MAKNA KELEMBUTAN HATI SANTO VINCENTIUS A PAULO BAGI HIDUP PERSAUDARAAN PARA SUSTER KASIH YESUS DAN MARIA BUNDA PERTOLONGAN YANG BAIK (KYM)

  

MAKNA KELEMBUTAN HATI SANTO VINCENTIUS A PAULO BAGI

HIDUP PERSAUDARAAN PARA SUSTER KASIH YESUS DAN MARIA

BUNDA PERTOLONGAN YANG BAIK (KYM)

  

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  Masna Rohana Dona Bakkara NIM: 071124026

  

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada tarekatku yang tercinta, khususnya kepada semua yang telah mendukungku dan mendukung panggilanku, keluargaku, semua para sahabatku dalam menyelesaikan studi dan mendukung panggilanku, semoga kita bertumbuh dalam kelembutan hati untuk memenangkan dunia.

  MOTTO Tidak ada manusia satupun di dunia ini yang tidak bisa menerima kelembutan serta keramahan

  (Santo Vincentius A Paulo)

PERNYATAAN KEASLIAN

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 22 Oktober 2012 Penulis

  Masna Rohana Dona Bakkara

  

ABSTRAK

  Judul skripsi ini adalah MAKNA KELEMBUTAN HATI SANTO

  VINCENTIUS A PAULO BAGI HIDUP PERSAUDARAAN PARA SUSTER KASIH YESUS DAN MARIA BUNDA PERTOLONGAN YANG BAIK (KYM). Yang melandasi penulisan Skripsi ini adalah kenyataan zaman ini yang semakin hari semakin penuh dengan berbagai kekerasan dalam berbagai bentuk. Para suster KYM yang mengikrarkan ketiga kaul Injili hidup dalam zaman ini dan turut tergilas oleh kekerasan Zaman ini.

  Penulis menyadari pentingnya kelembutan hati di zaman ini. Tanpa kelembutan hati anak-anak dan dunia kita, akan semakin masuk dalam jurang kehancuran. Manusia akan saling merusak satu terhadap yang lain dengan kekerasan. Dalam konteks inilah kelembutan hati sangat diperlukan. Kelembutan hati ini perlu dimulai dan dibentuk dalam persaudaraan para suster KYM di komunitas kecil yang pada akhirnya menyebar luar ke dalam dunia. Kelembutan hati dalam hidup dan pelayanan para suster KYM akan menjadikan dunia di sekitarnya tempat yang layak untuk didiami.

  Penulis mengawali skirpsi ini dengan memaparkan makna kelembutan hati dari berbagai aspek terutama pemahaman Injili dan pemahaman kepribadian yang berhati lembut. Selanjutnya penulis memaparkan kelembutan hati yang dihidupi oleh Santo Vincentius A. Paulo sebagai model. Penulis sadar bahwa tidak mudah bagi kita untuk sampai pada kelembutan hati seperti yang kita diharapkan. Kita masih perlu membentuk hati yang lembut, bergumul dan berjuang karena dunia di luar kita semakin penuh dengan berbagai tindak kekerasan yang kadang memacu untuk membalas yang sama.

  Secara khusus kepada para suster KYM, Bapak pendiri, Antonius Van Erp mengatakan bahwa jika kita menyebut Santo Vincentius sebagai pendiri kita maka segala keutamaan dan pribadinya yang unggul hendaknya menjadi bagian dari seluruh kita anggota KYM. Dengan begitu kelembutan hati akan menjadi dasar bagi anggota tarekat untuk menjadikan dunia layak untuk dihuni sesuai dengan visi dan misi kongregasi. Pribadi yang lembut akan mampu mengalakan kekerasan dan akan menjadi pemenang atas kekerasan dunia. Karena itu para suster KYM diharapkan untuk semakin menumbuhkan pribadinya, pelan tapi pasti supaya dalam kelembutan hati para suster KYM, Allah yang berhati lembut menjadi nyata bagi dunia yang penuh kekerasan.

  

ABSTRACT

  The title of this writing is “THE MEANING OF THE GENTLE HEART OF SAINT VINCENT A PAULO IN THE SISTERHOOD OF THE SISTER OF LOVE OF JESUS AND MARY MOTHER OF GOOD HELP (KYM). The main reason behind this writing is the reality violence in this age that increase in any kind of forms day after day. KYM sisters who proffesed three evangelical vows live in this age and shaped negatively by the violence of this age.

  The writer is aware of the importance of tender heart in this age. Without tender heart children of this age and the world will continue fall into brokenes. Human will continue violate one another. In this very context, the tender heart is needed. Tender heart must begin and be formed within sisterhood of KYM in the small community which in the end can affect her world around. The tender heart in life and service of the sisters of KYM will make this world a place that worth to live.

  Researcher begin this work by describing the meaning of the tender heart from many perspective especially Gospel and person who poses tender heart. And then reseacher present the tender heart of Saint Vincent A. Paulo as a model. The writer is aware that it is not easy for us to reach an ideal tender heart. We need to form that tender heart, proces and give our best effort becuase the world around us is full of any kinds of violence that sometimes tempt us to revence.

  To the members of KYM sisters, the founder, Antony Van Erp said that if we said that Saint Vincent is our founder then as sister of KYM we should possess his virtues and tender heart. In this way tender heart will become the foundation of the members of the congregation to make this world worthy place for living according to the vision and mission of the congregation. Person with tender heart will be able to figth against violence and become winner over world’s violence. Therefore, we KYM sisters are invited to develop our personality, slowly but surely so that in the spirit of tender heart of KYM sisters, God, the tender heart will become a reality for the world that full of violences.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Allah karena kasih karunia dan bimbinganNya, penulis sungguh mengalami kekuatan setiap hari untuk menyelesaikan dan mengerjakan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Ilmu Pendidikan Kekhususan Agama Katolik.

  Judul skripsi ini adalah “MAKNA KELEMBUTAN HATI SANTO

  VINCENTIUS A PAULO DALAM HIDUP PERSAUDARAAN PARA SUSTER KASIH YESUS DAN MARIA BUNDA PERTOLONGAN YANG BAIK (KYM)”. Banyak kisah telah terukir selama menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semuanya itu menjadi warna-warni yang mengisi perjalanan studi khususnya dimasa-masa terakhir perkuliahan. Banyak sukacita, walaupum ada juga kecemasan dan kesulitan yang datang mewarnai penulisan ini. Dukungan berbagai pihak menjadi satu sukacita yang membuat skripsi ini selesai pada akhirnya, khususnya perhatian dosen utama yang sedemikian besar memberi hati dan cinta untuk penulisan skripsi ini, dan dukungan dari seluruh anggota komunitas pun tarekat yang mendukung lewat cara mereka masing-masing. Dalam hal ini juga persaudaraan dari segenap anggota dari Lembaga Program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma, akhirnya penulis dapat menyelesaikannya.

  Atas kerjasama yang baik dan bantuan dari berbagai pihak, dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Dr. J. Darminta, SJ., selaku dosen pembimbing utama yang selalu setia, sabar, gembira dan penuh inspirasi memberikan perhatian dan membimbing serta mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

  2. P. Banyu Dewa HS, S. Ag., M.Si., sebagai pembaca II sekaligus sebagai dosen wali yang mendampingi penulis, memberikan semangat sampai skripsi ini selesai.

  3. Drs. L. Bambang Hendarto Y. M. Hum., selaku dosen penguji yang memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

  4. Segenap staf dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Agama Katolik

  5. Pimpinan umum tarekat KYM beserta dewannya yang memberikan kesempatan untuk studi.

  6. Segenap anggota komunitas KYM Louisa de Marillac Jogyakarta yang memberikan dukungan selama penulisan skripsi ini.

  7. Sahabat-sahabat dekat saya yang sungguh tulus memberikan dukungan dan perhatian dan pengorbanan selama penulisan skripsi ini.

  8. Teman-teman angkatan 2007 dan 2008, atas kerjasama, dukungan dan kebersamaannya yang menyenangkan.

9. Teman-teman angkatanku dalam kongregasi atas dukungan dan doa-doanya, love u full.

  10. Orangtua dan seluruh anggota keluarga yang setia mendoakan saya dimanapun kalian semua berada.

  11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan, dukungan, perhatian terutama dalam penulisan skripsi ini.

  Akhirnya penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis memerlukan kritik serta saran yang membangun. Penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi persaudaraan para suster KYM dalam menjadikan dunia yang lebih layak untuk dihuni dengan segala kelembutan hati.

  Yogyakarta, 22 Oktober 2012 Penulis

  Masna Rohana Dona Bakkara

  

DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii

PENGESAHAN ................................................................................................... iii

PERSEMBAHAN ............................................................................................... iv

MOTTO ............................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT .......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xvi

PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................... xviii

BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................

  1 A. Latar Belakang ..............................................................................

  1 B. Rumusan Masalah .........................................................................

  4 C. Tujuan Penulisan ...........................................................................

  4 D. Manfaat Penulisan .........................................................................

  5 E. Metode Penulisan ..........................................................................

  5 F. Sistematika Penulisan ...................................................................

  5 BAB II. KELEMBUTAN HATI DALAM HATI SANTO VINCENTIUS

  8 A. Kelembutan Hati ...........................................................................

  8 1. Konsep Tentang Kelembutan Hati ..........................................

  8 2. Kelembutan Hati dalam Injil ...................................................

  12 a. Menurut Perjanjian Lama ..................................................

  12 b. Menurut Injil Matius .........................................................

  13 c. Menurut Injil Markus ........................................................

  16 d. Menurut Injil Lukas ..........................................................

  17

  B. Kelembutan Hati Menurut Santo Vincentius A. Paulo .................

  21 1. Sekilas Tentang Santo Vincentius A. Paulo ............................

  21 2. Kelembutan Hati Menurut Santo Vincentius A. Paulo ...........

  23 a. Khas Vincentius ................................................................

  23 b. Berguru Pada Pihak Lain ..................................................

  26 c. Harapan Kedepan Bagi Para Pengikutnya ........................

  28 C. Kelembutan hati Santo Vincentius A. Paulo Dalam Mencintai Orang Miskin Sebagai Majikan ....................................................

  32 D. Makna Kelembutan Hati Santo Vincentius A. Paulo Dalam Hidup Para Suster KYM ...............................................................

  33 BAB III. HIDUP PERSAUDARAN PARA SUSTER KYM DALAM TELADAN KELEMBUTAN HATI ST. VINCENTIUS A.

  PAULO ...............................................................................................

  35 A. Pilihan Pastor Antonius Van Erp untuk KYM ..............................

  38 B. Hidup Persaudaran Para Suster KYM ...........................................

  41 1. Persaudaraan Religius KYM ...................................................

  41 2. Makna Hidup Persaudaraan ....................................................

  43 3. Spiritualitas Kelembutan Hati Dalam KYM ...........................

  47 C. Teladan Kelembutan Hati St. Vincentius A. Paulo Dalam Hidup Persaudaraan KYM .......................................................................

  49

  1. Teladan Kelembutan Hati St. Vincentius A Paulo Dalam Relasi Dengan Sesama ............................................................

  49

  2. Teladan Kelembutan Hati Santo Vincentius A. Paulo Dalam Hidup Persaudaraan KYM ......................................................

  52

  3. Teladan Kelembutan Hati St. Vincentius A. Paulo Bagi Pembentukan Pribadi Seorang KYM Yang Berhati Lembut .

  55

  4. Teladan Kelembutan Hati Santo Vincentius A. Paulo Dalam Mewujudkan Kuam Miskin Sebagai Majikan Dalam Karya Pelayanan ................................................................................

  56

  D. Relevansi Kelembutan Hati Dalam Hidup Persaudaran KYM Ditengah Budaya Kekerasan .........................................................

  57 1. Budaya Kekerasan ...................................................................

  57 a. Kekerasan Dan Perilaku Yang Menyimpang ....................

  58 b. Teori Yang Berkaitan Dengan Perilaku Menyimpang ......

  59 1) Teori Anomie ..............................................................

  59 2) Teori Belajar (Teori Sosialisasi) .................................

  60 3) Teori Libeling (Teori Pemberian Cap Atau Teori reaksi Masyarakat ........................................................

  60 4) Teori Kontrol ...............................................................

  60 5) Teori Konflik ...............................................................

  60 c. Kekerasan Itu Budaya? .....................................................

  61 d. Apakah Budaya Kekerasan Itu? ........................................

  61

  2. Keutamaan St. Vincentius A. Paulo Dalam Pelayanan Kepada orang Miskin Sebagai Majikan ..................................

  67 3. Cara Hidup Suster KYM Dalam Semangat Kelembutan .......

  69 E. Perlunya Pengolahan Hidup Terus menerus bagi para suster Kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Yang Baik...... .........

  70 1. Dalam Konstitusi KYM ..........................................................

  70 2. Penegasan Gereja . ..................................................................

  73

  3. Berbagai Cara Pengolahan Hidup Terus Menerus bagi para suster Kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Yang Baik .........................................................................................

  76 a. Rekoleksi ...........................................................................

  77 b. Bacaan Rohani ..................................................................

  77 c. Katekese ............................................................................

  77 d. Refleksi .............................................................................

  78 e. Retret .................................................................................

  78 f. Tahun Sabat .......................................................................

  81

  BAB IV. PROGRAM PEMBINAAN SUSTER KYM DALAM ON GOING FORMATION DENGAN KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAKSIS “SCP” ........................................

   83 A. Gambaran Umum Katekese ..........................................................

  83 1. Pengertian Katekese ................................................................

  83 2. Prinsip-prinsip Katekese .........................................................

  86 3. Tujuan Katekese ......................................................................

  89 4. Tugas Konkret Katekese .........................................................

  90 5. Unsur-unsur Katekese .............................................................

  93 a. Pengalaman Hidup/Praktek Hidup ....................................

  93 b. Komunikasi Pengalaman Hidup ........................................

  93 c. Komunikasi Dengan Pengalaman Hidup Kristiani ...........

  93 d. Arah Keterlibatan Baru .....................................................

  93 B. Proses Katekese dalam On Going Formation ...............................

  94 1. Kemampuan Intelektualitas .....................................................

  94 2. Kemampuan Sosialitas ............................................................

  94 3. Kemampuan Rasa Merasa Rohani ..........................................

  94 4. Kemampuan Kesehatan Jasmani .............................................

  95 5. Kesehatan Mental-Psikologis ..................................................

  95 6. Kenyataan Kebutuhan Masyarakat .........................................

  95 a. Kebutuhan Nasional (Bangsa Indonesia) ..........................

  95 b. Kebutuhan Internasional ...................................................

  95 c. Kenyataan Kebutuhan Gereja Katolik ..............................

  96 1) Kebutuhan Gereja Katolik Indonesia ..........................

  96 2) Kebutuhan Gereja Katolik Internasional .....................

  96 C. Peranan Katekese Dalam On Going Formation Bagi Pembentukan Pribadi Yang Berhati Lembut ................................

  96 D. Pemilihan Model Katekese ...........................................................

  98 1. Model : Shared Christian Praksis ..........................................

  98 a. Praksis ...............................................................................

  98

  c. Shared ..............................................................................

  99 2. Langkah- Langkah Pelaksanaan Katekese Model “SCP” .....

  99 a. Pengungkapan Praksis Faktual ..........................................

  99

  b. Refleksi Kritis Pengalaman Faktual .................................. 100

  c. Mengusahakan Supaya Tradisi Dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau ........................................................................ 100

  d. Interpretasi Dialektis Antara Praksis Dan Visi Peserta Dengan Tradisi Dan Visi Kristiani .................................... 101

  e. Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah Di Dunia .................................................................. 101

  E. Usulan Program Pembinaan Suster KYM .................................... 102

  1. Pengertian Program Pembinaan .............................................. 102

  2. Latar belakang Program Pembinaan ....................................... 103

  3. Tujuan Program Pembinaan .................................................... 106

  4. Tema-tema Dalam program Pembinaan ................................. 106

  

BAB V : PENUTUP .......................................................................................... 133

A. Kesimpulan .................................................................................. 133 B. Saran ............................................................................................. 134

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 136

LAMPIRAN ........................................................................................................ (1)

DAFTAR SINGKATAN

  A. Singkatan Kitab suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci perjanjain lama/Perjanjian Baru: dengan pengantar dan catatan singkat.

  (Dipersembahkan kepada umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985.8

  B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohannes Paulus II kepada para Uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979

  EN : Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang Pewartaan Injil

  VC : Vita Consecrata, KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus

  Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983

  C. Singkatan Lain Art : Artikel Balita : Bawah lima tahun BBEV : Butir-butir EmasVincentius Bdk : Bandingkan CM : Congregatio Missionum DBSV : Dalam Bimbingan Santo Vincentius DKU : Direktorium Kateketik Umum EPMM : Etika Pembinaan Misionaris Maria Kan : Kanon

  Kt : Kata MAWI : Majelis Agung Wali Gereja Indonesia Maz : Mazmur No : Nomor PSK : Panitia Spiritualitas Koptari Psl : Pasal SCP : Shared Christian Praksis Sr : Suster PPDLR : Pedoman-pedoman dalam Lembaga-lembaga Religius PPK KYM : Pedoman Pembinaan Kongregasi Kasih Yesus dan Maria Bunda

  Pertolongan Yang Baik PPKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia PPDLR : Pedoman Pembinaan Doa dan Latihan Rohani SCMM : Sister Of charity Our lady Mother of Mercy Stat : Statuta St : Santo/Santa SV : SuratVinsentius Tv : Television PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Nama: Masna Rohana Dona Bakkara NIM : 071124026 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: MAKNA

  

KELEMBUTAN HATI SANTO VINCENTIUS A PAULO BAGI

HIDUP PERSAUDARAAN PARA SUSTER KASIH YESUS DAN

MARIA BUNDA PERTOLONGAN YANG BAIK (KYM).

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 22 Oktober 2012 Yang menyatakan Masna Rohana Dona Bakkara

  

BAB I 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi

  Paus Paulus VI dalam Evangelii Nuntiandi no 76 menulis demikian: “Dunia mengundang dan mengharapkan dari kita kesederhanaan hidup, semangat doa, cintakasih kepada semua, khususnya kepada yang lemah dan miskin, ketaatan dan kerendahan hati, lepas bebas dan pengorbanan diri. Tanpa tanda kesucian ini, dunia kita akan sulit menyentuh hati orang-orang modern. Ini beresiko menjadi sia-sia dan hampa.” Kerendahan hati menjadi salah satu perhatian Paus untuk kita yang hidup dalam dunia modern. Sebab dengan dan dalam kerendahan hatilah kita bisa mencapai dan dicapai orang lain, kita berani membuka diri dan membiarkan orang lain masuk.

  Dalam buku DBSV (dalam Bimbingan Santo Vincentius) disebutkan: Dalam Injil Matius (11:29) Yesus Sang Guru bahkan pernah mengatakan, “Belajarlah daripadaKu, sebab Aku ini lembut dan rendah hati”. Kata-kata Yesus tentang kelembutan dan kerendahan hati inilah yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini. Yesus memperkenalkan diriNya sebagai pribadi yang lembut dan rendah hati yang seharusnya dimiliki seorang religius termasuk seorang suster KYM, seperti yang diteladankan atau dihidupi oleh Santo Vincentius A. Paulo pelindung para suster KYM. Dengan kelembutan hati “kaum religius akan belajar dengan ketekunan yang besar pelajaran yang diberikan oleh Kristus kepada mereka, ‘belajarlah dari padaKu karena Aku lembut hati dan rendah hati.’” Sebab seperti Kristus sendiri, dengan kelembutan hati kita akan memiliki tanah (Armada, 2004: 82).

  Dengan menghayati keutamaan ini kita akan memenangkan hati orang agar berpaling kepada Tuhan. Sesuatu yang tidak mungkin dijalankan oleh mereka yang keras hatinya kepada sesama. Dengan kerendahan hati kita akan mendapatkan surga. Karena kecintaan kita akan kerendahan hati, kita akan perlahan-lahan, setapak demi setapak melangkah dengan keutamaan ini ke sana, ke surga. Dalam khotbah di bukit bahkan Yesus mengatakan, “Berbahagialah orang yang lembut hatinya, karena ia akan memiliki bumi” (Mat 5:5). Kiranya pantas kalau tema kelembutan ini dihidupkan terus dalam situasi zaman yang semakin penuh kekerasan hampir di segala bidang kehidupan dalam masyarakat (Armada, 2003:190).

  Adalah panggilan dan perjuangan kaum religius, khususnya para Suster KYM untuk menghidupi dan menghayati kelembutan hati dalam situasi dunia yang demikian keras. Dewasa ini kekerasan begitu menguasai segala lini kehidupan manusia. Kita alami bersama di jalan raya, orang tidak lagi sabar, semua berusaha menjadi yang pertama, tidak lagi ada sikap mempersilahkan dengan lembut, bahkan sering dalam hidup persaudaraan kaum religius terdengar kata makian karena dirasa kepentingan pribadi terganggu. Pengalaman serupa bisa juga terjadi pada kaum berjubah, tentu saja hal ini ikut masuk dalam hidup persaudaraan KYM.

  Dalam pengalaman hidup para suster khususnya dalam hidup persaudaraan belakangan sering mengabaikan prinsip kelembutan. Sering sesama suster lebih senang menggunakan kata-kata yang menyakiti hati. Seakan kelembutan tidak lagi mengambil peran dalam pembentukan kepribadian yang matang dalam membangun hidup persaudaraan.

  Sering dalam persaudaraan tercipta suasana yang menegangkan karena lebih mengutamakan adu argumen, penggunaan bahasa yang kasar, sehingga kelembutan menjadi mengecil dan semakin hari tidak bernyawa dalam pribadi para suster. Hal ini sering terungkap dalam perbincangan pribadi pun bersama, dalam kapitel rumah pun dalam sharing-sharing ketika mengadakan pertemuan rutin atau rekoleksi bulanan komunitas. Sikap kasar hanya akan merusak segalanya, sedangkan kelembutan akan merebut hati siapa saja (Armada, 2004: 89).

  Sesungguhnya kelembutan ini menjadi satu keutamaan yang harus dimiliki oleh seorang suster KYM. Zaman yang serba maju ikut menggilas peradaban hidup persaudaraan para suster KYM. Kelembutan yang sering dikonotasikan dengan keramahtamahan, sekarang menjadi sesuatu yang tampak sangat sulit dipraktekkan.

  Manusia, khususnya dalam hal ini para suster KYM, lebih gampang untuk mengungkapkan sebuah kata yang tidak membangun dibandingkan kata lembut yang begitu mendamaikan hati dan menyejukkan jiwa ketika mendengarnya.

  Menyadari situasi dan kondisi zaman ini, yang begitu penuh dengan egoisme dan kekerasan, maka kelembutan hati, yang diteladankan oleh St. Vincentius, sangat perlu untuk digali dan diingatkan kembali bagi para suster KYM. Jika hal itu diabaikan, maka satu keutamaan yang paling berarti dalam membangun pribadi seorang suster KYM menjadi pribadi yang lembut akan terkikis dan terabaikan, tinggal kata-kata tanpa tindakan nyata. Itu sangat penting dalam menjawab panggilan Allah untuk hadir menjadi orang pilihan yang berhati lembut, pribadi yang menghadirkan Allah yang begitu teramat lembut . Bertolak dari situasi di atas dan hidup panggilan sebagai seorang KYM, maka penulis memberi judul skripsi ini “MAKNA KELEMBUTAN HATI ST. VINCENTIUS A. PAULO BAGI HIDUP PERSAUDARAAN SUSTER KASIH YESUS DAN MARIA BUNDA PERTOLONGAN YANG BAIK (KYM).”

  B. Rumusan Masalah

  Secara garis besar penulis mencoba merumuskan beberapa permasalahan yang kiranya akan dibahas dalam karya tulis ini:

  1. Apa makna kelembutan hati St. Vincentius A Paulo bagi para suster KYM?

  2. Bagaimana para suster KYM menjalani dan mengusahakan kelembutan hati dalam hidup persaudaraan mereka?

  3. Usaha apa yang harus dilakukan untuk menciptakan dan menumbuhkan kelembutan hati bagi para suster KYM?

  C. Tujuan Penulisan

  1. Membantu dan menyadarkan para suster KYM untuk dapat mengerti dan memaknai kelembutan hati bagi hidup persaudaraan

  2. Memberikan bahan refleksi bagi para suster KYM tentang pentingnya kelembutan hati dalam hidup persaudaraan

  3. Mambantu para suster KYM supaya dapat bersikap lembut hati dalam hidup persaudaraannya dalam kongregasi KYM

  D. Manfaat Penulisan

  Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

  1. Memberikan masukan (sebuah wacana) kepada tarekat KYM, agar semakin mengenal dan mengetahui bagaimana seharusnya sikap dan pribadi seorang suster KYM seturut semangat St. Vincentius A. Paulo.

  2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis betapa pentingnya bertumbuh menjadi pribadi yang lembut sehingga semakin mampu menujukkan wajah Allah yang begitu Agung dan penuh kelembutan.

  3. Bagi para pembaca dapat mengetahui betapa pentingnya karakter kelembutan hati dalam hidup persaudaraan.

  E. Metode Penulisan

  Dalam menyusun karya tulis ini, penulis menggunakan metode penulisan studi kepustakaan yakni dengan menyerap dan membaca buku-buku dari berbagai sumber. Selain itu, penulis juga memperkaya karya tulis ini dengan ilustrasi dari para suster KYM, serta pengalaman dan penghayatan pribadi yang dialami oleh penulis sendiri pada setiap perjumpaan dan dalam kebersamaan dengan suster-suster KYM.

  F. Sistematika Penulisan Karya tulis ini mengambil judul “Makna Kelembutan Hati St. Vincentius A.

  Paulo bagi hidup Persaudaraan Suster Kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Yang Baik (KYM)”. Dari judul ini penulis mengembangkannya menjadi lima bab,

  Pada bab I (Pendahuluan), Penulis akan memberikan gambaran secara umum penulisan skripsi ini. Rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

  Pada bab II, Penulis akan berbicara atau menguraikan 4 bagian. Bagian pertama, “Kelembutan hati dalam dua bagian yakni konsep tentang kelembutan hati dan kelembutan hati dalam Injil. Bagian kedua akan dibahas mengenai kelembutan hati menurut Vincentius, yang terbagi atas dua bagian yakni sekilas tentang Santo Vincentius A. Paulo dan kelembutan hati menurut Vincentius a Paulo dalam lima bagian yakni: Khas Vincentius, berguru pada pihak lain, harapan kedepan bagi para pengikutnya, pilihan Pastor Antonius Van Erp untuk KYM dan Spiritualitas kelembutan hati dalam KYM. Bagian ketiga akan dibahas mengenai kelembutan hati Santo Vincentius A Paulo dalam mencintai orang miskin sebagai majikan. Bagian keempat akan dibahas tentang makna kelembutan hati Santo Vincentius A Paulo dalam hidup para suster KYM.

  Pada bab III, akan berbicara tentang “Hidup Persaudaraan para Suster KYM dalam Teladan Kelembutan Hati St. Vincentius A Paulo dalam 5 bagian. Bagian pertama tentang pilihan Pastor Antonius Van Erp untuk KYM, bagian kedua hidup persaudaraan para suster KYM dalam tiga bagian yakni persaudaraan religius KYM, dan makna hidup persaudaraan dan spiritualitas kelembutan hati dalam KYM. Bagian ketiga akan dibicarakan mengenai teladan kelembutan hati St. Vincentius A Paulo dalam hidup persaudaraan KYM dalam empat bagian yakni teladan kelembutan hati Santo Vincentius A Paulo dalam relasi dengan sesama, teladan kelembutan hati Santo Vincentius A Paulo bagi pembentukan pribadi seorang KYM yang berhati lembut dan teladan kelembutan hati Santo Vincentius A. Paulo dalam mewujudkan kaum miskin sebagai majikan dalam karya pelayanan. Bagian keempat akan dibicarakan mengenai relevansi kelembutan hati dalam hidup persaudaraan KYM ditengah budaya kekerasan yang dibagi dalam tiga bagian yakni: budaya kekerasan, keutamaan St. Vincentius A. Paulo dalam pelayanan kepada orang miskin sebagai majikan, dan cara hidup suster KYM dalam semangat kelembutan. Pada bagian kelima akan dibahas mengenai perlunya pengolahan hidup terus menerus yang akan diuraikan dalam tiga bagian yakni, dalam konstitusi KYM, penegasan gereja dan berbagai cara pengolahan hidup terus menerus bagi para suster kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Baik.

  Pada bab IV akan diuraikan program pembinaan Suster KYM dalam On

  

Going Formation dengan katekese Model Shared Christian Praxis”SCP.” Usulan

  tersebut dimaksudkan untuk mengintegrasikan unsur-unsur kelembutan berdasarkan keutamaan Santo Vincentius A Paulo bagi persaudaraan KYM, meliputi jadwal pelaksanaan SCP dan contoh persiapan SCP. Hal tersebut diusulkan demi terbentuknya pribadi para suster KYM yang berhati lembut seturut teladan Santo Vincentius A Paulo. Bab ini akan dibagi dalam lima bagian besar yakni gambaran umum katekese dan penjabarannya, proses katekese dalam on going formation dan pembahsannya, peranan katekese dalam on going formation bagi pembentukan pribadi yang berhati lembut dan pemilihan model katekese dan usulan program pembinaan suster KYM.

   Pada bagian akhir karya tulis sebagai bab V, penulis akan memberikan

BAB II KELEMBUTAN HATI DALAM HATI SANTO VINCENTIUS A PAULO Dalam bab ini akan dibahas mengenai kelembutan hati Santo Vincentius. Berbicara mengenai kelembutan hati tentu tidak lepas dari sebuah konsep mengenai pribadi yang lembut hati. Hal ini hendak digali lebih dalam melalui teladan St. Vincentius dalam mengubah hidupnya yang kasar menjadi seorang pribadi yang

  berhati lembut. Kelembutan hati inilah yang ingin dikembangkan secara lebih mendalam lagi bagi para suster KYM dalam menjalin relasi persaudaraan, secara khusus dalam persaudaraan KYM.

  Dalam pembinaan para suster KYM satu keutamaan St. Vincentius ini belum mendapat perhatian yang cukup, masih sering terlupakan dan terabaikan. Maka dalam perjalanan hidupnya para suster KYM kurang mendalam dan masih kurang berkembang menjadi pribadi yang lembut hati. Lembut hati disini tentulah bukan hanya penampilan dari luar, soal fisik semata, tetapi mencakup dimensi yang lebih dalam, dalam membentuk sebuah pribadi yang mampu menghadirkan Kerajaan Allah yang berhati lembut.

A. KELEMBUTAN HATI

1. Konsep Tentang Kelembutan Hati

  Santo Paulus mengatakan kepada St. Timoteus ”Servum Dei Non Oportet

  

Litigare (hamba Allah tidak perlu berbantah-bantah/bertengkar): kelemahlembutan dikatakan bahwa kelembutan adalah suatu sikap jiwa yang penuh kerendahan hati, yang menjadi ungkapan iman dan mengantar jiwa kepada Tuhan (Delarue, 1990: 133).

  Kelemahlembutan adalah: sikap tegas dan teguh dalam hubungan dengan tujuan, penuh kelembutan dan kerendahan hati dalam hubungan dengan cara-caranya.

  Kelemahlembutan harus selalu disertai oleh keramahan dan kerendahan hati, sehingga memampukan kita menarik jiwa-jiwa (Delarue, 1990: 139).

  Dalam bahasa Yunani praus atau praeis, yang diterjemahkan dengan “lemah- lembut”, pada dasarnya dikenakan pada hewan-hewan ternak yang menjadi taat, turut pada perintah dan gampang dikendalikan setelah sekian lama menjalani pelatihan. Dengan demikian kelemahlembutan erat kaitannya dengan pengendalian diri, kerendahan hati dan tidak mengandalkan kekuatan sendiri (Stanislaus, 2008:20).

  Kebahagiaan akan dialami oleh orang yang membiarkan diri dikendalikan oleh Allah dan mengakui diri sebagai makhluk ciptaan-Nya, sehingga tidak ada alasan baginya untuk menyombongkan diri dihadapan Allah, pun makhluk ciptaan lainnya.

  Orang seperti ini “lemah-lembut” akan memiliki atau mewarisi bumi, yang searti dengan perkataan pemazmur: “orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira kerena kesejahteraan yang berlimpah-limpah” (Mzm 37:11). Allah memberikan bumi sebagai tempat tinggal dan hidup, tetapi akan tiba saatnya Allah akan mencurahkan karunia surgawi untuk ambil bagian dalam bumi yang baru.

  Sama seperti bangsa Israel memperoleh tanah Kanaan sebagai anugerah semata dari Allah, demikian halnya orang yang rendah hati dan tak mengandalkan kekuatannya sendiri memperoleh karunia yang telah dijanjikan Allah. Mereka akan memperoleh tanah surgawi (Stanislaus, 2008: 20).

  Kelembutan hati juga sering dikonotasikan sebagai sebuah sikap ramah tamah terhadap orang lain (Tondowidjojo, 1991: 23). Kelemahlembutan dan kehalusan budi adalah keutamaan yang kurang lazim dibandingkan kemurnian, namun keutamaan ini lebih unggul dibandingkan kemurnian dan segala keutamaan lainnya, sebab ia adalah tujuan cinta kasih yang sebagaimana dikatakan St. Bernardus, adalah sempurna apabila kita tidak hanya sabar melainkan juga baik hati St. Fransiskus de Sales mengatakan adalah penting untuk menjunjung tinggi keutamaan ini dan mempergunakan segala upaya demi mencapainya (Tondowidjojo, 1991:23).

  St. Thomas Aquinas mengatakan: Kelemahlembutan adalah keutamaan yang menyiratkan keluhuran jiwa. Orang-orang duniawi pada umumnya kurang dalam kelemahlembutan, keluhuran ini ada ditemukan dalam diri mereka namun jarang dan tidak sempurna. Jika mereka bukan yang pertama-tama mempergunakan ekspresi yang kasar dan tidak sopan, maka ketika kepada mereka disampaikan ekspresi yang demikian oleh orang lain, mereka marah dan serta-merta membalasnya, menunjukkan dengan pembalasan mereka bahwa mereka memiliki hati yang tercela dan hina. Dengan demikian hamba-hamba Allah, dengan senantiasa tinggal tenang dan damai, meski dipancing oleh perkataan atau perbuatan, menunjukkan suatu keluhuran jiwa yang sempurna, yang mengatasi segala kekasaran (“Catholic Virtues”: www.chatolictradition.org).

  Kelemahlembutan yang bersahaja adalah keutamaan dari segala keutamaan damai. Yang baik hendaknya dilakukan, namun dengan kelembutan. Terapkan ini sebagai pedoman, lakukan apa yang kau lihat dapat dilakukan dengan cinta kasih, dan apa yang dapat dilakukan tanpa keributan, tinggalkan. Singkat kata, St. Fransiskus de Sales menegaskan: damai dan ketenangan hati hendaknya menjadi yang utama dalam segala tindakan kita, sebagaimana minyak zaitun mengapung di atas segala cairan, sebisa mungkin, janganlah pernah meledak dalam amarah atau membiarkan dalih apapun membuka baginya pintu hatimu, sebab begitu amarah masuk kesana, ia tidak akan berada dalam kuasamu untuk mengusirnya ketika engkau menghendakinya, atau bahkan mengendalikannya.

  Tidak ada yang lebih lembut daripada air dan juga tidak ada yang dapat mengalahkannya dalam hal menembus benda-benda keras, yang lemah mengalahkan yang kuat yang lembut mengalahkan yang keras, setiap orang mengetahui hal ini, tetapi tidak ada seorangpun yang dapat menerapkannya .

  Seseorang akan celaka jika meninggalkan kerendahan hati untuk menunjukkan kekuatannya, atau tidak berhemat untuk berfoya-foya, atau mengabaikan kemanusiaan ketika berupaya untuk menjadi yang pertama, ketika seseorang masih hidup, tubuhnya lembut dan elastis, ketika dia mati, tubuhnya menjadi kaku dan keras, ketika tanaman masih hidup dia lemah dan halus, ketika mati dia menjadi kering dan rapuh. Maka keras dan kaku adalah cara untuk mati, lembut dan fleksibel adalah cara hidup (Michael, 2004:390).

  St. Fransisikus de Sales juga mengatakan: Apabila engkau melihat bahwa melalui kelemahanmu amarah telah beroleh pijakan dalam rohmu, segeralah himpun dilakukan dengan tenang dan jangan pernah dengan kekerasan. Sebab adalah sungguh penting untuk tidak membuat luka meradang (“Catholic Virtues”: www.chatolictradition.org).

2. Kelembutan Hati di Dalam Injil

  a. Menurut Perjanjian Lama Musa adalah seorang tokoh besar yang dikatakan memiliki kelembutan hati melebihi manusia lain dimuka bumi. “adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang ada diatas muka bumi ini” (Bil 12:3). Bayangkan bangsa besar yang ia pimpin menuju tanah terjanji adalah bangsa yang dikatakan tegar tengkuk alias keras kepala. Bangsa Israel sudah mengalami berbagai bentuk mukjijat Tuhan, namun mereka tetaplah bangsa yang sulit berterimakasih. Mereka tetap bersungut-sungut. Mengolok-olok, menyudutkan, menyindir, sinis, semua ini dialami Musa terus-menerus selama puluhan tahun dari bangsa yang tengah ia pimpin sesuai dengan kehendak Tuhan. Dapat dibayangkan mungkin kalau saya di posisi Musa, bisa bertahan diposisi Musa seminggu saja sudah bagus. Tapi Musa sanggup mengendalikan emosinya dan terus mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan untuk ia perbuat (“Catholic Virtues”: www.chatolictradition.org).

  Sebuah tips diberikan oleh Daud agar kita menjadi sabar.” Jangan marah karena orang yang berbuat jahat. Jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di dalam negeri dan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak” (Mzm 37:1-5).

  Tuhan itu setia dan akan memperhitungkan baik buruknya perbuatan manusia. Manusia diingatkan untuk senantiasa bergembira dan setia, serta menyerahkan hidup kepadaNya dengan kepercayaan penuh. Selanjutnya Daud berkata “berhentilah marah dan tinggalkan panas hati itu, jangan marah itu hanya membawa kepada kejahatan. Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mewarisi negeri” (Maz 37:8-9). Ini paralel dengan apa yang dikatakan Yesus di atasnya. Kemarahan tidaklah mendatangkan hal baik tapi bisa membawa orang untuk terjerumus pada kejahatan, yang pada akhirnya akan dilenyapkan.

  b. Menurut Injil Matius Di Inggris lembut hati sering diartikan buruk, yaitu menuju pada “kelemahan” seseorang. Opini seperti ini begitu kuatnya berakar dalam masyarakat Inggris. Pada zaman Yunani kuno, sudah ada pepatah “Penthountes Blesses are the Weak, diberkatilah yang lembut hati. Dalam Mat 5:4 tertulis “semangat kemiskinan” yang bisa diterjemahkan juga bahwa seseorang yang “miskin” yang rendah hati, lembut hati, berserah diri adalah “karya di hadapan Tuhan”. Kristus sendiri senantiasa memberi contoh melalui sikap dan pola tingkah lakunya selama di dunia dengan hidup sederhana, rendah hati, lembut hati, sabar hati, dan semua yang pantas menjadi panutan manusia dalam menelusuri hidup ini (Tondowidjojo: 1990:23). Hal ini menunjukkan bahwa kelemahlembutan berkaitan dengan semangat miskin Injili,

  Tuhan Yesus pernah mengingatkan agar kita memiliki hati yang lemah lembut. “Berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka akan memiliki bumi” (Mat 5:5). Ini adalah satu rangkaian ucapan bahagia yang diucapkan Yesus di depan orang banyak dari atas bukit. Lemah lembut seperti apa yang Yesus maksud? Dalam versi bahasa Inggris kita membaca rincian yang lebih detail: “the mild, patient,

  long suffering”. “Lembut, sabar dan tabah dalam penderitaan”. Orang yang memiliki

  sikap seperti ini dikatakan Yesus akan memiliki bumi. Tuhan akan memenuhi janjiNya pada mereka ini, bukan kepada orang yang pendek kesabarannya, cepat emosi, kasar dan cepat mengeluh (“Catholic Virtues”: www.chatolictradition.org).

  Dalam Injil Matius 12:15b-21, digambarkan kelemahlembutan Kristus yang sempurna yang ditulis dalam ayat 20 “buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang.” Buluh yang patah terkulai dan sumbu yang pudar nyalanya merujuk kepada orang-orang yang terluka, lemah secara rohani atau kecil imannya. Tuhan Yesus menangani orang-orang semacam itu dengan lemah lembut. Ia tidak mempersalahkan mereka kerena kelemahan mereka. Ia tidak datang dengan “tangan keras”. Sebaliknya ia menangani mereka dengan lemah lembut sampai terungkap kebutuhan mereka yang sejati dan mereka terbuka kepadaNya untuk ditolong, seperti kepada wanita Samaria (Yoh 4). Dengan tegas tetapi lembut, Tuhan Yesus terus mengusut kebutuhannya, sampai wanita itu mengakuinya sendiri dan berseru kepadaNya agar kebutuhannya terpenuhi (“Catholic Virtues”: www.chatolictradition.org).