IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI MERTI DUSUN UNTUK MENUMBUHKAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (Studi kasus di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang - Test Repository

  

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

DALAM TRADISI MERTI DUSUN UNTUK

MENUMBUHKAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

(Studi kasus di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis

kab. Magelang)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

NURUL QOMARIYAH

  

11111184

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

  “Hiasilah selalu dengan akhlak yang baik”

ِرَكْنُمْلاَو ِءاَشْحَفْلا ِنَع ىَهْ نَ يَو َبَْرُقْلا يِذ ِءاَتيِإَو ِناَسْحلإاَو ِلْدَعْلِبِ ُرُمَْيَ ََّللَّا َّنِإ

ْمُكَّلَعَل ْمُكُظِعَي ِيْغَ بْلاَو

  MOTTO

  • Selama tangan dan kaki masih bisa bergerak
  • Selama mulut masih bisa bicara
  • Selama mata masih bisa berkedip
  • Selama nadi masih berdenyut

  َنوُرَّكَذَت

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah

melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan

permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu

dapat mengambil pelajaran. (An-Nahl: 90)

  

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini untuk. . .

  Bapakku Yasak, dan Ibuku Siti Sulimah; “Yang senantisa mencurahkan kasih sayang, semangat, dukungan, motivasi dan doa untuk anak-anaknya tanpa henti

  “Jasa-jasa dan pengorbanan kalian tidak akan pernah bisa aku balas, Terimakasih untuk segalanya”

  Kakak-ku Latif Sa ’dullah, Adik-ku Ahmad Kholidun

Naja, Kakak Ipar-ku Ayu Lestari dan Keluarga-ku

semuanya;

  

“Yang membuatku semangat untuk menuju langkah kesuksesan

Teman-teman PAI E (ExcLusiv

  e) dan Sahabat”ku Untuk teman-teman PAI E angakatan 2011 yang selalu membantu

dan memberi semangat hingga saya dapat menyelesaikan skripsi

ini, khususnya sahabat-sahabatku yang rela berbagi pengalaman, keceriaan dan melewati bersama setiap suka maupun duka, terimakasih banyak. "

  ~~~»Dunia tak akan berwarna tanpa kalian semua«~~~

  • Terimakasih Semuanya*

KATA PENGANTAR

  Puji syukur alhamdulillah, kami ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW., sehingga penyusunan skripsi yang berjudul

  IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI MERTI DUSUN UNTUK MENUMBUHKAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (Studi kasus di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang) di IAIN Salatiga dapat terselesaikan.

  Dalam penyelesaian penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak baik berupa materi maupun spiritual. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih dan dengan diiringi doa semoga amal baik yang telah di berikan, mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT.

  Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam.

  3. Bapak Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA. selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiranya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dalam memberikan bimbingan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

  4. Bapak, Ibu dan segenap keluarga yang telah memberikan doa restunya kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

  5. Rekan-rekan yang telah membantu penulis hingga terselesainya penelitian ini.

  Karena keterbatasan penulis, penulis menyadari dalam penulisan penelitian ini masih banyak kekurangannya dan penulis berharap saran dan masukan dari para pembaca demi kebaikan penelitian ini.

  Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya serta dapat menunjang pengembangan ilmu pengetahuan.

  Salatiga, 15 Maret 2016 Penulis

  

ABSTRAK

  Qomariyah, Nurul. 2016. IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

  DALAM TRADISI MERTI DUSUN UNTUK MENUMBUHKAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (Studi kasus di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang) Dosen Pembimbing: Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA.

  

Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam, Tradisi Merti Dusun, dan Kerukunan

  Umat yang Berbeda Agama Tradisi Jawa akan selalu berhubungan dengan ritual. Namun ritual yang dilaksanakan secara Islami akan bermanfaat sebagai penyebaran Islam, dan dapat menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat. Begitu pula dengan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi Merti Dusun di dusun Kedakan, diantaranya adalah nilai toleransi, saling membantu, persatuan dan kesatuan. Di dusun Kedakan terdapat keyakinan yang berbeda yaitu Islam dan Kristen, sehingga akan sangat bermanfaat apabila diterapkan nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi Merti Dusun tersebut. Masyarakat dusun Kedakan akan memiliki kehidupan yang tenteram, bebas dari ancaman, konflik antar umat beragama dan terhindar dari terjadinya kekerasan diantara warga muslim dan non- muslim. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah makna tradisi Merti Dusun di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang?, 2) Bagaimana upaya untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang?, 3) Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Merti Dusun untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang?

  Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui makna tradisi Merti Dusun di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang, upaya untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang, dan implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Merti Dusun untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang.

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan antropologi agama dan untuk mendapatkan data maka digunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian ini adalah warga muslim dan Kristen. Setelah dianalisis dan disimpulkan bahwa perbedaan keyakinan di dusun Kedakan tidak dipermasalahkan. Bahkan saat acara tradisi Merti Dusun yang seharusnya berbeparan di dalamnya hanya orang Islam saja, namun warga Kristen suka rela membantu dengan bergotong-royong untuk menyiapkan tempat yang akan dijadikan acara tersebut dan ikut meramaikan bersama-sama pada saat pementasan pagelaran wayang. Hal itu didasarkan oleh nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Merti Dusun yang diterapkan dalam masyarakat dusun Kedakan, yaitu: (1) Khuluqiyyah, yang berkaitan dengan pendidikan etika, bertujuan untuk membersihkan diri dari perilaku rendah dan menghiasi diri dengan perilaku terpuji. (2) Amaliyyah, yang berkaitan dengan pendidikan tingkah laku sehari-hari, baik yang berhubungan dengan pendidikan ibadah maupun muamalah. Pendidikan ibadah memuat hubungan antara manusia dengan Tuhannya, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan nazar yang bertujuan untuk aktualisasi nilai-nilai ubudiyah. Sedangkan pendidikan muamalah itu memuat hubungan antar-manusia, baik secara individual maupun institusional.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii PENGESAHAN.................................................................................................iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... iv MOTTO .......................................................................................................... v PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii ABSTRAK ....................................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii DAFTAR TABEL..............................................................................................xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6 E. Penegasan Istilah ...................................................................... 6 F. Studi Kepustakaan .................................................................... 10 G. Metode Penelitian ..................................................................... 18 H. Sistematika Penulisan................................................................ 23

  BAB II KAJIAN TEORI A. Tradisi Merti Dusun .................................................................. 25 B. Pendidikan Islam ......................... ............................................ 36 C. Kerukunan Umat Beragama ..................................................... 40 BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Letak Geografis Dusun Kedakan .............................................. . 52 B. Keadaan Sosial Kemasyarakatan Agama ................................. . 57 C. Kegiatan Bersama Antara Umat Islam dan Kristen ................. . 60 D. Kerukunan Umar Beragama di dusun Kedakan ....................... . 61 E. Temuan Penelitian .................................................................... . 64 BAB IV ANALISIS DATA A. Makna Tradisi Merti Dusun di dusun Kedakan ....................... . 69 B. Upaya untuk Menumbuhkan Kerukunan Umat Beragama........ 74 C. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Merti Dusun untuk Menumbuhkan Kerukunan Umat Beragama........ 78 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 90 B. Saran ........................................................................................ 92 C. Penutup ..................................................................................... 93 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Pedoman Wawancara 2. Daftar Riwayat Hidup 3. Daftar Nilai SKK 4. Lembar Konsultasi 5. Surat Pembimbing 6. Surat Ijin Penelitian 7. Data Penduduk dusun Kedakan 8. Dokumentasi

  DAFTAR TABEL

  1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tabel 3.1

  2. Data Pemeluk Agama Tabel 3.2

  3. Pendidikan Masyarakat Tabel 3.3

  4. Sarana Pendidikan Tabel 3.4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak pulau dengan berbagai ragam suku dan

  budaya. Masing-masing suku bangsa memiliki tradisi, kebiasaan, adat istiadat, dan budaya tersendiri yang mempengaruhi kehidupan mereka.

  Budaya itu harus dilestarikan supaya menjadi pribadi yang dapat menemukan jati diri bangsa. Budaya merupakan bentuk cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang yang diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Syam (2009: 68-69)

  “kebudayaan merupakan produk atau hasil aktifitas nalar manusia, dimana ia memiliki kesejajaran dengan bahasa yang juga merupakan produk dari aktifitas nalar manusia tersebut ”.

  Diantara banyak pulau di Indonesia, Jawa termasuk pulau yang memiliki berbagai ragam budaya. Kebudayaan Jawa menurut Roqib (2007: 36)

  “merupakan kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat Jawa dengan beberapa variasi dan heterogenesis masyarakat yang berkembang baik di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, maupun Jawa Timur ”.

  “Kebudayaan akan menjadi sebuah tradisi atau adat istiadat apabila dilakukan secara terus-menerus ” (Yahya, 2009: 2). Nilai-nilai yang ada pada suatu tradisi apabila diterapkan di dalam masyarakat akan memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan tradisi akan selalu berhubungan dengan ritual atau upacara tradisional. Namun ritual yang dilaksanakan secara islami akan bermanfaat sebagai penyebaran Islam, dan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat. Dalam pelaksanaan tradisi juga dapat dijadikan sarana untuk penanaman nilai-nilai pendidikan Islam dalam masyarakat.

  “Tradisi berarti suatu tatanan eksistensi manusia dan bagaimana masyarakat mempresentasikannya di dalam kehidupannya” (Syam, 2009: 71). Tradisi merupakan suatu hal yang tertata sejak zaman dahulu, tinggal bagaimana masyarakat sekarang melaksanakannya, begitu pula tentang tradisi Jawa.

  Menurut Saksono (2014: 120-121) menyatakan bahwa: Tradisi Jawa adalah tradisi yang amat kaya dan dihimpun dari kesusastraan yang merentang dari sumber-sumber kuno Sansekerta hingga kisah-kisah babad dan legenda-legenda kerajaan, yang ditafsirkan oleh pementasan wayang kulit. Tradisi Jawa dapat menanamkan hubungan kekerabatan perilaku kehidupan sehari-hari antara diri terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar menjadi lebih dekat. Tradisi Jawa yang dilaksanakan oleh kebanyakan masyarakat desa masih kental dengan acara-acara yang dijalankan oleh leluhurnya. Seperti halnya masyarakat yang ada di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang masih menjunjung tinggi tradisi Jawa, misalnya tradisi Merti Dusun atau disebut juga bersih desa. Tetapi masyarakat di dusun Kedakan tetap berpegang teguh pada ajaran-ajaran agama Islam dalam melaksanakan tradisi tersebut. Tradisi Merti Dusun biasa dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai selametan desa dalam mewujudkan rasa syukur mereka terhadap rezeki yang telah dilimpahkan oleh Allah SWT. dan bentuk keselarasan mereka terhadap alam karena alam dan manusia saling melengkapi satu sama lainnya. Dalam tradisi Merti Dusun terkandung nilai-nilai pendidikan Islam yang akan menjadikan masyarakat lebih dekat dengan Allah SWT., dan menjadikan kehidupan bermasyarakat yang aman, damai, tenteram, dan sejahtera. Tradisi Merti Dusun dilaksanakan dalam sekali satu tahunnya yang bertepatan pada bulan Safar dalam kalender Islam yang berdasarkan tahun Qomariyah. Dalam tradisi Merti Dusun, masyarakat biasanya mengadakan acara-acara kesenian, misalnya wayangan.

  Tradisi Merti Dusun dipimpin oleh tokoh terkemuka di dalam masyarakat, seperti kepala dusun. Acara merti dusun bisa jadi lebih ramai dibandingkan pada hari raya Idul Fitri. Keramaian terjadi karena adanya antusias dari masyarakat sekitar. Masyarakat dusun Kedakan mempercayai bahwa semakin ramai acara Merti Dusun dan banyaknya saudara, tetangga, dan teman yang berkunjung ke tempat mereka, akan semakin bertambah dan berlipat ganda pula rezeki yang akan diberikan Allah SWT. kepada mereka. Dengan adanya tradisi yang berpengaruh besar bagi masyarakat dusun Kedakan yang mengajarkan tentang nilai-nilai pendidikan Islam berupa tatakrama, kerukunan dan keselarasan, tradisi tersebut memiliki hubungan yang kuat terhadap agama.

  Menurut Joachim Wach, “agama adalah problem pemikiran yang utama, agama adalah perbuatan manusia yang paling mulia dalam kaitannya dengan Tuhan Maha Pencipta, kepada-Nya lah manusia memberikan kepercayaan dan membangun keterikatan yang sesungguhnya” (Fauzi, 2007: 3). Agama adalah suatu kepercayaan yang dimiliki seseorang terhadap Tuhan Maha Pencipta untuk melakukan ibadah, sehingga seseorang dapat berhubungan yang lebih dekat dengan Tuhannya.

  “Hubungan agama dan kebudayaan itu dapat terjadi karena adanya agama yang mempengaruhi kebudayaan dalam pembentukannya, nilainya adalah agama, tapi simbolnya adalah agama; kebudayaan dapat mempengaruhi simbol agama; kebudayaan dapat menggantikan sistem nilai dan simbol agama

  ” (Roqib, 2007: 6). Agama tidak akan tersebar tanpa adanya budaya. Sehingga kebudayaan tidak akan terlepas hubungannya dari agama, karena dalam masyarakat Jawa masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang sesuai dengan ajaran-ajaran agama.

  Merti Dusun juga merupakan acara yang dapat menumbuhkan kerukunan, tali silaturrahmi, dan saling menghormati antar umat beragama. Sebagaimana yang diungkapkan Hadziq (2009: 381) bahwa

  “Kerukunan adalah cara atau sarana untuk mempertemukan, mengatur hubungan luar antara orang yang tidak seagama dalam proses sosial kemasyarakatan

  ”. Dengan begitu, dalam kehidupan bermasyarakat diperlukan komunikasi antar sesama masyarakat, baik seagama maupun beda agama. Komunikasi antar masyarakat beragama akan mewujudkan kehidupan yang tenteram, bebas dari ancaman, konflik antar umat beragama dan terhindar dari terjadinya kekerasan diantara satu sama lain. Masyarakat juga akan menjadi kuat atau kokoh dengan tali persaudaraan dan persatuan yang ada diantara mereka.

  Oleh karena itu, berawal dari latar belakang tersebut peneliti mengajukan sebuah penelitian dengan judul “Implementasi Nilai-nilai

  Pendidikan Islam Dalam Tradisi Merti Dusun Untuk Menumbuhkan Kerukunan Umat Beragama (Studi Kasus di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang).

B. Rumusan Masalah 1.

  Apakah makna tradisi Merti Dusun di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang?

  2. Bagaimana upaya untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang?

3. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi

  Merti Dusun untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang: 1.

  Makna tradisi Merti Dusun di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang

2. Upaya untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama di dusun

  Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang 3. Implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Merti Dusun untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, diantaranya sebagai berikut:

  1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan manfaat bagi lembaga IAIN Salatiga berupa ilmu pengetahuan sosial; agama; dan budaya, serta sebagai mahasiswa dapat menerapkan nilai-nilai Pendidikan Islam dalam lingkungan masyarakat agar tercipta kerukunan dan kedamaian pada kehidupan masing-masing.

  2. Manfaat praktis Manfaat penelitian ini dapat menjadi pelajaran bagi masyarakat agar lebih taat kepada Tuhannya, tetap menjaga tradisi-tradisi yang telah ada, menyambung silaturrahmi, dan menanamkan nilai-nilai

  Pendidikan Islam, serta menumbuhkan kerukunan baik sesama agama maupun berbeda agama dalam kehidupan bermasyarakat.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami pengertian dari judul tersebut, penulis menjelaskan pengertian istilah-istilah yang terdapat di dalamnya hingga menjadi pengertian yang utuh sebagai berikut:

  1. Implementasi “Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap ” (Kunandar, 2011:233).

  Implementasi dapat berarti sebagai suatu pelaksanaan dan penerapan dalam suatu kegiatan yang terencana dan didasarkan pada acuan norma untuk mencapai tujuan tertentu.

  2. Nilai “Nilai merupakan ukuran untuk menentukan apakah sesuatu itu baik atau b uruk” (Ali, 2007: 46). Nilai berarti rujukan yang dapat menentukan suatu pilihan baik atau buruk.

  3. Pendidikan “Pendidikan merupakan latihan mental, moral, dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban, menumbuhkan kepribadian, dan tanggungjawab dalam masyarakat selaku hamba Allah ” (Uhbiyati, 1997: 12). Pendidikan adalah suatu proses mendapatkan ilmu yang menjadikan seseorang lebih berharga dan memiliki pengetahuan lebih luas.

  4. Islam “Islam adalah agama yang berasal dari Allah SWT. yang diturunkan melalui utusan-Nya, Muhammad saw. Ajaran-ajaran Islam tertuang dalam Al-

  Qur’an dan sunnah, berupa petunjuk-petunjuk, perintah-perintah, dan larangan- larangan demi kebaikan manusia”

  (Hamid, 2008: 17). Islam merupakan petunjuk, perintah, dan larangan bagi penganutnya yang akan menjadikan pribadi yang baik menuju ridlo-Nya.

  5. Pendidikan Islam “Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya ” (Uhbiyati, 1997: 13). Pendidikan Islam yaitu sistem pendidikan yang memberikan ilmu pengetahuan tentang Islam, yang menjadikan seseorang memiliki kepribadian yang sesuai dengan norma-norma Islam.

  6. Tradisi Menurut Mujib (2006: 42) menyatakan bahwa tradisi atau

  ‘uruf/adat adalah: Kebiasaan masyarakat, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang dilakukan secara kontinu dan seakan-akan merupakan hukum tersendiri, sehingga jiwa merasa tenang dalam melakukannya karena sejalan dengan akal dan diterima oleh tabiat yang sejahtera. Tradisi berarti segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan masyarakat untuk melakukan suatu hal yang sesuai dengan aturan dalam masyarakat.

  7. Merti Dusun Menurut Khalil (2008: 292) menyatakan bahwa:

  Merti Dusun atau bersih dusun adalah sebuah selametan yang melibatkan seluruh warga dusun dan dilaksanakan sekali dalam setahun. Dalam melaksanakan bersih desa, secara spiritual masyarakat membersihkan diri dari kejahatan, dosa, dan segala yang menyebabkan kesengsaraan. Tradisi Merti Dusun yaitu bentuk pembersihan diri masyarakat dari hal-hal buruk yang dilakukan sekali dalam setahun, yaitu pada bulan Sapar atau Safar dalam kalender Qomariyah.

  8. Kerukunan Berkaitan dengan kerukunan, Hadziq dkk (2009: 379-381) menyatakan sebagai berikut:

  Kerukunan berasal dari bahasa Arab “ruknun” yang berarti tiang, dasar atau sila. ....Dalam pengertian sehari-hari rukun dan kerukunan berarti damai dan perdamaian. .... Rukun dan damai dapat disebut kerukunan sementara, kerukunan politik, dan kerukunan hakiki. Kerukunan sementara adalah kerukunan yang dituntut oleh situasi. .... Kerukunan politis sama dengan kerukunan sementara yang digunakan sebagai taktik atau alat untuk mencapai tujuan tertentu. .... Sedangkan kerukunan hakiki yaitu kerukunan yang didorong oleh kesadaran dan hasrat bersama demi kepentingan bersama. Kerukunan hakiki adalah kerukunan murni mempunyai harga dan nilai yang tinggi dan bebas dari segala pengaruh dan hipokrisi.

  9. Umat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 988) kata umat berarti

  “para penganut (pemeluk atau pengikut) suatu agama”. Umat adalah sekelompok orang yang menganut suatu agama dan mengikuti ajaran agama tersebut yang dibawa oleh Nabi.

  10. Agama “Menurut pernyataan Thomas Luckman, agama merupakan kapasitas organisme manusia untuk memuliakan hakikat biologisnya melalui pembangunan semesta-semesta makna yang obyektif, mengikat secara moral, dan meliputi budaya ” (Ilyas, 2012: V). Agama merupakan pedoman bagi seluruh penganutnya untuk menjalankan ajaran-ajaran yang ada di dalamnya.

  11. Kerukunan Umat Beragama “Kerukunan umat beragama yaitu kehidupan beragama yang rukun, tenteram, dan damai antar anggota masyarakat yang berbeda agama atau keyakinan

  ” (Ilyas, 2012: 221, 242). Kerukunan umat beragama yaitu perwujudan dari kehidupan bermasyarakat yang damai, rukun, tenteram, dan sejahtera baik sesama agama maupun berbeda agama.

F. Studi Kepustakaan

  Untuk mengetahui tentang penelitian ini yang lebih jelas, maka perlu kiranya mengkaji hasil penelitian terdahulu. Ada beberapa studi yang serupa tentang nilai-nilai pendidikan dalam merti dusun dan kerukunan antar umat beragama yang dapat dijadikan rujukan oleh penulis, diantaranya:

  Jurnal Ilmiah PPKN IKIP Veteran Semarang yang ditulis oleh Puniatun, yang berjudul

  “Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Sebagai Upaya Untuk Memelihara Kebudayaan Nasional

  ”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga dapat menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dihadapi. Berasal dari sumber data yang akurat berdasarkan informasi dari masyarakat, sehingga menghasilkan data bahwa tradisi sedekah bumi berarti perwujudan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang maha Esa dalam rangka sedekah bumi. Dalam pelaksanaan sedekah bumi dipentaskan sebuah kesenian yang berupa wayang kulit. Dalam cerita wayang kulit, dapat dijadikan sebagai alat propaganda yang baik untuk menyampaikan sebuah pendidikan. Misalnya pendidikan anti korupsi, sifat kesatria yang memiliki kejujuran, tanggung jawab, disiplin dan kerja keras. Karena pendidikan merupakan sarana untuk mengetahui kebudayaan yang menyangkut bahasa, tingkah laku, dan budi pekerti manusia dalam bermasyarakat. Dalam tradisi sedekah bumi sangat berperan dalam perkembangan moral karena di dalamnya terkandung nilai-nilai kepahlawanan, kesetiaan, kejujuran, kerja keras, rela berkorban dan sebagainya.

  Jurnal pengetahuan dan pemikiran seni yang ditulis oleh Wahyu Lestari sebagai staf pengajar Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Semarang, yang berjudul “Ruwatan (Merti Desa) Masyarakat Gunungkidul Pasca Gempa Bumi Tektonik di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Merti desa merupakan salah satu upacara ritual yang sudah mentradisi pada masyarakat Jawa khususnya. Merti Desa sebagai bentuk upacara ritual oleh masyarakat Gunungkidul dilaksanakan pada setiap tahun sekali, sebagai tradisi dan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Merti Desa dilaksanakan dalam berbagai rangkaian acara seperti upacara yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dipimpin oleh Pemerintah daerah pada wilayah desa tertentu, diikuti oleh warga masyarakat setempat, oleh pemerintah atau pamong desa. Upacara Merti Desa juga sekaligus dapat digunakan sebagai wahana mengajak masyarakat melestarikan dan nguri-uri tradisi warisan nenek moyang serta mengajak masyarakat mengambil hikmah dan nilai-nilai yang terkandung dalam upacara tradisi Merti Desa. Diharapkan masyarakat dapat menikmati hiburan atau tontonan serta mendapat tuntunan dan mengambil nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, diantaranya manusia harus selalu eling lan waspodho, mengingat dan mengucapkan terimakasih kepada Bumi yang telah memberi segalanya untuk kebutuhan kehidupan manusia. Merti Desa merupakan salah satu tradisi Jawa yang memiliki nilai-nilai religius, yang dapat dijadikan untuk perantara sebuah harapan, doa, dan cita-cita agar mendapat kebaikan, keselamatan, dan kesejahteraan dalam menjalankan hidup.

  Jurnal yang ditulis oleh Amalia Septi Puspitasari Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Universitas Muhammadiyah Purworejo Tahun 2012, yang berjudul

  “Kajian Folklor Tradisi Merti Dhusun di Dusun Tugono Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo”. Yang membahas tentang prosesi tradisi merti dhusun, fungsi tradisi merti dhusun, dan makna simbolik yang terkandung dalam tradisi merti dhusun di dusun Tugono. Jenis penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan emik, dimana peneliti mendasarkan sudut pandang partisipan. Dalam prosesi merti dhusun hal yang dilakukan adalah membersihkan dusun dan bersih kubur, ziarah kubur, tayub siang, mengumpulkan jolen, kirab dilanjutkan hiburan tayub sampai pagi hari. Dan fungsi yang terdapat dalam tradisi merti dhusun yaitu sebagai fungsi sosial, fungsi ritual, fungsi pelestarian tradisi, fungsi hiburan, fungsi pendidikan baik pendidikan ketuhanan maupun budi pekerti, dan fungsi ekonomi. Sedangkan makna yang terkandung dalam ubarampe meliputi tumpeng robyong, tumpeng tunjung, tumpeng rasul dan ayam ingkung, boning baning, jenang abang putih, sega golong lima, ambeng kalih, sekul sepuh, jajan rekan, dan jajan pasar. Skripsi yang ditulis oleh AA Ihyauddin Al- Mahali Jurusan tarbiyah, Program Studi Pendidikan Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2012, yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Tradisi Merti Desa (Studi di Dusun Bawang Desa Tukang Kec. Pabelan Kab. Semarang)”, yang membahas tentang nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Tradisi Merti Desa di dusun Bawang. Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Tradisi Merti Desa di dusun Bawang. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dan metode dalam pengumpulan data peneliti menggunakan studi dokumentasi, wawancara, dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan merti desa yaitu pada waktu penduduk tani selesai melaksanakan panen padi raya secara serentak, yang biasanya bertepatan pada bulan Juni atau Juli pada hari Rabu Wage, yang diyakini bahwa hari tersebut merupakan hari lahirnya Dusun Bawang. Merti desa dimaksudkan untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat terhadap Dewi Sri (Dewi Padi) sebagai penjaga keamanan para tani, dan wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengabulkan panen hasil tanaman padi tersebut. Merti Desa memberikan nilai-nilai yang baik bagi masyarakat, pertama nilai aqidah yaitu suatu bentuk keyakinan masyarakat terhadap Allah SWT yang telah memberikan keselamatan atas hasil panennya. Kedua, nilai ibadah yang berupa pembacaan doa atau tahlilan untuk mendoakan keselamatan warga

dan arwah sebagai wujud ibadah. Ketiga, nilai gotong royong atau kerjasama yaitu masyarakat secara bersama-sama bekerja bakti membersihkan makam dan membuat umbul-umbul. Keempat, nilai syukur yaitu mensyukuri nikmat Tuhan Yang Maha Esa dengan memberikan sebagian dari apa yang telah diperolehnya, seperti memberikan makanan.

  Skripsi yang ditulis Natalia Tri Andyani Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Imu Sosial Universitas Negeri Semarang Tahun 2013, yang berjudul “Eksistensi Tradisi Saparan pada Masyarakat Desa Sumberejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang”, yang membahas tentang pelaksanaan tradisi saparan dan sebab-sebab masyarakat desa sumberejo masih melaksanakan tradisi Saparan, serta eksistensi Saparan di desa Sumberejo. Tradisi Saparan merupakan tradisi yang bermula dari bentuk merti desa yang dilaksanakan oleh penduduk desa Sumberejo setiap bulan Sapar. Merti desa merupakan upacara syukuran atau slametan atas keberkahan dan kelimpahan yang telah di dapat oleh warga.Ada tiga bentuk perayaan dalam pelaksanaan Saparan yang berupa perayaan komunal, individu, dan hiburan. Perayaan komunal yaitu doa bersama di rumah kepala dusun, doa tersebut memiliki tujuan kemakmuran dan keselamatan desa serta untuk memperkuat solidaritas diantara warga. Perayaan individu dilaksanakan di rumah masing-masing warga dengan tujuan untuk mempererat tali kekerabatan. Sedangkan perayaan hiburan bertujuan untuk meramaikan suasana Saparan. Masyarakat desa Sumberejo masih mempertahankan tradisi Saparan karena tradisi Saparan ternyata masih sangat fungsional dalam kehidupan sosial masyarakat desa Sumberejo. Diantaranya adalah berfungsi sebagai pembawa kemakmuran, menjaga ikatan kekerabatan, menjaga ikatan solidaritas dan kerukunan warga, hiburan, serta menjaga warisan budaya.

  Skripsi yang ditulis oleh Lina Kurniawati Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Tahun 2013, yang berjudul “Slametan dalam Perspektif Pendidikan Islam”, yang membahas tentang nilai yang terkandung dalam tradisi slametan, konsep pendidikan Islam menurut para tokoh pendidikan Islam, dan slametan dalam perspektif pendidikan Islam. Skripsi ini menggunakan metode yang bersifat literatur (kepustakaan), dan observasi kepustakaan. Membahas tentang nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi slametan. Pertama, nilai tauhid yang berarti bahwa manusia harus mempercayai adanya Tuhan yang Maha Esa dengan cara beriman dan bertakwa kepadaNya. Kedua, nilai kemanusiaan yang berarti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia diantara makhluk-makhluk lainnya yang memiliki akal untuk berfikir, belajar, memahami, dan merenung. Ketiga, nilai kesatuan umat manusia yang merupakan prinsip untuk memelihara keutuhan sosial dalam menentukan nasib umat manusia. Keempat, nilai keseimbangan yang berarti bahwa umat manusia diajak untuk hidup yang seimbang agar tidak terjebak dalam kehidupan duniawi yang materialis dan sekuler. Kelima, nilai rahmatan lil alamin yaitu Allah mengutus Rasulullah tidak hanya untuk segolongan umat saja, melainkan seluruh isi semesta alam.

  Jurnal At-Tafkir pada tahun 2014 yang ditulis oleh Syamsul Rizal yang berjudul “Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa Sidawangi Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon”. Dalam penelitian ini membahas tentang nilai-nilai kearifan lokal yang ada di desa tersebut yang terwujud dalam sebuah acara, misalnya sedekah bumi. Dalam sedekah bumi sudah menjadi kegiatan ritual secara turun-temurun yang bertujuan agar tanaman yang mereka tanam menghasilkan hasil yang melimpah. Dan ada pula acara sabtuan dan tahlilan, yang dijadikan masyarakat sebagai kontrol terhadap dampak negatif yang diakibatkan oleh modernisasi dan globalisasi dalam masyarakat. Dalam acara sedekah bumi mereka saling menanamkan nilai-nilai dalam bermasyarakat yang baik, maka tidaklah dibedakan dalam pelaksanaan sedekah bumi antara umat Islam dan Kristen. Sehingga dapat menumbuhkan sikap bermasyarakat yang rukun tanpa adanya konflik antar umar berbeda agama.

  Dalam hal ini penulis akan membahas tentang Implementasi nilai- nilai pendidikan Islam dalam Tradisi Merti Dusun untuk Menumbuhkan Kerukunan Umat Beragama (Studi Kasus di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang). Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan antropologi agama. Menurut penulis penelitian yang lebih lanjut perlu dilakukan, karena adanya suatu tradisi merti dusun di dalamnya terdapat nilai-nilai pendidikan Islam yang dapat menimbulkan dan menubuhkan kerukunan dalam masyarakat yang berbeda keyakinan di dusun Kedakan. Dalam pelaksanaan upacara tradisi merti dusun, masyarakat dapat menjalin hubungan kehidupan yang rukun, saling menghormati dan orang yang berbeda agama ikut serta dalam meramaikan upacara tersebut. Dengan dilakukan penelitian, penulis dapat mengetahui makna tradisi Merti Dusun, nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Merti Dusun, upaya untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama, serta cara penerapan nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Merti Dusun untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama.

G. Metode Penelitian

  “Metode penelitian merupakan pisau bedah untuk mengetahui permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Metode penelitian memuat tentang metode yang digunakan dalam penelitian secara rinci

  ” (Maslikhah, 2013: 318). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.

  Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.

  Menurut Emzir (2014: 174) tentang metode tersebut adalah: Metode ini mencakup masalah deskripsi murni tentang program dan/atau pengalaman orang di lingkungan penelitian. Tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu pembaca mengetahui apa yang terjadi di lingkungan di bawah pengamatan, seperti apa pandangan partisipan yang berada di latar penelitian, dan seperti apa peristiwa atau aktivitas yang terjadi di latar penelitian.

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi agama. “Antropologi agama yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia yang menyangkut agama dengan pendekatan budaya

  ” (Hadikusuma, 1993: 9). Pendekatan antropologi agama dilakukan untuk mengetahui berbagai hal tentang suatu acara dan upacara keagamaan, misalnya untuk mengetahui kapan acara dan upacara agama dilaksanakan, tempat pelaksanaan, alat perlengkapan, maksud dan tujuan pelaksanaan, tata- tertib dan tata-cara pelaksanaan, serta orang-orang yang bertindak dalam pelaksanaan upacara keagamaan.

  2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Kedakan Desa Kenalan Kec. Pakis Kab.Magelang.

  3. Sumber Data Sumber data yang akan diperoleh dalam penelitian ini menggunakan subyek sebanyak 10 sampel, yang terdiri dari 2 perangkat desa yaitu kepala dusun dan modin, 3 orang tokoh masyarakat, dan 5 orang warga. Subyek yang telah dipilih diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keadaan yang sebenarnya.

  4. Metode Pengumpulan Data “Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode pengumpulan data dapat berupa angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes, dan dokumentasi (Arikunto: 2010: 203). Dalam penelitian kualitatif yang memerlukan banyak sumber data agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan, maka metode pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah: a.

  Wawancara “Wawancara adalah diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu (Kahn dan Cannel 1957). Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks

  ” (Sarosa, 2012: 45). Wawancara dilaksanakan menggunakan dua langkah, yang pertama peneliti melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang masalah dan subyek yang dikaji. Kedua, peneliti melakukan wawancara mendalam sehingga menemukan informasi yang lebih banyak dan penting sampai menemukan inti dari permasalahannya.

  b.

  Observasi “Menurut Hughes (2005), observasi atau studi lapangan yaitu pengamatan akan mausia pada

  ‘habitatnya’” (Sarosa, 2012: 56). Observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap proses maupun tahapan dalam pelaksanaan tradisi merti dusun di Dusun Kedakan Desa Kenalan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. c.

  Dokumentasi “Esterberg (2002) menyatakan bahwa dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia

  ” (Sarosa, 2012: 61). Dokumentasi digunakan sebagai alat untuk pelengkap data dalam penelitian, bersumber dari manusia baik berbentuk catatan dalam kertas (hardcopy) maupun elektronik (softcopy) yang berupa buku, foto, dan lain-lain. Fokus penelitian sebagai sumber data yang ada di dokumentasi adalah pelaksanaan tradisi merti dusun dan kerukunan antar umat beragama.

5. Analisis Data

  Moleong (2009: 248) menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah: Upaya yang dilakukan dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. “Proses analisis data sebagaimana penelitian kualitatif, maka digunakan teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi ” (Maslikhah, 2013: 323). Yaitu sebagai berikut: a.

  Reduksi Data Tahap ini dilakukan proses pemilihan dan pemusatan dengan menelaah seluruh data dari berbagai sumber baik dari wawancara, observasi, maupun dokumentasi. Sehingga dapat memperoleh hal- hal pokok dari data atau informasi yang diperoleh di lapangan.

  b.

  Penyajian Data Pada tahap ini, peneliti melakukan pengelompokan atau merangkum informasi tersusun. Dari pengelompokan dan rangkuman informasi tersebut, dapat menjadi kesimpulan yang singkat, padat, dan bermakna. Sehingga penelitiannya dapat diketahui dengan mudah.

  c.

  Verifikasi Data Pada tahap ini peneliti melakukan pencarian makna dari setiap gejala yang diperoleh dari lapangan. Makna yang telah diperoleh dibandingkan dengan buku penunjang hingga mendapat kesimpulan. Kemudian dilakukan pengujian terhadap kesimpulan yang telah diambil. Kesimpulan itu dihubungkan dengan hasil penelitian dengan teori para ahli dengan cara member-check.

  Sehingga peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian untuk dilaporkan.

6. Pengecekan Keabsahan Data

  Untuk mengecek keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi dengan beberapa langkah pengujian, yaitu uji derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Dengan pengujian itu, peneliti perlu melakukan observasi secara terus-menerus hingga memperoleh pembuktian terhadap sesuatu yang diteliti, membuat uraian laporan berdasarkan data yang diperoleh secara jelas, menentukan konsultan peneliti yang sesuai bidangnya, dan yang terakhir adalah mengkonfirmasikan data yang telah diperoleh kepada para ahli.

7. Tahap-tahap Penelitian

  Tahap-tahap yang diambil peneliti untuk memulai penelitian yaitu dengan menentukan judul atau topik penelitian, pengkajian buku- buku yang berkaitan dengan Pendidikan Islam, tradisi Merti Dusun dan kerukunan umat beragama, pencarian informasi mengenai topik penelitian, menentukan lokasi yang akan diteliti, menentukan subyek yang akan diteliti untuk memperoleh suatu data, pencarian terhadap prosedur pengumpulan data, dan menganalisis data yang ada, serta melakukan pengecekan terhadap keabsahan data.

H. Sistematika Penulisan

  Sistematika penelitian skripsi ini dipakai sebagai aturan yang saling terkait dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

  BAB I Pendahuluan, menjelaskan secara umum tentang arah penelitian yang dilakukan, yang mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, studi kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  BAB II Kajian Teori, bab ini membahas tentang tradisi Merti Dusun, pendidikan Islam, dan kerukunan umat beragama di dusun Kedakan desa Kenalan kec.Pakis kab.Magelang. BAB III Laporan Hasil Penelitian, yang berisi letak geografis, keadaan sosial kemasyarakatan agama, kegiatan bersama antara umat Islam dan Kristen di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang, dan temuan penelitian.

  BAB IV Analisis Data, berisi analisis tentang makna tradisi Merti Dusun, upaya untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama, dan implementasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Merti Dusun untuk menumbuhkan kerukunan umat beragama di dusun Kedakan desa Kenalan kec. Pakis kab. Magelang.

  BAB V Penutup, bab ini akan disampaikan tentang kesimpulan, saran dan penutup. Diakhiri dengan daftar pustaka, dan lampiran-lampiran yang dapat mendukung laporan penelitian ini.

BAB II KAJIAN TEORI A. Tradisi Merti Dusun 1. Pengertian Tradisi Merti Dusun Merti Dusun adalah suatu kegiatan yang dilakukan masyarakat

  dusun dengan bergotong-royong tanpa melihat status, baik itu orang Islam maupun Kristen. Walaupun dalam acara Merti Dusun yang sangat berperan adalah masyarakat Islam, namun masyarakat Kristen pun ikut membantu misalnya dengan ikut serta menyiapkan tempat yang akan dijadikan acara Merti Dusun.