ANALISIS MASLAHAH MURSALAH TENTANG MENIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA : STUDI KASUS DI KUA KABUPATEN MOJOKERTO KAWASAN SELATAN.

ANALISIS MAS>>}LAH}AH MURSALAH TENTANG MENIKAH DI
KANTOR URUSAN AGAMA
(Studi Kasus Di KUA Kabupaten Mojokerto Kawasan Selatan)
SKRIPSI
Oleh
Fikri Nurul Khikam
NIM. C31210099

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Program Studi Ahwal al Syakhsiyah
Jurusan Hukum Perdata Islam
Fakultas Syariah dan Hukum
SURABAYA

2015

ANALISIS MAS>>}LAH}AH MURSALAH TENTANG MENIKAH DI
KANTOR URUSAN AGAMA
(Studi Kasus Di KUA Kabupaten Mojokerto Kawasan Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Universitas Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syariah dan Hukum

Oleh
Fikri Nurul Khikam
NIM. C31210099

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Program Studi Ahwal al Syakhsiyah
Jurusan HukumPerdata Islam
Fakultas Syari’ah dan Hukum
SURABAYA

2015

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “ANALISIS MAS{LAH}AH MURSALAH
TENTANG MENIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA (Studi Kasus di KUA
Kabupaten Mojokerto Kawasan Selatan)“ ini merupakan hasil penelitian
lapangan( field research) untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana
efektivitas menikah di kantor urusan agama dan bagaimana analisis mas}lah}ah
mursalah tentang menikah di kantor urusan agama?
Teknik analisis yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif
analisis dengan pola pikir deduktif induktif yang menganalisis efektivitas
menikah di Kantor Urusan Agama setelah adanya PP Nomor 48 Tahun 2014.
Kemudian dikemukakan data terkait dengan perubahan jumlah pernikahan yang
terjadi di KUA sebelum dan sesudah adanya PP Nomor 48 Tahun 2014 dengan
analisis mas}lah}ah mursalah untuk kemudian ditarik kesimpulan.
Dalam PP Nomor 48 Tahun 2014 disebutkan bahwa apabila

melangsungkan akad nikah di kantor tidak dikenakan biaya atau gratis,
sedangkan jika melakukan akad nikah di luar kantor dan di luar jam kerja
dikenakan biaya sebesar Rp.600.000. setelah diberlakukannya peraturan ini,
animo masyarakat untuk melakukan akad nikah di KUA meningkat hingga 80%
dengan alasan utama adalah biaya akad nikah di kantor adalah gratis. Dan
berdasar analisis mas}lah}ah mursalah peraturan ini dirasa memberikan manfaat
yang cukup besar bagi masyarakat.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka diharapkan dengan
diberlakukannya aturan ini, aturan ini dapat berjalan efektiv dan maksimal.
Masyarakatpun dapat berperan aktif mengawasi peraturan ini agar tidak ada
penyelewengan. Selanjutnya untuk pemerintah dalam hal ini Kemenag agar dapat
memaksimalkan peraturan ini dengan seharusnya. Dalam artian peraturan ini
bukan hanya sebatas peraturan semata, namun isi dari peraturan ini juga harus
dilakukan dengan semestinya.

vi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI


Halaman
SAMPUL DALAM ................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................................

iii

PENGESAHAN ..........................................................................................

iv

MOTTO .................................................................................................


v

ABSTRAK .............................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ............................................................................

vii

DAFTAR ISI ..........................................................................................

ix

DAFTAR TRANSLITERASI .................................................................

xii

BAB I .....................................................................................................
PENDAHULUAN ...................................................................................


1

A. Latar Belakang masalah ..............................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ................................................

8

C. Rumusan Masalah .......................................................................

8

D. Kajian Pustaka ............................................................................

8

E. Tujuan Penelitian ........................................................................


10

F. Kegunaan Penelitian ...................................................................

11

G. Definisi Operasional ....................................................................

11

H. Metode penelitian .......................................................................

13

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

I. Sistematika Pembahasan .............................................................


16

BAB II PERKAWINAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN
PERKAWINAN

DALAM

TINJAUAN

MAS{LAH{AH

MURSALAH .............................................................................

17

A. Pengertian dan dasar hukum perkawinan......................................

17


B. Syarat dan Rukun Perkawinan .....................................................

21

C. Pencatatan Perkawinan ................................................................

20

D. Pelaksanaan Perkawinan ..............................................................

31

E. Mas}lah}ah Mursalah ......................................................................

36

BAB III EFEKTIVITAS MENIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA
KABUPATEN

MOJOKERTO


KAWASAN

SELATAN

SETELAH ADANYA PP NOMOR 48 TAHUN 2014 ...............

43

A. Profil KUA Kabupaten Mojokerto ...............................................

43

1. KUA KecamatanSooko ..........................................................

43

2. KUA Kecamatan Puri.............................................................

47


3. KUA KecamatanTrowulan .....................................................

51

B. Efektivitas Menikah di Kantor Urusan Agama Kabupaten
Mojokerto Setelah Adanya PP Nomor 48 Tahun 2014 ....................

56

BAB IV ANALISIS MAS}LAH}AHMURSALAH TENTANG MENIKAH
DI KANTOR URUSAN AGAMA .............................................

64

A. Efektifvitas Menikah di Kantor Urusan Agama Kabupaten
Mojokerto Kawasan Selatan ........................................................

64

B. Analisis Mas}lah}ah Mursalah Tentang Menikah di Kantor Urusan
Agama ............................................................................................

67

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BABV PENUTUP ...................................................................................

69

A. Kesimpulan .....................................................................................

69

B. Saran ..............................................................................................

70

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan suatu akad yang suci dan bersifat sakral,
karena perkawinan bukan hanya mempertemukan dua insan, tetapi juga
melibatkan orang tua dan keluarga mereka. Di dalam perkawinan, seorang
laki-laki dan perempuan diberikan wadah supaya bisa menyalurkan
kebutuhan biologisnya secara halal sehingga tercipta keluarga yang

saki>nah, mawa>dda>h dan rah}mah.
Sebagaimana Q.S. al-Ru>m ayat 21 yang berbunyi:

          
           
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir.1
Perkawinan adalah suatu akad (perjanjian) yang suci untuk hidup
sebagai suami istri yang sah, membentuk keluarga bahagia dan kekal.2
Perkawinan juga merupakan masalah yang esensial bagi kehidupan
manusia, karena di samping perkawinan sebagai sarana untuk membentuk
1

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2005), 406.
2
Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Hukum Kewarisan Hukum Acara Peradilan Agama dan
Zakat Menurut Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), 45.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

keluarga, perkawinan juga merupakan kodrati manusia untuk memenuhi
kebutuhan

seksual.

Sebenarnya

sebuah

perkawinan

tidak

hanya

mengandung unsur hubungan manusia dengan manusia yaitu sebagai
hubungan keperdataan, di sisi lain, perkawinan juga memuat unsur
sakralitas yaitu hubungan manusia dengan Tuhannya. Hal ini terbukti
bahwa semua agama mengatur tentang pelaksanaan perkawinan dengan
peraturannya.3
Perkawinan dalam Islam ialah suatu akad atau perjanjian yang
mengikat antara laki-laki dan perempuan untuk menghalalkan hubungan
biologis antara kedua belah pihak dengan sukarela berdasarkan syariat
Islam. Kerelaan kedua belah pihak merupakan suatu modal utama untuk
mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih
sayang dan ketentraman dengan cara-cara yang diridai Allah SWT. Islam
memandang dan menjadikan perkawinan sebagai basis suatu masyarakat
yang baik dan teratur sebab perkawinan tidak hanya dipertalikan oleh
ikatan lahir saja, melainkan juga dengan ikatan batin.
Islam mengajarkan bahwa perkawinan itu tidak hanya sebagai
ikatan biasa seperti perjanjian jual-beli, sewa-menyewa ataupun yang
lainnya, melainkan merupakan suatu perjanjian suci mi>tha>qan ghali>z}an di

3

Wasmandan Wardah Nuroniyah, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Perbandingan Fiqih
dan Hukum Positif, (Yogyakarta: Teras, 2011), 29.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

mana kedua belah pihak dihubungkan menjadi suami istri atau menjadi
pasangan hidup dengan mempergunakan nama Allah SWT.4
Firman Allah SWT. Q.S. Al-Nur: 32:

         

  
        

Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara
kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka
dengan karunia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi
Maha mengetahui.5
Adapun perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan menjelaskan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.6 Perkawinan dinyatakan sah apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya
tersebut. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundangan
yang berlaku.7
UU No. 1 Tahun 1974 menjelaskan bahwa suatu perkawinan baru
dinyatakan sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

4

BadanPenasihatan, PembinaandanPelestarianPerkawinan (BP4) Tuntunan Praktis Rumah

Tangga Bahagia, Propinsi Jawa Timur, 8.

5

Departemen Agama RI, …,77.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan , (Citra Media Wacana), 8.
7
Ibid.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

dan kepercayaannya itu. Dengan demikian, orang-orang yang beragama
Islam, perkawinannya baru dinyatakan sah apabila dilakukan menurut
hukum Islam. Selain itu, terdapat keharusan pencatatan menurut
peraturan dan perundangan yang berlaku.
Pencatatan setiap perkawinan sama halnya dengan pencatatan
suatu peristiwa hukum dalam kehidupan seseorang. Misalnya kelahiran
dan kematian yang dinyatakan dalam daftar pencatatan yang disediakan
khusus untuk hal-hal tersebut. Pencatatan tersebut perlu dilakukan untuk
kepastian hukum. Oleh karena itu, perkawinan dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan hal tersebut yang terjadi sebelum UU No.1 Tahun
1974 ini berlaku dan dijalankan menurut peraturan perundangan yang
lama adalah sah.8
Pencatatan nikah seperti halnya yang telah dibahas sebelumnya
sangat erat hubungannya dengan instansi Kantor Urusan Agama(KUA)
yang bertugas melayani masyarakat dalam hal Pegawai Pencatat Nikah
(PPN) yang diangkat oleh Menteri Agama berdasarkan UU No. 22 Tahun
1946 tentang Pencatatan Nikah Talak dan Rujuk.9 Adapun mengenai
Peraturan tentang pelaksanaan perkawinan juga mengalami perubahan,
yang mana dalam Peraturan sebelumnya (PMA No. 2 Tahun 1990), biaya
transportasi ditanggung oleh calon pengantin (catin), tapi dalam

8

Moh.IdrisRamulyo, HukumPerkawinan Islam suatu Analisis dari Undang-Undang No. 1 Tahun
1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta:1996, Bumi Aksara), 243.

9

Pedoman Pegawai PencatatNikah (PPN), Departemen Agama RI Proyek Peningktan Tenaga
Keagamaan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,
(Jakarta: 2003), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

peraturan sekarang, yakni Peraturan Menteri Agama (PMA No. 11 Tahun
2007), biaya tersebut tidak dicantumkan. PMA No. 11 Tahun 2007
tentang Pencatatan Nikah Pasal 21. Ayat 1 mengatakan bahwa akad nikah
dilaksanakan di KUA, sedangkan ayat 2 mengatakan bahwa atas
permintaan calon pengantin dan atas persetujuan PPN, akad nikah dapat
dilaksanakan di luar KUA.10
Hal inilah yang menjadi kekhawatiran para kepala KUA terutama
para mudin/PPN yang dalam kebiasaan mereka menikahkan di luar jam
kerja. Karena tidak ada payung hukum atau peraturan perundangan
mengenai ketentuan biaya akad nikah di dalam atau di luar KUA,
sehingga ketika adanya kasus yang dialami oleh pak Romli (Kediri), yang
menyatakan bahwa pak Romli telah salah dalam menarifkan biaya nikah
dan dianggap gratifikasi, sehingga saat ini kasusnya tengah ditangani
Pengadilan Tipikor Surabaya. Setelah beberapa waktu lalu sempat
dititipkan ke Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kediri oleh Kejari
Kota Kediri.11 Seperti yang telah diketahui, saat ini telah terbit Peraturan
Pemerintah Nomor 48 tahun 2014 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementrian Agama. Dalam hal ini
adalah Kantor Urusan Agama atau KUA. Hal ini tentu memberikan angin
segar bagi para Petugas Pembantu Pencatatan Nikah atau

biasa di

singkat P3N. Dengan adanya peraturan ini apakah animo masyarakat

10

PMA No. 11 Tahun 2007.
KasihAmplopkePenghulu, PengantenBisaDipenjara, Nonstop ( 7 Desember 2013),
10.http://www.nonstop-online.com/2014/06/penghulu-yang-terima-amplop-bakal-dipenjara/

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

untuk menikah di KUA semakin tinggi karena gratis, ataukah mereka
tetap ingin Menikah di Rumah, Masjid, atau Gedung di luar jam kerja
kantor yang nantinya ada konsekuensi biaya yang harus dibayarkan untuk
pegawai pencatatan nikah atau penghulu sebagai uang transport dan lainlain.
Berangkat dari PMA No 11 Tahun 2007 ayat 21 yang berisi bahwa
akad nikah dilaksanakan di KUA dan PP No 48 Tahun 2014 tentang tarif
atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
Departemen Agama, yang berisi tentang tarif pelaksanaan Nikah atau
Rujuk di KUA dan di luar kantor KUA dan atau di luar jam kantor,
penulis sempat melakukan wawancara tanya-jawab dengan Kepala KUA
Kecamatan Sooko tentang animo masyarakat di lingkungan KUA
Kecamatan Sooko setelah adanya PP Nomor 48 Tahun 2014 tentang
biaya nikah di dalam dan di luar kantor atau di luar jam kerja. Menurut
beliau terdapat perubahan yang cukup signifikan setelah adanya peraturan
terbaru tentang biaya pernikahan tersebut, yaitu sekitar 70% orang-orang
kini mau melakukan akad nikah di dalam dan di jam kantor karena
gratis.12 Sedangkan jika melaksanakan akad nikah di luar kantor dan di
luar jam kantor dikenakan biaya sebesar 600 ribu. Hal ini yang menjadi
alasan paling mendasar masyarakat kini mau melakukan akad nikah di
KUA. Kesadaran masyarakat

pun kini mulai meningkat tentang

pentingnya tercatatnya pernikahan mereka dengan baik karena nantinya
12

Akhiri Zen, Wawancara,Mojokerto, 09 April 2015.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

berhubungan dengan implikasi hukum ketika terjadi kelahiran anak,
perceraian, ataupun kematian salah satu pasangan, hak waris dan hal lain
yang berhubungan dengan akibat hukum dari pernikahan tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian mengenai Pelaksanaan akad nikah di KUA
dengan judul “Analisis Mas}lah}ah Mursalah Tentang Menikah di Kantor
Urusan Agama (Studi Kasus Di KUA kabupaten Mojokerto kawasan
Selatan)”. Untuk meneliti lebih lanjut tentang perubahan grafik animo
masyarakat yang bersedia menikah di kantor KUA sebelum dan sesudah
adanya Peraturan Menteri Agama (PMA No. 11 Tahun 2007), serta
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014.

B.

Identifikasi dan Batasan Masalah
1.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, beberapa masalah
dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan dalam unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Efektivitas akad nikah di KUA dalam PMA No. 11 Tahun
2007 pasal 21.
b. Analisis Mas}lah}ah Mursalah tentang efektivitas menikah di
KUA.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

c. Perubahan Statistik Masyarakat Mojokerto tentang animo
Menikah di KUA sebelum dan sesudah adanya PP Nomor 48
Tahun 2014.

2.

Batasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan dalam tulisan ini, maka
peneliti membatasi masalah dalam pembahasan ini dengan:
a. Efektivitas akad nikah di KUA Kabupaten Mojokerto Kawasan
Selatan.
b. Analisis Mas}lah}ah Mursalah tentang Menikah di Kantor Urusan
Agama.

C.

Rumusan Masalah
Setelah

melihat perubahan yang terjadi di KUA Kabupaten

Mojokerto Kawasan Selatan dengan analisis Mas}lah}ah Mursalah, maka
dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.

Berapakah efektivitas menikah di Kantor Urusan Agama?

2.

Bagaimana analisis Mas}lah}ah Mursalah tentang efektivitas menikah
di Kantor Urusan Agama?

D.

Kajian Pustaka
Secara umum, kajian pustaka ini dilakukan supaya terlihat jelas
tidak adanya pengulangan dalam mendeskripsikan masalah ini. Berikut

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

akan dipaparkan beberapa skripsi yang mempunyai keserupaan dengan
kasus ini, di antaranya adalah:
1.

Skripsi yang ditulis oleh Isti Astuti Savitri Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta 2011 dengan judul
”Efektivitas Pencatatan Perkawinan Pada KUA Kecamatan Bekasi
Utara”13. Skrispi ini membahas tentang masih minimnya kesadaran
masyarakat di kawasan KUA Kecamatan Bekasi Utara tentang
pencatatan perkawinan. Bagi mereka selama pernikahannya sudah sah
di

mata

Agama.

Tidak

akan

ada

masalah,

mereka

tidak

mengindahkan permasalahan yang muncul di kemudian hari berkaitan
dengan hak waris, hak asuh anak, dan lain-lain.
2.

Skripsi yang ditulis oleh Muhalli Fakultas Syariah IAIN Sunan
Ampel Surabaya 2008 yang berjudul “Persepsi Masyarakat Desa
Ketapang Daya kecamatan Ketapang Kabupaten Sampang Tentang
Pelaksanan Pencatatan Nikah”.14 Penelitian ini menghasilkan
simpulan

tentang

alasan

masyarakat

tidak

mencatatkan

pernikahannya di KUA karena menganggap pencatatan hanya sebatas
persyaratan administrasi semata dan bukan menjadikan syarat sahnya
pernikahan. Selain itu mereka menganggap pencatatan tidak menjadi
penting karena tidak diatur dalam al-quran dan hadits. Meski
demikian, ada sebagian yang menganggap penting dengan alasan
13
Isti Astuti Savitri, “Efektivitas Pencatatan Perkawinan pada KUA Kecamatan Bekasi Utara”.
(Skripsi—UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, 2011).
14
Muhalli, “Persepsi Masyarakat Desa Ketapang Daya kecamatan Ketapang Kabupaten Sampang
Tentang Pelaksanan Pencatatan Nikah”.(Skripsi—IAIN Sunan Ampel Surabaya,2008).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

bahwa pencatatan biasa dijadikan bukti kepastian hukum dan
menjamin hak-hak suami istri.
3.

Skripsi yang ditulis oleh Laila Umaroh Syariah IAIN Sunan Ampel
Surabaya 2000 dengan judul “Studi atas Is|bat Nikah Akibat Perilaku
PPN di Pengadilan Agama Tulungagung”.15 Skripsi ini menjelaskan
bahwa adanya Isbat nikah diakibatkan perilaku petugas PPN. Oleh
karena itu, Pengadilan Agama mengesahkan pernikahan melalui Isbat
nikah atas permohonan dari pasangan suami-istri yang sudah menikah
ke hadapan PPN dan belum dicatat dalam akta nikah sehingga
pasangan suami-istri tersebut tidak memiliki akta nikah. Dengan
demikian, tujuan Isbat nikah adalah untuk mendapatkan akta nikah.
Adapun pembahasan kali ini yang akan diteliti oleh penulis
yaitu tentang Analisis Mas}lah}ah Mursalah tentang Menikah di KUA.
pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah analisis Mas}lah}ah

Mursalah terhadap menikah di Kantor Urusan Agama berdasar pada
PMA Nomor 11 Tahun 2007 dan PP Nomor 48 Tahun 2014.

E.

Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :

15

Laila Umaroh, “Studi atas Is|bat Nikah Akibat Perilaku PPN di Pengadilan Agama
Tulungagung” (Skripsi- IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2000).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

1.

Untuk mendeskripsikan efektivitas Akad Nikah di Kantor Urusan
Agama.

2.

Untuk mendeskripsikan analisis Mas}lah}ah Mursalah tentang Menikah
di Kantor Urusan Agama.

F.

Kegunaan Hasil Penelitian
1.

Aspek teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan menambah wawasan pemikiran di bidang hukum
perkawinan, khususnya mengenai efektivitas akad nikah di KUA
dengan analisis Mas}lah}ah Mursalah.

2.

Aspek praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi kepala KUA dalam melaksanakan tugasnya, serta
bagi mahasiswa yang membahas tentang efektivitas akad nikah di
Kantor Urusan Agama .

G.

Definisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman mengenai judul skripsi di atas
supaya jelas arah dan tujuannya, maka penulis memberikan penjelasan
sebagai berikut :
1.

Analisis

Mas}lah}ah

Mursalah

merupakan

sebuah

penelitian

menggunakan salah satu Analisis Hukum Islam dalam Ushul Fiqh yaitu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Mas}lah}ah Mursalah. Mas}lah}ah Mursalah adalah sesuatu yang baik
menurut akal dengan pertimbangan dapat mewujudkan kebaikan atau
menghindarkan keburukan bagi manusia. Dan yang terpenting adalah
sesuatu yang baik ini, tidak bertentangan dengan Shara’ dalam
menetapkan hukum.16
2.

Menikah adalah membentuk keluarga dengan lawan jenis; bersuami
atau beristri; atau melakukan hubungan kelamin. Menurut UU No. 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan menjelaskan bahwa perkawinan ialah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.17

3.

Kantor Urusan Agama (KUA) Kabupaten Mojokerto kawasan selatan:
adalah lembaga atau Instansi Kementerian Agama Republik Indonesia
di Kabupaten Mojokerto yang bertugas melaksanakan sebagian tugas
Kantor Kementerian Agama Kabupaten mojokerto di bidang
pencatatan perkawinan, dalam hal ini meliputi KUA Sooko, Puri dan
Trowulan.

16
17

Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh, (Kencana Media Group), 356.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan , (Citra Media Wacana), 8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

H.

Metode Penelitian
1.

Data yang dikumpulkan
Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting
dalam penelitian.18Adapun data yang dikumpulkan adalah terkait
dengan Analisis Maslahah Mursalah tentang Menikah di Kantor.
Penulis mencoba mengumpulkan data-data yang relevan, agar dapat
dipertanggungjawabkan. Adapun data tersebut adalah:

a.

Data tentang efektivitas akad nikah di kantor KUA sebelum dan
sesudah adanya PP Nomor 48 Tahun 2014.

b.

Data tentang Analisis Mas}lah}ah Mursalah.

2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah asal-usul dari mana data
penelitian tersebut diperoleh. Berdasarkan data yang akan dihimpun di
atas, maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
a.

Sumber Primer merupakan informasi yang dikumpulkan penulis
langsung dari sumbernya.19 Adapun data primer terdiri atas :
1) Kepala KUA Sooko, Puri dan Trowulan Kabupaten Mojokerto.
2) Pegawai KUA Sooko, Puri dan Trowulan Kabupaten Mojokerto.

b.

Sumber Sekunder, yaitu beberapa referensi yang mendukung terhadap
sumber primer yang terdiri atas buku-buku yang membahas tentang

18

Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum,
1995), 69.
19
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

pelaksanaan akad nikah dalam Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia. Di antaranya adalah:
1) PMA No. 11 Tahun 2007.
2) Kompilasi Hukum Islam.
3) Neng Dzubaidah, pencatatan perkawinan.
4) Pedoman Pegawai Pencatat Nikah (PPN).
5) Peraturan

Bersama

Menteri

Agama

dan

Kepala

Badan

Kepegawaian Negara No. 20 Tahun 2005 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional penghulu dan Angka Kreditnya.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2014.
3.

Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara (interview) merupakan suatu kegiatan tanya jawab
dengan

tatap

muka

(face to face) antara pewawancara

(interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) tentang
masalah

yang

diteliti,

di

mana

pewawancara

bermaksud

memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang diwawancarai
yang relevan dengan masalah yang diteliti.20 Tujuannya yaitu
untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung dan
wawancara dengan Kepala KUA dan para pegawai KUA terkait
dengan efektivitas akad nikah di KUA sebelum dan sesudah
adanya PP Nomor 48 Tahun 2014. Selain itu, penulis juga akan
berusaha menggali informasi dari beberapa tokoh masyarakat dan
20

Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 237.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan di KUA
berkenaan dengan hal yang telah disebutkan sebelumnya.
b. Studi Dokumen merupakan salah satu cara pengumpulan data
dalam suatu penelitian. Data-data yang dikumpulkan dengan
teknik dokumentasi cenderung menggunakan data sekunder, baik
dari buku-buku maupun dokumen lain yang berhubungan dengan
penelitian.21 Data sekunder diperoleh dengan cara mencari data
dari beberapa referensi yang memuat tentang efektivitas akad
nikah di KUA, baik dari buku maupun dari peraturan-peraturan
yang berlaku.

4.

Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan-urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan
uraian data.22 Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
analisis, yaitu menggambarkan fakta-fakta secara sistematis
kemudian dilakukan analisis terhadap fakta-fakta tersebut, sehingga
dapat ditarik simpulan. Penelitian yang menggunakan metode ini
berusaha untuk memaparkan fakta-fakta yang berkaitan dengan
Analisis maslahah Mursalah tentang Pelaksanaan Akad Nikah.
Kemudian data tersebut dianalisis sesuai dengan Yuridis dengan

21
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1996), 73.
22
Lexy. J Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet.
XXVI, 2009), 248.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

pola pikir induktif. Hasil penelitian dan pengujian tersebut akan
disimpulkan dalam bentuk deskripsi sebagai hasil pemecahan
permasalahan.

I.

Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah alur pembahasan dalam menganalisis
studi ini maka sistematika pembahasan yang terdiri atas lima bab
ini diperlukan untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian.
Adapun isinya sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri atas
beberapa sub bab, yaitu latar belakang masalah, identifikasi dan
batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua memuat tentang landasan teori. Bab ini akan
menjelaskan tentang pengertian dan dasar hukum perkawinan
berdasarkan UU perkawinan No. 1 tahun 1974, PMA No. 11
Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah Pasal 21 ayat 1, KHI,dan
PP No. 48 Tahun 2014 tentang tarif atas jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Agama, yang berisi
tentang tarif pelaksanaan Nikah atau Rujuk di KUA dan di luar
kantor KUA dan atau di luar jam kantor, kemudian menjelaskan
tentang rukun dan syarat nikah, pencatatan perkawinan, serta

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

pelaksanaan akad nikah. Juga teori tentang Mas}lah}ah Mursalah
dari buku-buku Ushul Fiqh dan sumber-sumber yang lain.
Nantinya juga akan di bahas tentang implikasi peraturan-peraturan
yang telah disebutkan di atas tadi serta efektivitas peraturan
tersebut di masyarakat.
Bab ketiga menguraikan tentang data penelitian, yakni
menjelaskan tentang profil KUA Kabupaten Mojokerto kawasan
selatan yang terdiri atas KUA Sooko, KUA Puri, dan KUA
Trowulan serta efektivitas menikah di KUA. Animo masyarakat
untuk bersedia melakukan Akad Nikah di KUA sebelum dan
sesudah adanya PP Nomor 48 Tahun 2014.
Bab

keempat

menjelaskan

tentang

analisis

data.

Merupakan analisis Mas}lah}ah Mursalah tentang efektivitas
menikah di KUA.
Bab kelima sebagai penutup, berupa kesimpulan dan saran
dari uraian-uraian yang telah dibahas dalam bab sebelumnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI
PERKAWINAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN PERKAWINAN
DALAM TINJAUAN MAS{LAH{AH

A.

Pengertian dan Dasar Hukum Perkawinan
1.

Pengertian Perkawinan
Kata perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa
Arab disebut dengan dua kata, yaitu nika>h} (‫ )ﻧﻜﺎح‬dan zawa>j (‫)زواج‬.1
Nikah menurut bahasa mempunyai arti menghimpit, menindih, atau
berkumpul. Sedangkan nikah mempunyai arti kiasan yakni wat}a’
yang berarti setubuh atau aqd yang berarti mengadakan perjanjian
pernikahan.2 Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan
berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan,
maupun tumbuh-tumbuhan.3
Sebagaimana Firman Allah SWT Q.S. Ya>sin ayat 36

ِ
ِ
‫ض َوِﻣ ْﻦ أَﻧْـ ُﻔ ِﺴ ِﻬ ْﻢ َوِﳑﱠﺎ ﻻ ﻳـَ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن‬
ْ ‫ُﺳْﺒ َﺤﺎ َن اﻟﱠﺬي َﺧﻠَ َﻖ‬
ُ ِ‫اج ُﻛﻠﱠ َﻬﺎ ﳑﱠﺎ ﺗُـْﻨﺒ‬
ُ ‫اﻷر‬
ْ ‫ﺖ‬
َ ‫اﻷزَو‬

1

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), 35.
Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2010), 287.
3
Tihami dan Sobari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 6.
2

18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Artinya: “Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun
dari apa yang tidak mereka ketahui.”4
Perkawinan ialah akad nikah antara calon suami istri untuk
memenuhi hajat jenisnya menurut yang diatur oleh syariat dan yang
dimaksud dengan akad adalah ijab dari pihak wali perempuan atau
wakilnya, dan kabul dari pihak calon suami atau wakilnya.5
Menurut ahli us}u>l, arti nikah terdapat 3 macam pendapat yakni:
1. Golongan Hanafi, arti hakiki nikah adalah setubuh dan menurut arti

majazi (metaphoric) adalah akad yang dengannya menjadi halal
hubungan kelamin antara pria dan wanita.
2. Golongan Syafii, arti hakiki nikah adalah akad yang dengannya menjadi
halal hubungan kelamin antara pria dan wanita, sedangkan menurut arti

majazi adalah setubuh.6
3. Golongan Abu Hanifah mengartikan nikah, bersyarikat artinya antara
akad dan setubuh.7
Adapun perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan menjelaskan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan

4

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2005), 862.
5
Mawardi Al. Hukum Perkawinan Dalam Islam. (Yogyakarta: BPFE, Cet 3, 1984), 1.
6
Nasrul Umam Syafii dan Ulfi Ulfiyah, Ada apa dengan nikah beda agama, (Tangerang: Agro
Media Pustaka,2007), 24.
7
Abd. Shomad…, 259.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.8
Sedangkan Perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)
perkawinan, yaitu akad yang sangat kuat atau mi>tha>qan ghali>z}an untuk
menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.9
Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah dan rahmah.
2.

Dasar Hukum Perkawinan
Perkawinan adalah suatu perbuatan yang diperintah oleh Allah
dan merupakan sunnah Rasulullah. Di antara ayat-ayat yang
menjelaskan hal ini adalah:

1. Surat al-Nu>r ayat 32

ِِ ‫وأَﻧْ ِﻜﺤﻮا اﻷﻳﺎﻣﻰ ِﻣْﻨ ُﻜﻢ واﻟ ﱠ‬
‫ﲔ ِﻣ ْﻦ ِﻋﺒَ ِﺎد ُﻛ ْﻢ َوإِ َﻣﺎﺋِ ُﻜ ْﻢ إِ ْن ﻳَ ُﻜﻮﻧُﻮا ﻓُـ َﻘَﺮاءَ ﻳـُ ْﻐﻨِ ِﻬ ُﻢ اﻟﻠﱠﻪُ ِﻣ ْﻦ‬
َ ‫ﺼﺎﳊ‬
ََ ُ َ
َْ
ِ ِ
ِ ِ ْ َ‫ﻓ‬
‫ﻴﻢ‬
ٌ ‫ﻀﻠﻪ َواﻟﻠﱠﻪُ َواﺳ ٌﻊ َﻋﻠ‬
Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara
kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka
dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi
Maha mengetahui.10

8

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, (Citra Media Wacana), 8.
Kompilasi Hukum Islam Bandung, Nuansa Aulia 2008, 3.
10
Departemen Agama RI…, 354.

9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

2. Surat al-Ru>m ayat 21

ِ
ِ
ِِ ِ
ً‫اﺟﺎ ﻟِﺘَ ْﺴ ُﻜﻨُﻮا إِﻟَﻴْـ َﻬﺎ َو َﺟ َﻌ َﻞ ﺑَـْﻴـﻨَ ُﻜ ْﻢ َﻣ َﻮﱠد ًة َوَر ْﲪَﺔ‬
ً ‫َوﻣ ْﻦ آﻳَﺎﺗﻪ أَ ْن َﺧﻠَ َﻖ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻣ ْﻦ أَﻧْـ ُﻔﺴ ُﻜ ْﻢ أ َْزَو‬
ِ
ٍ ‫ﻚ ﻵﻳ‬
ِ
‫ﺎت ﻟَِﻘ ْﻮٍم ﻳَـﺘَـ َﻔ ﱠﻜُﺮو َن‬
َ َ ‫إ ﱠن ِﰲ ذَﻟ‬
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.11
3. Surat al-Nah}l ayat 72

ِ ِ
ِ
ِ
ِ
‫ﲔ َو َﺣ َﻔ َﺪ ًة َوَرَزﻗَ ُﻜ ْﻢ ِﻣ َﻦ‬
َ ‫اﺟﺎ َو َﺟ َﻌ َﻞ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻣ ْﻦ أ َْزَواﺟ ُﻜ ْﻢ ﺑَﻨ‬
ً ‫َواﻟﻠﱠﻪُ َﺟ َﻌ َﻞ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻣ ْﻦ أَﻧْـ ُﻔﺴ ُﻜ ْﻢ أ َْزَو‬
ِ ‫اﻟﻄﱠﻴﱢﺒ‬
ِ ‫ﺎت أَﻓَﺒِﺎﻟْﺒ‬
‫ﺎﻃ ِﻞ ﻳـُ ْﺆِﻣﻨُﻮ َن َوﺑِﻨِ ْﻌ َﻤ ِﺔ اﻟﻠﱠ ِﻪ ُﻫ ْﻢ ﻳَ ْﻜ ُﻔُﺮو َن‬
َ
َ
Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak
dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka
mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari
nikmat Allah.”12
Selain ayat-ayat al-Quran juga terdapat hadis-hadis Nabi yang
menerangkan tentang anjuran untuk menikah dan juga tentang larangan
untuk membujang. Di antaranya adalah:
1. Hadis Nabi

ِ
ِ
‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳَﺎ َﻣ ْﻌ َﺸَﺮ‬
َ ‫ ﻓَـ َﻘ‬:‫ﺎل‬
َ َ‫ﻳﺪﻗ‬
َ ‫اﻟﺮ ْﲪ َﻦ ﺑِ ْﻦ ﻳَـْﺮ‬
َ ‫ﺎل ﻟَﻨَﺎ َر ُﺳ ْﻮ ُل اﻟﻠّﻪ‬
َ ‫َﻋ ْﻦ َﻋْﺒﺪ‬

11
12

Ibid., 406.
Ibid., 274.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

ِ ِ ‫ﺎب ﻣﻦ اِﺳﺘﻄَﺎع ِﻣْﻨ ُﻜﻢ اﻟﺒﺎء َة ﻓَـ ْﻠﻴﺘـﺰﱠوج وﻣﻦ َﱂ ﻳﺴﺘ ِﻄﻊ ﻓَـﻌﻠَﻴ ِﻪ ﺑِﺎ اﻟ ﱠ‬
َ َ ْ ْ َ ِ َ‫اﻟﺸﱠﺒ‬
ْ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ َ ََ َ َ ُ
ُ‫ﺼ ْﻮم ﻓَﺎﻧﱠﻪُ ﻟَﻪ‬
١٣

(‫ِو َﺟﺎءٌ) َروام اﻟﺒﺨﺎري‬

Artinya: Dari ‘Abdillah Ibn Yaryid berkata Rasullah saw
bersabda: “Hai para pemuda, barang siapa yang telah sanggup di
antaramu untuk kawin, maka kawinlah, dan barang siapa yang
belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa itu baginya
akan mengekang syahwat.” (HR.Bukhori).
2. Hadis Nabi

ِ
ِ ُ ‫ﺎل رﺳ‬
ِ
‫ﺎح ِﻣ ْﻦ ُﺳﻨ ِﱠﱵ ﻓَ َﻤ ْﻦ َﱂْ ﻳَـ ْﻌ َﻤ ْﻞ‬
ْ َ‫َﻋ ْﻦ َﻋﺎﺋ َﺸﺔَ ﻗَﺎﻟ‬
َ ‫ﻮل اﻟﻠﱠﻪ‬
ُ َ َ َ‫ ﻗ‬:‫ﺖ‬
ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ اﻟﻨﱢ َﻜ‬
ِ ِ
‫ﺲ ِﻣ ﱢﲏ َوﺗَـَﺰﱠو ُﺟﻮا ﻓَِﺈ ﱢﱐ ُﻣ َﻜﺎﺛٌِﺮ ﺑِ ُﻜ ْﻢ ْاﻷ َُﻣ َﻢ َوَﻣ ْﻦ َﻛﺎ َن ذَا ﻃَ ْﻮٍل ﻓَـ ْﻠﻴَـْﻨ ِﻜ ْﺢ َوَﻣ ْﻦ َﱂْ َِﳚ ْﺪ‬
َ ‫ﺑ ُﺴﻨﱠﱵ ﻓَـﻠَْﻴ‬
ِ
(ُ‫ﺎﺟﻪ‬
‫ﺼﻴَ ِﺎم ﻓَِﺈ ﱠن اﻟ ﱠ‬
‫ﻓَـ َﻌﻠَْﻴ ِﻪ ﺑِﺎﻟ ﱢ‬
َ ‫ﺼ ْﻮَم ﻟَﻪُ ِو َﺟﺎءٌ ) َرَواﻩُ اﺑْ ُﻦ َﻣ‬

١٤

Artinya: Dari Aisyah berkata: Rasulullah bersabda, pernikahan
merupakan sunahku barang siapa yang tidak melaksanakan
sunahku maka bukan dari golonganku, menikahlah sesungguhnya
aku bangga dengan jumlahmu yang banyak, barang siapa yang
sudah sanggup maka menikahlah dan bagi yang belum dapat maka
berpuasalah, sesungguhnya puasa dapat mengekang nafsu.”
(HR.Ibnu Ma>jah).

13

Abi> Abdilla>h Muhammad Ibn Isma>’il al-Bukho>ry, S}ah}ih} Bukho>riy , juz V (Beirut: Da>r al-Fikr,
2000), 117.
14
Abu> Abdilla>h Muhammad Ibn Yazi>d al-Quzwainiy, Sunan Ibn Majah, (Beirut: Da>r al-Fikr,
2004) , 152-153.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

B.

Syarat dan Rukun Perkawinan
Perkawinan supaya sah hukumnya harus memenuhi beberapa syarat
tertentu baik yang menyangkut kedua belah pihak yang hendak
melaksanakan

perkawinan

maupun

yang

berhubungan

pelaksanaan

perkawinan itu sendiri.15
Syarat ialah unsur pelengkap dalam setiap perbuatan hukum16 atau
sesuatu yang harus ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu
pekerjaan (ibadah) tetapi sesuatu itu tidak termasuk rangkaian pekerjaan
itu.17

Sedangkan Rukun ialah unsur pokok dalam setiap perbuatan

hukum18 atau sesuatu yang harus ada yang menentukan sah atau tidaknya
suatu pekerjaan (ibadah) dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian
pekerjaan itu.19 Rukun-rukun perkawinan itu ada lima macam, yaitu:
Shighat (ijab-kabul), calon istri, calon suami, wali (calon suami dan wali
inilah yang disebut dengan dua pihak yang berakad) dan dua orang
saksi.20
Menurut jumhur ulama’ rukun perkawinan itu ada lima, dan
masing-masing rukun itu mempunyai syarat-syarat tertentu. Syarat dari
rukun tersebut adalah:
15

Ibid., 19.
Pedoman Pegawai…, 35.
17
Abd. Rahman Ghazaly…, 45.

16
18

Pedoman Pegawai Pencatat Nikah (PPN), Departemen Agama RI Proyek Peningktan Tenaga
Keagamaan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,
(Jakarta: 2003), (PPN), 35.
19
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, cet.II (Jakarta: kencana, 2003), 45.
20
Rosidin, Fikih Munakahat, (Malang: Litera Ulul Albab, 2013), 35.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

1. Calon suami, syarat-syaratnya:
a. Beragama Islam.
b. Laki-laki.
c. Jelas orangnya.
d. Dapat memberikan persetujuan.
e. Tidak terdapat halangan perkawinan.
2. Calon istri, syarat-syaratnya:
a. Beragama Islam.
b. Perempuan.
c. Jelas orangnya.
d. Dapat dimintai persetujuannya.
e. Tidak terdapat halangan perkawinan.21
Di antara pihak-pihak yang hendak melaksanakan perkawinan
yaitu mempelai pria dan wanita harus memenuhi syarat-syarat tertentu
supaya perkawinan yang dilaksanakan menjadi sah hukumnya. Adapun
syarat-syarat yang harus dipenuhi ialah:
a. Telah baligh dan mempunyai kecakapan yang sempurna.
b. Berakal sehat.
c. Tidak karena paksaan, artinya harus berdasarkan kesukarelaan kedua
belah pihak.
21

Mardani, Hukum Perkawinan Islam, di Dunia Islam Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),
10.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

d. Wanita yang hendak dikawini oleh seorang pria bukan termasuk
salah satu macam wanita yang haram untuk dikawini.22
3. Wali nikah, syarat-syaratnya:
a. Laki-laki.
b. Dewasa.
c. Mempunyai hak perwalian.
d. Tidak terdapat halangan perwaliannya.23
4. Saksi nikah, syarat-syaratnya:
a. Minimal dua orang laki-laki.
b. Hadir dalam ijab kabul.
c. Dapat mengerti maksud akad.
d. Islam.
e. Dewasa.24
5. Ijab kabul, syarat-syaratnya :
a. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali.
b. Adanya pernyataan menerima dari calon mempelai.
c. Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata
tersebut.
d. Antara ijab dan kabul bersambungan.
e. Orang yang terkait ijab dan kabul tidak sedang ihram, haji atau
umrah.
22

Soemiyati, Hukum perkawinan Islam dan undang-undang perkawinan, (UU No. 1 Tahun 1974
tentang perkawinan) (Yogyakarta: Liberty,2007), 31.

23
24

Mardani …, 10.
Hammudah, Keluarga Muslim (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984), 79.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

f. Majelis ijab dan kabul itu harus dihadiri minimal empat orang yaitu
calon mempelai atau wakilnya, wali dari mempelai wanita dan dua
orang saksi.25
Adapun syarat-syarat perkawinan yang diatur dalam UU No. 1 Tahun
1974 meliputi syarat-syarat formil dan materiil. Syarat materiil yaitu
syarat-syarat yang mengenai diri pribadi calon mempelai yang terdapat
dalam KHI Pasal 15 sampai 18.26 Adapun tentang syarat-syarat perkawinan
yang lain diatur di dalam Bab II UU No. 1 Tahun 1974, terutama pasal 6
dan 7.27 Sedangkan syarat formil menyangkut formalitas atau tata cara
yang harus dipenuhi sebelum dan pada saat dilangsungkan perkawinan.
Adapun syarat formil, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Pemberitahuan kehendak akan melangsungkan perkawinan kepada
Pegawai Pencatat Nikah.
2. Pengumuman oleh Pegawai Pencatat Nikah.
3. Pelaksanaan perkawinan menurut hukum agamanya.
4. Pencatatan perkawinan oleh Pegawai Pecatat Nikah.28

25

Mardani …, 10.
Kompilasi Hukum Islam …, 5.
27
UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
28
Laila Umaroh, “Studi atas Is|bat Nikah Akibat Perilaku PPN di Pengadilan Agama
Tulungagung” (Skripsi-- IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2000), 3.
26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

C.

Pencatatan Perkawinan
Di dalam hal pencatatan perkawinan, Hukum Islam tidak mengatur
secara jelas apakah perkawinan itu harus dicatat atau tidak. Akan tetapi
pencatatan perkawinan merupakan peristiwa yang penting dan juga
mempunyai

banyak

kegunaannya

bagi

kedua

belah

pihak

yang

melaksanakan perkawinan itu baik di dalam kehidupan pribadi maupun
dalam hidup bermasyarakat. Misalnya dengan dimilikinya akta perkawinan
sebagai bukti tertulis yang otentik, seorang suami tidak mungkin
mengingkari istrinya demikian juga sebaliknya seorang istri tidak mungkin
mengingkari suaminya.29
Pencatatan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan ketertiban
perkawinan dalam masyarakat. Ini merupakan suatu upaya yang diatur
melalui perundang-undangan, untuk melindungi martabat dan kesucian

(mi>tha>qan ghali>z}an) perkawinan, dan lebih khusus lagi perempuan dalam
kehidupan rumah tangga. Melalui pencatatan perkawinan yang dibuktikan
dengan Akta Nikah, yang masing-masing suami istri mendapat salinannya,
apabila terjadi perselisihan atau percekcokan di antara mereka, atau salah
satu tidak bertanggung jawab, maka yang lain dapat melakukan upaya
hukum guna mempertahankan atau memperoleh hak-hak masing-masing.

29

Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Karena dengan akta tersebut, suami istri memiliki bukti otentik atas
perbuatan hukum yang telah mereka lakukan.30
PP No. 9 Tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan mengatur tentang tata cara dan tata
laksana melaksanakan perkawinan dan pencatatan perkawinan. Di antara
Pasal yang dianggap penting untuk dikemukakan, yaitu pasal 2 PP No. 9
Tahun 1975 ayat 1 yang menentukan pencatatan perkawinan bagi orang
Islam dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana dimaksud
dalam UU No. 32 Tahun 1954.31
UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan menempatkan pencatatan
suatu perkawinan pada tempat yang penting sebagai pembuktian telah
diadakannya perkawinan. Hal tersebut terdapat dalam Pasal 2 ayat 2 UU
No. 1 Tahun 1974 yang berbunyi “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.”32
Di samping ketentuan dalam Pasal 2 ayat 1, bahwa sahnya
perkawinan adalah ditentukan oleh agama dan kepercayaannya masingmasing, maka menurut Pasal 2 ayat 2 UU No. 1 Tahun 1974 ini ditentukan
juga bahwa tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut perundangundangan yang berlaku. Di dalam penjelasan UU No. 1 Tahun 1974 di atas
mengatakan bahwa pencatatan tiap-tiap perkawinan adalah sama halnya
30

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), 107.
Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan tidak dicatat menurut Hukum tertulis
di Indonesia dan Hukum Islam, (Jakarta: Sinar grafika, 2012), 217.
32
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: UI PRESS, 1986), 71.
31

dig