LIFE SKILL EDUCATION DALAM PESANTREN TRADISIONAL (Study Kasus Pondok Pesantren A tt N ibros A l H asyim A s Salafy Desa Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2008)

LIFE SKILL EDUCATION DALAM PESANTREN TRADISIONAL

  (Study Kasus Pondok Pesantren A tt N ibros A l H asyim A s Salafy Desa Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2008) SKRIPSI

  Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd. I)

  Dalam Ilmu Tarbiyah Oleh:

  IMAM ROFFI NIM: 11104 046 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2008

  D E P A R T E M E N A G A M A RI S E K O L A H T I N G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IK ) S A L A T IG A Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

  Website :

  

PENGESAHAN SKRIPSI

LIFE SKILL EDUCATION DALAM PESANTREN Judul : TRADISIONAL (Study Kasus Pondok Pesantren An Nibros Al Hasyim As Salafy Desa Reksosari Kecamatan

  

Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2008)

  Nama : IMAM ROFIT NIM : 111 04 046 Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

  , 26 Sya’ban 1429 H Salatiga, —---- ---------------------

  28 Agustus 2008 M

2 D wan Penguji,

  Ketua Sekretaris

NOTA PEMBIMBING

  Dosen Pembimbing STAIN Salatiga H al: Skripsi Sdr. Imam Rofi’i

  Kepada Yth. Ketua Jurusan Tarbiyah

  STAIN Salatiga di-

  SALATIGA Assalamualaikum Wr, Wb.

  Setelah membaca dan memberikan petunjuk-petunjuk serta perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara : Nama : IMAM ROFI’I NIM : 11104046 Judul : Life Skill Education Dalam Pesantren Tradisional (Telaah Model

  Pondok Pesantren An Nibros Al Hasyim AS Salafy. Desa Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqosah skripsi. Atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

  Wassalamu’alaikum Wr, Wb,

  Salatiga, Pembimbing

  2008

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

  1. Bapak dan Ibu tercinta dengan seluruh pengorbanannya telah mengukir segala asa, cita dan harapan.

  2. Istriku (Siti Nurhidayati Suryaningsih) tercinta yang selalu mengisi hari-hariku dengan penuh kebahagiaan.

  3. Adik-adikku (Siti Masruroh, M. Zakaria, M. Yasiin) Tersayang.

  4. Teman-teman Pondok Pesantren An Nibros A l Hasyim As Salafi.

DEPARTEMEN AGAMA

  

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar No. 2 Telp. (0298) 323706, 323433, Fax. (0298) 323433 Salatiga 50712

  http:/Ayww.stainsalatiga.ac.id email :

  

D E K L A R A SI

  Bismillahirrahmanirahim Dengan penuh kejujuran dan tanggung)awab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian Deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi. ~ Salatiga, Agustus 2008

  Peneliti

  I MA M R O F I ’ l

  NIM. 11104046

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah, berkat rahmat, karunia dan hidayah dari Allah SWT penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Life Skill Education dalam

  

Pesantren Tradisional” (analisis terhadap model Life Skill di Pesantren An Nibros Al

Hasyim As Salafy, Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Tahun 2008).

  Skripsi ini diajukan untuk melengkapi syarat dalam rangka memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (Strata I) Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

  Namun penulis menyadari sampai selesainya penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAI Salatiga.

  2. Bapak-bapak Pembantu Ketua I, II dan III STAIN Salatiga.

  3. Bapak Fatchurrahman, M.Pd. sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga.

  4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku Dosen pembimbing yang dengan kebijaksanaan, kesabaran dan ketelitiannya memberikan hingga terselesainya skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibuku tercinta yang dengan dorongan moral maupun spiritual serta do’a beliau, penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

  6. Istriku tercinta Siti Nur Hidayati Suryaningsih yang selalu mengisi hari-hariku dengan penuh kebahagiaan.

  7. Adik-adikku tersayang, Siti Masruroh, M. Zarkasi, M. Yasiin yang selalu memberikan dukungan dan bantuan hingga terselesaikanya skripsi ini.

  8. Teman-teman Pondok Pesantren An Nibros Al Hasyim As Salafy, Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Boyolali (Mashudi, Madsamudi) dan Kang Yasiin dengan sepeda ontelnya.

  9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu- persatu.

  Jazakallahu khoiroon k asir....

  Penulis telah berusaha semaksimal mungkin demi kesempurnaan penulis skripsi ini, namun atas kesadaran atas kekurangan dan keterbatasan pada diri penulis, penulis yakin bahwa pembahasan dalam skripsi ini belumlah karya yang sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini, dan tak lupa penulis sampaikan banyak terimakasih.

  Salatiga, Agustus 2008 Penulis

IMAM ROFTI

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JU DUL......................................................................................

  DEKLARASI ................................................................................................. NOTA PEMBIMBING.................................................................................. HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ HALAMAN M OTTO.................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... KATA PENGANTAR.................................................................................... DAFTAR I S I ..................................................................................................

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  20 B. Deskripsi Pesantren

  

  

  

  

  

  

  1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren An

  

  

  2. Letak Geografis Pondok Pesantren An Nibros Al

  

  3. Visi dan Misi Pondok Pesantren An Nibros Al Hasyim

  

  4. Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren

  

  5. Keadaan Ustadz Pondok Pesantren An Nibros Al

  

  6. Keadaan Sarana Prasarana Pondok Pesantren An Nibros

  

  

  B. Keadaan Pendidikan Santri di Pondok Pesantren An Nibros

  4. Metode Pembelajaran Pondok Pesantren An Nibros Al

  

  

  

  

  A l Hasyim As Salafy Reksosari, Kecamatan Suruh,

   C. Hambatan-hambatan Umum Pondok Pesantren An Nibros

  Hasyim As Salafy Reksosari, Kecamatan Suruh,

  

  Al Hasyim As Salafy Reksosari, Kecamatan Suruh,

  Hasyim As Salafy Reksosari, Kecamatan Suruh,

  3. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren An Nibros Al

  

  2. Jenjang Pendidikan dan Jumlah Santri Pondok

  

  

  1. Tahun Ajaran dan Penerimaan Santri Pondok Pesantren

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Pesantren atau pondok dalam pengertian zaman dahulu sering disebut “Kuttab” yaitu tempat tinggal santri sekaligus tempat menuntut ilmu agama dan ilmu lainnya. Sebagai lembaga pendidikan tradisional, pesantren mampu bertahan di tengah-tengah teijangan arus globalisasi meskipun dengan berbagai kekurangan dalam berbagai hal.

  Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang dipimpin oleh seseorang ulama’ atau kyai yang didalamnya terdapat berbagai macam kegiatan yang melibatkan para santri dan kyai. Di samping itu pesantren merupakan suatu bentuk lingkungan masyarakat yang unik dan memiliki tata nilai kehidupan yang positif. Pada umumnya, pesantren terpisah dari kehidupan sekitarnya. Komplek pesantren minimal terdiri atas rumah kediaman pengasuh atau sering disebut kyai, masjid, Mushola dan pembangunan fisik pesantren sehingga penambahan pembangunan demi bangunan dalam lingkungan pesantren hanya mengambil bentuk imprafisasi sekenanya belaka.1

  Eksistensi pesantren serta perangkatnya adalah sebagai lembaga pendidikan dakwah yang telah memberikan warna pedesaan.2 Hal ini dikarenakan pesantren tumbuh dan berkembang bersama dengan masyarakat di daerah pedesaan. Pesantren

  1 Zamakhsyri Dhofier. Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. LP3ES, 1982, him. 44.

  2 Tim Penulis, Dinamika Pesantren, P3M, Jakarta, 1988, him. 109.

  

1

  2 telah berdiri sejak berabad-abad yang lalu dengan berbagai tujuan yang mendasarnya. Selain itu, kultur agraris akan selalu melekat pada pesantren.

  Pondok pesantren secara umum memiliki tujuan untuk menyiapkan manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT dan mampu mewarisi bumi ini dalam arti mengelola, memanfaatkan dan melestarikan kehidupan dengan tujuan akhir untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

  Tujuan semacam itu muncul dari hati para ulama’ pendiri pesantren sejak mereka mulai mendidik para santrinya untuk belajar ilmu agama. Akan tetapi dari niat yang mulia itu masih saja ada persepsi yang negatif terhadap pesantren, persepsi semacam itu muncul dari masyarakat yang awam terhadap pesantren.

  Mereka memiliki frame pemikiran yang selalu memandang rendah serta pengamatan yang subjektif saja, yaitu memandang kelemahan-kelemahan dari pesantren tanpa melihat kelebihan-kelebihannya.

  Pandangan terhadap pesantren yang negatif itu muncul dari ketidaktahuan dan kekurangpahaman masyarakat terhadap manfaat pesantren bagi kehidupan nyata. Mereka memandang bahwa pesantren hanya sebagai tempat mengaji dan tempat menuntut ilmu agama saja. Sehingga lulusan dari pesantren hanya bisa menjadi guru ngaji dan menjadi pimpinan tahlil. Lebih luas lagi mereka menganggap bahwa pesantren dikategorikan sebagai lembaga pendidikan

  

kampungan. Anggapan itu muncul dari letak pesantren yang kecenderungannya

  berlokasi di daerah pedesaan tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan masyarakat pedesaan.

  3 Persepsi rendah terhadap pesantren akhir-akhir ini mulai pudar yaitu dengan adanya perhatian dari pemerintah yang berupa pembentukan seksi atau bidang tersendiri yang mengurusi masalah madrasah dan pondok pesantren. Hal ini menjadi angin segar bagi kalangan pesantren yang dulu selalu di nomor duakan, sekarang citra pondok pesantren sedikit demi sedikit dapat terbangun dan diharapkan nantinya bisa bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya.

  Meskipun demikian, dari intern pesantren haruslah mengakui masih banyaknya kelemahan-kelemahan di balik kekuatan yang dimiliki, hal itu menjadi sebuah tolak ukur untuk lebih meningkatkan kualitas pondok pesantren dalam menghadapi tantangan zaman. Adapun kelemahan-kelemahan pesantren yang sering menjadi sorotan masyarakat antara lain :

  1. Tentang sarana prasarana (pendidikan dan kesehatan)

  2. Kepastian dan keseragaman kurikulum

  3. Masa depan alumni atau lulusan

  4. Lemahnya manajemen pondok pesantren 5. Ketidakseragaman masuknya santri baru.

  Dari beberapa kelemahan tersebut ada yang bersentuhan langsung dengan masyarakat yaitu tentang alumni atau lulusan, dimana hal ini merupakan sumber persepsi orang terhadap keberadaan pondok pesantren.

  Masa depan alumni pesantren secara garis besar belum dapat jaminan kehidupan secara proporsional. Karena mereka belum memiliki kemampuan atau skill yang cukup untuk hidup mandiri, secara umum para santri hanya memiliki

  4

kemampuan dalam bidang keagamaan tanpa memiliki ketrampilan khusus

sebagai bekal untuk mencapai kehidupan yang memadai.

  Beberapa tahun belakangan ini kondisi pesantren di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang mulai merosot. Hal ini dilihat dari minat para pelajar prosentasenya sangatlah sedikit. Akan tetapi, dari kemerosotan itu telah di dongkrak oleh salah satu pesantren tradisional (Salafy) yang bernama An-Nibros,

  

Al-Hasyim, As-Salafy yang terletak di tengah-tengah desa Reksosari Kecamatan

Suruh Kabupaten Semarang.

  Pesantren ini memiliki corak yang berbeda dengan pondok pesantren lainnya di Kecamatan Suruh. Corak yang membedakan dengan pesantren lainnya adalah pemberian pendidikan kecakapan hidup (life skill education) pada bidang agraris. Lebih khusus lagi pondok pesantren ini memiliki model pendidikan life

  

skill yang bergerak di bidang permebelan dan bidang-bidang lainnya. Hal ini

  merupakan suatu alternatif yang dimunculkan oleh meningkatkan kualitas para lulusan pesantren agar mereka mampu hidup mandiri di dalam masyarakat yang serba modem ini, serta agar para lulusan tersebut mendapatkan pekerjaan yang layak dan hidup secara proporsional.

  Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian tentang model life skill yang ada pada pondok pesantren

  

An-Nibros, Al-Hasyim, As-Salafy yang ditulis dalam bentuk skripsi yang berjudul

LIFE SKILL EDUCATION DALAM PESANTREN TRADISIONAL (telaah

  model life skill di pondok pesantren An-Nibros, Al-Hasyim, As-Salafy, Reksosari, Suruh, Semarang tahun 2008.

  5

B. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul skripsi ini perlu adanya penjelasan beberapa istilah pokok.

  1. Life Skill

  Life skill berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu life

  artinya “kehidupan”3 dan skill artinya “kerumpulan”4. Secara umum life skill adalah kecakapan atau kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani serta sanggup menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.5 Adapun indikator life skill (kecakapan hidup) m eliputi:

  a. Berpikir positif dalam segala hal

  b. Dapat bersosialisasi dengan orang lain

  c. Dapat memecahkan yang dihadapi

  d. Pandai menggali informasi

  e. Dapat mengolah informasi dan mengambil keputusan secara cerdas

  2. Education

  Education ini berasal dari bahasa Inggris yang artinya “Pendidikan”.6

  Pendidikan (education) ini memiliki arti sebagai sebuah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan jasmani

  3 Peter, Salim, Advanced English-Indonesia Dictionary, Modern Press, Jakarta, Edl,hlm. 357 4 Ibid, him. 791.

  

5 Drs. H. Eko Supriyono, SH.MH, dkk, Inovasi Pendidikan Isu-Isu Baru Pembelajaran

Manajemen dan Sistem Pendidikan di Indonesia, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004. him. 150.

  

6 Drs. Peter Salim, Advanced English-Indonesia Dictionary, Modern Press, Jakarta, EdI.

Him. 267.

  6

  maupun rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang ada diartikan dalam, masyarakat kebudayaan.7 8 Pendidikan juga dapat diartikan segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan o bersama dengan sebaik-baiknya.

  3. Pesantren Pesantren memiliki arti asrama dan merupakan tempat santri mengaji.9

  4. Tradisional Kata tradisional memiliki arti sikap atau cara berpikir dan bertindak selalu berpegang pada norma dan adat kebiasaan.10

  5. Analisis Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan atau perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui sebab-sebab bagaimana duduk permasalahannya (perkaranya).11

  6. Model Model memiliki arti contoh, acuan, ragam, macam.12

  Jadi yang dimaksud judul penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sejauhmana pembelajaran tentang pendidikan

  7 Djumberansyah, Indar, Filsafat Pendidikan, Karya Abditama, Surabaya, Cet I, 1994, him.

  16.

  8 H. B. Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan. Him. 8 9 Peorwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976, him. 746.

  10 Em, Zul Fajri, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Difa Publisher, him. 826 11 Peorwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976, him. 39.

  12 Ibid, him. 653

  7 kecakapan hidup (life s k ill) yang dilaksanakan pada kalangan pesantren, dengan mengambil contoh model pembelajaran life s k ill yang dilakukan di pesantren A n -N ib ro s, A l-H a syim , A s-S a la fy.

  C. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang dan penegasan istilah di atas, maka penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:

  1. Bagaimana pendidikan di pesantren An-Nibros, Al-Hasyim, As-Salafy Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang?

  2. Apakah faktor pendorong dalam pelaksanaan life skill education di An-

  Nibros, Al-Hasyim, As-Salafy Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten

  Semarang?

  3. Apakah faktor penghambat dalam pelaksanaan life skill education di An-

  Nibros, Al-Hasyim, As-Salafy Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten

  Semarang?

  4. Bagaimana pelaksanaan life skill education pada santri di pesantren An-

  Nibros, Al-Hasyim, As-Salafy Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten

  Semarang pada masa sekarang ?

D. Tujuan Penelitian

  Mengacu pada perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

  1. Mengetahui pendidikan di pesantren

  8

  2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong dilaksanakannya life skill

  education di pesantren An-Nibros, Al-Hasyim, As-Salafy Reksosari

  Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang

  3. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dilaksanakannya life skill

  education di pesantren An-Nibros, Al-Hasyim, As-Salafy Reksosari

  Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang

  4. Mengetahui pelaksanaan life skill education pada santri di pesantren An-

  Nibros, Al-Hasyim, As-Salafy pada masa sekarang ini

E. Manfaat Hasil Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang sejauh mana pembelajaran life skill ini dilaksanakan dalam lingkungan pesantren khususnya pesantren An-Nibros, Al-Hasyim, As-Salafy. Sehingga dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik pada pesantren An-Nibros,

  Al-Hasyim, As-Salafy itu sendiri maupun pesantren yang lainnya. Bagi pesantren An-Nibros, Al-Hasyim, As-Salafy sendiri hasil penelitian ini semoga dapat

  mendorong peningkatan kualitas pembelajaran dan bagi pesantren yang lain hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang model pelaksanaan life skill sehingga dapat dijadikan contoh.

  Bagi masyarakat umum diharapkan dari hasil penelitian ini diajukan tambahan informasi sehingga masyarakat mengetahui lebih dalam tentang manfaat pendidikan life skill dalam pesantren. Dengan demikian masyarakat diharapkan akan lebih memperhatikan pendidikan di pesantren.

  9 F. Definisi Konsep Dalam agama Islam menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap laki- laki maupun perempuan. Selain itu pemerintahpun telah menetapkan kewajiban belajar bagi setiap warga negara pemberian pendidikan kepada seorang anak membutuhkan beberapa pihak yang saling terkait antara lain orang tua. masyarakat ataupun pemerintah. Sementara yang berkewajiban pertama kali adalah orang tua (ayah), seperti yang telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW :

  oj ij

  • o C S v J i j U j' J y S ' jjyi
  • 11<
  • - \ r \ \ A J y’ I A J &gt; - «
  • 4 \

      “Kewajiban seorang ayah pada anaknya hendaknya ia memberikan nama yang baik dan mendidiknya dengan baik mengajarkan menulis, berenang dan memanah".13

      Dalam hadits di atas mengandung pengertian bahwa pemberian pendidikan kepada anak hukumnya wajib, selain itu dalam pemberian pendidikan tidak hanya sekedarnya, akan tetapi hendaklah memberikan pendidikan yang memuat unsur keterampilan. Dari keterampilan yang diberikan kepada anak nantinya diharapkan kehidupan dapat memberikan kepada anak dalam menjalani kehidupan. Hadits inilah yang menjadi landasan dalam melakukan penelitian tentang life skill education di pesantren ini.

    13 Adnan Hasan Shalih Baharits. Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki. Gema Insani Press, Jakarta 1996, him. 300.

      10

    G. Metode Penelitian

      1. Jenis Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif yaitu penelitian dengan melakukan penyelidikan yang hati-hati, sistematika dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu.14 Serta menggunakan data deskriptif yang berupa ucapan atau tulisan dan prilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek)}5

      Dari hal di atas yang menjadi “subyek” yang diteliti adalah santri dan ustadz atau kyai, sementara yang menjadi fokus penelitiannya yaitu pembelajaran life skill yang ada di pesantren tersebut.

      2. Instrumen Penelitian Untuk mengumpulkan data tentang life skill yang dilaksanakan dalam dunia pendidikan di pesantren An-Nibros, Al-Hasyim, As-Salafy, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

      a. Metode Observasi Sebagai metode ilmiah, metode observasi adalah suatu metode penelitian yang digunakan dengan jalan pengamatan suatu obyek dengan seluruh indra. Jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, pendengaran, peraba dan pengecap.16 Lebih fokus lagi metode yang digunakan adalah pendekatan pengamatan peserta (participant 14 Muh Nazir, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta, him. 30.

      15 Arief Furohan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Usaha Nasional, Surabaya, 1992, him. 21 - 2 2 .

      16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Rekena Sipta, Yogyakarta, 1993, him. 146.

      11

      yaitu pendekatan yang bercirikan suatu periode interaksi

      observation)

      sosial yang intensif antara penelitian dengan subyeknya, di dalam lingkungan subyek itu.17 Metode ini digunakan penulis sebagai metode utama dalam mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Jalan yang dilakukan penulis yaitu dengan cara pengamatan secara langsung terhadap pesantren An-Nibros, Al-Hasyim,

      As-Salafy. Dalam pengamatan ini yang diamati secara umum adalah

      aspek yang ada dalam pesantren. Akan tetapi, yang lebih fokus adalah pada proses belajar life skill yang dilaksanakan dalam pesantren ini.

      Misalnya untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan keterampilan wajib bagi para santri yang diantaranya pertanian, peternakan dan permebelan.

      b. Metode Interview Interview adalah kegiatan pengumpulan data dengan cara bertanya secara langsung kepada responden.18 Namun dalam penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan dokumen pribadi {personal dokumen) yaitu bahan-bahan, tempat orang mengungkapkan dengan kata-kata sendiri, pandangan mereka tentang seluruh kehidupan mereka atau sebagian dari kehidupan mereka itu, atau beberapa aspek lain tentang diri mereka sendiri.19 Metode ini digunakan penulis sebagai metode bantu dalam melakukan observasi yaitu selain melakukan pengamatan penulis juga langsung bertanya terhadap responden apabila terdapat sesuatu yang ingin diketahui. Sehingga fungsinya adalah sebagai pelengkap informasi dalam

      17 Arief Furchan, Op-Cit, him 23.

      18 Suharsimi Arikunto, Op-Cit, him 145 19 Arief Furchan, Op-Cit, him 25.

      12

      pengumpulan data. Misalnya bertanya tentang cara bercocok tanam yang dilakukan oleh para santri serta cara mengelola peternakan dan permebelannya.

      c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

    • • \ A prasasti, notulen, rapat, ranger, agenda dan sebagainya. Metode ini digunakan penulis untuk mencari data tentang situasi riil pesantren An-

      Nibros, Al-Hasyim, As-Salafy baik itu yang berbentuk sarana maupun

      prasarana pendidikan ataupun yang lainnya. Misalnya untuk mengetahui hasil dari ketiga keterampilan wajib yang meliputi catatan penghasilan santri baik dari hasil pertanian, peternakan maupun permebelan dalam setiap tahunnya.

      3. Analisis Data Data penelitian ini menggunakan analisa data kualitatif dengan menggunakan tiga tahap kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Prosesnya sebagaimana yang tergambar di bawah ini.21 20 Suharsimi Arikunto, Op-Cit, him 236.

    21 Matew B. Miles dan Amiehad Huberman, Analisis Data Kualitatif, Teijemah Tjetjep Rohendi Rohidi, UI Press, Jakarta, 1992, him 15.

      13

      Dalam reduksi data riil adalah sebagai proses pemilihan, pemadatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data “t e a r ” yang muncul dari catatan-catatan yang muncul di lapangan.22

      Sementara untuk penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Setelah keduanya selesai lalu dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan (verifikasi) data yaitu sebagaimana dari kegiatan konfigurasi yang utuh yaitu menyimpulkan seluruh data yang didapat guna mendapatkan suatu keputusan.23 Hal ini berlangsung setiap tahap pengumpulan data selalu melalui tiga tahap tersebut.

    H. Sistematika Penulisan Skripsi

      Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:

      BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Hasil Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian serta Sistematika Penulisan Skripsi. BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab Landasan Teori ini m eliputi: A. Life Skill education Dalam Muatan Kurikulum Pesantren

      1. Pengertian Life Skill education

      2. Tujuan Life Skill education

      3. Konsep Life Skill education 22 Ibid, him. 16.

    23 Ibid, him. 16.

      14

      B. Diskripsi Pesantren

      1. Pengertian Pesantren

      2. Ciri-ciri Umum Pesantren

      3. Jiwa Pesantren

      4. Kekuatan Pesantren

      5. Kelemahan Pesantren

      BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN Pada bab ini berisi: A. Gambaran Umum Pesantren

      1. Sejarah Singkat Berdirinya

      2. Letak Geografis

      3. Visi dan Misi

      4. Pendiri dan Pengurus

      5. Keadaan Ustadz

      6. Keadaan Sarana dan Prasarana

      B. Gambaran Keadaan Pendidikan Santri di Pesantren

      1. Tahun Ajaran Penerimaan Santri

      2. Jenjang pendidikan dan Jumlah Santri

      3. Kurikulum Pendidikan

      4. Metode Pembelajaran

      C. Hambatan-Hambatan Umum

      15

      BAB IV : PENERAPAN LIFE SKILL EDUCATION DALAM AKTIFITAS SANTRI Pada bab ini m eliputi: A. Fasilitas Pendukung B. Pelaksanaan Life Skill education Dalam Pesantren An Nibros Al Hasyim As Salafy Reksosari, Suruh, Semarang BAB V : PENUTUP Pada bab terakhir ini m eliputi: A. Kesimpulan B. Saran-Saran

      

    BAB n

    LAND ASAN TEORI

      Life Skill

    A. Pengertian

      Life skill berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari kata Life dan Skill, Life artinya “kehidupan”24 sedangkan Skill artinya “keahlian, kecakapan,

      kemampuan”.25 Jadi Life Skill secara etimologi memiliki arti keahlian, kecakapan, kemampuan hidup dan dalam penggunaan kurikulum berbasis kompetensi dengan menggunakan istilah kecakapan hidup. Secara umum penggunaan dalam bahasa Indonesia skill memiliki maksud kemampuan yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekeijaan yang dibebankan kepadanya.

      Istilah life skill education ini muncul dan dikenal dalam masyarakat baru beberapa tahun terakhir ini yaitu bersama-sama dengan digalakkannya kurikulum baru yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam KBK ini terbagi beberapa unsur yang mendukungnya, salah satunya life skill ini. Sebelum life skill

      education ini muncul, kita telah mengenal pembelajaran ketrampilan, pembelajaran

      ini telah lama diberikan di sekolah-sekolah ataupun di pondok pesantren. Menurut Nurchalis Majid kegiatan atau latihan ketrampilan ini dikenal dengan istilah

      Vocational26. Banyak juga para pengasuh pondok pesantren yang mengarahkan

      santrinya untuk melibatkan dalam kegiatan-kegiatan Vocational. Hal ini karena pesantren dituntut untuk selalu27 Self Supporting dan self financing terhadap para santrinya.

      24 Peter Salim, Op-Cid, him. 357

      25 Ibid, him. 791

      26 Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren, Paramadina, Jakarta, 1997,hlm. 3

      27 Ibid, him. XVIII

      17

      Dari pendapat di atas, merupakan pengambilan dari salah satu konsep life skill. Yaitu Vocational skill yang merupakan kecakapan hidup atau ketrampilan seorang. Adapun pendidikan yang diorientasikan pada ketrampilan hidup ini sebenarnya tidak mengubah sistem pendidikan serta tidak untuk mereduksi pendidikan tidak akan tetapi, pendidikan ketrampilan ini justru memberikan kesempatan kepada setiap siswa atau santri untuk meningkatkan potensinya dan bahkan memberikan peluang pada siswa atau santri untuk memperoleh bekal keahlian atau ketrampilan yang nantinya dapat dijadikan sebagai sumber kehidupan.

      Pengembangan life skill education ini untuk membantu peserta didik memperoleh kepercayaan diri mempelajari cara-cara mengekspresikan diri dalam Potensi yang ia miliki. Perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwa pengembangan pesantren atau sekolah yang mengarah pada life skill tidaklah berarti mengubah pesantren atau sekolah sebagai lembaga ketrampilan sebab pada hakekatnya pesantren atau sekolah tetap berdiri sebagai lembaga yang bertujuan memanusiakan manusia, mengembangkan potensi dasar santri atau siswa yang kelak tidak bergantung kepada pihak lain karena tidak mempunyai kemampuan berkehidupan di masyarakat.28

      1. Tujuan Life Skill Education Pendidikan yang diselenggarakan untuk menanamkan life skill

      education di pesantren bertujuan untuk29

      a. Mengaktualisasikan potensi para santri sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Jadi potensi yang dimiliki santri ini dapat diarahkan dan di optimalkan terhadap kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, serta diberikan beberapa bekal keahlian sehingga bekal dalam kehidupan.

      M Drs. H. Eko Supriyono, SH.MH, dkk, him. 154

    29 Drs. H. Eko Supriyono, SH.MH, dkk, him. 154

      18

      b. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan pesantren dengan memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat dengan cara memanfaatkan lingkungan sekitar untuk dijadikan sebagai wahana penyaluran potensi santri semaksimal mungkin dengan menggunakan berbagai metode yang sesuai sehingga diharapkan santri memiliki keahlian di bidang tertentu.

      c. Untuk memberikan bekal kepada para santri dalam menghadapi dan memecahkan problem hidup dan kehidupan baik sebagai pribadi mandiri, warga masyarakat dan warga negara.

      d. Memberikan kesempatan kepada lembaga pesantren untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel sehingga pesantren bebas menentukan kurikulum yang dianggap sesuai dengan potensi yang dimiliki para santri maupun keberadaan lingkungan sekitar tempat pesantren.

      2. Konsep Life Skill education

      Life skill education secara garis besar dikategorikan menjadi dua yaitu

      kecakapan hidup yang bersifat umum (General Life Skill) dan kecakapan hidup yang bersifat spesifik (Specific Skill).30 a. Life skill yang bersifat umum (General life skill) terdiri dari tiga unsur

      1) Personal skill (kecakapan personal) Kecakapan personal adalah kecakapan yang dimiliki seseorang yang mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki kemudian menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan diri sebagai individu

    30 Ibid, Op-Cid, him. 150

      19

      yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan. Hal ini mencakup penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara.31 3

      2 2) Social skill (kecakapan sosial)

      Kecakapan sosial adalah kecakapan yang memiliki seseorang dalam bersosialisasi dengan orang lain baik secara individual ataupun dengan masyarakat Hal ini mencakup kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan dalam keijasama. Empati di sini merupakan sikap penuh pengertian dalam komunikasi dua yang penuh kesan dan hubungan yang harmonis.

      3) Thinking skill (kecakapan berpikir rasional) Kecakapan berpikir rasional adalah kecakapan yang dimiliki seseorang yang selalu berpikir positif dan rasional terhadap segala sesuatu (positif thinking). Kecakapan ini mencakup beberapa hal yaitu menggali dan menemukan informasi {information searching), mengolah informasi dan mengambil keputusan {information

      processing and decision making skill ) dan kecakapan memecahkan masalah secara kreatif {creative problem solving skill).

      b. Life skill (kecakapan hidup) yang bersifat khusus (specific life skill).

      Kecakapan ini bermaksud untuk membentuk santri mampu menghadapi permasalahan khusus terutama dalam problem kepraktisan hidup. Specific

      life skill ini terdiri dari dua unsur:

      31 Ibid; him. 151

      32 Ibid, him. 152

      20

      1) Academic skill (kecakapan akademik) Kecakapan ini hanya dimiliki oleh mereka yang pernah mengenyam bangku sekolah. Kecakapan akademik ini merupakan kemampuan berpikir ilmiah yang mencakup antara lain identifikasi variabel dan menjelaskan hubungan antara variabel, merumuskan hipotesis serta merancang dan melaksanakan penelitian. 2) Vocational skill (kecakapan vokasional)

      Kecakapan ini sangat erat kaitannya dengan keterampilan yang dimiliki seseorang. Kecakapan ini oleh mereka yang menempuh pendidikan di sekolah kejuruan serta perguruan tinggi. Hal ini berkaitan dengan bidang pekeijaan tertentu yang ada di masyarakat.

    B. Diskripsi Pesantren

      1. Pengertian Pesantren Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai sejarah panjang dan unik. Sesuatu yang unik pada dunia pesantren akan begitu banyak memberikan variasi antara satu pesantren dengan pesantren yang lainnya.

      Pesantren sejak lahirnya merupakan institusi yang berbasis pada ajaran- ajaran istilah, terutama untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, pesantren itu sendiri muncul di Indonesia sudah beberapa abad yang lalu. Kemunculan pesantren ini tidak ada yang valid, untuk dijadikan patokan dan referensi tentang

      21

      kapan munculnya pesantren atau pesantren apa yang pertama kali muncul dan dikenal di bumi Nusantara ini. Akan tetapi hal itu tidak mengurangi pengakuan para pakar dan tokoh tentang keberadaan pesantren dan peran yang dimainkan sejak kemunculan pesantren bersamaan dengan kedatangan Islam di Indonesia pada abad ke 7 Masehi dan pada tahun 674 Masehi sudah ada pemukiman orang- orang Arab di pantai barat Sumatera.

      Pengertian dasar dari pesantren adalah tempat belajar para santri untuk mengaji berbagai masalah keagamaan, sosial kemasyarakatan dan sebagainya. Pesantren berasal dari kata santri dengan awalan pe- di depan dan akhiran -an yang menunjukkan tempat tinggal para santri.33 Pendapat lain mengatakan bahwa tempat tinggal santri merupakan gabungan dari kata sant yang berarti manusia baik dan suku kata tra yang berarti suka menolong sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik.34 Dalam pandangan Nurcholis Masjid asal kata santri dapat dilihat dari dua pendapat.35 Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa “santri ” berasal dari perkataan santri, sebuah kata dari sansekerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini didasarkan atas kaum santri adalah kelas Literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami dan memahami agama melalui kitab-kitab bertuliskan dan berbahasa Arab, hal ini diasumsikan bahwa menjadi seorang santri juga menjadi tahu agama (melalui kitab-kitab tersebut). Atau paling tidak seorang santri bisa baca Al Qur’an yang dengan sendirinya membawa pada sikap lebih serius dalam memandang agama.

      33 Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesatren, Jakarta, 1994, him. 1 7 -1 8

      34 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren, Gema Insani Press, Jakarta 1997, him. 70

      35 Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren, Paramadina, Jakarta 1997, him. 1 9 -2 0

      22 Kedua, adalah pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri

      sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, persisnya dari kata “cantrik ” artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang guru ke mana ia menetapkan. Kata santri ini ada yang berpendapat berasal dari bahasa tamil yang berarti guru mengaji dan juga mengatakan berasal dari bahasa India Shastri yang artinya buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.36

      Pendirian pesantren pada umumnya dipelopori oleh seorang kiai yang memiliki pengetahuan serta keinginan kokoh dalam penyebaran agama Islam.

      Pada awalnya mereka hanya mengajar beberapa murid saja dalam tempat tertentu (surau atau masjid) setelah ada pengakuan dari masyarakat akan keunggulan dan ketinggian ilmunya maka lama kelamaan banyak masyarakat yang menuntut ilmu padanya dan merekapun diangkat sebagai guru (kiai).

      Kiai inilah yang akan memegang segala urusan yang ada di pesantren dan ia sekaligus bertindak sebagai pengasuh. Keberadaan pesantren ini sangat tergantung pada pengasuh sebagai elemen yang paling esensial dan pemegang otoritas di pesantren. Karena itu, segala arah taktik, strategi, sistem dan organisasi pendidikan dalam pesantren sangat dipengaruhi oleh pengasuh.3

      6 Keberadaan pesantren juga sangat dipengaruhi oleh budaya-budaya asli Indonesia. Karena kemunculan pesantren berada di tengah-tengah berkembangnya tradisi-tradisi Hindu Budha yang telah lama ada sebelum

      37

      36 Zamaksyari Dhofier, Op-Cit, him 18

      37 Team Penulis, Dinamika Pesantren, P3N, Jakarta 1988, him. 104

      23

      datangnya Islam di Indonesia.38 Lembaga-lembaga yang sejenis dengan pesantren ini sejak masa Hindu Budha sebenarnya sudah ada. Sehingga pesantren ini tidak terlalu sulit dalam perkembangannya yaitu tinggal melanjutkan sistem yang sudah ada disertai dengan memasukkan nilai-nilai ajaran Islam ke dalamnya. Dari hal tersebut Nurchalis Masjid berpendapat bahwa pesantren dari segi historis tidak hanya identik dengan masa keislaman tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia.39

      Pondok pesantren memiliki peran yang sangat besar pada perubahan masyarakat serta lebih memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat pada masyarakat sebagai sebuah lembaga pendidikan, lembaga penyiaran ilmu- ilmu agama serta lembaga yang bergerak di bidang sosial keagamaan. Selain itu, pesantren memiliki peran strategis sebagai pengembang pendidikan serta pengembang sosial ekonomi masyarakat. Dan tidak kalah pentingnya yaitu pesantren memberikan bekal keterampilan hidup pada santrinya agar mereka memiliki kecakapan atau keahlian keterampilan tertentu sebagai bekal dalam hidup di masyarakat.

      2. Ciri-Ciri Umum Pesantren Secara umum keberadaan pesantren didukung oleh lima elemen dasar yang mana kelima elemen ini saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Adapun elemen-elemen itu adalah pondok, masjid, santri, kiai dan pengajaran kitab-kitab klasik. Kemudian untuk menjelaskan lebih lanjut bagaimana potret pesantren, satu persatu elemen- elemen tersebut akan penulis bahas dalam paragraf berikut:

      38 Nurcholis Madjid, hhn. 2

      39 Nurcholis Madjid, him. 3

      24

      a. Kiai Kiai merupakan cendikiawan agama (ulama) yang merupakan elemen paling esensial dalam pesantren. Elemen ini tidak dapat dipisahkan dari eksistensinya pondok pesantren karena lazimnya pesantren muncul dimulai dari pesan kian. Posisinya sangat menentukan ke mana arah perjalanan pesantren (kebijakan dan orientasi program) ditentukan oleh kiai. Sebagai salah satu unsur yang dominan dalam kehidupan sebuah pesantren kiai mengatur irama perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu pesantren dengan keahlian, kedalaman ilmu, kharismatik dan keterampilannya.40

      Kewibawaan dan kedalaman ilmu kiai adalah modal utama bagi keberlangsungan semua wewenang yang dijalankan. Ia dikenal sebagai tokoh kunci yang terpenting, kata-kata dan keputusan yang dikeluarkan oleh kiai (Fatwa kiai) dipegang teguh oleh para santri. Dapat juga dikatakan sebagai tokoh non formal, segala perlakuannya akan dijadikan sebagai suri tauladan (uswatun khasanah) tidak hanya bagi santri tetapi juga untuk seluruh komunikasi di sekitar pesantren.

      Dalam hal ini kiai berperan sebagai pemimpin masyarakat, pengasuh pesantren dan sekaligus sebagai ulama. Dalam masyarakat Jawa kepemimpinan sangatlah dominan, perkataan kiai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda :

Dokumen yang terkait

H U B U N G A N P E N G U A S A A N L A H A N T E R H A D A P PENDAPATAN DAN EKONOMI POLITIK PETANI KOPI ( Studi Kasus di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember)

0 5 19

H U B U N G A N T I N G K A T P E N G E T A H U A N I B U T E N T A N G D A M P A K K E C E L A K A A N P A D A B A L I T A D I R U M A H D E N G A N T I N D A K A N P E N C E G A H A N K E C E L A K A A N D I W I L A Y A H P O S Y A N D U A L A M A N D A

0 4 19

A J I A N F I S I O L O G I S P E M B E R I A N N I T R O G E N Y A N G B E R B E D A T E R H A D A P P E R T U M B U H A N T A N A M A N S U W E G ( A m o r p h o p h a l l u s c a m p a n u l a t u s )

0 3 15

C H A N GE M A N A GE ME N T

0 0 16

PER A N A N B A D A N P E R E N C A N A A N PE M B A N G U N A N D A E R A H D A LA M B ID A NG PE M B A N G U N A N DI K O T A M A D Y A D A E R A H T IN G K A T II SURABAYA

0 0 78

PELAK SAN AAN H A K PEN G U S A H A A N H U T A N Dl K ESA TU A N PEM ANGKUAN H U T A N M ADIUN

0 0 61

PERKEM BAN GAN PERANAN K O T A M A D Y A DAERAH T IN G K A T 11 S U R A B A Y A D A LA M PE N G A D A A N H A K ATAS T A N A H U N T U K B A N G U N A N SEBELUM D A N SESU DA H B E R LA K U N Y A U U PA , PER M A SA LA H A N D A N PEN YELESAIAN N YA

0 0 107

J U R U S A N P E N D l D l K A N TEKNIK B A N G U N A N FPTK IKlP P A D A N G

0 0 54

PEMAKAIAN T A N A H T A N P A IZIN YANG BERHAKKUASANYA DALAM K A IT A N N Y A DENGAN U N D A N G U N D A N G POKOK AGRARIA

0 0 45

P E L A K S A N A A N F U N G S I S E R IK A T B U R U H T E R H A D A P B U R U H D A N P E N G U S A H A D I L IN G K U N G A N P E R U S A H A A N

0 0 86