Analisis Pesan Moral Kisah Nabi Sulaiman a.s Dalam Al-Quran

(1)

ANALISIS PESAN MORAL PADA KISAH

NABI SULAIMAN a.s DALAM AL-QUR'AN

SKRIPSI SARJANA

DISUSUN

O

L

E

H

U

FARI DA HANUM PASARI BU

0 4 0 7 0 4 0 0 4

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PESAN MORAL PADA KISAH NABI SULAIMAN a.s

DALAM AL-QUR'AN

SKRIPSI SARJANA

DISUSUN

O L E H

NIM. 040704004

FARIDA HANUM PASARIBU

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Aminullah, M.A., Ph.D.

NIP. 132 049 790 NIP. 131 837 560

Dra. Murniati, M.Hum.

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA Dalam bidang Ilmu Bahasa Arab

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

FAKULTAS SASTRA

UNUVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Disetujui oleh :

F A K U L T A S S A S T R A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

Ketua, Sekretaris,

Dra. Khairawati, M.A., Ph.D.

NIP. 131 837 559 NIP.131 674 461


(4)

PENGESAHAN :

Diterima oleh :

Panitia Ujian Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Bahasa Arab pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

Pada

Hari :

Tanggal :

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Dekan,

NIP. 132 098 531

Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D.

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Dra. Khairawati, M.A., Ph.D. ( )

2. Drs. Mahmut Khudri, M.Hum. ( )

3. Drs. Aminullah, M.A., Ph.D. ( )

4. Dra. Murniati, M.Hum. ( )


(5)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam kepada Habibullah Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah membawa risalah yang benar kepada umat manusia sebagai pedoman dalam meraih kabahagiaan dunia dan akhirat.

Skripsi ini berjudul " Analisis Pesan Moral Pada Kisah Nabi Suliaman a.s Dalam Al-Qur'an". skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat dalam mamperoleh gelar serjana pada Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari banyak mengalami kendala dan kesulitan dalam penyajian karya tulis ini, hal ini disebabkan keterbatasan ilmu dan pengalaman yang peneliti miliki. Namun karena bantuan dan bimbingan yang Peneliti terima dari para Pembimbing, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, Peneliti terbuka dengan senang hati menerima saran, kritik dan tanggapan dari pembaca dalam kesempurnaan skripsi ini.

Kepada Allah Peneliti berserah diri. Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2008 Peneliti,


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu Peneliti sehingga terwujudlah penelitian ini baik moral maupun material. Rasa terima kasih tersebut peneliti sampaikan kepada :

1. Teristimewa buat kedua orangtua tercinta Ayahanda H.Risman Pasaribu dan Ibunda Yahniwati Manalu yang telah bersusah payah membesarkan dan mendidik peneliti sampai saat ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Tanpa doa, kasih saying, motivasi yang diberikan mungkin skripsi ini tidak terselesaikan. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, karunia, hidayah serta amunanNya bagi keduanya dunia dan akhirat.

2. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara serta pembantu dekan 1, 11 dan 111.

3. Ibu Dra. Khairawati, M.A, Ph.D selaku ketua Program Studi Bahasa Arab dan Bapak Drs.Mahmud Khudri, M.Hum. selaku Sekretaris Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. H. Aminullah, M.A, Ph.D dan Ibu Dra. Murniati M.Hum. Pembimbing 1 dan 11 yang dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya serta penuh perhatian dan kesabaran untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Para staff Pengajar Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra USU yang telah banyak menyumbangkan ilmunya kepada peneliti.

6. Bang Andika yang telah berperan terhadap kelancaran penyelesaian skripsi ini serta segenap civitas akademika Fakultas Satra USU.

7. Kepada keluarga tercinta, bang sofie yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini, adekku Iwan dan Aulia yang telah membantu peneliti mengirimkan buku dari Jogja, adekku yang ganteng Ipul, Lativa dan Taupit semoga menjadi anak yang berbakti kepada orang tua.


(7)

8. Special to someone's Deddy Kusmanto yang telah membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini. semangat, serta dorongan yang telah diberikannya kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. 9. Teman-teman stambuk 04 : Atika, Kiki, Aminah, Ilyani, Devi, Sri, Vega,

Eka, Risa, Hotma, Odi Saleh, Mawadi, Haris, Mael, Zulfan, Subuhaaaan, Astrid, Sartika, Rahmah. Semoga persahabatan kita abadi selamanya. Aaaamin.

10. Teman-teman mahasiswa Bahasa Arab yang bergabung dalam Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) Fakultas Sastra USU.

Peneliti tidak dapat membalas jasa yang telah diberikan. Akhirnya Peneliti mengucapkan terima kasih banyak. Semoga amal dan perbuatannya dibalas oleh Allah SWT. Amin Ya Rabbal A'lamiin..

Medan, Juni 2008 Peneliti,


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Metode Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

3.1 Sekilas Tentang Surat An-Naml ... 16

3.2 Klasifikasi Kisah Nabi Sulaiman a.s Dalam Al-Qur'an Kepada Pesan Moral dan Penyampaian Langsung Serta Tidak Langsung ... 20

BAB IV PENUTUP ... 41

4.1 Kesimpulan ... 41

4.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(9)

(10)

ABSTRAK

Farida Hanum Pasaribu, 2008. Analisis Pesan Moral Pada Kisah Nabi Suliaman a.s Dalam Al-Qur'an. Medan: Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra USU.

Pesan moral adalah suatu pesan yang mengacu kepada baik-buruknya suatu perbuatan yang meliputi Akhlak, Budi Pekerti dan Susila.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pesan yang terkandung pada kisah nabi Sulaiman a.s dalam Al-Qur'an dengan menggunakan teori Burhan Nurgiyanto, Zainuddin Fananie dan Ratna Kutha Nyoman.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan menggunakan metode analisis deskriptif (library Research).

Hasil yang diperolah dari penelitian pesan moral pada kisah Nabi Suliaman a.s dalam Al-Qur'an terdapat pada Surat An-Naml 19 ayat, Al-Baqarah 1 ayat, Al- Anbiya' 1 ayat, Saba' 1 ayat dan Shaad 6 ayat. Pesan moral dapat diklasifikasikan kedalam persoalan Moral, Etika, Religius.


(11)

ABSTRAK

Farida Hanum Pasaribu, 2008. Analisis Pesan Moral Pada Kisah Nabi Suliaman a.s Dalam Al-Qur'an. Medan: Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra USU.

Pesan moral adalah suatu pesan yang mengacu kepada baik-buruknya suatu perbuatan yang meliputi Akhlak, Budi Pekerti dan Susila.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pesan yang terkandung pada kisah nabi Sulaiman a.s dalam Al-Qur'an dengan menggunakan teori Burhan Nurgiyanto, Zainuddin Fananie dan Ratna Kutha Nyoman.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan menggunakan metode analisis deskriptif (library Research).

Hasil yang diperolah dari penelitian pesan moral pada kisah Nabi Suliaman a.s dalam Al-Qur'an terdapat pada Surat An-Naml 19 ayat, Al-Baqarah 1 ayat, Al- Anbiya' 1 ayat, Saba' 1 ayat dan Shaad 6 ayat. Pesan moral dapat diklasifikasikan kedalam persoalan Moral, Etika, Religius.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sastra dalam bahasa Sansekerta berasal dari kata sas yang berarti

mengarahkan, memberi petunjuk atau instruksi. Sedangkan tra berarti alat atau sarana (Teeuw, 1984: 23). Sastra banyak diartikan sebagai tulisan, pengertian ini kemudian ditambah dengan kata su yang berarti indah atau baik, jadilah susastra

bermakna sebagai tulisan yang indah. Sastra pada hakikatnya adalah citra kehidupan, gambaran kehidupan (image

of life) dapat dipahami sebagai penggambaran secara konkret tentang model-model kehidupan sebagaimana yang dijumpai dalam kehidupan faktual sehingga mudah di imajinasikan sewaktu dibaca (Saxby, 1991: 4) dalam (Nurgiyantoro, 2005: 4). Sastra didefinisikan sebagai suatu ciptaan, suatu kreasi yang merupakan

luapan emosi yang spontan dan sastra itu bersifat otonom, tidak mengacu pada sesuatu yang lain dan mempunyai koherensi antara unsur-unsurnya. Kreativitas dan spontanitas merupakan dasar definisi pada zaman romantic. tokoh-tokoh romantic seperti Sartue, Coleridge ataupun Rolan Barthes merupakan pendukung bahwa sastra memang tidak lepas dari kreasi, ekspresi, koherensi dan sintesis di samping makna

tak terhingga (Fananie, 2000: 6).

Abd Al-Aziz Bin Muhammad Al-Faishal dalam Muzakki (2006: 32)

memberikan definisi sastra sebagai berikut :

/Al-adabu kullu syi’rin aw nasrin yuassiru fi an-nafsi wa yuhazzibu al-khūlqa wa yad’ū ilā al-fadīlati wa yab’idu ‘an ar-razīlati biuslūbin jamīlin/’Adab adalah setiap syair atau prosa yang diungkapkan dengan gaya bahasa yang indah, dapat mempengaruhi jiwa dan mendidik budi pekerti untuk berakhlak mulia dan menjauhi akhlak tercela’. Dalam bahasa Arab, sastra dikenal dengan istilah /al-adabu/ yang


(13)

dalam Sutiasumarga (1984: 34-36) pada zaman permulaan Islam, adab berarti /at-tahzību/ (pendidikan, pengajaran) dan

/al-khūlqu/ (budi- pekerti).

Pada zaman Bani Umayyah kata adab mempunyai arti /at-ta’līmu/

(pengajaran) sedangkan pada zaman Bani Abbasyiah adab diartikan sebagai

/at-tahzību wa at-ta’līmu ma’an/ (pendidikan sekaligus pengajaran). Pada abad Ke- 4 H, adab diartikan sebagai ilmu yang bukan ilmu agama,te

tapi dapat meningkatkan akal pikiran manusia, baik dari segi sosial maupun budayanya. Jadi, adab diartikan sebagai hasil pikiran dan perasaan dan secara khusus diartikan sebagai kata-kata retoris yang bermaksud mempengaruhi emosi para pembaca dan pendengar (Sutiasumarga, 2000: 1).

Secara umum karya sastra mengandung nilai-nilai moral yang mengacu pada

pengertian (ajaran tentang) baik-buruk yang diterima manusia mengenai perbuatan, sikap, kewajiban yang meliputi: akhlak, budi pekerti, dan susila (KBBI, 1984: 654).

Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup

pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Moral dalam cerita menurut Kenny (1966, 89) biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu bersifat praktis dan dapat diambil (ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca, ia merupakan “petunjuk” yang diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan seperti sikap, tingkah laku dan sopan – santun pergaulan (Nurgiyantoro, 1995: 321).

Al-Qur’an adalah Kalamullah yang merupakan Mu’jizat diwahyukan kepada

nabi Muhammad SAW dalam bahasa Arab, penuh dengan keindahan dan gaya bahasa, ungkapan kata-katanya ringkas penuh dengan nilai sastra yang Tinggi. Said (1984: 164 ) mengatakan bahwa: “Al-Qur’an terdiri dari 114 surah, 6666

ayat, 77.437 kata dan 325.345 huruf itu yang keseluruhannya tetap indah dan sebesar zarrah pun tidak terdapat cela di dalamnya”. Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi umat Islam yang berisikan

/as-syarīatu/ (hukum-hukum), /al-anzaru/ (peringatan),


(14)

(sejarah), /al-qissatu/ (kisah),

/al-ulūmu/ (ilmu-pengetahuan),

/al-akhlaqu/ (perilaku), dan /al-aqidatu/ (keyakinan).

Kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an merupakan kisah nyata, memberikan

gambaran kepada umat manusia tentang kehidupan yang terjadi dimasa lalu dan dapat diambil hikmahnya serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari seperti

kisah nabi Sulaiman yang terdapat dalam Al-Qur’an. Salah satu kisah yang terdapat dalam Al-Qur'an adalah kisah nabi Sulaiman

a.s yang terdapat dalam surah An-Naml ayat 15-44, surah Shaad ayat 30-40, surah Saba' ayat 12-14, surah Al-An'am ayat 84, surah Al-Anbiya' ayat 78-82, dan surah Al-Baqarah ayat 102. Nabi Sulaiman a.s adalah putra nabi Daud a.s. Beliau telah mewarisi kerajaan

Bani Israil ketika berumur 13 tahun. Sejak kecil nabi Sulaiman dibimbing dan diikutsertakan oleh ayahnya dalam memutuskan perkara dengan adil dan bijaksana. Hampir setiap hari, nabi Daud dihadapkan dengan perkara dan perselisihan yang terjadi antara rakyatnya. keberadaan nabi Sulaiman di sampingnya untuk melatih pola pikirnya dalam melihat perselisihan serta cara-cara penyelesaian yang dilakukan

oleh ayahnya. Suatu ketika nabi Daud a.s dan nabi Sulaiman a.s sedang berjalan ke suatu

tempat, tiba-tiba datang dua orang laki-laki yang sedang berselisih. Diantara mereka berkata: “Saya mempunyai sebidang kebun yang subur dan menghijau, semua tanaman yang ada di kebun itu menarik perhatian bagi siapa saja yang memandangnya. Tiba-tiba datang kambing kepunyaan orang ini dan merusak semua

tanaman yang ada di kebun itu”. Setelah ditanyakan kepada pemilik kambing, dia pun membenarkan semua

keterangan itu, dan keduanya meminta penjelasan kepada nabi Daud a.s dan menetapkan hukum apa serta bagaimana hukuman yang harus dijalankan. Nabi Daud a.s menetapkan penyelesaian perkara dengan mengambil kambing dari pemiliknya kemudian diserahkan kepada pemilik kebun sebagai ganti kerusakan yang


(15)

Nabi Sulaiman a.s yang baru berumur sebelas tahun berkata: “Lebih baik

kambing itu dipinjamkan kepada pemilik kebun dan diizinkan mengambil susu, anak-anak dan bulunya. Kemudian kebun itu dipinjamkan kepada pemilik kambing untuk ditanami kembali sebagai ganti kerusakan tanaman tersebut, setelah itu kambing dikembalikan kepada pemiliknya dan kebun itu pun dikembalikan kepada

pemiliknya”. Semua yang hadir di tempat perkara dan juga orang yang berselisih mengakui

akan adilnya keputusan nabi Sulaiman a.s. Ini merupakan salah satu tanda yang di perlihatkan Allah SWT pada nabi Sulaiman bahwa beliau bakal menjadi seorang nabi dan rasul sebagaimana ayahnya. Berdasarkan cerita tersebut menunjukkan kekuasaan Allah SWT atas

keistimewaan yang diberikan kepada nabi Sulaiman a.s, beliau tak putus-putusnya mensyukuri nikmat pemberian Tuhan kepadanya. Semua kenikmatan hidup, kebesaran, kemuliaan dan keagungan, kerajaan yang luas, serta rakyat yang banyak dan beraneka ragam tidak membuat nabi Sulaiman a.s menjadi tinggi hati dan sombong, Malah sebaliknya semakin tekun beribadah kepada Allah SWT. Adapun yang mendorong penulis untuk menganalisis pesan moral yang

terkandung dalam kisah nabi Sulaiman a.s adalah sebagai berikut : 1. Nabi Sulaiman a.s diberikan keistimewaan yang banyak, dengan keistimewaan

tersebut beliau dapat berbicara dengan binatang, jin serta dapat mempengaruhi ratu Balqis untuk memeluk agama Islam.

2. Kisah nabi Sulaiman a.s ini banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil, di praktekan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Pesan moral merupakan gagasan yang mendasari karya sastra, disaat akan

menyusun sebuah cerita tentu saja pengarang terlebih dahulu merancang pesan moral apa yang akan diambil dari cerita tersebut. Untuk menganalisis pesan moral tersebut peneliti menggunakan teori Burhan Nurgiyantoro, Zainuddin Fananie, Ratna Kutha Nyoman karena mereka memaparkan pesan moral jelas dan terperinci.


(16)

1.2 Batasan Masalah Peneliti memberikan batasan masalah pada penelitian ini antara lain: 1. Pesan moral apa saja yang terkandung pada kisah nabi Sulaiman a.s dalam

Al-Qur’an?

2. Bagaimanakah penyampaian pesan moral pada kisah nabi Sulaiman a.s dalam Al-Qur’an?

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pesan moral apa saja yang terkandung pada kisah nabi

Sulaiman a.s dalam Al-Qur’an

2. Untuk Mengetahui penyampaian pesan moral pada kisah nabi Sulaiman a.s dalam Al-Qur’an.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca mengenai

pesan moral yang terkandung pada kisah nabi Sulaiman a.s dalam Al-Quran. 2. Untuk menambah referensi dan sebagai acuan bagi mahasiswa/i dalam

menganalisis pesan/nilai moral, baik pesan yang langsung maupun tidak langsung di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

1.5Metode Penelitian

Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis

Deskriptif yaitu suatu metode dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, menganalisis, mengklasifikasikan dan menginterprestasikan. Adapun

tahapan-tahapannya sebagai berikut: a. Mempelajari data dengan membaca berulang-ulang

b. Mengklasifikasikan data dan menganalisisnya.

c. Menyusun hasil penelitian secara sistematis kemudian disajikan dalam bentuk skripsi.


(17)

Penulisan terjemahan ayat Al-Quran dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia peneliti menggunakan Al-Quran dan terjemahan oleh Mujamma’ Al-Malik Fahd Li Thiba’at Al-Mushaf As-Syarif Medinah Munawwarah, Kerajaan Saudi

Arabia. Sedangkan dalam penulisan Arab-Latin Peneliti gunakan pedoman Transliterasi berdasarkan SK Bersama Menteri Pendidikan Kebudayaan Republik


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian mengenai pesan moral di Program Studi Bahasa Arab Fakultas

Sastra Universitas Sumatera Utara sudah pernah diteliti sebelumnya oleh Saudari Hayati Rohimah (97070412) dengan judul ”Analisis Penokohan dan Amanat

Kisah /ilaz wa bilaz wa-irakhta/ dalam kitab Kalilah wa

Dimnah karya Mustafa Lutfi Al-Manfaluti (Tinjauan Struktural)”. Kemudian oleh Saudara Devix Wilson (98074004) dengan judul "Nilai Religius Syair Al-Hikmah Karya Zuhair Bin Abi Sulma (Tinjauan Struktural Semiotik)”. Sedangkan di dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada pembahasan Pesan Moral Pada Kisah Nabi Sulaiman a.s. Dalam Al-Qur’an. Moral berasal dari Bahasa Latin yakni Mores. Mores berasal dari kata mos

yang berarti kesusilaan, tabiat atau kelakukan. Dengan demikian, moral juga dapat diartikan dengan kesusilaan memuat ajaran tentang baik-buruknya perbuatan. Jadi, perbuatan itu dinilai sebagai perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Dan moral juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mencari keselarasan perbuatan-perbuatan manusia (tindakan insani) dengan dasar yang sedalam-dalamnya yang di

peroleh dengan akal budi manusia (Burhanuddin Salam, 2000: 2).

Perkataan susila atau kesusilaan dapat berarti adab yang baik, kelakuan yang

bagus, harus sepadan dengan kaidah-kaidah, norma-norma atau peraturan kehidupan yang sudah ada. Dalam Agama Islam istilah etika merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak bukanlah sekedar menyangkut perilaku manusia yang bersifat perbuatan lahiriah saja, akan tetapi mencakup hal-hal yang lebih luas yaitu meliput i bidang akidah, ibadah dan syariah, yang cakupannya sangat luas meliputi: Etos, Etis, Moral dan Estetika, seperti: a. Etos: mengatur hubungan seseorang dengan khaliknya.

b. Etis: mengatur sikap seseorang terhadap dirinya dan terhadap sesamanya dalam kehidupan sehari-hari.

c. Moral: mengatur hubungan dengan sesamanya menyangkut kehormatan individu d. Estetika: rasa keindahan yang mendorong seseorang untuk meningkatkan


(19)

Dari kesimpulan diatas bahwa akhlak adalah ilmu yang membahas perbuatan

manusia dan mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk dalam hubungannya dengan Sang Pencipta, sesama manusia dan lingkungannya sesuai dengan nilai-nilai moral (Suhrawardi, 1994: 3). Moral berasal dari bahasa Latin merupakan istilah manusia yang mengacu

kepada tindakan nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral dapat didefinisikan sebagai hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia baik secara eksplisit atau yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu. Tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral merupakan nilai keabsolutan dalam kehidupan masyarakat secara utuh.

/http://id.wikipedia.org/wiki/. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Nurudin, 2001) moral berarti

ajaran baik-buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban meliputi: akhlak, budi pekerti, dan susila. Sedangkan moral mempunyai pertimbangan baik-buruk dan berakhlak mulia. Menurut Immanuel Kant (Magnis Suseno, 1992) moralitas adalah hal keyakinan dan sikap batin terhadap penyesuaian dengan aturan dari luar, baik berupa hukum negara, agama atau adat-istiadat. Sedangkan kriteria mutu moral seseorang adalah hal kesetiaannya kepada hatinya sendiri. Moralitas merupakan pelaksanaan kewajiban kepada hukum baik hukum yang tertulis dalam hati manusia sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa moralitas adalah tekad untuk mengikuti apa yang dalam hati seseorang yang didasari sebagai kewajiban mutlak. Moral sesorang dapat ditinjau dari pandangan subjektivitas (kebenaran menurut pandangan pribadi/ hati nurani) dan kombinasi pandangan subjektivitas dengan pandangan objektivitas (kebenaran menurut pandangan pribadi dan orang lain/ tatanan nilai masyarakat). http://

tumoutou.net/3-sem1-012/ke5-012.htm. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra suatu komunikasi seni yang hidup bersama bahasa. tanpa bahasa, sastra tidak mungkin ada, melalui bahasa ia dapat mewujudkan dirinya berupa sastra lisan dan tertulis (Aftaruddin, 1990: 31) dalam (Jamaluddin, 2003: 31). Karya sastra lahir ditengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Pengarang sebagai subjek individual mencoba menghasilkan pandangan dunianya (vision de monde) sebagai subjek kolektifnya. Keseimbangan subjek individual terhadap realitas sosial disekitranya menunjukkan karya sastra berakar pada kultur tertentu


(20)

Karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan kreativitas sebagai hasil kontemplasi secara individual, tetapi karya sastra ditujukan untuk menyampaikan

suatu pesan kepada orang lain sebagai komunikasi (Nyoman, 2004: 298). Hubungan karya sastra dengan masyarakat, baik sebagai negasi dan inovasi

maupun afirmasi jelas merupakan hubungan yang hakiki. Karya sastra mempunyai tugas penting baik dalam usahanya untuk menjadi pelopor pembaharuan maupun memberikan pengakuan terhadap suatu gejala kemasyarakatan (Nyoman, 2004: 334). Sastra didefinisikan sebagai suatu ciptaan, suatu kreasi yang merupakan luapan emosi spontan dan sastra bersifat otonom, tidak mengacu pada sesuatu yang lain mempunyai koherensi antara unsur-unsurnya dan mampu mengungkapkan aspek estetik baik didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna (Fananie, 2000 : 60). Dalam bentuknya yang paling nyata, ruang dan waktu tertentu itu adalah

masyarakat atau sebuah kondisi sosial, tempat berbagai pranata nilai di dalamnya berinteraksi. dalam konteks ini, sastra bukanlah sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, melainkan sesuatu yang terikat erat dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat karya itu dilahirkan. Oleh sebab itu sastra dapat dipandang sebagai institusi sosial yang menggunakan medium (sarana) bahasa. Bahasa itu sendiri merupakan produk sosial sebagai sistem tanda yang bersifat arbitrer. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri merupakan suatu kenyataan sosial. Bagaimana pun, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang menjadi subject matter karya sastra adalah refleksi hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat. Sastra bisa mengandung gagasan yang mungkin dimanfaatkan untuk menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan mencetuskan peristiwa sosial tertentu (Sapardi Djoko Damono, 1978) dalam (Jabrohim, 2001: 157).

Masalah hidup dan kehidupan yang dihadapi dan dialami manusia sangat luas

dan kompleks, seluas dan sekompleks permasalahan kehidupan yang ada. Walau permasalahan yang dihadapi manusia tidak sama, artinya hal itu akan di alami oleh setiap orang di mana pun dan kapan pun walau dengan tingkat intensitas yang tidak sama. Misalnya: hal-hal yang berkaitan dengan masalah cinta, rindu, cemas, takut, maut, religius dan lain-lain. Novel yang dapat dipandang sebagai hasil dialog mengangkat dan mengungkapkan kembali berbagai permasalahan kehidupan tersebut setelah melewati penghayatan yang intens, seleksi, subjektif dan diolah dengan daya imajinatif- kreatif oleh pengarang. Pengarang memilih dan mengangkat masalah kehidupan itu menjadi tema ke dalam karya fiksi sesuai dengan pengalaman, pengamatan dan aksi-interaksinya dengan lingkungan. Melalui karya itulah pengarang menawarkan makna kehidupan, mengajak pembaca untuk melihat, merasakan dan menghayati makna kehidupan dengan cara memandang permasalahan


(21)

Umumnya karya sastra mempunyai isi yang bersifat kronologis dan logik.

Walaupun isinya bersifat kronologis, namun kenisbian masalah isi justru cukup menonjol. Untuk menghindari adanya kenisbian isi yang berlarut-larut, maka isi sastra dapat digolongkan berdasarkan urutan historik. Pembagian tersebut tidak saja memudahkan pemahaman isi, namun sekaligus berguna untuk mempelajari gejala-gejala sejarah. Misalnya: pada sastra lama dapat di lihat pada cerita Panji, Hikayat Raja-raja Melayu, Malin Kundang, Hikayat Hang Tuah serta cerita rakyat lainnya. Model tersebut jelas berbeda dengan sastra-sastra pada periode sekarang yang umumnya bersifat imajinatif, dinamis, multi interpretatif. Dengan demikian, untuk memahami sastra masa kini adanya perbedaan penafsiran isi yang terjadi antara

penelaah yang satu dengan penelaah lainnya (Fananie, 2000: 14).

Sastra sebagai hasil imajinasi, kreatifitas dengan berbagai media yang di

gunakan untuk menampilkannya. Kebenaran-kebenaran yang akan dihasilkan yang kemudian keseluruhan berasal dari hakikat tersebut. Sebagaimana kebenaran keyakinan yang dihasilkan oleh agama dan kebenaran pembuktian oleh ilmu pengetahuan secara ilmiah. Imajinasi didasarkan atas kenyataan dalam ruang dan waktu tertentu seperti sejarah. Hubungan inilah disebutkan bahwa kenyataan dalam

karya sastra sebagai kenyataan yang ‘mungkin’ terjadi (Nyoman, 2005: 11)

Karya sastra dihasilkan secara individual tetapi perlu di sadari bahwa

pengalaman tersebut digali di dalam dan melalui kompetensi masyarakat, dalam konstruksi transindividual yang dalam kaitannya selalu berhubungan dengan masyarakat sehingga karya sastra bersifat sosial, sehingga sastra milik masyarakat,

maknaynya berkembang apabila dimanfaatkan oleh masyarakat (Nyoman, 2005: 18). Karya sastra mengutamakan sifat dulce et utile artinya, bila dilihat dari segi

bentuk karya sastra merupakan sesuatu yang dapat menyenangkan hati, sedangkan bila dilihat dari segi isi, karya sastra memiliki nilai kegunaan bagi siapa saja yang mampu mengapresiasi. Karya sastra bukan sekedar dibaca dan dihayati sebagai pengisi waktu, melainkan di dalamnya terkandung nilai-nilai yang bermakna bagi kehidupan (Nursisto, 2000: 1). Karya sastra merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna, tanpa

memperhatikan sistem tanda-tanda maknanya konvensi tanda dan struktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal (Pradopo, 2003: 118). Di dalam karya sastra terdapat unsur-unsur yang pembangun yang secara

bersamaan membentuk sebuah totalitas karya sastra. Di samping unsur bahasa masih banyak lagi unsur-unsur yang dapat membentuk sebuah karya sastra seperti unsur


(22)

Instrinsik /al-‘anāsiru ad-dākhilīyyatu/, dan unsur Ekstrinsik

/al-‘anāsiru al-kharijiyyatu/. Unsur Instrinsik adalah unsur yang

membangun karya sastra, unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir, unsur Instrinsik yang secara langsung turut membangun cerita seperti: 1. Peristiwa /al-disatu/

Peristiwa atau kejadian merupakan suatu hal yang amat esensial dalam

pengembangan sebuah plot cerita. Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan yang lain. Peristiwa terbagi kepada bagian yakni: - Peristiwa fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang menentukan atau

mempengaruhi perkembangan plot

- Peristiwa kaitan adalah adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa-peristiwa penting dalam pengurutan penyajian cerita

- Peristiwa acuan adalah peristiwa yang secara tidak langsung berpengaruh atau berhubungan dengan perkembangan plot, melainkan mengacu pada unsur lain. Misal: berhubungan dengan masalah perwatakan yang meliputi batin seorang tokoh.

2. Cerita /al-fikratu/

Aspek cerita (story) dalam sebuah karya fiksi merupakan suatu hal yang amat

esensial. Ia memiliki peranan sentral dari awal hingga akhir suatu karya sastra. Cerita erat kaitannya dengan berbagai unsur pembangun yang lain. Kelancaran cerita akan ditopang oleh kekompakan dan kepaduan unsur pembangun cerita. Abrams (1981: 61) memberikan pengertian cerita sebagai sebuah urutan kejadian yang sederhana dalam urutan waktu. Dan Kenny (1966: 12) memberi definisi sebagai peristiwa yang terjadi berdasarkan urutan waktu yang disajikan dalam sebuah karya.

3. Plot /al-habkatu/

Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun setiap kejadian itu di

hubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu di sebabkan terjadinya peristiwa yang lain 4. Penokohan /as-sakhsiyyatu/


(23)

Penokohan adalah pelukisan watak seseorang yang ditampilkan dalam cerita

seperti sikap, ketertarikan, keinginan, emosi dan prinsip moral yang dimiliki oleh tokoh tokoh tersebut. Dengan demikian karakter berarti perilaku cerita dan dapat di artikan sebagai perwatakan. Antara seorang tokoh dengan perwatakan yang di milikinya merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan nama tokoh tertentu tidak jarang langsung mengisyaratkan kepada perwatakan yang dimilikinya. Hal itu terjadi pada tokoh-tokoh cerita yang telah menjadi milik masyarakat, seperti Datuk Meringgih dengan sifat jahatnya dan lain-lain. 5. Tema /al-maudū'u/

Tema (theme) menurut Stanton (1965: 88) dan Kenny (1966: 20) adalah

makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik dan situasi tertentu.

6. Latar /al-makanu wa az-zamanu/

Latar (setting) disebut sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian

tempat, waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang di ceritakan. 7. Sudut Pandang

/al-wajhatu nazrin/

Sudut pandang (point of view) mengacu pada sebuah cerita yang dikisahkan.

Ia merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Dengan demikian sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik dan siasat yang secara sengaja dipilih

pengarang untuk menemukakan gagasan dan ceritanya. 8. Bahasa dan Gaya Bahasa /al-lugatu al - balāgatu/

Gaya bahasa (style) adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa atau


(24)

Dengan ditandai oleh ciri-ciri formal kebahasaan seperti: pilihan kata, struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif dan penggunaan kohesi. Sedangkan unsur Ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisasi karya sastra atau secara kahusus dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi cerita sebuah karya sastra tetapi tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas

bangun cerita yang dihasilkannya (Nurgiyantoro, 1995: 23). Melalui karya sastra baik cerita, sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah

pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan atau yang diamantkan. Dan moral dalam suatu karya sastra dapat di pandang sebagai amanat, pesan message. Bahkan unsur amanat itulah yang sebenarnya merupakan gagasan yang mendasari penulisan karya itu, gagasan yang mendasari diciptakannya karya sastra sebagai pendukung pesan. Karya sastra senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia yang bersifat universal dan biasanya akan di terima kebenarannya secara universal pula (Nurgiyantoro, 1995: 321- 322).

Berbicara dengan moral berarti berhubungan dengan tema. Tema (theme)

menurut Stanton (1965: 88) dan Kenny (1966: 20) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema bisa berupa persoalan moral, etika, agama, sosial-budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan (Fananie, 2000: 84).

2.1 PESAN RELIGIUS DAN KRITIK SOSIAL A. Pesan Religius dan Keagamaan

Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah suatu

keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan, namun keduanya selalu menyaran pada makna yang berbeda. Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi. Sedangkan religius bersifat mengatasi, lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak, formal dan resmi (Mangunwijaya, 1982 :11- 2). Seorang religius adalah orang yang mencoba memahami dan menghayati hidup dan kehidupan ini lebih dari sekedar lahiriah saja. Dia tidak terikat pada agama tertentu yang ada di dunia ini. Seorang penganut agama tertentu misalnya, seperti terlihat dalam KTP namun sikap dan tingkah lakunya tidak religius.


(25)

Moral religius menjunjung tinggi sifat-sifat manusiawi, hati nurani yang dalam, harkat dan martabat serta kebebasan pribadi yang dimiliki oleh manusia

(Nurgiyantoro, 1995: 326- 327).

B. Pesan Kritik Sosial

Sastra yang mengandung pesan kritik dapat juga disebut sebagai sastra kritik.

Biasanya akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang baik dalam kehidupan sosial dan masyarakat (Nurgiyantoro, 1995: 331).

C. Jenis dan Wujud Pesan Moral

Jenis dan wujud pesan moral yang terdapat dalam karya sastra akan tergantung pada keyakinan, keinginan dan interes pengarang yang bersangkutan. Jenis dan wujud pesan moral mencakup seluruh persoalan hidup, serta menyangkut

harkat dan martabat manusia.

2.2 PENYAMPAIAN PESAN MORAL A. Penyampaian Langsung

Penyampaian pesan moral secara langsung di sebut komunikatif, artinya

untuk memudahkan pembaca memahami makna suatu karya sastra. Hubungan komunikasi yang terjadi antara pengarang (addresser) dengan pembaca (addresse) pada penyampaian pesan moral ini merupakan hubungan langsung seperti terlihat

pada bagan di bawah ini :

B. Penyampaian Tidak Langsung

Penyampaian pesan moral tidak langsung, di mana pesan itu hanya tersirat dalam cerita, berpadu secara koherensif dengan unsur –unsur cerita yang lain seperti peristiwa, konflik, sikap dan tingkah laku para tokoh dalam menghadapi peristiwa

Pengarang (Addresser)

Amanat (Message)

Pembaca (Addresse)


(26)

tersebut, baik yang terlihat dalam tingkah laku verbal, fisik maupun yang terjadi dalam pikiran dan perasaannya. Hubungan yang terjadi antara pengarang dengan pembaca adalah hubungan yang tidak langsung atau tersirat seperti yang terlihat pada

bagan di bawah ini :

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3Sekilas Tentang Surat An-Naml

Surat An-Naml terdiri atas 93 ayat dan termasuk golongan surat Makkiyah

yang diturunkan sesudah surat Asy-Syuaraa. Dinamai dengan An-Naml karena pada ayat 18 dan 19 terdapat perkataan “An-Naml” (semut), di mana raja semut mengatakan kepada anak buahnya agar masuk sarangnya masing-masing, agar tidak terinjak oleh nabi Sulaiman a.s dan tentaranya yang akan lewat di tempat itu.

Pengarang Amanat

Amanat Amanat

Pembaca

T E K S Dituangkan

ke dalam

Ditafsirkan oleh


(27)

tersebut, baik yang terlihat dalam tingkah laku verbal, fisik maupun yang terjadi dalam pikiran dan perasaannya. Hubungan yang terjadi antara pengarang dengan pembaca adalah hubungan yang tidak langsung atau tersirat seperti yang terlihat pada

bagan di bawah ini :

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3Sekilas Tentang Surat An-Naml

Surat An-Naml terdiri atas 93 ayat dan termasuk golongan surat Makkiyah

yang diturunkan sesudah surat Asy-Syuaraa. Dinamai dengan An-Naml karena pada ayat 18 dan 19 terdapat perkataan “An-Naml” (semut), di mana raja semut mengatakan kepada anak buahnya agar masuk sarangnya masing-masing, agar tidak terinjak oleh nabi Sulaiman a.s dan tentaranya yang akan lewat di tempat itu.

Pengarang Amanat

Amanat Amanat

Pembaca

T E K S Dituangkan

ke dalam

Ditafsirkan oleh


(28)

Mendengar perintah raja semut kepada anak buahnya, nabi Sulaiman a.s tersenyum dan ta’jub atas keteraturan kerajaan semut dan beliau mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan ni’mat kepadanya, berupa kerajaan, kekayaan memahami bahasa binatang, mempunyai tentara yang terdiri atas jin, manusia, burung dan sebagainya. Nabi Sulaiman a.s yang telah diberi Allah SWT ni’mat yang besar tidak merasa takabbur dan sombong. Sebagai seorang hamba Allah SWT bermohon agar Beliau dimasukkan ke dalam golongan-golongan yang saleh. Allah SWT menyebut semut dalam surat ini agar manusia mengambil

pelajaran dari kehidupan semut. Semut merupakan binatang yang hidup berkelompok di dalam tanah, membuat ruang yang bertingkat-tingkat sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan makanan dimusim dingin. Kerapian dan kedisiplinan dalam kerajaan semut itu, dinyatakan Allah SWT dalam surah ini serta bagaimana rakyat semut mencari perlindungan agar tidak terinjak oleh nabi Sulaiman a.s dan tentaranya. Secara tidak langsung Allah SWT mengingatkan juga kepada manusia agar dalam berusaha memenuhi untuk mencukupkan kebutuhan sehari-hari, mementingkan pula kemaslahatan bersama dan sebagainya. Rakyat semut mempunyai organisasi dan kerja sama yang baik. Dengan mengisahkan kisah nabi Sulaiman a.s dalam surat ini Allah SWT mengisaratkan hari depan dan kebesaran nabi Muhammad SAW. nabi Sulaiman a.s sebagai seorang nabi, rasul dan raja yang di anugerahi kekayaan yang melimpah ruah, begitu pula nabi Muhammad SAW sebagai seorang nabi, rasul dan seorang kepala negara yang berhasil membawa dan memimpin umatnya ke jalan Allah SWT.

Pokok-pokok isi dari surat An-Naml adalah sebagai berikut:

a). Keimanan Al-Quran adalah rahmat dan petunjuk bagi orang-orang mu’min, keesaan dan

kekuasaan Allah SWT serta isinya tidak memerlukan sekutu-sekutu dalam mengatur jagad raya ini, hanya Allah SWT yang mengetahui tentang yang ghaib, adanya hari berbangkit. Sedangkan tugas umat manusia selalu mengabdi dan menyembah Allah SWT, beribadah kepada Allah SWT dengan penuh keiklasan dan menyembah-Nya tanpa mempersukukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Kemudian umat manusia


(29)

diwajibkan beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, Hari Kiamat dan kepada Qadha dan Qadhar-Nya. b). Kisah-kisah Kisah nabi Sulaiman a.s dengan semut, dengan burung hud-hud dan dengan

Ratu Balqis, kisah nabi Shaleh a.s dengan kaumnya, kisah nabi Luth a.s dengan kaumnya. c). Dan lain-lain Ciri-ciri orang mu’min, Al-Quran menjelaskan apa yang diperselisihkan Bani

Israil, hanya orang-orang mu’minlah yang dapat menerima petunjuk kejadian-kejadian sebelum datangnya kiamat dan keadaan orang-orang yang beriman dan tidak beriman waktu itu, Allah SWT menyuruh nabi Muhammad SAW dan umatnya memuji dan menyembah Allah SWT saja dan membaca Al-Quran. Allah SWT akan memperlihatkan kepada kaum musyrikin akan kebenaran ayat ayat-Nya. Nabi Daud a.s mempunyai 19 orang anak laki-laki. di antara anak nabi Daud,

Sulaimanlah yang mewarisi ilmu pengetahuan dan kerajaan nabi Daud. Sekalipun masih dalam keadaan belum dewasa, tetapi bakat dan kebijaksanaannya, pola pikirnya dan wawasan yang luas serta mempunyai kelebihan ilmu dan karunia yang banyak dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Sebab, watak dan karakternya telah menjadi bukti dalam menyelesaikan masalah dengan tegas dan menjadi seorang yang berwawasan tinggi sehingga nabi Daud a.s tertarik akan kepribadiannya dan beliau telah menetapkan dan menyerahkan mahkota kerajaannya kepada nabi Sulaiman a.s. Sebelum meninggal dunia, nabi Daud a.s mengangkat nabi Sulaiman a.s sebagai raja sesudahnya. Beliau meninggal setelah memberikan nasehat-nasehat dan pesan-pesan yang sangat berharga kepada nabi Sulaiman a.s, antara lain: melakukan ibadah hanya kepada Allah SWT, memelihara segala hukum-hukum, undang-undang, syariat dan firman Allah SWT dan mendirikan Haikal (tempat suci). Setelah nabi Daud a.s meninggal, nabi Sulaiman a.s langsung memegang tampuk pemerintahan pada tahun 961 Sebelum Masehi. Semua nasehat dan pesan orang tuanya dilaksanakannya dengan baik, stabil dan amanlah kerajaan di tangannya.


(30)

Pengangkatan nabi Sulaiman a.s menjadi raja Bani Israil tidak mendapat

dukungan dari saudara-saudaranya terutama Absyalum sebagai anak tertua yang sudah memiliki banyak pengalaman dan mengetahui seluk-beluk pemerintahan. dia pun langsung membuat siasat untuk melakukan pemberontakan terhadap saudaranya untuk mendapatkan tahta dan kerajaan. Absyalum bersama pengikutnya mendekati dan mempengaruhi Bani Israil

untuk tunduk dan patuh kepadanya. Usaha yang dirintisnya pun berhasil. dan dia berkeinginan pengikutnya bergabung dengannya dalam menundukkan kerajaan nabi Sulaiman a.s dengan cara kekerasan. Absyalum mempersiapkan fisik dan mentalnya dalam menghadapi peperangan yang dalam waktu dekat akan dilaksanakannya. Setelah itu, dia meminta izin kepada orangtuanya menuju desa "Jidwan" untuk mengatur siasatnya. Sebelum keberangkatannya ke desa "Jidwan", Absyalum meninggalkan amanat kepada pengikutnya, apabila terdengar suara terompet untuk diperintahkan berkumpul dan

menuju ke arahnya untuk mengangkatnya menjadi raja. Keadaan kota Ursyalim menjadi berantakan, rakyat panik sehingga kota tersebut menjadi kacau. melihat kejadian tersebut, nabi Daud a.s benar-benar terpukul atas kejadian tersebut. Beliau beserta keluarga dan pengikutnya menyelamatkan diri dan menyeberangi kota Yordan kemudian menaiki bukit Zaitun

untuk menghindari pemberontak yang haus kekuasaan. Ketika itu sampailah berita kepada nabi Daud a.s ada pihak yang menghina,

mencaci maki serta mengeluarkan perkataan yang sangat menyakitkan hati beliau, kemudian beliau berdoa kepada Allah SWT agar menyelamatkan dirinya dan

pengikutnya dari malapetaka yang sedang dihadapinya. Ketika itu Absyalum dan tentaranya langsung menduduki ibukota Ursyalim

dengan aman dan tentram dan diumumkannya kepada pengikutnya bahwa dialah yang menjadi raja di negeri tersebut. Nabi Daud a.s dan pengikutnya tidak tinggal diam, mereka menyusun kekuatan untuk memadamkan api pemberontakan di kota tersebut. Nabi Daud a.s mengirim panglimanya dalam menangani masalah yang dihadapi mereka, kemudian nabi Daud a.s berwasiat kepada panglimanya agar menggunakan kebijakan dan


(31)

pertimbangan agar tidak membunuh Absyalum. Setelah sampai di kota tersebut, mereka langsung membunuh Absyalum dan melupakan wasiat dari nabi Daud a.s. Setelah kematian Absyalum, pertempuran berkobar dengan dahsyatnya. Tentara Absyalum hancur dan mati di ujung pedang tentara nabi Daud a.s. kemudian kota Ursyalim aman dan langsung diduduki kembali oleh tentara nabi Daud a.s. dan pengikutnya. Setelah itu, nabi Sulaiman tetap menjadi raja bani Israil. Negeri yang dipimpinya semakin maju dan makmur sehingga termasyurlah kerajaan nabi

Sulaiman a.s. pada waktu itu. Ketika nabi Sulaiman a.s dewasa, Allah SWT mengangkat beliau menjadi

raja, rasul dan menjadi pemimpin bangsa dan negara dengan semangat keagamaan dan ketuhanan untuk menjadikan bangsa dan negara yang diridhai oleh Allah SWT. Nabi Sulaiman a.s selalu berada di samping ayahnya dalam menghadiri

persengketaan yang terjadi diantara rakyatnya untuk melatih pola pikirnya dan bertambah bijaksana pendapatnya yang dijadikan cahaya dalam memberikan petunjuk untuk menghadapi berbagai macam masalah yang terjadi di kerajaan

tersebut. Allah SWT memberi karunia yang besar kepada nabi Sulaiman a.s di

antaranya: kerajaan yang luas, menundukkan angin sesuai dengan perintahnya, mengerti bahasa burung dan beliau mampu menggunakan bahasa yang di pergunakan oleh binatang tersebut, beliau juga dapat melihat segala kekayaan alam yang ada di perut bumi, seperti: emas, perak, besi dan tembaga dan begitu pula kekayaan yang berada di dasar laut, seperti : intan, mutiara dan berbagai jenis batu pualam dan lain-lain, kemudian nabi Sulaiman a.s dapat menguasai jin dan setan untuk tunduk dan

patuh kepadanya. Demikianlah karunia yang di berikan Allah SWT kepada nabi Sulaiman a.s,

beliau menyembah dan bersujud kepada Tuhan dan bersyukur atas segala nikmat pemberian Tuhan.


(32)

3.4Klasifikasi Kisah Nabi Sulaiman a.s Dalam Al-Qur'an Kepada Pesan Moral dan Penyampaian Langsung Serta Tidak Langsung

Berdasarkan penelitian yang peneliti peroleh tentang pesan moral dalam

Al-Qur'an pada surah An-Naml 19 ayat, Al-Baqarah 1 ayat, Al-Anbiya' 1 ayat, Saba' 1 ayat dan surah Shaad terdapat 6 ayat. Pesan moral dapat di kasifikasikan berupa persoalan Moral, Etika, Agama,

Religius, Sosial-budaya, Teknologi dan Tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Agar lebih jelas di mana saja pesan moral itu dapat ditemukan, dapat di

lihat melalui uraian berikut ini. Pesan moral yang terdapat pada kisah nabi Sulaiman a.s dalam Al-Qur'an

salah satunya ditemukan pada surah Al-Anbiya' ayat 79 yang berbunyi sebagai berikut:































/fafahamnāhā sulaimāna wa kullan ' ātainā hukmān wa 'ilmān wa sakharnā ma'a dāwuda al-jibāla yusabbihna wa at-taira wa kunnā fa'iliina/ ‘Maka kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum yang lebih tepat dan masing-masing mereka telah kami berikan hikmah dan ilmu dan kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung semua bertasbih bersama Daud, dan kamilah yang melakukannya’. (Qs. 21: 79). Pada surah Al-Anbiya' ayat 79 termasuk ke dalam pesan Religius. Pada

ayat diatas menjelaskan tentang karunia Tuhan. Dengan karunia tersebut Allah SWT telah menganugerahkan kepada Sulaiman hukum, beliau mampu memutuskan perkara yang terjadi diantara rakyatnya dengan adil dan bijaksana. Karunia yang lain diberikan Allah SWT kepada Daud kemerduan dan kesyahduan suaranya dalam membaca kitab Zabur. Burung di udara pun diam


(33)

Adapun pesan moral dari ayat diatas bahwa kebijaksanaan Sulaiman dalam memutuskan perkara dengan adil dan bijaksana Apabila ditinjau dari makna ayat di atas, merupakan klasifikasi

penyampaian pesan moral tidak langsung. 































/wa laqad 'ātainā dāwuda wa sulaimana 'ilmān wa qālā alhamdulillahi al-lazi faddalanā 'ala kasirin min 'ibādihi al-mu'miniina/ ‘Dan sesungguhnya kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari

kebanyakan hamba - hambanya yang beriman". (Qs. 27: 15).

Pada surah An-Naml ayat 15 di atas termasuk ke dalam pesan Religius.

Pada ayat diatas menjelaskan bahwa nikmat yang telah dianugerahkanAllah SWT kepada hamba dan nabinya Daud dan anaknya Sulaiman. Nikmat yang telah diberikan kepada kedua hambanya ini sangat banyak dan bermacam-macam terutama pada nabi Sulaiman as yang mempunyai banyak kelebihan diantaranya: ilmu pengetahuan dalam memimpin kerajaannya dengan adil dan bijaksana, kenabian dan kerasulan, memahami perbincangan semut dan kicauan burung, kemudian rakyatnya yang yang beraneka ragam terdiri dari manusia, burung serta

jin. Dengan kelebihan tersebut mereka amalkan dan mengingat Tuhan. Adapun pesan moral dari ayat diatas menunjukkan bahwa bersyukur merupakan sikap terpuji yang harus ditanamkan kedalam hati manusia seperti yang dilakukan oleh nabi Daud dan nabi Sulaiman as dalam menerima nikmat

pemberian Tuhan Dari makna ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi penyampaian pesan

moral secara langsung.












(34)









/wa

husyira lisulaimāna junudūhu minal-jinni wal-insi wat-tairi fahum yūza'un/ ‘Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan

burung lalu mereka itu diatur dengan tertib dalam barisan’. (Qs. 27: 17). Pada surah An-Naml ayat 17 termasuk ke dalam pesan Etika. Ayat di atas

menjelaskan bahwa Allah SWT telah menghimpunkan untuk Sulaiman rakyatnya yang terdiri dari manusia, jin dan burung. Sulaiman dapat menguasai dan menggabungkan rakyatnya dalam satu kesatuan seperti dalam barisan. Apabila nabi Sulaiman bepergian, burung-burung melindunginya dengan

sayapnya disaat terik matahari. Adapun pesan moral dari ayat diatas, bahwa kelebihan yang telah

diberikan Allah SWT pada nabi Sulaiman a.s serta dihimpunkan baginya golongan jin dan binatang seta dapat mengerti maksud pembicaraan mereka. Dari makna ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi penyampaian

pesan moral secara langsung.



















































/fatabassama dāhikan min qaulihā wa qālā rabbi auzi'nī an asykura ni'mataka al-lati an'amta 'alayya wa 'ala walidayya wa an a'malā sālihān tardahu wa adkhilnī birahmatika fī 'ibādika as-sālihiina/ ‘Maka dia tersenyum dengan tertawa karena mendengar perkataan semut itu. dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba – hamba-Mu yang saleh"’.(Qs. 27: 19).


(35)

Pada surah An-Naml ayat 19 termasuk ke dalam pesan Religius. Pada

ayat diatas menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada nabi Sulaiman a.s berupa nikmat mengerti perbincangan semut. Sekali pun beliau telah dilimpahkan mu'jizat oleh Allah SWT kepadanya, akan tetapi beliau tidak terpesona atas kesenangan yang diperolehnya di dunia akan

tetapi kekayaan yang diperolehnya beliau gunakan untuk mengingat TuhanNya. Adapun pesan moral dari ayat diatas bahwa sikap nabi Sulaiman a.s dalam menerima nikmat Tuhan merupakan sikap mulia harus dijadikan suri tauladan

oleh kaum muslimin dalam menerima nikmat Allah SWT. Dari makna ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi penyampaian pesan

moral secara langsung.



























/wa tafaqqada at-tāira faqālā māliyā lā'arā al hud-hud am kāna minal al-khāibiina/ ‘Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: "Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir"’. (Qs. 27 : 20)

Pada surah An-Naml ayat 20 termasuk ke dalam pesan Etika. Ayat di

atas menerangkan bahwa ketika nabi Sulaiman a.s. bersama tentaranya ingin melanjutkan perjalanan dan setibanya di tempat tujuan, beliau memeriksa semua anggotanya dalam barisan. beliau berkata: "Apa yang menyebabkan ketidakhadiran Hud-hud, apa dia termasuk kelompok yang tidak hadir?". Setelah beberapa saat mencari keberadaan burung Hud-hud tidak di temukan, lalu nabi Sulaiman a.s berjanji akan menghukumnya. Adapun pesan moral dari ayat di atas bahwa kepemimpinan nabi

Sulaiman a.s mencerminkan disiplin, tegas dalam memberikan sangsi kepada rakyatnya sesuai dengan perbuatannya. Dari makna ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi penyampaian pesan

moral secara langsung.










(36)











/lau azzibannahu 'azābān syadidan awla'a azbahannahu aw laya' tiyannī bisultanin mubiin/ ‘Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar

dia datang kepadaku dengan alasan yang terang". (Qs. 27 : 21). Pada surah An-Naml ayat 21 termasuk ke dalam pesan Etika. Ayat di atas

menjelaskan sangsi yang akan diberikan oleh nabi Sulaiman a.s kepada Hud-hud yang tidak disiplin, beliau akan menyiksanya dengan siksaan yang sangat pedih kecuali jika Hud-hud datang dengan alasan yang benar dan jelas. Hal ini

bertujuan agar menjadi pelajaran bagi rakyatnya yang lain. Adapun pesan moral dari ayat di atas bahwa sekalipun manusia, maupun

Hud-hud harus mematuhi perintah nabi Sulaiman a.s dan disiplin. Dari ayat di atas di klasifikasikan ke dalam penyampaian pesan moral secara

langsung.































/famakasa gaira ba'idin faqālā ahattu bimālam tuhitbihi wa ji'tuka min sabāin binabā'in yaqiinin/ ‘Maka tidak lama kemudian datanglah Hud-hud,

lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting

yang diyakini"’. (Qs. 27: 22). Pada surah An-Naml ayat 22 termasuk ke dalam pesan Etika. Pada ayat diatas menjelaskan bahwa setelah nabi Sulaiman as memeriksa rakyatnya, Hud-hud pun tiba dan menghadap nabi Sulaiman, ia menceritakan ketidakhadirannya dalam barisan bahwa ia telah pergi ke suatu tempat bernama Saba. Di mana kerajaan dipimpin oleh seorang ratu bernama Balqis Binti Syarahil. Setelah Hud-hud menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanannya, nabi Sulaiman tidak melaksanakan sangsi yang akan diberikan kepada Hud-hud, akan tetapi nabi


(37)

Adapun pesan moral dari ayat diatas bahwa janganlah merasa sombong

dan takabbur atas pengetahuan, kekuasaan serta kekayaan yang telah diberikanNya kepada umatnya, semua itu bila dibandingkan denganNya, yang dimiliki mnusia tidak akan berarti sedikit pun. Oleh karena itu manusia jangan menganggap rendah orang lain yang sesuatu saat akan diperlukan untuk

kepentingan bersama. Dari makna ayat di atas di klasifikasikan ke dalam penyampaian pesan moral

langsung.

























/innīwajadtu amraātan tamlikuhum waūtiyat min kulli syai'in walahā 'arsyun 'aziimun/ ‘Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah

mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar"’. (Qs. 27: 23). Pada surah An-Naml ayat 23 termasuk ke dalam pesan Etika. Ayat di atas

menjelaskan bahwa Hud-hud menyampaikan berita yang diperolehnya dari negeri Saba kepada nabi Sulaiman, dia dianugerahi sebuah kerajaan yang kuat dan mempunyai singgasana yang besar. Ratu memimpin negerinya dengan adil dan bijaksana serta mempunyai perlengkapan yang cukup. Adapun pesan moral dari ayat diatas adalah kebijaksanaan ratu dalam

memimpin rakyatnya dengan adil dan didukung kekayaan yang dimilikinya. Dari ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi penyampaian pesan moral

secara langsung.





































/wa jadtuhā wa qaumahā yasjudūna lis-syamsi min dunillahi wa zayyana lahumu as-syaitanu a'mālahum fasaddahum 'anis-sabili fahum layahtadūna/ ‘Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari selain Allah dan


(38)

syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan Allah sehingga mereka tidak

dapat petunjuk’. (Qs. 27: 24). Pada surah An-Naml ayat 24 termasuk ke dalam pesan Moral. Pada ayat

diatas menjelaskan tentang situasi dan kondisi negeri Saba, kebiasaan kaumnya menyembah matahari sebagai Tuhan mereka, mengerjakan pekerjaan yang bertentangan dengan agama yang benar, pekerjaan yang mereka kerjakan tidak mendatangkan faedah baginya, akan tetapi memperoleh siksaan dihari akhir. Firman Allah SWT dalam surah Fussilat ayat 37 berbunyi "Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah malam, siang, matahari dan bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang telah menciptakannya". Tiada kebahagiaan kecuali mengikuti ajaranNya. Adapun pesan moral dari ayat di atas, bahwa manusia diciptakan Tuhan

untuk menyembah-Nya, mengingat-Nya serta mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya untuk menuntut umat manusia menuju kebahagiaan akhirat. Dan setiap amal perbuatan manusia di dunia baik yang jahat maupun yang buruk akan mendapat balasannya di akhirat nanti. Dari makna ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi penyampaian pesan

moral secara langsung.

























/azhab bikitabī hazā faālqih ilaihim summa tawalla 'anhum fānzur mā yarji'ūna/ ‘Pergilah dengan membawa suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan’. (Qs. 27: 28). Pada surah An-Naml ayat 28 termasuk ke dalam pesan Etika. Ayat diatas

menjelaskan bahwa nabi Sulaiman memerintahkan kepada Hud-hud untuk mmbawa surat kepada ratu Balqis. Hud –hud pun tiba disinggasana ratu kemudian melemparkan surat itu jatuh persis dihadapannya. Ratu pun perlahan-lahan dan mendekati surat yang dijatuhkannya kepadanya dan membaca surat


(39)

yang dibawa oleh Hud-hud. Setelah surat itu dilemparkan kepada ratu, hud-hud pun berpaling dari mereka dan mengamati apa yang sedang mereka lakukan. Adapun pesan moral dari ayat diatas bahwa Allah telah memberikan suatu

kelebihan kepada Hud-hud sehingga ia mampu melaksanakan perintah yang diberikan oleh nabi Sulaimana as kepadanya. Dari makna ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi penyampaian pesan

moral secara langsung.



















/innahu min sulaimana wa innahu bismillāhir ar-rahmānir ar-rahimi/ ‘Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya isinya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"’. (Qs. 27:

30). Pada surah An-Naml ayat 30 termasuk ke dalam pesan Religius. ayat

diatas menjelaskan bahwa ratu mengumpulkan para amir, menteri dan pembesar kerajaannya dalam menanggapi isi surat dari nabi Sulaiman as. Setelah anggotanya berkumpul dalam majelis, beliau membacakan kepada pemuka kerajaannya isi surat nabi Sulaiman as yang isinya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang". Kemudian ratu meminta pertimbangan dalam mengambil keputusan. Adapun pesan moral dari ayat di atas adalah mengajak ratu beserta

kaumnya untuk menyembah Allah, mensyukuri nikmat yang telah diberikanNya. Dari makna ayat diatas termasuk ke dalam klasifikasi penyampaian pesan

moral langsung.













/alla ta'lū 'alaya wa atunī muslimina/ ‘Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri’. (Qs. 27: 31). Pada surah An-Naml ayat 31 termasuk ke dalam pesan Religius. Ayat di


(40)

untuk tidak merasa sombong dan angkuh kepada nabi Sulaiman as dan datanglah sebagai orang yng berserah diri, serta mengesakan Allah SWT dan

asma-asmaNya. Adapun pesan moral dari ayat di atas adalah tidak mengajak ratu beserta

kaumnya untuk tunduk dan patuh kepadanya dan berserah diri kepada Allah SWT. Dari makna ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi pesan moral tidak

langsung.



























/qālat ya-ayyuhā al-malāu aftunī amri mā kuntu qāti'atan amran hattā tasyhadūni/ ‘Berkata dia Balqis: "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku ini aku tidak pernah memutuskan sesuatu

persoalan sebelum kamu berada dalam majelisku"’. (Qs. 27: 32). Pada surah An-Naml ayat 32 termasuk ke dalam pesan Etika. Ayat ini

menjelaskan tentang musyawarah dikerajaan ratu. Setelah memusyawarakan isi surta nabi Sulaiman, beliau pun meminta saran dan pendapat kepada pemuka kerajaannya. Ratu berkata: Wahai rakyatku yang mulia, berikanlah pendapat dan tanggapan kalian terhadap isi surat nabi Sulaiman yang telah disampaikannya kepada kita. Aku tidak memutuskan suatu keputusan tanpa musyawarah yang telah disepakati bersama. Adapun pesan moral dari ayat diatas menunjukkan bahwa musyawarah

merupkan prinsip yang sangat bijaksana dalam mengambil keputusan. Dari makna ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi penyampaian pesan

moral secara langsung.



























/qālū nahnu ūlū quwwatin wa ūlū ba'sin syadidin wa al-amru ilaiki fānzurī māzā ta'murīna/‘Mereka menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki


(41)

kekuatan dan juga memiliki keberanian yang sangat dalam peperangan dan keputusan berada ditanganmu maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu

perintahkan"’. (Qs. 27 : 33). Pada surah An-Naml ayat 33 termasuk ke dalam pesan Etika. Ayat di atas

menjelaskan tentang kebijaksanaan dalam menghadapi sikap dan pendapat pemuka kerajaannya. Kaumnya berpendapatakan melakukan perlawanan kepada nabi Sulaiman as. Kaumnya merasa tidak senang melakukan perdamaian akan tetapt kaumnya lebih menyukai peperangan, karena mereka mempunyai tentera yang sangat kuat dan berani. Keputusan mereka kembalikan kepada ratu dan siap membantunya. Adapun pesan moral dari ayat di atas bahwa sikap yang menunjukkan

kesombongan pemuka kerajaannya dalam menghadapi persoalan yang terjadi. Mereka lebih menonjolkan kekayaan yang dimilikinya. Dari makna ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi penyampaian pesan

moral secara langsung.



































/falammā jā'a sulaimana qālā atumiddūnani bimālin famā'a ā'tani-allahu khairun mimmā ātakum bal antum bihadyyatikum tafrahūna/ ‘Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: "Apakah patut kamu menolong aku dengan harta? maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu"’. (Qs. 27: 36). Pada surah An-Naml ayat 36 termasuk ke dalam pesan Religius. Ayat

diatas menjelaskan bahwa kedatangan tentera ratu ke kerajaan nabi Sulaiman as dengan membawa hadiah. Setelah sampai dikerajaan nabi Sulaiman, mereka langsung menghadapnya. Sulaiman berkata: "Apa kamu merasa bangga dengan hartamu? Ketahuilah aku tidak meminta kalian datang kepadaku dengan memberiku harta akan tetapi harapanku adalah agar kamu taat kepada Allah


(42)

SWT. Aku tidak mengharapkan harta kalian karena apa yang telah dianugerahkan Allh kepadaku lebih baik dari apa yang dianugerahkanNya kepadamu. Adapun pesan moral dari ayat di atas bahwa ratu Balqis bangga akan

kekayaan yang dimilikinya yang menyebabkannya dihari akhir nanti mendapat balasannya. Dari makna ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi penyampaian pesan

moral secara langsung.























/qālā yā-ayyuha al-malaū ayyukum ya'tinī bi'arsyihā qabla 'an ya'tunī muslimīna/ ‘Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri"’. (Qs. 27:

38). Pada surah An-Naml ayat 38 termasuk ke dalam pesan Religius. Dalam

ayat ini menjelaskan bahwa nabi Sulaiman as mengetahui akan kedatangan ratu beserta tenteranya kekerajaan nabi Sulaiman as. Nabi Sulaiman pun berniat akan membawa singgasana ratu kekerajaannya untuk menunjukkan tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah SWT kepadanya. Dihadapan rakyatnya beliau berkata: Siapa yang sanggup membawa singgasana ratu kepadaku? Adapun pesan moral dari ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi

penyampaian pesan moral secara langsung. 

































/qālā 'ifritun minal al-jinni anā'atika bihi qabla 'an taqūma mim maqāmika wa innī 'alaihi laqawiyyun aminun/ ‘Berkata 'Ifrit yang cerdik dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu


(43)

sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya"’. (Qs. 27 : 39). Pada surah An-Naml ayat 39 termasuk ke dalam pesan Etika. Pada ayat

diatas menjelaskan bahwa diantara rakyat nabi Sulaiman yaitu Ifrit drai golongan jin yang cerdik sanggup membawa singgasana ratu kehadapan nabi Sulaiman as sebelum beliau meninggalkan tempat duduknya Adapun pesan moral dari ayat di atas bahwa kekuatan makhluk lain seperti ifrit dari golongan jin yang cerdik yang mampu membawa singgasana ratu kehadapan nabi Sulaiman a.s. harus dihargai begitu pula kekuatan yang ada pada manusia harus dihormati dan dihargai. Dari makna ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi penyampaian pesan

moral secara langsung.













































































 /qālā al-lazi 'indahu 'ilmun minal kitabi anā'atika bihi qabla 'an yartadda ilaika tarfuka falammā ra'āhu mustaqirran 'indahu qālā hazāmin fadli rabbī liyabluwanī asykuru am akfuru wa man syakara fainnamā yaskuru linafsihi wa man kafara fainna rabbī ganiyyun karimun/ ‘Berkatalah seorang yang

mempunyai ilmu dari AI-Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia


(44)

bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia"’. (Qs. 27 : 40). Pada surah An-Naml ayat 40 termasuk ke dalam pesan Religius. Pada

ayat diatas menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab yang sanggup membawa singgasana ratu dalam waktu sekejap mata, singgasana itu pun hadir dihadapannya dan beliau berkata: Ini merupakan anugerah yang

diberikan Tuhan untuk mengujiku mensyukuri nikmatNya atau mengingkarinya. Ratu beserta tenteranya sampai dikerajaan nabi Sulaiman as, mereka

menyadari bahwa Sulaiman as merupakan utusan Allah dan dia dianugerahi bergelimang harta dan kekuasaan, tetapi beliau tidak merasa sombong atas kekayaan yang dimilikinya sebaliknya mensyukurinya serta mengajak kepada kebaikan. Adapun pesan moral dari ayat di atas bahwa kekayaan yang dimiliki oleh

nabi Sulaiman as dan mu'jizat yang diberikan Tuhan kepadanya tidak sombong akan tetapi mengajak ratu Balqis beserta rakyatnya menyembah Allah SWT untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikannya. Dengan rasa syukur akan

memperoleh kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Dari makna ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi penyampaian pesan

moral secara langsung. 

























































/qīla lahā udkhulī as-sarha falammā raathu hasibathu lujjatan wa kasyafat 'an sāqaihā qāla innahu sarhun mumaraddun min qawārira qālat rabbi innī zalamtu nafsī wa-aslamtu ma'a sulaimana lillahi rabbil al-'alamina/ ‘Di katakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua


(45)

betisnya. berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ini adalah istana licin terbuat dari kaca". berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam"’. (Qs. 27 : 44). Pada surah An-Naml ayat 44 termasuk ke dalam pesan Religius. Ayat ini

menjelaskan bahwa kedatangan ratu kekerajaan nabi Sulaiman as. Ratu beserta tenteranya memasuki kerajaan nabi Sulaiman, tatkala ia melihat lantai istana kerajaan nabi Sulaiman as seperti ditaburi mutiara dan emas sedangkan dibawah lantainya mengalir air, lantainya terbuat dari kaca yang sangat bening dan selalu memancarkan cahaya. Ratu terlihat salah tingkah dan sangat berhati-hati, disingkapkan gaunnya sehingga terlihatlah kedua betisnya. Sulaiman berkata :Sesungguhnya ini merupakan istana licin yang terbuat

dari kaca. Melihat keagungan istana nabi Sulaiman beserta ilmu dan kekayaannya, ratu pun berkata: Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, membanggakan kekuasaanku dan durhaka kepadaMu. Aku

berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah Yang Maha Esa. Adapun pesan moral dari ayat di atas bahwa nabi Sulaiman as memperlihatkan kekayaannya kepada ratu dan pengikutnya untuk berserah diri

kepada Tuhan yang menciptakan manusia. Dari makna ayat di atas termasuk klasifikasi penyampaian pesan moral secara

langsung.









































/ya'malūna lahu mā yasyā'u in maharība wa tamasīla wa jifānin kal-jawābi wa qudurin rāsiyatin u'malū 'āla dāwuda syukran wa qalilun min 'ibādiya as-syakuru/ ‘Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendaki-Nya dari gedung-gedung yang Tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).


(46)

Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih’. (Qs. 34: 13). Pada surah Saba' ayat 13 termasuk ke dalam pesan moral. Ayat di atas

menjelaskan bahwa rakyat nabi Sulaiman as bekerja dengan semangat serta etos kerja yang sangat tingi dan mereka patuh atas apa yang diperintahkan oleh nabi Sulaiman as seprti membuat tempat ibadah, membangun istana, membuat arca dan patung-patung yang tinggi. Rakyatnya saling bekerja sama sehingga

pekerjaan itu selesai dalam waktu yang singkat. Adapun pesan moral dari ayat di atas bahwa nabi Sulaiman as yang

mempunyai rakyat yang banyak tidak merasa sombong tetapi digunakan beliau untuk membangun kepentingan umatnya. Dari makna ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi penyampaian

pesan moral secara langsung.

















/wawahabnā lidāwuda sulaimana ni'ma al-'abdu innahu awwābun/ ‘Dan kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik- baik hamba.

Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya) ’. (Qs. 38: 30). Pada surah Shaad ayat 30 termasuk ke dalam pesan Religius. Ayat di atas

menjelaskan bahwa nabi Daud a.s. dianugerahi putra bernama Sulaiman beliau dikenal sebagai hamba yang taat beribadah kepada Allah SWT, dan dalam melaksanakan aktivitasnya beliau selalu bersyukur atas kenikmatan dan kebesaran yang dilimpahkan Allah SWT seperti kerajaan yang besar, rakyat yang beraneka ragam serta dapat memahami percakapan binatang. Kemu'jizatan yang diperolehnya tidak membuat beliau lupa akan Tuhannya tetapi sebaliknya selalu menyembah dan bersujud kepada Tuhan Adapun pesan moral dari ayat di atas bahwa manusia harus taat kepada

Tuhannya dengan menjalankan amal ma'ruf nahi munkar. Dari makna ayat di atas termasuk ke dalam klasifikasi penyampaian pesan


(1)

i. Surah Shaad ayat 35 j. Surah Shaad ayat 39 k. Surah Shaad ayat 40

4.2 Saran a. Peneliti mengharapkan agar Mahasiswa/i bahasa Arab dapat melanjutkan dan

meningkatkan penelitian mengenai pesan moral dalam Al-Qur'an.

b. Peneliti juga mengharapkan agar Mahasiswa dapat mengkaji pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Qur'an lebih dalam lagi.

c. Peneliti juga mengharapkan saran dan kritik tulisan ini dan dapat memberikan kontribusi dalam memahami pesan moral yang terdapat dalam Al-Qur'an.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'anu Al-Karim. Al-Bajawi, Muhammad Ali. dkk. 2007. Untaian Kisah Dalam Al-Qur'an. Jakarta:

Darul Haq. Al-Hasany, Zain Azzah. 2007. Al-Qur'an Puncak Selera Sastra. Surakarta: Ziyad

Books. Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982. A Dictionary of Theoretical Linguistics (English

Arabic). Lebanon : Libraire Du Liban, Beirut. Ali Muhdar, Yunus dkk. 1983. Sejarah Kesusteraan Arab. Surabaya: PT. Bina Ilmu. Ar-Rifa'i, Nasib Muhammad. 2000. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3 dan 4. Jakarta: Gema

Insani. Departemen Agama RI. 1990. Al-Qur'an dan Tafsirnya. Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University

Press. Fikri, Ali. 2003. Jejak-jejak Para Nabi. Yogyakarta : Mitra Pustaka. Ismail, Pamungkas. 2003. Riwayat Nabi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Jamaluddin. 2003. Problematika Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:

Adicita. Mendikbud. 1987. Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta : Bumi Aksara. Muzakki, Ahmad. 2006. Kesusteraan Arab Pengantar Teori dan Terapan.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

---.2005. Sastra Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurdin, Muslim dkk. 1995. Moral dan Kognisi Islam. Bandung : Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Nursisto. 2000. Iktisar Kesustraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Nyoman, Kutha Ratna. 2005. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan


(3)

Pradopo, Djoko Rahcmat. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rochman, AR Fatchur. 1995. Kisah-kisah Nyata Dalam Al-Qur'an. Surabaya: Apollo.

Said, H.A. Faud. 1984. Pengantar Sastra Arab. Medan: Pustaka Babussalam. Shihab, M. Quraish. 2002. Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an. Jakarta: Lentera

Hati. Sutiasumarga, Males. 2000. Kesustraan Arab Asal Mula dan Perkembangannya.

Jakarta: Zikrul Hakim. Suhrawadi, K. 1994. Etika Profesi Hukum. Jakarta : Sinar Grafika. Syamsuri, Baidlowi. 1995. Riwayat Ringkas 25 Rasul. Surabaya: Apollo. Uman, Cholil. 2003. Sejarah Hidup 25 Nabi dan Rasul. Surabaya: Karya Harapan. http:// id.wikipedia.org/ wiki/ moral/. http: // tumoutou.net/3-sem 1- 012/ ke 5- 012. htm.


(4)

LAMPIRAN

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah sistem transliterasi arab latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P&K RI No. 158 Tahun 1987 dan No.

0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

alif - tidak dilambangakan

Bā` b

-Tā` t

-Śā` ś s (dengan titik di atasnya)

Jīm j

-Hā` h h (dengan titik di bawahnya)

khā` kh

-dāl d

-zāl ż z (dengan titik di atasnya)

Rā` r

-zai z

-sīn s

-syīn sy

-sād ş s (dengan titik di bawahnya)

dād d d (dengan titik di bawahnya)

Tā` ţ t (dengan titik di bawahnya)

Zā` z z (dengan titik di bawahnya)

΄ain ΄ koma terbalik (di atas)

gain g


(5)

-qāf q

-kāf k

-lām l

-mīm m

-nūn n

-wāwu w

-Hā` h

-hamzah ´

Apostrof, tetapi lambang ini tidak dipergunakan untuk hamzah di awal kata

Yā` y

-II. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap. ditulis Ahmadiyyah

III. Tā`Marbūtah Di Akhir Kata

3.5 Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata arab yang susah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat,dan sebagainya.

ditulis Jamā`ah 3.6 Bila dihidupkan ditulis t

Contoh:

ditulis K

arāmatul-Auliyā'

IV. Vokal Pendek

Fathah ditulis a, kasrah ditulis I dan dammah ditulis u

V. Vokal Panjang

A panjang ditulis ā. I panjang ditulis ī dan U panjang ditulis ū. Masing-masing dengan tanda hubung (-) diatasnya.


(6)

VI. Vokal Rangkap Fathah + yā tanpa dua titik yang dimatikan ditulis aid an fathah+waw mati

ditulis au.

VII. Vokal-vokal Pendek yang Berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan

apostrof (') Contoh:

ditulis a'antum

ditulis mu'annas

VIII.

Kata Sandang Alif+Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al

Contoh: ditulis Al-Qu'ran

2. Bila diikuti huruf syamsiyah, huruf I diganti dengan huruf syamsiyah yang mengikutinya.

Contoh: ditulis Asy-syīah

IX. Huruf Besar Penulisan huruf vesar disesuaikan dengan EYD

X. Kata Dalam Rangkaian Frasa atau Kaliimat

1. Ditulis kata perkata

2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian kalimat

tersebut Contoh:

ditulis Syaikh al-islām atau Syaikhul Islam