PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MIKRO DAN MENEN

PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MIKRO DAN MENENGAH
DALAM MENINGKATKAN KONTRIBUSI TERHADAP
PENCIPTAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO NASIONAL

Makalah ini disusun guna memenuhi ujian tengah semester mata kuliah
ekonomi publik

Disusun oleh :
ALFIANY ERDI F
F1117006
S1 EKONOMI PEMBANGUNAN (TRANSFER)/B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang
mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara
luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan

peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan
berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, Usaha Mikro Kecil
dan Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus
memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan
seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha
ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha
Milik Negara.
Tabel 1.1
Jumlah UMKM berdasarkan unit usaha
Skala usaha

Jumlah (unit)
2010

2011

Usaha mikro

53.504.416


54.559.969

Usaha kecil

568.397

602.195

Usaha menengah

42.008

44.280

Jumlah

54.114.821

55.206.444


Sumber : www.depko.go.id
Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah UMKM mengalami peningkatan
yang signifikan pada semua unit usaha.
Tabel 1.2
Jumlah UMKM berdasarkan sektor usaha
Sektor

Jumlah (unit)
2010

2011

Non pertanian

8.887.134

9.849.996

Pertanian


26.685.710

26.967.963

Perdagangan dan jasa

18.251.158

18.415.486

Total

53.824.002

55.233.445

Sumber : www.depko.go.id
Dilihat dari tabel diatas, jumlah UMKM sektor pertanian paling banyak
dibandingkan dengan UMKM sektor lainnya. Hampir 50% UMKM yang ada
merupakan UMKM sektor pertanian, sedangkan sektor perdagangan sekitar 29

persen. Secara keseluruhan jumlah UMKM terus meningkat dari tahun 2010 ke
tahun 2011 dari berbagai sektor usaha.
Tabel 1.3
Perbandingan jumlah UMKM dengan usaha besar di Indonesia
2010

2011

UMKM

53.824.002

55.233.445

Usaha besar

4.838

4.952


Sumber : www.depko.go.id
Hampir 99 persen usaha yang ada di Indonesia merupakan UMKM,
sedangkan hanya sekitar 1 persen merupakan usaha besar. Tapi jika dilihat dari
penciptaan PDB nya ternyata usaha besar relatif lebih besar dari pada UMKM. Ini
bisa dilihat dengan hanya 1 persen, usaha besar mampun menciptakan PDB
sekitar 42 persen, sedangkan UMKM yang jumlahnya hampir 99 persen hanya
mampu memberikan kontribusi PDB sekitar 58 persen. Ini menunjukkkan bahwa
sebenarnya UMKM sendiri masih mempunyai peluang dan potensi yang cukup
besar untuk meningkatkan usahanya sehingga kontribusi terhadap PDB juga
akan semakin besar. Untuk meningkatkan usahanya diperlukan adanya
pemberdayaan terhadap UMKM di Indonesia dalam hal kontribusinya terhadap
penciptaan

Produk

Domestik

Bruto

(PDB)


nasional.

Dalam

upaya

memberdayakan UMKM di Indonesia, tentunya selalu diawasi dan dievaluasi
oleh kementrian koperasi dan usaha kecil menengah republik Indonesia.

BAB II
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka perumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
“ Bagaimana pemberdayaan UMKM dalam meningkatkan kontribusi penciptaan
PDB nasional ?”

BAB III
KAJIAN LITERATUR
A. PEMBERDAYAAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pemberdayaan
berasal dari kata “daya” yaitu yang berarti kemampuan melakukan sesuatu
atau kemampuan bertindak. Jadi pemberdayaan adalah proses atau cara
untuk memberdayakan.
B. USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008
tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah dijelaskan bahwa Usaha Mikro
adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan. Sedangkan usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari Usaha Menengah atau Usaha Besar. Sedangkan Usaha Menengah
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.
Didalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008 tentang
Usaha Miro Kecil dan Menengah juga dijelaskan mengenai kriteria usaha

mikro kecil dan menengah. Kriteria tersebut antara lain adalah :
1. Kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
2. Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
3. Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) definisi UKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja, yaitu untuk usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja
lima sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga
kerja 20 sampai dengan 99 orang.
C. MENINGKATKAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) meningkatkan
berasal dari kata “tingkat” yang berarti tinggi rendah martabat (kedudukan,
jabatan, kemajuan, peradaban, dan sebagainya); pangkat; derajat; taraf;
kelas. Jadi meningkatkan adalah menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya);
mempertinggi; memperhebat (produksi dan sebagainya).
D. KONTRIBUSI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kontribusi adalah
uang iuran (kepada perkumpulan dan sebagainya); sumbangan.
E. PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)
merupakan indikator yang digunakan dalam perekonomian suatu negara
untuk mengukur total pendapatan yang diperoleh masyarakat dalam suatu
negara sehingga dapat diketahui baik atau buruknya perekonomian pada
suatu negara. Jadi pengertian dari PDB/GDP adalah nilai pasar dari semua

barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu
periode. Namun, dalam PDB/GDP terdapat beberapa hal yang tidak
disertakan seperti nilai dari semua kegiatan yang terjadi di luar pasar, kualitas
lingkungan dan distribusi pendapatan. Oleh sebab itu, PDB/GDP per kapita
yang merupakan besarnya PDB/GDP apabila dibandingkan dengan jumlah

penduduk di suatu negara merupakan alat yang lebih tepat yang dapat
menunjukkan bagaimana rata – rata penduduk dan standar hidup dari
masyarakat suatu negara. (Mankiw,2006:5,6,22,23).
Produk Domestik Bruto atau GDP (Gross Domestic Product)
merupakan indikator penting karena dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik
untuk mengukur kesejahteraan masyarakat. Hal ini dikarenakan GDP
mengukur dua hal pada saat bersamaan yaitu total pendapatan seluruh
masyarakat dalam perekonomian dan total pembelanjaan negara untuk
membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. GDP dapat melakukan
pengukuran total pendapatan dan pengeluaran dikarenakan untuk suatu
perekonomian

secara

keseluruhan,

pendapatan

pasti

sama

dengan

pengeluaran. (Mankiw,2006:5)
Dalam mengukur perekonomian suatu negara, GDP menjadi ukuran
yang meliputi banyak hal diantaranya adalah barang – barang yang
diproduksi dalam perekonomian dan dijual secara legal di pasaran. GDP juga
memasukkan nilai pasar dari jasa perumahan pada perekonomian. GDP
meliputi barang yang dapat dihitung (makanan, pakaian, mobil) maupun jasa
yang tidak dapat dihitung (potong rambut, pembersihan rumah, kunjungan ke
dokter). GDP mengikutsertakan barang dan jasa yang sedang diproduksi.
GDP mengukur nilai produksi dalam batas geografis sebuah negara. GDP
mengukur nilai produksi yang terjadi sepanjang suatu interval waktu.
Biasanya, interval tersebut berkisar setahun atau satu kuartal (tiga bulan).
GDP mengukur aliran pendapatan dan pengeluaran dalam perekonomian
selama interval tesebut. Sedangkan hal – hal yang tidak dapat diukur oleh
GDP yaitu barang yang diproduksi dan dijual secara gelap, seperti obat –
obatan terlarang. GDP juga tidak mencakup barang – barang yang tidak
pernah memasuki pasar karena diproduksi dan dikonsumsi dalam rumah
tangga. (Mankiw,2006:7-10)
Komponen – komponen dari GDP (Y) adalah konsumsi (c), investasi
(I), belanja negara (G), dan ekspor neto (NX):
Y = C + I + G + NX
Penjelasan dari komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan barang dan jasa oleh
rumah tangga.

2. Investasi (investment) adalah pembelian barang yang nantinya akan
digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa
3. Belanja pemerintah (government purchases) mencakup pembelanjaan
barang dan jasa oleh pemerintah daerah, negara bagian, dan pusat
(federal).
4. Ekspor neto (net exports) sama dengan pembelian produk dalam negeri
oleh orang asing (ekspor) dikurangi pembelian produk luar negeri oleh
warga negara (impor). (Mankiw,2006:11-13)
Untuk mendapatkan ukuran dari jumlah produksi yang tidak
dipengaruhi oleh perubahan harga maka digunakan GDP riil (real GDP) yang
menilai produksi barang dan jasa pada harga tetap. GDP riil menggunakan
harga tahun pokok yang tetap untuk menentukan nilai produksi barang dan
jasa dalam perekonomian. Karena GDP riil tidak dipengaruhi perubahan
harga, perubahan GDP riil hanya mencerminkan perubahan jumlah barang
dan jasa yang diproduksi. Jadi, GDP riil merupakan ukuran produksi barang
dan jasa dalam perekonomian. Selain GDP riil, alat ukur yang lain yaitu GDP
nominal. GDP nominal mengukur produksi barang dan jasa yang dinilai
dengan

harga



harga

di

masa

sekarang.

GDP

nominal

dalam

perhitungannya dipengaruhi kenaikan jumlah barang atau jasa yang
diproduksi

dan

juga

kenaikan

harga

barang

atau

jasa

tersebut.

(Mankiw,2006:15-17)
GDP dapat mengukur total pendapatan maupun total pengeluaran
perekonomian untuk barang dan jasa. GDP per orang (kapita) menunjukkan
pendapatan dan pengeluaran dari rata – rata individu dalam perekonomian.
Karena kebanyakan individu lebih memilih pendapatan dan pengeluaran
yang lebih tinggi, GDP per individu (kapita) merupakan ukuran kesejahteraan
rata – rata per individu yang cukup alamiah. GDP per kapita dapat
menunjukan bagaimana rata – rata penduduk, namun dibalik rata – rata
tersebut terdapat perbedaan yang besar antara berbagai pengalaman yang
dialami setiap individu. Maka dapat disimpulkan bahwa GDP merupakan
ukuran kesejahteraan yang baik untuk berbagai tujuan, namun tidak untuk
semua tujuan. (Mankiw,2006:19-22)

BAB IV
PEMBAHASAN
Berikut adalah tabel Produk domestik bruto (PDB) UMKM dan UB
Menurut sektor ekonomi tahun 2009-2010.
Tabel 1.4

Sumber : www.depko.go.id
Perkembangan Produk Domestik Bruto dari UMKM selama 3 tahun
terakhir menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data dari Kementrian Koperasi
dan UMKM pada tahun 2011 kontribusi UMKM terhadap PDB sekitar 57,94
persen. Tahun 2009, kontribusi UMKM terhadap PDB sekitar 56,53 persen.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa selama ini UMKM masih menjadi tulang

punggung perekonomian Indonesia dengan memberikan kontribusi PDB lebih
besar daripada usaha besar, bahkan dalam 3 tahun terakhir menunjukkan
peningkatan kontribusinya terhadap PDB jika dibandingkan dengan usaha besar
yang terus mengalami penurunan.
Berdasarkan kontribusi secara sektoral, tidak dapat dipungkiri bahwa
sektor pertanian dan perdagangan menjadi tulang punggung bagi UMKM dimana
kedua sektor tersebut memberikan kontribusi yang paling besar dalam
pembentukan PDB. Besarnya kontribusi kedua sektor tersebut cukup beralasan
karena jika dilihat dari karakteristik dan jumlah UMKM yang ada di Indonesia,
kedua sektor tersebut sangat dominan dalam jumlah UMKM nya. Berdasarkan
data dari kantor Kementrian Koperasi dan UMKM pada tahun 2011 kontribusi
UMKM terhadap PDB sekitar 57,94 persen (tabel 2.6). Tahun 2009, kontribusi
UMKM terhadap PDB sekitar 56,53 persen.
Sektor ekonomi dari UMKM Pertambangan selama 3 tahun terakhir
menunjukkan peningkatan. Sektor ekonomi lainnya yang juga memberikan
kontribusi yang cukup besar adalah sektor industri. Berkembangnya sektor
industri dipicu oleh berkembangnya sektor pariwisata yang menyebabkan industri
kecil dan menengah ikut berkembang. Permintaan produk-produk kerajinan
UMKM meningkat dipasaran baik untuk pasar domestik maupun pasar
internasional.
Dengan banyaknya jumlah usaha di Indonesia, 99 persen dari usaha
tersebut merupakan UMKM, sedangkan hanya sekitar 1 persen merupakan
usaha besar. Akan tetapi banyaknya jumlah UMKM tidak sebanding dengan
penciptaan PDB nya. Ternyata usaha besar relatif lebih besar dari pada UMKM.
Ini bisa dilihat dengan hanya 1 persen, usaha besar mampun menciptakan PDB
sekitar 42 persen, sedangkan UMKM yang jumlahnya hampir 99 persen hanya
mampu memberikan kontribusi PDB sekitar 58 persen. Hal ini menunjukkkan
bahwa sebenarnya UMKM sendiri masih mempunyai peluang dan potensi yang
cukup besar untuk meningkatkan usahanya sehingga kontribusi terhadap PDB
juga akan semakin besar. Untuk mengasah potensi tersebut perlu adanya
pemberdayaan UMKM di Indonesia.
Bank Indonesia (2011) mengembangkan filosofi 5 jari dalam rangka
pemberdayaan UMKM di Indonesia bahwa tiap jari memiliki masing-masing
peran yang tidak dapat berdiri sendiri dan harus bersatu agar lebih kuat.

1. Jari jempol mewakili lembaga keuangan yang berperan sebagai lembaga
intermediasi yaitu menyalurkan kredit kepada masyarakat.
2. Jari telunjuk mewakili pemerintah dan Bank Indonesia sebagai regulator
sektor riildan fiskal.
3. Jari tengah mewakili katalisator sebagai pendukung perbankan dan UMKM.
4. Jari manis mewakili fasilitator sebagai pendamping dan pembantu UMKM.
5. Jari kelingking mewakili UMKM sebagai pelaku usaha, pembayar pajak dan
penyerap tenaga kerja.
Pemberdayaan UMKM di Indonesia dapat dilakukan dengan cara
memberikan pembinaan yang dilakukan oleh dinas koperasi dan UKM. Dengan
adanya pembinaan dari dinas koperasi dan UKM maka UMKM dapat mengatasi
kendala-kendala yang menghambat pertumbuhan UMKM itu sendiri. Kendalakendala secara garis besar yang menghambat pertumbuhan UMKM antara lain :
1. Persaingan
2. Penyelundupan
3. Kebijakan ekonomi
4. Kebijakan harga
5. Penguasaan teknologi
6. Permodalan dan manajerial
Dengan adanya kendala-kendala diatas maka dapat diatasi dengan
pembinaan dari dinas koperasi dan UKM. Berikut pembinaan yang dilakukan
adalah :
1. Mengadakan diklat dalam rangka meningkatkan Sumber Daya Manusia
Dengan memberikan diklat-diklat kepada setiap daerah, maka akan
memberikan wawasan dan pengetahuan baru kepada masyarakat khususnya
pelaku UMKM. Sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM atau pelaku
UMKM itu sendiri.
2. Mengelompokkan UMKM yang sejenis dalam Kelompok Usaha Bersama
Dengan mengelompokkan usaha yang sejenis dalam Kelompok
Usaha Bersama, dapat memudahkan pelaku UMKM dalam memasarkan
produknya.
3. Memfasilitasi dalam akses permodalan
Dengan memfasilitasi permodalan UMKM maka diharapkan dapat
menambah

permodalan

UMKM

dalam

mengembangkan

usaha,

meningkatkan volume usaha UMKM dan meningkatkan serta memperluas
pelayanan usaha bagi UMKM.
4. Memprioritaskan pembinaan UMKM yang memproduksi produk unggulan
daerah
Dengan memberikan pembinaan UMKM yang memproduksi produk
unggulan daerah maka diharapkan UMKM menjadi lebih fokus dan
meningkatkan kualitas produk unggulannya yang menjadi ciri khas setiap
daerah.
5. Memvalidasi database UMKM
Yaitu dengan melakukan pendataan setiap UMKM pada setiap
daerah. Serta memberikan himbauan kepada pelaku UMKM yang belum
mendaftarkan usahanya kepada dinas yang bersangkutan.
6. Memfasilitasi dalam memperoleh HKI dan ijin
Yaitu dengan memberikan fasilitas dengan memberi bantuan
kemudahan ijin. Seperti mengurus SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan),
TDP (Tanda Daftar Perusahaan), dan HO (Ijin Gangguan Tempat Usaha).
7. Melakukan kemitraan
Yaitu dengan melakukan kerjasama yang saling menguntungkan
dengan perusahaan besar terutama dalam hal pemasaran dan permodalan.
Dengan memberikan fasilitas yang dibutuhkan oleh setiap UMKM maka
dapat memberikan stimulan kepada pemilik UMKM untuk dapat lebih
meningkatkan hasil produksinya. Selain itu dengan memberdayakan UMKM
dengan upaya-upaya diatas diharapkan UMKM dapat lebih berkontribusi sebagai
penyumbang PDB nasional.

BAB V
KESIMPULAN
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak angkatan kerja.
UMKM adalah salah satu usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja akan
tetapi dengan banyaknya jumlah UMKM yang mencapai 99% di bandingkan
dengan usaha besar yang hanya 1%, memiliki kontribusi yang rendah atau tidak
sebanding dengan jumlah UMKM yang ada. Usaha besar mampun menciptakan
PDB sekitar 42 persen, sedangkan UMKM yang jumlahnya hampir 99 persen
hanya mampu memberikan kontribusi PDB sekitar 58 persen. Karena hal
tersebut maka diperlukan adanya pemberdayaan UMKM agar diharapkan UMKM
dapat meningkatkan kontribusinya terhadap PDB nasional.
Pemberdayaan UMKM dapat dilakukan dengan pembinaan UMKM
melalui dinas koperasi dan UMKM dari setiap daerah. Berikut adalah upayaupaya yang dilakukan dalam pembinaan UMKM :
1. Mengadakan diklat dalam rangka meningkatkan Sumber Daya Manusia
2. Mengelompokkan UMKM yang sejenis dalam Kelompok Usaha Bersama
3. Memfasilitasi dalam akses permodalan
4. Memprioritaskan pembinaan UMKM yang memproduksi produk unggulan
daerah
5. Memvalidasi database UMKM
6. Memfasilitasi dalam memperoleh HKI dan ijin
7. Melakukan kemitraan

DAFTAR PUSTAKA
Mankiw ,Gregory. (2006). Pengantar Ekonomi Makro (Edisi Ketiga).
Jakarta :Salemba Empat.
Setyanto, A. R., Samodra, B. R., & Pratama, Y. P. (2015). Kajian Strategi
Pemberdayaan UMKM Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas Kawasan Asean
(Studi Kasus Kampung Batik Laweyan). ETIKONOMI, 14(2).
Setyanto, A. R., Samudro, B. R., & Pratama, Y. P. (2017). KAJIAN POLA
PENGEMBANGAN UMKM DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN MELALUI MODAL
SOSIAL DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS KAWASAN ASEAN.
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan, 15(2).
Setyanto, A. R., Samudro, B. R., Pratama, Y. P., & Soesilo, A. M. (2015). Kajian
Strategi Pengembangan UMKM Melalui Media Sosial (Ruang Lingkup Kampung
Batik Laweyan). Sustainable Competitive Advantage (SCA), 5(1).
Husen, C., Kaluge, D., & Pratama, Y. P. (2017). Kajian Nilai-Nilai Pancasila Di
Sektor Perbankan: Peningkatan Peran Perbankan Dalam Pemerataan Sebagai
Wujud Dari Keadilan Sosial di Perekonomian Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi dan
Pembangunan, 15(2).
Syafruddin, E., Maskie, G., & Pratama, Y. P. (2017). KAJIAN OPERASIONAL
TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
NELAYAN (Studi Kasus Desa Watukarung Kecamatan Pringkuku Kabupaten
Pacitan). Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan, 14(2).
Sulistiyana, R. P., Samudro, B. R., & Pratama, Y. P. (2017). Partai Politik, Kepala
Daerah Dan Performa Ekonomi Regional (Studi Kasus Provinsi di Indonesia
Tahun 2010-2014). Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan, 15(1).
UU 20 Tahun 2008 UMKM. Diakses Januari 04, 2018, dari
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU20Tahun2008UMKM.pdf
Perkembangan Data UMKM dan UB Tahun 2010-2011. Diakses Januari 04,
2018, dari http://www.depkop.go.id/pdfviewer/?p=uploads/tx_rtgfiles/sandingan_data_umkm_2010-2011-new_01.pdf
Pembinaan UMKM. Diakses Januari 04, 2018, dari
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/29357/NjE5MDI=/Pembinaan-UMKMKota-Surakarta-oleh-Dinas-Koperasi-dan-UKM-Kota-Surakarta-abstrak.pdf
pembinaan umkm solo