Nilai-Nilai Pendidikan Pada Kisah Nabi Nuh as, Dalam Q.S Nuh - Test Repository

  

NILAI-NILAI EDUKATIF PADA KISAH NABI NUH AS

DALAM SURAH NUH

SKRIPSI

Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)

  

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Oleh:

Khoiruz Zad

  

NIM: 111 10 109

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

KEMENTERIAN AGAMA

  

Jl. Tentara pelajar no.2 telp. (0298) 323 706, 323 433 Fax 323 433 Salatiga 50721

Website

  M. Gufron, M.Ag. Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

  Kepada Yth, Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

  Assalamu‟alaikum Wr.Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara:

  Nama : Khoiruz Zad NIM : 111 10 109 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul : NILAI-NILAI EDUKATIF PADA KISAH

  NABI NUH as DALAM SURAH NUH Dengan ini kami mohon, skripsi tersebut supaya segera dimunaqosahkan.

  Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamu‟alaikum Wr.Wb

  Salatiga, 15 Februari 2016 Pembimbing, M. Gufron, M.Ag.

  NIP. 19720814 200312 1 001

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Khoiruz Zad NIM : 111 10 109 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga,15 Februari 2016 Yang menyatakan Khoiruz Zad 111 10 109

  

MOTTO

ٍَََُّّٗعَٚ َْآْشُمٌْا ٍَََُّعَح َِْٓ ُُْوُشْ١َخ

  

"Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar al-Qur'an dan

mengajarkannya kepada orang lain"

  (HR. Bukhari)

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan kepada : 1.

  Keluargaku tercinta Bapak H. Ja‟far as dan Ibu Hj. Umroti alm, Syamsul, Ina, Azka yang tidak pernah lelah selalu mendo‟akan dan memberi motivasi setiap hari sampai terselesainya skripsiku ini.

  2. Kiai Ku RomoYai Mahfud Ridwan Lc, beserta Keluarga besar Pondok Pesantren Edi Mancoro, tempatku menuntut ilmu-ilmu Agama.

  3. Teman – temanku Mahasiswa angkatan 2010 yang dulu pernah berjuang bersama di STAIN Salatiga.

  4. Sahabat Sahabati PMII Kota Salatiga.

  5. Sahabatku Cuyu, Tholabi, Baqi, Latif, Rohman, Syamsul, Fadholi yang selalu setia menemani dalam pembuatan skripsiku ini.

KATA PENGANTAR

  Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam tercurah kepada Khatamul

  Anbiya Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya.

  Skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Educatif Pada Kisah Nabi

  Nuh as Pada surah Nuh

  ” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga.

  Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan juga arahan serta saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih sedalam dalamnya kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Ibu Siti Rohayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI 4. Bapak M. Gufron M.Ag. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan tulus, ikhlas membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

  5. Bapak dan Ibu Dosen Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga yang tak pernah berhenti mendo‟akan danmemberikan motivasi kepada penulis sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan lancar.

6. Segenap karyawan IAIN salatiga

  Semoga kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah swt.

  Akhirnya, hanya kepada Allah swt penulis berserah diri dan semoga apayang tertulis dalam skripsi ini memberikan manfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya. Amin.

  Salatiga, 15 Februari 2016 Penulis,

  Khoiruz Zad NIM.111 10 109

  

ABSTRAK

  Khoiruzzad, 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Pada Kisah Nabi Nuh as, Dalam Q.S Nuh. Skripsi fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M.

  Gufron, M.Ag. Kata Kunci: Kisah Nabi Nuh, Nilai-Nilai Pendidikan

  Pendidikan merupakan kegiatan yang hanya dilakukan oleh manusia dengan lapangan yang sangat luas, yang mencakup semua pengalaman serta pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan sebagai suatu praktik dalam kehidupan, seperti halnya dengan kegiatan- kegiatan lain. Kisah Nabi Nuh as, dijelaskan secara khusus dengan namanya yaitu surah Nuh, isi surah Nuh ini di antaranya adalah ajakan Nabi Nuh as, kepada para umatnya untuk senantiasa mengikuti ajaran- ajarannya serta bertaubat kepada Allah swt.

  Penelitian ini membahas nilai-nilai pendidikan pada kisah Nabi Nuh Dalam Q ur‟an surat Nuh. Pertanyaan yang akan dijawab oleh peneliti adalah; 1. Bagaimanakah kisah Nabi Nuh as, dalam surah Nuh. 2. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan dalam surah Nuh. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti mengunakan metode library research ( kajian pustaka ), sumber data penelitian ini penulis bedakan menjadi dua kelompok yang pertama sumber primer yang berasal dari Al- qur‟an, buku pendidikan islam dan sejarahNabi, yang kedua sumber skunder berasal dari data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang masih berkaitan dengan masalah penelitian seperti : tafsir An-Nuur, Al Misbah, Ibnu Katsir dan tafsir Al- qur‟an Depag RI.

  Kajian ini menunjukkan bahwa 1.bagaimana kisah Nabi Nuh dalam surah Nuh yaitu pertama : masa hidup Nabi Nuh as. Kedua :dakwah Nabi Nuh as. Ketiga :Nabi Nuh membuat kapal. 2. nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat Nuh yaitu, pertama: sifat-sifat seorang pendidik yakni sabar, ikhlas, bijaksana dan tawakal. kedua: materi-materi seorang pendidik yakni tauhid, intelektual dan pengembangan teknologi melalui pembuatan kapal. ketiga: metode-metode seorang pendidik yakni metode dakwah dan metode visualisasi.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i NOTA PEMBIMBING .................................................................................................. ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................................... iii MOTTO.......................................................................................................................... iv PERSEMBAHAN .......................................................................................................... v KATA PENGANTAR ................................................................................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................................. viii

  BAB I : PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah .....................................................................................

  B.

  4 Perumusan Masalah ...........................................................................................

  C.

  4 Tujuan Penelitian ...............................................................................................

  D.

  4 Penjelasan Istilah ................................................................................................

  E.

  6 Manfaat Hasil Penelitian ....................................................................................

  F.

  6 Metodologi Penelitian ........................................................................................

  G.

  9 Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................................

  BAB II : KONSEP KENABIAN A.

  10 Sejarah Kenabian ................................................................................................

  1.

  12 Pengertian Nabi dan Rasul ..........................................................................

  2.

  16 Perbedaan Nabi dan Rasul...........................................................................

  3.

  19 Fungsi Kenabian ..........................................................................................

  B.

  23 Kata Nuh Dalam Al Qur‟an................................................................................

  C.

  25 Unsur-unsur Pendidikan ...............................................................................

  BAB III. KISAH NABI NUH AS DENGAN KAUMNYA A.

  30 Pengertian Kisah ................................................................................................

  B.

  31 Kenapa Dinamakan Nuh ....................................................................................

  C.

  32 Masa Hidup Nabi Nuh .......................................................................................

  D.

  35 Dakwah Nabi Nuh Kepada kaumnya .................................................................

  1.

  38 Isi Dakwah Nabi Nuh as..............................................................................

  2.

  42 Metode Dakwah Nabi Nuh as .....................................................................

  3.

  46 Pengalaman Nabi Nuh as Saat Berdakwah .................................................

  E.

  48 Nabi Nuh as Membuat Kapal .............................................................................

  BAB IV. PENDIDIKAN DALAM KISAH NABI NUH AS A.

  51 Peran Nabi Nuh as Sebagai Pendidik .................................................................

  B.

  52 Nilai-nilai pendidikan dalam surah Nuh ............................................................

  C.

  62 Tanggung jawab keluarga dan masyarakat terhadap pendidikan anak ..............

  BAB V. KESIMPULAN DAN PENUTUP A.

  64 Kesimpulan ........................................................................................................

  B.

  65 Penutup ...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah

  manusia diciptakan oleh Allah swt. Dengan mempunyai naluri beragama, yaitu agama tauhid. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan. Lingkunganlah yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya.

  Firman Allah swt, (Q.S. Ar-Rum : 30).

  ِ َّاللَّ ِكٍَْخٌِ ًَ٠ِذْبَح َلَ بَْٙ١ٍََع َسبٌَّٕا َشَطَـ ِٟخٌَّا ِ َّاللَّ َةَشْطِـ بًف١َِٕد ِٓ٠ِّذٌٍِ َهَْٙجَٚ ُِْلَأَـ َزْوَأ َِّٓىٌََٚ ُُِّ١َمٌْا ُٓ٠ِّذٌا َهٌَِر ِِ

  ٍََُّْْٛعَ٠ َلَ ِسبٌَّٕا َش Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui . (Depag RI,

  2002 : 408 ) Pendidikan Islam adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang bersumberkan atau berlandaskan pada ajaran-ajaran agama islam tentang hakekat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia (Muslim) yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam. Secara sistematikanya menyangkut subyek-subyek pendidikan, kurikulum, metode, lingkungan, guru dan sebagainya. Mengenai dasar-dasar filsafat yang meliputi pemikiran radikal dan universal. (Arifin, H. Muzayyin, 2003:17) Ahmad D Marimba ( 1980:12) mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam bukanlah filsafat pendidikan tanpa batas. Adapun komentar mengenai radikal dan universal bukan berarti tanpa batas, tidak ada di dunia ini yang disebut tanpa batas, dan bukankah dengan menyatakan sesuatu itu tanpa batas, kita telah membatasi sesuatu itu. Dalam artian, apabila seorang muslim yang telah meyakini isi keimanannya, akan mengetahui di mana batas-batas pikiran (akal) dapat dipergunakan. Dari uraian di atas kiranya dapat kita ketahui bahwa filsafat pendidikan Islam merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada Al-q ur‟an dan Hadis sebagai sumber primer, serta pendapat para ahli ( khususnya para filosof Muslim) sebagai sumber skunder.

  Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang banyak dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.

  Pendidikan merupakan kegiatan yang hanya dilakukan oleh manusia dengan lapangan yang sangat luas, yang mencakup semua pengalaman serta pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan sebagai suatu praktik dalam kehidupan, seperti halnya dengan kegiatan- kegiatan lain.

  Dalam Al-q ur‟an terdapat kisah seorang putra Nabi yang hidup dalam keadaan tidak beriman kepada Allah swt.Yaitu putra Nabi Nuh as, yang bernama Kan‟an. Kan‟an adalah seorang anak yang kafir dan tidak mau mentaati perintah ayahnya. Meskipun ayahnya seorang Nabi, bahkan Kan‟an juga bergabung dengan kaum Nabi Nuh yang menentang ajaran- ajaran Nabi Nuh as. Nabi Nuh sudah berusaha menyadarkan anaknya agar mau mengikuti perintah ayahnya untuk senantiasa menyembah Allah swt. Dan minta perlindungan kepadanya, tetapi dia tidak menghiraukan nasihat ayahnya.

  Nabi Nuh as, merupakan salah satu utusan Allah swt. Yang diberi gelar “ULUL AZMI” disebut ULUL AZMI karena berhati teguh dan berkemauan keras menghadapi cobaan-cobaan dan pendustaan para kaumnya, dan Nabi Nuh as, juga mempunyai hati yang sangat sabar untuk menghadapi karakter kaumnya. (Ali ash-Shabani 2001:26 )

  Selain sebagai Rasul Ulul Azmi, Nabi Nuh as, juga merupakan manusia pilihan Allah swt. Yang diutus untuk memberi peringatan kepada kaumnya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-q ur‟an surah Ali Imron ayat 33.

  إ َنيِمَلاَعْلا ىَل َع َناَرْمِع َلاَء َو َميِهاَرْبِإ َلاَء َو اًحوُن َو َمَداَء ىَفَطْصا َالله َّن Artinya:

  ”Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga „Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing- masing)‟‟(Depag RI, 2002; 55 )

  Kisah Nabi Nuh as, dijelaskan secara khusus dengan namanya yaitu surah Nuh, isi surah Nuh ini di antaranya adalah ajakan Nabi Nuh as, kepada para umatnya untuk senantiasa mengikuti ajaran-ajarannya serta bertaubat kepada Allah swt. Dari satu sisi Nabi Nuh as, adalah manusia terpilih untuk membimbing kaumnya. Terpilihnya Nabi Nuh as karena Allah swt. Maha mengetahui kredibilitas dia untuk mendidik umatnya.

  Namun, di sisi lain ternyata Nabi Nuh as, tidak berhasil mendidik umatnyatermasuk anaknya sendiri.

B. Rumusan Masalah

  Sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1.

  Bagaimana kisah Nabi Nuh as dalam surah Nuh ? 2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan dalam surah Nuh ? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.

  Untuk mengetahui bagaimana kisah Nabi Nuh as, dalam surah Nuh.

2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan dalam surah Nuh .

D. Penjelasan Istilah

  Untuk menghindari kemungkinan penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulisan dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, maka perlu penjelasan beberapa istilah sebagai berikut : 1.

  Nilai Edukatif Nilai adalah sifat-sifat yang penting ataupun berguna bagi manusia.

  Atau sesuatu yang bersifat mendidik. Maksud dari Nilai-nilai edukatif merupakan nilai-nilai pendidikan yang di dalamnya mencakup sikap individu dalam kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan kehidupan yang berhubungan dengan Tuhan. Berbagai penanaman nilai edukatif melalui pendekatan moral dilakukan dengan berbagai cara, baik formal maupun nonformal (Kamus lengkap bahasa indonesia hal 87) 2. Kisah Nabi Nuh as dalam surah Nuh.

  Dalam kamus besar bahasa indonesia, kisah adalah riwayat, cerita, suatu peristiwa/ kejadian . Kisah berasal dari bahasa arab Qishah, yang berarti kisah, cerita, berita atau kejadian. Qashash, bentuk jamak dari

  

Qishah yang secara istilah berarti kisah-kisah ( dalam Al-q

  ur‟an ) tentang para Nabi dan Rasul, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini dan masa sekarang. Kisah adalah upaya mengikuti jejak peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi atau imajinatif, sesuai dengan urutan kejadiannya dan jalan menceritakannya satu episode, atau episode demi episode. (Quraish Shihab, 1994).

  Nabi Nuh adalah Rasul pertama yang diutus Allah yang maha pengasih dengan sebuah kitab suci kepada umat manusia. Surah Nuh adalah surah yang ke 71 diantara surah-surah dalam Al-q ur‟an. Surah ini terdiri dari 28 ayat dan termasuk dalam golongan surah-surah makkiyah. Surat ini dinamai surat Nuh karena mengandung penjelasan-penjelasan mengenai seruan Nabi Nuh dan doa-doanya. (Abdul Majid, 2002:226).

  Surat ini ditutup dengan doa Nabi Nuh as, yang memohon kepada Allah swt. Supaya dia dan ibu bapaknya diampuni, demikian pula para mukmin yang beriman kepada dirinya. Sebaliknya, membinasakan semua orang yang durhaka dan menyangkal kebenaran. Jadi, secara keseluruhan maksud dari judul

  “ Nilai-nilai Edukatif Pada Kisah Nabi Nuh as Dalam Surah Nuh “adalah pemahaman tentang nilai-

  nilai pendidikan yang dapat diambil dari kisah hidup Nabi Nuh as yang terdapat pada surah Nuh.

E. Manfaat Hasil Penelitian

  Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi ilmiah maupun dari segi sosial.

  1. Dari segi ilmiah diharapkan hasil penelitian ini dapat mengembangkan pemikiran tentang pendidikan melalui kisah dalam Al-q ur‟an pada khalayak umum, khususnya bagi pendidik.

  2. Dari segi sosial diharapkan dapat membuka cakrawala baru tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya, sehingga kita dapat memahami bagaimana kisah yang terjadi pada zaman dahulu, khususnya bagi penulis dan pembaca lainnya.

  3. Sedangkan dari segi agama kita dapat mengetahui bagaimana kisah- kisah yang ada dalam kandungan ayat suci Al-q ur‟an dan salah satunya terjadi pada masa Nabi Nuh as pada surah Nuh.

F. Metodologi Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong dalam penelitian literer ( kepustakaan) karena berdasarkan pada studi kepustakaan dari buku-buku yang berkaitan langsung dengan pokok permasalahan. Dimulai dengan mengumpulkan kepustakaan, pertama-tama dicari segala buku yang ada mengenai tokoh dan topik yang bersangkutan. (Anton,1990:63).

2. Metode Pengumpulan Data

  Data diperoleh melalui 2 sumber data yaitu : a.

  Sumber data Primer adalah sumber data yang langsung berkaitan dengan objek riset yaitu Al-q ur‟an, buku pendidikan islam dan buku sejarah nabi. b.

  Sumber data Skunder adalah sumber data yang digunakan untuk melengkapi dan penunjang sebagai alat bantu dalam menganalisa objek permasalahan yang muncul, yaitu melalui literatur-literatur tafsir dan sumber lain yag mendukung, seperti buku-buku tentang pendidikan, filsafat dan sejarah Nabi. Literatur tafsir yang penulis gunakan adalah tafsir An Nuur, Al Misbah,, Ibnu katsir, Tafsir terjemah Al-q ur‟an Depag RI.

3. Metode Analisis Data

  Analisis data dalam penulisan ini digunanakan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan penelitian. Analisis dalam penelitian ini penulis menggunakan deduktif & induktif ( umum ke khusus, khusus ke umum ).

  Induktif yaitu cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum.

  (Waskito, hal 444).

  Cara kerja induktif merupakan penarikan kesimpulan yang bertitik tolak dari data-data konkret menuju pada kesimpulan umum.

  Cara kerja induktif ini diterapkan apabila belum ada knowledge ( pengetahuan ) yang definitif ( sudah pasti ) untuk memecahkan suatu persoalan. Cara kerja induktif ini bertujuan untuk menarik rumus umum (general) dari kejadian-kejadian yang bersifat khusus dan spesifik atau dari pengamatan-pengamatan empiris ( pengalaman ).

  Cara kerja induktif ini untuk mencari data tentang poin-poin pokok yang sudah dicontohkan Nabi Nuh seperti kriteria, materi dan metode untuk menjadi seorang peserta didik, kemudian dikembangkan oleh peserta didik ke dunia pendidikan sekarang.

  Induktif merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.

  Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan- pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. (Jujun.S.Suriasumantri, 2005 :48 ).

  Deduktif berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya induktif ( Waskito, hal 273 ).

  Cara kerja deduktif merupakan cara kerja yang berlawanan dengan cara kerja induktif. Cara kerja deduktif ini berusaha menarik kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum menjadi pernyataan khusus yang lebih spesifik. Akal (rasio), ide dan logika sangat berpengaruh pada penarikan kesimpulan secara deduktif. Pengalaman tidak terlalu berpengaruh dalam penarikan kesimpulan secara deduktif (apriori). Pada cara kerja deduktif ini, proses pemecahan permasalahan dibagi menjadi 3 pernyataan, yaitu: a.

  Pernyataan universal, yaitu pernyataan umum yang telah diterima.

  b.

  Pernyataan partikular, yaitu pernyataan khusus turunan dari pernyataan umum.

  c.

  Kesimpulan, yaitu pernyataan hasil penalaran deduksi. Deduktif yaitu cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. (Jujun.S.Suriasumantri, 2005 :48 ).

  Cara kerja deduktif ini untuk mencari data tentang apa saja nilai-nilai pendidikan yang diterapkan peserta didik agar nantinya bisa mencontoh nilai-nilai pendidikan yang sudah dilakukan oleh Nabi Nuh dalam Surah Nuh.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Skripsi ini akan peneliti susun dengan sistematika sebagai berikut : 1.

  Bagian Awal Bagian awal meliputi: Halaman sampul, pernyataan keaslian tulisan, nota pembimbing, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi.

2. Bagian Inti

  Bagian ini terdiri dari beberapa bab yaitu:

  BAB I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan isi, manfaat hasil penelitian, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

  BAB II merupakan kajian pustaka yang menyajikan tinjauan teoritik mengenai: Sejarah kenabian, kata Nuh dalam Al- qur‟an.

  BAB III merupakan hasil gambaran umum tentang kisah Nabi Nuh yang meliputi: pengertian kisah, masa hidup Nabi Nuh, dakwah Nabi Nuh, Nabi Nuh memb uat kapal.

  BAB IV merupakan analisis data yang memuat tentang: Peran Nabi Nuh sebagai pendidik, unsur-unsur pendidikan, nilai-nilai pendidikan dalam surat Nuh, dan tanggung jawab orang tua dan masarakat terhadap pendidikan anak.

  BAB V penutup yang berisikan kesimpulan dan penutup.

3. Bagian Akhir

  Bagian akhir termuat lampiran, daftar pustaka dan daftar riwayat hidup.

BAB II KONSEP KENABIAN A. Sejarah Kenabian Secara etimologis ( ilmu tentang asal usul suatu kata ), kata Nubuwah

  berasal dari kata

  “naba-a” yang berarti kabar warta (news), berita (tidings), dan cerita (story). (M. Dawam Rahardjo, 1997:302).

  Kata “Nubuwah” sendiri merupakan mashdar dari “naba-a”. Dan kata ”nubuwah” disebutkan dalam Al-qur‟an sebanyak 5 kali di beberapa surat.

  Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Nabi adalah orang yg menjadi pilihan Allah untuk menerima wahyu-Nya dan kenabian adalah sifat (hal) Nabi, yang berkenaan dengan Nabi. Ditinjau dari segi sosiologis, kenabian (nubuwah) merupakan jembatan transisi dari masa primitif menuju masa rasioner. Para Nabi dan Rasul diutus ke dunia ini untuk membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang. Zaman kegelapan di sini maksudnya adalah zaman yang penuh dengan keburukan-keburukan moral, penyimpangan akhlak dan keyakinan, sehingga dapat dikatakan bahwa zaman sebelum diutusnya para Nabi dan Rasul sama dengan zaman primitif. Dikatakan primitif karena manusia masih dipengaruhi oleh kepercayaan-kepercayaan kepada yang magis. Pada saat itu, manusia masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum pada akhirnya sebagian dari mereka beralih kepada kepercayaan monotheisme, dengan menyembah kepada

  Tuhan Yang Maha Esa setelah para Nabi dan Rasul datang membawa risalah atau ajarannya.

  Jika kita melihat kepada sejarah masa lalu, maka akan dapat terbukti bahwa pada masa sebelum kedatangan para Nabi dan Rasul, manusia masih berada pada pola keyakinan yang terpengaruh oleh kekuatan- kekuatan yang ada di alam ini. Sebagai contoh yaitu kepercayaan yang dianut oleh masyarakat pada masa Ibrahim as, yakni kepercayaan kepada berhala. Selain kepercayaan terhadap berhala, kepercayaan lama yang ada pada masa Ibrahim as, di wilayah timur tengah kuno, adalah kepercayaan terhadap benda-benda luar angkasa, seperti bintang-bintang, bulan, dan matahari. Kepercayaan yang berkembang pada masa Ibrahim ini, penyembahan berhala, bintang-bintang, bulan, dan matahari. Selain itu, pada masa jahiliyah jazirah Arab (sebagaimana peradaban lainnya) masih dipenuhi dengan paham-paham penyembahan berhala, pohon, hewan, fenomena alam, dan benda-benda angkasa seperti bintang, matahari, dan bulan seperti yang terjadi pada masa Nabi Ibrahim. Namun demikian ada diantara mereka yang masih memegang tradisi Ibrahim. Mereka inilah yang disebut kaum Ahnaf, (literal orang-orang yang lurus). Paham yang mereka anut adalah monotheisme karena rata-rata mereka mengikuti ajaran Ya‟kubi (di Ghassan dan Syam), walaupun sebagian mengikuti paham Nestorian yang menuhankan Yesus (di wilayah Hirah). (Irene Handono, 2003 ; 38).

  Secara umum, di Jazirah Arab, paham monoteisme bukanlah hal sangat baru. Maka disini kita melihat bahwa faktor keluarga masih berperan dominan dalam penjagaan ajaran tauhid. Nabi Muhammad dilahirkan dari keluarga Ahnaf yang memegang tradisi Ibrahim. Satu hal yang sangat penting dari tradisi Ibrahim yang dipegang teguh oleh para Ahnaf adalah penyembahan kepada Allah swt saja.

  Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa kenabian merupakan jembatan dari masa transisional, dari masa primitif kepada masa rasioner maka akhir dari masa transisional tersebut adalah pada masa Nabi Muhammad saw, sehingga setelah masa tersebut, lambat laun manusia sudah meninggalkan kepercayaan yang primitif berganti dengan masa rasioner, dimana manusia sepenuhnya menggunakan rasio atau akal mereka dalam segala aspek kehidupan. Dan setelah berakhirnya masa transisional, maka berakhirlah pula masa kenabian. Oleh karena itu, saat ini kehadiran Nabi sebagai penuntun ataupun penunjuk tidak dibutuhkan lagi karena manusia sudah berada pada masa rasioner, manusia sudah dapat menggunakan akal mereka sepenuhnya dalam segala hal sehingga mereka dapat mengetahui mana yang seharusnya disembah dan mana yang tidak, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dijalankan ataupun ditinggalkan.

1. Pengertian Nabi dan Rasul

  Menurut bahasa, Nabi berasal dari kata ( ) yang berarti

  أبٔأٚ أّبٔ

  mengabarkan, Atau juga berasal dari kata ( )yang berarti tinggi dan

  ببٔ

  naik. Dinamakan Nabi karena mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang diberitahu beritanya (lewat wahyu). Sedangkan kata Rasul secara bahasa berasal dari kata Irsal yang bermakna membimbing atau memberi arahan.

  ( Amin Syukur, 2006:70 ).

  Nabi dalam pengertian ini sama dengan pengertian Rasul. Namun ada yang membedakannya bahwa Rasul ialah manusia pilihan Allah yang mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada umatnya. Sedangkan Nabi menerima wahyu akan tetapi tidak diwajibkan menyampaikan kepada umatnya. Dan ada yang menyatakan lain bahwa Rasul ini membawa syari‟at (aturan baru), sedangkan Nabi tidak. ( Amin Syukur, 2006 :70 ).

  Menurut pendapat dari Abdul Akhir Hammad Al-Ghunaimi diambil dari buku Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, bahwasanya Nabi itu adalah, manusia yang menyampaikan apa yang diwahyukan Allah kepadanya, namun ia tidak diutus Allah kepada kaum kafir tertentu, untuk mengeluarkan mereka dari kekufuran dan kemunafikan. Adapun Rasul, yaitu orang laki-laki merdeka yang diberikan wahyu oleh Allah dan diutus kepada satu kaum kafir tertentu untuk mengajak mereka kepada tauhid.

  Setiap muslim wajib mengimani adanya para Nabi secara keseluruhan, baik yang namanya disebutkan dalam Al-q ur‟an maupun yang tidak disebutkan. Adapun para Nabi yang namanya tidak disebutkan dalam Al-q ur‟an, setiap muslim wajib percaya dan beriman bahwasannya ada Nabi-Nabi selain mereka yang 25 itu.

  Di antara hikmah Allah swt, terhadap generasi sebelum kita, Dia mengutus seorang rasul sebagai pemberi peringatan. Karena bagian dari keadilan Allah, Dia tidak akan menyiksa seorang pun diantara makhluk-Nya, kecuali setelah disampaikan dakwah kepada mereka.

  Karena itulah hujjah (alasan pembenar) bagi Allah untuk memberikan balasan, baik pahala maupun hukuman bagi para hamba-Nya. (http:// jumlah nabi dan rasul.com 10/02/2016). Allah berfirman: (QS. Al-Isra: 15).

  ًلَُٛصَس َذَعْبَٔ َّٝخَد َٓ١ِبِّزَعُِ بَُّٕو بََِٚ “Aku tidak akan memberi siksaan, sampai Aku mengutus seorang rasul.

  ” ( Depag RI, 2002 : 284 ). Karena itulah, dalam sejarah manusia, jumlah Nabi dan Rasul yang telah Allah utus sangat banyak.

  Abu Umamah, bahwa Abu Dzar bertanya kepada Nabi Muhammad saw : “Berapa jumlah persis para Nabi.” Beliau menjawab:

  

َشَشَع َتَضَّْخَٚ ٍتَئبِِ ُد َلََر َهٌَِر ِِْٓ ًُُصُّشٌا بًفٌَْأ َُْٚشْشِعَٚ ٌتَعَبْسَأَٚ ٍؿٌَْأ ُتَئبِِ

اًش١ِفَؼ بًَّّج

  “Jumlah para Nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah Rasul.

  Banyak sekali.

  ” HR. Baihaqi dalam kitab Syu‟abul Iman no. 129 dan dishahihkan al-Albani dalam al

  • –Misykah 5737).

  Dari keterangan diatas bisa kita simpulkan jumlah Nabi 124.000 orang dan diatara mereka berjumlah 315 orang adalah Rasul. (Umar Sulaiman al-Asyqar, 2000:16 ).

  Para Nabi dan Rasul yang suci ini, mempunyai derajat atau tingkatan yang berbeda. Ada 4 orang Rasul yang diberi kitab suci, yaitu Nabi Musa as, Nabi Daud as, Nabi Isa as, dan Nabi Muhammad saw. Masing-masing dengan kitabnya Taurat, Zabur, Injil dan Al- q ur‟an.

  Di antara ke-25 Nabi yang wajib diamini setiap muslim terdapat lima nama dengan status Ulul

  „Azmi atau yang diunggulkan karena

  dianggap telah menghadapi tantangan besar dalam perjuangan sebagai Nabi, Yaitu Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as dan Muhammad saw. ( Ash Shabuni, 2001 : 158 )

  Secara etimologis Ulul Azmi berasal dari kata dua suku kata Ulu dan Azmi. Ulu mempunyai arti yang empunya (untuk bentuk jamak) serta Azmi berasal dari kata Azama yang mempunyai arti keteguhan hati.

  Ulul „Azmi artinya adalah orang-orang yang mempunyai keteguhan hati. Maksudnya telah mempunyai keteguhan hati dalam menyampaikan wahyu Allah kepada umat mereka masing-masing, sekalipun mendapatkan perlawanan dan berbagai reaksi hebat dari musuh-musuhnya. (Humaidi Tatapangarsa,1990 : 134).

  Ulu al-Azmi adalah gelar yang diberikan kepada para Rasul yang memiliki kedudukan tinggi/ istimewa karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, dalam menyebarkan agama. Hanya lima Rasul yang mendapatkan julukan ini, dari beberapa Rasul yang telah diutus oleh Allah. Gelar ini adalah gelar tertinggi/istimewa ditingkat para Nabi dan Rasul.

  Ada beberapa kriteria yang menjadi acuan untuk mendapatkan gelar ini, diantara lain adalah: http// pendidikan-agama-tentang-ulul- azmi.html.

  a.

  Memiliki kesabaran yang tinggi ketika berdakwah.

  b.

  Senantiasa memohon kepada Allah swt, agar tidak menurunkan azab kepada kaumnya.

  c.

  Senantiasa berdoa agar Allah swt memberi hidayah kepada kaum mereka.

  Tentang gelar ini telah dijelaskan pada Al-q ur‟an Surah Al-ahqaf ayat

  35.

  

ََْْٚشَ٠ َََْٛ٠ ََُُّْٙٔأَو ۚ ٌَُُْٙ ًِْجْعَخْضَح َلََٚ ًُِصُّشٌا َِِٓ َِْزَعٌْا ٌُُٛٚأ َشَبَص بََّو ْشِبْصبَـ

َُْٛمِصبَفٌْا ََُْٛمٌْا َّلَِإ ُهٍَُْٙ٠ ًََْٙـ ۚ ٌغ َلََب ۚ ٍسبََٙٔ ِِْٓ ًتَعبَص َّلَِإ اُٛزَبٍَْ٠ ٌَُْ َُْٚذَعُٛ٠ بَِ

Artinya ; Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (Depag RI, 2002; 507).

  Nabi Nuh as, merupakan salah satu dari kelima Nabi yang mendapatkan gelar Ulul Azmi, Nabi Nuh terkenal sebagai Nabi yang penyabar, juga memiliki misi yang kuat untuk menyampaikan agama yang benar menurut Allah swt. Usianya yang hampir 1000 tahun ia gunakan untuk berdakwah dan pengikutnya hanya 200 saja, bahkan Istrinya sendiri dan Kan‟an (Anaknya) menentang ajarannya tersebut.

  Di masyarakatnya Nuh dianggap Gila, suatu hari Nuh mengingatkan masyarakat jika akan ada Banjir besar dan mereka tidak mempercayainya. Sebagai Azab masyarakat yang sombong dan atas izin Allah swt, datang banjir besar dan ditenggelamkanlah semua dengan gelombang air bah dan hancurlah semuanya kecuali Nabi Nuh dan Pengikutnya yang beriman.

2. Perbedaan Nabi dan Rasul

  Pada prinsipnya tujuan diutusnya Rasul ialah menyampaikan risalah Allah dan memberi bimbingan kepada ummat-Nya untuk menuju jalan yang lurus.( Amin Syukur, 2006 : 71).

  Karena tugasnya menyampaikan risalah maka fungsi malaikat hanya menyampaikan berita dari Allah kepada mereka. Sedang penyampaian ajaran kepada manusia dan untuk melakukan pembangunan nilai-nilai di tengah-tengah kehidupan manusia mesti dari manusia juga, dan bahkan dari bangsanya sendiri, dengan menggunakan bahasa kaumnya sebagai media komunikasi agar mudah dipahami dan dipatuhi seperti di dalam firman Allah: ( QS. Ibrahim ayat 4)

  

ُءبَشَ٠ َِْٓ ُ َّاللَّ ًُِّضُ١َـ ۖ ٌَُُْٙ َِّٓ١َبُ١ٌِ َِِِْٗٛل ِْب َضٍِِب َّلَِإ ٍيُٛصَس ِِْٓ بٍََْٕصْسَأ بََِٚ

ُُ١ِىَذٌْا ُز٠ِزَعٌْا ََُٛ٘ٚ ۚ ُءبَشَ٠ َِْٓ ِٞذَْٙ٠َٚ Artinya : Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan

dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan

terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia

kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.

Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana ( Depag

  RI, 2002 : 256 ) Ajaran yang disampaikan oleh para Rasul sejak Nabi Adam as, sampai dengan Nabi Muhammad saw. pada prinsipnya sama yakni ajaran tauhid, mengesakan Allah swt secara mutlak, oleh karena itulah Al-q ur‟an menyatakan bahwa Nabi atau Rasul terdahulu itu juga muslim, “(Nuh berkata): (QS. Yunus : 72).

  ُُْخْ١ٌَََّٛح ِْْئَـ َِِٓ َُْٛوَأ َْْأ ُثْشُِِأَٚ ۖ ِ َّاللَّ ٍََٝع َّلَِإ َِٞشْجَأ ِْْإ ۖ ٍشْجَأ ِِْٓ ُُْىُخٌَْأَص بََّـ َٓ١ٍِِّْضٌُّْا

  Artinya „ Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (Islam) kepada-

  Nya”.( Depag RI,

  2002 : 218 ) Adapun perbedaan antara keduanya adalah : ( Saifudin, 2006 :7 ) a.

  Kenabian adalah syarat kerasulan maka tidak bisa menjadi Rasul orang yang bukan Nabi. Kenabian lebih umum dari kerasulan. Setiap Rasul pasti Nabi, tetapi tidak setiap Nabi adalah Rasul.

  b.

  Rasul membawa risalah kepada orang yang tidak mengerti t entang agama dan Syari‟at Allah, atau kepada kaum yang telah mengubah Syari‟at dan agama, untuk mengajari mereka atau mengembalikan mereka ke dalam Syari‟at Allah. Dia adalah hakim bagi mereka. Sedangkan Nabi diutus dengan dakwah kepada Syari‟at Nabi/Rasul sebelumnya.

  Adapun perbedaan Nabi dan Rasul secara umum antara lain : ( Saifudin, 2006 : 8 )

  Nabi

  a) Seorang Nabi menerima wahyu dari Allah swt untuk dirinya sendiri. b) Bertugas melanjutkan atau menguatkan syariat dari Rasul sebelum Nabi tersebut.

  c) Nabi diutus kepada kaum yang sudah beriman.

  d) Nabi yang pertama adalah Nabi Adamas.

  e) Jumlah Nabi sangat banyak bahkan sampai Ratusan Ribu.

  f) Setiap Rasul adalah Nabi namun tidak setiap Nabi adalah Rasul.

  g) Nabi hanya mendapatkan wahyu melalui mimpi.

  h) Ada Nabi yang dibunuh oleh kaumnya. Rasul

  a) Rasul menerima wahyu dari Allah guna disampaikan kepada segenap umatnya.

  b) Diutus dengan membawa Syariat yang baru.

  c) Rasul diutus kepada kaum yang belum beriman (kafir).

  d) Rasul yang pertama kali adalah Nuh as..

  e) Jumlah Rasul lebih sedikit dibanding dengan Nabi.

  f) Setiap Rasul adalah Nabi.

  g) Rasul dapat menerima wahyu melalui mimpi maupun melalui malaikat dan ia dapat melihat serta berkomunikasi secara langsung dengan malaikat.

  h) Seluruh Rasul yang diutus Allah swt selamatkan dari percobaan pembunuhan yang dilancarkan oleh kaumnya.

  Sedangkan menurut Ibnu Abil „Izz al Hanafi, Perbedaan antara Nabi dan Rasul adalah bahwa orang yang diberikan perintah (wahyu) dari Allah swt. Jika dia diperintahkan untuk menyampaikannya kepada orang lain maka dia disebut sebagai seorang Nabi dan Rasul sedangkan jika dia tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada orang lain maka dia adalah seorang Nabi dan Bukan seorang Rasul. Karena setiap Rasul merupakan Nabi namun tidak setiap Nabi merupakan seorang Rasul. (Syarh ath Thahawiyah fii „Aqidah as Salaf hal 296)

  Sedangkan menurut Syeikh „Athiyah Saqar, Nabi merupakan seorang manusia yang diberikan wahyu oleh Allah swt. Kepadanya untuk diamalkan akan tetapi dia tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan Rasul merupakan seorang manusia yang diberikan wahyu oleh Allah swt, untuk diamalkandan dia juga diperintahkan untuk menyampaikannya kepada segenap umatnya.

  Seorang Rasul merupakan Nabi namun tidak semua Nabi merupakan seorang Rasul. Berikut ayat yang menggambarkan sifat kenabian dan kerasulan (dalam diri Muhammad saw): (QS. Al Ahzab : 40).

  َٓ١ِّ١ِبٌَّٕا ََُحبَخَٚ ِ َّاللَّ َيُٛصَّس ِٓىٌََٚ ُُْىٌِبَجِّس ِِّٓ ٍذَدَأ بَبَأ ٌذََّّذُِ َْبَو بَِّ بًّ١ٍَِع ٍءَْٟش ًُِّىِب ُ َّاللَّ َْبَوَٚ

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki

di antara kamu., tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-

  nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Depag

  RI, 2002; 424) (QS. Al Ahzab : 45).

  اًش٠ِزََٔٚ اًشِّشَبَُِٚ اًذِ٘بَش َنبٍََْٕصْسَأ بَِّٔإ ُِّٟبٌَّٕا بَُّٙ٠َأ بَ٠ “Hai Nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan.” (Depag RI,

  2002; 425).

3. Fungsi Kenabian ( Nubuwah )

  Nubuwah adalah anugrah Ilahi dan pilihan khusus oleh Allah Yang Maha Tinggi, Maha Kuasa bagi makhluk yang dikehendakinya.Nubuwah tidak dapat diperoleh dengan kerja keras atau dengan usaha dan jerih payah, atau dengan ketaatan dan banyak melakukan ibadah kepada Allah swt. Tidak ada yang dapat memperoleh nubuwah kecuali orang-orang yang memang layak untuk mengebamnya, sebab nubuwah merupakan beban yang berat.

  Nubuwah tidak juga diwariskan atau melalui cara merampas dan menguasai.

  Para Nabi dan Rasul merupakan manusia pilihan dari hamba- hamba Allah. Allah swt, telah memuliakan para Nabi dan Rasul dengan nubuwah. Allah swt, memilih mereka untuk menjadi perantara antara Tuhan dengan hamba-hambanya, menyampaikan perintah Allah, memperingatkan agar manusia terhindar dari murka dan siksanya serta memberi petunjuk kepada hal-hal yang akan membahagiakan manusia di dunia dan ahirat.