Peta pikiran | Karya Tulis Ilmiah Peta pikiran

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:26:32 2017 / +0000 GMT

Peta pikiran
LINK DOWNLOAD [58.91 KB]
Pengertian peta pikiran
Peta pikiran pertama kali dikembangkan oleh Buzan tahun 1970. Pengertian peta pikiran banyak didapatkan dalam literatur. Peta
pikiran adalah suatu grafik atau kerangka berpikir yang berbentuk radian yang mampu mengasosiasikan, menghubungkan antara
konsep atau kata yang logis, bergambar, adanya warna (Buzan & Buzan, 1993). Peta pikiran merupakan salah satu cara untuk
mencatat (note taking) yang berguna dalam menghubungkan berbagai ide serta dapat membantu mengorganisasikan informasi
sehingga kita mudah mengingat informasi tersebut (Reid, 2006). Asosiasi merupakan keistimewaan dalam peta pikiran, asosiasi
dapat mencetuskan ide dan hubungan antar informasi (Reid, 2006). Peta pikiran adalah suatu kerangka yang mampu
menghubungkan dan mengasosiasikan secara radian non linear, konsep besar berada disentral dan sub konsep di percabangan
dengan adanya unsur-unsur garis, gambar dan warna.
Peta pikiran merupakan salah satu kerangka berpikir untuk meningkatkan pemahaman. Kerangka berpikir sudah dikembangkan
banyak ahli. Jenis kerangka pikiran yang banyak dipakai adalah peta pikiran, peta konsep, peta argumen, peta berpikir, peta web,
diagram konseptual dan visual metapora (Aydin & Balim, 2009; Okada et al., 2007; Epler, 2006). Peta pikiran berbeda dengan peta
konsep dan peta argumen. Peta pikiran merupakan suatu variasi dari peta pikiran, pada peta pikiran judul topik terletak pada paling
atas kemudian disusun ke bawah secara hirarki. Peta konsep merupakan suatu peta yang menjelaskan konsep dengan memakai
urutan tingkatan atau hirarki dan tersusun dari judul kemudian turun ke arah bawah subtopik sampai ke ujung. Peta konsep
didefinisikan sebagai suatu alat berbentuk grafik yang merepresentasikan dan menggambarkan pengertian dan pemahaman menjadi

sebuah konsep. Peta konsep dikembangkan oleh Novak and Gowin berdasarkan teori asimilasi pembelajaran oleh Ausbel.
Sedangkan peta argumen lebih berfokus pada mengembangkan struktur dari kesimpulan (Meier, 2007; Torre et al., 2007; Davies
2010; Daley & Torre, 2010).
Perbedaan peta konsep dan peta pikiran terletak pada linearnya, peta pikiran cara berpikir non linear yang berbeda dengan cara
berpikir kita selama ini. Peta pikiran menampilkan semua ide atau konsep dalam satu halaman (Mueller et al., 2002). Menurut
Mueller (2002) dalam peta pikiran semua ide akan berada saling berdampingan bersama-sama dalam satu halaman. Keunikan dari
peta pikiran adalah mahasiswa mempunyai cara unik untuk membuat dan menghubungkan antara ide sehingga akan terlihat cara
berpikir mahasiswa atau seseorang itu mempunyai keunikan (Heinrich, 2001).
Tabel 1 Perbedaan peta pikiran, peta konsep dan peta argumen oleh (Epler, 2006; Davies, 2010)

Perbedaan
Peta pikiran
Peta konsep
Diagram konseptual
Peta argumen

Tujuan
Asosiasi antar ide, topik, konsep
Hubungan antara konsep
Menentukan kategori

Menyimpulkan antara pernyataan (premis)

Bentuk
Radial
Hirarki
Diagram

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:26:32 2017 / +0000 GMT

Hirarki seperti pohon

Hubungan antar konsep
Linear
Non linear
(asosiasi)

Linear
Linear

Tingkat kesulitan
Rendah
Sedang
Sedang-tinggi
Tinggi

Kemampuan mengingat
Sedang-tinggi
Rendah
Rendah-sedang
rendah

Kemampuan dibaca orang lain
Rendah
Tinggi
Sedang
Tinggi


Konsep
Semua konsep
Konsep besar
Struktur informasi untuk menentukan kategori
Antara persoalan

Fungsi
Menunjukan sistematika hubungan subkonsep penting
Semua konsep dan subkonsep
Analisis topik melalui kerangka analitik
Menyimpulkan atau membuat premis

Kegunaan
Menyimpulkan kata kunci topik
Curah pendapat, perencanaan, note taking

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/14 |


This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:26:32 2017 / +0000 GMT

Mendefisikan kategori
Akutansi

Unsur
Kotak atau bulatan
Gambar, garis, warna, adanya topik sentral
Kotak dan panah
Kotak, garis, warna, garis tebal

Metode pembuatan
Mulai dari topik utama dipaling bawah atau atas
Dimulai dari sentral
Kanan kekiri, atas bawah
Atas kebawah kesimpulan yang diambil

Konteks penerapan

Kelas, belajar mandiri, revisi
Note taking, brainstorming dan telaah ulang
Presentasi, slide, ilustrasi
Membaca komprehensif, analisis

Peta pikiran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Davies (2010) kelebihan peta pikiran adalah dapat menghubungakan
antara konsep, bentuk dan format bebas diekspresikan, lebih berpikir secara kreatif, lebih fokus terhadap topik, strukturnya tidak
kaku, semua ide bisa dimasukan dalam peta pikiran, mendorong menggali pendapat, berwarna dan bergambar yang menarik. Konsep
yang dihubungkan dalam peta pikiran merupakan semua konsep yaitu konsep besar dan sub konsep. Format peta pikiran tidak ada
yang baku dan kaku, setiap orang bebas membuat peta pikiran yang terpenting memenuhi syarat yang diusulkan oleh Buzan.
Membuat gambar adalah kreasi dari pikiran seseorang yang diekspresikan dalam bentuk gambar. Adanya warna dalam peta pikiran
menambah kreasi dari peta pikiran. Peta pikiran mampu mengeluarkan ide-ide yang terpikirkan oleh seseorang.
Sedangkan kekurangannya adalah seseorang lebih mengingat diagram dari pada gambaran keseluruhan, hubungan yang dibuat
hanya bersifat asosiasi (abstrak), tidak adanya hubungan yang jelas antara berbagai ide, susah untuk orang lain membaca peta
pikiran seseorang, hanya menampilkan hubungan secara radian, konsep kadang tertutupi oleh gambar dan proses belajar yang terjadi
tidak alami.
Tingkatan kemampuan membuat peta pikiran
Untuk menilai apakah peta pikiran yang dibuat sudah memenuhi syarat atau belum maka para peneliti mencoba mencari alat untuk
penilaian tersebut. Walaupun sebenarnya pembuatan tidak ada aturan yang ketat tetapi tergantung dari kreasi masing-masing orang
(Heinrich, 2001). Buzan (1993) menciptakan hukum pembuatan peta pikiran jika memenuhi hukum ini maka peta pikiran sudah

dianggap bagus. Hukum pembuatan peta pikiran tersebut adalah:
- Selalu menggunakan gambar ditengah. Gambar yang dibuat tergantung gaya masing-masing orang, warna yang dipakai
lebih dari tiga untuk gambar tengah, dapat menggunakan gambar berdimensi, perasaan juga terlibat dalam pembuatan peta
pikiran, ukuran gambar dibuat bervariasi, garis yang dipakai berbeda ukuran, organisasi ruangan yang dipakai harus tepat.
- Asosiasi yaitu menggunakan panah jika ingin menghubungkan, menggunakan warna dan kode.
- Kejelasan yaitu menggunakan satu kata pergaris, mencetak semua kata, mencetak kata kunci, panjang garis sama dengan
panjang kata, menghubungkan garis dengan garis, garis tengah dibuat lebih tebal, buat batasan yang jelas antara cabang,

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:26:32 2017 / +0000 GMT

membuat gambar dengan jelas, posisi kertas horizontal dan gambar dibuat tegak.
- Mengembangkan gaya masing-masing. Setiap orang mempunyai gaya masing-masing dan bebas mengekspresikan pikiran
dan kreasinya. Disinilah peta pikiran menjadi menarik, peta pikiran tidak akan sama antara orang satu dengan yang lainnya.
Para peneliti juga mengembangkan sistem penilaian yaitu sistem Scoring MMAR (Mind Mapping Assessment Rubric) untuk
menilai apakah peta pikiran sudah efektif atau memenuhi syarat. Kriteria penilaian tersebut adalah (1) level 1 hubungan konsep (2

poin jika valid), (2) level 2 hubungan konsep (4 poin jika valid), (3) level 3 hubungan konsep (6 poin jika valid), (4) level 4
hubungan konsep (8 poin jika valid), (5) cross link (10 poin jika valid) (6) contoh (1 poin masing-masing jika valid, (7) hubungan (3
poin jika valid), (80 gambar, bentuk (3 poin jika valid), (9) invalid komponen (0). Untuk menilai kriteria peta pikiran sudah bagus
atau belum Buzan sudah mengusulkan hukum pembuatan peta pikiran ? The Mind Map Law? (D'Antoni et al., 2009; Evrekli et al.,
2010).
Kemampuan membuat peta pikiran tidak sama untuk semua orang, tergantung berapa seringkah seorang menggunakan peta pikiran.
Orang yang pertama kali menggunakan peta pikiran, baru terpapar belum pernah melakukan sebelumnya, orang ini disebut novice
(baru). Pada tingkatan ini butuh pelatihan dan membaca buku mengenai peta pikiran. Moderate adalah tingkatan kedua, pada tingkat
ini seorang masih membutuhkan latihan untuk menjadi mahir atau terampil. Kemudian tingkatan ketiga adalah advance, disini
seseorang sudah menguasai baik teori dan cara membuat peta pikiran (Buzan & Buzan, 1993).
Kegunaan peta pikiran
Peta pikiran dapat membantu kita dalam banyak segi kehidupan. Peta pikiran membuat rencana misalnya perencanaan anggaran,
perencanaan masa depan dan perencanaan suatu proyek. Komunikasi ide atau pikiran kita kedalam suatu skema dan gambar.
Berpikir kreatif terlihat dari gambar-gambar dan struktur peta pikiran yang kita buat. Waktu yang dibutuhkan untuk mencatat dengan
peta pikiran menjadi lebih sedikit dibanding dengan mencatat cara biasa. Kita dapat menyelesaikan suatu masalah dengan
memetakan masalah dan ide serta alternatif pemecahan dapat kita tuliskan di peta. Peta pikiran juga bisa memusatkan perhatian kita
pada suatu topik atau isu dengan adanya isu sentral pada peta pikiran. Peta pikiran digunakan untuk menyusun dan menjelaskan
pikiran, mengingat, belajar efisien dan melihat gambaran secara keseluruhan konsep (Buzan, 2011).
Kegunaan peta pikiran dalam Buku Buzan & Buzan (1993):
- Memecahkan masalah pribadi

- Memecahkan masalah interpersonal
- Sebagai diari
- Perencanaan bulanan
- Perencanaan kehidupan
- Menulis esai, mencatat dari buku atau kuliah dari unsur linear kedalam non linear
- Saat ujian yaitu dengan membuat peta pikiran mini kemudian menuliskan pertanyan dan jawaban secara cepat
- Laporan pekerjaan atau proyek
- Laporan penelitian: mencatat sumber, menulis hasil, mengorganisasikan dan integrasikan ide, dasar untuk presentasi atau
penulisan
- Peta pikiran untuk pengajaran
- Peta pikiran untuk memimpin rapat
- Manajemen
Peta pikiran dalam bidang pendidikan digunakan sebagai alat yang membantu mahasiswa menentukan konsep-konsep penting. Peta
pikiran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keefektifan proses pembelajaran selain membuat variasi aktivitas kelas.
Menurut peta pikiran juga bermanfaat untuk membuat literatur reviu yang dapat mengidentifikasi keseluruhan isi literatur, membaca
keseluruhan materi yang ada, menuliskan semua ide-ide dan menambahkan kalimat, menghubungkan antara berbagai ide dan
mengorganisasikan konsep dari literatur. Dalam penelitian untuk membuat perencanaan penelitian, penyusunan proposal,
metodologi dan analisis hasil penelitian dapat menggunakan peta pikiran (Reid, 2006; Heinrich, 2001, Crowe, 2011).

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com


| Page 4/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:26:32 2017 / +0000 GMT

Peta pikiran dapat digunakan sebagai panduan mengajar, supervisi aktifitas pembelajaran, diagram untuk menganalisis data
kualitatif. Peta pikiran mudah digunakan, metode yang alami dan tidak membutuhkan waktu (Kern et al., 2003). Penggunaan peta
pikiran ini sudah diusulkan sebagai inovasi strategi belajar pada kurikulum keperawatan dan sudah diterima secara positif oleh
pengajar. Peta pikiran banyak digunakan dalam berbagai bidang pekerjaan pendidikan, bisnis, akutansi, penelitian, proyek, rapat,
kedokteran, keperawatan. Pada pendidikan keperawatan dan kebidanan peta pikiran digunakan sebagai pengumpulan data, evaluasi
data pasien, data pemeriksaan fisik, diagnosis, hasil laboratorium, pengobatan dan interaksi dengan pasien. Pada sekolah kebidanan
peta pikiran banyak digunakan sebagai cara mencatat, ujian, penugasan, penelitian, praktek klinis dan rencana dan akan dipakai
sebagai salah satu alat penilaian (Kern et al., 2003; Noonan, 2012; Bharathi & Kumar, 2003; Mueller et al., 2002; Crowe &
Sheppard, 2012 ).
Peta pikiran dalam kelompok juga dapat meningkatan pemahaman dan integrasi pembelajaran, hasilnya akan sama jika mahasiswa
melakukan diskusi dengan anggota kelompok serta dalam kelompok dapat membagi ide dan informasi, memperbaiki peta pikiran
yang sudah dibuat dan peta pikiran yang dihasilkan lebih banyak. Peta pikiran dibuat dengan kelompok efektifitasnya hampir sama
dengan peta pikiran yang dibuat sendiri (Buzan & Buzan, 1993). Peta pikiran dengan kelompok merupakan hal menyenangkan,
anggota kelompok mampu memecahkan masalah bersama-sama sehingga mampu membangun kerjasama antara anggota kelompok.

Peta pikiran sebagai alat pencatat (note taking)
Sebelum membahas peta pikiran sebagai alat pencatat sebaiknya kita definisikan terlebih dahulu perbedaan istilah note making dan
note taking. Note making adalah menuliskan atau mencatat hasil dari pikiran atau ide kita sendiri. Note taking adalah mencatat atau
menuliskan kembali ide dari orang lain misalnya kuliah, video, media, drama dan presentasi sesorang. Note making mencatat pikiran
sendiri merupakan brainstorming dari pikiran kita misalnya kita gunakan dalam perencanaan. Note taking sebaiknya memasukan ide
dari penulis sendiri (Buzan & Buzan, 1993).
Peta pikiran sebagai note taking diusulkan oleh Buzan, note taking dengan peta pikiran lebih efektif dari pada note taking secara
tradisional. Waktu yang dibutuhan lebih sedikit, menyimpulkan lebih banyak konsep dalam satu halaman, menurut Buzan (1993)
kesimpulan yang bisa dibuat dengan peta pikiran bisa 10-1000 halaman. Konsentrasi menjadi meningkat terhadap suatu kasus
karena adanya konsep atau isu sentral. Adanya kata kunci dapat meningkatkan ingatan yang mudah untuk diingat. Hubungan antara
kata kunci satu dan lainnya terlihat jelas. Peta pikiran sesuai dengan girus-girus alami otak, non linear sehingga mudah untuk
diingat. Mencatat dengan peta pikiran, informasi dan pengetahuan dari yang dibaca akan meningkatkan pemahaman secara
komprehensif teks yang dibaca.
Menurut Buzan fungsi peta pikiran sebagai note taking adalah
Mnemonic (berkenaan dengan ingatan) mampu meningkatakan ingatan
- Analisis dengan mencatat. Dengan analisis kita dapat menentukan hubungan antara informasi, pada saat ini otak kita
melakukan analisis terhadap informasi yang didapat baik melalui kuliah, presentasi atau informasi tertulis lainnya.
- Pada saat membuat peta pikiran otak kita sebenarnya membuat suatu kreativitas membuat gambar, warna dan asosiasi.
Warna berfungsi menstimulasi otak, meningkatkan memori visual dan membuat kita berpikir aktif dan kreatif (Buzan, 2007)
- Pada saat mencatat dari perkuliahan kita sebenarnya mengadakan interaksi antar pikiran dan sumber informasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Farrand et al. (2002), D'Anthoni et al. ( 2009), Aydin & Balim (2009), Wickramasinghe et al. (2007)
adalah penelitian untuk melihat efektifitas peta pikiran sebagai note taking. Semuanya menyarankan peta pikiran dapat digunakan
sebagai strategi belajar untuk mahasiswa walaupun hasil yang didapat tidak signifikan. Hasil yang tidak signifikannya mungkin
disebabkan oleh belum terampilnya mahasiswa dalam membuat peta pikiran karena peta pikiran baru diajarkan 30 menit sebelum
latihan mencatat. Seperti yang diusulkan oleh Dreyfus tentang pencapaian atau kompetensi (skills acquisition) dari suatu
keterampilan. Terdapat empat tahap seorang tersebut dinyatakan master terhadap suatu keterampilan. Tingkatan pertama novice
yaitu seseorang baru melakukan keterampilan tersebut. Kedua yaitu advance beginer yaitu sudah mulai berkembang. Ketiga
kompeten yaitu sudah menyadari dan mengikuti standar. Ketiga adalah ahli dan keempat adalah expert. Tetapi dalam peta pikiran

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:26:32 2017 / +0000 GMT

Buzan hanya membagi atas tiga tingkatan yaitu novice, intermediate dan advance.
Pembuatan peta pikiran
Peta pikiran sangat mudah dibuat serta alami, alat-alat yang dibutuhkan sangat mudah yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan
pensil warna, otak dan imajinasi. Kertas yang diusulkan untuk membuat peta pikiran yaitu kertas kosong tidak bergaris yang
berukuran. Usulan cara membuat peta pikiran di mulai dari bagian tengah kertas kosong, yang sisi panjangnya diletakkan mendatar,
gunakan gambar atau foto untuk ide sentralnya, menggunakan warna kemudian menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar
pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua dan seterusnya, garis penghubung dibuat
melengkung, bukan lurus karena garis lurus akan membosankan otak dan gunakan satu garis untuk satu kata (Buzan & Buzan, 1993;
Buzan T, 2012; Davies, 2010).
Penelitian yang berkaitan dengan peta pikiran
Farrand et al., (2002) meneliti keefektifan peta pikiran terhadap pengetahuan dan motivasi mahasiswa dibandingkan dengan strategi
mereka sendiri. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimental yang membagi mahasiswa menjadi dua kelompok yaitu peta
pikiran dan startegi biasa. Hasilnya peta pikiran lebih efektif pada memori jangka panjang yang dan motivasi lebih rendah dari pada
metode mandiri. Motivasi mahasiswa lebih rendah pada penelitian ini bisa dipengaruhi oleh ketidakpercayaan diri mahasiswa
pembuatan peta pikiran disebabkan peta pikiran baru diajarkan kepada mahasiswa. Sedangkan yang mahasiswa dengan strategi
sendiri lebih terbiasa dengan cara mereka sehingga mereka lebih senang sehingga motivasinya rendah. Tetapi bila peta pikiran bukan
hal baru bagi mahasiswa mungkin lebih disenangi karena sudah terbiasa. Farrand et al. (2002) menetapkan perbedaan rata-rata nilai
mahasiswa anatar kelompok peta pikiran dan kelompok tidak menggunakan pikiran adalah 10% sedangkan motivasi 15%.
menyarankan peta pikiran tetap bisa digunakan untuk meningkatkan pengetahuan. Analisis data seharusnya menggunakan
independet t-tes dan paired t-tes untuk membandingkan nilai pengetahuan. Materi yang diberikan kepada mahasiswa sebaiknya
materi kedokteran yang belum dikenal mahasiswa. Jumlah mahasiswa sebagai sampel juga sedikit hanya 31 orang. Pemberian tes
aritmatika untuk menghilangkan efek hafalan mungkin diberikan video yang bisa menyegarkan mahasiswa.
Wickramasinghe et al. (2007) juga melakukan evaluasi keefektifan peta pikiran dibanding cara belajar lain untuk mahasiwa yang
baru masuk fakultas kedokteran dengan disain penelitian yang sama. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara mahasiswa menggunakan peta pikiran dengan yang tidak terhadap memori jangka pendek. Penelitian ini sama
dengan yang dilakukan oleh Farrand et al. (2002) tetapi tes yang dilakukan dengan soal esai. Seperti penelitian sebelumnya
mahasiswa juga baru menggunakan peta pikiran sehingga belum terbiasa dan menyebabkan keraguan pada diri mahasiswa. Kita
melihat penjelasan di atas bahwa keterampilan peta pikiran juga mempunyai tingkatan. Jurnal tersebut tidak menjealskan bagaimana
pet pikiran diajarkan dan materinya apa yang diajarkan. Penelitian ini tidak mejelaskan sesi secara lengkap. Analisis data juga tidak
dijelaskan.
D'Antoni et al. (2010) melihat pengaruh peta pikiran terhadap berpikir kritis mahasiswa yang diberikan perkuliahan kemudian
mencatat melalui peta pikiran, hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara yang menggunakan peta pikiran dan tidak
menggunakan terhadap berpikir kritis mahasiswa. Penelitian ini menambahkan variabel yang dinilai yaitu berpikir kritis. Hal ini juga
sama yang terjadi dengan penelitian oleh peneliti sebelumnya dimana mahasiswa juga baru dipaparkan dengan peta pikiran dan tidak
ada waktu jeda antara presentasi peta pikiran dengan note taking yang dilakukan oleh kelompok peta pikiran dan strategi standar.
Untuk berpikir kritis juga tidak ada perbedaan ini menurut D'Antoni et al. (2010), berfikir kritis juga membutuhkan waktu untuk
memahami materi tersebut. Motivasi mahasiswa juga mempengaruhi karena materi yang diberikan adalah materi ujian masuk,
materi umum, hal ini membuat mahasiswa kedokteran tidak termotivasi. Penelitian ini menggunakan prosedur lengkap dan detail
tetapi tetap ada ancaman validitas yaitu tes yang diberikan bertubi-tubi sehingga tidak mencerminkan hasil sebenarnya. Materi yang
diberikan bukan materi kedokteran. Validasi instrumen MMAR tidak dijelaskan dalam penelitian tersebut. Persetujuan dengan
mahasiswa dan etical clearence tidak dijelaskan. Sedangkan perbedaan rata-rata pada penelitian ini terlalu tinggi yaitu 0.8 sedangkan
peneliti sebelumnya hanya menetapkan 0.1.
Penelitian lainnya dengan variabel yang berbeda dilakukan oleh Abdolahi et al. (2011) untuk melihat keefektifan peta pikiran dalam

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 6/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:26:32 2017 / +0000 GMT

pengajaran anatomi mendapatkan bahwa pengajaran dengan peta pikiran lebih efektif dibandingan metode pengajaran tradisional.
Fun & Maskat (2010) melihat penggunaan peta pikiran yang dibuat dosen dan peta pikiran yang dibuat mahasiswa mendapatkan
bahwa penggunaan peta pikiran dibuat mahasiswa lebih efektif dari pada peta pikiran dibuat dosen terhadap nilai tes mahasiswa.
Tabel 2. Perkembangan penelitian peta pikiran

No
Penulis
Tujuan
Metode/variabel
Hasil

1.
Farran P, Hussain F, Hennwssy
(2002)

Melihat keefektifan penggunaan peta pikiran untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi
Rancangan penelitian: randomized control trial
Variabel independen
1.

Teknik sendiri

2.

Teknik peta pikiran

Variabel dependen
d.

Pengetahuan

e.
Motivasi dengan skala 5 poin (1 very un motivated, 5= very motivated)
· Pengetahuan dengan teknik peta pikiran lebih banyak benar dari pada teknik sendiri.
·

Tidak ada perbedaan signifikan terhadap motivasi tetapi motivasi peta pikiran lebih rendah dari pada belajar sendiri.

2
D'Antony VD, Zipp GP
(2006)
Untuk mereviu literatur dan melihat kepuasan mahasiswa teknik belajar peta pikiran
Rancangan penelitian: survei

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 7/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:26:32 2017 / +0000 GMT

3
Wickramasinghe A, Widanapathirana, Kuruppu O, Liyanage I, Karunathilake
(2007)

Melihat keefektifan peta peta pikiran sebagai alat belajar mahasiswa kedokteran
Rancangan kuasi eksperimental
Variabel independen
1.

Peta pikiran

2.

Belajar sendiri

Variabel dependen
1.
Pengetahuan (esai)
Tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok peta pikiran dengan kelompok strategi belajar sendiri.

4
Aydin G, Balim AG
(2009)
Melihat kemampuan siswa Izmir terhadap materi ?sitem tubuh? menghubungkan dengan pengetahuan sebelumnya
Mahasiswa dibagi 3 kelompok:
Variabel independen
1.

Kelompok eksperimen dengan peta pikiran

2.

Kelompok eksperimen dengan concept mapping

3.

Kelompok control

Mahasiswa dengan menggunakan peta pikiran dan peta konsep dapat mengintegrasikan pengetahuan yang ada dengan pengetahuan
baru

5
Evrekli E, Balim AG, Inel D

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 8/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:26:32 2017 / +0000 GMT

(2009)
Untuk menilai pendapat calon guru tentang peta pikiran dan penggunaan peta pikiran dalam pembelajaran
Kualitatif dengan memberikan pertanyaan tentang manfaat mind mapping

·

Peta pikiran berguna untuk pengajaran science dan teknologi

·

Permanen untuk recall

·

Memastikan hubungan anatra konsep

·

Peta pikiran dapat meningkatkan lingkungan pembelajaran mahasiswa

6
Allen JB, Smith VO
(2009)
Mengembangkan suatu pendekatan pragmatis untuk mengatur data kualitatif dari pasien
Peta pikiran digunakan pada saat focus group discussion.
Variabel independen:
1.

Transkrip dengan mind mapping

2.

Transkrip dengan cara tradisional

Variabel dependen
·
Waktu
Penggunaan peta pikiran membantu analisis data dan menjaga agar analysis tetap pada jalur yang ditentukan serta meningkatkan
transparansi dan kecepatan dalam mengolah data

7
D. Anthony A, Zipp GP, Olson VG, Cahill T
(2010)
Melihat hubungan antara peta pikiran dan critica thinking yang diukur dengan The health Sciences Reasoning Test (HSRT) dan
melihat hubungan antara mind mapping dan mengingat kembali informasi.

Rancangan: kuasi eksperimental
Variabel independent:
SNT (standar note taking)
Peta pikiran

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 9/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:26:32 2017 / +0000 GMT

Variabel dependent:
MCQ pre and post
HSRT pre dan post

Variabel perancu
·

Lingkungan

·

Waktu

·

Kemampuan MM

·

Teks/knowledge

·
Kelelahan mahasiswa
Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil pre dan post tes kedua kelompok dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pre dan
post HSRT dari total skor Tetapi skor critical thinking lebih tinggi daripada teknik sendiri

8
D'Anthony AV, Zipp GP, Olson VG.
(2010)
Melihat interater reliability of MMAR (mind mapping assessment rubric)

Rancangan: eksperimen
Variabel Independen
MMAR
Variabel dependen
Interater
Reabiliti antara penguji cukup tinggi sehingga reabiliti dapat digunakan sebagai aassessment mind maping

9
Fun CS, Maskat N
(2010)
Membandingkan Teacher-centered mind mapping dan student-centered mind mapping terhadap pencapaian mahasiswa
Rancangan: eksperimental

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 10/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:26:33 2017 / +0000 GMT

Variabel independent
·

Teacher centered min mapping

·

Student centered mind mapping

Variabel dependen:
·

Achievement

Faktor perancu
·

Prior knowledge (di kendalikan sudah punya prior knowledge accounting

·

Mind mapping dilengkapi mahaisswa.

·
Pengajaran peta pikiran
Teacher-centerd mind map menurunkan tes skor mahasiswa
Student-centerd mind map signifikan meningkatkan nilai mahaisswa

10
Evrekli E, Inel D, Balim A
(2010)
Menilai reabiliti sistem skor mind mapping

Rancangan: kohor
·

Variabel independent

·

Presentasi

Variabel dependent
·

Peta pikiran

·
Sistem skor
Tidak ada perbedaan yang signifikan atara rater 1 dan 2, kemudian dengan waktu yang berbeda juga tidak ada perbedaan.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 11/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:26:33 2017 / +0000 GMT

Skor ini dapat digunakan untuk menilai peta pikiran pada penelitian ini

11
Abdolahi M, Javadnia F, Bayat PD, Ghorbani R, Ghanhari A, Ghodost B
Int.J.Morphol
(2011)
Melihat keefktifan peta pikiran dalam pengajaran anatomi dibandingkan dengan slide tradisional

Eksperimental
Variabel independen:
Teaching with Mind mapping
Teaching with tradisional

Variabel dependent
MCQ 40 dengan skor 0-20

Teknik pengajaran peta pikiran memiliki skor lebih tinggi dari pengajaran secara tradisional

DAFTAR PUSTAKA
Huitt, W. (2003) A transactional model of the teaching/learning process. Available from:
[19 Desember 2012].
Daley, B.J., & Torre, M. (2010) Concept maps in medical education: an analytical literature review. BMC Medical Education, 44,
pp. 440-448.
Davies, M. (2010) Concept mapping, mind mapping, argument mapping: what are the differentces and do the matter? Higher
Education. Springer, 6, pp. 1-23.
Abdolahi, M., Jvadnia, F., Bayat,D., Ghorbani, R., Ghanbari, A., & Ghodosi, B. (2010). Mind map teaching gross anatomi is sex
dependent. Int. J. Mhorpol,29. Vol.1.pp: 41-44.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 12/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:26:33 2017 / +0000 GMT

Wickramasinghe, A., Widanapathirana, N., Kuruppu, O., Liyanage, I. & Karinathilake, I. (2007) Effectiveness of mind maps as a
learning tool for medical students. South East Asian Journal of Medical education. Innaugural Issue, 1 (1), pp. 30-32.
Buzan, T., & Buzan, B. (1993) The Mind map book. How to use radiant thinking to maximize your brain's uptapped potential. New
York: A Dutton Book.
Pealcia, T., Delplanch,H., Triby, E., Bartier, J., Leman, C., Piere, J., Dupeytron. (2009) Impact of training periods in the emergency
department on the motivation of health care student to learn. Medical Education, 43.pp:462-469.
Quiirt, M. (2006). Intuition and metacognition in Medical education key to developing expertise, Springer. New York
Noonan, M. (2012). Mind maps: Enhancing midwifery education. Nurse education today. ScienceDirrect. Elsevier,Doi:
10.1016/j.net.2012.02.003
D'Antoni, A.V., Zipp, G.P., Olson, V., & Cahill, T. (2010) Does the mind map learning strategy facilitate information retrieval and
critical thinking in medical students? BMC Medical education, 10 (61), pp. 1-11.
D'Antoni, A.V., Zipp, G.P., & Olson, V. (2009) Interrater reliability of the mind map assessment rubric in a cohort of medical
students. BMC Medical Education, 9 (19), pp. 1-8.
Novak, J. (2011) A theory of education: Meaningful learning underlies the constructive integration of thinking, feeling, and acting
leading to empowerment for commitment and responsibility. Meaningful learning Review, VI (2), pp. 1-14.
Evrekli, E., Inel, D., & Balim, A. (2009) Mind mapping aplications in special teaching methods course for science teacher
candidates and teracher candidates' opinions concerning the aplications. Procedia Social and Behavioral Sciences, 1, pp. 2274-2279.
Farrand, P., Hussain, F., & Hannessy, E. (2002) The efficacy of the ?mind map' study technique. Medical Teacher, 36, pp. 426-43.
Reid, G. (2006) Learning Style and Inclusion. London: Paul Chapman
Meier, P.S. (2007). Mind-Mapping. A tool for eliciting and representing knowledge held by diverse informants. Sosial research
update. University of surrey, Vol. 52
Heinrich, K. (2001) Mind-mapping: A successful technique organizing a literature review. Spring Nurse Author & Editor, pp. 7-9.
Mueller, A., Johnston, M., Bligh, D., & Wilkinson, J. (2002) Joining mind mapping and care planning to enhance student critical
thinking and achieve holistic nursing care. Nursing Diagnosis, 13 (1), pp. 24-27.
Crowe, M., & Sheppard, L. (2012) Mind mapping research methods. Higher Education, 3 (8), pp. 1493-1503.

Kern, C., Bush, K., & McCleish, J. (2003) Mind-mapped care plans: Integrating an innovative educational tool as an alternative to
traditional care plans. Journal of Nursing Education, pp. 112-119.

Fun, C., & Maskat, N. (2010) Teacher centered mind mapping vs student-centered mind mapping in the teaching of accounting at
Pre-U level-an action research. Science Direct. Elsevier, 7 (c), pp. 240-246.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 13/14 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:26:33 2017 / +0000 GMT

Buzan, T. (2012) Mind Map. Terjemahan. Gramdia
Edwards S, & Cooper N. (2010). Mind mapping as teaching resource. The clinical teacher, 7.pp:236-239.
Gagne, R., Wager, G., Golas, K., & Keller, J. (2005) Principles of Instructional Design. Fifth edition. United Kingdom: Thomson
Wadsworth.
Mahmud (2010) Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Williams, K., & Williams, C. (2011) Five key ingredients for improving student mitivation. Research in Higher Education Journal,
12, pp. 1-23.
Santrock, J. (2011) Educational Psychology. Fifth edition. New York: The McGraw-hill companies.
Lijun, Y. (2011) The investigation of learning motivation and strategy in the normal undergraduates. Canadian Academy of Oriental
and Occidental Culture. 7 (3), pp. 126-131.

Long, J., Monoi, S., Harper, B., Knonlauch, D., & Murphy, P. (2007) Academic motivation and achievement among urban
adolescents. Urban Education, 42 (30), pp. 196-221.
Yu, X. (2012) An empirical study on the correlation between English learning motivation and strategy. Asian Sosial Science, 8 (8),
pp. 218-224.
Santrock, J. (2011) Educational Psychology. Fifth edition. New York: The McGraw-hill companies.
D'Antoni, A.V., & Zipp, G.P. (2006) Apllications of the mind map learning technique in chiropractic education: a pilot study and
literature review. Journal of Chiropractic Humanities, 13, pp. 2-11.
Taylor, R.T. (2012) Review of motivated strategies for learning questionnair (MSLQ) using reability generalization techniques to
assess scale reliability. A Dissertation Submitted to The Graduate Faculty of Auburn University, pp. 1-166.
Nitko, A. (1996) Educational Asessment of Student. Second edition. New Jersey: Merril an in printing of Prentice Hall.
Novak, J. (2011) A theory of education: Meaningful learning underlies the constructive integration of thinking, feeling, and acting
leading to empowerment for commitment and responsibility. Meaningful learning Review, VI (2), pp. 1-14.
Zubair, A., & Eng, K.H. (2009) Basic in Medical Education. 2nd edition. World Scientific Publishing. Singapore.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 14/14 |