Strategi Guru PAI dalam Menanggulangi Kenakalan di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali - Test Repository

  

STRATEGI GURU PAI DALAM MENANGGULANGI

KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 1 KLEGO KAB.

BOYOLALI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh:

NINDY PUTRI ZUNIANA

NIM 11112198

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

Motto

ىًدُهب ُْههبَ ْرِبَب ْرِهِبَرِب وابُنبمآبٌةبي ترفب َُِّْ َرإ ۚبهقبح لهرِب ُْهبأببب َببك يبلبعبُّصُقب َبُن حبَ

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar,

Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada

Tuhan mereka dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk” (QS Al Kahfi (18) :13)

  

Persembahan

  Penulis persembahkan karya ini kepada orang-orang terdekat yang penulis kasihi dan sayangi:

  1. Kedua orangtua Bapak Suyono dan Ibu Supartinah, adik Nanda dan Nadine, dan seluruh keluarga besar.

  2. Sahabatku Ratih, Silvi, Imania, Intan, keluarga besar KOPMA Fatawa, seluruh keluarga PAI F dan PAI 2012 IAIN Salatiga.

  3.

  “GreatTeacherofSMANSAGO” yang senantiasa memberi dukungan.

KATA PENGANTAR

  Syukur Alhamadulillah skripsi yang berjudul “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali” dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan pada Nabi Muhammad SAW.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari tidak dapat bekerja seorang diri melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak. Maka atas terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kajur PAI IAIN Salatiga.

  4. Bapak Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd selaku pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

  5. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag selaku pembimbing akademik yang mendampingi penulis selama menimba ilmu di IAIN Salatiga.

  6. Segenap dosen dan karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah memberikan bekal pengetahuan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  7. Semua pihak yang terlibat langsung dan tidak langsung atas dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

  Akhirn ya penulis berdo’a semoga amal dan jasa baik semua pihak mendapat balasan dari Allah SWT yang setimpal, Aamiin.

  Salatiga, 14 September 2016 Penulis

  Nindy Putri Zuniana NIM. 111-12-198

  

ABSTRAK

Putri Zuniana, Nindy (111-12-198). 2016. Strategi Guru PAI dalam

Menanggulangi Kenakalan di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali . Skripsi.

  Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. Pembimbing: Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

  Kata Kunci: Strategi, Guru Pendidikan Agama Islam, Kenakalan Remaja

  SMA N 1 Klego Kab. Boyolali merupakan salah satu sekolah yang tidak luput dari tindak pelanggaran yang dilakukan oleh siswa yang teridentifikasi sebagai kenakalan remaja. Mulai dari pelanggaran yang tergolong ringan hingga pelanggaran yang mengarah pada perbuatan kriminal. Hal inilah yang melatar belakangi penelitian dalam skripsi ini. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui: a) Realitas Kenakalan Remaja di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali. b) strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali. c) Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali.

  Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, penelitian dilakukan dengan menggunakan metode observasi, interview,dan dokumentasi. data yang diperoleh di lapangan kemudian disusun dengan memilih dan menyederhanakan data. Selanjutnya dilakukan penyajian data untuk dapat ditarik kesimpulan.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa realitas kenakalan remaja di SMA N

  1 Klego yaitu terjadi beberapa jenis pelanggaran yang dilakukan oleh siswa antara lain: kenakalan yang bersifat amoral dan asosial (terlambat, membolos, pakaian tidak sesuai, rambut tidak sesuai, kendaraan tidak standar, pacaran, dan penggunaan HP), kenakalan yang bersifat melanggar hukum (perkelahian, pencurian dan pelecehan). Strategi guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi kenakalan remaja di SMA N 1 Klego antara lain: tindakan preventif yang terdiri dari tata tertib, mengubah lingkungan, saling berkoordinasi, penjagaan di pintu gerbang dan kegiatan pembiasaan; tindakan represif terdiri dari bimbingan dan arahan secara lisan, home visit, dan pemberian sanksi; tindakan kuratif dan rehabilitasi terdiri dari pendekatan behavior, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, dan bekerja sama dengan pihak di luar sekolah. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menanggulangi kenakalan remaja di SMA N 1 Klego antara lain: faktor pendukungnya adalah dukungan dari segenap warga sekolah dan sarana prasarana yang lengkap. Faktor penghambatnya adalah letak geografis sekolah, kurangnya kesadaran dari beberapa pihak dan dari lingkungan pergaulan.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................... i HALAMAN BERLOGO ................................................................ ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................... vi KATA PENGANTAR ............................................................... vii ABSTRAK ........................................................................................ viii DAFTAR ISI .................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. xii

  BAB 1 PENFAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5 D. Kegunaan Penelitian ............................................................. 6 E. Penegasan Istilah .................................................................. 6 F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..................................... 8 2. Kehadiran Peneliti .......................................................... 9 3. Lokasi Penelitian ............................................................. 9 4. Sumber Data ................................................................... 10 5. Prosedur Pengumpulan Data .......................................... 11 6. Analisis Data ................................................................... 12 7. Pengecekan Keabsahan Data .......................................... 12 8. Tahap-tahap Penelitian .................................................... 13 G. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................... 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Guru Pendidikan Agama Islam ............................... 16 B. Kenakalan Remaja ................................................................. 26

  C.

  Strategi Menanggulangi Kenakalan Remaja ........................ 41 D.

  Faktor Pendukung dan Faktor PenghambatMenanggulangi Kenakalan Remaja ................................................................ 49

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 54 B. Temuan Penelitian ................................................................. 67 BAB IV PEMBAHASAN A. Realitas Kenakalan Remaja di SMA N 1 Klego ................... 78 B. Strategi Guru PAI dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMA N 1 Klego ................................................... 85 C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMA N 1 Klego ....... 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ................................................................... 98 B. SARAN .............................................................................. 99 C. PENUTUP .......................................................................... 99 DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 100 LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Daftar Guru dan Karyawan Tabel 2 Daftar Jumlah Siswa Tabel 3 Daftar Sarana dan Prasarana

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Riwayat Hidup Penulis 2. Surat Tugas Pembimbing 3. Surat Ijin Penelitian 4. Surat Pernyataan Telah Meneliti 5. Lembar Konsultasi 6. Laporan SKK 7. Pedoman Penelitian 8. Hasil Wawancara 9. Tata tertib SMA 1 Klego Kab. Boyolali 10.

  Dokumentasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju

  dewasa. Seorang remaja sudah tidak lagi dikatakan sebagai kanak-kanak namun juga belum cukup matang bila dikatakan sebagai dewasa. Masa remaja masa dimana seorang remaja sedang mencari pola hidup yang sesuai untuk dirinya sendiri dan sering melalui metode coba-coba.

  Daricoba-coba tersebut remaja sering melakukan kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar.

  Kesalahan-kesalahan itulah yang sering disebut dengan kenakalan remaja.

  Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Selain hal-hal yang membanggakan dari prestasi-prestasi yang diraih oleh para remaja, namun belakangan ini terlihat kemerosotan moral terjadi pada kalangan remaja bangsa ini. Terbukti dengan berita-berita di media yang memberitakan tentang tawuran antar pelajar, penggunaan narkoba, kehamilan diluar nikah oleh remaja putri. Bahkan tidak sedikit yang menjurus pada tindakan kriminal. Padahal seharusnya remaja-remaja tersebut dapat memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya untuk belajar di sekolah, berkarya mengembangkan ide dan kreatifitas, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif. Sangat disayangkan jika remaja tersebut hanya berhura-hura dengan hal-hal negatif dan tidak menutup kemungkinan dapat merusak masa depannya.

  Kenakalan remaja pada umumnya terjadi pada usia sekolah SMP dan SMA. Banyak pengaruh positif maupun negatif yang dapat diterima oleh remaja ketika berada pada lingkungan sekolah. Tergantung nanti pergaulan seperti apa yang akan dipilih oleh remaja. Bentuk kenakalan yang dilakukan di sekolah antara lain: tidak patuh pada guru, membolos, tidak mau belajar, suka berkelahi, kurang sopan, cara berpakaian yang tidak sesuai dengan tata tertib, mencoret-coret fasilitas sekolah (tembok, meja, dan lain sebagainya), merokok dan lain-lain. Selain itu bentuk kenakalan yang lebih serius yaitu narkoba, seks bebas dan dapat berujung pada tindakan kriminal seperti pencurian, pembunuhan, pemerkosaan dan lain-lain.Kenakalan remaja tersebut bisa jadi sebagai tindak kejahatan dan harus segera ditanggulangi agar tindakan tersebut tidak berlanjut hingga dewasa nanti dan dapat membahayakan dirinya sendiri bahkan orang lain.

  Bonger dalam buku Ninik Widiyanti (1987: 115) mengemukakan: “kejahatan anak-anak dan pemuda sudah merupakan bagian yang besar dalam kejahatan, lagi pula kebanyakan penjahat yang sudah dewasa umumnya sudah sejak kecil.Siapa menyelidiki sebab-sebab kejahatan anak-anak dapat mencari tindakan-tindakan pencegahan kejahatan anak- anak yang dapat mencari tindakan-tindakan pencegahan kejahatan anak- anak yang kemudian akan berpengaruh baik pula terhadap pencegahan kejahatan orang dewasa”

  Kenakalan remaja tidak hanya terjadi pada lingkungan sekolah di kota-kota besar saja, tetapi juga di kota-kota kecil dan juga pedesaan.

  Misalnya di lembaga pendidikan sekolah menengah atas yaitu di SMA Negeri 1 Klego. Di sekolah tersebut juga tidak luput dari ancaman berbagai kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa-siswanya. Mulai dari pelanggaran tata tertib hingga kenakalan yang bersifat kriminal pun pernah terjadi di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali.

  Tanggungjawab terhadap kenakalan remaja terletak pada keluarga, sekolah dan masyarakat, terutama bagi para pendidik di keluarga (orangtua), di sekolah (guru) dan di masyarakat (tokoh masyarakat). Maka dari itu untuk pencegahan dan penanggulangannya juga perlu ada keikutsertaan (peran serta) dari pihak-pihak tersebut. Sehingga diharapkan dapat menekan kemungkinan terjadinya kenakalan remaja.

  Salah satu agen yang berperan penting dalam pembentukan karakter remaja adalah sekolah, dimana sekolah merupakan salah satu tempat sosialisasi remaja dan remaja banyak menghabiskan waktu di sekolah. Di lingkungan sekolah guru memiliki peran penting atas perilaku siswa.Karena guru ikut serta dalam membentuk karakter anak selain itu guru ikut serta mengarahkan tingkah laku anak agar tetap pada jalan kebaikan. Jika guru tidak memperhatikan siswanya dengan baik dan hanya berorientasi pada penyampaian materi pelajaran di kelas, maka peluang perilaku negatif siswa semakin besar karena siswa akan merasa jenuh dan akan melakukan hal-hal untuk melampiaskan rasa jenuh mereka.

  Peran guru memegang peranan yang cukup penting di sekolah. Begitu juga guru pendidikan agama Islam. Guru harus mampu menjadi teladan yang baik dalam pembentukan watak dan kepribadian siswanya.Selain menyampaikan materi pendidikan agama Islam, namun juga mengajarkan bagaimana merealisasikan dalam kehidupan agar anak tidak melakukan hal-hal negatif yang menyimpang dari ajaran Islam. Karena dengan agama anak dapat membentengi dirinya dari pengaruh buruk lingkungan sekitar. Hal ini menjadi peluang bagi guru pendidikan agama Islam untuk melakukan perannya dengan menekan sekecil mungkin hal-hal negatif tersebut.

  Masing-masing pihak sekolah mempunyai strategi tersendiri dalam menyikapi problematika remaja. Sehingga hasilnya pun berbeda-beda, ada yang berhasil sehingga hampir tidak ada siswa yang nakal dalam suatu sekolah namun ada juga sekolah yang terdapat banyak siswa nakal, dan strategi guru adalah salah satu faktor yang penting untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan.

  Masalah kenakalan remaja tidak bisa dikatakan sebagai masalah yang ringan. Masalah kenakalan remaja ini seyogyanya mendapat perhatian serius agar dapat mengarahkan remaja kea arah yang lebih positif yang titik beratnya untuk terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kenakalan di kalangan remaja.

  Dengan memperhatikan uraian-uraian tersebut diatas, maka penulis ingin mengetahui strategi guru pendidikan agama islam dalam menanggulangi kenakalan remaja dengan melakukan penelitian secara sistematis dengan judul “STRATEGI GURU PAI DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 1 KLEGO KAB. BOYOLALI”

  B. Rumusan Masalah

  Berangkat dari latar belakang masalah diatas, maka perlu kiranya masalah yang luas ini difokuskan agar dalam pelaksanaan penelitian nanti, masalah atau segala sesuatu yang perlu dan ingin diketahui menjadi jelas. Adapun latar belakang masalahnya adalah sebagai berikut: 1.

  Bagaimana realitas kenakalan remaja siswa SMA N 1 Klego Kab.

  Boyolali? 2. Bagaimana strategi guru PAI dalam menanggulangi kenakalan remaja

  SMA N 1 Klego Kab. Boyolali? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi menanggulangi kenakalan remaja di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai daam penelitian ini adalah:

  1. Untuk mendeskripsikan realitas kenakalan remaja di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali.

  2. Untuk mendeskripsikan strategi guru PAI dalam menanggulangi kenalakan remaja di SMA N 1 Klego Kab. Boyolali.

  3. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat strategi menanggulangi kenakalan remaja di SMA N 1 Klego Kab.

  Boyolali.

D. Kegunaan Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

  1. Secara Teoritis Secara teoritis diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan pendidikan Islam pada umumnya, khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian lapangan. Serta temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada munculnya teori tentang strategi menanggulangi kenakalan remaja.

  2. Secara Praktis Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: a.

  Bagi Peneliti Peneliti dapat mengetahui strategi yang tepat dalam menanggulangi kenakalan remaja.

  b.

  Bagi Guru Manfaat penelitian ini adalah untuk menjadi acuan bagi guru untuk lebih dapat mengembangkan pendidikan agama Islam guna menanggulangi kenakalan remaja.

E. Penegasan Istilah

  Penegasan istilah ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas kata-kata atau istilah kunci yang diberikan dengan judul penelitian STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 1 KLEGO KAB. BOYOLALI. Istilah-istilah tersebut meliputi: 1.

  Strategi Guru PAI Strategi ialah rencana cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus Ebta Setiawan diakses pada 24

  April 2016). Menurut undang-undang No. 14 Tahun 2005 pasal 1 butir 1 tentang guru dan dosen, yang disebut guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Undang-undang Guru dan Dosen, 2006:2).

  Strategi guru PAI merupakan rangkaian kegiatan terencana yang dilakukan guru PAI bersama siswa guna mencapai suatu tujuan pendidikan.

2. Kenakalan Remaja

  Kenakalan yaitu sifat nakal; perbuatan nakal. Tingkah laku secara ringan menyalahi norma yang berlaku dalam suatu masyarakat Ebta Setiawan diakses pada 24 April 2016).Kenakalan sebagai kelainan tingkahlaku, perbuatan atau tindakan yang bersifat sosial, kelakuan tersebut berupa pelanggaran norma-norma sosial yang ada, bisa menjurus kearah kejahatan atau perbuatan tercela lainnya (Widjaja, 1985:12).

  Remaja yaitu mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kawin Ebta Setiawan diakses pada 24 April 2016).Dapat juga dikatakan remaja adalah generasi muda yang berusia antara 13-21 tahun. Bahwa sebelum umur 13 tahun masih termasuk anak. Anak (belum akil baligh) bagi laki-laki dan perempuan kurang dari umur tersebut. Sedangkan umur 21 tahun menjelang remaja untuk menjadi dewasa (Widjaja, 1985:13). Masa remaja ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah terbayangkan dan dialami, dalam bidang fisik-biologis, yaitu menstruasi pertama bagi kaum wanita dan keluarnya sperma dalam mimpi basah pertama kaum pria chmada Syahrullah).

  Kenakalan remaja merupakan semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum yang dilakukan oleh remaja dan dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang sekitarnya.

F. Metode Penelitian

  Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data maka penulis menggunakan metode dan pendekatan sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bermaksud untuk mengetahui data responden secara langsung dari lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan studi mengenai suatu kegiatan dengan sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai kegiatan tersebut. Pendekatan penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan menyajikan gambaran tentang situasi atau perilaku sosial secara rinci dan akurat mengenai realitas kenakalan remaja, strategi guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi kenakalan remaja, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan strategi tersebut.

  Sedangkan jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Sukmadinata, 2008:60).

  2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpulan data. Hal ini dimaksudkan untuk mempertegas peran peneliti sebagai instrumen aktif dalam rangka mengumpulkan data-data yang ada di lapangan.

  3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di SMA Negeri 1 Klego Kab.

  Boyolali yang beralamatkan di Jl. Raya Klego

  • –Simo km. 04 Kelurahan Jaten, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.

4. Sumber Data a.

  Data Primer Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang strategi menanggulangi kenakalan remaja di SMA Negeri 1 Klego yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam, kegiatan apa saja yang dilakukan untuk mewujudkan strategi tersebut, serta faktor pendukung dan penghambatnya. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan guru pendidikan agama Islam, guru bimbingan konseling dan wakil kepala sekolahurusan kesiswaan.

  b.

  Data Sekunder Data Sekunder yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi dan dokumen resmi dari instansi. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan. Adapun sumber data yang peneliti dapatkan yaitu identitas sekolah, sejarah sekolah, data guru, karyawan dan siswa, data sarana prasarana, dan tata tertib sekolah.

5. Prosedur Pengumpulan Data

  Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data, yaitu: a.

  Observasi Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 1997:133). Metode ini digunakan peneliti dengan mengamati langsung lapangan untuk mengetahui realitas kenakalan remaja, strategi guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi kenakalan remaja di SMA Negeri 1 Klego Kab. Boyolali, serta faktor pendukung dan penghambatnya.

  b.

   Interview Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau

  kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee) (Arikunto, 1997:132).Peneliti akan melakukan wawancara dengan guru PAI, guru BK dan wakil kepala urusan kesiswaan SMA Negeri 1 Klego dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. c.

  Dokumentasi Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 1997:135).Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang realitas kenakalan remaja, strategi guru PAI dalam menanggulanginya dan faktor pendukung dan penghambat strategi. Data tersebut berupa identitas sekolah, sejarah perkembangan sekolah, data guru, karyawan dan siswa, data sarana prasarana, dan tata tertib sekolah.

6. Analisis Data

  Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010:335). Hasil data-data yang diperoleh dari oberservasi, interview dan dokumentasi, selanjutnya diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan yang diteliti untuk kemudian data tersebut disusun dan dianalisis dengan metode deskriptif.

  7. Pengecekan Keabsahan Data Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji

  credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas). Dalam

  uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check (Sugiyono, 2010:366).

  Untuk menetapkan keabsahan data digunakan teknik pemeriksaan sebagai berikut: a.

  Ketekunan pengamatan.

  b.

  Triangulasi yaitu memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan terhadap data itu teknik ini ada dua yaitu trianggulasi sumber dan trianggulasi metode.

  8. Tahap-tahap Penelitian a.

  Tahap pra-lapangan Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, memilih dan memanfaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

  b.

  Tahap pekerjaan lapangan

  Peneliti melakukan penelitian secara langsung di lokasi penelitian dan melihat secara seksama, lebih detail berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian.

  c.

  Tahap analisis data Dalam hal ini peneliti mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikan data yang sudah diperoleh.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Sistematika penulisan dihadirkan untuk mempermudah pemahaman dalam mencerna masalah yang akan dibahas, maka diperlukan format penulisan kerangka skripsi agar memperoleh gambaran komprehensif dalam penelitian. Secara garis besarnya, sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.

   Bagian Awal

  Pada bagian awal meliputi: halaman sampul, pernyataan keaslian tulisan, nota pembimbing, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.

2. Bagian Inti

  Bab I meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II memaparkan tentang konsep guru PAI, kenakalan remaja, strategi menanggulangi kenakalan remaja, dan faktor pendukung dan penghambat menanggulangi kenakalan remaja.

  Bab III berisi tentang hasil penelitian yang meliputi gambaran untuk lokasi dan subyek penelitian serta penyajian data hasil penelitian.

  Bab IV berupa analisis mengenai realitas kenakalan remaja, strategi guru PAI dalam menanggulangi kenakalan remaja di sekolah yang menjadi tempat penelitian serta menganalisis faktor-faktor yang mendukung dan menghambatnya.

  Bab V meliputi: kesimpulan, saran dan penutup.

3. Bagian Akhir

  Pada bagian akhir berisi daftar pustaka, daftar riwayat hidup penulis, dan lampiran-lampiran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Guru dalam khasanah jawa yaitu di gugu lan ditiru yang kemudian

  disingkat menjadi guru, artinya guru merupakan teladan bagi muridnya. Sedangkan dalam istilah lain, guru juga disebut sebagai pendidik. Pengertian guru yang diberikan oleh para ahli adalah sebagai berikut: a.

  Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Undang- undang Guru dan Dosen, 2006:2).

  b.

  Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. (Ahmad Tafsir, 2008:74) c.

  Menurut Ramayulis dalam (Gunawan, 2014:164), hakikat pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi mereka, baik afektif, kognitif, maupun psikomotorik.

  Dengan begitu, guru pendidikan agama Islam adalah seorang pendidik yang mengajarkan tentang ajaran agama Islam dan membimbing peserta didik agar dapat mengamalkan ajaran agama Islam sehingga terjadi keseimbangan antara kebutuhan di dunia dan di akhirat.

2. Syarat Untuk Menjadi Guru

  Berikut adalah syarat-syarat untuk menjadi guru yang dikemukakan oleh Daradjat (2011:40): a.

  Takwa kepada Allah sebagai syarat menjadi guru Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi muridnya sebagaimana Rasulullah saw menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh mana seorang guru mampu memberi teladan baik kepada murid-muridnya sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

  b.

  Berilmu sebagai syarat untuk menjadi guru Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetap suatu bukti, bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan.

  Gurupun harus mempunyai ijazah supaya ia dibolehkan mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah murid sangat meningkat, sedang jumlah guru jauh daripada mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik mutu pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

  c.

  Sehat jasmani sebagai syarat menjadi guru Kesahatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular umpamanya sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Di samping itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan “Mens sana in corpore sano , yang artinya dalam tubuh sehat terkandung jiwa yang sehat.

  Walaupun pepetah itu tidak benar secara menyeluruh, akan tetapi bahwa kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja, adalah jelas guru yang sakit sakit kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak-anak.

  d.

  Berkelakuan baik sebagai syarat menjadi guru Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan watak murid. Guru harus menjadi suri teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara tujuan pendidikan ialah membentuk akhlak baik pada anak dan ini hanya mungkin jika guru itu berakhlak baik pula. Guru yang tidak berakhlak baik tidak mungkin dipercayakan pekerjaan mendidik, yang dimaksud dengan akhlak baik dalam ilmu pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam seperti dicontohkan oleh pendidik utama, Muhammad SAW.

  Di antara akhlak guru tersebut adalah: 1)

  Mencintai jabatannya sebagai guru Dalam keadaan bagaimanapun seorang guru harus berusaha mencintai pekerjaannya. Dan pada umumnya kecintaan terhadap pekerjaan guru akan bertambah besar apabila dihayati benar-benar keindahan dan kemuliaan tugas itu.

  2) Bersikap adil terhadap semua muridnya

  Anak-anak tajam pandangannya terhadap perlakuan yang tidak adil. Oleh karena itu guru harus memperlakukan sekalian anak dengan cara yang sama. 3)

  Berlaku sabar dan tenang Di sekolah guru kerapkali merasakan kekecewaan karena murid-murid yang kurang mengerti apa yang diajarkannya.

  Dalam keadaan demikian guru harus tetap tabah, sabar sambil berusaha mengkaji masalahnya dengan tenang, sebab mungkin juga kesalahan terletak pada dirinya yang kurang simpatik atau cara mengajarnya yang kurang terampil atau bahan pelajaran yang belum terkuasai olehnya.

  4) Guru harus berwibawa

  Guru yang sesaat ketika ia memasuki dan menghadap dengan tenang kepada murid-murid yang lagi ribut, segera kelas menjadi tenang, padahal ia tidak kekerasan. Ia mampu menguasai anak-anak seluruhnya. Inilah guru yang berwibawa.

  5) Guru harus gembira

  Guru yang gembira memiliki sifat humor, suka tertawa dan suka memberi kesempatan tertawa kepada anak-anak.

  Sebab apabila pelajaran diselingi oleh humor, gelak dan tertawa, niscaya jam pelajaran terasa pendek saja. Guru yang gembira biasanya tidak lekas kecewa. Ia mengerti, bahwa anak- anak tidak bodoh, tetapi belum tahu. Dengan gembira ia mencoba menerangkan pelajaran sampai anak itu memahaminya.

  6) Guru harus bersifat manusiawi

  Guru adalah manusia yang tak lepas dari kekurangan dan cacat. Ia bukan manusia sempurna. Oleh karena itu ia harus berani melihat kekurangan-kekurangannya sendiri dan segera memperbaikinya. Dengan demikian pandangannya tidak picik terhadap kelakuan manusia umumnya dan anak-anak khususnya. Ia dapat melihat perbuatan yang salah menurut ukuran yang sebenarnya. Ia memberi hukuman yang adil dan suka memaafkan apabila anak insaf akan kesalahannya.

  7) Bekerja sama dengan guru-guru lain

  Pertalian dan kerja sama yang erat antara guru-guru lebih berharga daripada gedung yang molek dan alat-alat yang cukup sebab apabila guru-guru saling bertentangan, anak-anak akan bingung dan tidak tahu apa yang dibolehkan dan apa yang dilarang.

  Oleh karena itu kerja sama antara guru-guru itu sangat penting. 8)

  Bekerja sama dengan masyarakat Guru harus mempunyai pandangan luas. Ia harus bergaul dengan segala golongan manusia dan secara aktif berperan serta dalam masyarakat supaya sekolah tidak terpencil. Sekolah hanya dapat berdiri di tengah-tengah masyarakat, apabila guru rajin bergaul, suka mengunjungi orang tua murid-murid, memasuki perkumpulan-perkumpulan dan turut serta dalam kejadian-kejadian yang penting dalam lingkungannya, maka masyarakat akan rela memberi sumbangan-sumbangan kepada sekolah berupa gedung, alat-alat, hadiah-hadiah jika diperlukan oleh sekolah.

3. Tugas Guru

  Dalam pendidikan di sekolah, tugas guru sebagian besar adalah mendidik dengan cara mengajar. Hal ini sebagaimana ditemukan dalam firman Allah QS Al Baqarah : 31 sebagai berikut:

  





 

  





  Dan dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda- benda) seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:”Sebutkanlah kepada-Ku nama benda- benda itu jika kamu memang benar orang- orang yang benar.”

  (Departemen Agama RI, 2004:6) Menurut Ag. Soejono dalam Ahmad Tafsir (2001:78) merinci tugas pendidik (termasuk guru) sebagai berikut: a.

  Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket, dan sebagainya.

  b.

  Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.

  c.

  Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar anak didik memilihnya dengan tepat.

  d.

  Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik.

  e.

  Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.

  Selanjutnya, Said Hawa (Gunawan, 2014:170) memberikan penjelasan lebih rinci tentang tugas seorang guru atau pendidik sebagai berikut: 1)

  Guru harus belas kasih kepada para murid dan memperlakukannya sebagai anak (sendiri).

  2) Mengingatkan murid bahwa tujuan mencari ilmu adalah

  taqarrub kepada Allah ta’ala, bukan untuk meraih kekuasaan,

  kedudukan, dan persaingan.

3) Mencegah murid dari akhlak yang tercela (al-sayyiah).

  4) Guru yang menekuni sebagian ilmu hendaknya tidak mencela ilmu yang tidak ditekuninya.

  5) Membatasi materi pelajaran sesuai dengan kemampuan pemahaman anak didik.

  6) Bagi murid yang kemampuannya terbatas sebaiknya disampaikan hal-hal yang jelas dan cocok dengannya.

  7) Hendaknya guru melaksanakan ilmu, yakni perbuatannya tidak mendustakan atau bertentangan dengan perkataannya.

4. Peranan Guru

  Secara umum dapat disebutkan bahwa setiap pendidik mempunyai peranan-peranan, seperti yang di jelaskan dalam buku (Zahara & Lisma, 1992:36) yaitu pendidik sebagai komunikator;pendidik sebagai fasilitator;pendidik sebagai motivator;pendidik sebagai administrator dan pendidik sebagai konselor. Berikut penjelasannya: a.

  Sebagai komunikator. Maksudnya pendidik itu berfungsi mengajarkan ilmu dan keterampilan kepada peserta didik.

  b.

  Sebagai fasilitator. Maksudnya pendidik itu berfungsi sebagai pelancar proses belajar.

  c.

  Sebagai motivator. Maksudnya pendidik itu berperan untuk menimbulkan minat dan semangat belajar peserta didik yang terus menerus.

  d.

  Sebagi administrator. Maksudnya pendidik itu berfungsi melaksanakan tugas-tugas yang bersifat administratif, misalnya melaksanakan administrasi kelas.

  e.

  Sebagai konselor. Maksudnya pendidik itu berfungsi untuk membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan, khususnya kesulitan dalam belajar. Guru-guru dan sekolah pada umumnya hendaknya dapat pula secara sungguh-sungguh membantu pembinaan mental si anak. (Zakiyah, 1976:48) Janganlah guru bertindak sebagai pengajar saja, tapi hendaklah sebagai pendidik dan sekaligus sebagai konsultan bagi anak didik, karena pembinaan kepribadian anak-anak juga terjadi melalui pengalaman di sekolah, maka hendaknya setiap guru dapat menjadi contoh yang baik bagi anak didik dan berusaha membantu pembinaan mental mereka.

  Dalam buku Gunawan (2014:164) pendidik memiliki peran yang sangat penting, selain sebagai pengajar ia juga menjadi bapak rohani (spiritual father) yang memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada anak didiknya.Sebagai pembimbing guru mempunyai tugas memberi bimbingan kepada pelajar dalam memecahkan masalah yang dihadapinya sebab proses belajar pelajar berkaitan erat dengan berbagai masalah di luar kelas yang sifatnya non- akademis. (Depag RI, 2002:2)

  Dalam pelaksanaan bimbingan, pribadi muslim memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

  1) Selalu memiliki prinsip landasan dan prinsip dasar, yaitu beriman kepada Allah SWT.

2) Memiliki prinsip kepercayaan, yaitu beriman kepada malaikat.

  3) Memiliki prinsip kepemimpinan, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya.

  4) Selalu memiliki prinsip pembelajaran, yaitu berprinsip kepada

  Al- Qur’an Al Karim. 5)

  Memiliki prinsip masa depan , yaitu beriman kepada hari kemudian.

  6) Memiliki prinsip keteraturan, yaitu beriman kepada ketentuan Allah.

  Jika pembimbing memiliki prinsip tersebut (rukun Iman) maka pelaksanaan bimbingan tentu akan mengarahkan ke arah kebenaran. Selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan:

  a) Memiliki mission statement yang jelas yaitu “Dua Kalimat Syahadat”.

  b) Memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus simbol kehidupan yaitu “Shalat Lima Waktu” c)

  Memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan “Puasa” (Fenti, 2012:191).

B. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Remaja

  Menurut Gunarsa (1995:203) remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni antara 12 sampai 21 tahun.

  Sedangkan Daradjat (1976:28) berpendapat bahwa remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa. Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait, remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan secara faali alat-alat kelamin tersebut sudah dapat berfungsi secara sempurnapula. Pada akhir dari perkembangan fisik ini akan terjadi seorang pria yang berotot dan berkumis yang menghasilkan beberapa ratus juta sel mani (spermatozoa) setiap kali ia berejakulasi (memancarkan air mani), atau seorang wanita yang berpayudara dan berpinggul besar yang setiap bulannya mengeluarkan sel telur dari indung telurnya yang disebut menstruasi atau haid (Sartono & Agung, 1999:53).

  Dalam bahasa Indonesia, masa ini sering disebut pubertas atau remaja. Istilah asing yang sering dipakai untuk menunjukkan masa remaja, antara lain: puberteit, dan adolescentia.Puberteit adalah antara 12 dan 16 tahun. Pengertian pubertas meliputi perubahan-perubahan fisik dan psikis, seperti halnya pelepasan diri dari ikatan emosional dengan orangtua dan pembentukan rencana hidup dan sistem nilai sendiri.Adolescentia adalah masa sesudah pubertas, yaitu masa antara 17 dan 22 tahun. Pada masa ini lebih diutamakan perubahan dalam hubungan dengan lingkungan hidup yang lebih luas, yaitu masyarakat di mana ia hidup (Gunarsa, 2012:4).

  Batasan menurut WHO, remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan dimana: a.

  Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

  b.

  Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. c.

  Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sartono & Agung, 1999:53).

2. Ciri-ciri Umum Masa Remaja

  Seorang remaja berada pada batas peralihan antara kehidupan anak dan dewasa. Sek alipun tubuhnya kelihatan sudah “dewasa”, tetapi bila diperlukan bertindak seperti orang dewasa ia gagal menunjukkan kedewasaannya. Menurut Gunarsa (2012:67), pengalaman remaja mengenal alam dewasa masih belum banyak sehingga hal-hal berikut ini sering terlihat pada diri mereka: a.

  Kegelisahan. Keadaan tidak tenang menguasai diri remaja karena mereka mempunyai banyak keinginan yang tidak selalu dapat dipenuhi.

  b.

  Petentangan. Pada umumnya, timbul perselisihan serta pertentangan pendapat dan pandangan antara si remaja dan orangtua. Selanjutnya, pertentangan ini menyebabkan timbulnya keinginan yang hebat untuk melepaskan diri dari orangtua. Namun, keinginan untuk melepaskan diri ini ditentang lagi oleh keinginan untuk memperoleh rasa aman di rumah.

  c.

  Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya.

  d.

  Keinginan mencoba sering pula diarahkan pada diri sendiri maupun orang lain.