BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan Mean Arterial pressure dengan kejadian Post Operative Nausea Vomiting pada pasien seksio sesarea dengan spinal anestesi di RSUD Sleman Yogyakarta - Repository Poltekkesjogja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seksio sesarea adalah suatu teknik pembedahan untuk melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn H, 2010). Menurut data WHO (World Health Organization), pada tahun 2010 standar rata-rata seksio sesarea sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia. Sebanyak 54 negara memiliki tingkat seksio sesarea di bawah 10%,
sedangkan 69 negara menunjukkan tingkat seksio sesarea di atas 15%, dan 14 negara memiliki tingkat antara 10 dan 15%. Negara Brazil memiliki tingkat seksio sesarea paling tinggi yaitu mencapai 45,9%. Kejadian seksio sesarea di Indonesia memiliki tingkat sekitar 6,8% per 1000 kelahiran.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI (2016), bahwa gambaran cakupan persalinan di fasilitas kesehatan pada provinsi di Indonesia tahun 2015 sebesar 79,72%, sedangkan di D.I.Yogyakarta memiliki capaian persalinan tertinggi sebesar 99,81%. Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan di D.I.Yogyakarta tahun 2015 yaitu: Kabupaten Sleman memiliki persentase persalinan yang cukup tinggi yaitu sebesar 99,99%. Berdasarkan hasil penelitian Sumarah (2013), yang dilakukan pada bulan Juni sampai September tahun 2013 jumlah persalinan dengan tindakan seksio sesarea di RSUD Sleman
Seksio sesarea tentunya tidak terlepas dari tindakan anestesi. Menurut Morgan (2013), menyebutkan bahwa anestesi pada umumnya dibagi atas anestesi general dan anestesi regional. Anestesi general bekerja menekan aksis hipotalamus pituitari adrenal sedangkan anestesi regional berfungsi untuk menekan transmisi impuls nyeri dan menekan saraf otonom eferen ke adrenal. Umumnya pada tindakan seksio sesarea dilakukan teknik anestesi regional. Anestesi regional yang dilakukan pada pasien obstetri adalah dengan teknik blok subarakhnoid. Anestesi spinal (blok subarakhnoid) merupakan pilihan utama dalam tindakan seksio sesarea. Alasan pemilihan anestesi spinal karena rendahnya efek samping terhadap neonatus akan obat depresan, pengurangan risiko terjadinya aspirasi pulmonal pada maternal, kesadaran ibu akan lahirnya bayi, dan yang paling penting adalah pemberian opioid secara spinal dalam rangka penyembuhan nyeri pasca operasi.
Meskipun anestesi spinal merupakan teknik anestesi terbaik bagi seksio sesarea, tetapi anestesi spinal juga memiliki kekurangan. Menurut Majid (2011), teknik anestesi spinal memiliki kekurangan seperti terjadinya hipotensi, bradikardi, apnoe, pernafasan tidak adekuat, nausea/ mual dan muntah, pusing kepala pasca pungsi lumbal, blok spinal tinggi atau spinal total.
Mual muntah merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat spinal anestesi, dengan angka kejadian 20-40% (Keat, 2012). Hipotensi, premedikasi, puasa yang tidak cukup serta adanya rangsangan visceral oleh operator merupakan beberapa hal penyebab mekanisme terjadinya mual muntah pada spinal anestesi. Hipotensi akan menyebabkan terjadinya hipoksemia dan hipoperfusi di chemoreseptor trigger zone (CTZ) sebagai pusat rangsang muntah (Mulroy, 2009). Data yang didapatkan di kamar bedah Rumah Sakit Pusat Pertamina pada bulan September sampai dengan November 2009 dari 33 pasien yang dilakukan seksio sesarea dengan anestesi spinal sebanyak 21 orang (70%) mengalami hipotensi dibawah 100 mmHg atau 20% dari tekanan darah sebelum dilakukan anestesi spinal (Handayani, 2013).
Hipotensi merupakan tekanan darah sistolik di bawah tingkat yang telah ditentukan, biasanya 80 atau 90 mmHg atau persentase penurunan tetap (umumnya 30%) pada tekanan darah sistolik atau dari tekanan darah awal pasien juga dapat dianggap hipotensi (Neal, 2013). Kejadian hipotensi dapat menyebabkan gangguan perfusi uteroplasenta sehingga mengakibatkan hipoksia dan asidosis fetus serta depresi neonatus.
Hipotensi yang berat pada ibu dapat menyebabkan penurunan kesadaran, aspirasi paru, henti napas, dan juga henti jantung (Chesnut, 2009).
Hipotensi dapat dilakukan dengan pengukuran tekanan sistol dan diastole, penentuan hipotensi pasca anestesi spinal menggunakan perhitungan Mean
Arterial Pressure . Mean Arterial Pressure merupakan tekanan rata-rata
yang mengalirkan darah masuk ke dalam jaringan sepanjang siklus jantung. Mean Arterial Pressure <70 mmHg dapat dikategorikan sebagai kondisi hipotensi (Georg, 2015).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta diperoleh informasi bahwa jumlah operasi selama tiga bulan terakhir dengan tindakan anestesi adalah 1050 sehingga diperoleh rata-rata dalam satu bulan sebanyak 350 pasien dimana untuk anestesi umum berjumlah 225 (64,5%) pasien, sedangkan untuk regional anestesi 125 (35,5%) pasien. Gambaran perbulannya untuk bedah obstetri rata-rata 50 (52,5%) pasien, bedah non obstetri 75 (57,5%) pasien.
Sedangkan data mengenai kejadian hipotensi sekitar 5-10%. Adapun risiko kejadian PONV yaitu sekitar 5-15%.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan
Mean Arterial Pressure dengan kejadian Post operative Nausea Vomiting
pada pasien seksio sesarea dengan spinal anestesi di RSUD Sleman Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
Mean Arterial Pressure dengan kejadian Post operative Nausea Vomiting pada pasien seksio sesarea dengan spinal anestesi di RSUD
Sleman Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus a.
Diketahuinya Mean Arterial Pressure pada pasien Seksio Sesarea yang dilakukan Spinal Anestesi.
b.
Diketahuinya kejadian Post operative Nausea Vomiting pada pasien Seksio Sesarea yang dilakukan Spinal Anestesi.
c.
Diketahuinya keeratan hubungan Mean Arterial Pressure dengan kejadian Post operative Nausea Vomiting pada pasien seksio sesarea dengan spinal anestesi.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah keperawatan anestesi, khususnya berfokus pada Mean Arterial Pressure dan kejadian mual muntah post operasi. Penelitian ini menitikberatkan pada permasalahan hipotensi pada operasi seksio sesarea yang dilakukan dengan spinal anestesi di RSUD Sleman Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data yang dapat digunakan sebagai masukan ilmu keperawatan anestesi tentang Mean Arterial Pressure dan kejadian Post operative Nausea Vomiting pada pasien Seksio Sesaria yang dilakukan Spinal Anestesi.
2. Manfaat Praktis a.
Bagi RSUD Sleman Yogyakarta Sebagai salah satu bahan informasi dan bahan masukan dalam merumuskan kebijakan rumah sakit terkait dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pemantauan tekanan darah post operasi pada pasien seksio sesarea dengan anestesi spinal.
b.
Bagi Perawat Anestesi Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap
Mean Arterial Pressure yang mengarah pada hipotensi post operasi
pada pasien seksio sesarea dengan spinal anestesi dan meningatkan kesiapan dalam menangani kejadian hipotensi pada pasien seksio sesarea sebelum terjadi komplikasi yang tidak diinginkan setelah adanya kejadian hipotensi.
c.
Bagi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Meningkatkan pengetahuan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Yogyakarta khususnya mahasiswa DIV keperawatan anestesi dan
F. Keaslian Penelitian 1.
Giyanto (2012). Judul penelitian “Hubungan perubahan tekanan darah dengan kejadian mual muntah pada pasien seksio sesaria yang dilakukan spinal anestesi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ”. Bentuk rancangan penelitian adalah observasional analitik Cross
Sectional . Variabel penelitian yaitu variabel bebas (independen)
adalah perubahan tekanan darah dan variabel terikat (dependen) adalah kejadian mual muntah. Populasi dalam penelitian adalah pasien seksio sesaria yang dilakukan spinal anestesi dengan teknik accidental
sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen
penelitian adalah lembar observasi pengukuran tekanan darah dan mual muntah setiap 5 menit. Uji statistik yang digunakan adalah uji
Chi Square . Hasil uji statistik menunjukkan nilai Chi-Square a= 0,05
(5%), sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara hipotensi dengan kejadian mual muntah pada pasien seksio sesarea yang dilakukan spinal anestesi dengan bupivakain 0,5%. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel bebas yaitu perubahan tekanan darah atau dapat disebut juga dengan Mean
Arterial Pressure dan variabel terikat yaitu mual muntah atau Post Operative Nausea Vomiting, metode pengumpulan datanya yaitu
menggunakan metode kuantitatif observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Perbedaan dengan penelitian ini terletak skala data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan ordinal pada variabel bebas sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan skala data nominal, pelaksanaan observasi yang dilakukan peneliti saat post operasi.
2. Virgianti, dkk (2013). Judul penelitian “Pengaruh pemberian minum air hangat terhadap kejadian post operative nausea vomiting pada pasien post operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal di unit perawatan paska anestesi RS Muhammadiyah Lamongan
”. Bentuk rancangan penelitian adalah experimental dengan desain penelitian
post test only controlled group desain . Variabel penelitian yaitu
variabel bebas (independen) adalah pemberian minum air hangat dan variabel terikat (dependen) adalah kejadian post operative nausea
vomiting . Populasi dalam penelitian adalah ibu post operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal di RS Muhammadiyah Lamongan
dengan teknik simple random sampling yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang diberikan minum air hangat dan kelompok yang tidak diberikan minum air hangat. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi mual muntah berupa check
list . Uji statistik yang digunakan adalah uji Mann-Whitney U-Test.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai mean ranknya adalah 16,12 sedangkan nilai Z= -0,314 dan nilai p=0,753, sehingga disimpulkan bahwa 1). Sebagian besar pasien yang diberikan minum air hangat pasien yang tidak diberikan minum air hangat tidak mengalami gelaja PONV; 3). Tidak terdapat pengaruh pemberian minum air hangat terhadap kejadian PONV pada pasien post operasi sectio caesarea dengan anestesi spina. Persamaan dengan penelitian ini yaitu peneliti juga membahas kejadian PONV pada pasien post operasi
sectio caesarea dengan anestesi spinal. Perbedaan dengan penelitian
ini terletak pada metode pengumpulan datanya yaitu menggunakan metode kuantitatif observasional analitik dengan rancangan cross
sectional .
3. Azizah, dkk (2016). Judul penelitian “Efek pemberian cairan koloid dan kristaloid terhadap tekanan darah pada pasien seksio sesarea dengan anestesi spinal di RSUD Ulin Banjarmasin
”. Bentuk rancangan penelitian adalah observasional analitik Cross Sectional.
Variabel penelitian yaitu variabel bebas (independen) adalah pemberian cairan koloid dan kristaloid, variabel terikat (dependen) adalah tekanan darah. Populasi dalam penelitian adalah seluruh pasien seksio sesarea RSUD Ulin Banjarmasin yang akan dilakukan anestesi spinal dengan teknik consecutive sampling. Instrumen penelitian adalah lembar observasi rata-rata tekanan darah pada menit ke-5, 10 dan 15 pasca anestesi spinal pada pemberian cairan kristaloid dan koloid. Uji statistik yang digunakan adalah uji generaliz linier model.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p= >0,05 TDS (p= 0,379) dan koloid sama efektifnya dalam mempertahankan tekanan darah pada ibu hamil dengan seksio sesarea yang dilakukan anestesi spinal.
Persamaan dengan penelitian ini adalah pada metode pengumpulan datanya yaitu menggunakan metode kuantitatif observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Perbedaannya terletak pada pembahasannya yaitu pada peneliti sebelumnya membahas tentang efek pemberian cairan koloid dan kristaloid terhadap tekanan darah pada pasien seksio sesarea dengan anestesi spinal, sedangkan pada penelitian ini peneliti membahas tentang hubungan MAP dengan kejadian PONV pada pasien seksio sesarea dengan anestesi spinal.