BAB II DESKRIPSI OBJEK PRODUKSI A. SEJARAH DESA LEBONG TANDAI - LAPORAN TA BAB II
BAB II DESKRIPSI OBJEK PRODUKSI A. SEJARAH DESA LEBONG TANDAI Lebong Tandai dikenal sebagai kawasan penambangan emas sejak zaman
kolonial Belanda tahun 1910. Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, tambang emas dan peninggalan berupa bangunan Belanda diambil alih oleh rakyat Lebong Tandai. Pada tahun 1988, warga Lebong Tandai ditransmigrasikan paksa oleh PT Lusang Mining yang akan memperluas tambang emas di desa itu. Tetapi, pada tahun 1994 PT Lusang Mining bangkrut dan meninggalkan Lebong Tandai.
Warga asli Lebong Tandai yang sempat ditransmigrasikan paksa kembali ke tanah kelahiran mereka. Desa Lebong Tandai atau nama lainnya Desa Batavia Kecil adalah kawasan yang terletak di Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
Desa ini dapat menjadi salah satu ikon wisata di Provinsi Bengkulu, yang memang layak untuk dinikmati karena memiliki wisata sejarah dan wisata alamnya. Lokasi ini adalah tempat penghasil emas pada masa peninggalan Belanda. Dahulu, wilayah tersebut pernah menjadi incaran banyak pihak seperti Portugis, Inggris, Belanda, China dan Jepang. Perlu diketahui Emas yang terdapat di pucuk Tugu Monas Jakarta adalah emas yang berasal dari Desa Lebong Tandai ini yang merupakan sumbangan dari pengusaha Aceh. Desa ini dialiri oleh Sungai Lusang yang cukup jernih dan terdapat Bendungan bernama "Tokorotan" yang dibangun kolonial Belanda. Kebutuhan listrik di Lebong Tandai terpenuhi selama
24 jam oleh sebuah turbin air peninggalan Belanda yang secara swadaya dipelihara perawatannya. 2017, 21:37) Untuk menuju lokasi Desa Lebong Tandai Kecamatan Napal Putih Bengkulu Utara, dapat memilih melalui Rute Kota Bengkulu - Kecamatan Napal Putih.
Perjalanan dari Kota Bengkulu memakan waktu sekitar 4 jam untuk menuju Kecamatan Napal Putih. Penempuhan tersebut bisa menggunakan angkutan pribadi maupun kendaraan sewaan. Baik Kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Untuk menuju pusat Desa Lebong Tandai, masyarakat desa Lebong Tandai ataupun wisatawan mesti transit dengan menggunakan alat transportasi tradisional „Molek‟ di Desa Air Tenang atau Stasiun Air Tenang yang tak jauh dari pusat Kecamatan Napal Putih. Setelah tiba di Air Tenang, perjalanan dimulai dengan menaiki „molek‟ untuk menuju Lebong Tandai. Keberangkatannya pun dijadwalkan pada pagi hari, sekitar pukul 07.01 WIB hingga 08.01 WIB. Biasanya, para
„Masinis‟ molek menunggu para penumpang hingga penuh selalu memilih beriringan dengan molek lainnya.Sebelum tiba di Desa Lebong Tandai, penumpang akan melewati areal yang dinamakan Ronggeng, Sumpit, Lobang Batu, Muaro Lusang, Gunung Tinggi, Kuburan Cina, Sungai Landai, Lobang Panjang, Lubang Tengah, Lubang Pendek, Lebong Tandai. Untuk Lubang Panjang diperkirkan sepanjang 100 meter, Lubang Tengah (50 meter) dan Lubang Pendek (25 meter). Mayoritas penduduk di desa Lebong Tandai adalah penambang emas. Penduduk disini cukup heterogen ada suku Jawa, keturunan Tionghoa, Sunda, Batak, Padang, Rejang dan penduduk Pekal yang sejak awal mendiami wilayah itu. Tak heran jika penduduk disini dalam percakapan sehari-hari menggunakan 2 bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Bahasa Pekal. Namun walaupun heterogen dan sudah tersentuh modernisasi kegotong-royongan warga masih cukup kuat, termasuk keramah-tamahan jika bertemu dengan orang yang baru datang.
B. FILM DOKUMENTER
1. Pengertian Film Dokumenter “Documentary” pada mulanya dipergunakan oleh John Grierson, seorang sutradara yang berasal dari Inggris untuk menggambarkan suatu film jenis khusus yang dipelopori oleh Robert Flaherty asal Amerika. Titik berat dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dokumenter berarti dokumentasi yang dibuat dalam bentuk film mengenai suatu peristiwa bersejarah atau suatu aspek seni budaya yang mempunyai makna khusus agar dapat menjadi alat penerangan dan alat pendidikan.
Pembuatan film dokumenter memerlukan pemikiran dan perencanaan yang matang (Onong Uchjana Effendy, 2000:210-216). Berdasarkan kategori umum mengenai definisi dokumenter, yakni sebagai film nonfiksi yang dibedakan dengan film cerita fiksi. Secara logika, film dokumenter juga bercerita atau naratif, selain juga memiliki aspek dramatik, namun film dokumenter bukanlah cerita fiktif melainkan fakta (apa adanya). DalambukuGerzon R Ayawalia (2008) berjudul “Dokumenter Dari Ide SampaiProduksi” menyebutkan, ada empat kriteria yang menerangkan bahwa dokumenter adalah film nonfiksi, yaitu : a.
Pertama, setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi. Bila pada film fiksi latarbelakang (setting) adegan dirancang, pada dokumenter latarbelakang harus spontan otentik dengan situasi dan kkondisi asli (apa adanya) b. Kedua, yang dituturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata (realita), sedangkan pada film fiksi isi cerita berdasarkan karangan
(imajinatif). Bila film dokumenter memiliki interpretasi kreatif, maka dalam film fiksi yang dimiliki adalah intepretasi imajinatif c.
Ketiga, sebagai sebuah film non fiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melkukan perekaman gambar sesuai apa adanya, dan d. Keempat, apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan.
2. Gaya dan Bentuk Bertutur Film Dokumenter Ada banyak tipe, kategori, dan bentuk penuturan dalam film dokumnter.
Dalam beberapa hal terlihat adanya kemiripan, da yang membedakannya adalah spesifikasi. Beberapa contoh yang berdasarkan gaya dan bentuk bertutur itu, antara lain : a.
Dokumenter Sejarah Umumya, film dokumeter sejarah berdurasi panjang. Dan awalnya, produksi film sejarah dimaksudkan untuk propaganda. Diawali saat meletusnya Perang Dunia 1 pada sekitar tahun 1914 hingga 1918, kemudian dilanjutkan pada perang dunia II sekitar tahun 1935 hingga 1950-an. Kala itu, film lebih diposisikan untuk kebutuhan propaganda. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menilik dokumenter sejarah, yaitu periode (waktu peristiwa sejarah), tempat (lokasi peristiwa sejarah, dan pelaku sejarah. Mengingat bahwasanya dokumenter sejarah berdurasi panjang, maka pembuat film harus berpegang teguh pada rancangan kerja yang sudah tersusun pada saat praproduksi. Hal ini perlu ditekankan agar tidak terjadi pembengkakan biaya produksi. Dan yang lebih fatal adalah karena terlalu banyak gambar yang direkam,, kemampuan menyususn struktur kesinambungan kisah sejarah yang menarij bisa saja gagal. Faktor riset yang mantap dan akurat menjadi tuntutan utama. Selain itu, dalam melakukan riset, dokumenter dapat berkerjasama dengan pakar sejarah untuk memperkuat akurasi kronologis peristiwa yang sesuai fakta sejarah.
b.
Potret/Biografi Isi film jenis ini merupakan representasi kisah pengalaman hidup seseorang tokoh terkenal ataupun anggota masyarakat biasa yang riwayat hudupnya dianggap hebat, menarik, unik, atau menyedihkan. Bentuk potret umumnya berkaitan dengan aspek human interest, semantara isi tuturan bisa merupakan kritik, penghormatan, ayau simpatik. Dari potret tentang pengalaman atau kisah hidup seseorang tokoh, dapat diberikan sebuah sketsa yang menginformasikan waktu, tempat, dan situasi/kondisi saat itu. Ketiga anasir informasi visual ini merupakan sesuatu yang diharapkan penonton.
c.
Perbandingan Dokumenter ini dapat dikemas ke dalam bentuk dan tema yang bervariasi, selain dapat pula digabungkan dengan bentuk penuturan lainnya, untuk mengetengahkan sebuah perbandingan. Dalam bentuk perbandingan umumnya diketengahkan perbedaan suatu situasi atau kondisi, dari satu objek/subjek dengan lainnya. Misalnya, perbandingan teknologi industri di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju.
d.
Kontradiksi Dari isi bentuk maupun isi, tipe kontradiksi memiliki kemiripan denga tipe perbandingan hanya saja tipe kontradiksi cenderung lebih kritis dan radikal dalam mengupas permasalahan. Tipe film dokumenter kontradiksi ini lebih banyak menggunakan wawancara untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai opini publik. Misalnya kontradiksi mengenai masyarakat kaya dan miskin, demokratis dan otoriter, modern dan tradisional, dan sebagainya. e.
Ilmu Pengetahuan Cukup jelas bahwa bentuk dokumenter ini berisi penyampaian informasi mengenai suatu teori, sistem, berdasarkan disiplin ilmu tertentu.
Dokumenter tipe ilmu pengetahuan terbagi dalam dua bentuk kemasan dengan tujuan publik berbeda. Bila ditujukan untuk publik khusus biasa disebut film edukasi, sedangkan jika ditujukan untuk publik umum dan luas disebut film instruksional.
f.
Nostalgia Bentuk film dokumenter nostalgia terkadang dikemas dengan menggunakan penuturan perbandingan, yang mengetengahkan perbandingan mengenai kondisi atau situasi masa lampau dengan masa kini. Kisah yang kerap diangkat dalam dokumenter nostalgia ialah kisah kilas-balik dan napak tilas para veteran perang Amerika yang kembali mengunjungi Vietnam atau Kamboja. Dokumenter nostalgia juga bisa mengenai seorang wartawan perang, yang setelah sekian tahun kemudian kembali ke lokasi tempat dia dulu pernah bertugas meliput berita peperangan atau revolusi.
g.
Rekontruksi Pada umumnya dokumenter bentuk ini dapat ditemui pada dokumenter investigasi dan sejarah, termasuk pula pada film etnografi dan antropologi visual. Dalam tipe ini, pecahan-pecahan atau bagian-bagian peristiwa masa lampau maupun masa kini disusun atau direkontruksi berdasarkan fakta sejarah. Konsep penuturan rekontruksi terkadang tidak mementingkan unsur dramatik, tetapi lebih terkonsentrasi pada pemaparan isi sesuai kronologi peristiwa.
h.
Investigasi Dokumenter investigasi mencoba mengungkap misteri sebuah peristiwa yang yang belum atau tidak pernah terungkap jelas. Yang dipilih biasanya berupa peristiwa besar yang pernah menjadi berita hangat dalam media massa. Tipe ini disebut pula investigative jurnalism, karena metode kerjanya dianggap berkaitan erat dengan jurnalistik. Unsur dramatik atau ketegangan memainkan peran penting agar dokumenter bentuk ini menjadi menarik. Dalam melakukan riset investigasi, pembuat film harus jeli dalam membandingkan antara fakta di permukaan dan fakta tersembunyi atau terselubung, juga menyajikan pendapat narasumber utama. Narasumber kunci berguna untuk memperkuat interpretasi dan argumentasi film riset. i.
Association Picture Story Sejumlah pengamat film, menganggap bentuk ini merupakan film seni atau eksperimen. Gabungan gambar, musik, dan suara atmosfer (noise) secara artistik menjadi unsur utama. Biasanya, dokumenter tipe ini tidak pernah menggunakan narasi, komentar, maupun dialog. j.
Buku Harian Dokumenter jenis ini biasa disebut juga diary film. Bentuk penuturannya sama seperti catatan pengalaman hidup sehari-hari dalam buku harian pribadi. Pada dokumenter bentuk ini sering dicantumkan secara lengkap dan jelas tanggal kejadiannya. Pendekatannya memang konvensional, termasuk dalam penggunaan narasi. k.
Dokudrama Dokumenter ini merupakan bentuk dan gaya bertutur yang memiliki motivasi komersial. Karena itu subjek yang berperan disini adalah artis film. Cerita yang disampaikan merupakan rekontruksi suatu peristiwa atau poret mengenai sosok seseorang, apakah seorang tokoh atau masyarakat awam. Dalam dunia pariwara, dokumenter pun memiliki peluang, antara lain yang dikenal dengan sebutan profil niaga atau company profile.