4 Analisis Sosial Ekonomi Dan Lingkungan

4 Analisis Sosial Ekonomi Dan Lingkungan

4.1 Analisis Sosial

  Analisis sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isuisu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

  Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

  • dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yangkurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal diwilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

  Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga

  • ditingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

  Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak

  2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum :

  • menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

Pasal 3 : Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan

  3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

  • program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

  Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah

  • dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

  Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses

  4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan:

  • dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam

  Pembangunan Nasional: Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan

  • gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

  Komponen sosial dalam hal ini terkait pengadaan tanah dan keresahan masyarakat karena rencana investasi tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Pengadaan tanah biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan dengan kesepakatan kedua belah pihak terutama terkait dengan ganti rugi atau ganti untung dan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

  Pelaksanaan pembangunan bidang secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

  a.

  Kemiskinan Aspek sosial pada perencanaan pembangunan diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.

Tabel 4.1 Analisis Kebutuhan penanganan Penduduk di Kota Banjarmasin

  Bentuk Jumlah penanganan Kebutuhan NO Lokasi Penduduk Kondisi umum Permasalahan yang sudah penanganan Miskin dilakukan

  Berdasarkan data Permasalahan yang Kebutuhan Penanganan Kawasan Permukiman:

  1 tahun 2010 muncul di Kawasan pada kawasan: Pelambuan Kawasan Rawasari yang jumlah penduduk Pelambuan Rawasari

  1. dan Rehabilitasi

  Rawasari terletak di Kelurahan Teluk di empat adalah: peningkatan jalan.

  Dalam merupakan kawasan kelurahan

  1.

  2. Adanya permukiman Perbaikan Jembatan MeliputiKelurahan padat penduduk yang tersebut adalah : padat penduduk

  3. Pembangunan ruang : cenderung berkembang Kel. Pelambuan : mengakibatkan terbuka hijau.

  1. menjadi kumuh dan tidak Pelambuan.

  28.715 Jiwa. lingkungan kumuh.

  4. Pembuatan MCK 2. sesuai lagi dengan standard Teluk Dalam.

  Kel. Teluk Dalam 2. dan 5.

  Bangunan Pembangunan 3. lingkungan permukiman yang Telaga Biru. : 27.217 Jiwa. kawasan tidak Rusunawa.

  Kel. Telaga Biru : tertata dengan baik, 6. 4. sehat.

  Revitalisasi Kawasan. Mawar

  17.190 Jiwa sehingga relatif 7. sungai- Normalisasi

  Kawasan Pelambuan Kel. Mawar : kusam, kumuh dan sungai dan kanal-

  Kecamatan merupakan daerah 5.507 Jiwa tidak terawat. kanal sebagai bagian

  Banjarmasin pengembangan baru 3. dari peningkatan

  Adanya keterbatasan Selatan dan Pemerintah Kota Banjarmasin lahan untuk keindahan kota dan Banjarmasin yang berkembang cepat (new permukiman. penanganan terhadap Tengah. development area).

  4. banjir.

  Kepadatan lalu lintas Kawasan Pelambuan sangat cukup tinggi pada

  8. Pembangunan/ dipengaruhi oleh berdirinya saat peak-hour serta rehabilitasi saluran

  4-4

  4-5 NO Lokasi Jumlah Penduduk Miskin Kondisi umum Permasalahan Bentuk penanganan yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

  berbagai industri/pabrik, sehingga menjadi daya tarik bagi penduduk yang membutuhkan pekerjaan dan memilih bekerja dan bermukim di sekitar kawasan.

  Infrastruktur Lingkungan :

  Kondisi jalan di sekitar permukiman secara umum menggunakan perkerasan dari batako dan cor beton. Untuk perkerasan batako kondisi kurang baik dan banyak lubang, sedangkan perkerasan beton kondisinya cukup baik.

  Secara umum, kondisi drainase pada kawasan rusak karena tertutupi oleh lumpur dan bau yang ditimbulkan pabrik karet menimbulkan pencemaran udara dan suara.

  5. Fasilitas pengolahan Air Limbah setempat masih belum memenuhi standar teknis.

  6. Kurangnya sarana persampahan, seperti penampungan sampah sementara.

  7. Perlunya normalisasi sungai-sungai yang mengalami sedimentasi dan berubah fungsi.

  8. Banyak kondisi fisik drainase yang rusak.

  9. Kurangnya drainase/goronggoron g.

  9. Membuatan kolam tengkapan air.

  10. Pembuatan Sumur Resapan Air Hujan.

  11. Pemasangan Pipa

  Distribusi Primer HDPE dia. 315 mm dan Jembatan Pipa Kawasan Rawasari.

  12. Penyediaan SPAM bagi kawasan kumuh/MBR.

  Bentuk Jumlah penanganan Kebutuhan NO Lokasi Penduduk Kondisi umum Permasalahan yang sudah penanganan Miskin dilakukan

  jangkauan dan sampah, pada sisi jalan banyak kualitas pelayanan inlet saluran yang tersumbat Ari Minum sehingga air hujan tidak dapat Permukiman langsung masuk ke saluran

  Selain itu masih terdapat genangan air ketika hujan turun. Kondisi RTH Kawasan Pelambuan Rawasari berupa Ruang terbuka tepian masih belum optimal dimanfaatkan ruang terbuka hijau. Kondisi MCK pada kawasan terutama mereka yang tinggal di sekitar bantaran sungai masih membuang limbah ke aliran sungai dan ini telah berlangsung cukup lama.

  4-6

  Bentuk Jumlah penanganan Kebutuhan NO Lokasi Penduduk Kondisi umum Permasalahan yang sudah penanganan Miskin dilakukan

  Sistem pengelolaan sampah pada kawasan telah menggunakan sistem pengelolaan yang cukup baik dan dikelola oleh masing- masing pengurus RT/RW, sampah di tampung di TPS masing-masing kemudian diangkut ke TPA. Sarana air bersih yang ada di kawasan perencanaan sebagai sarana untuk kebutuhan seharihari baik untuk keperluan makanminum dan keperluaan lainnya (MCK) mayoritas didapatkan dari PDAM dan sebagian kecil membeli air bersih.

  4-7

  Bentuk Jumlah penanganan Kebutuhan NO Lokasi Penduduk Kondisi umum Permasalahan yang sudah penanganan Miskin dilakukan

  Kawasan Basirih Berdasarkan Permasalahan yang Kebutuhan Penanganan  Permukiman

  2 Berada di Kel. data tahun Kawasan Basirih merupakan muncul di Kawasan pada kawasan : Basirih Kec. 2010 jumlah Pengembangan kawasan Kasiba Basirih adalah : 1. dan

  Rehabilitasi Banjarmasin Barat penduduk di 1. peningkatan jalan. dan Lisiba di daerah berdasarkan

  Kurangnya kelurahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota penyediaan

  2. Penataan/Peningkatan Basirih adalah BanjarmasinKawasan Basirih prasarana dan Infrastruktur (PSD) 22.596 Jiwa. masih cukup luas lahan yang sarana dasar Kawasan RSH. tersedia untuk menampung kawasan

  3. PSD Dukungan perkembangan kegiatan permukiman lingkungan permukiman. 2. permukiman kumuh.

  Banyaknya permukiman di tepi

  4. Peningkatan Sarana sungai. dan Prasarana  Infra struktur lingkungan Umumnya jalan lingkungan

  3. Penataan RTH Kota Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Banjarmasin Kws. disetiap gang dibuat dari cor beton, batako dan beberapa masih (RTH) di Kawasan Basirih. menggunakan pasir putih dimana Basirih masih

  5. Jalur Penghijauan dana berasal dari warga sendiri. dirasakan sangat Hijau. minim.

  6. Pembangunan Pasar Pengembangan jalan yang 4. tradisional 7. pagar

  Pasar Pembuatan dilakukan oleh developer. Lebar Teluk Tiram yang beton lokasi IPAL di jalan antara 2-4 meter dan perlu pembenahan Basirih. panjang antara 50-500 dan penataan

  8. Pump Pembuatan m.Sebagian jalan menggunakan kembali dengan Station (PS).

  4-8

  4-9 NO Lokasi Jumlah Penduduk Miskin Kondisi umum Permasalahan Bentuk penanganan yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

  penutup jalan aspal dan sudah mengalami kerusakan. Jembatan di kawasan permukiman masih menggunakan jembatan kayu.

  Kawasan Basirih masih banyak terdapat lahan kosong yang dapat digunakan sebagai ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau (RTH) sangat jarang dijumpai pada gang-gang, dan hanya dibeberapa jalan komplek. Di kawasan Basirih terdapat Instalasi Pengolahan Air Limbah Basirih yang dibangun pada tahun 2010 dan mulai beroperasi pada tahun 2011 dengan kapasitas kapasitas 2000 m3/hari. Pada gang atau jalan komplek di kawasan basirih umumnya tidak mempunyai bak sampah, hanya beberapa rumah yang mempunyai bak sampah sendiri itu pun milik membangun pasar yang berwawasan lingkungan.

  5. Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

  6. Penggunaan sungai sebagai MCK di daerah Basirih.

  7. Belum adanya analisis mengenai kualitas air lindi di TPA Basirih dan TPA Basirih tidak menggunakan pagar keliling sebagai batas wilayah.

  8. Armada/angkutan truk agar ditambah serta truk yang sudah tua diatas 10

  9. Renovasi Instalasi

  Pengolahan Lindi (TPA Basirih).

  10. Pembangunan Jalan Masuk Zona Sampah TPA Basirih.

  11. Normalisasi Saluran Drainase TPA Basirih.

  12. Rehabilitasi dan pembangunan drainase.

  13. Penataan wilayah sungai.

  14. Penyediaan SPAM bagi kawasan kumuh/MBR di Basirih.

  15. Penyediaan SPAM bagi kawasan kumuh/MBR.

  Bentuk Jumlah penanganan Kebutuhan NO Lokasi Penduduk Kondisi umum Permasalahan yang sudah penanganan Miskin dilakukan masyarakat pribadi tidak bantuan tahun.

  langsung dari 9.

  Sarana jalan masuk pemerintah.Terdapat tempat ke zona penampungan sampah/TPA ilegal pembuangan di lahan kosong yang dapat sampah perlu merusak keindahan. pengerasan dan pengaspalan. Drainase hanya terdapat di 10.

  Kurangnya beberapa tempat. Drainase hanya jangkauan dan berupa dinding turap dengan kualitas pelayanan kondisi drainase yang kurang baik, Ari Minum Selain itu terdapat drainase Permukiman. dengan konstruksi permanen, tetapi tidak dapat berfungsi dengan maksimal. Sarana air bersih yang ada di kawasan sebagai sarana untuk kebutuhan sehari-hari baik untuk keperluan makan-minum dan keperluaan lainnya (MCK) mayoritas didapatkan dari PDAM, hanya sebagian kecil saja yang masih membeli air bersih.

  4-10

  4-11 NO Lokasi Jumlah Penduduk Miskin Kondisi umum Permasalahan Bentuk penanganan yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

  Belum terwujudnya struktur pemanfaatan ruang Kasiba dan Lisiba.

  2. Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Cepat Tumbuh Sungai Andai.

  Pembangunan/pe ningkatan permukiman RSH dengan penataan dan peningkatan infrastruktur prasarana dan sarana dasar.

  Kebutuhan penganganan pada kawasan Sungai Andai : 1.

  Andai merupakan kawasan KASIBA/LISIBA, namun master plan pengembangan kawasan cepat tumbuh Sungai Andai

  3. Kawasan Sungai

  2. Kawasan KASIBA/LISIBA belum dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan seperti jalan yang bagus, drainase dll.

  Menurut Studi Kawasan permasalahan yang muncul di Kawasan Sungai Andai adalah: 1.

  3 Kawasan Sungai Andai (Kawasan Cepat Tumbuh)

  3. Terdapat permukiman di pinggiran Sungai Andai.

  2. Banyak munculnya perumahanperumahan di Sungai Andai.

  Kawasan Sungai Andai masih banyak terdapat lahan kosong yang dapat digunakan sebagai ruang terbuka hijau dan kawasan terbangun.

   Permukiman 1.

  Kawasan Sungai Andai merupakan Kawasan Cepat Tumbuh (KCT), Karena hal tersebut menyebabkan pergeseran pemanfaatan ruang kawasan Sungai Andai dan sekitarnya (BWK Khusus) dari kawasan resapan air dan pertanian/RTH menjadi kawasan permukiman baru dan komersial.

  Kel. Sungai Andai Kec. Banjarmasin Utara menurut data tahun 2010 jumlah penduduk di kelurahan Sungai Andai belum tercatat, karena masuk dalam kelurahan pengembangan baru

  3. Perbaikan jalan lingkungan kawasan Sungai Andai, sehingga memberikan kemudahan

  4-12 NO Lokasi Jumlah Penduduk Miskin Kondisi umum Permasalahan Bentuk penanganan yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan

  Kumuh 2010, Kawasan Sungai Andai merupakan kawasan dengan kumuh.

  4. Terdapat pasar kompleks yang didirikan dengan mengambil badan sungai dan pasar tradisional ini terlihat kumuh

   Infrastruktur Lingkungan Jalur Hijau pada kawasan Sungai Andai belum terlihat serta masih banyaknya lahan yang bisa digunakan sebagai Ruang Terbuka Hijau, yaitu di sekitar Jembatan Sungai Andai, dan Kondisi bangunan pasar Sungai Andai yang perlu sudah rusak berat. Kawasan Sungai Andai sebagai kawasan KASIBA/LISIBA sudah dilengkapi dengan pembangunan

  IPAL dengan kapasitas 3 ribu meter kubik perhari dengan target sampai saat ini belum di susun.

  4. Perencanaan PSD

  Sungai Andai belum mengikuti kondisi perkembangan kawasan Sungai Andai yang cepat tumbuh.

  5. Perlunya penataan bantaran Sungai Andai agar tidak lagi menyalahi aturan dan kondisi yang ada diharapkan tidak menjadi kumuh lagi.

  6. Sarana dan prasarana revitalisasi kawasan Museum Wasaka belum memadai.

  7. Kawasan Sungai

  Andai merupakan kawasan KASIBA/LISIBA yang akses kawasan permukiman ke Jalan Sultan Adam dan Daerah Banua Anyar, serta pembuka kawasan permukiman baru.

  4. Penataan pemukiman di bantaran sungai dengan mempertahankan pola massa bangunan seperti yang ada tetapi dengan penghentian pembangunan baru ke arah sungai dan

  4-13 NO Lokasi Jumlah Penduduk Miskin Kondisi umum Permasalahan Bentuk penanganan yang sudah dilakukan Kebutuhan penanganan 10 ribu sambungan rumah (SR).

  Belum tersedia Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang representatif dikawasan Jl Sungai Andai Banjarmasin, disinyalir menjadi salah satu faktor penyebab bermunculannya sejumlah TPS liar dikawasan tersebut.

  Kondisi drainase kawasan umumnya menggunakan aliran sungai sehingga kondisi sungaisungai di Banjarmasin sudah cukup memperihatinkan, selain penuh sampah juga terjadi pendangkalan termasuk anak Sungai Andai Sarana air bersih yang ada di kawasan perencanaan sebagai sarana untuk kebutuhan seharihari memerlukan ruang terbuka.

  8. IPAL Sungai Andai perlu rehabilitasi dalam rangka membantu pemulihan atau peningkatan kinerja pelayanan.

  9. Peningkatan jumlah cakupan pelayanan melalui penambahan jaringan pipa dan sambungan rumah (SR).

  10. Belum tersedia Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang representatif dikawasan Jl Sungai Andai Banjarmasin.

  11. Pengeluaran izin pengembangan perumahan baru di penghentian pertumbuhan permukiman baru pada sisi bantaran sungai.

  5. Pemindahan pemukim liar dari bangunan ilegal dan berumur kurang dari 50 tahun di tepi sungai ke model permukiman lanting dengan konstruksi pengapungnya diperbaharui sesuai dengan teknologi baru.

  6. Tampilan bangunan diperbaiki dengan arah

  Bentuk Jumlah penanganan Kebutuhan NO Lokasi Penduduk Kondisi umum Permasalahan yang sudah penanganan Miskin dilakukan

  baik untuk keperluan Sungai Andai, orientasi makanminum dan keperluaan sebelum pihak bangunan ke lainnya (MCK) mayoritas pengembang sungai. didapatkan dari PDAM, hanya melakukan 7. terbuka

  Ruang sebagian kecil saja yang masih perencanaan hijau diletakkan membeli air bersih. drainasenya dengan diantara massa matang. bangunan dan di

  12. depan bangunan

  Kurangnya jangkauan dan kualitas tradisional asli pelayanan Ari Minum untuk memberi Permukiman. tampilan yang

  13. terbatasnya baik dari arah Makin ketersediaan air baku. sungai serta

  14. tingginya menonjolkan Makin kebutuhan air akibat unsur heritage pertambahan kawasan berupa penduduk dan bangunan pertumbuhan industri. bangunan tradisional asli dan kuno.

  4-14

  4-15 b.

  Pengarustamaan gender Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang.

  c.

  Analisis dampak pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya terhadap ekonomi lokal masyarakat Pelaksanaan pembangunan bidang secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

1. Konsultasi masyarakat:

  Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

  2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan: Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

3. Permukiman kembali penduduk (resettlement):

  Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan. land acquisition and

  Pengadaan tanah dan permukiman kembali atau resettlement untuk kegiatan RPI2-JM mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut ini: 1.

  Transparan : Sub proyek dan kegiatan yang terkait harus diinformasikan secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak.

  Informasi harus mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, dan lainnya) yang akan terkena dampak.

  2. Partisipatif : Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus terlibat dalam seluruh perencanaan proyek, seperti: penentuan batas lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi, serta lokasi tempat permukiman kembali.

  3. Adil : Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan masyarakat. Masyarakat tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai, seperti tanah pengganti dan/atau uang tunai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh pemrakarsa kegiatan. Masyarakat harus diberi kesempatan untuk mengkaji rencana pengadaan tanah ini secara terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan jumlah ganti rugi dan/atau permukiman kembali.

  4. Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan atau jika memungkinkan, secara sukarela mengkontribusikan/hibah sebagian tanahnya pada kegiatan. Dalam kasus dimana tanah dihibahkan secara sukarela, DP akan melakukan musyawarah dalam forum stakeholder untuk menjamin bahwa hibah benar-benar dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun.

5. Kontribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan bila:

  DP mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan harga tanah miliknya (dibuktikan dengan perhitungan yang disepakati kedua belah pihak); dan Tanah yang dihibahkan nilainya ≤ 10 % dari nilai tanah, bangunan atau aset lain yang produktif dan nilainya < 1 (satu) juta Rupiah. Kesepakatan kontribusi sukarela tersebut harus ditandatangani kedua belah Safeguard Monitoring pihak setelah DP melakukan diskusi secara terpisah. Team atau SMT harus dapat menjamin bahwa tidak ada tekanan pada DP untuk melakukan kontribusi tanah secara sukarela. Persetujuan tersebut harus didokumentasikan secara formal: 1.

  Kegiatan investasi harus sudah menentukan batas-batas lahan yang diperlukan, jumlah warga yang terkena dampak, informasi umum mengenai pendapatan serta status pekerjaan DP, dan harga tanah yang berlaku yang diusulkan oleh pemrakarsa kegiatan dan didukung oleh NJOP, sebelum pembebasan tanah (dengan atau tanpa pemukiman kembali/ resettlement) dilakukan.

  2. Kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak pada lebih dari 200 orang atau 40 KK, atau melibatkan pemindahan lebih dari 100 orang atau 20 KK, harus didukung dengan Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali atau RTPTPK yang menyeluruh.

  3. Jika kegiatan investasi hanya akan mengakibatkan dampak pada kurang dari 200 orang atau 40 KK atau berdampak pada kurang dari 10% aset produktif atau hanya melakukan pemindahan penduduk secara temporer (sementara) selama masa konstruksi, harus didukung dengan RTPTPK sederhana.

  4. RTPTPK menyeluruh atau RTPTPK sederhana dan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab pemrakarsa kegiatan, dimonitor oleh Tim Pemantauan.

  5. Perhitungan ganti rugi bagi DP. Terdapat beberapa alternatif cara untuk menghitung ganti rugi, yakni:

   Perhitungan ganti rugi tanah berdasarkan nilai pasar tanah di lokas yang memiliki karakteristik ekonomi yang serupa pada saatpembayaran kompensasi ganti rugi dilakukan  Perhitungan kompensasi ganti rugi bangunan berdasarkan nilaipasar bangunan dengan kondisi yang serupa di lokasi yang sama  Perhitungan ganti rugi untuk tanaman berdasarkan nilai pasar tanaman yang sama ditambah dengan biaya atas kerugian non material lainnya; dan  Perhitungan ganti rugi untuk aset lainnya diganti dengan aset yang paling tidak sama, atau ganti rugi uang tunai setara dengan harga untuk memperoleh aset yang sama.

  Pihak yang dapat terkena dampak pembebasan tanah dan/atau pemukiman dipindahkan dalam kegiatan sub proyek dapat berupa warga/individu, entitas, atau badan hukum. Adapun bentuk dampak yang diakibatkan dapat berupa:

   Dampak fisik, seperti dampak pada tanah, bangunan, tanaman dan aset produktif lainnya: dan  Dampak non-fisik, seperti dampak lokasi, akses pada tempat kerja atau prasarana, dan sebagainya.

  6. Berkenanaan dengan hak hukum atas tanah, DP dapat dikelompokkan menjadi:  Warga yang memiliki hak atas tanah pada saat pendataan dilakukan, termasuk hak adat;  Warga yang tidak memiliki hak atas tanah, akan tetapi menguasai/menggarap lahan atau aset lannya (hak garap);  Warga yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian dengan pemilik tanah (hak sewa);

   Warga yang menguasai/menempati tanah/lahan tanpa landasan hukum ataupun perjanjian dengan pemilik tanah (sering disebut sebagai squatter); dan  Warga yang mengelola tanah wakaf (tanah yang dihibahkan untuk kepentingan agama).

  Prosedur pelaksanaan pembebasan tanah dan permukiman kembali terdiri dari beberapa kegiatan utama yang meliputi: penyiapan awal dari usulan kegiatan untuk melihat apakah kegiatan yang bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan permukiman kembali atau tidak; pengklasifikasian/kategorisasi dampak pembebasan tanah dan permukiman kembali dari sub proyek yang diusulkan sesuai tabel V.4 perumusan surat pernyataan bersama (jika melibatkan hibah sebidang tanah secara sukarela) atau perumusan Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali (RTPTPK) sederhana atau menyeluruh sesuai kebutuhan didukung SK Bupati.

  Pembebasan tanah dan permukimkan kembali yang telah dilaksanakan sebelum usulan sub proyek disampaikan, harus diperiksa kembali ( recheck) dengan tracer study. Tracer study ini dimaksudkan untuk dengan standar menjamin bahwa proses pembebasan tanah telah sesuai yang berlaku, tidak mengakibatkan kondisi kehidupan DP menjadi lebih buruk, dan mekanisme penanganan keluhan dilaksanakan dengan baik. Kegiatan-kegiatan yang memerlukan kegiatan perlidungan social seperti konsultasi masayarakat, Pemindahan Penduduk/Kompensasi ke masayarakat dan Permukiman Kembali diantaranya sebagai berikut : 1.

  Pembangunan Rusunawa 2. Normalisasi Sungai 3. Pembangunan Kawasan RSH

Tabel 4.2 Kategori Pendugaan Safeguard Sosial Kategori Dampak Persyaratan

  Sub Proyek tidak melibatkan kegiatan pembebasan tanah

  1. Sub Proyek seluruhnya menempati tanah Surat Pernyataan dari A negara pemrakarsa kegiatan

  2. Sub Proyek seluruhnya atau sebagian Laporan yang disusun oleh menempati tanah yang dihibahkan secara pemrakarsa kegiatan sukarela

  Pembebasan tanah secara sukarela: Surat Persetujuan yang Hanya dapat dilakukan bila lahan produktif yang disepakati dan dihibahkan < 10% dan memotong < bidang lahan ditandatangai bersama

  B sejarak 1,5 m dari batas kavling atau garis sepadan antara pemrakarsa bangunan, dan bangunan atau aset tidak kegiatan dan warga yang bergerak lainnya yang dihibahkan senilai < Rp. 1 menghibahkan tanahnya Juta. dengan sukarela

  Pembebasan tanah berdampak pada < 200 orang C atau 40 KK atau < 10% dari aset produktif atau

  RTPTPK sederhana melibaykan pemindahan warga sementara selama masa konstruksi D Pembebasan tanah berdampak pada > 200 orang RTPTPK menyeluruh

  atau memindahkan warga > 100 orang

  Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi di Kota Banjarmasin tidak banyak mengalami kendala dan hambatan terhadap masyarakat. Hal ini dikarenakan lokasi pembangunan kegiatan cipta karya sebagian besar milik Pemerintah Kota Banjarmasin, dan tidak ada masalah yang berarti kalaupun ada lahan yang bukan milik Pemerintah Kota Banjarmasin itu sudah dibebaskan dengan cara dibayarkan kepada pemilik lahan tersebut. Hanya saja Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka Pemerintah Kota Banjarmasin melakukan sosialisasi melalui pemerintah kelurahan setempat dimana lokasi kegiatan Cipta Karya dilaksanakan dan melibatkan warga setempat yang belum mendapatkan pekerjaan untuk bekerja sesuai keahliannya.

  d.

  Identifikasi kebutuhan penanganan sosial pasca pelaksanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya.

  Output kegiatan pembangunan seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti: 1.

  Kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur dimana akses jalan masyarakat dapat dilalui, selain itu waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

  2. Terciptanya Lingkungan Permukiman yang aman, dan nyaman. Dimana lingkungan permukiman masayarakat menjadi lebih sehat akibat pembanguanan infrastruktur di sekitar lingkungan masyarakat dan terwujudnya kelayakan sanitasi lingkungan.

  3. Meningkatnya taraf hidup perekonomian masayarakat, dimana adanya recruitment tenaga kerja bagi masayarakat sekitar pembangunan infrastruktur. Sejumlah lowongan kerja akan dibuka dan jumlah tenaga kerja setempat yang dapat terserap dapat digunakan dalam operasional.

  4. Berkurangnya kecemburuan social di masayrakat, dimana dengan adanya pembangunan infrastruktur yang merata di setiap kawasan, warga masyarakat mendapatkan fasilitas yang sama. Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya harus memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

4.2 Analisis Ekonomi

  Perkembangan sektor ekonomi merupakan indicator penting untuk mengetahui hasil pembangunan yang telah dicapai, serta untuk menentukan arah dan sasaran pembangunan di masa mendatang. Adapun analisis ekonomi yang dipaparkan berkaitan denan pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan produk domestik Regional Bruto (PDBRB) perkapita.

  Realisasi penerimaan pemerintah daerah kota Banjarmasin selama tahun 2015 mencapai 1.41 triliun rupiah yang terdiri dari 16,11 persen pendapatan asli daerah (PAD), 60,30 persen dana perimbangan dan 23,59 perse dari pendapatan lainnya yang sah, proorsi terbesar yaitu dari dana perimbangan yang terdiri dari dana laokasi umum sebesar 4,20 persen, dana alokasi khusus sebesar 0,18 persen serta dana bagi hasil pajak 9,46 persen dari total penerimaan pemerintah daerah kota Banjarmasin.

4.2.1 Struktur Ekonomi

  Struktur dan kegiatan ekonomi Banjarmasin dapat diamati dari angka konstribusi masing-masing sektor terhadap total PDRB. Selama tahun 2008-2012, perkembangan kontribusi PDRB kota Banjarmasin masih didominasi tiga sektor yaitu perdagangan, restoran dan hotel, sektor pengangkutan dan telekomunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, ketiga sektor ini menyumbang sekitar 59.65 persen daripada PDRB yang tercipta di Kota Banjarmasin.

  Sampai dengan tahun 2012, tidak tampak pergeseran struktur ekonomi secara fundamental- masih didominasi sektor perdagangan, restoran dan hotel (20,92 persen), sektor Pengangkutan dan komunikasi (22.95 persen) serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (15,78 persen). Namun berdasarkan perkembangan kontribusi (sektor dominan) ini selama tahun 2008-2012, pada tahun-tahun mendatang terdapat kecendrungan pergeseran. Selama periode tersebut, kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi berangsur-angsur mengalami penurunan, sementara sektor bangunan dan konstruksi menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Di sisi lain dalam kurun waktu 5 tahun tersebut, nampaknya sektor-sektor lain- selain ketiga sektor diatas, belum cukup signifikan untuk mengeser peran ketiga sektor diatas dalam menciptaan PDRB di kota Banjarmasin.

  Dari hasil tersebut, dapat dapat dikatakan bahwa ketiga sektor ini (perdagangan, pengangkutan/komunikasi dan keuangan) merupakan pembentuk struktur ekonomi yang paling kuat pengaruhnya. Identifikasi tersebut mempertegas peran Kota Banjarmasin sebagai Kota Industri, perdagangan dan Pelabuuhan yang penting di Kalimantan.

4.2.2 Pertumbuhan ekonomi

  Pertumbuhan ekonomi digunakan mengukur tingkat keberhasilan pembangunan, serta untuk memberikan indikasi tentang sejauh mana kativitas perekonomian yang terjadi pada suatu periode tertentu telah menghasilkan tambahan pendapatan bagi penduduk.

  Pertumbuhan ekonomi Kota Banjarmasin selama tahun 2008-2012 yang ditujukkan oleh PDRB atas dasar Harga konstan mengalami penurunan sebesar0,36 persen. Hamper semua nilai tambah sektor ekonomi kota Banjarmasin selama tahun 2008 mengalami pertumbuhan negatif kecuali sektor jasa serta sektor pembangunan dan konstruksi yang meningkat masing-masing 0,52 persen dan 0,28 persen. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Kalimantan selatan pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Kota Bannjaramasin (5,72 persen) ini masih sedikit di bawah pertumbuhan ekonomi provinsi Kalimantan Selatan (5,87 persen).

Tabel 4.3 Pertumbuhan ekonomi kota Banjarmasin atas harga konstan

  

Tahun 2008-2012

SEKTOR/LAPANGAN

NO 2008 2009 2010 2011 2012 USAHA

  1 Pertanian -0,05% -0,06% -0,02% -0,06% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

  2 Pertambangan dan Penggalian

  • 1,31% -1,28% -0,93% -1,14% -1,04%

  3 Industri pengolahan

  • 0,07% -0,04% 0,05% 0,03% 0,02%

  4 Listrik dan air minum 0,37% -0,16% -0,07% -0,42% 0,28%

  5 Bangunan dan Konstruksi 1,84% -1,11% 0,26% 0,55% 0,28%

  6 Perdagangan, Restoran/ hotel

  • 0,29% 0,73% 0,07% 0,24% -0,07%

  7 Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa

  • 0,29% 0,37% 1,23% 0,38% 0,01%

  8 perusahaan

  • 0,20% 1,55% -0,59% 0,42% 0,52%

  9 Jasa-jasa

  Total PDRB -0,36% 1,35% 0,27% 1,05% -2,74%

  besarnya angka pertumbuhan ini jika dibandingkan dengan pertumbuhan nilai investasi yang masuk ke Banjaramsin tidak berbanding lurus, mengindikasikan bahwa tingginya pertumbuhan ekonomi tidak dipengaruhi oleh penambahan nilai invesatasi. Perkembangan nilai investasi dari tahun 2008-2012 menunnukkan bahwa terjadi penurunan nilai investasi yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan jumlah investasi di provinsi di Kalimantan Selatan. Hal ini dapat diintepretasikan bahwa tantangan kota Banjarmasin dalam menarik investor yang ining menanamkan modalnya dalam kawasan regional rovinsi Kalimantan selatan.

4.2.3 Pendapatan perkapita

  Pendapatan/PDRB per kapita dapat memberikan informasi tingkat kesejahteraan penduduk disuatu wilayah. PDRB pendapatan perkapita dapat dilihat dari dua sisi, yaitu PDRB perkapita atas dasar harga berlaku dan PDRB per kapita atas dasar harga konstan. Laju pertumbuhan PDRB perkapita yang riil biasanya berdasarkan atas dasar harga konstan yang umumnya digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur ekonomi rakyat secara keseluruhan dalam arti luas, yaitu berapa banyak barang riil dan jasa-jasa yang dihasilkan untuk keperluan konsumsi dan investasi penduduk.

  Perkembangan PDRB per kapita kota banjar masin atas dasar harga berlaku selaa lima tahun terakhir berfluktuasi dengan kondisiyang menunjukkan kea rah penurunan. Kenaikan relative besar terjadi pada tahun 2011 dengan dengan kenaikan sebesar 13.41 persen. Namun demikian, pada tahun 2012 PDRB perkapita menurun sangat signifikan yaitu sebesar 10.67 persen. Jika dilihat dari PDRB perkapita atas dasar harga konstan, PDRB kota Banjarmasin juga berfluktuasi. Angka pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada tahun 2010 (7.20%) menunjukkan kecendrungan pola yang turun pada tahun-tahun berikutnya.

Table 4.4 PDRB per Kapita Kota Banjarmasin tahun 2007-2012 ATAS DASAR HARGA BERLAKU ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN PDRB PER PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN KAPITA (%) (%) (%) (RP)

  2007 6.703.540.240 11,10 4.080.298.380 5,85 2008 7.509.920.760 10,74 4.325.365.250 5,67 2009 8.543.143.742 12,09 4.560.093.538 5,15 2010 9.748.272.383 12,36 4.913.934.071 7,20 2011 11.258.239.905 13,41 5.256.670.775 6,52 2012 12.602.821.974 10,67 5.575.729.402 5,72

4.3 Analisis Lingkungan

4.3.1 Pemahaman KLHS

  Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diwajibkan membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang merupakan rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

  Program KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) merupakan instrument yang relative baru dikembangkan sebagai penguatan program untuk menyusun rumusan kebijakan rencana program berorientasi pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan berwawasan lingkungan adalah suatu konsep pembangunan yang memadukan aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup dalam upaya mensejahterakan masyarakat. Hal itu mengacu pada pertumbuhan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya alam dan kemampuan institusi masyarakat didalam melaksanakan pembangunan, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang merupakan dasar didalam menyusun program program pembangunan. Disamping itu pembangunan berkelanjutan tidak akan tercapai tanpa memasukkan unsur konservasi lingkungan ke dalam kerangka proses pembangunan.

  Fungsi dari KLHS adalah untuk : 1.

  Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dan keberlanjutan melalui penyusunan Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) untuk meningkatkan 2. manfaat pembangunan; Memperkuat proses pengambilan keputusan atas KRP, mengurangi kemungkinan kekeliruan dalam membuat prakiraan/prediksi pada awal proses 3. perencanaan kebijakan, rencana, atau program pembangunan; Dampak negatif lingkungan di tingkat proyek pembangunan semakin efektif diatasi atau dicegah karena pertimbangan lingkungan telah dikaji sejak tahap formulasi kebijakan, rencana, atau program pembangunan.

Gambar 4.1 kedudukan KLHS terhadap AMDAL

  Sumber document RPIJM

Gambar 4.2 kedudukan KLHS terhadap AMDAL

  Sumber document RPIJM Beberapa manfaat dari disusunnya KLHS adalah sebagai berikut : 1.

  Merupakan instrumen proaktif dan sarana pendukung pengambilan keputusan;

  2. Mengidentifikasi dan mempertimbangkan peluang-peluang baru melalui pengkajian sistematis dan cermat atas opsi pembangunan yang tersedia;

  3. Mempertimbangkan aspek lingkungan hidup secara lebih sistematis pada jenjang pengambilan keputusan yang lebih tinggi;

  4. Mencegah kesalahan investasi berkat teridentifikasinya peluang pembangunan yang tidak berkelanjutan sejak dini;

5. Tata pengaturan (governance) yang lebih baik berkat keterlibatan para pihak

  ( stakeholders) dalam proses pengambilan keputusan melalui proses konsultasi dan partisipasi;

  6. Melindungi asset-asset sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna menjamin berlangsungnya pembangunan berkelanjutan;

  7. Memfasilitasi kerjasama lintas batas untuk mencegah konflik, berbagi pemanfaatan sumberdaya alam, dan menangani masalah kumulatif dampak lingkungan. KLHS menjadi instrumen penting dalam perencanaan penataan ruang karena pengambil keputusan harus semakin mempertimbangkan dampak jangka panjang dan kumulatif dari berbagai proyek. Selain itu integrasi aspek lingkungan yang saat ini menggunakan instrumen AMDAL tidak mampu untuk mengukur dampak kumulatif secara sistematis. KLHS dapat menelaah secara efektif dampak yang bersifat strategik dan dapat memperkuat serta mengefisienkan proses penyusunan AMDAL suatu rencana kegiatan. Secara rinci tujuan dari penyusunan KLHS adalah :

  a) Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan hidup dan keberlanjutan dalam penyusunan kebijakan, rencana, atau program (KRP) ; b)

  Memperkuat proses pengambilan keputusan atas KRP ;

  c) Membantu mengarahkan, mempertajam fokus, dan membatasi lingkup penyusunan dokumen lingkungan yang dilakukan pada tingkat rencana dan pelaksanaan usaha atau kegiatan.

4.3.2 Kaidah Kajian Lingkungan Hidup Strategis

  Secara umum, KLHS berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan, sekaligus mendorong pemenuhan tujuan- tujuan keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya dari suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan. Kaidah terpenting KLHS dalam perencanaan tata ruang adalah pelaksanaan yang bersifat partisipatif, dan sedapat mungkin didasarkan pada keinginan sendiri untuk memperbaiki mutu KRP tata ruang (selfassessment) agar keseluruhan proses bersifat lebih efisien dan efektif. Asas-asas hasil penjabaran prinsip keberlanjutan yang mendasari KLHS bagi penataan ruang adalah :

   Keterkaitan ( interdependency)

  interdependency) menekankan pertimbangan keterkaitan antara Keterkaitan (

  satu komponen dengan komponen lain, antara satu unsur dengan unsur lain, atau antara satu variabel biofisik dengan variabel biologi, atau keterkaitan antara lokal dan global, keterkaitan antar sektor, antar daerah, dan seterusnya.

   Keseimbangan ( equilibrium\

  

Keseimbangan ( equilibrium) menekankan aplikasi keseimbangan antar aspek,

  kepentingan, maupun interaksi antara makhluk hidup dan ruang hidupnya, seperti diantaranya adalah keseimbangan laju pembangunan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, keseimbangan pemanfaatan dengan perlindungan dan pemulihan cadangan sumber daya alam, keseimbangan antara pemanfaatan ruang dengan pengelolaan dampaknya,dan lain sebagainya.

   Keadilan ( justice)

  

Keadilan ( justice) untuk menekankan agar dapat dihasilkan kebijakan, rencana

  dan program yang tidak mengakibatkan pembatasan akses dan kontrol terhadap sumbersumber alam, modal dan infrastruktur, atau pengetahuan dan informasi kepada sekelompok orang tertentu.