Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Masalah Kedisiplinan Siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten Boyolali - Test Repository

  

MASALAH KEDISIPLINAN SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 05

WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  Oleh : Nurul Istikomah

  111-12-186

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

  FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Pulutan Salatiga

Website :-mail:administrasi@iainsalatiga.ac.id

  

MOTTO

) ۱۱۲ : دوه ( ٌرْي ِصَب َن ْوُلَمْعَت اَمِب ُهَّوِا ۗا ْوَغْطَت َلََو َكَعَم َباَت ْهَمَو َتْرِمُا ۤاَمَك ْمِقَتْساَف

  

“Maka tetaplah Engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah

diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu, dan

janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu

kerjakan”

  

(Q.S Hud:112) Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1.

  Ayahanda dan Ibunda tercinta (Ayahanda Suparjan dan Bunda Siti Solikhah) yang telah mengorbankan apa saja dan telah mengajarkan arti kehormatan, cinta, dan kasih sayang sehingga aku berbakti kepadanya 2. Kakak-kakakku, Mas Fatih Khoirul Najich, Mbak Nur Faridah Aziizah, Mas Mutho’alimin, Mbak Anis Zuliana yang senantiasa mendo’akanku.

  3. Untuk keponakan-keponakanku tercinta, Almas Muluhatul Arofah El Faza, Mumtaz Syafa’at An Najah, Alyana Najla Alexandra, Muhammad Alian Agam Athaya yang selalu memberikan senyuman manisnya untukku.

  4. Ku haturkan untuk seluruh keluarga besar ku yang senantiasa memberikan dukungan serta do’a yang tiada putusnya.

  5. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan, terimakasih banyak buat dukungan dan d o’anya.

  الله الرحمن الرحيم مسب

  

ءايبنلاا نتاخ يلع ملاسلاو ةلاصلاو ،،باتكلا هدبع يلع لزنا ىذلا لله دوحلا

نيدلا موي يلا وتعيرشب نينهؤولاو وبحصو ولا يلعو , نيلسرولا

  Alhamdulillahi robbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah, serta ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar, sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

  Berkat ketekunan dan dorongan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi yang berjudul

  “PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING

DALAM MENGATASI MASALAH KEDISIPLINAN SISWA DI SMP

MUHAMMADIYAH 05

  WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI” dapat terselesaikan.

  Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu, terutama kepada:

  1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  3. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Dra. Sri Suparwi, M.A., selaku pembimbing yang dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, serta pikitan, berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  5. Segenap civitas akademika IAIN Salatiga yang telah banyak membantu penulis.

  6. Segenap Guru dan Karyawan SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro yang telah banyak membantu dengan sabar secara sungguh-sungguh, sehingga penulis mendapatkan data-data yang diperlukan.

  7. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan do’a dan motivasi demi kelancaran penyelesaian skripsi ini.

  8. Segenap sahabat dan rekan-rekan mahasiswa yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak memberikan bantuannya.

  Penulis menyadari bahwa hasil penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu harapan penulis kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Amin.

  Salatiga, 05 September 2016 Penulis

  Nurul Istikomah Istikomah, Nurul.2016.

  “Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Masalah Kedisiplinan Siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten Boyolali” Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Pembimbing: Dra. Sri Suparwi, M.A.

  Kata kunci: Peran Guru BK Mengatasi Masalah, Kedisiplinan Siswa

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Masalah Kedisiplinan Siswa di SMP Muhammadiyah

  05 Wonosegoro. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana kondisi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro, 2) Bagaimana Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Masalah Kedisiplinan Siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro, 3) Bagaimana Faktor Pendukung dan Penghambat Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Masalah Kedisiplinan Siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah guru Bimbingan Konseling dan siswa SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro.

  Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Kondisi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro, termasuk dalam kondisi cukup. (2) Peran guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro dilakukan dengan beberapa cara, antara lain a) pemberian peringatan kepada siswa, b) pemberian bimbingan secara individu, c) pemberian bimbingan secara kelompok, d) pemberian hukuman kepada siswa, e) pemanggilan orang tua siswa, f) pembiasaan kedisiplinan di dalam Intrakurikuler maupun Ekstrakurikuler. (3) faktor pendukung dan penghambat dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa: a) faktor pendukung: kerjasama antar guru, motivasi dari siswa, kerjasama dengan lingkungan sekitar. b) faktor penghambat: latar belakang siswa, lingkungan sekitar sekolah, kurangnya kesadaran siswa.

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i NOTA PEMBIMBING ........................................................................................ ii KEASLIAN TULISAN ........................................................................................ iii PENGESAHAN ................................................................................................... iv MOTTO ................................................................................................................ v PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii ABSTRAKSI ........................................................................................................ ix DAFTAR ISI ........................................................................................................ x DAFTAR LABEL ................................................................................................ xii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah .............................................................................. 1 B. Rumusan masalah ........................................................................................ 6 C. Tujuan penelitian ......................................................................................... 6 D. Manfaat penelitan ....................................................................................... 7 E. Definisi operasional ..................................................................................... 7 F. Metode penelitian ........................................................................................ 9 G. Sistematika penulisan .................................................................................. 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan dan konseling ............................................................................ 15 1. Pengertian guru bimbingan konseling .................................................... 15 2. Pentingnya Bimbingan dan Konseling di Sekolah ................................. 16 3. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah ........................................ 18 4. Fungsi Bimbingan dan Konseling ........................................................... 19

  Kedisiplinan siswa ....................................................................................... 23 1.

  Pengertian kedisiplinan .......................................................................... 23 2. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan ............................................... 26 3. Peran guru bimbingan konseling dalam mengatasi masalah kedisipilinan siswa........................................................................................................ 30

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Keadaaan umum SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro ........................... 32 B. Paparan data ............................................................................................... 42 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis kondisi kedisiplinan siswa Muhammadiyah 05 Wonosegoro....... 48 B. Analisis peran guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah Wonosegoro..........................

  49 C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Peran guru Bimbingan Konseling dalam menangani kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro

  ...................................................................................................................... 54

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................. 61 B. Saran-saran .................................................................................................. 62 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  Tabel I Profil Sekolah .................................................................................. 32 Tabel II Sarana dan Prasarana....................................................................... 36 Tabel III Data Siswa SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Tiga Tahun

  Terakhir............................................................................................. 37 Tabel IV Data Tenaga Pendidik dan Tata Usaha............................................ 37 Tabel V Daftar Tenaga Pengajar SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro..... 38 Tabel VI Daftar Jenis Kegiatan Pengembangan Diri SMP Muhammadiyah 05

  Wonosegoro..................................................................................... 42

PENDAHULUAN A.

  Latar Belakang Masalah Melihat fenomena saat ini, dunia pendidikan dihadapkan dengan berbagai macam tantangan dan permasalahan. Diantara permasalahannya adalah timbulnya berbagai bentuk kenakalan remaja.

  Bentuk kenakalan remaja itu sendiri ada berbagai macam, seperti sering terlambat/tidak disiplin, tidak mengikuti upacara bendera, tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM), tidak menggunakan atribut dengan lengkap, sering membolos sekolah, menggunakan topi dan jaket di lingkungan sekolah, sepatu berwarna-warni, seragam tidak dimasukkan, tidak mamakai ikat pinggang, pulang pada jam pelajaran, rambut gondrong/dicat, dan lain sebagainya.

  Masa remaja sangat potensial untuk berkembang ke arah positif maupun negatif. Karena bagaimanapun remaja dipandang dan dari segi apapun remaja dinilai, remaja merupakan suatu proses peralihan dari anak menjelang remaja (Daradjat, 1975:11).

  Remaja adalah tahap peralihan dari masa kanak-kanak; tidak lagi anak, tetapi belum dipandang dewasa.Remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa. Daradjat (dalam Syafaat, 2008:87) peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode tersebut terjadi peubahan-perubahan besar mengenai kematangan fungsi- fungsi rohani dan jasmani. Terutama fungsi seksuil, yang sangat menonjol pada periode ini ialah: kesadaran yang mendalam mengenai diri sendiri, dengan mana orang muda mulai meyakini kemauan, potensi dan cita-cita sendiri. Dengan kesadaran tersebut ia berusaha menemukan jalan hidupnya, dan mulai mencari nilai-nilai tertentu seperti kebaikan, keluhuran, kebijaksanaan, keindahan, dan sebagainya (Kartono, 1986:149)

  Oleh karena itu edukatif dalam bentuk pendidikan dan bimbingan, pengarahan, maupun pendampingan sangat diperlukan, untuk mengarahkan perkembangan potensi remaja tersebut agar berkembang ke arah positif dan produktif. Generasi muda memang merupakan penentu generasi di masa mendatang. Bisa dibilang bahwa corak perkembangan umat Islam dan kemampuannya berkiprah dalam pembangunan di masa mendatang amat bergantung dari kualitas generasi muda sekarang (Rahman, 1991: 254)

  Demikian adanya pendidikan norma sangatlah dibutuhkan demi terwujudnya siswa yang berakhlak mulia dan usaha tersebut tidak akan terlaksana tanpa adanya peran serta dari guru bimbingan konseling. Guru Bimbingan Konseling merupakan orang dewasa yang bertanggung jawab untuk memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam mengatasi masalah yang dihadapi para peserta didik dan senantiasa memberikan lebih baik dari hari sebelumnya, selain itu mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individual dan mandiri.

  Seorang guru bimbingan konseling atau istilah modernnya seorang konselor harus mampu mengetahui kecakapan metode pendekatan yang harus digunakan untuk mengatasi masalah siswanya. Seorang konselor harus memiliki kehalusan perasaan serta ia harus mempunyai perhatian khusus dalam spesialisasi. Sebagai konselor yang baik, ia harus selalu menyesuaikan diri dengan tingkat perkembangan situasi konseli (siswa) dalam proses konseling.

  Guru berperan juga sebagai orang tua di sekolah, di pundaknya terpikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha pendidikan.

  Maka guru memikul beban dari orang tua untuk mendidik anak-anak. Dalam hal ini selain sebagai pendidik di dalam kelas guru juga harus membantu peran orang tua untuk menjadikan putra-putri mereka menjadi orang yang berkembang ke arah positif, dan mematuhi berbagai norma- norma yang ada di sekolah maupun norma sosial.

  Selain memikul beban yang berat, sosok guru juga tidak luput dari sorotan kepribadian yang dicerminkan di sekolah. Untuk itu guru harus senantiasa menjaga diri dan tetap mengedepankan profesionalismenya. Guru tidak hanya sebatas menyampaikan materi di kelas saja, tetapi tugas guru adalah mengarahkan para peserta didiknya untuk menjadi pribadi yang mandiri serta bertingkah laku yang mulia. seorang guru menjadi lebih berat. Dikarenakan tugas guru tidak hanya saja menjadikan para peserta didiknya bagus dalam nilai akademik melainkan juga nilai sosial dan spiritual. Hal ini dapat terlaksana jika diimbangi pula dengan kegigihan guru dalam memberikan penanganan-penanganan terhadap siswa yang memiliki sikap kurang menghargai nilai-nilai tersebut.

  Untuk menjadikan para peserta didik menjadi pribadi yang santun terhindar dari beberapa penyimpangan yang mungkin terjadi di lingkungan sekolah maka pendidikan norma sangatlah penting, maka di sinilah peran guru bimbingan konseling menjadi pusat pendidikan yang diharapkan dapat memberikan stimulan-stimulan yang menjadikan para peserta didik menuju pribadi yang lebih baik.

  Pendidikan norma, terutama norma yang harus dipatuhi di sekolah pada kalangan anak remaja harus ditingkatkan demi terhindarnya penyimpangan di lingkungan sekolah. Dengan banyaknya penyimpangan- penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja, khususnya di sekolah, maka tugas seorang guru tidaklah mudah. Mereka harus membimbing para peserta didiknya untuk menjauhi berbagai hal yang dapat membawa para anak didiknya ke arah negatif. Mengenai hal ini maka guru bimbingan konseling adalah sosok guru yang akan menjadi sorotan atau pusat pengamatan. memberikan dan menanamkan nilai-nilai spiritual dan sosial kepada para anak didiknya supaya dalam pengembangan keilmuannya tidak disertai dengan kecurangan atau penyimpangan yang mungkin terjadi.

  SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan Nasional, yang juga ikut mencetak generasi-generasi baru penerus bangsa ke arah yang lebih baik. Lembaga yang masih terbilang muda ini, tentunya belum mempunyai andil yang sangat besar dalam kancah pendidikan nasional, akan tetapi dengan tekad dan optimisme yang tinggi, sekolah ini mencoba untuk membentuk serta menorehkan tinta yang baik dengan prestasi. Beberapa siswa dalam sekolah ini adalah siswa yang mendapat nilai bagus dalam pelajaran masing-masing, mempunyai pendapat atau pandangan tertentu mengenai sosok gurunya.

  Guru yang mampu menjaga kewibawaaanya, baik segi pengetahuan, kesopanan, metode penyampaian, sampai ikatan emosional yang harmonis dengan siswa akan mempengaruhi siswa tersebut dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal inilah yang menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian mengenai cara yang dilakukan oleh seorang guru untuk membimbing para peserta didiknya menuju ke arah yang positif dengan menghindari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin akan dilakukan oleh para peserta didiknya. Berawal dari itu, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul

  “PERAN MENGATASI MASALAH KEDISIPLINAN SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH

05 WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI” B.

  Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka perlu kiranya masalah yang luas ini difokuskan agar dalam pelaksanaan penelitian nanti, masalah atau segala sesuatu yang perlu dan ingin diketahui menjadi jelas. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagi berikut: 1.

  Bagaimana kondisi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah

  05Wonosegoro Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana peran guru BK dalam mengatasi kedisiplinan siswa di SMP

  Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten Boyolali? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat peran guru BK dalam mengatasi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro

  Kabupaten Boyolali? C. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mendeskripsikan kondisi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah Wonosegoro 05 Kabupaten Boyolali.

2. Untuk mendeskripsikan peran guru BK dalam mengatasi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten Boyolali.

  Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat peran guru BK dalam mengatasi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten Boyolali.

  D.

  Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis:

  1. Secara teoretis Secara teoretis diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan pendidikan Islam pada umumnya, khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitan lapangan. Serta temuan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam pengembangan pengetahuan dan teori pembelajaran.

  2. Secara praktis a.

  Bagi penulis, dapat mengetahui cara yang tepat untuk mengatasi kedisiplinan siswa di sekolah.

  b.

  Bagi guru, manfaat penelitian ini adalah untuk menjadi acuan bagi guru untuk lebih dapat mengembangkan bimbingan dan konseling untuk mengatasi masalah kedisiplinan siswa.

  E.

  Definisi Operasional Untuk menghindari kekaburan dan biasnya pengertian dalam memahami makna dan istilah dalam penulisan skripsi ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut:

  Guru Bimbingan Konseling Guru dalam bahasa jawa adalah penunjuk bagi seseorang yang harus digugu lan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakatnya.

  Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid.

  Seorang guru ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri tauladan (panutan) bagi semua muridnya (Roqib dan Nurfuadi, 2009:20)

  Bimbingan adalah suatu istilah yang luas dan biasanya dipakai dalam program umum sekolah. Pelayanannya ditujukan demi membantu para murid untuk menyusun dan melaksanakan rencananya dan mencapai penyesuaian yang memuaskan dalam kehidupannya.

  Konseling biasanya dilihat sebagai bagian dari program pelayanan bimbingan yang ditujukan kepada murid yang mempunyai masalah pribadi dan mereka tidak mampu memecahkannya sendiri (Gunawan, 2001:58)

  Konseling adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara bersemuka (face-to-face) dalam wawancara antara konselor dan konseli.

  Dengan tujuan agar klien dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri secara realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungan (Gunawan, 2001:116)

  Jadi guru bimbingan konseling adalah sesorang yang harus dipercaya dan dijadikan suri tauladan serta dipatuhi siswa dalam sendiri.

2. Kedisiplinan Siswa

  Kedisiplinan dalam kamus besar bahasa indonesia online, berasal dari kata disiplin yang artinya ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan, tata tertib dan sebagainya diakses pada hari selasa 24 Mei 2016. Sedangkan siswa adalah peserta didik yang merupakan subjek pendidikan.

  Jadi kedisiplinan siswa adalah segala peraturan, tata tertib yang harus dipatuhi oleh peserta didik sebagi subjek pendidikan.

  F.

  Metode Penelitian Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data dan analisis data maka penulis menggunakan metode dan pendekatan sebagai berikut: 1.

  Pendekatan dan jenis penelitian Jika ditinjau dari rujukan primernya, maka penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bermaksud untuk mengetahui data responden secara langsung dari lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan studi mengenai suatu kegiatan bimbingan konseling dengan sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai kegiatan tersebut.

  Pendekatan penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan penyajian gambaran tentang mengatasi masalah kedisiplinan siswa, kegiatan yang dilakukan, serta faktor pemdukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan tersebut.

  Penelitian kualitatif menurut Moloeng (2009:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Dengan cara mendeskripsikan data yang berupa kata-kata lisan dan tulisan dari orang-orang yang diwawancarai.

  2. Kehadiran peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpulan data. Hal ini dimaksudkan untuk mempertegas peran peneliti sebagai instrumen aktif dalam rangka pengumpulan data-data yang ada di lapangan.

  3. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten Boyolali.

  4. Sumber data a.

  Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan langsung dari tangan pertama, yaitu kata-kata dan tindakan subyek serta gambaran dan pemahaman dari subyek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. Data tersebut diperoleh masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data yang diperlukan. Pada penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah guru bimbingan konseling SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro.

  b.

  Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah data yang mengandung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara sebelumnya.

5. Teknik pengumpulan data

  Untuk memperoleh data akurat serta memperhatikan relevansi data dengan tujuan yang dimaksud, maka dalam pengumpulan data menggunakan beberapa teknik, yaitu: a.

  Wawancara Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah wawancara mendalam dan pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi berkenaan dengan latar belakang pendidikan. Wawancara dilakukan dalam bentuk percakapan informal dengan menggunakan lembaran wawancara yang berisi tentang gambaran umum, kondisi siswa, peran guru, kedisiplinan siswa.

  b.

  Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata document, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan dokumentasi, penulis meneliti benda-benda tertulis. Seperti buku-buku, dukumentasi, majalah, dan sebagainya (Arikunto, 2006:101), yang berada di sekolahan atau lingkungan sekolah sebagai pelengkap data. Dokumentasi yang penulis gunakan adalah rekaman hasil wawancara. Rekaman wawancara digunakan untuk menelaah lebih detail informasi-informasi yang disampaikan oleh narasumber.

  6. Analisis data Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data.

  Analisi data adalah rangkaian penelaahan, pengelompokan, sistemasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah.

  7. Pengecekan keabsahan data Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka perlu dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu pembanding terhadap data itu.

  Adapun dalam penelitian ini peneliti melakukan pengecekan yaitu dengan membandingkan data hasil wawancara guru Bimbingan Konseling dengan wawancara kepada objek dari peran dalam mengatasi masalah kesiplinan siawa yang dilakukan oleh guru.

  G.

  Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari penelitian skripsi maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan.

  BAB II : KAJIAN PUSTAKA Berisi tentang konsep bimbingan konseling, karakteristik anak usia SMP, pengertian kesiplinan siswa, hal-hal yang mempengaruhi kedisiplinan.

  BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Berisi tentang keadaan umum SMP Muhammadiyah

  05 Wonosegoro tahun 2016, yaitu sejarah berdirinya, lokasi, data guru dan murid, struktur organisasi SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro tahun 2016, dan laporan penelitian yang menyajikan data mengenai kondisi tahun 2016, peran guru BK dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro tahun 2016, dan faktor pendukung serta penghambat.

  BAB IV : PEMBAHASAN Berisi tentang penganalisisan data yang diperoleh mengenai: kondisi kedisiplinan siswa, peran guru BK dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa di sekolah yang menjadi tempat penelitian serta menganalisis faktor- faktor yang mendukung dan menghambatnya.

  BAB V : PENUTUP Meliputi: kesimpulan, saran-saran.

  KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Guru Bimbingan Konseling

  Guru dalam bahasa jawa adalah penunjuk bagi seseorang yang harus digugu lan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakatnya.

  Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Seorang guru ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri tauladan (panutan) bagi semua muridnya (Roqib dan Nurfuadi, 2009:20)

  Bimbingan adalah suatu istilah yang luas dan biasanya dipakai dalam program umum sekolah. Pelayanannya ditujukan demi membantu para murid untuk menyusun dan melaksanakan rencananya dan mencapai penyesuaian yang memuaskan dalam kehidupannya.

  Konseling biasanya dilihat sebagai bagian dari program pelayanan bimbingan yang ditujukan kepada murid yang mempunyai masalah pribadi dan mereka tidak mampu memecahkannya sendiri (Gunawan, 2001:58)

  Konseling adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara bersemuka (face-to-face) dalam wawancara antara konselor dan konseli. Dengan tujuan agar klien dapat mengenal diri sendiri, lingkungan (Gunawan, 2001:116) Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya (Nurihsan, 2007:20)

  Jadi guru bimbingan konseling adalah sesorang yang harus dipercaya dan dijadikan suri tauladan serta dipatuhi siswa dalam menyelesaikan masalah, dengan tujuan siswa dapat mengenali diri sendiri.

2. Pentingnya Bimbingan dan Konseling di Sekolah

  Kebutuhan akan bimbingan adalah hal yang universal, tidak terbatas pada masa anak dan masa remaja. Bimbingan terdapat di mana-mana pada setiap umur perkembangan anak dan manusia dewasa. Bimbingan sangat diperlukan dalam mengadakan pilihan- pilihan dan penyesuaian atau memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusia. Bimbingan harus merupakan proses yang terus menerus selama hidup bagi mereka yang membutuhkan pertolongan. Tetapi kebutuhan pertolongan akan tampak jelas pada masa-masa kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan cita-cita sedang tumbuh dan berkembang serta sedang banyak mengalami perubahan dalam diri pribadinya, seperti dalam masa remaja.

  Bimbingan pada masa remaja ini akan mengurangi kebutuhan bimbingan pada masa yang akan datang. Pertanyaan yang sering timbul pada masa ini adalah: mengapa anak sekolah menengah perlu mendapatkan bimbingan? Jawabannnya adalah karena sifat anak itu sendiri. Lalu bagaimana sifat anak sekolah menengah? Sifat anak sekolah menengah itu antara lain: a.

  Pada umumnya, murid-murid sekolah menengah berumur antara 12 dan 18 tahun. Masa ini merupakan masa remaja dan merupakan masa yang penuh perubahan dalam pertumbuhan dalam pertumbuhan fisik, mental, sosial, dan emosional.

  b.

  Masa ini anak mengalami dan merasakan perasaan kebebasan pribadi dan keinginannya untuk bersatu dengan yang lain dalam berteman, walaupun kebutuhan ini sering tidak diakui.

  c.

  Masa ini para remaja umumnya sulit membuka dirinya terhadap orang lain dan sukar mengetahui diri sendiri.

  d.

  Mereka sukar mengakui bahwa mereka membutuhkan bimbingan, dan mereka menolak pertolongan dari orang dewasa.

  Selama masa ini seorang remaja mengalami banyak perubahan dalam sifat-sifat mental dan sosial serta sikapnya terhadap sekolah, tugas guru berat dan sulit, sebab mereka harus menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan minat dan sikap individual siswa.

  Guru harus kerap memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan ini, karena setiap anak akan menuju kedewasaaanya menurut sifat dan wataknya masing-masing. Patokan norma lebih cocok untuk orang dewasa dari pada untuk remaja. Perbedaan individual ini menuntut guru memberikan pertolongan individual dalam bentuk bimbingan (Gunawan, 2001: 190-191) 3.

   Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah a.

  Tujuan bimbingan sekolah menengah menurut kurikulum 1975 Adapun tujuan bimbingan sekolah menengah menurut kurikulum 1975 adalah sebagai berikut: 1)

  Mengembangkan pemahaman dan pengertian dari dalam kemajuannya di sekolah; 2)

  Mengembangkan dunia kerja, kesempatan kerja, serta rasa tanggung jawab dalam memilih kesempatan kerja tertentu yang sesuai dengan tingkat pendidikan yang disyaratkan;

  3) kemampuan untuk memilih dan Mengembangkan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung jawab;

  Mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga diri orang lain. (Gunawan, 2001: 201) b.

  Tujuan bimbingan dan penyuluhan di sekolah tidak terlepas dari tujuan dari pendidikan dan pengajaran pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. Tujuan dari pendidikan dan pengajaran di Indonesia tercantum dalam undang-undang No. 12 tahun 1954 dalam Bab II pasal 3 yang berbunyi: “Tudjuan pendidikan dan pengadjaran ialah membentuk manusia susila jang cakap dan warga negara jang demokratis serta bertanggung djawab tentang kesedjahteraan masyarakat dan tanah air.

  ” Dengan demikian maka tujuan dari bimbingan dan penyuluhan disekolah ialah membantu tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran dan membantu individu untuk mencapai kesejahtaraan (Walgito, 1995: 25)

4. Fungsi Bimbingan dan Konseling

  Fungsi bimbingan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan tertentu yang mendukung atau mempunyai arti terhadap tujuan bimbingan. Fungsi bimbingan sering diartikan sebagai sifat bimbingan. Adapun fungsi bimbingan adalah sebagi berikut: a.

  Memahami Individu (understanding-individu). Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya. Karena itu bimbingan yang efektif keseluruhan. Tujuan bimbingan dan pendidikan dapat tercapai jika programnya didasarkan atas pemahaman diri anak didiknya.

  Bimbingan tidak dapat berfungsi efektif jika konselor kekurangan pengetahuan dan pengertian mengenai motif tingkah laku konseli, sehingga usaha preventif dan treatment tidak dapat berhasil. Seperti diagnosis mendahului terapi, maka mengerti dan memahami anak harus mendahului mengajar dan konseli. Karena itu program analisis individual merupakan program kunci dalam pelayanan bimbingan, di mana informasi mengenai anak dikumpulkan secara sistematis. Pengumpulan data dapat dilakukan oleh guru, konselor, atau tenaga ahli lain yang berwenang.

  Pemahaman anak sebagai diri dengan tugas-tugas perkembangan serta masalah-masalah pribadinya sangat diharapkan untuk keberhasilan bimbingan.

  b.

  Preventif dan pengembangan individual. Preventif dan pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Preventif berusaha mencegah kemerosotan perkembangan anak dan minimal dapat memelihara apa yang telah dicapai dalam perkembangan anak melalui pemberian pengaruh-pengaruh yang positif. Sedangkan bimbingan yang bersifat pengembangan memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap pola perilaku yang dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara problem yang serius, tetapi bukan berarti seorang anak harus dihindarkan dari problem sehari-hari. Guru dan konselor diharapkan dapat menyadarkan anak bahwa problem hidup dan cara mengatasinya harus dipelajari dan dapat menjadi daya tahan jiwa untuk menghadapi masalah pribadi yang berat dan yang mungkin dihadapinya. Anak pada akhirnya akan menyadari bahwa

  

problem solving merupakan sifat dasar belajar. Bukankah

  perkembangan merupakan serangakaian perjuangan untuk mengatasi masalah-masalah yang harus dihadapi? Karena itu, kemampuan anak untuk mengatasi problemnya harus dikembangkan, sejauh problem itu tidak terlalu berat bagi anak.

  Bimbingan mempunyai peranan untuk menyumbangkan pikirannya dalam bidang pengajaran, khususnya dalam bidang kurikulum. Kurikulum sebaiknya dapat memberikan banyak kesempatan kepada anak untuk melakukan self-analysis serta dapat mengembangkan kemampuan anak untuk mengatasi masalah-masalahnya. Orientasi, informasi, pelayanan kesehatan, konseling, dan pelayanan pengembangan lainnya diberikan sebagai alat yang dapat dipakai anak untuk perkembangan dirinya.

  Anak akan memperoleh informasi pendidikan, pekerjaan, dan pengalaman-pengalaman hidup yang esensial. Program pengembangan ini dapat meliputi aspek fisik, mental, dan sosial, dirinya secara optimal.

  c.

  Membantu individu untuk menyempurnakan cara-cara penyelesaiannya. Setiap manusia pada saat tertentu membutuhkan pertolongan dalam menghadapi situasi lingkungannya. Pertolongan yang dibutuhkan untuk setiap individu tidak sama. Perbedaan umumnya tertelak pada tingkatannya daripada macamnya. Fungsi preventif dan pengembangan memang ideal, tetapi hanya fungsi ini saja tidaklah cukup. Pada suatu saat kita membutuhkan tindakan korektif yang tujuannya tetap pada pengembangan kekuatannya sendiri untuk mengatasi masalahnya. Bimbingan dapat memberikan pertolongan pada anak untuk memberikan pertolongan pada anak untuk memecahkan problemnya sendiri. Melalui bimbingan, kemampuan ini dikembangkan dan diperkuat. Keterampilan psikolog, para konselor, pekerja sosial, psikiater semakin dibutuhkan di sekolah dan di klinik untuk memberikan konseling individual dan terapi, agar cara-cara penyesuaian individu terhadap lingkungnnya semakin berkembang (Gunawan, 2001:42-44)

  Fungsi bimbingan menurut kurikulum 1975 dapat dibedakan: Fungsi penyaluran, yang membantu siswa untuk memilih jurusan, lanjutan sekolah, atau memilih kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya. 2)

  Fungsi adaptasi, yang memberikan bantuan kepada staf sekolah untuk mengadaptasikan pengajaran dengan kemampuan, minat, dan kebutuhan para siswa. 3)

  Fungsi penyesuaian, yang memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh kemajuan dalam perkembangannya secara optimal.

  Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka membantu siswa untuk mengidentifikasi, mamahami, menghadapi, dan memecahkan masalah-masalahnya (Gunawan, 2001:45) B.

   Kedisiplinan Siswa 1. Pengertian kedisiplinan

  Kedisiplinan berasal dari kata disiplin dalam kamus besar bahasa indonesia online yang berarti ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan sebagainya diakses pada hari selasa 24 Mei 2016. Sedangkan siswa adalah peserta didik yang merupakan subjek pendidikan. Adapun kedisiplinan siswa yang dimaksud penulis adalah ketaatan dan kepatuhan siswa terhadap tata tertib dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiswaan.

  Istilah kedisiplinan berasal dari kata yang tidak asing dalam kehidupan sehari-hari. Kata ini sudah memasyarakat. Baik di sebagainya. Disiplin suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. Tata tertib itu bukan buatan binatang, tetapi buatan manusia sebagai pembuat dan pelaku. Sedangkan disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk menaati tata tertib tersebut. Dengan demikian dapat dipahami bahwa disiplin adalah tata tertib, yaitu ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdisiplin berarti menaati (mematuhi) tata tertib (Djamarah, 2002:12).

  Disiplin yang dikehendaki itu tidak hanya muncul karena kesadaran, tetapi juga karena paksaan. Disiplin yang muncul karena kesadaran disebabkan faktor seseorang dengan sadar bahwa hanya dengan disiplin akan didapatkan kesuksesan dalam segala hal. Dengan disiplin akan tercipta ketertiban dan kelancaran dalam segala urusan (Nata, 2010:249). Keteraturan dalam kehidupan, dapat menghilangkan kekecewaan orang lain, dan dengan disiplinlah orang lain mengaguminya.

  Disiplin karena paksaan biasanya dilakukan dengan terpaksa pula. Keterpaksaan itu karena takut akan dikenakan sanksi hukum akibat pelanggaran terhadap peraturan. Ada pengawasan dari petugas (guru) timbul disiplin, tetapi jika tidak ada pengawas (guru) pelanggaran dilakukan. Dalam masalah disiplin berlalu lintas misalnya, untuk menegakkan selalu saja ada rintangan. Di jalan-jalan lintas, terutama bila tidak ada petugas di tempat. Maka disiplin yang terpaksa identik denngan ketakutan pada hukum. Sedangkan disiplin karena kesadaran menjadikan hukum sebagai alat yang menyenangkan di jiwa dan selalu siap sedia untuk menaatinya (Djamarah, 2002:13).

  Untuk menegakkan disiplin tidak selamanya harus melibatkan orang lain, tetapi dengan melibatkan diri sendiripun juga bisa. Bahkan yang melibatkan diri sendirilah yang lebih penting, sebab penegakan disiplin karena melibatkan diri sendiri berarti disiplin yang timbul itu adalah karena kesadaran.

  Dalam belajar disiplin sangat diperlukan. Disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu berlalu dalam kehampaan. Budaya jam karet adalah musuh besar dari mereka yang mengagungkan disiplin dalam belajar. Mereka benci perbuatan menunda-nunda waktu. Setiap jam dan bahkan setiap detik sangat berarti bagi mereka yang menuntut ilmu di manapun dan kapanpun.

  Orang-orang yang berhasil dalam belajar dan berkarya disebabkan karena mereka selalu menempatkan disiplin di atas semua tindakan dan perbuatan. Semua jadwal belajar yang telah disusun mereka taati dengan ikhlas. Mereka melaksanakannya dengan penuh semangat, rela mengorbankan apa saja demi perjuanagn menegakkan disiplin pribadi.

   Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

  Disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaannya. Disiplin memerlukan proses pendidikan dan pelatihan yang memadai. Untuk itu, guru memerlukan pemahaman tentang landasan ilmu pendidikan dan keguruan, sebab dewasa ini terjadi erosi sopan santun dan erosi disiplin dalam melaksanakan proses pendidikan, baik yang dilakukan oleh peserta didik maupun oleh para pendidik. Mengapa terjadi erosi disiplin dalam proses pendidikan di negara kita? Menurut Cece Wijaya dan A Tabrani Rusyan, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, dan diantaranya adalah sebagai berikut: a.

  Masyarakat di negara kita pada umumnya sudah berpandangan lebih maju untuk meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi, artinya tuntutan kebutuhan hidup lebih mendesak sehingga bagaimanapun caranya, bagaimanapun jalannya, banyak ditempuh untuk menutupi tuntutan hidup tersebut.

  b.

  Munculnya selera beberapa kelompok manusia ini karena suara hingar-bingar dengan tingkah gerak dan jeritan yang mendekati histeris, membisingi ruang sejak siang hingga larut malam sehingga perilaku moral hampir sirna. Ini semua tampak sebagai cerminan dari pola yang nyaris lepas dari kendali, diri ingin terlepas dari ikatan dan aturan, ingin bebas sebebas-bebasnya.

  Pola dan sistem pendidikan yang sering berubah sehingga membingungkan peserta didik dan para pendidik untuk melaksanakan proses pendidikan tersebut sehingga tidak berjalan sebagaimana mestinya.

  d.

  Motivasi belajar para peserta didik dan para pendidik menurun, dengan alasan bahwa mereka beranggapan tanpa belajar dengan baik, tanpa disiplin yang tinggi, dan tanpa mengikuti berbagai kegiatanpun mereka pasti lulus atau naik kelas.

  e.

  Longgarnya peraturan yang ada, terutama untuk sekolah-sekolah di kota-kota besar (Wijaya dan Ruslan, 1991:17-18) Banyak lagi faktor yang lain yang menunjang erosi disiplin dalam proses pendidikan sehingga apabila kita melihat faktor-faktor tersebut dengan makna dan upaya pendidikan kita akan bertanya: mengapa hal itu bisa terjadi? Salahkah sistem pendidikan kita baik secara filosofis, konseptual, sistematis, sistemik, ataupun teknis?

  Kesalahan filosofis mungkin terjadi apabila pendidikan tidak berakar kokoh pada landasan falsafah yang konsisten; kesalahan konseptual mungkin terjadi apabila pandangan hidup pendidik menyimpang; kesalahan sistematik dan sistemik mungkin terjadi apabila pendidikan tidak dipedulikan, sebagai serpihan terpisah dari urusan kemanusiaan lainnya, atau pendidikan tidak mempedulikan bagian-bagian integral yang terdapat di dalamnya; sedangkan kesalahan teknis mungkin terjadi karena cara mendidiknya tidak tepat umumnya menganggap bahwa belajar itu hanya untuk memperoleh, ijazah atau hanya untuk meningkatkan gengsi.