Bab 4 – Halaman :1 - DOCRPIJM 7453c2496a BAB IV9. BAB 4

  Kota Tanjungbalai 2015-2019

RPI2-JM

  4.1 Gambaran Umum Kota Tanjungbalai

  Pemahaman terhadap kondisi fisik dasar wilayah perencanaan yang akan dikemukakan adalah meliputi letak geografis dan batas administrasi, aspek topografi/kemiringan lahan, kondisi geologi/jenis tanah, klimatologi dan hidrologi. Aspek tersebut akan menentukan daya dukung lahan serta daya tampung ruang fisik lahan terhadap arah pengembangan wilayah pada masa mendatang.

4.1.1 Sejarah Kota Tanjungbalai

  Sejarah Kerajaan Asahan dimulai dengan penobatan raja pertama Kerajaan tersebut yang berlangsung meriah disekitar kampung Tanjung. Peristiwa penabalan raja pertama Kerajaan Asahan tersebut terjadi tepatnya pada tanggal 27 Desember 1620, dan tanggal 27 Desember kemudian ditetapkan sebagai “hari jadi Tanjungbalai” dengan surat keputusan DPRD Tanjungbalai Nomor : 4/DPRD/TB/1986 Tanggal 25 November 1986. Mengenai asal usul nama Kota “Tanjungbalai” menurut cerita rakyat yang ada di Tanjungbalai bermula dari sebuah kampung yang ada disekitar ujung tanjung di muara Sungai Silau dan aliran Sungai Asahan. Lama kelamaan balai yang dibangun semakin ramai disinggahi karena tempatnya yang strategis sebagai bandar kecil tempat melintas ataupun orang-orang yang ingin bepergian ke hulu Sungai Silau. Tempat itu kemudian dinamai “Kampung Tanjung” dan orang lazim menyebutnya balai “Di Tanjung”.

  Ditemukannya kampung Tanjung kemudian menjadikan daerah itu menjadi semakin ramai dan berkembang menjadi sebuah negeri. Penabalan Sultan Abdul Jalil sebagai raja pertama Kerajaan Asahan di kampung Tanjung kemudian memulai sejarah pemerintahan Kerajaan Asahan pada tahun 1620. Dalam catatan sejarah, Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh delapan orang raja yang sejak raja pertama Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah tahun 1933, yang kemudian mangkat pada tanggal 17 April 1980 di Medan dan di makamkan di kompleks Mesjid Raya Tanjungbalai.

  Pertumbuhan dan perkembangan Tanjungbalai sejak didirikan sebagai Gementee berdasarkan Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 dengan Stbl.1917 No. 284, sebagai akibat dibukanya

  Kota Tanjungbalai 2015-2019

RPI2-JM

  perkebunan-perkebunan di daerah Sumatera Timur termasuk daerah Asahan seperti H.A.P.M., SIPEF, London Sumatera (Lonsum) dan lain-lain, maka Tanjungbalai sebagai kota pelabuhan dan pintu masuk ke daerah Asahan menjadi penting artinya bagi perkembangan perekonomian Belanda.

  Dengan telah berfungsinya jembatan Kisaran dan dibangunnya jalan kereta api Medan- Tanjungbalai, maka hasil-hasil dari perkebunan dapat lebih lancar disalurkan atau di ekspor melalui kota pelabuhan Tanjungbalai. Untuk memperlancar kegiatan perkebunan, maskapai- maskapai Belanda membuka kantor dagangnya di Tanjungbalai antara lain: kantor K.P.M., Borsumeij dan lain-lain, maka pada abad XX mulailah penduduk bangsa Eropa tinggal menetap di Tanjungbalai. Assisten Resident van Asahan berkedudukan di Tanjungbalai dan karena jabatannya bertindak sebagai Wali Kota dan Ketua Dewan (Voorziter van den Gemeenteraad).

  Sebagai kota pelabuhan dan tempat kedudukan Assisten Resident Tanjungbalai juga merupakan tempat kedudukan Sultan Kerajaan Asahan. Pada waktu Gementee Tanjungbalai didirikan atas Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 No. 284, luas wilayah Gementee Tanjungbalai adalah 106 Ha. Atas persetujuan Bupati Asahan melalui maklumat tanggal 11 Januari 1958 No. 260 daerah-daerah yang dikeluarkan (menurut Stbl. 1917 No. 641) dikembalikan pada batas semula, sehingga menjadi seluas 200 Ha.

  Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 9 Tahun 1956, Lembaran Negara 1956 No. 60 nama Hamintee Tanjungbalai diganti dengan kota kecil Tanjungbalai dan Jabatan Wali Kota terpisah dari Bupati Asahan berdasarkan surat Menteri Dalam Negeri tanggal 18 September 1956 No. U.P. 15/2/3. Selanjutnya dengan UU No. 1 Tahun 1957 nama kota kecil Tanjungbalai diganti menjadi Kotapraja Tanjungbalai.

  Dari tahun ke tahun Tanjungbalai terus berkembang, para pendatang dari berbagai tempat dengan tujuan untuk berdagang, kemudian menetap di Tanjungbalai, sehingga kota ini telah menjadi kota yang berpenduduk padat. Sebelum Kota Tanjungbalai diperluas dari hanya 199 ha (2 Km2) menjadi 60.52 Km2, kota ini pernah menjadi kota terpadat di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih kurang 40.000 orang dengan kepadatan penduduk lebih kurang 20.000 jiwa per Km2.

  Akhirnya Kota Tanjungbalai diperluas menjadi ± 60 Km² dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1987, tentang perubahan batas wilayah Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan, saat itu Kota Tanjungbalai terdiri dari 5 Kecamatan.

  Berdasarkan SK. Gubsu No.146.1/3372/SK/1993 28 Oktober 1993 desa dan kelurahan telah dimekarkan men- jadi bertambah 5 desa dan 7 kelurahan persiapan sehingga menjadi 19 desa dan 11 kelurahan di Kota Tanjungbalai. Berdasarkan Perda No. 23 Tahun 2001 seluruh desa yang ada telah berubah status menjadi Kelurahan, sehingga saat ini Kota Tanjungbalai terdiri dari 30 Kelurahan.

  Kota Tanjungbalai 2015-2019

RPI2-JM

  Dengan keluarnya Peraturan Daerah (Perda) Kota Tanjungbalai Nomor 4 Tahun 2005 tanggal 4 Agustus 2005 tentang pembentukan Kecamatan Datuk Bandar Timur dan Nomor 3 Tahun 2006 tanggal 22 Pebruari 2006 tentang Pembentukan Kelurahan Pantai Johor di Kecamatan Datuk Bandar, maka wilayah Kota Tanjungbalai menjadi 6 Kecamatan dan 31 Kelurahan. Kecamatan yang ada di Kota Tanjungbalai adalah: 1. Kecamatan Datuk Bandar.

  2. Kecamatan Datuk Bandar Timur.

  3. Kecamatan Tanjungbalai Selatan.

  4. Kecamatan Tanjungbalai Utara.

  5. Kecamatan Sei Tualang Raso.

  6. Kecamatan Teluk Nibung

4.1.2 Profil Geografi

  Kota Tanjungbalai merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kota Tanjungbalai berada pada 2º58’15” – 3º01’32” Lintang Utara dan 99º48’00” – 99º50’16” Bujur Timur, berada pada pertemuan 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Asahan dan Sungai Silau yang bermuara ke Selat Malaka. Kota Tanjungbalai secara administrasi berbatasan dengan Kabupaten Asahan, yakni : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjungbalai Kabupaten Asahan.

  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.
  • Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.
  • Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Kepayang Kabupaten Asahan.
  • Kota Tanjungbalai memiliki luas wilayah sebesar 6.052 Ha atau 60,52 Km² (0,08% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara) dengan ketinggian 0–3 meter di atas permukaan laut dan senantiasa dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Kota Tanjungbalai secara administratif memiliki 6 Kecamatan dan 31 Kelurahan defenitif dengan luas wilayah berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.1 berikut ini :

  Kota Tanjungbalai 2015-2019

RPI2-JM

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Tanjungbalai Tahun 2012

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

Gambar 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Tanjungbalai Tahun 2012

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

  Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 6 (enam) Kecamatan yang ada, Kecamatan Datuk Bandar memiliki wilayah terluas yakni 2.249 Ha sementara Kecamatan Tanjungbalai Utara memiliki wilayah yang terkecil yaitu 84 Ha. Orientasi Kota Tanjungbalai lingkup sumatera utara dapat dilihat pada Gambar 4.2, Sedangkan wilayah administrasi Kota Tanjungbalai dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini:

  Kecamatan Luas (Ha) Ratio Terhadap Total (%)

  (1) (2) (3) Datuk Bandar 2.249 37,16 Datuk Bandar Timur 1.457 24,07 Tanjungbalai Selatan 198 3,27 Tanjungbalai Utara 84 1,39 Sei Tualang Raso 809 13,37 Teluk Nibung 1.255 20,74

  Tanjungbalai 6.052 100,00 37,16 24,07 3,27 1,39 13,37 20,74 Datuk Bandar Datuk Bandar Timur Tanjungbalai Selatan Tanjungbalai Utara Sei Tualang Raso Teluk Nibung

Gambar 4.2 Peta Orientasi Wilayah Kota Tanjungbalai

  Sumber : RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013 – 2033

Bab 4 Profil Kota Tanjungbalai .

  • – Halaman :

  5 .

  Kota Tanjungbalai 2015-2019

RPI2-JM

Gambar 4.3 Peta Administrasi Kota Tanjungbalai

  Sumber : RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013 – 2033 Wilayah administrasi pemerintahan Kota Tanjungbalai terdiri dari 6 Kecamatan, 31 Kelurahan dan 187 Lingkungan. Seluruh kelurahan yang ada di Kota Tanjungbalai termasuk dalam kategori kelurahan swasembada. Penyebaran jumlah kelurahan yang ada d kota Tanjungbalai perkecamatannya cukup merata, dimana tiap satu kecamatan terdiri dari 5 hingga 6 kelurahan. Kota Tanjungbalai dipimpin oleh seorang Walikota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Banyaknya Kelurahan dan Lingkungan Menurut Kecamatan di Kota Tanjungbalai Tahun 2012

  Jumlah

No. Kecamatan Lingkungan

Kelurahan

  1. Datuk Bandar

  5

  35

  2. Datuk Bandar Timur

  5

  41

  3. Tanjungbalai Selatan

  6

  27

  4. Tanjungbalai Utara

  5

  25

  5. Sei Tualang Raso

  5

  29

  6. Teluk Nibung

  5

  30 Tanjungbalai

  31 187 Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

Tabel 4.3 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan dan Klasifikasi Kelurahan di Kota Tanjungbalai Tahun 2012

  Kecamatan Swadaya Swakarya Swasembada Jumlah

  (1) (2) (3) (4) (5) Datuk Bandar

  5

  5 Datuk Bandar Timur

  5

  5 Tanjungbalai Selatan

  6

  6 Tanjungbalai Utara

  5

  5 Sei Tualang Raso

  5

  5 Teluk Nibung

  5

  5 Tanjungbalai

  31

  31 Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

  Luas wilayah dan jumlah penduduk Kota Tanjungbalai menurut Kecamatan pada tahun 2012 dapat di lihat pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Tanjungbalai Menurut Kecamatan Tahun 2012

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

  Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Tanjungbalai Utara memiliki tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi dengan luas wilayah yang lebih kecil dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya.

Tabel 4.5 Jarak dari Ibukota Tanjungbalai ke Ibukota Kecamatan Tahun 2012

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013 Kecamatan Luas Area Penduduk Kepadatan Penduduk (Km²) (%) Jumlah Total (%)

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) Datuk Bandar 22,29 37,16 34.394 21,88 1.529 Datuk Bandar Timur 14,57 24,07 27.417 17,44 1.882 Tanjungbalai Selatan 1,98 3,27 19.673 12,52 9.936 Tanjungbalai Utara 0,84 1,39 16.143 10,27 19.218 Sei Tualang Raso 8,09 13,37 23.113 14,71 2.857 Teluk Nibung 12,55 20,74 36.435 23,18 2.903

  Jumlah 60,52 100,00 157.175 100,00 2.597 Kecamatan Ibukota Kecamatan Jarak (Km) (1) (2) (3)

  Datuk Bandar Pahang 0,5 Datuk Bandar Timur Selat Tanjung Medan 7,5 Tanjungbalai Selatan Pantai Burung 6,0 Tanjungbalai Utara Tanjungbalai Kota III 7,0 Sei Tualang Raso Sei Raja 6,0 Teluk Nibung Pematang Pasir 12,0

Tabel 4.6 Jarak Dari Ibukota Tanjungbalai ke Beberapa Kota Kotamadya Kota Jarak (Km)

  (1) (2) (3) Teluk Nibung

  5 Bagan Asahan

  11 Simpang Empat

  12 Kisaran

  25 Sei Bejangkar

  46 Labuhan Ruku

  53 Tanjung Tiram

  56 Lima Puluh

  64 Indrapura

  82 Tebing Tinggi 105 Sei Rampah 121 Perbaungan 144 Lubuk Pakam 157 Medan 186 Pulau Raja

  43 Tanjungbalai Aek Kanopan

  59 Aek Pamingke

  93 Rantau Prapat 127 Negeri Lama 160 Kota Pinang 181 Labuhan Bilik 193 Perdagangan

  73 Pematang Siantar 115 Parapat 163 Merek 191 Porsea 212 Kabanjahe 213 Balige 231 Sidikalang 244 Tarutung 280 Padang Sidempuan 434

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

4.1.3 Keadaan Iklim

  Seperti daerah-daerah lain yang berada di kawasan Provinsi Sumatera Utara, Kota Tanjungbalai termasuk daerah beriklim tropis yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim.

  Berdasarkan data Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP), pada tahun 2012 terdapat 122 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 1.745 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 265 mm dengan hari hujan sebanyak 14 hari. Sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan Januari sebesar 50 mm dengan hari hujan 7 hari.

  Jika dilihat dari banyaknya curah hujan yang turun, musim hujan terjadi pada bulan Maret– April dan bulan Oktober–Desember, dimana puncaknya terjadi pada bulan Desember. Musim kemarau pada bulan Januari, Februari, Mei, Juni, Juli, Agustus, dan September dengan puncaknya pada bulan Januari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7 Rata-rata Jumlah Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan di Kota Tanjungbalai Tahun 2012

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013 Bulan Hari Hujan Curah Hujan (1) (2) (3)

  Januari

  7

  50 Pebruari

  7

  60 Maret 12 171 April 13 124 Mei

  9

  86 Juni

  6

  68 Juli 11 192 Agustus 7 207 September 9 126 Oktober 14 195 Nopember 13 193 Desember 14 265

  Tahun 2011/2012 122 1737

4.1.4 Penggunaan Lahan

  Berdasarkan hasil interpretasi Citra Ikonos 2008, jenis penggunaan lahan yang terdapat di Kota Tanjungbalai terdiri dari penggunaan lahan terbangun sebesar 57,31 % dan lahan non terbangun 42,69 %. Jenis lahan terbangun yang terdapat di Kota Tanjungbalai terdiri dari bangunan perumahan, perkantoran, fasilitas umum dan sosial, industri dan lain-lain. Sedangkan jenis lahan non terbangunnya, antara lain persawahan, perkebunan rakyat, kebun campuran dan lain-lain.

  Sampai dengan tahun 2008, jumlah penggunaan lahan tertinggi di Kota Tanjungbalai adalah untuk lahan perkebunan yaitu seluas 2.507,429 Ha sedangkan penggunaan lahan terkecil adalah untuk sarana kesehatan yaitu 0,5 Ha. Untuk jelasnya penggunaan lahan di Kota Tanjungbalai dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.4 berikut ini:

Tabel 4.8 Jenis Penggunaan Lahan di Kota Tanjungbalai Tahun 2008

  Sumber : RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013 - 2033

Gambar 4.4 Jenis Penggunaan Lahan Kota Tanjungbalai

  Sumber : RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013 - 2033

4.2 Kondisi Fisik Dasar

4.2.1 Geologi

  Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, jenis batuan yang ada di wilayah Kota Tanjungbalai dapat digolongkan terhadap beberapa bagian, antara lain: Jenis batuan yang meliputi alluvium (alluvium muda dan alluvium tua). Jenis ini tersebar hampir di seluruh wilayah Kota Tanjungbalai, antara lain :

  1. Alluvium Muda

  • Sebagian wilayah Kecamatan Sei Tualang Raso (Kelurahan : Pasar Baru dan Sungai Raja).
  • Kecamatan Teluk Nibung • Kecamatan Tanjungbalai Utara • Kecamatan Tanjungba Selatan • Kecamatan Datuk Bandar • Kecamatan Datuk Bandar Timur

  2. Aluvium Tua terdiri atas : krikil, pasir, dan lempung. Penyebaran jenis batuan ini, antara lain : Kecamatan Datuk Bandar (Kelurahan Sijambi).

  3. Aneka Terobosan, jenis ini menyebar disebagian Kecamatan Datuk Bandar dan Kecamatan Sei Tualang Raso.

4.2.2 Kemiringan Lahan

  Data kemiringan ini dapat diturunkan menjadi beberapa data yang bekaitan dengan bentuk bentang alam dan kemiringannya, antara lain; data morfologi dan kemiringan lereng. Ditinjau dari kondisinya, Kota Tanjungbalai memiliki kemiringan lahan 0-2 % dan kondisi morfologi yang relatif datar. Sedangkan kondisi wilayah di atas permukaan laut per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9 Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kota Tanjungbalai Tahun 2012

  

No. Kecamatan Tinggi (m)

  1. Datuk Bandar

  3

  2. Datuk Bandar Timur

  2

  3. Tanjungbalai Selatan

  2

  4. Tanjungbalai Utara

  2

  5. Sei Tualang Raso 1,5

  6. Teluk Nibung 0 - 1

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

4.2.3 Jenis Tanah

  Jenis tanah yang terdapat di Kota Tanjungbalai meliputi : alluvial, hidromorfik kelabu dan podsolik merah kuning. Jenis alluvial ini tersebar hampir diseluruh wilayah Kota Tanjungbalai sedangkan jenis podsolik merah kuning dan hidromorfik kelabu tersebar di bagian selatan Kota Tanjungbalai.

4.3 Profil Demografi

4.3.1 Jumlah Penduduk

  Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk di Kota Tanjungbalai tahun 2011-2012 sebesar 0.82% dimana jumlah penduduk tahun 2011 sebanyak 155.889 jiwa dan di tahun 2012 bertambah sebanyak 1.286 jiwa menjadi 157.175 jiwa. Jika dirinci per kecamatan, maka kecamatan dengan pertumbuhan penduduk paling tinggi adalah Kecamatan Teluk Nibung yaitu 0,99%. Jumlah penduduk di kecamatan ini pada tahun 2011 sebanyak 36.079 jiwa dan di tahun 2012 menjadi 36.435 jiwa (bertambah sebanyak 356 jiwa).

  Kecamatan yang rata-rata tingkat pertumbuhan penduduknya paling rendah adalah Kecamatan Tanjungbalai Selatan yaitu 0,41%. Sedangkan jumlah penduduk yang paling rendah yaitu pada Kecamatan Tanjungbalai Utara. Pada tahun 2011 jumlah penduduk di kecamatan ini sebanyak 16.031 jiwa dan di tahun 2012 menjadi 16.143 jiwa atau bertambah 112 jiwa.

  Untuk lebih jelasnya tren perkembangan jumlah penduduk mulai tahun 2011 sampai tahun 2012 per kecamatan di Kota Tanjungbalai dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Tanjungbalai Tahun 2011-2012

  Jumlah Penduduk Pertumbuhan Kecamatan 2011-2012 2011 2012

  (1) (2) (3) (4) Datuk Bandar 34.098 34.394 0,87 Datuk Bandar Timur 27.189 27.417 0,84 Tanjungbalai Selatan 19.592 19.673 0,41 Tanjungbalai Utara 16.031 16.143 0,70 Sei Tualang Raso 22.900 23.113 0,93 Teluk Nibung 36.079 36.435 0,99

  Jumlah 155.889 157.175 0,82 Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013 Sedangkan Proyeksi penduduk dilakukan dengan menggunakan laju pertumbuhan historis berdasarkan data Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 dan 2010 tersebut, dengan catatan diambil laju pertumbuhan penduduk minimal 0,3% per tahun untuk laju pertumbuhan penduduk yang negatif. Hasil proyeksi penduduk per kecamatan Kota Tanjungbalai dapat dilihat sebagaimana pada Tabel 4.11 berikut :

Tabel 4.11 Proyeksi Penduduk Kecamatan di Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2030

  Tahun No Kecamatan 2010 2015 2020 2025 2030 R%

  1 Datuk Bandar 33.797 36.230 38.838 41.634 44.631 1,4 Datuk Bandar 2 26.942 27.349 27.761 28.180 28.605 0,3 Timur Tanjungbalai 3 19.330 19.622 19.918 20.218 20.523 0,3 Selatan Tanjungbalai 4 15.862 16.101 16.344 16.591 16.841 0,3 Utara Sei Tualang 5 22.712 26.715 31.424 36.962 43.477 3,3 Raso

  6 Teluk Nibung 35.802 40.705 46.279 52.616 59.821 2,6

  1,54-1,74

Jumlah 154.445 166.721 180.564 196.202 213.900

  Sumber : RTRW Kota Tanjungbalai Tahun 2013 - 2033

Tabel 4.12 Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Tanjungbalai Tahun 2012

  Jenis Kelamin Rasio Jenis Kecamatan Jumlah Kelamin Pria Wanita

  (1) (2) (3) (4) (5) Datuk Bandar 17.242 17.152 34.394 100,52 Datuk Bandar Timur 14.125 13.292 27.417 106,27 Tanjungbalai Selatan 9.573 10.100 19.673 94,78 Tanjungbalai Utara 8.089 8.054 16.143 100,43 Sei Tualang Raso 11.678 11.435 23.113 102,13 Teluk Nibung 18.495 17.940 36.435 103,09

  

Tanjungbalai 79.202 77.973 157.175 101,58

Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

Gambar 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Tanjungbalai Tahun 2012

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

Tabel 4.13 Penduduk Kota Tanjungbalai Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2012

  Kelompok Umur Penduduk Persentase Terhadap Total Laki-Laki Perempuan Jumlah

  (1) (2) (3) (4) (5) 0-4 9.369 8.974 18.343 11,67 5-9 9.183 8.567 17.750 11,29

  10-14 8.875 8.582 17.457 11,11 15-19 8.162 7.991 16.153 10,28 20-24 6.819 6.524 13.343 8,49 25-29 6.471 6.284 12.755 8,11 30-34 6.231 5.951 12.182 7,75 35-39 5.649 5.464 11.113 7,07 40-44 4.728 4.781 9.509 6,05 45-49 4.129 4.116 8.245 5,24

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

Gambar 4.6 Penduduk Kota Tanjungbalai Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2012

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

  50-54 3.337 3.428 6.765 4,30 55-59 2.554 2.568 5.122 3,26 60-64 1.637 1.768 3.405 2,17 65-69 960 1.157 2.117 1,35 70-74 571 794 1.365 0,87

  75+ 527 1.024 1.551 0,99

  

Tanjungbalai 79.202 77.973 157.175 100,00

Tabel 4.14 Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga, dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga di Kota Tanjungbalai Tahun 2012

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

4.3.2 Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan

  Jumlah penduduk yang bekerja pada usia 15 Tahun keatas pada tahun 2012 menurut jenis kelamin dan lapangan usaha, sektor yang paling dominan sebagai mata pencaharian penduduk adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran berjumlah 16.637 jiwa, sektor pertanian 13.122 jiwa, sektor jasa 12.470 jiwa, sektor angkutan dan komunikasi 5.431 jiwa, sektor industri 4.575, sektor konstruksi 2.272 jiwa, sektor keuangan 619 jiwa, sektor listrik, gas, air 215 jiwa, sektor pertambangan dan galian 116 jiwa. Jumlah penduduk yang bekerja pada usia 15 tahun keatas dapat dilihat pada tabel 4.15 dan gambar 4.7 berikut ini.

Tabel 4.15 Mata Pencaharian Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Lapangan Usaha 2012

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013 Tahun Penduduk Jumlah Rumah Tangga Rata-rata Anggota Rumah Tangga

  (1) (2) (3) (4) 1990 108.202 20.051 5,40 2000 132.438 27.830 4,76 2010 154.445 33.023 4,68 2011 155.889 33.518 4,65 2012 157.175 34.035 4,62

  Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan

  (1) (2) (3) (4) Pertanian 12.781 341 13.122 Pertambangan dan Penggalian 116 116 Industri 2.762 1.813 4.575 Listrik, Gas dan Air 116 99 215 Konstruksi 2.272 2.272 Perdagangan, Hotel & Restoran 8.738 7.899 16.637 Angkutan dan Komunikasi 5.431 5.431 Keuangan 518 101 619 Jasa 4.919 7.551 12.470

  Jumlah 37.653 17.804 55.457

Gambar 4.7 Mata Pencaharian Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Lapangan Usaha 2012

  4

  7

  9

  5

  1

  5 Jasa

  9

  1

  5

  1

1 Keuangan

  8

  1

  5

  4 Angkutan dan

  3

  1 Komunikasi

  8

  7

  7

  8 Perdagangan, Hotel

  3

  9

  8

  9 & Restoran

  2

  2

7 Konstruksi

  2

  1

  9

  1

9 Listrik, Gas dan Air

  6

  2

  1

  7

  8

  6

1 Industri

  2

  3

  1 Pertambangan dan

  1

  6 Penggalian

  

1

  

2

  3

  

7

  4 Pertanian

  

8

  1

  

1

2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000

  Laki-laki Perempuan

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

  

4.3.3 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin di Kota Tanjungbalai

  Penduduk yang berumur 15 Tahun keatas pada tahun 2012 menurut kelompok umur dan jenis kelamin terbagi dalam tiga kelompok umur. Kelompok umur 15-24 laki-laki berjumlah 6.678, perempuan berjumlah 3.434, usia 25-54 laki-laki berjumlah 27.239, perempuan berjumlah 12.188, usia 55 tahun keatas laki-laki berjumlah 3.736, perempuan berjumlah 2.182. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut ini:

Tabel 4.16 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Tanjungbalai Tahun 2012

  

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

  (1) (2) (3) (4) 15 - 24 6.678 3.434 10.112 25 - 54 27.239 12.188 39.427

  55+ 3.736 2.182 5.918

  Jumlah 37.653 17.804 55.457 Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

Tabel 4.17 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama di Kota Tanjungbalai Tahun 2010-2012

  Tahun Jenis Kegiatan 2010 2011 2012

  (1) (2) (3) (4)

  A. Angkatan Kerja 6.678 66.772 65.055

  1. Bekerja 27.239 59.509 55.457

  2. Mencari Kerjaan 3.736 7.263 9.598

  B. Bukan Angkatan Kerja 33.573 31.182 32.472 Tenaga Kerja (A+B) 96.317 97.954 97.527 Tingkat Partisipasi Angkatan

  65,14 68,17 66,70 Kerja (%) Tingkat pengangguran

  10,25 10,88 14,75 Terbuka (%)

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

Tabel 4.18 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama di Kota Tanjungbalai Tahun 2010-2012

  7

  78 82 160

  40

  20

  60 SMTA Lainnya

  61

  35

  96

  33

  12

  45 Sarjana Muda

  55

  35

  62

  7

  41

  48 Sarjana

  34

  27

  61

  8

  5

  13 Jumlah 301 216 517 205

  35 SMTA Umum

  36

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) SD Sederajat

Tabel 4.19 Banyaknya Pencari Kerja Terdaftar dan Dapat Ditempatkan Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan di Kota Tanjungbalai Tahun 2012

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013 Jenis Kegiatan Laki-laki Perempuan Jumlah

  (1) (2) (3) (4)

  A. Angkatan Kerja 43.574 21.481 65.055

  1. Bekerja 37.653 17.804 55.457

  2. Mencari Kerjaan 5.921 3.677 9.598

  B. Bukan Angkatan Kerja 5118 27.354 32.472 Tenaga Kerja (A+B) 48.692 48.835 97.527 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)

  89,49 43,99 66,70 Tingkat pengangguran Terbuka (%)

  13,59 17,12 14,75

  Tingkat Pendidikan Terdaftar Ditempatkan Lk Pr Jumlah Lk Pr Jumlah

  21

  1

  1

  22

  19

  19 SMTP Umum

  65

  15

  80

  63

  9

  12 SMTP Lainnya

  35

  87 292

  4.4 Profil Ekonomi

  Pada hakekatnya pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota adalah merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, membuka peluang kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan perkapita. Berdasarkan letak geografis yang sangat strategis, maka potensi Kota Tanjungbalai yang dapat dikembangkan antara lain :

  1. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara bahwa Kota Tanjungbalai dikembangkan sebagai Pusat Pelayanan Sekunder A sebagai Pusat Pembangunan Kawasan Sektor Unggulan meliputi : Perkebunan, Pertanian dan Industri terhadap wilayah hinterlandnya.

  2. Sebagai jalur transit perdagangan internasional dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura dan Pelabuhan alternatif bagi daerah hinterland, seperti : Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Riau Kepulauan, Pesisir Provinsi Riau dan kota-kota besar lainnya di Sumatera Utara.

  3. Mempunyai lahan yang cukup luas dan produktif untuk pengembangan sebagai kota industri, perdagangan, pelayanan jasa telekomunikasi yang didukung oleh Pelabuhan Teluk Nibung sebagai andalan keluar masuk barang (ekspor – impor) dan penumpang.

  4. Dapat dilalui dengan sarana transportasi darat dan sungai.

  5. Fasilitas andalan yang tersedia seperti : jaringan air minum, listrik, transportasi darat dan kereta api, sarana pendidikan, sarana kesehatan, serta sarana lainnya.

  6. Sumber daya alam yang tersedia seperti : kandungan mineral, galian C Sungai Silau dan Sungai Asahan.

  7. Mempunyai sumber daya alam yang dapat dikembangkan disektor perikanan khsususnya perikanan tangkap dan budidaya.

  8. Sumber daya manusia yang dapat dikembangkan.

  4.5 Profil Sosial Budaya

  Penduduk Kota Tanjungbalai terdiri dari beraneka ragam suku bangsa yang berdasarkan persentasenya antara lain yaitu Suku Batak (Simalungun, Toba, Mandailing, Pak-pak dan Karo) sebanyak 42,56%, Jawa 17,06%, Melayu 15,41%,, Minang 3,58%, Aceh 1,11% dan lainnya 20,28%. Penduduk Kota Tanjungbalai sebahagian besar adalah beragama Islam yaitu sebanyak 81,99 % dan yang lainnya adalah pemeluk agama Budha 9.07 %, Kristen Protestan 7.78 %, Kristen Khatolik 1,06 %, Hindu 0,08 % dan lainnya 0,03 %. Bila dilihat dari aspek Sosial Kemasyarakatan yang menjadi masalah dalam pengembangan wilayah Kota Tanjungbalai, adalah :

  1. Adanya kecenderungan (trend) masyarakat untuk bermukim (bertempat tinggal dan berusaha) didaerah bantaran sungai yang termasuk dalam kawasan rawan terhadap genangan air (Kecamatan Teluk Nibung, Tanjungbalai Utara dan Kecamatan Datuk Bandar Timur).

  2. Adanya kecenderungan masyarakat untuk memanfaatkan tanah miliknya (yang dikuasainya) secara maksimal, sehingga mengabaikan ketentuan koefisien dasar bangunan (KOB) dan sempadan bangunan yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.

  3. Adanya pergeseran persepsi/konsepsi masyarakat mengenai penguasaan tanah, dimana tanah tidak dipandang hanya sebagai alat produksi dan identitas kewarganegaraannya tetapi juga merupakan komoditi yang dapat diperjual belikan.

  4. Masyarakat Kota Tanjungbalai berbudaya melayu yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, Budha, Islam dan Belanda.

4.6 Kondisi Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya Kota Tanjungbalai

  Infrastruktur untuk mendukung pergerakan masyarakat yang ada di Kota Tanjungbalai khusus nya bidang PU / Cipta Karya sebagian telah rusak (rusak ringan dan rusak berat ) karena sering terjadi genangan air karena curah hujan. Sehingga di perlukan perbaikan dan peningkatan pembangunan infrastruktur tersebut agar dapat di fungsikan kembali. Selain itu juga diperlukan pembangunan sarana dan prasarana dasar yang baru termasuk infrastruktur pendukungnya sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk.

4.6.1 Bidang Air Minum

  Syarat air minum adalah air yang tidak berwarna secara fisik, kimia dan bakteriologi. Secara fisik air minum adalah tak berwarna dan berbau, secara kimia tidak mengandung bahan kimia beracun yang berbahaya bagi tubuh dan secara bakteriologi adalah air yang tidak mengandung bakteri berbahaya terhadap tubuh manusia.

  Penyediaan air minum pada prinsipnya merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah Kota Tanjungbalai sebagai regulator dan PDAM sebagai operator pelayanan air minum, namun dalam realisasinya penyediaan air minum oleh PDAM tersebut belum mampu menjangkau seluruh wilayah perkotaan apalagi perdesaan. Untuk saat ini sebagian daerah yang belum terjangkau oleh pelayanan PDAM, khususnya di daerah perdesaan, penyediaan air minumnya dilakukan oleh masyarakat sendiri. Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang pesat dan perkembangan wilayah, maka akan diperlukan upaya percepatan pembangunan prasarana dan sarana air minum untuk meningkatkan tingkat pelayanan yang saat ini masih rendah.

  Sarana penyediaan air bersih merupakan salah satu sarana yang harus selalu di tingkatkan, namun dalam peningkatan sarana ini harus di perhatikan aspek lain yang akan

  TOTAL 16.225 5.484.035

  Pelayanan air minum dari PDAM di Kecamatan Datuk Bandar masih terbatas dan sebagian masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air minum mengambil dari sungai, air tanah/ sumur gali yang ada di sekitar permukiman warga. Pada tabel 4.21 terlihat jelas untuk kecamatan Datuk Bandar , pihak PDAM Tirta Kuola telah menyalurkan air sebesar 1.620.271m² dengan jumlah pelanggan 5.291. Selain itu disisi lain masih terdapat kawasan permukiman yang tidak memiliki sarana dan prasarana air minum sehingga masyarakat memperoleh air minum dari sumber mata air dan pembuatan sumur bor serta dari sungai yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan menggantungkan kebutuhan air minumnya.

  6. Teluk Nibung 2.047 614.933

  5. Sei Tualang Raso 562 218.411

  4. Tanjungbalai Utara 2.714 930.907

  3. Tanjungbalai Selatan 4.165 1.647.502

  2. Datuk Bandar Timur 1.433 451.587

  1. Datuk Bandar 5.291 1.620.271

  No. Kecamatan Jumlah Pelanggan Air yang disalurkan (M3)

  Sumber : Tanjungbalai Dalam Angka 2013

  mempengaruhi sistem penyediaan air bersih yang akan dikembangkan seperti penggunaan air baku untuk kegiatan lain.

Tabel 4.20 Banyaknya Pelanggan Air Minum dan Banyaknya Air Minum Disalurkan Tahun 2012Tabel 4.20 berikut ini:

  4. Kriteria yang mendukung secara teknis pengembangan sistem penyediaan air minum. Kondisi pelanggan PDAM Tirta Kualo volume air minum yang disalurkan dapat dilihat pada

  3. Kemungkinan pengembangan sistem di masa yang akan datang.

  2. Ketersediaan dari air baku.

  1. Kebutuhan mendesak akan air bersih yang dapat di lihat dari jumlah penduduk dan fungsi dari daerah perencanaan.

  Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum di Kota Tanjungbalai dikelola oleh PDAM “ Tirta Kualo “ khususnya di 6 wilayah pelayanan. Dalam penentuan prioritas rencana pengembangan sarana air bersih selain pertimbangan yang terdapat dalam RTRW hal-hal lain yang harus di perhatikan diantaranya :

  • Kecamatan Datuk Bandar

  Kecamatan Datuk Bandar memiliki luas 22,49 km2, mencakup 5 kelurahan dan 35 lingkungan. Kepadatan penduduk neto 133 jiwa/ha. Sebagai sub pusat pelayanan kota memiliki fungsi utama sebagai pusat pemerintahan dan permukiman serta sebagai kawasan peruntukan pertanian sawah irigasi, dan memiliki fungsi sebagai terminal utama kota disamping juga sebagai kawasan perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, kawasan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah kota, kawasan lindung dan ruang terbuka hijau.

Tabel 4.21 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Datuk Bandar Tahun 2015-2030

  Sumber: Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tanjungbalai 2013-2030

  • Kecamatan Datuk Bandar Timur

  Untuk fasilitas air minum di Kecamatan Datuk Bandar Timur masih belum terpenuhi dan sebagian masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air minum mengambil dari sungai, sumur bor yang ada di sekitar permukiman warga. Pada tabel 4.22 terlihat jelas untuk Kecamatan Datuk Bandar Timur , pihak PDAM Tirta Kualo telah menyalurkan air sebesar 451.587 m² dengan jumlah pelanggan 1.433. Sebagian kawasan di Kecamatan Datuk Bandar Timur masih banyak yang belum dapat terpenuhi. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya. Maka dari itu masyarakat hanya dapat memanfaatkan air dari aliran sungai, sumur bor. Kecamatan Datuk Bandar Timur memiliki luas 14,57 km2, mencakup 5 kelurahan dan 41 lingkungan. Kepadatan penduduk neto 186 jiwa/ha. Sebagai sub pusat pelayanan kota memiliki fungsi sebagai kawasan pariwisata dan permukiman selain sebagai kawasan perdagangan dan jasa, pendidikan, perikanan, kawasan lindung serta ruang terbuka hijau.

Tabel 4.22 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Datuk Bandar Timur Tahun 2015-2030

  Sumber: Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tanjungbalai 2013-2030

  • Kecamatan Tanjungbalai Selatan

  Kecamatan Tanjungbalai Selatan memiliki luas 1,98 km2, mencakup 6 kelurahan dan 27 lingkungan. Kepadatan penduduk neto 126 jiwa/ha. Sebagai kawasan pusat kota memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan, jasa, transportasi, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan/ keamanan. Fungsi ini didukung oleh kegiatan jasa komersial, perbankan, perkantoran, pelayanan umum dan sosial, kawasan permukiman perkotaan, industri kecil dan pusat pendidikan.

Tabel 4.23 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Tanjungbalai Selatan Tahun 2015-2030

  Sumber: Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tanjungbalai 2013-2030

  • Kecamatan Tanjungbalai Utara

  Kecamatan Tanjungbalai Utara memiliki luas 0,84 km2, mencakup 5 kelurahan dan 25 lingkungan. Kepadatan penduduk neto 296 jiwa/ha (sangat padat). Sebagai kawasan pusat kota memiliki fungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan, jasa, transportasi, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan/ keamanan. Fungsi ini didukung oleh kegiatan jasa komersial, perbankan, perkantoran, pelayanan umum dan sosial, kawasan permukiman perkotaan, industri kecil dan pusat pendidikan.

Tabel 4.24 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Tanjungbalai Utara Tahun 2015-2030

  Sumber: Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tanjungbalai 2013-2030

  • Kecamatan Sei Tualang Raso

  Kecamatan Sei Tualang Raso memiliki luas 8,09 km2, mencakup 5 kelurahan dan 29 lingkungan. Kepadatan penduduk neto 265 jiwa/ha (sangat padat). Sebagai sub pusat pelayanan kota memiliki fungsi utama sebagai kawasan peruntukan industri dan pendidikan yang didukung dengan fungsi permukiman, perdagangan dan jasa, kawasan rusunawa, dan ruang terbuka hijau.

Tabel 4.25 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Sei Tualang Raso Tahun 2015-2030

  Sumber: Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tanjungbalai 2013-2030

  • Kecamatan Teluk Nibung

  Kecamatan Teluk Nibung memiliki luas 12,55 km2, mencakup 5 kelurahan dan 30 lingkungan. Kepadatan penduduk neto 193 jiwa/ha. Sebagai sub pusat pelayanan kota memiliki fungsi utama sebagai pusat pelabuhan dan pergudangan, serta merupakan kawasan peruntukan industri perdagangan dan jasa, permukiman, kawasan lindung dan ruang terbuka hijau. Selain itu kawasan ini juga merupakan inti perekonomian untuk Kota Tanjungbalai dengan keberadaan pelabuhan ekspor-impor Teluk Nibung.

Tabel 4.26 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Teluk Nibung Tahun 2015-2030

  Sumber: Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tanjungbalai 2013-2030

  Secara keseluruhan Proyeksi Kebutuhan Air tahun 2015- 2030 dapat dilihat berikut ini:

Tabel 4.27 Proyeksi Kebutuhan Air Kota Tanjungbalai Tahun 2015-2030

  

Sumber: Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tanjungbalai 2013-2030

4.6.2 Sub Bidang Persampahan

  Sampah merupakan limbah yang timbul dari aktivitas manusia baik di rumah, kantor, pasar, tempat umum, dan sebagainya. Besarnya timbulan sampah dipengaruhi oleh tingkat ekonomi masyarakatnya. Semakin tinggi kemampuan ekonomi akan membuat semakin tinggi tingkat konsumtivitas yang berdampak pada semakin besarnya timbulan sampah. Namun demikian di beberapa negara maju saat ini justru mulai terjadi penurunan laju timbulan sampah akibat meningkatnya kesadaran lingkungan di dalam masyarakatnya.

  Sampah yang tidak dikelola akan berpotensi menyebabkan berbagai gangguan lingkungan baik yang ditimbulkan oleh berkembangnya binatang seperti lalat dan tikus yang merupakan vector penyebaran berbagai penyakit menular; juga pencemaran udara, tanah, dan air oleh lindi, asap maupun bau. Pengelolaan sampah dimaksudkan untuk mengamankan sampah agar tidak menimbulkan berbagai gangguan seperti di atas sehingga kualitas pengelolaan yang dilakukan akan menentukan kualitas/derajat kesehatan lingkungan yang ada. Tata cara dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah menggambarkan kualitas budaya masyarakat setempat yang diantaranya dapat dilihat dari cara masyarakat membuang sampahnya. Pengelolaan sampah yang baik akan meningkatkan kebersihan, kenyamanan, dan kesehatan lingkungan, sehingga akan mendapatkan penghargaan positif dari masyarakat yang pada gilirannya akan mempermudah pendekatan untuk menarik peran serta masyarakat ke dalamnya.

  Pengelolaan persampahan di Kota Tanjungbalai dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu pengelolaan sampah terpusat dan pengelolaan sampah setempat. Pengelolaan sampah terpusat merupakan proses terkoordinasi dari rangkaian panjang pengumpulan sampah, pengangkutan dan selanjutnya pembuangan akhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

  Kondisi prasarana dan sarana yang terkait dengan pengelolaan persampahan adalah :

  1. Prasarana pengangkut Prasarana pengangkut yang ada saat ini adalah dump truck, amroll truck dan three cycle.

  Untuk meningkatkan pelayanan persampahan yang pada saat ini baru terangkat 60 % maka diperlukan beberapa alternatif untuk menanganinya.

  2. Tempat pembuangan sampah Pada saat ini tempat pembuangan akhir sampah di Kota Tanjungbalai hanya dilayani oleh 1 (satu) tempat pembuangan akhir yang terdapat di Desa Pahang, mengingat kawasan ini sudah mulai berkembang dan tumbuh berbagai kegiatan, maka dimasa mendatang perlu di persiapkan tempat pembuangan akhir yang sesuai dengan standar teknis dan kesehatan. Tempat Pembuangan Akhir adalah sarana fisik untuk kegiatan pembuangan sampah, TPA harus dilengkapi dengan kolam pengolahan air lindi dan hasil proses derkomposisi sampah organik yang biasanya akan keluar dan area penimbunan pada waktu musim hujan, apabila pengelolaan sampah ini tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan pencemaran lingkungan dan permasalahan pencemaran air tanah, air permukaan yang berkepanjangan.

  • Kecamatan Datuk Bandar

  Pada saat ini tempat pembuangan akhir sampah di Kota Tanjungbalai terletak di Kecamatan Datuk Bandar tepatnya di Desa Pahang. Lokasi ini dipilih sebagai tempat pembuangan akhir sampah di Kota Tanjungbalai mengingat kawasan ini sudah mulai berkembang dan tumbuh berbagai kegiatan, maka dimasa mendatang perlu di persiapkan tempat pembuangan akhir yang sesuai dengan standar teknis dan kesehatan.

  Tempat Pembuangan Akhir adalah sarana fisik untuk kegiatan pembuangan sampah, TPA harus dilengkapi dengan kolam pengolahan air lindi dan hasil proses derkomposisi sampah organik yang biasanya akan keluar dan area penimbunan pada waktu musim hujan, apabila pengelolaan sampah ini tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan pencemaran lingkungan dan permasalahan pencemaran air tanah, air permukaan yang berkepanjangan.

  • Kecamatan Datuk Bandar Timur