Peningkatan kemampuan menulis argumentasi dengan metode mind mapping ( peta pikiran) siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, Tangerang Selatan

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI

DENGAN METODE

MIND MAPPING

( PETA PIKIRAN)

SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 25 PAMULANG,

TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

NURUL MIZANI

NIM 108013000009

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

ABSTRAK

Nurul Mizani, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Dengan Menggunakan Metode Mind Mapping Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang”.

Menulis adalah kegiatan yang melahirkan perasaan atau ide-ide ke dalam sebuah tulisan, sehingga orang lain dapat memahami tulisan tersebut. Menulis merupakan penentu keberhasilan dalam menjalani proses pendidikan. Memiliki kemampuan menulis memungkinkan seseorang mengkomunikasikan pengalamannya ke dalam sebuah tulisan dalam bentuk cerita. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis perlu mendapat perhatian, agar keterampilan menulis dapat dikuasai dengan baik dan benar.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah penggunaan metode peta pikiran dapat meningkatkan kemampuan menulis argumentasi pada siswa. Penelitian ini dilakukan di Kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis karangan argumentasi dengan menggunakan metode peta pikiran mengalami peningkatan yang signifikan pada setiap siklusnya. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 76, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata siswa 81 dan siklus III nilai rata-rata siswa 85. Itu artinya penelitian ini berhasil.

Kata kunci : kemampuan menulis, karangan argumentasi, dan metode peta pikiran.


(7)

ii

ABSTRACT

Nurul Mizani, Study Program Indonesian Language and Literature, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Thesis title "Essay Writing Argument Upgrades Method Using Mind Mapping

Class X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang".

Writing is an activity that gave birth to the feelings or ideas into an article, so that others can understand the text. Writing is a determinant of success in carrying out the educational process. Having the ability to write enable a person to communicate his experiences into an article in the form of a story. Therefore, learning to write requires attention, so that writing skills can be mastered properly. The purpose of this study was to see whether the use of a mind map method can improve students' writing skills in argumentation. This research was

conducted in the Class X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang.

The results showed that the ability to write essays arguments using mind maps has increased significantly in each cycle. Such improvements can be seen from the average student. In the first cycle students 'average score of 76, while the second cycle of the average value of students 81 and third cycle students' average

value of 85. That means that research is successful.

Keywords: writing skills, essay arguments and methods of mind maps.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya karena atas izin dan kasih-Nya penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Peningkaan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi dengan Menggunakan Metode Mind Mapping Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang “. Shalawat teriring salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa para umatnya .

Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan FITK UIN Jakarta yang telah mempermudah dan melancarkan penyelesaian skripsi ini;

2. Dra. Hindun, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis selama ini;

3. Rosida Erowati, M. Hum., selaku dosen penasihat akademik yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; 4. Dra. Nuryati Djihadah, M. Pd, M.A., selaku dosen pembimbing skripsi

yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas arahan, bimbingan, dan kesabaran Ibu selama ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang selama ini telah membekali penulis berbagai ilmu pengetahuan;


(9)

iv

6. Keluarga besar SMA Muhammadiyah 25, Pamulang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT);

7. Yayasan Kemala Bhayangkari Cabang Metro Jakarta Barat, yang telah mengerti dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;

8. Kepala Sekolah serta guru Tk. Kemala Bhayangkari 7 Palmerah, yang selalu memberi motivasi dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;

9. Yang terhormat dan terkasih keluarga penulis. Ayahanda Drs. Tadjudin dan ibunda Hidayati, dan kakak dan adik-adik penulis. Hazrina. S.Sos, Amirah Rasyidah serta Aribah Rafidah. Terima kasih tak terhingga atas segala perhatian, semangat, doa yang tak putus bagi penulis selama pengerjaan skripsi ini. Maaf membuat kalian menunggu terlalu lama untuk

moment ini.

10.Sahabat-sahabat terbaik penulis. Siti Masrohah. S. Pd, yang telah menulis cerita persahabatan bersama penulis sejak hari pertama penulis memulai kehidupan di kampus hingga skripsi ini selesai, Nunung Indrawati. S. Pd, Lilis Laswati. S. Pd, Anggun Citra Dini. S. Pd, terimakasih banyak atas semua cerita persahabatan kita, senyum, tawa, tangis, semangat dan pemikiran yang kalian berikan selama penulisan skripsi ini.

11.Teman beda bangsa penulis Han Ji Hye eonnie, Ji Hyuk Jae oppa, Sung Kyu oppa, yang juga telah memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesain skripsi ini. Thanks for your support, I will fly to your country soon.

12.Jeon Do Yun, yang selalu memberikan pengetahuan baru serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;

13.Seluruh mahasiswa PBSI kelas A angkatan 2008, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

14.Risa Sabrina, Dyas Mulyani. B, dan Tri Yogi Prakoso, yang selalu mengingatkan dan menyemangati penulis dalam penulisan skripsi ini.


(10)

v

15.Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.

Terakhir, dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan di masa depan. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak.

Jakarta, Juni 2015


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR………... iii

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR GAMBAR……….. x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Identifikasi Masalah……… 8

C. Pembatasan Masalah………... 9

D. Rumusan Masalah………... 9

E. Tujuan Penelitian………. 9

F. Manfaat Penelitian………... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Menulis 1. Pengertian Menulis………... 11

2. Fungsi Menulis……….. 12

B. Mengarang 1. Pengertian Mengarang……….. 15

2. Bentuk-Bentuk Karangan………. 16

C. Argumentasi 1. Pengertian Argumentasi……… 17

2. Ciri-Ciri Karangan Argumentasi………. 19

3. Teknik Penulisan Karangan Argumentasi……….. 19


(12)

D. Mind Mapping

1. Pengertian Mind Mapping……… 24

2. Penggunaan Mind Mapping dalam Karangan Argumentasi… 28 E. Penelitian Yang Relevan ………. 30

F. Hipotesis Tindakan……….. 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian……… 33

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian………….. 33

C. Subjek Penelitian………. 36

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian………... 36

E. Tahap Intervensi Tindakan……… 36

F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan……….. 39

G. Data dan Sumber Data………... 39

H. Instrumen Pengumpulan Data………. 40

I. Teknik Pengumpulan Data……….. 43

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan dan Keabsahan Data……… 43

K. Analisis Data dan Interpretasi Data…….……… 43

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan……… 44

1. Tindakan Siklus I………. 44

2. Tindakan Siklus II……… 46

3. Tindakan Siklus III………... 47

BAB IV DESKRIPSI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian………. 49

B. Deskripsi Data 1. Deskripsi Awal Tindakan……….. 50

2. Deskripsi Hasil Penelitian………... 52


(13)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan……… 81

B. Saran……….. 82

DAFTAR PUSTAKA

UJI REFERENSI

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

BIODATA PENULIS

Nurul Mizani, lahir di Jakarta pada tanggal 12 Agustus 1990. Dilahirkan oleh seorang ibu yang bernama Hidayati dan Ayah yang bernama Drs. Tadjudin. Saat ini penulis masih menjadi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia.

Penulis tinggal di Jl. Surya Kencana, Gang. Kemuning 1, Rt. 02/Rw. 05 Ds. Pamulang Barat, Kec. Pamulang-Tangerang Selatan-Banten 15417.

Selama proses penyelesaian tuas akhir (skripsi) ini banyak hal yang penulis bisa jadikan sebagai pengalaman , suka duka dilalui oleh penulis dengan sabar dan ikhlas karena penulis yakin bahwa semua perjuangan akan ada hasil yang baik. Karena keyakinan dan kerja keras penulis akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik walaupun terlambat. Penulis berharap semoga karya yang telah penulis buat ini dapat bermanfaat bagi yang lain.


(15)

ix

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Komponen Penilaian Argumentasi……… 22

2. Tabel 3.1 Perencanaan Siklus 1………...………... 37

3. Tabel 3.2 Perencanaan Siklus 2……...……… 38

4. Tabel 3.3 Perencanaan Siklus 3……… 38

5. Tabel 3.4 Lembar Observasi Guru……….……….. 40

6. Tabel 3.5 Lembar Kuesioner Siswa……… 42

7. Tabel 4.1 Hasil Penilaian Karangan Argumentasi Sebelum Tindakan………... 50

8. Tabel 4.2 Hasil Penilaian Karangan Argumentasi Siklus I……… 57

9. Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I………… 59

10.Tabel 4.4 Hasil Penilaian Karangan Argumentasi Siklus II…….... 64

11.Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II………... 66

12.Tabel 4.6 Hasil Penilaian Karangan Argumentasi Siklus III…….. 72

13.Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus III…….…. 74

14.Tabel 4.8 Hasil Menulis Karangan Argumentasi Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II, Siklus III……… 75


(16)

x

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

1. Gambar 2.1 Contoh Penerapan Metode Mind Mapping dalam

Karangan Argumentasi……… 29

2. Bagan 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas…….. 34

3. Bagan 3.2 Spiral Tindakan Kelas……… 35


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pengajaran bahasa bertujuan agar para siswa terampil berbahasa. Sebenarnya setiap guru yang terlibat dalam proses belajar mengajar dalam setiap bidang studi pun secara implisit adalah guru bahasa juga. Salah satu tujuannya, disadari atau tidak adalah agar para siswa terampil menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam bidang studi tersebut. Hal ini menunjukkan pentingnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis.

Bahasa dalam dunia pendidikan berperan sangat penting. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat membawa serangkaian keterampilan. Keterampilan tersebut erat hubungannya dengan proses-proses yang mendasari pikiran.

Keterampilan berbahasa yang lengkap mencakup empat keterampilan, yaitu mendengarkan atau memahami bahasa lisan atau sering juga disebut menyimak, berbicara, membaca atau memahami bahasa tulis, dan menulis (menggunakan bahasa secara tulis). Keterampilan berbahasa tersebut masing-masing pada seseorang berbeda. Barangkali ada orang (siswa) yang menguasai semua keterampilan itu sama baiknya, akan tetapi biasanya ada orang yang terampil berbicara tetapi kurang terampil dalam menggunakan bahasa secara tertulis, atau sebaliknya.

Salah satu materi pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah yang memegang peranan penting ialah pengajaran menulis. Menulis merupakan salah satu kompetensi bahasa yang ada dalam setiap jenjang pendidikan, mulai tingkat prasekolah hingga perguruan tinggi. Menulis adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer menuliskan


(18)

2

bahwa; menulis adalah menuangkan pikiran atau perasaan, seperti mengarang, membuat surat dengan tulisan. 1

Jadi, dalam kegiatan menulis seseorang dapat menuangkan perasaan, pengalaman ataupun pendapat dalam sebuah karangan. Namun dari keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut tampaknya pencapaian keterampilan menulislah yang paling memprihatinkan dari para siswa.

Keterampilan menulis atau juga sering disebut keterampilan mengarang merupakan ujung tombak penentu keberhasilan para peserta didik dalam menjalani proses pendidikan. Dalam Jurnal Berbagi Ilmu Penulisan karya Arifuddin, terdapat pendapat Pramoedya Ananta Toer, yaitu “orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadiaan.”2

Ini menunjukkan bahwa keterampilan menulis sangat penting dalam kehidupan.

Memiliki kemampuan menulis (membuat karangan) memungkinkan seseorang mengkomunikasikan gagasan ataupun pengalamannya ke dalam sebuah tulisan dalam bentuk cerita. Cerita adalah rangkaian peristiwa yang berupa karangan penulis, yang bertujuan untuk dibaca. Selanjutnya dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer dijelaskan pengertian mengarang adalah “mencipta atau menggubah, atau menulis dan menyusun buku, novel, puisi, dan sebagainya.”3

Karangan itu sendiri memiliki klasifikasi dan jenis yang beragam. Namun fakta yang ada saat ini membuktikan bahwa kemampuan menulis pelajar di Indonesia pada saat ini sangat memprihatinkan, ini dikarenakan adanya fakta bahwa, “para pelajar di Indonesia diberikan tugas mengarang antara 3-15 karangan/ 3 tahun, bahkan ada yang hanya 1 kali dalam setahun melakukan kegiatan mengarang.”4

1

Peter Salim & Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, hlm.1648. Jakarta : Modern English Press, 1991.

2

Arifuddin A. Patunru, Berbagi Ilmu Penulisan, Hlm. 36. Dalam Majalah Lentera Citra edisi No. 02, 2012.

3Ibid

. hlm.663.

4

Taufiq Ismail, Makalah Seminar Bulan Bahasa Potensi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Mengembangkan Nilai-nilai Karakter Bangsa, (Ciputat).


(19)

3

Pembelajaran bahasa Indonesia yang kita dapat dari Sekolah Dasar hingga Perguruan tinggi hanya berfokus pada pembelajaran tata bahasa, ini menyebabkan Indonesia memiliki sedikit penulis yang berkarakter atau memiliki ciri khas. Keterampilan mengarang harus kita mulai dan biasakan sejak dari Sekolah Dasar hingga PerguruanTinggi, agar para peserta didik terbiasa dan menyukai kegiatan mengarang, serta tidak ada lagi anggapan bahwa kegiatan mengarang “membosankan”.

Telah kita ketahui bahwa guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga merupakan tokoh sentral dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Karena itu dalam memberikan materi pembelajaran guru harus memiliki strategi pembelajaran yang menarik serta menguasai materi yang akan disampaikan. Dalam buku Strategi Pembelajaran Bahasa dikatakan bahwa;

“Strategi pembelajaran bahasa adalah tindakan pengajar melakasanakan rencana mengajar bahasa Indonesia. Artinya usaha pengajar dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran bahasa Indonesia, seperti tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi, agar dapat mempengaruhi para peserta didik mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”5

Dengan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat maka suatu pembelajaran akan berhasil. Dalam pembelajaran menulis fakta yang ada mengatakan tidak hanya peserta didik yang kesulitan dalam menuangkan ide atau gagasannya ke dalam sebuah karangan, guru pun mengalami hal tersebut. Maka dari itu pemerintah harus bersikap aktif dalam memberikan kegiatan-kegiatan yang berfungsi meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama untuk para guru.

Dalam Jurnal Berbagi Ilmu Penulisan Arifuddin A. Patunru dikatakan bahwa “menulis berawal dari kebiasaan yang diteguhkan lewat disiplin. Selain itu menulis merupakan keahlian (kemampuan) yang bisa

5


(20)

4

dipelajari.”6

Maka dari itu pembelajaran keterampilan menulis harus diberikan serta diajarkan dengan sungguh-sungguh kepada siswa.

Dalam proses belajar mengajar, keterampilan mengarang perlu diajarkan dengan serius, agar siswa dapat menuangkan idenya dengan baik. Karangan itu merupakan media untuk menyampaikan informasi dan menuntut siswa dapat memilih kata-kata yang tepat. Selain itu juga dituntut untuk dapat membuat kalimat menjadi paragraf yang baik serta mengurutkan paragraf menjadi karangan yang utuh, Henry Guntur Tarigan berpendapat;

“Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan ini, sang penulis harus terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosa kata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur.”7 Keterampilan mengarang sudah kita dapatkan mulai dari Sekolah Dasar sampai tak terbatas, maksudnya seseorang mengarang tidak terbatas ruang dan waktu. Di mana saja, kapan saja, dan dalam usia berapa saja, seseorang bebas mengembangkan keterampilannya dalam menuangkan idenya melalui suatu karangan.

Dalam suatu pendidikan formal, pelajaran mengarang kurang mendapat perhatian yang serius. Fenomena ini sungguh disayangkan. Seringkali siswa menganggap mudah pelajaran mengarang. Tenaga pengajar pun belum maksimal memotivasi anak didik untuk menghasilkan karangan yang baik. Dalam buku Menulis itu Mudah dikatakan bahwa, banyak guru yang tidak mampu membimbing muridnya untuk menulis dengan baik, runtut, dan menarik. Bukannya guru tidak tahu hal mengenai menulis, tetapi mereka kesulitan merangkai kata secara padu dalam tulisan.”8

6

Arifuddin A. Patunru. op. cit, hlm. 37.

7

Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1994), hlm. 3.

8

Sukino, Menulis Itu Mudah Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal, (Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2010), hlm. 5.


(21)

5

Hal ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam menuangkan ide ataupun gagasannya kedalam karangan, sehingga membuat karangan mereka memiliki banyak kesalahan.

Selanjutnya dalam proses pembelajaran mengarang biasanya diajarkan bentuk-bentuk karangan atau tulisan yang dibagi atas lima jenis, yaitu : Deskripsi, eksposisi, narasi, argumentasi, dan persuasi. Berikut akan dijelaskan secara singkat mengenai lima jenis bentuk karangan di atas.

Deskripsi adalah karangan yang bertujuan memberikan gambaran sesuatu dalam pikiran pembaca; eksposisi adalah karangan yang berisi suatu uraian pokok bahasan yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan pembaca akan suatu pokok bahasan; argumentasi adalah karangan yang bertujuan mempengaruhi pikiran pembaca untuk menerima suatu pendapat tentang suatu hal; narasi adalah karangan yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi; dan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya bahkan mengikuti pendapat yang disampaikan. Dari kelima bentuk karangan tersebut penulis akan membahas secara mendalam mengenai pengajaran mengarang argumentasi.

Dalam pengajaran materi mengarang argumentasi diperlukan perhatian yang sungguh-sungguh, baik oleh guru maupun siswa, karena di dalam mengarang argumentasi diperlukan pembuktian dalam mengemukakan alasan sehingga dapat meyakinkan pembacanya. Selain itu kemampuan menulis argumentasi memerlukan sejumlah potensi pendukung. Oleh karena itu, untuk memperoleh karangan argumentasi yang baik dibutuhkan kemauan keras dan belajar sungguh-sungguh. Dengan demikian, wajar bila dikatakan bahwa meningkatkan kemampuan menulis akan mendorong siswa lebih aktif, kreatif dan melatih kemahiran dalam menulis. Minto Rahayu berpendapat, tulisan argumentasi berarti mengemukakan masalah dengan mengambil sikap yang pasti untuk


(22)

6

mengungkapkan segala persoalan dengan segala kesungguhan pengetahuannya, bukan sekedar mana mengeluarkan pendapat.”9

Kesimpulannya Minto Rahayu mengatakan bahwa dalam menulis karangan argumentasi bukan sekedar mengeluarkan pendapat tetapi juga diperlukan fakta yang dapat mendukung pendapat yang akan disampaikan penulis.

Selanjutnya tulisan argumentasi merupakan salah satu jenis tulisan yang bukan sekedar menyampaikan pendapat, melainkan harus disertai fakta yang ada. Penulis harus berusaha menyampaikan pendapat serta fakta secara teratur dan kritis. Dalam buku Menulis itu Mudah karya Sukino dikatakan;

“Banyak ahli berpendapat bahwa karangan argumentasi lebih sulit dibandingkan dengan jenis karangan yang lain. Letak kesulitan dalam penulisan karangan argumentasi adalah berupaya untuk meyakinkan orang lain agar terpengaruh dan kemudian bertindak seperti yang diinginkan. Pengarang harus berpikir secara kritis dan logis.”10

Hal ini berarti bahwa menulis argumentasi adalah jenis karangan yang membutuhkan kesungguhan dalam menuliskan pendapat dan fakta yang akan disampaiakan agar pembaca terpengaruh dengan isi tulisan yang disampaikan penulis.

Penulisan karangan argumentasi sekarang ini belum mencapai hasil yang memuaskan, karena karangan argumentasi memerlukan alasan, bukti, dan fakta yang kuat untuk meyakinkan pembaca. Selain itu siswa kurang memahami langkah-langkah penting untuk menyusun karangan argumentasi yang baik. Langkah-langkah tersebut adalah, siswa dapat menentukan topik yang menarik, setelah itu siswa dapat mencari informasi secara lengkap, mengumpulkan data mengenai topik tersebut, dan disampaikan dengan kalimat yang logis. Dengan mengetahui dan

9

Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 168.

10


(23)

7

mempraktikannya dalam kegiatan belajar mengajar, maka siswa dapat mengarang argumentasi dengan baik.

Selain mengetahui langkah-langkah dalam membuat suatu karangan, proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, salah satunya adalah metode yang digunakan dalam pembelajaran. Metode berperan penting dalam proses pembelajaran. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer; “Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelakasanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.”11 Lebih lanjut dikatakan dalam buku Strategi Pembelajaran Bahasa; “metode lebih bersifat prosedural dan sistemik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan.”12

Jadi, penggunaan metode dalam suatu pembelajaran akan memudahkan guru maupun siswa untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi akan memberikan suatu stimulus kepada siswa untuk belajar, karena siswa tidak merasa jenuh dengan pembelajaran yang sudah biasa dilakukan.

Salah satu metode pembelajaran yang populer saat ini adalah metode peta konsep atau disebut peta pikiran (mind mapping). Peta pikiran (mind mapping) merupakan cara kreatif bagi tiap siswa untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru.”13

Dikategorikan ke dalam cara kreatif karena pembuatan peta pikiran (mind mapping) ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970-an. Dalam kegiatan mengarang peta pikiran sangat membantu, dalam buku quantum teaching dikatakan “peta pikiran membantu siswa dalam menyusun informasi dan melancarkan aliran pikiran. Peta pikiran dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan menulis.”14

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas tentang Peningkatan Kemampuan

11

Peter Salim & Yenny Salim, op. cit, hlm. 973.

12

Iskandarwassid & H. Dadang Sunendar, op. cit, hlm.56.

13

Melvin L. Silberman, Acvtive Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, hlm.200.

14


(24)

8

Menulis Argumentasi dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Barat pada tahun pelajaran 2014/2015.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

a. Kemampuan menulis pelajar Indonesia pada saat ini sangat memprihatinkan

b. Peserta didik terbiasa dan menyukai kegiatan mengarang, serta tidak ada lagi anggapan kegiatan mengarang “membosankan” c. Pelajaran mengarang kurang mendapat perhatian yang serius d. Penulisan karangan argumentasi belum mencapai hasil yang

memuaskan.

C.

Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang tersedia, maka tidak semua identifikasi masalah akan diteliti. Oleh karena itu, penulis membatasi masalah yang dibahas pada penggunaan metode peta pikiran (mind mapping) dalam meningkatkan kemampuan menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Barat.

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Barat Tahun Pelajaran 2014/2015?


(25)

9

E.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

Untuk melihat peningkatkan kemampuan menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping).

F.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitiaan ini dapat menjadi bahan referensi bagi siswa atau pengajar di sekolah untuk pengembangan teori keterampilan menulis karangan argumentasi.

2. Manfaat praktis i. Bagi pendidik

Sebagai acuan bahan ajar bagi guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khusunya pembelajaran menulis karangan argumentasi. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan guru tentang aneka metode, jenis-jenis media yang dapat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran terutama pembelajaran menulis karangan argumentasi.

ii. Bagi peserta didik

Sebagai sumber belajar siswa, terutama dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan mengunakan metode peta pikiran ( Mind Mapping ).

iii. Bagi Sekolah

Sebagai pengayaan berbagai metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi.


(26)

10

iv. Bagi pembaca

Semoga penelitian ini bermanfaat untuk para pembaca, dan dapat menjadi acuan dalam penelitian berikutnya terkait dengan peningkatan keterampilan menulis karangan argumentasi dengan menggunakan metode peta pikiran ( Mind Mapping ).


(27)

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Menulis

1.

Pengertian Menulis

Kemampuan menulis sangat penting untuk dimiliki siswa, karena dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan ide dan gagasannya dalam mencapai tujuan tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer; “menulis adalah menuangkan pikiran atau perasaan, seperti mengarang, membuat surat dengan tulisan.”1

Sedangkan dalam buku Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, Suriamiharja mengatakan bahwa: Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.2

Kesimpulan dari pendapat Suriamiharja bahwa menulis merupakan kegiatan melahirkan suatu pikiran dalam tulisan, atau cara berkomunikasi kepada orang lain untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan secara tertulis.

Selain itu Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa:

“Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang difahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-

lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa gambar itu.”3

Kesimpulan dari pendapat Tarigan, bahwa menulis merupakan suatu kegiatan menuliskan lambang-lambang yang memiliki makna dan dapat dipahami oleh orang lain.

1

Peter Salim & Yenny Salim, op. cit, hlm.1648.

2

Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Kelas Tinggi, (Bandung : UPI Press, 2007), hlm. 116

3

Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1994), hlm. 22.


(28)

12

Dari beberapa bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan melahirkan perasaan/ide-ide ke dalam sebuah tulisan, sehingga orang lain dapat memahami tulisan tersebut.

2.

Fungsi Menulis

Menulis sangat penting bagi para pelajar karena memudahkan para pelajar berpikir. Menulis dapat menolong berpikir kritis dan memperdalam daya tanggap atau persepsi , memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, dan mampu menyusun urutan bagi pengalaman. Tarigan dalam bukunya menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa mengatakan bahwa; “pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung.”4

Lebih rinci Rusyana dalam buku Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi menyatakan fungsi menulis yang dibagi menjadi empat bagian, yaitu :

a. Fungsi Penataan

Ketika mengarang terjadi penataan terhadap gagasan, pikiran pendapat, imajinasi dan yang lainnya, serta terhadap penggunaan bahasa untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, pikiran dan lainnya mempunyai wujud yang tersusun.

b. Fungsi Pengawetan

Mengarang mempunyai fungsi untuk mengawetkan pengutaran sesuatu dalam wujud dokumen tertulis.

c. Fungsi Penciptaan

Dengan mengarang kita menciptakan sesuatu yang baru. d. Fungsi Penyampaian

Penyampaian itu terjadi bukan saja kepada orang yang berdekatan tempatnya melainkan juga kepada orang yang berjauhan.5

4Ibid

, hlm. 22

5


(29)

13

Dengan demikian kesimpulan fungsi menulis menurut Rusyana adalah bukan alat untuk berkomunikasi secara tertulis atau tidak langsung saja, melainkan juga berfungsi sebagai penataan, pengawetan, penciptaan, dan penyampaian.

Selanjutnya dalam buku pembinaan kemampuan menulis bahasa Indonesia, Sabarti Akhadiah menyatakan bahwa fungsi menulis dibagi menjadi delapan bagian, yaitu:

a. Menulis dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri. Dengan menulis seseorang dapat mengetahui sampai dimana potensi pengetahuannya mengenai suatu topik yang akan ditulis.

b. Menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan. Dalam menulis kita harus bernalar: menghubungkan dan membandingkan fakta yang seorang miliki untuk dijadikan dalam tulisan.

c. Menulis dapat meningkatkan minat baca.

Untuk menulis suatu topik dengan baik dibutuhkan informasi yang tepat, maka seseorang akan mencari, serta menguasi informasi terkait dengan topik yang akan ditulis.

d. Menulis dapat mengorganisasikan gagasan secara sistematis. Mengorganisasikan gagasan dilakukan dengan menuliskan pendapat mengenai suatu topik secara teratur dengan disertai fakta yang mendukung pendapat terkait dengan topik.

e. Menulis dapat menilai gagasan secara objektif.

Menulis memberikan berbagai informasi terkait dengan topik tertentu. Dengan menguasi informasi tersebut maka kita dapat menilai suatu tulisan secara lebih objektif.

f. Menulis dapat memecahkan permasalahan.

Menulis merupakan kegiatan mengungkapkan perasaan kedalam tulisan. Menulis juga kegiatan untuk memecahkan suatu permasalahan dengan menganalisisnya terlebih dahulu.


(30)

14

g. Menulis dapat mendorong belajar secara aktif.

Kita diharuskan menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain. h. Menulis dapat membiasakan berbahasa secara tertib.

Kegiatan menulis yang terencana akan menggunakan bahasa yang baik.6

Dengan demikian fungsi menulis menurut Sabarti Akhadiah adalah untuk membiasakan seseorang membaca agar mendapatkan informasi yang sesuai dengan topik tulisan , menyusun tulisan dengan sistematis dan membiasakan berbahasa secara tertib.

Selanjutnya Daeng Nurjamal dalam buku Terampil Berbahasa

mengatakan fungsi menulis merupakan alat untuk: (1) menginformasikan sesuatu kepada pembaca, (2) meyakinkan pembaca, (3) mengajak pembaca, (4) menghibur pembaca, (5) melarang atau memerintah pembaca, (6) mendukung pendapat orang lain, dan (7) menolak atau menyanggah pendapat orang lain.7

Dengan demikian fungsi menulis menurut Daeng Nurjamal adalah alat untuk menginformasikan, meyakinkan, mengajak, menghibur, melarang atau memerintah, mendukung pendapat dan menolak atau menyanggah pendapat orang lain.

Jadi, fungsi bahasa yang berkaitan dengan kegiatan menulis argumentasi adalah fungsi penataan dan fungsi penyampaian serta menulis dapat mengorganisasikan gagasan secara sistematis dan gagasan secara objektif.

B.

Mengarang

1.

Pengertian Mengarang

Banyak yang beranggapan bahwa menulis sebuah karangan atau mengarang itu suatu pekerjaan yang mudah, karena menyusun ide-ide yang ada dalam pikiran yang kemudian dituangkan dalam bentuk

6

Sabarti Akhadiah. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. (Jakarta: Penerbit Erlangga), hlm.1-2.

7


(31)

15

tulisan. Namun pada kenyataannya banyak di antara mereka tidak dapat menuangkan ide-idenya dalam bentuk tulisan sehingga terjadi kesalahan dalam mengungkapkan gagasannya. Adapun pengertian mengarang akan diuraian secara terperinci.

a. Sudarno berpendapat bahwa, “mengarang adalah bagian ekspresi secara tertulis. Segala kesan batin, baik pikiran, perasaan, maupun kemauan dapat dinyatakan dengan bahasa tulis.”8

Menurut pendapat Sudarno mengarang merupakan bagian pengungkapan ekspresi dengan menggunakan bahasa tulis.

b. Wahyu Wibowo mengatakan bahwa, “mengarang adalah suatu penyampaian pikiran secara resmi atau teratur dalam tulisan.”9 Menurut pendapat Wahyu Wibowo mengarang adalah suatu bentuk penyampaian pikiran dalam bentuk tulisan.

c. Mahsusi mengatakan “mengarang adalah rangkaian, susunan, gubahan, ciptaan, komposisi, karya. Yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan dalam bentuk kalimat-kalimat yang disusun sesuai kaidah komposisi .”10

Menurut pendapat Mahsusi mengarang adalah susunan atau rangkaian kesatuan pikiran yang dituangkan dalam kalimat yang sesuai kaidah.

Dari pendapat para ahli di atas dapat dijelaskan bahwa mengarang merupakan suatu kegiatan yang produktif. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa mengarang adalah rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan ide atau gagasannya dengan memilih kata-kata atau ungkapan yang tepat sehingga bisa diketahui penggunaannya.

Mengarang adalah mengembangkan bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Hasil perwujudan melalui bahasa tulis itu menjadi karya tulis yang dapat berupa suatu karangan.

8

Sudarno. Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah), hlm.96.

9

Wahyu Wibowo, Manajemen Bahasa, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 56

10


(32)

16

2.

Bentuk-bentuk Karangan

Bentuk karangan dibagi atas 5 (lima) macam, yaitu :

a. Menurut Rosihan Anwar, “karangan deskripsi adalah menciptakan sebuah gambaran dalam pikiran pembaca.”11

b. Menurut Minto Rahayu, “karangan eksposisi adalah bentuk tulisan yang berusaha menerangkan dan menguraikan suatu pokok bahasan yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.”12

c. Menurut Daeng Nurjamal, “karangan narasi adalah bentuk tulisan yang sebagian besar berisi cerita.”13

d. Menurut Niknik M. Kuntarto, “karangan argumentasi adalah bentuk karangan yang berusaha untuk memengaruhi sikap dan pendapat orang lain dengan cara merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga dapat diketahui apakah suatu pendapat itu benar atau tidak.” 14

e. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, “karangan persuasi adalah karangan yang berisi ajakan yang ditujukan pada seseorang dengan menjanjikan harapan yang baik dan meyakinkan.”15

Jadi bentuk-bentuk karangan ada 5 yaitu karangan deskripsi yang bertujuan menciptakan sebuah gambaran dalam cerita, karangan eksposisi yang bertujuan menguraikan suatu pokok bahasan untuk memperluas pandangan pembaca, karangan narasi yang berisi cerita, karangan argumentasi yang bertujuan memengaruhi sikap atau pendapat orang lain dengan menuliskan fakta-fakta, karangan persuasi yang bertujuan untuk mengajak pada suatu hal.

11

H. Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik Indonesia & Komposisi, (Yogyakarta : Media Abadi, 2004), hlm. 114.

12

Minto Rahayu, op.cit, (Jakarta : PT Grasindo, 2007), hlm. 160-161.

13

Daeng Nurjamal, op.cit, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2011), hlm. 70.

14

Niknik M. Kuntarto, Cermat Dalam Berbahasa Teliti Dalam Berpikir, (Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media, 2009), hlm. 244.

15


(33)

17

C.

Argumentasi

1.

Pengertian Argumentasi

Argumentasi merupakan usaha untuk membuktikan suatu kebenaran yang merupakan proses penalaran penulis. Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta secara efektif, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal itu benar atau tidak.

Banyak sekali pengertian karangan argumentasi, tetapi dari semua pengertian yang ada, bertumpu pada suatu dasar pemikiran yang sama. Kita lihat pengertian argumentasi menurut beberapa ahli.

a. Menurut Gorys Keraf , “argumentasi adalah bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembaca.”16

Kesimpulan dari pernyataan Gorys Keraf adalah argumentasi merupakan suatu bentuk pembicaraan yang berusaha mempengaruhi sikap atau pendapat orang lain, dengan harapan ada tindakan yang dilakukan sesuai dengan apa yang diinginkan penulis.

b. Menurut Mudrajad Kuncoro, “argumentasi adalah sebuah karangan yang membuktikan kebenaran/ketidakbenaran sebuah pernyataan.”17

Kesimpulan dari pernyataan Mudrajad Kuncoro adalah argumentasi merupakan bentuk karangan dimana seseorang diharuskan menyampaikan kebenaran atau ketidakbenaran suatu pernyataan dengan melampirkan fakta yang ada.

c. Menurut Lamuddin Finoza, “argumentasi adalah karangan yang bertujuan meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu dokrin, sikap, dan tingkah laku tertentu.”18

16

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 3.

17


(34)

18

Kesimpulan dari pernyataan Lamuddin Finoza adalah argumentasi merupakan suatu bentuk karangan yang memiliki tujuan untuk meyakinkan suatu hal agar pembaca mengambil suatu doktrin atau tingkah laku tertentu yang diinginkan penulis.

d. Menurut Rosihan Anwar, “argumentasi adalah karangan yang membahas sesuatu persoalan atau perkara.”19

Kesimpulan argumentasi menurut pendapat Rosihan Anwar adalah suatu bentuk karangan yang membahas suatu persoalan, tanpa ada harapan pembaca bertindak sesuai dengan pendapat penulis.

e. Menurut Sukino, “argumentasi adalah karangan yang mengemukakan bukti atau contoh yang meyakinkan pembaca.”20

Kesimpulan argumentasi menurut Sukino adalah suatu bentuk karangan yang di dalamnya berisi bukti atau contoh yang dapat meyakinkan pembaca.

f. Menurut Mohamad Yunus, “argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat.”21

Kesimpulan argumentasi menurut Mohamad Yunus adalah suatu bentuk karangan yang yang berisi paparan alasan serta pendapat yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap seseorang terhadap suatu hal.

Setelah melihat definisi dari para tokoh di atas mengenai karangan argumentasi maka dapat ditarik kesimpulan, karangan argumentasi itu merupakan suatu karangan yang membahas sesuatu persoalan dan bertujuan meyakinkan para pembacanya agar terpengaruh dan percaya dengan apa yang ditulis dalam karangan itu.

18

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia revisi 4, ( Jakarta : Diksi Insan Mulia, 2009), hlm. 250

19

H. Rosihan Anwar, op. cit, hlm. 115

20

Sukino, op. cit, hlm. 70.

21

Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003), hlm. 5.33.


(35)

19

Dalam berargumentasi kita boleh mempertimbangkan pendapat sendiri. Namun tetap harus mempertimbangkan pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat dengan kita. Karangan argumentasi memanfaatkan fakta dan bukti yang kuat. Karangan argumentasi harus dapat menunjukkan pendapat atau gagasan yang benar. Dalam berargumentasi semakin banyak fakta yang digunakan, semakin kuat kebenaran yang dipertahankan.

2.

Ciri-ciri karangan Argumentasi.

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan ciri-ciri dari karangan argumentasi yaitu:

a) Berusaha membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca diyakinkan mengenai kebenaran itu.

b) Tulisan berisi pendapat tentang sesuatu yang disertai bukti, serta contoh yang kuat dan meyakinkan pembaca.

3.

Teknik Penulisan Argumentasi.

Untuk dapat membuat suatu karangan yang baik, sebaiknya mengetahui dalam karangan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, isi atau penjelasan, serta kesimpulan. Dalam buku cermat berbahasa teliti dalam berpikir, dijelaskan apa saja yang terdapat dalam bagian pendahuluan, isi, dan kesimpulan;

a. Pendahuluan.

Pendahuluan yang membahas pentingnya persoalan itu dibahas saat ini, lalu latar belakang historis yang mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang akan diargumentasikan sehingga pembaca dapat memperoleh pengertian dasar mengenai hal tersebut.

b. Isi atau penjelasan.

Berisi pembahasan masalah dengan menyajikan fakta-fakta yang dapat diuji kebenarannya.


(36)

20 c. Kesimpulan.

Berisi kesimpulan-kesimpulan suatu pembahasan. Sampaiakn simpulan dengan tetap memperhatikan tujuan utama pembahasan dan segarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai.22

Demikianlah langkah penyusunan karangan argumentasi agar lebih terarah. Apabila langkah-langkah tersebut benar diperhatikan dan melaksanakan dalam pembelajaran mengarang, maka hasil karangan argumentasi akan lebih baik.

4.

Penilaian Karangan Argumentasi.

Dalam setiap pembelajaran yang dilakukan, guru membutuhkan standar penilaian untuk mengetahui sejauh mana kemampuan seorang siswa dalam suatu pembelajaran. Dalam buku standar mutu penilaian dalam kelas dikatakan bahwa penilaian berdasarkan PP. No. 19 Tahun 2005 tentang Stamdar Nasional Pendidikan, pasal 1 adalah: Proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar siswa dilaksanakan berdasarkan standar penilaian pendidikan yang berlaku secara nasional.23

Dalam jurnal peraturan Mendiknas nomor : 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian dikatakan bahwa : Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran.24

22

Niknik M. Kuntarto, op.cit, hlm. 244.

23

Moh. Sholeh Hamid, Standar Mutu Penilaian dalam Kelas, (Jogjakarta : Diva Press, 2011), hlm. 7.

24

Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.


(37)

21

Jadi penilaian tidak dapat dilakukan dalam satu kali proses saja, karena banyak aspek yang menentukan penilaian tersebut. Selanjutnya secara umum di jelaskan tujuan diadakannya penilaian yaitu :

a. Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa;

b. Mengukur pertumbuhan dan perkembangan kemajuan siswa; c. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa;

d. Mengetahui hasil pembelajaran;

e. Mendorong siswa untuk senantiasa belajar;

f. Umpan balik untuk guru supaya dapat mengajar lebih baik.25 Sedangkan fungsi penilaian adalah sebagai berikut :

a. Sebagai alat untuk menetapkan penguasaan siswa terhadap kompetensi;

b. Sebagai bimbingan; c. Sebagai diagnosis; d. Sebagai alat prediksi; e. Sebagai alat seleksi.26

Untuk melakukan penilaian, dibutuhkan sebuah perancangan penilaian dengan memperhatikan beberapa unsur, seperti standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan materi pokok.

Dengan memperhatikan keempat unsur di atas, peneliti membuat format penilaian karangan argumentasi yang akan digunakan dalam penelitian ini. Format penilaian tersebut berfungsi sebagai media bimbingan, diagnosis, prediksi dan seleksi pengukur kemampuan.

Berikut ini dijelaskan tentang komponen yang dinilai dalam karangan argumentasi, kriteria penilaian, dan skor.

25

Moh. Sholeh Hamid, op. cit. hlm. 20

26


(38)

22

Tabel 2.1

Tabel Komponen Penilaian Argumentasi

Komponen yang dinilai Skor Kriteria

1. Syarat Penulisan Paragraf.

a. Kepaduan (Coherence).

b. Urutan (Orderly).

4 3 2 1 4 3 2 1 Sangat Baik-Sempurna

Memperlihatkan hubungan antar kalimat yang erat.

Cukup-Baik

Memperlihatkan hubungan antar kalimat yang cukup erat.

Sedang-Cukup

Memperlihatkan hubungan antar kalimat yang kurang erat.

Sangat Kurang

Memperlihatkan tidak ada hubungan antar kalimat.

Sangat Baik-Sempurna.

Sebagian besar dari keseluruhan kalimat yang membangun paragraf memiliki urutan ide secara logis.

Cukup-Baik.

Setengah dari keseluruhan kalimat yang membangun paragraf memiliki urutan ide secara logis.

Sedang-Cukup.

Sebagian kecil dari keseluruhan kalimat yang membangun paragraf memiliki urutan ide secara logis.

Sangat Kurang.

Seluruh kalimat yang membangun paragraf tidak memiliki uratan ide secara logis.


(39)

23 2. Isi Paragraf.

a. Pernyataan, ide atau

pendapat yang disampaikan.

b. Alasan, data atau fakta yang mendukung.

4

3

2

1

4

3

Sangat Baik-Sempurna.

Pernyataan, ide dan pendapat yang dikemukakan cukup menarik perhatian, mempengaruhi dan meyakinkan pembaca dengan baik.

Cukup-Baik.

Pernyataan, ide dan pendapat yang dikemukakan cukup menarik perhatian, mempengaruhi dan meyakinkan pembaca.

Sedang-Cukup.

Pernyataan, ide dan pendapat yang dikemukakan kurang menarik perhatian, mempengaruhi dan meyakinkan pembaca.

Sangat Kurang.

Pernyataan, ide atau pendapat yang dikemukakan tidak menarik perhatian, mempengaruhi dan meyakinkan pembaca.

Sangat Baik-Sempurna.

Alasan, data dan fakta membuktikan kebenaran yang disampaikan.

Cukup-Baik.

Alasan, data dan fakta cukup membuktikan kebenaran yang disampaikan.


(40)

24 2

1

Sedang-Cukup.

Alasan, data dan fakta kurang membuktikan kebenaran yang disampaikan.

Sangat Kurang.

Alasan, data dan fakta tidak membuktikan kebenaran yang disampaikan.

3. Teknis Penulisan.

a. Ejaan (tanda baca,

pemakaian huruf, penulisan kata).

4

3

2

1

Sangat Baik-Sempurna.

Kesalahan ejaan antara 1 sampai 3. Cukup-Baik.

Kesalahan ejaan antara 4 sampai 7. Sedang-Cukup.

Kesalahan ejaan lebih dari 7. Sangat Kurang.

Semua penggunaan ejaan salah.27

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sistem penilaian harus terurai berdasarkan komponen yang dinilai, kriteria, skor tertinggi dan terendah

D.

Peta Pikiran (

Mind Mapping

)

1.

Pengertian Peta Pikiran (

Mind Mapping

)

Pada umumnya guru mengajar menggunakan metode-metode klasik yang sudah sering dipakai yaitu metode ceramah dan diskusi. Dengan berkembangnya zaman, maka semakin berkembang ilmu pengetahuan dalam segala bidang. Salah satunya dalam bidang metode

27

http://www.e-bookspdf.org/rafinawidowati/respository.edu.upi Rafina Widowati, Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Melalui Pemanfaatan Media Artikel Opini, diakses pada 13 September 2014 pukul 15.00


(41)

25

pembelajaran. Pada saat ini banyak berkembang metode pembelajaran untuk memperbaiki kualitas pembelajaran salah satu metode pembelajaran yang dianggap mampu mengoptimalkan hasil belajar adalah metode peta pikiran atau disebut mind mapping.

Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Buzan pada awal 1970-an yaitu, seorang ahli dan penulis produktif di bidang psikologi, kreativitas dan pengembangan diri. Tony Buzan mengungkapkan bahwa mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara hafiah yang akan “memetakan” pikiran.28

Artinya bahwa metode mind mapping membantu seseorang dalam menuangkan suatu hal dengan cara memetakan apa yang ingin ditulis.

Lebih lanjut Buzan berpendapat bahwa mind mapping adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak. Dalam peta pikiran, sistem bekerja otak diatur secara alami.

Otomatis kerjanya pun sesuai dengan kealamian cara berpikir manusia. Peta pikiran membuat otak manusia ter-eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya. Seperti kita ketahui, otak manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. “Dalam peta pikiran, kedua sistem otak diaktifkan sesuai porsinya masing-masing. Kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya”.29

Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, akan merangsang secara visual. Sehingga infomasi dari mind mapping

mudah untuk diingat.

Dalam buku pintar mind map untuk anak dikatakan bahwa Mind Map merupakan “raja alat ingatan, karena mind map merupakan bentuk istimewa pencatatan dan perencanaan yang bekerja selaras dengan otak untuk memudahkan seseorang dalam mengingat.”30

Selanjutnya dalam buku Quantum Teaching metode mind mapping

merupakan “proses berpikir dan memungkinkan seseorang untuk

28

Tony Buzan, Mind Mapping (Jakarta : Gramedia, 2008) hlm. 4

29

Ibid, hlm. 9

30


(42)

26 berpindah-pindah topik.”31

Artinya seseorang dapat mengeluarkan seluruh pengetahuan yang dimiliki dan dapat dituangkan dalam tulisan. Selanjutnya, Tony Buzan dalam bukunya Mind Mapping

mengemukakan ada tujuh langkah untuk untuk membuat mind mapping. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

a) Dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar (landscape). Karena apabila dimulai dari tengah akan memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya secara lebih bebas dan alami.

b) Menggunakan gambar atau foto untuk sentral. Karena sebuah gambar atau foto akan mempunyai seribu kata yang membantu otak dalam menggunakan imajinasi yang akan diungkapkan. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak berkosentrasi, dan mengaktifkan otak. c) Menggunakan warna yang menarik. Karena bagi otak, warna sama

menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran (mind mapping) lebih hidup, menambah energi pada pemikiran yang kreatif, dan menyenangkan.

d) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan diingat.

e) Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena dengan garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti Cabang-cabang-Cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.

31


(43)

27

f) Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena dengan kata kunci tunggal dapat memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran (mind mapping).

g) Menggunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata.32

Selanjutnya mind mapping sangat membantu dalam proses pembelajaran, menurut Muhammad Faiq ada banyak manfaat atau keunggulan yang dapat diraih bila siswa menggunakan teknik mencatat

mind mapping (peta pikiran) ini dalam kegiatan pembelajarannya, di antaranya:

a. Mind mapping meningkatkan kreativitas dan aktivitas individu maupun kelompok.

Bila siswa terbiasa menggunakan teknik mind map (peta pikiran) ini dalam mencatat informasi pembelajaran yang diterimanya, tentu akan menjadikan mereka lebih aktif dan kreatif. Penggunaan simbol, gambar, pemilihan kata kunci tertentu untuk dilukis atau ditulis pada mind map mereka merangsang pola pikir kreatif.

b. Mind mapping memudahkan otak memahami dan menyerap

informasi dengan cepat.

Catatan yang dibuat dengan teknik mind mapping dapat dengan mudah dipahami oleh orang lain, apalagi oleh sang pembuatnya sendiri. Mind mapping membuat siswa harus menentukan hubungan-hubungan apa atau bagaimana yang terdapat antar komponen-komponen mind mapping tersebut. Hal ini menjadi mereka lebih mudah memahami dan menyerap informasi dengan cepat.

c. Mind mapping meningkatkan daya ingat.

Catatan khas yang dibuat dengan mind mapping sifatnya spesifik dan bermakna khusus bagi setiap siswa yang membuatnya (karena melibatkan penggunaan dan pembentukan makna antar komponen

32


(44)

28

mind mapping), akan dapat meningkatkan daya ingat mereka terhadap informasi yang terkandung di dalam mind mapping itu.

d. Mind mapping dapat mengakomodasi berbagai sudut pandang

terhadap suatu informasi.

Setiap siswa tentu akan mempunyai beragam sudut pandang terhadap suatu informasi yang disampaikan oleh guru atau yang mereka terima dari sumber-sumber belajar lainnya. Beragamnya sudut pandang ini memungkinkan mereka untuk memaknai secara khas informasi tersebut dan dituangkan secara khas pada mind

mapping mereka masing-masing.

e. Mind mapping dapat memusatkan perhatian siswa.

Selama proses pembuatan mind mapping perhatian siswa akan terpusat untuk memahami dan memaknai informasi yang diterimanya. Ini akan membuat kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih efektif.

f. Mencatat dengan teknik mind mapping menyenangkan.

Teknik menulis menggunakan mind map tentu menyenangkan bagi siswa, sejelek apapun kemampuan mereka menggambar simbol-simbol. Kegiatan yang menyenangkan selanjutnya akan menimbulkan suasana positif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.33

Kesimpulan dari pendapat di atas bahwa mind mapping dapat meningkatkan daya ingat siswa dan mempermudah siswa dalam menuangkan segala materi pembelajaran yang diberikan oleh guru dengan kata kunci yang mereka pahami.

33

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com, Muhammad Faiq, Teknik Mind Mapping Mengorganisasi Materi Pembelajaran, diakses pada hari Senin, 22 september 2014, pukul 13.00


(45)

29

2.

Penggunaan

Mind

Mapping

Dalam

Karangan

Argumentasi.

Berikut merupakan contoh karangan argumentasi dengan tema kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dengan menggunakan metode peta pikiran ( Mind Mapping ).

Gambar 2.1

Contoh penggunaan metode mind mapping dalam karangan argumentasi

Penolakan Unjuk rasa

Anggota DPR Kerusuhan

dan di Ibu Kota Jakarta

masyarakat

umum. Menimbulkan kerugian

Dampak yang ditimbulkan

Dampak Sosial Dampak Ekonomi

Contoh Karangan :

Kenaikkan Harga Bahan Bakar Minyak

Pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar minyak, namun rencana ini belum terlaksana banyak yang menolak rencana kenaikkan harga bahan bakar minyak tersebut. Dalam hal ini yang menolak rencana kenaikkan harga bahan bakar minyak bukan hanya dari kalangan masyarakat umum, namun anggota DPR yang ikut dalam rapat kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut banyak yang tidak setuju. Ini disebabkan banyak dampak yang harus dipikirkan ketika harga bahan bakar minyak menjadi naik.

Dampak yang ditimbulkan dari kenaikan harga bahan bakar minyak salah satunya adalah dampak sosial karena jumlah angka


(46)

30

kemiskinan akan semakin tinggi, hal ini disebabkan oleh pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap tingginya kebutuhan hidup masyarakat kita. Masyarakat golongan menengah keatas mungkin belum merasakannya, namun kalangan menengah kebawah telah merasakan dampak ini walau kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak belum dilaksanakan, apalagi nanti jika telah dilaksanakan pasti beban mereka akan semakin bertambah. Selain itu ada pula dampak ekonomi dipastikan bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak akan menyebabkan naiknya biaya operasional sehari-hari. Pengaruh yang mungkin akan sangat dirasakan adalah naiknya biaya transportasi, yang kemudian juga akan diikuti dengan kenaikan tarif dasar listrik dan air, kemudian juga akan diikuti oleh naiknya tarif tol, dan pada akhirnya akan mempengaruhi naiknnya harga-harga bahan-bahan pokok.

Namun kebijakan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak belum disetujui dan masih dalam pembahasan anggota DPR, sudah banyak terjadi unjuk rasa dimana-mana. Unjuk rasa yang terjadi bukan hanya terjadi di Ibu Kota Jakarta namun di daerah lain pun terjadi hal yang sama yaitu unjuk rasa penolakkan kenaikkan harga bahan bakar minyak. Unjuk rasa ini dilakukan oleh berbagai pihak mulai dari masyarakat umum sampai mahasiswa mengadakan unjuk rasa penolakkan kenaikkan harga bahan bakar minyak. Unjuk rasa yang berlangsung di Jakarta banyak menimbulkan kerugian bagi Negara, karena unjuk rasa yang berlangsung banyak yang berakhir dengan kericuhan dan perusakkan fasilitas umum di sekitar terjadinya unjuk rasa tersebut. Sebaiknya pemerintah memikirkan ulang untuk menaikkan harga bahan bakar minyak agar tidak terjadi berbagai dampak buruk untuk Negara.

E.

Penelitian yang Relevan.

Penelitian yang sesuai dengan penelitian sebelumnya, dirumuskan melalui judul, dan penulis yaitu:

a. Tutiek Yunita Rachmawati dengan judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Metode Peta Pikiran


(47)

31

(Mind Mapping) pada Siswa Kelas IX di SMP Al Muayad Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Perbedaan dari penelitian Tutiek Yunita Rachmawati dengan penelitian ini adalah salah satu variabel yang diteliti yaitu kualitas pembelajaran menulis cerpen, subyek penelitiannya pada siswa kelas IX di SMP Al Muayad Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008, penelitianya berlangsung 3 siklus, dan simpulan dari penelitiannya adalah metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen. Sementara itu persamaan dari penelitian ini adalah salah satu variabelnya menggunakan metode yang sama yaitu metode peta pikiran (mind mapping) dan hasil dari penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan dari apa yang diteliti.

Berdasarkan hasil penelitian Tutiek Yunita Rachmawati dapat diambil kesimpulan bahwa dengan metode peta pikiran (mind mapping) berpengaruh terhadap siswa dalam pembelajaran. Ada keterkaitan dalam penelitian tersebut sehingga dapat dijadikan acuan oleh peneliti dalam penelitian kemampuan menulis argumentasi. Sehubungan dengan hasil penelitian tersebut maka peneliti mengembangkan penelitian dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan metode peta pikiran

(mind mapping) agar dapat meningkatkan kemampuan menulis

argumentasi.

Dari penelitian di atas menunjukkan metode peta pikiran (mind

mapping) berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menulis cerpen.

Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dikembangkan penelitian-penelitian yang dapat meningkatkan kemampuan menulis argumentasi siswa. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul peningkatan kemampuan menulis paragraf argumentasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang.


(48)

32

F.

Hipotesis Tindakan.

Berdasarkan kajian teori di atas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:

a. Dengan metode Mind Mapping dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang tahun pelajaran 2014/2015. b. Dengan metode Mind Mapping dapat meningkatkan

kemampuan menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang tahun ajaran 2014/2015.


(49)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada semester 1 (ganjil) SMA Muhammadiyah 25 Pamulang pada tahun ajaran 2014-2015, dengan pertimbangan pada semester ini materi mengarang argumentasi sudah diajarkan. Materi ini ada hubungannya dengan penelitian, sehingga memudahkan teknik pelaksanaannya.

Penelitian ini menggunakan sampel kelas X-1dengan jumlah 28 siswa terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03-12 November 2014.

B.

Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian.

Sesuai dengan rumusan tujuan penelitian sebagaimana telah disebutkan di bagian awal metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.1

Kegiatan penelitian tindakan kelas dimulai dari permasalahan yang nyata dan dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Setelah itu masalah tersebut ditindak lanjuti dengan tindakan-tindakan terencana dan terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan kerjasama antara peneliti, guru, siswa, dan staf sekolah lainnya.

Dalam buku Penelitian Tindakan Kelas untuk: Guru, Zainal Aqib mengatakan bahwa tujuan PTK yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Selain itu PTK memiliki manfaat:

1


(50)

34

a. Adanya inovasi dalam pembelajaran b. Peningkatan profesionalisme guru.2

Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus yang dinamis dengan tindakan yang sama. PTK dilaksanakan dalam siklus berulang yang terdiri dari 4 tahap seperti pada gambar dibawah ini:

Bagan 3.1 Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK)

Berikut ini akan dijelaskan secara rinci rancangan siklus penelitian yang akan dilakukan:

1. Perencanaan tindakan.

a. Membuat skenario pembelajaran

b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.

c. Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

d. Mengajukan solusi alternatif. 2. Pelaksanaan Tindakan.

Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses pembelajaran sesuai rancangan. Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.

2Ibid.,

hlm. 18.


(51)

35

Bagan 3.2. Spiral Tindakan Kelas (Adaptasi dari Hopkins, 1993: 48).

3. Tahap Observasi atau pengamatan

Tujuan dilakukannya pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.

4. Refleksi

Tahap refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan dan interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Dari hasil penarikan kesimpulan tersebut,dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai keberhasilan atau tidak.

Identifikas i Masalah

Perencanaan

Aksi

Observasi Refleksi

Perencanaan Ulang

Aksi Observasi


(52)

36

C.

Subjek Penelitian.

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang. Jumlah siswa kelas X-1 terdiri dari 28 siswa. Jumlah kelas X di SMA Muhammadiyah 25 Pamulang adalah empat kelas. Kelas yang menjadi subjek penelitian adalah kelas X-1 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang.

D.

Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan sekaligus observer yang mengamati tindakan tersebut. Hal ini sebagi upaya menciptakan situasi yang natural dan lebih objektif dalam penelitian tindakan yang dilakukan.

E.

Tahapan Intervensi Tindakan.

Kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan mengikuti siklus yaitu, penyusunan rencana, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Dengan demikian penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada tiga siklus, yang dipaparkan sebagai berikut:


(53)

37

Tabel 3.1 Perencanaan siklus 1 Siklus I

Tabel 3.2 Tabel perencanaan siklus 2 1. Perencanaan (identifikasi masalah dan

menetapkan alternatif pemecahan masalah) :

 Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM.

 Menentukan pokok bahasan.

 Mengembangkan skenario pembelajaran.

 Menyusun lembar kerja siswa.

 Menyiapkan sumber belajar.

 Mengembangkan format evaluasi.

2. Tindakan

 Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario dan lembar kerja siswa.

3. Pengamatan

 Melakukan observasi dengan memakai format observasi.

 Menilai hasil tindakan dengan

menggunakan format lembar kerja siswa.

4. Refleksi

 Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap jenis tindakan.

 Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, lembar kerja siswa, dan lain-lain.

 Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasilevaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.


(54)

38

Tabel 3.2 Perencanaan siklus 2 Siklus II

Tabel 3.3 Perencanaan siklus 3

Siklus III

1. Perencanaan (Identifikasi masalah dan menetapkan alternatif pemecahan masalah) :

 Pengembangan program tindakan II

2. Tindakan

 Pelaksanaan program tindakan II

3. Pengamatan

 Pengumpulan data tindakan II

4. Refleksi

 Evaluasi tindakan II

1. Perencanaan (Identifikasi masalah dan menetapkan alternatif pemecahan masalah) :

 Pengembangan program tindakan III

2. Tindakan

 Pelaksanaan program tindakan III

3. Pengamatan

 Pengumpulan data tindakan III

4. Refleksi


(55)

39

F.

Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan.

Hasil yang diharapkan pada penelitian tindakan ini adalah bahwa metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan siswa pembelajaran menulis karangan argumentasi dalam bahasa Indonesia.

G.

Data dan Sumber Data.

Data yang akan diperoleh adalah hasil dari proses penelitian yang dimulai dari tahap perencanaan, tindakan, dan hasil dari proses penelitian itu sendiri yang di dalamnya berupa:

a. Tes.

Hasil pembelajaran yang berupa karangan. Tes yang dilakukan pertama, peneliti awali dengan mengadakan kegiatan belajar mengajar dan mengadakan pre-tes terlebih dahulu untuk melihat kemampuan menulis siswa, yaitu berupa tes menulis karangan argumentasi tanpa menggunakan metode peta pikiran.

Hari kedua peneliti mengadakan kegiatan belajar mengajar sesuai silabus dan RPP yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kemudian peneliti mengadakan tes untuk melihat kemampuan menulis siswa, yaitu tes menulis karangan argumentasi dengan menggunakan metode peta pikiran. Perbandingan antara pre-tes dan tessesudahnya akan mengantarkan kita pada suatu kesimpulan apakah metode peta pikiran yang digunakan dalam proses pengajaran efektif atau tidak.

b. Nontes

Nontes dalam pengumpulan data ini dilakukan dalam bentuk angket. Angket dibuat berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan argumentasi.


(56)

40

H.

Instrumen Pengumpulan Data.

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah berupa: a. Tes. Tes adalah instrumen pengumpulan data melalui serangkaian

latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan menulis. Tes yang dipergunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini adalah tes tertulis bentuk uraian.

Bagan 3.3 Lembar Tes Siswa

b. Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk mengamati kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan dan untuk melihat aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung.

Tabel 3.4 Lembar Observasi Guru

No. Aspek yang diamati

Dilakukan Penilaian

Ya Tidak A B C

1. Guru membuat RPP.

2. Guru membuka pelajaran

dengan baik.

3. Guru menanyakan kembali

pelajaran yang telah lalu kepada siswa (apersepsi)

LEMBAR TES KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI.

Nama :

Kelas :

Tuliskanlah gagasan, pendapat disertai bukti-bukti dan fakta pendukung mengenai masalah tertentu ke dalam karangan argumentasi.

……… ……… ……… ………


(57)

41

4. Guru menguasai materi ajar.

5. Guru mengelola kelas dengan

baik.

6. Guru memberikan tugas

kepada siswa.

7. Guru menggunakan media

pembelajaran.

8. Guru memberikan waktu

yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan tugas.

9. Guru Bersikap terbuka dan

membantu.

10. Guru menutup pelajaran

dengan baik.

Keterangan : A = Baik, B = Cukup, C = Kurang

c. Lembar kuesioner adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis.

Berikut merupakan kuesioner yang peneliti berikan kepada siswa untuk mengukur sejauh mana keefektifan metode peta pikiran (

mind mapping ) dalam pelajaran bahasa Indonesia materi menulis karangan argumentasi.


(58)

42

Tabel 3.5 Lembar Kuesioner Siswa KUESIONER

Kelas :

Jenis kelamin : L / P (Lingkari salah satunya)

Petunjuk Pengisian:

1. Tulislah kelas anda pada tempat yang telah disediakan 2. Pilih salah satu jawaban yang terdapat pada kolom:

a. SS : Sangat Setuju

b. S : Setuju

c. TS : Tidak Setuju

3. Jawablah dengan jujur sesuai dengan hati nurani anda 4. Jawaban anda akan kami jamin kerahasiaannya dan tidak

akan mempengaruhi nilai

5. Berilah tanda checklist () pada jawaban anda

NO PERNYATAAN

Jawaban Pernyataan SS S TS

1

Saya tertarik mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menulis karangan argumentasi.

2 Saya menyukai belajar dengan menggunakan metode pembelajaran mind mapping ini.

3

Saya tidak menyukai belajar dengan menggunakan metode pembelajaran mind mapping ini.

4

Saya merasa dengan menggunakan metode mind mapping lebih semangat mempelajari Bahasa Indonesia, khususnya materi tentang

menuliskarangan argumentasi.

5 Saya merasa jenuh dengan penerapan metode


(59)

43

6 Saya memahami materi dengan baik setelah menggunakan metode mind mapping. 7 Saya lebih aktif dalam mengikuti tahapan

pembelajaran mind mapping.

8

Saya merasakan peningkatan dalam hasil belajar materi menulis karangan argumentasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan

menggunakan metode mind mapping.

9

Saya menyukai cara guru mengajar dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan metode mind mapping.

10 Saya berharap metode ini diterapkan dalam pokok bahasan lainnya.

TERIMA KASIH ATAS KESEDIAANNYA UNTUK MENGISI KUESIONER INI DENGAN JUJUR

I.

Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Lembar evaluasi guru dan hasil tulisan siswa dalam bentuk

karangan argumentasi bahasa Indonesia. b. Lembar kuesioner.

J.

Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan dan Keabsahan Data.

Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan.

K.

Analisis Data dan Interpretasi Data.

Analisis data penelitian tindakan ini dilakukan berdasarkan temuan dalam siklus-siklus penelitian yang meliputi rancangan umum, pelaksanaan, observasi, dan evaluasi.


(60)

44

Untuk mengukur rata-rata peningkatan keterampilan menulis karangan argumentasi dengan menggunakan metode peta pikiran, peneliti menggunakan teknik skoring dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah skor yang diperoleh siswa

Total Skor = ×100%

Jumlah siswa

Keberhasilan penelitian ini dilihat dari pencapaian KKM sekolah yang ditetapkan, KKM bahasa Indonesia SMA Muhammadiyah 25 Pamulang yaitu ≥75. Penelitian ini dikatakan berhasil jika 80% siswa telah memenuhi KKM tersebut dan aktivitas siswa 80% pada kategori baik.

L.

Pengembangan Perencanaan Tindakan.

1. Tindakan Siklus I

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: i. Menentukan pokok bahasan.

ii. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode peta pikiran (mind mapping).

iii. Mengembangkan skenario pembelajaran. iv. Menyiapkan sumber belajar.

v. Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung

Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

I. Kegiatan Awal.

i. Berdoa. ii. Presensi.

iii. Guru mengkondisikan siswa. iv. Apersepsi:

- Guru menyampaikan materi yang akan disampaikan.


(61)

45

- Guru dan siswa tanya jawab tentang mengarang.

II. Kegiatan Inti.

i. Siswa dan guru bertanya jawab tentang langkah-langkah menulis karangan.

ii. Guru menjelaskan cara menentukan topik karangan argumentasi.

iii. Guru memberikan penjelasan karangan argumentasi. iv. Guru menjelaskan penggunaan peta pikiran (mind mapping)

dalam karangan argumentasi.

v. Siswa (secara individu) menuliskan karangan berdasarkan peta pikiran (mind mapping).

III. Kegiatan Akhir.

i. Siswa dan guru menyimpulkan semua hasil kegiatan pembelajaran.

ii. Guru menutup pelajaran.

c. Tahap Observasi.

Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa).

d. Tahap Refleksi.

Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I. Tindakan yang dilakukan pada siklus I dikatakan berhasil apabila dari 28 siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 25 Pamulang terdapat 23 siswa yang memperoleh nilai ≥75 mencapai indikator ketercapaian kinerja, yaitu 82%.

Dari hasil tes kemampuan menulis karangan argumentasi baru mendapat 20 siswa atau 71% siswa yang memperoleh nilai sesuai dengan KKM yang ditetapkan. Oleh karena itu, indikator ketercapaian kinerja pada siklus I belum dapat dicapai kemudian


(62)

46

perlu dilakukan siklus II sebagai langkah perbaikan dari proses pembelajaran pada siklus I.

2. Tindakan Siklus II

a. Tahap Perencanaan Tindakan.

i. Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

ii. Menentukan pokok bahasan.

iii. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode peta pikiran (mind mapping).

iv. Mengembangkan skenario pembelajaran. v. Menyiapkan sumber belajar.

vi. Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. b. Tahap pelaksanaan Tindakan.

i. Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

ii. Guru menerapkan pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping).

iii. Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping).

iv. Memantau perkembangan kemampuan menulis

argumentasi dengan metode peta pikiran (mind mapping)

c. Tahap Observasi.

Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa).

d. Tahap Refleksi.

Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus II melalui pengamatan dan penilaian hasil kemampuan menulis karangan argumentasi siswa kemudian dianalisis. Dari refleksi siklus II


(63)

47

ditemukan adanya hambatan yaitu masih ada 4 siswa atau 14% yang masih merasa kesulitan dalam membuat peta pikiran sehingga dalam menulis karangan argumentasi masih belum dapat berkembang.

Hambatan ini kemudian diperbaiki pada siklus III yaitu dengan mendekati dan memberi bimbingan kepada siswa tersebut

bagaimana cara membuat peta pikiran kemudian

mengembangkannya menjadi sebuah karangan argumentasi. Pada setiap pertemuan siklus II, pembuatan peta pikiran dibuat lebih menarik.

3. Tindakan Siklus III

a. Tahap Perencanaan Tindakan.

i. Identifikasi masalah pada siklus II dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

ii. Menentukan pokok bahasan.

iii. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode peta pikiran (mind mapping).

iv. Mengembangkan skenario pembelajaran. v. Menyiapkan sumber belajar.

vi. Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. b. Tahap pelaksanaan Tindakan.

i. Menuntaskan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus II.

ii. Guru menerapkan pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping).

iii. Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping).

iv. Memantau perkembangan kemampuan menulis

argumentasi dengan metode peta pikiran (mind mapping)


(64)

48

Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa).

d. Tahap Refleksi.

Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus III melalui pengamatan dan penilaian hasil kemampuan menulis karangan argumentasi siswa kemudian dianalisis. Dari refleksi siklus II ditemukan adanya hambatan yaitu terdapat 4 siswa yang masih belum memahami menggunakan metode mind mapping untuk menulis karangan argumentasi, sehingga dalam menulis karangan argumentasi masih belum dapat berkembang dengan baik.

Hambatan ini kemudian diperbaiki pada siklus III yaitu dengan mendekati dan memberi bimbingan kepada 4 siswa yang masih belum tuntas serta memberikan contoh-contoh konkret yang dapat dipahami oleh 4 siswa tersebut.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MEDIA TEKS WAWANCARA PADA SISWA SMA TARUNA MANDIRI PAMULANG – TANGERANG SELATAN

0 4 115

The Effectiveness of Using Mind Mapping in the Teaching of Writing Essay

0 9 99

Peningkatan kemampuan menulis puisi dengan Metode Mind Mapping (Peta Pikiran) pada siswa Kelas V MI Nurul Huda Kota Depok Tahun Pelajaran 2014/2015

0 6 0

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI DENGAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS X 8 SMA NEGERI 1 SAMARINDA

0 36 228

PENERAPAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH SALATIGA

1 20 173

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ILMIAH DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS XI IA SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN

0 3 205

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI METODE PETA PIKIRAN ( MIND MAPPING ) PADA MATA Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Peta Pikiran ( Mind Mapping ) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV Di SD Negeri 03 Kalisoro Kec.

0 1 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA MATA PELAJARAN Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Peta Pikiran ( Mind Mapping ) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV Di SD Negeri 03 Kaliso

0 1 11

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA MATA PELAJARAN Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas 3 Di Sd Negeri 1 Baran Tahu

1 2 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tangkisan 01 Kabupaten Sukoharjo Tahun

0 0 18