PERBEDAAN JUMLAH PELANGGAN, OMSET, DAN LABA USAHA KECIL DAN USAHA MIKRO SEBELUM DAN SESUDAH BERDIRINYA PLAZA AMBARUKMO

  PERBEDAAN JUMLAH PELANGGAN, OMSET, DAN LABA USAHA KECIL DAN USAHA MIKRO SEBELUM DAN

SESUDAH BERDIRINYA PLAZA AMBARUKMO

  Studi Kasus : Usaha Kecil dan Usaha Mikro di Sekitar Jalan Laksda Adisucipto Yogyakarta 2010

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

  Disusun Oleh : Magdalena Kusuma Wardani 06 1324 014

  PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERBEDAAN JUMLAH PELANGGAN, OMSET, DAN LABA USAHA KECIL DAN USAHA MIKRO SEBELUM DAN

SESUDAH BERDIRINYA PLAZA AMBARUKMO

  Studi Kasus : Usaha Kecil dan Usaha Mikro di Sekitar Jalan Laksda Adisucipto Yogyakarta 2010

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

  Disusun Oleh : Magdalena Kusuma Wardani 06 1324 014

  PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yangg telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 8 Juni 2011 Penulis Magdalena Kusuma Wardani

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Magdalena Kusuma Wardani Nomor Mahasiswa : 06 1324 014 Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “PERBEDAAN JUMLAH PELANGGAN, OMSET, DAN LABA USAHA KECIL DAN USAHA MIKRO SEBELUM DAN SESUDAH BERDIRINYA PLAZA AMBARUKMO”.

  Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepetingan akademis tanpa perlu meminta ijin diri saya maupun memberikan royaliti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 8 Juni 2011 Magdalena Kusuma Wardani

  MOTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN Hidup ada lah perjuan gan karena setiap hari p antas u ntuk diperjuangkan demi mendapatkan cita-cit a yang kita inginkan

  Skripsi ini saya persembahkan untuk:

  • Bapak Sumarno dan Ibu Nanik Suratmi • Bapak Susilo dan Ibu Emi Purwandari • Mbakku tersayang Raras Cristian Marta S. Hum • Adikku tersayang Meryda Fibe Wardani • Masku Henricus Satriadi Gunawan • Mas Prasati Adi Pamungkas

  

ABSTRAK

PERBEDAAN JUMLAH PELANGGAN, OMSET, DAN LABA USAHA

KEXIL DAN USAHA MIKRO SEBELUM DAN SESUDAH BERDIRINYA

PLAZA AMBARUKMO

  

Studi Kasus : Usaha Kecil dan Usaha Mikro di Sekitar Jalan Laksda

Adisucipto Yogyakarta 2010

Magdalena Kusuma Wardani

061324014

  

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2011

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah pelanggan, omset, dan laba usaha kecil dan usaha mikro sebelum dan sesudah ada Plaza Ambarukmo Yogyakarta.

  Penelitian ini merupakan studi perbandingan yang menguji perbedaan sebelum dan sesudah ada Plaza Ambarukmo. Populasi dalam penelitian ini adalah 20 usaha kecil dan 20 usaha mikro. Sampel dalam penelitian ini adalah para pengusaha kecil dan para pengusaha mikro. Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan uji one way anova.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan jumlah pelanggan usaha kecil dan usaha mikro. Setelah ada Plaza Ambarukmo lebih besar dari pada jumlah pelanggan usaha kecil dan mikro sebelum ada plaza Ambarukmo, karena rata-rata jumlah pelanggan usaha kecil dan mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo sebesar 7.941 orang per tahun sedangkan rata-rata jumlah pelanggan usaha kecil dan mikro setelah ada Plaza Ambarukmo sebesar 19.640,5 orang per tahun; (2) ada perbedaan omset penjualan usaha kecil dan mikro setelah ada Plaza Ambarukmo lebih besar dari pada jumlah omset penjualan usaha kecil dan mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo, karena rata-rata jumlah omset penjualan usaha kecil dan mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo sebesar Rp 60.730.250,00 per tahun sedangkan rata-rata omset penjualan usaha kecil dan usaha mikro setelah ada Plaza Ambarukmo sebesar Rp 113.507.250,00 per tahun; (3) ada perbedaan laba penjualan usaha kecil dan mikro setelah ada Plaza Ambarukmo lebih besar dari pada laba usaha kecil dan mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo, karena rata-rata laba usaha kecil dan mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo sebesar Rp 26.942.450,00 per tahun sedangkan rata-rata laba usaha kecil dan usaha mikro setelah ada Plaza Ambarukmo sebesar Rp 50.355.350,00 per tahun.

  

ABSTRACT

THE DIFFERENCES AMOUNT OF CUSTOMER, TURNOVER, AND

  

INCOME OF SMALL AND MICRO BUSSINESS BEFORE AND AFTER

THE EXISTENCE OF AMBARUKMO PLAZA

Case Studies : Small and Micro Businesses at Arround Laksda Adisucipto

street Yogyakarta 2010

  

Magdalena Kusuma Wardani

061324014

University Sanata Dharma Yogyakarta

2011

  The purpose of this study is to find out the diferences of customer’s number, turnover, and benefit of small and micro businesses before and after the existance of Plaza Ambarukmo Yogyakarta.

  This study is a comparative study that examines the difference of customer’s number, turnover, and benefit of small and micro businesses before and after the existance of plaza Ambarukmo. The population of this sudy were 20 small and 20 micro businesses. The samples of this study were the small and the micro businessmen . Data obtained analyzed by applying one way anova test.

  The result of the study shows that: (1) there are differences in the number of small and micro businessess it can be perceived that the average number of micro and small-business customers before the existance of Plaza Ambarukmo was 7941 person per year while the average number of customers of small and micro-after the existance of Plaza Ambarukmo was 19640.5 person per year;(2) there are differences in the sales turnover of small and micro businesses after the exisistance of Plaza Ambarukmo it can be perceived that the average turnover of small and micro enterprises before the existance of Plaza Ambarukmo is 60,730,250.00 per year while the average sales turnover of small businesses and micro enterprises after the existance of Plaza Ambarukmo was about Rp 113,507,250.00 per year; (3) There are differences in the income of small and micro businesses after the existence of Plaza Ambarukmo because the average income of small and micro enterprises before the Plaza Ambarukmo was Rp 26,942,450.00 per year while the average income of small businesses and microenterprises after the existance of Plaza Ambarukmo was Rp 50,355,350.00 per year.

  KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyelesaian skripsi ini dapat terwujud atas bantuan banyak pihak sehingga dalam kesempatan ini penulis akan menghaturkan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Pd. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  2. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberi motivasi, dukungan, arahan dan telah meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  3. Bapak Indra Darmawan , S. E., M. Si. selaku Dosen Pembimbing

  II,terimakasih atas segala bimbingan, nasehat, arahan, motivasi, dan telah meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M. S., terimakasih atas segala dukungan, kritikan, dan saran yang diberikan kepada penulis.

  5. Bapak Drs. P. A. Rubiyanto, terimakasih telah memberi motivasi, dukungan, dan saran yang diberikan kepada penulis.

  6. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M. Si. Yang telah memberikan motivasi untuk selalu belajar.

  7. Bapak Yohanes Maria Vianey Mudayen, S.Pd. M. Sc., terimakasih atas pengalaman berharga yang diberikan selama perkuliahan.

  8. Bapak Drs. Joko Wicoyo., M. Si., terimakasih atas bimbingan abstrack dari bapak.

  9. Sekretariat Prodi pendidikan Ekonomi mbak Titin yang telah banyak membantu dan memberikan informasi kepada penulis.

  10. Para pengusaha kecil dan mikro yang telah bersedia diwawancarai oleh penulis

  11. Orang tuaku Bapak Sumarno dan Ibu Nanik Suratmi yang memotivasi, memberi dukungan, memberi nasehat, dan membiayai sekolahku.

  12. Orang tuaku Bapak Susilo dan Ibu Emi Purwandari yang selalu memotivasi, memberi dukungan, memberi nasehat, dan selalu rajin telpon agar cepat selesai kuliah.

  13. Simbahku yang selalu mendoakan aku.

  14. Mbakku tersayang Raras Cristian Martha S. Hum. yang selalu setia membantuku, memberi petunjuk, dan selalu mendukungku dalam menyelesaikan skripsi.

  15. Mas Henricus satriadi Gunawan yang selalu mendampingiku, membantuku, memberi motivasi, dan dukungan dalam penyelesaikan skripsi.

  16. Adikku Merida Fibe Wardani yang selalu memberikan dukungan, dan motivasi.

  17. Mas Prasasti Adi Pamungkas yang selalu mendoakan dan memberi motivasi.

  18. Saudara-saudaraku yang selalu mendukungku, memotivasiku, mendoakan, dan menanyakan skripsiku.

  19. Sahabatku Monika Kristin yang selalu memberikan bantuan dan mendukungku.

  20. Sahabat-sahabatku PE angkatan 06 Monik, Hana, Penti, Citra, Aan, Nove, Pio, Ditya, Bang Bandi, Kus, Heri, Andi yang telah membantu, memberi dukungan, dan memotivasiku agar skripsi cepat selesai. Kalian adalah sahabat terbaikku terimakasih telah memberiku pengalaman yang berharga sejak awal kuliah.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIBING ...................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................. v MOTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................... vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii

  

ABSTRACT ......................................................................................................... .viii

  KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................

  3 C. Batasan Masalah ............................................................................ 4

  D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4 E. Manfaat Penelitian ........................................................................

  5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  A. Persaingan Usaha .......................................................................... 6 B. Neoliberalisme ..............................................................................

  9 C. Usaha Kecil .................................................................................. 20

  F. Penelitian Sebelumnya ................................................................. 35 G. Hipotesis .......................................................................................

  36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...............................................................................

  37 B. Tempat dan Waktu penelitian ....................................................... 37

  C. Subyek dan obyek penelitian ........................................................ 38

  D. Populasi, Sampel, dan Tehnik Pengambilan Sampel ................... 38 E. Variable Penelitian .......................................................................

  40 F. Tehnik Pengumpulan Data ........................................................... 40

  G. Tehnik Analiisis Data ................................................................... 41

  BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran umum Desa Caturtunggal ........................................... 54 B. Gambaran Umum Dusun Ambarukmo ......................................... 59 C. Deskripsi Responden ....................................................................

  66 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ................................................................................

  69 B. Pembahasan ..................................................................................

  76 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................

  85 B. Saran .............................................................................................

  86 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

  88 LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL TABEL III.1 .............................................................................................................. 44 TABEL III.2 ............................................................................................................. 48 TABEL III.3 ............................................................................................................. 52 TABEL IV.1 ............................................................................................................. 56 TABEL IV.2 ............................................................................................................. 57 TABEL IV.3 ............................................................................................................. 61 TABEL IV.4 ............................................................................................................. 61 TABEL IV.5 ............................................................................................................. 63 TABEL IV.6 ............................................................................................................. 64 TABEL IV.7 ............................................................................................................. 66 TABEL IV.8 ............................................................................................................. 67 TABEL V.1 ............................................................................................................. 69 TABEL V.2 ............................................................................................................. 70 TABEL V.3 ............................................................................................................. 72 TABEL V.4 ............................................................................................................. 72 TABEL V.5 ............................................................................................................. 74 TABEL V.6 ............................................................................................................. 75

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota-kota di Indonesia yang terjadi selama ini dinilai

  cukup pesat. Wujud perkembangan ini antara lain ditandai dengan tumbuh pesatnya berbagai pusat perbelanjaan. Jika ditinjau dari segi keuangan pemerintah daerah kota, maka pembangunan Pusat perbelanjaan akan mempengaruhi baik pendapatan maupun pengeluaran pemerintah daerah kota.

  Pembangunan pusat perbelanjaan ini akan memberikan penerimaan bagi pemerintah daerah kota dari pajak, retribusi, dan penerimaan lain yang sah.

  Namun pembangunan pusat perbelanjaan di kota juga akan menimbulkan tambahan kebutuhan akan prasarana umum yang dapat membebani keuangan pemerintah daerah kota

  Keberadaan pusat perbelanjaan skala kota sebagai salah satu fasilitas komersial selain pasar tradisional dan toko/warung di suatu kota dapat menimbulkan implikasi yang beragam terhadap arah pembangunan kota dan pergerakan penduduknya. Pusat perbelanjaan berkonsep plaza menunjukkan kinerja pusat perbelanjaan skala kota secara keseluruhan, dilihat dari beragamnya fasilitas yang ditawarkan dan tingkat pengisian gedung yang tinggi. Orientasi pergerakan berbelanja rumah tangga masih cukup besar menuju pusat perbelanjaan skala kota yang berada di kawasan pusat kota dan berbelanja campuran. Plaza yang baik dan benar diharapkan dapat memberikan kenyamanan, keselarasan, dan tercipta suatu ciri khas yang bermutu dari segi lingkungannya tersebut.

  DI Yogyakarta pun tak luput dari kecenderungan nasional tersebut. Khusus untuk Plaza Ambarukmo sebagai mal terbesar di Jawa Tengah dan DIY, di mana hypermarket besar asal Prancis, ‘Carrefour’ bertempat.

  Kehadiran pusat-pusat belanja baru ini segera meramaikan atmosfer bisnis mall dan ritel, menyusul yang sudah berdiri seperti Malioboro Mal, Galeria Mal, pusat elektronik Yogyatronik, supermarket seperti Makro yang baru berdiri beberapa waktu lalu.

  Dibangunnya banyak mal tidak lepas dari letak geografis Yogyakarta yang strategis. Keberadaan Bandara Internasional Adi Sutjipto membuat Yogyakarta setiap hari dikunjungi orang dari daerah yang ingin bepergian dengan pesawat. Selain itu, patut diingat Yogya dikenal sebagai daerah kunjungan wisata kedua setelah Bali. Kiranya, ini semua benar-benar dibaca Pemerintah Provinsi DIY sebagai nilai lebih yang mendongkrak daya saing untuk menarik investor masuk.

  Dari sini tampak bahwa ide pembangunan mal ialah bagaimana membuat orang yang lalu-lalang menyinggahi Yogya juga sekaligus berbelanja. Diizinkannya raksasa hypermarket ‘Carrefour’ masuk DIY, juga tak lepas dari keinginan menambah kekuatan daya tarik Yogyakata. Jika kita melihat ke gang sekitar Plaza Ambarukmo, banyak orang yang mempunyai toko asesoris kendaraan bermotor, warnet, game on line, salon, penjahit, toko buah-buahan, toko barang-barang rumah tangga, toko parfum refil, menyewakan kamar kos untuk SPG dll.

  Melihat pada perkembangan kota yang semakin pesat, dengan adanya pasar modern tentunya akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan ekonomi kota dan masyarakat, selain dampak positif ada dampak negatif dari pendirian plaza tersebut seperti semakin berkurangnya pelanggan dibeberapa pasar tradisional dan di toko atau warung tradisional karena masyarakat lebih memilih berbelanja ke supermarket ataupun hypermarket terdekat.

  Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan melihat dampak perkembangan usaha kecil dan usaha mikro setelah adanya pendirian Plaza Ambarukmo, khususnya pada jumlah pelanggan, omset, dan laba usaha kecil. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan .laksda Adi Sutjipto yang merupakan salah satu sentra usaha kecil yang berada di Yogyakarta. Apakah masih berkembang dengan baik dan dapat menyumbangkan PDB Negara di tengah persaingan dengan perusahaan Multinasional.

B. Rumusan Masalah

  1. Apakah ada perbedaan jumlah pelanggan usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo?

  2. Apakah ada perbedaan omset usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada

  3. Apakah ada perbedaan laba usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo? C.

   Batasan Masalah

  Perbedaan jumlah pelanggan usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo, perbedaan omset usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo, dan perbedaan laba usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo.

D. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

  1. Mengetahui perbedaan jumlah pelanggan usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo.

  2. Mengetahui perbedaan omset usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo

  3. Mengetahui perbedaan laba usaha kecil dan usaha mikro sebelum ada Plaza Ambarukmo dan setelah ada Plaza Ambarukmo

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Plaza Ambarukmo.

  Penulis berharap Plaza Ambarukmo terus mengembangkan usahannya dan memberi dampak positif bagi pertumbuhan perekonomian usaha kecil dan usaha mikro sekitar Plaza.

  2. Bagi usaha kecil dan usaha mikro sekitar Plaza Ambarukmo.

  Penulis berharap agar para usaha kecil dan usaha mikro yang berada disekitar Plaza Ambarukmo bisa membaca peluang usaha, dan para pengusaha kecil dan usaha mikro terus bertahan dengan usahanya serta terus mengembangkan usahanya agar dapat meningkatkan perekonomian mereka.

  3. Bagi penulis.

  Bagi penulis menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang usaha kecil dan usaha mikro yang berada di sekitar Plaza Ambarukmo.

  4. Bagi Masyarakat Dengan mengetahui bagaimana pengaruh pendirian Plaza

  Ambarukmo terhadap omset, laba, dan jumlah pelanggan usaha kecil dan usaha mikro. Masyarakat dapat memakai sebagai acuan untuk memilih tempat berbelanja yang dapat memberikan pelayanan/kepuasan terhadap mereka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persaingan usaha Persaingan adalah esensi dari tumbuh dan berkembangnya aktivitas

  ekonomi. Tapi banyak masyarakat yang berargumen lain sehingga menyebabkan banyak orang berfikiran negatif tentang persaingan dan kompetisi. Persaingan itu dilandasi oleh keterbatasan sumber daya. Dalam hal ini persaingan dapat mendorong sumber daya mengalir ke sektor yang paling efisien. Untuk itu persaingan menjadi penting, karena dengan demikian yang mendapatkan sumber dayanya adalah memang yang paling tepat. Sehingga ada alokasi yang baik dan distorsi bisa diminimalkan.

  Yang menjadi masalah adalah bagaimana hal-hal ini dapat dimanfaatkan oleh orang yang betul-betul membutuhkan. Kalau tidak ada persaingan maka pengusaha akan bertindak semena-mena. Dengan persaingan yang semakin banyak, maka pihak-pihak yang terlibat akan memanfaatkan sumber daya secara optimal sehingga mengurangi pemborosan.

  Produsen lokal cenderung takut dengan persaingan karena mereka belum bisa menghasilkan barang sebaik produsen luar. Dan karena itu para pengusaha meminta kebijakan proteksi. Untuk menghindari anggapan negative tentang persaingan maka dibuatlah prinsip-prinsip persaingan. Yang informasi harus sedapat mungkin sempurna. Ketiga adalah ada aturan main yang bisa dimonitor pemerintah dan benar-benar diterapkan. Jadi lembaga seperti Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) menjamin bahwa persaingan tersebut berada dalam koridor hokum. Sehingga persaingan tersebut tidak ada pihak yang dimanfaatkan.

  Sekarang ini banyak perusahaan multinasional muncul di negara kita, usaha besar jumlahnya sedikit, sebaliknya usaha kecil jumlahnya banyak.

  Usaha besar sering merupakan afiliasi asing yang operasionalisasinya sangat efisien, sedangkan usaha kecil masih menjadi perbincangan untuk didorong maju. Ritel modern yang berjaringan luas, efisien, dan diizinkan masuk ke daerah kecil didampingkan dengan ritel tradisional yang sering berpenampilan kumuh dan kurang menarik pengunjung. Selain hal tersebut perusahaan multinasionaanl dapat selalu bertahan karena ada persaingan demi persaingan. Produktivitas produksi selalu di tingkatkan terus menerus, dengan biaya produksi di tekan serendahmungkin sehingga hasilnya dapat di jual semurah mungkin. Hal tersebut yang menghambat usaha kecil dalam bersaing.

  Saat ini banyak sekali bisnis kuliner yang berbetuk waralaba tumbuh di indonesia mulai dari Kentucky Fried Chicken, MacDonald, Pizza Hut, Starbuck Coffee, Ice Cream Baskin Robin. Karena gengsi banyak masyarakat kalangan menengah ke atas lebih memilih makan di tempat tersebut dibanding makan di warung ataupun angkringan. Tetapi hal tersebut tidak saat ini bisnis kuliner kecil-kecilan menjamur di pinggir-pinggir jalan seperti warung makan, kios bakso, soto, mie ayam, lotek, gado-gado, angkringan dll.

  Selain itu, di Yogyakarta bisnis yang saat ini sedang maju yaitu bisnis kuliner Yogya chicken yang menyediakan produk ayam goreng lokal yang penyajiannya khalayak produk luar negeri. Pelayanan dan kualitasnya pun tak kalah enaknya dengan produk-produk luar negeri, selain ayam goreng, yang menjadi menu andalannyaadalah kentang goreng sebagai pelengkap. Di Yogya Chicken tersedia beberapa paket seperti halnya di restoran ayam goreng dari luar negeri. Contohnya 1 porsi ayam goreng (paha/dada) + nasi + minuman, hanya dibanderol dengan harga Rp.6.000,-. Minuman yang disediakan adalah minuman yang merakyat dan terjangkau, seperti es teh, es jeruk dan es lainnya .

  Tempat yang cukup luas dan nyaman sangat tepat untuk menikmati ayam goreng bersama kerabat ataupun keluarga. Harga yang terjangkau menjadikan Yogya Chicken tempat pilihan bagi para pelajar dan mahasiswa untuk tempat makan. Yogya Chicken juga menyediakan tempat makan khusus yang cukup luas untuk acara-acara seperti meeting, ulang tahun ataupun reuni. Yogya Chicken yang dulu pertama kali berdiri di Jl. Tribata Balapan Jogja ini, sekarang telah mempunyai banyak cabang sehingga memudahkan para pelanggan untuk mencari tempat makan yang terdekat.(chokichim.blogspot.com)

  Walaupun banyak perusahaan multinasional yang masuk ke Indonesia, kecil untuk lebih kreatif, efektif, dan inovatif dalam mengelola usahanya agar dapat selalu bertahan dan semakin berkembang.

B. Neoliberalisme

  Neoliberalisme muncul kurang lebih 30 tahun yang lalu. Tetapi kehadirannya dapat dirasakan hingga di seluruh segi-segi kehidupan, bukan hanya di bidang ekonomi, melainkan di seluruh segi kehidupan masyarakat di seluruh pelosok dunia. Neoliberalisme yang datang bebarengan dengan globalisasi ini bukan hanya di pakai untuk mengatur ekonomi global. Melalui dukungan teknologi komputer dan informasi yang canggih, kekuatan kapitalis local bergabung dengan kekuatan kapitalis global, bersama-sama mencoba mengeruk kekayaan bumi ini dengan menjanjikan bahwa kemakmuran global akan menjadi kenyataan lebih cepat dari pada yang diinginkan.

  Beberapa factor yang mendorong munculnya Neoliberalisme.Pertama, munculnya perusahaan multi nasional sebagai kekuatan yang nyata bahkan memiliki aset kekayaan yang lebih besar dari pada Negara-negara kecil di dunia. Mereka ini rata-rata mempunyai kantor pusat di Negara-negara maju (Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada, Jepang, Australia) dengan memanfaatkan semua fasilitas infrastruktur yang dimiliki Negara-negara itu.

  Gerak mereka bukan dibimbing oleh nasionalisme, melainkan insting mengeruk laba dimanapun kesempatan itu ada di muka bumi. Pada saat kritis mereka dapat mengubah modal yang begitu besar yang mereka miliki menjadi bargaining power, dan memaksa Negara-negara bertekuk lutut, termasuk Negara asal mereka sendiri.

  Kedua , untuk menjamin bahwa Negara-negara di seluruh dunia patuh

  menjalankan prinsip pasar bebas dan perdagangan bebas yang dikenal sebagai konstitusi internasional yang terus menerus memantau Negara-negara (surveillance system). Institusi internasional itu antara lain adalah World

  Trade Organization (WTO), yang dapat menjatuhkan hukuman pada Negara-

  negara yang tidak patuh pada perdagangan bebas seperti World Bank dan International Monetary Fun (IMF).

  Ketiga , sebagai variable independen dari semua ini adalah revolusi di

  bidang teknologi komunikasi dan transportasi yang amat dasyat selama 20 tahun terakhir ini. Bagi pelaku bisnis perkembangan memang diharapkan karena dengan demikian mereka tidak lagi mengalami hambatan apapun untuk menggerakkan barang maupun modal ataupun mengkoordinasikan produksi kemana-mana.

  Keempat, Negara-negara kuat umumnya memakai kekuatan yang

  dimilikinya untuk menaklukan Negara yang lebih lemah.Sebagai contoh khusus kita lihat agresi Amerika Serikat terhadap Negara-negara yang jadi sasaran eksploitasinya. Salah satu Negara yang menjadi sasaran globalisasi berikut idiologi Neoliberalisme adalah Indonesia. Indonesia dewasa ini dilanda kuat oleh arus kapitalisme-liberalisme dengan intensitas yang semakin tinggi. Dengan ide dasar bahwa kodrat yang sama terutama adala ditujukkan mencapai dan melalui pertimbangan-pertimbangan ekonomi. Transaksi dalam kegiatan ekonomi bukan hanya sekedar salah satu bentuk dari model hubungan antar manusia.

  Dalam era globalisasi ini, bangsa Indonesia setiap saat senantiasa dipengarui, dipaksa menelan pemahaman yang seakan-akan paling benar, bahwa keikut sertaan dalam globalisasiekonomi adalah suatu keharusan mutlak yang dapat membawa bangsa ini meraih cita-cita kesejahteraan bersama. Pasar bebas diartikan sebagai jalan menuju investasi, desentralisasi yang seolah-olah adalah sebagai penjaga stabilitas. Dengan kata lain, kita dipaksa untuk mempercayai bahwa kapitalismelah yang menyediakan surga, dan pasar bebaslah yang menawarkan kebahagiaan.

  Seperti yang kita ketahui globalisasi di pandang bukan hanya sebagai suatu fenomena dan tren yang akan berlalu, melainkan sebagai suatu kenyataan atau tata dunia yang menggantikan tata dunia Perang Dingin. Ciri utama tata dunia baru ini adalah integrasi modal, teknologi dan informasi lintas batas Negarasedemikian rupa sehingga terciptalah suatu pasar global tunggal dan suatu desa global yang tidak relevannya batas-batas Negara dalam eksistensi dan operasi tata dunia baru dimana manusia memasuki suatu abad kejayaan baru. Yang harus dilakukan hanyalah tenang, dan belanja, serta membiarkan pasar dan teknologi melaksanakan kekuatannya.Kepercayaan mutlak pada daya pasar dan teknologi adalah kunci sukses.

  Globalisasi korporat (corporate globalization) dipandang sebagai belum pernah ada kesamaan dalam sejarah. Secara logis kebaruan ini menuntut sikap baru dan cara pandang baru. Kebaruan membawa konsekuensi luas pada segala aspek kehidupan manusia. Yang pertama, untuk secara tepat dan memadai memberikan respon terhadap dunia barudimana orang tidak bisa mengandalkan kebijaksanaan yang lama melainkan harus berpaling pada kebijakan baru. Dan hal ini tidak hanya dipandang berlaku hanya satu bidang melainkan pada seluruh bidang kehidupan, mulai dari ekonomi, politik, sampai dengan kehidupan social dan budaya.

  Dalam era baru ini pasar dinobatkan menjadi paradigma dominan. Pendiskreditan Negara dan kekuatan sosial masuk nilai-nilai budaya yang tidak kondusif untuk pasar, yang berlawanan dengan konsep manusia sebagai

  homo economicus memberikan ruang seluas-luasnya bagi pasar. Pasar dan demokrasi dipandang sebagai hal yang paling natural bagi manusia.

  Paradigma ini menjadi tolak ukur untuk menilai mana yang patut dipertahankan, mana yang kurang bisa dipertahankan dan mana yang harus diubah. Dengan kata lain pasar mempunyai kekuatan disipliner. Paradigma kedaulatan pasar tersebar melalui berbagai saluran dan cara. Pada tataran politik, bekerjanya pasar kerap dikaitkan dengan demokrasi. Meskipun tidak ada hubungan intrinsik di antara keduanya, kerapkali dinyatakan bahwa masyarakat pasar tidak akan berfungsi dengan baik tanpa masyarakat demokratis. Liberalisasi ekonomi umumnya dipandang akan bermuara pada liberalisasi politik, dengan kata lain ada antara pasar dengan demokrasi.

  Kaitan ini lama kelamaan diserap sebagai bagian dari akal sehat yang ditanamkan kedaulatan pasar.

  Tidak mengherankan bahwa kedatangan pasar dalam berbagai bentuknya dipandang sebagaiawal yang menjanjikan dari datangnya demokrasi yang terwujut dalam kedatangan modal-modal asing yang besar. Logika yang simplistik seperti inilah yang ditanamkan dalam benak masyarakat. Lebih dalam lagi, paradigma pasar mengubah cara berfikir mastarakat. Muncul dan dominannya kapitalisme memutar balikkan hubungan antara masyarakat dan pasar. Pada masa prakapitalis atau awal beroprasinya kapitalis, pasar merupakan bagian dari masyarakat. Operasi norma-norma pasar berakar dan di batasi oleh norma-norma social dan masyarakat yang mengakhiri hubungan social dan ekonomi. Namun, ketika kapitalisme sudah dominan hubungan di balik masyarakat yang merupakan bagian dari pasar. Norma masyarakat di tentang, didesak, dibatasi, dan ditekan oleh norma-norma pasar. Dalam hal ini bisnis menjadi paradigma utama dan pasar memiliki kedaulatannya. Hal tersebut merembet dalam kehidupan sehari-hari melalui dominasi paradigma dan bahasa bisnis.

  Masyarakat pada umumnya belajar mengadopsi bahasa pasar. Bahasa dan pola pikir bisnis sudah mendominasi percakapan sehari-hari. Pengguna konsep efisiensi, cost benefit analysis, untung-rugi, portofolio, return of

  investment sudah menjadi bagian dari sehari-hari, terutama melalui iklan dan

  ekspansi logika pasar ke dalam aspek-aspek kehidupan lainnya. Tak bisnis mulai dari yang serius sampai yang asal seolah menjanjikan kelancaran karir dan masa depan yang gilang gumilang.

  Lebih dalam dari hal tersebut, proses kemodifikasian menjadi prinsip dominan dan mengekspansi dunia kehidupan yang tadinya dipanndang sakral dan kebal terhadap kemodifikasian. Jika sebelumnya profitabilitas menjadi monopoli transaksi ekonomi, kini ia menjadi pola pikir masyarakat pada umumnya. Lebih jauh dari itu, profitabilitas untuk menilai apakah sesuatu itu baik atau tidak, dapat dipsertahankan atau tidak, dapat dikelola dengan baik atau tidak, dan seterusnya. Profitabilitas pun mengivansi semua aspek kehidupan. Modus pikir ekonomi yang tadinya merupakan prinsip organisasi kehidupan ekonomi sekarang menginvasi kehidupan social, politik, kulturan dan bahkan religius. Dengan begitu efisiensi dan profitabilitas menjadi tolak ukur program-program privatisasi. Proses tersebut sudah merambah ke segala bidang, semua bisa disulap menjadi komoditi yang diperdagangkan pada skala global melalui sarana yang disediakan oleh teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi, bertumpu pada investasi modal asing, dan dijalankan sesuai dengan program dan rencana proyek negara-negara maju, dan diterapkannya teori trickle down effect atau efek tetesan ke bawah, yang asumsinya manfaat program-program intervensi sosial di negara-negara Dunia Ketiga akan menetes ke bawah kepada setiap orang, mulai dari mereka yang berada dalam kelompok-kelompok sosial ekonomi paling atas yang pertama-tama mengakses pesan-pesan kemajuan atas dukungan kemampuan dalam kelompok-kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah (Jahi, 1993:75; Nasution, 1988).

  Teori trickle-down effect menjelaskan bahwa kemajuan yang diperoleh oleh sekelompok masyarakat akan sendirinya menetes ke bawah sehingga menciptakan lapangan kerja dan berbagai peluang ekonomi yang pada gilirannya akan menumbuhkan berbagai kondisi demi terciptanya distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi yang merata. Teori tersebut mengimplikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi akan diikuti oleh aliran vertikal dari penduduk kaya ke penduduk miskin yang terjadi dengan sendirinya. Manfaat pertumbuhan ekonomi akan dirasakan penduduk kaya terlebih dahulu, dan kemudian pada tahap selanjutnya penduduk miskin mulai memperoleh manfaat ketika penduduk kaya mulai membelanjakan hasil dari pertumbuhaan ekonomi yang telah diterimanya. Dengan demikian, maka pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penuruan angka kemiskinan merupakan efek tidak langsung oleh adanya aliran vertikal dari penduduk kaya ke penduduk miskin. Hal ini berarti juga bahwa kemiskinan akan berkurang dalam skala yang sangat kecil bila penduduk miskin hanya menerima sedikit manfaat dari total manfaat yang ditimbulkan dari adanya pertumbuhan ekonomi.

  Proses tersebut berhasil karena ada keberhasilan identifikasi antara kapitalisme dengan system kebuthuhan manusia. Kapitalisme berhasil mempresentasikan dirinya sebagai system yang berangkat dari usaha adalah suatu system yang berasal dari manusia itu sendiri dan karenanya paling manusiawi dan natural. Representasi diri kapitaisme ini berhasil menggalang persetujuan dan dukungan spontan terhadap duplikasi system ini.Slogan kapitalisme membebaskan dan kapitalisme memenuhi kebutuhan manusia yang selama ini terlantar.

  Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin hari semakin bertambah, muncullah perusahaan multinasional seperti careffour dimana careffour tersebut menyediakan semua jenis kebutuhan rumah tangga yang memungkinkan orang dapat melakukan jenis perbelanjaan campuran. Pada tahun 1962 muncul hipermarket pertamanya di Sainte-Geneviève-des-Bois, dekat Paris, Perancis dengan nama Carrefour.Kelompok Carrefour memperkenalkan konsep hipermarket untuk pertama kalinya, sebuah supermarket besar yang mengombinasikan department store (toko serba ada).Dan sekarang total gerainya sekitar 15.000 dengan karyawan sekitar 700.000 di seluruh dunia.Gerai Carrefour di Indonesia dibuka pada bulan Oktober 1998 dengan membuka unit pertama di Cempaka Putih, Jakarta.Di Indonesia, Carrefour memiliki 41 gerai di sepuluh kota, yaitu Bandung, Bekasi, Bogor, Denpasar, Jakarta, Makassar, Medan, Palembang, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta. (www.ngobrolaja.com)

  Saat ini carrefour menjadi perusahaan yang melampaui batas negara,bahkan mendunia. Hal tersebut dibuktikan dengan gerai carrefour yang tersebar diseluruh dunia yang secara langsung carrefour telah menjajah memonopoli pasar yang ada di indonesia. Hal tersebut ditandai dengankehadiran beberapa gerainya di dekat pasar tradisional dan berada di kawasan permukiman, adanya beberapa gerai yang terlalu berdekatan, pelanggaran ukuran gerai, kebocoran gas karbon monoksida di salah satu gerainya, dan menjual produk makanan kedaluwarsa.

  Sebagaimana kita tahu, Carrefour sudah membangun begitu banyak hipermarket di seluruh kota besar di Indonesia, bahkan juga mengakuisisi grup Alfamart dan mengubahnya menjadi Carrefour. Sering ia membangun bisnisnya di dekat pasar-pasar tradisional yang telah lama tumbuh di negeri ini. Hanya sebagai contoh, Carrefour Plaza Ambarukmo di belakangnya ada Pasar Ambarukmo, Carrefour Rungkut Surabaya hanya sepelemparan tombak dari Pasar Soponyono Rungkut. Carrefour Kalimas hanya sekiloan dari Pasar Wonokromo Surabaya. Bahkan Carrefour ITC berhadap-hadapan dengan Pasar Atom Surabaya. (bahtiarhs.net)

  Belakangan ini carrefour diperiksa Komisi Pengawasan Persaingan

  Usaha (KPPU) , carrefour terbukti secara sah memonopoli dan mendominasi

  pasar hulu (upstream) ritel di Indonesia setelah mengakuisisi 75% saham PT Alfa Retailindo Tbk pada Januari 2008.KPPU menilai Carrefour terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 17 ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) a UU No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.Pasal 17 (1) menyatakan, pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau persaingan usaha tidak sehat.Sedangkan pasal 25 (1) a menyebutkan, pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing baik dari segi harga maupun kualitas.

  Karena terbukti secara sah telah melakukan monopoli dan melakukan persaingan yang tidak sehat pada tanggal 3 Novenber 2009 carrefour dijatuhi denda sebesar Rp25 miliar (antasari.net) atau dengan sanksi berupa penetapan pembatalan perjanjian, menghentikan integrasi vertikal, menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan persaingan tidak sehat yang merugikan masyarakat, menghentikan penyalah gunaan posisi dominan, dan penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan pengambil alihan saham. (www.kppu.go.id)

  Dengan adanya kasus tersebut ,KPPU berperan sebagai wasit persaingan bisnis yang adil, sehingga masyarakat dan konsumen terlindungi dari perilaku monopolistik yang merugikan.

  Indonesiapun tidak luput dari kecenderungan teori trickle down effect. Hal tersebut dapat dilihat dari pendirian-pendirian pusat pusat perbelanjaan yang berada di pusat-pusat kota besar di Indonesia. Dengan mengijinkannya perusahaan multinasional masuk ke Indonesia dan menginvestasikan modalnya diharapkan investasi tersebut secara terus menerus dapat merembes ke seluruh lapisan masyarakat. Rembesan ini bisa dalam bentuk fasilitas atau jembatan, bandar udara, pelabuhan laut, yang kemudian diikuti dengan pertumbuhan jasa transportasi, arus barang dan jasa pun mengalir dari sentra produksi ke pemasaran di kota atau sebaliknya, volume peredaran uang di desa pun meningkat, daya beli membaik, masyarakat bergairah untuk membangun diri, menekan angka urbanisasi dan desa atau kampung-kampung berkembang.

  Dengan keberadaan Plaza Ambarukmo menghidupkan perekonomian yang berada di dusun Ambarukmo. Setelah Plaza Ambarukmo didirikan banyak sekali usaha-usaha yang bermunculan. Yang tadinya banyak lahan kosong di dusun Ambarukmo, saat ini lahan tersebut telah penuh didirikan bangunan dengan berbagai usaha. Selain itu, usaha-usaha yang berdiri sebelum ada Plaza Ambarukmo, mereka mendapat rembesan dari didirikannya Plaza tersebut. Yang tadinya sepi setelah ada Plaza Ambarukmo pelanggannya bertambah banyak sehingga akan mempengaruhi banyaknya jumlah barang dagangan yang dijual, yang kemudian menambah omset dan laba para pengusaha kecil dan mikro. Rembesan dari berdirinya Plaza Ambarukmo bisa dirasakan para pengusaha kecil dan mikro tetapi masih dalam skala yang kecil. Sedangkan yang mempunyai keuntungan yang paling besar adalah tenant- tenant yang berada di Plaza Ambarukmo. Dengan keberadaan Plaza Ambarukmo dan tenant- tenant memberi keuntungan besar bagi mereka dan selanjutnya keuntungan tersebut akan merembes ke usaha kecil dan mikro yang berada di sekitar Plaza Ambarukmo.

C. Usaha Kecil

  Usaha kecil adalah usaha dengan beberapa karakteristik sebagai berikut, Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah- pindah. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik .

  Contoh usaha keciladalah usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan. Peternakan ayam, itik dan perikanan, Koperasi berskala kecil.

  Pada tahun 2008 di buatlah Undang-Undang yang terbaru, dimana Undang-Undang tersebut mendifinisikan

  1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

  2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang.

  3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.

  4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

  5. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.

  Di sini Pemerintah Pusat atau Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.