Model Pendidikan Akhlak Tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali Tahun 2015. - Test Repository

  

MODEL PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF

DI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM

BANDUNG WONOSEGORO BOYOLALI

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  

Oleh

YUANITA

111 11 218

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

  

MOTTO

اًقُلُخ حْ ُ ُ أَ حْ أَ اً اأَمحْيِإ أَ حْيِ ِم حْ ُمحْا ُ أَمحْ أَ

  

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang

paling baik akhlaknya”

(HR. Abu Dawud )

  

PERSEMBAHAN

  Dengan rasa syukur kepada Allah atas segala karunia-Nya, saya persembahkan karya ini kepada:

  1. Bapak dan ibu tercinta yang selalu memberi kasih sayang, semangat, motivasi, dan nasihat untuk keberhasilan.

  2. Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memotivasi dalam kebaikan.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillaahirob bil’aalamiin, segala puji dan Syukur penulis panjatkan atas

kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya yang tiada

terhimgga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini deng an judul “ model pendidikan

  akhlak tasawuf di pondok pesantren darussalam bandung wonosegoro boyolali Tahun 2015 ”.

  Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan Uswah Khasanah Rasulullah Muhammad S.A.W, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia yang mana beliaulah sebagai Rosul utusan Allah untuk membimbing umat manusia.

  Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Institut Agama Islam Negeri (I

  AIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Model Pendidikan Akhlak Tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali Tahun 2015 ”.

  Penulisan skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

  Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag, selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.

  4. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  6. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.

  7. Teman-teman Pendidikan Agama Islam Angkatan 2011, khususnya PAI F semangat terus pantang mundur.

  8. Almamater IAIN Salatiga.

  9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT.

  Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnnya serta para pembaca pada umumnya.

  Salatiga, 14 Maret 2016 Penulis

  Yuanita 111 11 218

  

ABSTRAK

  Yuanita. 2015. Model Pendidikan Akhlak Tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali Tahun 2015 . Skripsi.

  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Miftahuddin, M.Ag.

  Kata kunci: Model, Pendidikan Akhlak, Akhlak Tasawuf

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali?, (2) bagaimana pelaksanaan model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali?, serta (3) faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali?.

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis yang digunakan meliputi reduksi data, penyajian data kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

  Temuan dari penelitian ini adalah (1) model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam ialah model pendidikan pentahapan imam al- Ghazali yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW, (2) pelaksanaan model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam adalah dengan kajian kitab kuning, baiat, thoriqoh serta suluk, (3) faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam yaitu, a) faktor pendukung; lingkungan yang kental dengan pendidikan tasawufnya sehingga lebih bisa menarik minat santri untuk mempelajari dan ikut terjun ke dunia tasawuf, adanya tokoh pesantren yang memiliki kharisma yang kuat dan menjadi panutan bagi santri dan masyarakat sekitar, Adanya rasa ketertarikan dengan ilmu tasawuf, serta Pendapat bahwa belajar tasawuf adalah sarana untuk memperbaiki akhlak menjadi lebih baik, b) faktor penghambat; ego santri yang lebih mengutamakan masalah dunia, Perasaan segan tatkala teman-teman seusia mereka tahu kalau mereka mempelajari ilmu tasawuf, serta tuntutan dari orang tua mereka yang mengharuskan mereka giat dalam bekerja.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................................

  iii

  

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................

  1 B. Rumusan Masalah .........................................................................

  4 C. Tujuan Penelitian ..........................................................................

  4 D. Manfaat Penelitian ........................................................................

  5 E. Penegasan Istilah ...........................................................................

  5 F. Metode Penelitian ..........................................................................

  8 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................

  8 2. Kehadiran Peneliti ...................................................................

  9 3. Lokasi Penelitian .....................................................................

  9

  4. Sumber Data ............................................................................ 10 5.

  Prosedur Pengumpulan Data ................................................... 11 6. Analisis Data ........................................................................... 13 7. Pengecekan Keabsahan Data ................................................... 13 8. Tahap - tahap Penelitian .......................................................... 14 G. Sistematika Penulisan ................................................................... 15

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Model Pendidikan ....................................................... 17 1. Tujuan Pendidikan ................................................................. 19 a. Tujuan Umum .................................................................. 20 b. Tujuan Khusus ................................................................. 21 B. Pengertian Akhlak Tasawuf .......................................................... 22 1. Pengertian Akhlak ............................................................. 22 a. Pendidikan Akhlak ...................................................... 22 b. Ruang Lingkup Akhlak ............................................... 22 c. Fungsi Akhlak bagi Seorang Muslim .......................... 24 2. Pengertian Tasawuf ........................................................... 30 a. Objek Ilmu Tasawuf .................................................... 31 b. Tujuan Tasawuf ........................................................... 32 c. Keutamaan Ilmu Tasawuf ........................................... 33 d. Maqamat ...................................................................... 33 e. Hal ................................................................................ 37 f. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf ........... 38

  g.

  Model-model Pendidikan Akhlak ............................... 39 C. Pondok pesantren .......................................................................... 42 1.

  Definisi Pondok Pesantren ...................................................... 42 2. Ciri-ciri Umum Pesantren ....................................................... 43 3. Unsur-unsur Pesantren ............................................................ 44 4. Kekuatan dan Kelemahan Pesantren ....................................... 48 a.

  Kekuatan Pesantren ........................................................... 48 b. Kelemahan Pesantren ........................................................ 50 5. Peran Pesantren ....................................................................... 51 6. Kurikulum Pesantren ............................................................... 55

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darussalam ........................ 57 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darussalam ................. 57 2. Letak Geografis Pondok Pesantren Darussalam ..................... 59 3. Dasar dan Tujuan .................................................................... 66 4. Keadaan Ustadz dan Ustadzah ................................................ 61 5. Keadaan Santri ........................................................................ 61 6. Struktur Organisasi Kepengurusan ......................................... 62 7. Sistem Pendidikan Akhlak Tasawuf Pondok Pesantren Darussalam ..............................................................................

  64 8. Kelembagaan ............................................................................ 66 9.

  Materi dan Kurikulum Pondok Pesantren Darussalam ........... 66 10.

  Sarana dan Prasarana ............................................................... 68

  B.

  Model Pendidikan Akhlak Tasawuf .............................................. 69 C. Penerapan Model Pendidikan Akhlak Tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam ...................................................................

  76 D. Faktor-faktor yang Mendukung dan Menghambat Pendidikan Akhlak Tasawuuf di Pondok Pesantren Darussalam ....................

  78 BAB IV PEMBAHASAN A.

  Analisis Hasil Temuan .................................................................. 81 1.

  Model Pendidikan Akhlak Tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam ..............................................................................

  81 2. Pelaksanaan Model Pendidikan Akhlak Tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam ..............................................................

  85 3. Fator-faktor yang Mendukung Dan Menghambat pelaksanaan model Pendidikan Akhlak Tasawuf di Pondok Pesantren

  Darussalam ..............................................................................

  91 BAB V PENUTUP A.

  Kesimpulan .................................................................................... 95 B. Saran .............................................................................................. 96

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  DAFTAR TABEL

Tabel I. Daftar Struktur Kepengurusan Pondok

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.

  Surat Ijin Penelitian Lampiran 2. Pedoman Wawancara Lampiran 3. Transkip Hasil Wawancara Lampiran 4. Daftar Nilai SKK Lampiran 5. Lembar Konsultasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perkembangan pendidikan kini menghendaki adanya

  sistem pendidikan yang komprehensif. Karena perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan siswa/santri yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan serta kemampuan komunikasi.

  Pondok Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Secara lahiriyah, pesantren pada umumnya merupakan suatu komplek bangunan yang terdiri dari rumah kyai, masjid, pondok tempat tinggal para santri dan ruangan belajar. Pondok pesantren juga berarti suatu lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal, tetapi dengan sistem bandongan dan sorogan. Dimana seorang kyai mengajar santri- santri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis dalam bahasa arab oleh ulama- ulama besar abad pertengahan (Nasir, 2005:81).

  Pondok Pesantren merupakan ciri khas pendidikan Indonesia. Namun menurut sebagian masyarakat Indonesia pondok pesantren dipandang sebelah mata karena pesantren hanya mengajarkan tentang pendidikan agama tanpa disertai pendidikan umum. Namun seiring berjalannya waktu, dengan kemampuannya menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada, pondok pesantren mengalami perkembangan dan pergeseran, memiliki berbagai lembaga pendidikan yang bersifat keagamaan, seperti madrasah, maupun pendidikan umum, seperti sekolah, perguruan tinggi, dan ketrampilan- ketrampilan yang ada. Pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ada di Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Di tengah ramainya pendidikan modern, pesantren tetap bertahan dengan semangat tradisi yang mengagumkan. Di kalangan umat Islam sendiri pesantren masih dianggap sebagai model pendidikan yang menjanjikan serta sebagai wadah komunikasi.

  Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia telah menunjukan kemampuannya dalam mencetak kader-kader ulama dan telah berjasa turut mencerdaskan kehidupan bangsa Selain itu, di tengah arus globalisasi, seiring perubahan zaman pondok pesantren juga dituntut untuk menyelenggarakan pendidikan yang mampu bersaing dengan lembaga pendidikan yang lain dalam mencetak santri-santri yang professional untuk menghadapi tantangan zaman. Karena saat ini tuntutan masyarakat akan pondok pesantren semakin meningkat. Hal ini merupakan sebuah kesempatan sekaligus sebagai tantangan bagi pondok pesantren dalam mengembangkan sistem pendidikannya agar eksistensinya tetap terjaga.

  Seiring dengan perkembangan sistem pendidikannya, pesantren juga menjaga agar akhlak lulusan pondok pesantren tetap baik dan dapat memberi contoh yang baik pula di lingkungan ia berada pada akhirnya. Akhlak remaja yang kini semakin jauh dari norma dan syariat agama menuntut suatu lembaga pendidikan harus memiliki model pendidikan yang kiranya mampu untuk membekali remaja agar tetap dalam koridor Islam. Setiap apa yang ada di bumi sesungguhnya adalah milik Allah. Seperti firman Allah dalam QS Al- Baqarah ayat 115:

   ٌميِلَع ٌعِساَو َ ّلِلا َّنِإ ِ ّلِلا ُهْجَو َّمَثَف ْاوُّلَوُت اَمَنْيَأَف ُب ِرْغَمْلاَو ُق ِرْشَمْلا ِ ّ ِلِلَو

Artinya: Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu

  “

  

menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya)

lagi Maha Mengetahui." (Q. S. 2. Al-Baqoroh, 2:115).

  Penanaman akhlak yang diajarkan di pondok pesantren memiliki model yang bermacam-macam. Salah satunya adalah dengan mengajarkan tasawuf kepada para santri. Pondok pesantren Darussalam adalah salah satu pondok pesantren di daerah Boyolali yang mengajarkan pendidikan akhlak tasawuf. Suatu pendidikan akhlak yang dirasa oleh peneliti dapat dijadikan alternatif pendidikan akhlak sebagai bekal seseorang dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin jauh dari norma dan syari‟at agama. Dengan diajarkannya tasawuf diharapkan para santri dapat merasakan kedekatan pada Allah Swt. di dalam hati dapat mengendalikan hawa nafsunya sehingga akan menjaga baik hubungan dengan makhluk Allah Swt. Yang lain.

  Melihat permasalahan di atas, akhirnya penulis tertarik untuk membahasnya dengan judul skripsi “Model Pendidikan Akhlak Tasawuf di

  Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali tahun 2015 ”.

B. Rumusan Masalah

  Melihat dari latar belakang di atas, maka penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren

  Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali tahun 2015? 2. Bagaimana pelaksanaan model pendidikan akhlak tasawuf yang diajarkan di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali tahun

  2015? 3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam Bandung

  Wonosegoro Boyolali tahun 2015 ? C.

   Tujuan Penelitian

  Dengan adanya rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah : 1.

  Untuk mengetahui model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali tahun 2015.

  2. Untuk mengetahui penelaksanaan model pendidikan akhlak tasawuf yang diajarkan di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali tahun 2015.

  3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Secara Teoritis a.

  Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai dasar kegiatan penelitian yang akan datang.

  b.

  Sebagai tambahan dokumentasi khasanah ilmu pengetahuan akhlak tasawuf dalam bidang pendidikan islam.

2. Secara Praktis a.

  Bagi santri Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali tahun 2015, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan upaya meningkatkan serta memaksimalkan model pendidikan yang berlaku.

  b.

  Bagi Peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk menambah pengalaman peneliti dalam penelitian terkait dengan model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali tahun 2015.

  c.

  Bagi pembaca, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali tahun 2015.

E. Penegasan Istilah

  Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan kemungkinan terjadinya salah penafsiran terhadap apa yang terkandung dalam skripsi ini, maka perlu kiranya penulis perjelas dan membatasi pengertian sebagai berikut:

1. Model Pendidikan Akhlak Tasawuf

  Model diartikan sebagai pola (contoh, acuan ,ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Purwadarminta, 1984:75).

  Pendidikan merupakan rangkaian proses pemberdayaan potensi

  dan kompetensi individu untuk menjadi manusia berkualitas yang berlangsung sepanjang hayat. Proses ini dilakukan tidak sekedar untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat menggali, menemukan, dan menempa potensi yang dimiliki, tapi juga untuk mengembangkannya dengan tanpa menghilangkan karakteristik masing-masing (Soyomukti, 2010:5).

  Untuk memahami pendidikan, ada dua istilah yang dapat mengarahkan pada pemahaman hakikat pendidikan, yakni kata

  paedagogie dan paedagogiek. Secara estimologik, perkataan paedagogie

  berasal dari bahasa yunani, yaitu paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak. Paidagogos adalah hamba atau orang yang pekerjaannya mengantar dan mengambil budak-budak pulang pergi atau antar jemput sekolah. Perkataan untuk pedagogi yang juga berasal dari bahasa yunani kuno yang juga dapat dipahami dari kata “paid” yang bermakna anak, dan “ogogos” yang berarti membina atau membimbing (Sukardjo dan Komarudin, 2009:7-8).

  Akhlak merupakan istilah bahasa arab. Kata akhlak merupakan

  kata jamak dari bentuk tunggal khuluk, yang pengertian umumnya: perilaku, baik itu perilaku terpuji maupun tercela. Kata akhlak jika diurai secara bahasa berasal dari rangkaian huruf-huruf kha-la-qa, jika digabung (khalaqa) berarti menciptakan. Ini mengingatkan kita pada kata al-khaliq yaitu Allah Swt. Dan kata makhluk, yaitu seluruh alam yang Allah ciptakan. Maka kata akhlak tidak bisa dipisahkan dengan al-Khaliq (Allah) dan makhluk (hamba). Akhlak berarti sebuah perilaku yang muatannya “menghubungkan” antara hamba dengan Allah Swt., yang Khaliq. Dan beberapa ulama telah menyebutkannya. Yang telah masyhur adalah definisi yang diberikan oleh Imam Ghazali berikut: “khuluq adalah kondisi jiwa yang telah tertanam kuat, yang darinya

  

terlahir sikap amal secara mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan

pertimbangan” (Ahmadi, 2004:13).

  Tasawuf, Syekh Abdul Qadir al-Jilani berpendapat bahwa tasawuf

  adalah mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan

  

kholwat, riyadah, dan terus-terus berdzikir dengan dilandasi iman yang

  benar, mahabbah, taubah, dan ikhlas. Jika seorang mukmin duduk dalam

  

khalwat dengan taubat dan talqin dan memenuhi syarat-syarat yang telah

  ditentukan, maka Allah memurnikan amalnya, menyinari hatinya, menghaluskan kulitnya, mensucikan lisannya, memadukan anggota badannya lahir batin, mengangkat amalnya ke haribaan-Nya dan Allah mendengar permohonannya (Alba, 2012:11).

  Model Pendidikan Akhlak Tasawuf adalah teknik atau cara

  yang digunakan oleh suatu lembaga pendidikan dalam menyajikan materi akhlak tasawuf agar tujuan pembelajaran yang sudah dirancang dapat tercapai.

  2. Pondok pesantren adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan dan

  keagamaan yang ada di Indonesia. Secara lahiriyah, pesantren pada umumnya merupakan suatu komplek bangunan yang terdiri dari rumah kyai, masjid, pondok tempat tinggal para santri dan ruang belajar. Pondok pesantren juga berarti suatu lembaga pendidikan dan pengajaran agama islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal, tetapi dengan sistem bandongan dan sorogan.

  Dimana seorang kyai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis dalam bahasa arab oleh ulama-ulama besar abad pertengahan (Nasir, 2005:81) F.

   Metode Penelitian

  Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Seperti sudah dijelaskan, variasi metode dimaksud adalah: angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes, dokumentasi (Arikunto, 2010:203). Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, cermat dan akurat, maka pada penelitian ini akan digunakan tahap- tahapan sebagai berikut:

  1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field

  research ) dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan kualitatif

  deskriptif analisis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen studi dokumenter yang antara satu dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan (Sukmadinata, 2005:108). Dalam laporan penelitian ini data memungkinkan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan dokumen lainnya.

  Moleong (2008:2) menyatakan, bahwa penelitian lapangan (field

  research ) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian

  kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah peneliti berangkat ke lapangan mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah atau in situ.

  2. Kehadiran Penelitian Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif sangatlah penting.

  Karena peneliti harus melakukan pengamatan sekaligus terjun langsung di lapangan untuk mendapatkan hasil yang diperlukan untuk menunjang penelitiannya. Peneliti melakukan penelitian langsung di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali, dan melakukan wawancara dan observasi dengan subjek penelitian di Pondok Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali.

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Pondok Pesantren Darussalam

  Bandung Wonosegoro Boyolali. Adapun alasan pemilihan tempat penelitian di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali berkaitan dengan model pendidikan akhlak tasawuf yang diajarkan di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali sangatlah penting. Oleh karena itu, model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali perlu terus dikembangkan, sehingga akan meningkat pula dalam mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil).

4. Sumber Data

  Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawabpertanyaan- pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2010:172).

  Sumber data dibedakan menjadi dua (2) antara lain: a.

  Data Primer Sumber dan jenis data primer penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. Data atau informasi tersebut diperoleh secara langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data atau informasi tersebut diperlukan. Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama yaitu santri, ustadz, dan pengasuh pondok.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder adalah data informasi yang diperoleh dari sumber-sumber lain selain data primer. Diantaranya buku-buku literature, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data tersebut diantaranya buku- buku referensi seperti: Risalah Akhlak ,Panduan Perilaku Muslim Modern karya Wahid Ahmadi, Tasawuf dan Tarekat karya Cecep Alba, Kapita Selekta Pendidikan karya M Arifin, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik karya Suharsimi Arikunto, Analisis Data Penelitian Kualitatif karya Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif karya Lexy J Moleong Pemikiran Al Ghazali Tentang Pendidikan karya Abidin Ibnu Rusn.

5. Metode Pengumpulan Data

  Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan metode-metode berikut: a.

  Metode Wawancara Menurut Moleong (2011:186) metode wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian ini, wawancara ditujukan kepada pengasuh pondok pesantren Darussalam, dewan asatidz, pengurus, santri serta wali santri pondok pesantren Darussalam guna memperoleh informasi terkait model pendidikan akhlak tasawuf, pelaksanaan model pendidikan akhlak tasawuf serta faktor-faktor yang menghambat dan mendukung pelaksanaan model pendidikan akhlak tasawuf di pondok pesantren Darussalam.

  b.

  Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang ada dan dipandang relevan. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, peraturan rapat, catatan seharian dan sebagainya (Arikunto, 1989:131). Metode ini digunakan untuk memperoleh data sejarah Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali. Letak geografis, Struktur organisasi, serta keadaan ustadz dan santri Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali.

  c.

  Metode Observasi Metode observasi adalah pengumpulan data dengan pengamatan langsung kepada objek penelitian (Surakhmad,

  1994:164). Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali baik keadaan santri-santri maupun ustadznya.

  Melalui metode observasi ini, peneliti bisa mengetahui secara langsung fenomena yang diteliti, mengenai pelaksanaan model pendidikan akhlak tasawuf, faktor pendukung dan penghambat model pendidikan akhlak tasawuf di pondok pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali.

  6. Analisis data Menurut Bungin (2010:83) dalam penelitian kualitatif dikenal ada dua analisis data yang sering digunakan bersama-sama atau secara terpisah yaitu model strategi analisis deskriptif kualitatif dan atau model strategi analisis verivikatif kualitatif. Kedua model analisis itu member gambaran bagaimana alur logika analisis data pada penelitian kualitatif sekaligus memberi masukan terhadap bagaimana teknik analisis data kualitatif digunakan.

  Proses berjalannya analisis data kualitatif menurut Seiddel sebagaimana dikutip Moleong (2011:248) adalah sebagai berikut: a.

  Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, b.

  Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, c.

  Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

  7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan data temuannya. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

  Danzin (dalam Moleong, 2011:330-331) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik peemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan

  sumber, metode, penyidik, dan teori.

  Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Triangulasi dengan

  metode terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan

  penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang ssama.

  Teknik triangulasi jenis ketiga adalah dengan jalan memanfaatkan peneliti dengan pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Sedangkan triangulasi dengan teori, beranggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.

8. Tahap-tahap Penelitian a.

  Kegiatan administratif yang meliputi, pengajuan ijin operasional untuk penelitian dari pengasuh pondok pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali selaku penanggung jawab, kemudian menyusun pedoman wawancara dalam melakukan administrasi lainnya. b.

  Kegiatan lapangan yaitu meliputi: 1)

  Menemui pengasuh pondok untuk memberikan surat ijin penelitian.

  2) Menemui para santri yang akan dijadikan subjek penelitian. 3)

  Melakukan wawancara kepada para responden atau informan sebagai langkah pengumpulan data.

  4) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan.

  5) Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan sebagai deskriptif temuan penelitian.

  6) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan.

G. Sistematika Penulisan

  Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam membaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika hasil penelitian kualitatif, secara garis besar sebagai berikut: 1.

  Bagian Awal Bagian awal ini, meliputi: sampul, lembar berlogo, judul (sama dengan sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.

2. Bagian Inti

  Pada bagian inti dalam skripsi ini, memuat data:

  BAB I : Pendahuluan

  Meliputi Latar Belakang Masalah, Fokus Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulis Skripsi.

  BAB II : Kajian Pustaka Berisi Model Pendidikan akhlak tasawuf. BAB III : Paparan Data Penelitian Meliputi Gambaran Umum Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali dan model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali tahun 2015.

  BAB IV : Analisis Data Penelitian Meliputi model pendidikan akhlak tasawuf di Pondok Pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali, faktor pendukung dan penghambat model pendidikan akhlak tasawuf di pondok pesantren Al Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali, serta penerapan model pendidikan akhlak tasawuf di pondok pesantren Darussalam Bandung Wonosegoro Boyolali.

  BAB V : Kesimpulan, Saran dan Penutup Yang meliputi Kesimpulan, Saran-saran, dan Penutup.

3. Bagian Akhir

  Bagian akhir dari skripsi ini, memuat: Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran, dan Daftar Riwayat Hidup Penulis.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Model Pendidikan Model diartikan sebagai pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari suatu

  yang akan dibuat atau dihasilkan (Purwadarminta, 1984:75). Sedangkan untuk memahami pendidikan, ada dua istilah yang dapat mengarahkan pada pemahaman hakikat pendidikan, yakni kata paedagogie dan paedagogiek. Secara estimologik, perkataan paedagogie berasal dari bahasa yunani, yaitu

  paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak. Paidagogos adalah hamba

  atau orang yang pekerjaannya mengantar dan mengambil budak-budak pulang pergi atau antar jemput sekolah. Perkataan “paida” merujuk pada kanak- kanak, yang menjadikan sebab mengapa sebagian orang cenderung membedakan antara pedagogi (mengajar kanak-kanak) dan andragogi (mengajar orang dewasa).

  Perkataan untuk pedagogi yang juga berasal dari bahasa yunani kuno yang juga dapat dipahami dari kata “paid” yang bermakna anak, dan “ogogos” yang berarti membina atau membimbing. Apa yang dipraktikkan dalam pendidikan selama ini adalah konsep pedagpgi, yang secara harfiah adalah seni mengajar atau seni mendidik anak-anak(Sukardjo dan Komarudin, 2009:7-8).

  Definisi pendidikan juga dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara (dalam Mahfud, 2006:33) di dalam kongres Taman Siswa yang pertama pada 1930 ia menyebitkan, bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti(kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak.

  Dalam pengertian maha luas, pendidikan sama dengan hidup. Pendidikan adalah segala situasi dalam hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Pendidikan adalah pengalaman belajar. Oleh karena itu, pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai keseluruhan pengalaman belajarsetiap orang sepanjang hidupnya. Dalam pengertian ini pendidikan tidak berlangsung dalam batas usia tertentu, tetapi berlangsung sepanjang hidup (lifelong) sejak lahir (bahkan sejak awal hidup dalam kandungan) hingga mati. Dengan demikian tidak ada batas waktu berlangsungnya pendidikan. Pendidikan berlangsung pada usia balita, usia anak, remaja, dan usia dewasa, atau seumur hidup setiap manusia sendiri.

  Sedangkan dalam pengertian sempit, pendidikan adalah sekolah atau persekolahan (schooling). Sekolah adalah lembaga pendidikan formal sebagai salah satu hasil rekayasa dari peradaban manusia, di samping keluarga, dunia kerja, Negara, dan lembaga keagamaan. Sekolah sebagai hasil rekayasa manusia diciptakan untuk menyelenggarakan pendidikan, dan penciptaannya berkaitan erat dengan penguasaan bahasa tertulis dalam masyarakat, yang berkembang makin sistematis dan meningkat. Oleh karena itu, pendidikan dalam arti sempit adalah pengaruh yang diupayakan dan direkayasa sekoalh terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mereka mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Definisi pendidikan dalam arti sempit secara tersurat dan tersirat memperlihatkan keterbatasan dalam waktu, tempat, bentuk kegiatan dan tujuan dalam proses berlangsungnya pendidikan (Abdulhak, 2006:45-50). Jadi, model pendidikan adalah teknik atau cara yang digunakan dalam melaksanakan pendidikan yang sudah dirancang agar tujuan yang sudah dirancang dapat tercapai.

  Sedangkan Zakiyah Daradjat (dalam Umiarso, 2010:39) mendefinisikan pendidikan islam sebagai suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran islamsecara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnyadapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup. Definisi lain menyebutkan bahwa pendidikan islam merupakan proses yang mengarahkan manusia pada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan fitrah.

1. Tujuan Pendidikan

  Plato mengatakan bahwa tujuan pendidikan sesungguhnya adalah penyadaran terhadap self knowing dan self realization inquiry dan

  reasoning and logic. Jadi jelas bahwa tujuan pendidikan memberikan

  penyadaran terhadap apa yang diketahuinya, kemudian pengetahuan tersebut harus direalisasikan sendiri dan selanjutnya mengadakan penelitian serta mengetahui hubungan kausal, yaitu alas an dan laur pikirnya. Kemudian ahli filsafat seperti Aristoteles mengatakan bahwa tujuan pendidikan penyadaran terhadap self realization, yaitu kekuatan efektif (virtue) kekuatan untuk menghasilkan (efficacy) dan potensi untuk mencapai kebahagiaan hidup melalui kebiasaan dan kemampuan berfikir rasional. Ahli lainnya seperti Dewey yang merupakan ahli filsafat dan ahli pendidikan bangsa Amerika Serikat berpendapat pendidikan kemasyarakatanlah yang yang lebih penting dari dari pendidikan individual. Menurut Dewey, tujuan pendidikan ialah mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat melalui penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang bersifat aktif, ilmiah, dan memasyarakat serta berdasarkan kehidupan nyata yang dapat mengembangkan jiwa, pengetahuan, rasa tanggung jawab, ketrampilan, kemauan, dan kehalusan budi pekerti (sukardjo dan komarudin, 2009:13-14).

  Tujuan Pendidikan Islam, Pendidikan islam berhubungan erat

  dengan agama islam itu sendiri, lengkap dengan akidah, syariat, dan system kehidupannya. Keduanya ibarat dua kendaraan yang berjalan di atas dua jalur seimbang, baik dari segi tujuan maupun rambu-rambunya yang disyariatkan bagi hamba Allah yang membekali diri dengan takwa, ilmu, hidayah, serta akhlak untuk menempuh perjalanan hidup.

a. Tujuan Umum

  Tujuan umum pendidikan islam sinkron dengan tujuan agama islam, yaitu berusaha mendidik individu mukmin agar tunduk, bertakwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Untuk merealisasi tujuan tersebut, Allah mengutus para rasul untuk menjadi guru dan pendidik serta menurunkan kitab. Yang dijelaskan dalam Q.S al- Jumuah ayat 2:

  َباَتِكْلا ُمُهُمِّلَعُي َو ْمِهيِّكَزُي َو ِهِتاَيآ ْمِهْيَلَع ىُلْتَي ْمُهْنِم الًىُسَر َنيِّيِّمُ ْلْا يِف َثَعَب يِذَّلا َىُه لٍنيِ ُم لٍ َ َ يِ َل ُ ْ َ ْنِم اىُااَك ْ ِ َو َ َمْك ِ ْلا َو

  Artinya:

  Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah. (Q.s. al- J umu’ah, 62:2) b.

   Tujuan Khusus

  Dari tujuan umum pendidikan islam yang berpusat pada ketakwaan dan kebahagiaan tersebut dapat digali tujuan-tujuan khusus sebagai berikut:

  1) Mendidik individu yang shaleh dengan memperhatikan segenap dimensi perkembangannya: rohaniah, emosional, social, intelektual, dan fisik.

  2) Mendidik anggota kelompok sosial yang shaleh, baik dalam keluarga maupun masyarakat muslim.

  3) Mendidik manusia yang shaleh bagi masyarakat insani yang besar (Noer Aly, 2003:138-144).

B. Pengertian Akhlak Tasawuf 1. Pengertian Akhlak

  Akhlak merupakan istilah bahasa arab. Kata akhlak merupakan kata jamak dari bentuk tunggal khuluk, yang pengertian umumnya: perilaku, baik itu perilaku terpuji maupun tercela. Kata akhlak jika diurai secara bahasa berasal dari rangkaian huruf-huruf kha-la-qa, jika digabung (khalaqa) berarti menciptakan. Ini mengingatkan kita pada kata al-khaliq yaitu Allah Swt. Dan kata makhluk, yaitu seluruh alam yang Allah ciptakan. Maka kata akhlak tidak bisa dipisahkan dengan al-Khaliq (Allah) dan makhluk (hamba).

  Akhlak berarti sebuah perilaku yang muatannya “menghubungkan” antara hamba dengan Allah Swt., yang Khaliq. Dan beberapa ulama telah menyebutkannya. Yang telah masyhur adalah definisi yang diberikan oleh Imam Ghazali berikut: “khuluq adalah kondisi jiwa yang telah tertanam kuat, yang darinya

  terlahir sikap amal secara mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan” (Ahmadi, 2004:13).

  a.