seminari untuk pendidikan calon Imam Projo, membentuk Dewan Keuskupan dan Dewan untuk pemeliharaan orang-orang miskin (Lie Petronela, 1997: 6).

  Kunjungan pertama Mgr. Zwijsen ke Roma untuk urusan Gereja dan menghadiri pengumuman oleh Paus Pius IX tentang “Dogma St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa” di depan Basilika St. Petrus tahun 1854. Di sebelah kiri Basilika tertulis nama-nama uskup yang hadir saat itu, termasuk Mgr. Joannes Zwijsen. Tahun 1862 Mgr. Zwijsen berkunjung ke Roma untuk mengurus pengangkatan uskup pembantu atau penggantinya.

  Sebagai seorang uskup Mgr. Zwijsen mengalami percobaan pembunuhan di Gerra. Pada malam, tanggal 14-15 Juli 1863 seorang pembunuh masuk ke kamar, menembaknya dan mencuri uang 5000 gulden. Mgr. Zwijsen mengalami luka pada lengan, lambung sebelah kanan dan mengalami banyak pendarahan tetapi luka- lukanya dapat sembuh dengan cepat. Selama proses penyembuhan Mgr. Zwijsen pindah ke rumah induk Frater CMM di Tiburg dan penyambutannya menjadi suatu manifestasi kehormatan baginya dan bagi Gereja Katolik. Rumah keuskupan yang resmi dipindahkan ke ‘s-Hertogenbosch sampai sekarang (Leirop, 1993: 29.31).

  Pada tahun 1865 Mgr. Zwijsen memimpin Konsili Provinsi Gereja di Katedral St. Jan di ‘s-Hertogenbosch dan mengeluarkan dokumen “Acta et

  

Decreta” yang sangat berpengaruh besar dalam pembangunan dan perkembangan

  Gereja Belanda. Mgr. Zwijsen dibebastugaskan sebagai Uskup Agung Utrecht pada tahun 1868 dan digelari “Uskup Agung-Uskup. Pada tahun yang sama juga dikeluarkan “Mandemen” atau dokumen penegasan para uskup tentang pendidikan Katolik dengan memakai rumusan yang dibuat Mgr. Zwijsen.

  Tahun 1877 adalah akhir hidup Mgr. Zwijsen. Tanggal 16 Agustus, untuk pertama kalinya beliau tidak sanggup lagi mempersembahkan Ekaristi. Tanggal 27 Agustus Mgr. Zwijsen diantar ke rumah induk Frater CMM di Tilburg untuk merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke 83 tepatnya tanggal 28 Agustus. Beliau menerima sakramen Minyak Suci dua kali pada tanggal 10 dan 13 Oktober. Pada tanggal 16 Oktober Mgr. Zwijsen menghembus nafas terakhir (Leirop, 1993: 35).

  2. Pendirian Kongregasi a. Latar Belakang Pendirian Kongregasi Masalah sosial di Eropa memuncak pada abad 19, dengan pecahnya revolusi industri. Gejala Proletarian (kaum buruh) dan Pauperisme (kemiskinan) dengan kondisi kerja amat buruk menimpa kaum buruh, sungguh menimbulkan masalah keadilan, perikemanusiaan dan martabat manusia dalam masyarakat. Terjadi kemiskinan sosial yang memprihatinkan antara lain buruh anak-anak di bawah umur 12 tahun, banyak orang mati kelaparan, tingginya angka kematian balita, dan sedikit anak yang mendapat pendidikan (Lie Petronela, 1997: 1).

  Dalam tahun 1832 Joannes Zwijsen menjadi pastor di Tilburg. Ia melihat bahwa pada umumnya kaum muda kekurangan dalam banyak hal, terutama bidang keagamaan. Joannes Zwijsen segera bertindak dengan mengumpulkan beberapa wanita sebagai pembantunya. Ia membangun bagi mereka sebuah rumah, dan kelompok itu mulai memberikan pelajaran agama dan pekerjaan tangan yang berguna bagi anak-anak putri. Demikianlah awal dimulainya kongregasi SCMM yang didirikan pastor Joannes Zwijsen sehingga pada tahun 1844 jumlah suster terdiri dari 200 orang yang tersebar di 15 komunitas.

  Setelah diangkat menjadi Uskup tahun 1842 Mgr. Zwijsen memikirkan kemungkinan untuk mempergunakan pengaruhnya juga demi mengembangkan pendidikkan para pemuda di parokinya. Kecemasan terhadap perkembangan dan pendidikan kaum muda khususnya anak laki-laki ditambah dengan kesulitan para suster SCMM dalam mendidik anak laki-laki yatim-piatu mendorong Mgr. Zwijsen untuk mendirikan Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda yang Berbelaskasih. Mgr. Zwijsen kemudian mengumpulkan tiga calon yaitu Petrus van der Ven seorang tukang sepatu, Laurentius Klaassen seorang tukang tambang dan Yohanes van Drunen seorang pembuat bir. Tanggal 25 Agustus 1844 para calon diantar ke biara Trapis untuk pendidikan, bimbingan rohani dan menjalani masa novisiat. Peristiwa ini menandai berdirinya Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda Yang Berbelaskasih yang diakui secara resmi oleh Paus dengan nama latin

  

“Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis, Matris Misericordiae ” yang

disingkat menjadi CMM.

  Mgr. Zwijsen merupakan seorang pendiri kongregasi dengan gaya tertentu. Ia tidak berdiri pada awal gerakkan tertentu, melainkan merupakan suatu perwujudan dalam gerakan yang sudah ada. Fr. Harrie van Geene dalam Seri Kongregasi 4 (1998: 91) menegaskan bahwa:

  Mgr. Zwijsen tidak saja mendirikan kongregasi suster dan frater secara gerejani tetapi sungguh mendirikannya secara spiritual. Ia adalah seorang uskup yang tidak saja penting dalam menata Gereja di Belanda tetapi juga penting sebagai pendiri gerakkan internasional berbelaskasih.

  b. Tujuan Pendirian Kongregasi Mengenai pendirian Kongregasi, Mgr. Zwijsen meletakkan suatu dasar kharisma, visi dan misi yang bernuansa HAM (Hak Azasi Manusia). Diinspirasikan oleh gambaran Allah sebagai Bapa Penyelamat yang Berbelaskasih, dan dalam rangka mengikuti Yesus Kristus secara lebih dekat, Mgr. Zwijsen tergerak oleh suatu rasa iba hati, kepedulian dan keprihatinan mendalam oleh keadaan umatnya yang menyedihkan. Ditopang oleh iman dan kepribadian yang kuat, dengan penuh semangat dan keberanian ia menjadi jalan dan sarana untuk meringankan kebutuhan mereka (Lie Petronela, 1997: 10).

  Keprihatinan terhadap kemiskinan, upah minimum, kesenjangan sosial dan terlantarnya pendidikan anak-anak, membuat Mgr. Zwijsen tergerak membuka suatu medan baru berbekal kepercayaannya akan Penyelenggaraan Ilahi (ia selalu menyebut “Penyelenggaraan Kasih”) dan kekuatan penyertaan Roh Kudus. Dijiwai semangat kesederhanaan Mgr. Zwijsen mendirikan Kongregasi SCMM dan CMM dengan tujuan meningkatkan taraf hidup umatnya, mengangkat martabat kemanusiaannya dan mewujudkan cita-cita luhur yakni belaskasih kepada orang muda yang miskin, kecil dan terlantar. Mgr. Zwijsen berkeinginan seperti tercantum dalam nama yang diberikannya pada lembaga itu, untuk memberikan tempat utama pada “Belaskasih” dalam hidup dan karya para frater.

B. Spiritualitas Kongregasi Frater CMM 1

  Motto Pendiri “Mansuete et Fortiter” Ketika diangkat sebagai uskup pembantu. Mgr. Zwijsen memilih motto pada lambang keuskupannya: “Mansuete et Fortiter” yang artinya: “kelembutan hati dan kekuatan” (Lie Petronela, 1997: 5). Motto ini dipilih berdasarkan sifat dan karakter Mgr. Zwijsen sendiri yang kuat dalam prinsip dan lembut. Mgr. Zwijsen adalah seorang yang kuat, yang berani untuk menghadapi masalah, mengatur sesuatu dengan jelas, berani bertindak dan menertibkan keadaaan (Leirop, 1993: 25).

  Injil menggambarkan diri Yesus sebagai orang yang ‘lemah lembut dan rendah hati’ (bdk. Mat 11: 29). Yesus mengajak semua orang yang letih lesu dan berbeban berat datang kepada-Nya agar memperoleh kelegaan (Mat 11: 28). Untuk tujuan ini Yesus menyatakan belaskasih-Nya dan dengan berani menyempurnakan Hukum Taurat yang menjadi beban manusia. Bukan manusia untuk Hukum Taurat tetapi Hukum Taurat untuk manusia (bdk. Mrk 2: 27). Ketika ahli taurat dan orang Farisi akan merajam perempuan yang kedapatan berzinah, Yesus membelanya (bdk. Yoh 8: 21).

  Walaupun lemah lembut Yesus juga memiliki sikap tegas. Ketika orang berjualan di Bait Allah, Ia mengusir mereka, menjungkirbalikan meja penukar uang dan bangku para pedagang (bdk. Mat 21: 12-13). Dalam pengajaran-Nya, Yesus tidak segan-segan mengecam orang Yahudi dan ahli Taurat. Sikap tegas Yesus yang telah ditunjukkan sejak Ia berumur dua belas tahun menegaskan pilihan hidup-Nya untuk mengutamakan Kerajaan Allah dari pada keluarga (bdk. Luk 2: 48-49). yang berarti ‘kelembutan dan ketegasan adalah sikap dasar

  “Mansuete et Fortiter”