Penyelenggaraan suscatin oleh kantor urusan agama (KUA) di kota Tanggerang Selatan

(1)

Skripsi

Skripsi ini diajukan untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Syariah (S.Sy)

OLEH:

DEVI CHAIRUNNISA

NIM: 1111044200018

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H ) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/2015


(2)

(3)

(4)

(5)

SUSCATIN OLEH KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DI KOTA TANGERANG SELATAN.Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam. Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015 M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan suscatin di KUA wilayah Kota Tangerang Selatan dan untuk mengetahui kendala yang ada di KUA Wilayah Kota Tangerang Selatan dalam melaksanakan suscatin. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yag digunakan adalah metode yuridis empiris sumber data yag dipakai adalah selain dengan mempelajari data-data dari KUA Tagerang Selatan penulis juga melakukan penelitian dengan mewawacarai secara lagsung ke berapa kepala KUA di Wilayah Kota Tangerang Selatan, KUA yang dimaksud aladal KUA Ciputat, KUA Pamulang, KUA Pondok Aren dan KUA Serpong. Adapun metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan suscatin di KUA Wilayah Kota Tangerang Selatan tidak sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ. II/491 Tahun 2009. Artinya pelaksanaan kursus calon pengantindi KUA Wilayah Kota Tangerang Selatan itu tidak baik dari segi materi, durasi waktu, narasumber, modul dan sertifikasi itu tidak sesuai di Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ. II/491Tahun 2009.

Adapun yang menjadi kendala kenapa pelaksanaan suscatin di KUA Wilayah Kota Tangerang Selatan tidak sama dengan Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ II/491 Tahun 2009 di sebabkan oleh beberapa faktor,setidaknya ada dua faktor yang perlu digaris bawahi yaitu kurangnya minat calon pengantin di KUA Wilayah Kota Tangerang Selatan karena terkait dengan kurang minatnya calon pengantin faktor utama calon pengantin tidak dapat menghadiri kursus calon pengantin, selain itu juga faktor kurangnya dana dari pemerintah terkait dengan kegiatan suscatin sehingga tidak berjalan sesuai dengan Peraturan pemerintah.

Dosen Pembimbing : Dr. Hj. Mesraini, M. Ag.

Kata kunci : Suscatin, pelaksaan, penerapan, kendala. Bahan Pustaka : 1990 sampai dengan 2015


(6)

v

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Metodelogi Penelitian ... 5

E. Review Studi Terdahulu... 9

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUA DAN SUSCATIN A. Sejarah KUA 1. Sejarah KUA ... 11

2. Tugas dan Fungsi KUA... 14

3. KUA dan BP4 ... 14

B. Kursus Calon Pengantin (Suscatin) Menurut Perundang-undangan di Indonesia ... 1. Pengertian Suscatin ... 17

2. Tujuan Suscatin... 18


(7)

vi

C. KUA Pondok Aren ... 41

BAB IV IMPLEMENTASI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM DEPARTEMEN AGAMA NOMOR DJ.II/491 TAHUN 2009 TENTANG KURSUS CALON PENGATIN DI KUA WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN A. Pelaksanaan Suscatin di KUA Wilayah Tangerang selatan 1. KUA Ciputat ... 47

2. KUA Pamulang ... 50

3. KUA Pondok Aren ... 51

4. KUA Serpong... 53

B. Analisis Terhadap Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II/491 Tahun 2009 Tentang kursus calon pengantin... 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 63

B. Saran-saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa rintangan dan hambatan yang terus menerus datang silih berganti. Berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak maka segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi dan tentunya dengan izin Allah SWT, serta dengan wujud yang berbeda-beda dapat diminimalisir dengan adanya nasihat dan dukungan yang diberikan oleh keluarga dan teman-teman penulis.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil sehingga terselesaikannya skripsi ini. Tentunya kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta pembantu Dekan I, II , III Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Bapak Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. Ketua program Studi Hukum Keluarga serta bapak Arip purqon, M.A selaku sekretaris Program Studi Hukum Keluarga yang telah bekerja dengan maksimal.


(9)

4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu-ilmu yang tak ternilai harganya, seluruh staff dan karyawan perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan bagian tata usaha Fakultas Syariah yang telah memberikan pelayanan yang terbaik.

5. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yaitu ayahanda Herry dan ibunda Aminah yang telah memberikan motivasi serta arahan yang tak pernah jenuh serta tiada henti mendoakan penulis dalam menempuh pendidikan. Juga kapada kakak-kakak penulis Hadi dan Rifki Khairi, adik tercinta Dede Abizar, kaka ipar Desy Agusydan Syukron Na’imS.Sy yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat dengan penuh keikhlasan dan kesabaran yang tiada tara.

6. Sahabat-sahabatku yang terbaik Nabila Al Halabi, Khusnul Khotimah, Kicki Mayanti, Nur Azizah, Intan Pratiwi S.Sy, Juniarti Harahap S.Sy, Burhanatud Diana S.Sy dan Lia Yulianti yang telah memberikan masukan, saran, motivasi dan menghibur penulis.

7. Teman-teman Administrasi Keperdataan Islam angkatan 2011 yang telah memberikan saran dan motivasi kepada penulis.


(10)

khususnya dan setiap pembaca dan umumnya serta menjadi amal baik di sisi Allah

SWT. Semoga setiap bantuan, do’a, motivasi yang telah diberikan kepada penulis

mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Jakarta, 30 september 2015


(11)

1

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia serta kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.1 Tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal tersebut senada dengan penjelasan Allah SWT dalam Q.S. Ar-Rum ayat 21 :



























).

:

(

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda Kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Q.S. Ar-Ruum:21) Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan keluarga bahagia dan kekal tersebut adalah dengan dilaksanakannya Kursus Pra Nikah atau Kursus Calon Pengantin (Suscatin). Kursus Pra Nikah atau Kursus Calon Pengantin (Suscatin) itu merupakan implementasi dari Keputusan Menteri Agama No. 30 Tahun 1977 tentang Badan Penasehatan Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian (BP4). Satu-satunya badan penunjang sebagian tugas Departemen Agama dalam bidang Penasehatan Perkawinan, Perselisihan Rumah Tangga dan Perceraian. Ini tetap

1


(12)

berlanjut sampai sekarang. Berdasarkan MUNAS BP4 Jakarta 14-17 Agustus 2004 dalam Pasal 5 disebutkan bahwa tujuan BP4 adalah untuk mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Islam, salah satunya melalui program Kursus Pra Nikah. Kurus Pra Nikah ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan

kekerasan dalam rumah tangga”.2

Selanjutnya dalam Peraturan Direkur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II/491 Tahun 2009 diinstruksikan bahwa setiap calon pengantin harus mengikuti Kursus Pra Nikah atau Kursus Calon Pengantin. Penyelenggara Kursus Calon Pengantin adalah Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) atau Badan dan lembaga lain yang telah mendapat Akreditasi dari Departemen Agama.3

Materi Kusus Calon Pengantin meliputi: a). Tatacara dan prosedur perkawinan (2 jam) b). Pengetahuan agama (5 jam)

c). Peraturan Perundangan di bidang perkawinan dan keluarga (4 jam) d). Hak dan kewajiaban suami istri (5 jam)

e). Kesehatan (Reproduksi sehat) (3 jam)

2

Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor DJ.II/372 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kurus Pra Nikah, h. 4

3


(13)

f). Manajemen Keluarga (3 jam)

g). Psikologi perkawinan dan keluarga (2 jam)

Materi Kursus Catin diberikan sekurang-kurangnya 24 jam pelajaran. Kursus Calon Pengantin tersebut dilakukan dengan metode ceramah, dialog, simulasi dan studi kasus. Sedangkan Narasumber terdiri dari konsultan perkawinan dan keluarga sesuai keahlian yang dimiliki.4

Dengan demikian dapat dipahami bahwa sesungguhnya tujuan dari suscatin adalah untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan rumah tangga.5

Persoalannya adalah apakah diterapkan atau tidak peraturan yang sudah ada oleh pemerintah di KUA tingkat Kecamatan Kota Tangerang Selatan, karena program suscatin sangat penting untuk diketahui oleh kalangan public khususnya para calon pasangan pengantin, karena program suscatin memiliki manfaat yang sangat besar.

Penelitian ini akan dijabarkan dalam sebuah skripsi dengan judul:

Penyelenggaraan Suscatin oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kota Tangerang Selatan”.

4

Pasal 3 Peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama.

5


(14)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk mempersempit dan mempermudah penelitian serta memperjelas pokok-pokok masalah yang akan dibahas dan diuraikan dalam skripsi ini, maka penulis membatasi masalah tersebut pada penyelenggaraan suscatin di KUA Wilayah Tangerang Selatan pada tahun 2014 yaitu meliputi KUA Ciputat, KUA Pamulang, KUA Pondok Aren dan KUA serpong .

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah ini dapat dirinci dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

a). Bagaimanakah pelaksanaan suscatin yang dilakukan di KUA Wilayah Kota Tangerang Selatan dalam Peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II/491 Tahun 2009 ?

b). Apakah kendala yang dihadapi KUA Wilayah Kota Tangerang Selatan dalam menerapkan peraturan tentang suscatin dan bagaimanakah solusinya?

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan suscatin di KUA Wilayah Kota Tangerang Selatan.


(15)

b. Untuk mengetahui kendala yang ada di KUA Wilayah Tanggerang Selatan dalam menerapkan peraturan tentang suscatin dan solusinya.

2. Manfaat Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengharapkan beberapa manfaat atau kegunaan yang dapat diperoleh, diantaranya:

a. Untuk petugas KUA penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan lebih banyak tentang pelaksanaan suscatin yang efektif.

b. Untuk Kementerian Agama RI, khususnya Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II/491 Tahun 2009. c. Untuk membuka wawasan masyarakat mengenai pentingnya suscatin

bagi para calon pengantin.

D. Metologi Penelitian 1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah KUA Wilayah Kota Tangerang Selatan. di KUA Wilayah Kota Tangerang Selatan ada 6 KUA, 2 diantaranya Ciputat Timur dan Serpong Utara, baru berdiri yaitu pada bulan April sedangkan yang saya teliti hanya 4 KUA aja karena meneliti suscatin di tahun 2014.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode yuridis empiris. Penelitian ini bertitik tolak pada data primer dan pada umumnya mencari


(16)

jawaban terhadap kesenjangan antara hukum yang seharusnya (das sollen) dengan hukum kenyataanya (das sein).6

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan penulis yaitu: a). Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian. Data penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, kemudian data-data pelaksanaan suscatin yang diperoleh dari KUA serta survey yang penulis lakukan terhadap KUA Ciputat, KUA Pamulang, KUA Pondok Aren, dan KUA Serpong. Selain itu Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II/491 Tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin juga di jadikan data primer dalam penelitian ini.

b). Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dengan jalan mengadakan studi kepustakaan atas pembahasan yang berhubungan dengan masalah yang diajukan yang memberikan penjelasan tentang bahan data primer.7 Data ini bersifat pelengkap diperoleh dari

tulisan-6

Yayan Sopyan, Buku Ajar: Pengantar Metodologi Penelitian, (t.t, 2010), h.32

7

Ipah Farihah,Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta , (Jakarta :Lembaga Penelitian UIN akarta dengan UIN Jakarta Press,2006) h. 45


(17)

tulisan berbagai referensi pada saat kuliah serta sumber tertulis lainnya yang relevan dengan penelitian ini seperti jurnal,website dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis, karena tujuan dari penelitian mendapatkan data. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data menggunakan:

a). Studi Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu lalu,seperti jurnal dan leteratur-leteratur.8 Disini penulis melakukan studi dokumentasi terhadap objek yaitu lembaga KUA Wilayah Kota Tangerang untuk data jumlah pernikahan yang terjadi dan data jumlah pengantin yang mengikuti kursus calon pengantin (suscatin) pada tahun 2014. Serta dokumentasi tentang pelaksanaan suscatin pada masing-masing KUA tersebut.

b). Wawancara

Untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap mengenai pelaksanaan suscatin, pada masing-masing wilayah Kecamatan maka penulis melakukan wawancara langsung secara mendalam dengan para narasumber yang ada di Wilayah Kota Tangerang Selatan yaitu Kepala KUA Ciputat, Penghulu KUA Pamulang, Kepala KUA Pondok Aren dan Kepala KUA Serpong. Sedianya untuk KUA Pamulang pun penulis

8


(18)

berencana mewawancarai kepala KUA nya langsung, hanya saja karena acara lain diluar kantor sehingga dialihkan ke penghulu KUA Pamulang saja. Adapun metode wawancara yang di pakai adalah wawancara secara struktural, yaitu wawancara yang dilakukan oleh dua pihak, antara pewawancara dan yang diwawancarai dengan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan melalui catatan yang disiapkan oleh pewawancara.9

5. Alat Analisis Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengggunakan teknik analisis data dengan cara menganalisis dan mengambil kesimpulan dari seluruh data yang diperoleh penulis dari wawancara dan keperpustakaan yang diseleksi dan disusun, kemudian penulis melakukan klasifikasi data bertujuan untuk menyusun data berdasarkan bagian-bagian kategori tertentu karena data ini bersifat kualitatif maka teknik yang digunakan ialah metode analisis deskriptip maksudnya data-data tersebut akan tersaji dalam bentuk uraian. Uraian-uraian tersebut berdasarkan data-data yang didapatkan selama penelitian berlangsung di KUA Wilayah Tangerang Selatan.

9


(19)

E. Review Studi Terdahulu

Untuk memudahkan dan meyakinkan pembaca bahwa penulis tidak malakukan plagiasi atau duplikasi maka penulis menjabarkan review studi terdahulu dalam bentuk table berikut ini:

No Identitas Metodelogi Penelitian Substansi

1. Maulana Ramadhan, (2012) Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam, dengan skripsinya yang

Berjudul “Peran BP4

dalam Meminimalisir Terjadinya Perceraian

Menggunakan metode Kualitatif yaitu metode berhubungan dengan lapangan atau kenyataan

Peran BP4 dalam

meminimalisir terjadinya perceraian, lebih cenderung hanya membahas tugas dan wewenang BP4 itu sendiri dan dari situ dapat dilihat peranan BP4 dalam meminimalisir terjadinya perceraian.

2 Maman Faturokhman, (2011) Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam,

“Kursus Pra Nikah:

Teori dan Prakteknya di KUA Kecamatan Pesawan,Kabupaten

Kuningan Jawa Barat”

Menggunakan Metode Kualitatif atau lapangan

mengulas tentang teori dan prakteknya di KUA tersebut, dan lebih

menitik beratkan pada korelasi Kursus

Pra Nikah,

terhadap Pembentukan keluarga Sakinah.

Sedangkan skripsi saya lebih melihat dari bagaimana penyelenggaraan Kursus calon pengantin di KUA Wilayah Kota Tangerang Selatan yang meliputi 4 KUA yaitu : KUA Ciputat, KUA Pamulang, KUA Pondok Aren dan KUA Serpong, sebagai salah satu program yang diberikan kepada para calon pengantin, guna memberikan pemahaman tentang keluarga sakinah. Apakah penyelenggaraan kursus calon pengantin itu sesuai dengan Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II/491


(20)

Tahun 2009 atau tidak serta, kendala-kendala apa yang dihadapi dalam penerapan peraturan suscatin tersebut dan bagaimana solusinya.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempermudah penambahan dan penulisan pada skripsi ini, maka penulis mengklasifikasikan permasalahan dalam beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I: Berisi PENDAHULUAN yang memuat latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metologi penelitian, riview studi terdahulu, sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan umum tentang KUA dan suscatin, yang menguraikan tugas dan kewenangan KUA, sejarah KUA, tugas dan fungsi KUA, KUA dan BP4, Kursus calon pengantin (suscatin) menurut Perundang-undangan di Indonesia, pengertian suscatin, tujuan suscatin, dasar hukum penerapan suscatin, dan pelaksanaan suscatin.

Bab III : Profil KUA di Wilayah Kota Tangerang Selatan, yang terdiri dari profil KUA Ciputat, KUA Pamulang, KUA Pondok Aren, KUA Serpong.

Bab IV: Implementasi tentang kursus calon pengantin di KUA Wilayah Tangerang Selatan, yang akan menganalisis bagaimana pelaksanaan suscatin di KUA Wilayah Kota Tangerang Selatan, KUA Ciputat, KUA Pamulang, KUA Pondok Aren, kendala dan solusinya.


(21)

11

A. Tugas dan Kewenangan KUA 1. Sejarah KUA

Jauh sebelum bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia sudah mempunyai lembaga kepenghuluan yaitu semenjak berdirinya Kesultanan Mataram. Pada saat itu Kesultanan Mataram telah mengangkat seseorang yang diberi tugas dan wewenang khusus di bidang kepenghuluan. Pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda, Lembaga Kepenghuluan sebagai lembaga swasta yang diatur dalam suatu Ordonansi, yaitu Huwelijk Ordonantie S. 1929 No. 348 jo S. 1931 No. 467, Vorstenlandsche Huwelijk Ordonantie S. 1933 No. 98 dan Huwelijs Ordonantie Buetengewesten S 1932 No. 482. Untuk Daerah Vorstenlanden dan seberang diatur dengan Ordonansi tersendiri. Lembaga tersebut di bawah pengawasan Bupati dan penghasilan karyawannya diperoleh dari hasil biaya nikah, talak dan rujuk yang dihimpun dalam kas masjid.1

Kemudian pada masa Pemerintah Pendudukan Jepang, tepatnya pada tahun 1943 Pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia mendirikan Kantor Shumubu (KUA) di Jakarta. Pada waktu itu yang ditunjuk sebagai

1

Melia Fitri,Pelaksanaan Bimbingan Pranikah Bagi Calon Pengantin di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan,(Jakarta: 2014), h. 47


(22)

Kepala Shumubu untuk wilayah Jawa dan Madura adalah KH. Hasyim

Asy’ari pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Sedangkan untuk pelaksanaan tugasnya, KH. Hasyim Asy’ari menyerahkan kepada putranya K. Wahid Hasyim sampai

akhir pendudukan Jepang pada bulan Agustus 1945.2

Sesudah merdeka, Menteri Agama H. M. Rasjidi mengeluarkan Maklumat No. 2, tanggal 23 April 1946 yang isi maklumat tersebut mendukung semua lembaga keagamaan dan ditempatkan ke dalam Kementrian Agama.3

Departemen Agama adalah departemen perjuangan. Kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan dinamika perjuangan bangsa. Pada saat bangsa ini berjuang mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamirkan, maka lahirlah Kementrian Agama. Pembentukan Kementrian Agama tersebut selain untuk menjalankan tugasnya sebagai penanggungjawab realisasi Pembukaan UUD 1945 dan pelaksanaan pasal 29 UUD 1945, juga sebagai pengukuhan dan peningkatan status Shumubu (Kantor Urusan Agama Tingkat Pusat) pada masa penjajahan Jepang.4

2

Melia Fitri,Pelaksanaan Bimbingan Pranikah Bagi Calon Pengantin di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan,(Jakarta: 2014), h. 47

3

Melia Fitri,Pelaksanaan Bimbingan Pranikah Bagi Calon Pengantin di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan,(Jakarta: 2014), h. 47

4

Melia Fitri,Pelaksanaan Bimbingan Pranikah Bagi Calon Pengantin di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan,(Jakarta: 2014), h. 47


(23)

Berdirinya Departemen Agama Republik Indonesia, tepatnya pada tanggal 3 Januari 1946. yang tertuang dalam Penetapan Pemerintah No. 1/SD Tahun 1946 tentang Pembentukan Kementrian Agama, dengan tujuan Pembangunan Nasional yang merupakan pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian, agama dapat menjadi landasan moral dan etika bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan pemahaman dan pengamalan agama secara benar diharapkan dapat mendukung terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, mandiri, berkualitas sehat jasmani rohani serta tercukupi kebutuhan material dan spiritualnya.5

Guna mewujudkan maksud tersebut, maka di daerah dibentuk suatu Kantor Agama. Untuk di Jawa Timur sejak tahun 1948 hingga 1951, dibentuk Kantor Agama Provinsi, Kantor Agama Daerah (Tingkat Karesidenan) dan Kantor Kepenghuluan (Tingkat Kabupaten) yang merupakan perpanjangan tangan dari Kementrian Agama Pusat bagian B, yaitu : bidang Kepenghuluan, Kemasjidan, Wakaf dan Pengadilan Agama.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan terbitnya Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 517 Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, maka Kantor Urusan Agama (KUA) berkedudukan di wilayah Kecamatan dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota yang dikoordinasi oleh

5

Melia Fitri,Pelaksanaan Bimbingan Pranikah Bagi Calon Pengantin di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan,(Jakarta: 2014), h. 47


(24)

Kepala Seksi Urusan Agama Islam/Bimas Islam/Bimas dan Kelembagaan Agama Islam dan dipimpin oleh seorang Kepala, yang tugas pokoknya melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah Kecamatan. Dengan demikian, eksistensi KUA Kecamatan sebagai institusi pemerintah dapat diakui keberadaannya, karena memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan bagian dari struktur pemerintahan di tingkat Kecamatan.6

2. Tugas dan Fungsi KUA

Tugas Kantor Urusan Agama (KUA) adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam yang bertugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementrian Agama Kabupaten atau Kota di bidang urusan agama Islam.7

Fungsi KUA :

a. Pelaksana pelayanan, pengawasan, pencatatan, dan pelaporan nikah dan rujuk.

b. Penyusunan sistismatik, dokumentasi dan pengelolaan sistem informasi manajemen KUA

c. Pelaksaan Tata Usaha dan Rumah Tangga KUA d. Pelayanan Bimbingan Keluarga Sakinah

6

Melia Fitri,Pelaksanaan Bimbingan Pranikah Bagi Calon Pengantin di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan,(Jakarta: 2014), h. 47

7

Sumber data ini diperoleh dari poster yang berada di KUA Pondok Aren, dilihat pada tanggal 4 September 2015


(25)

e. Pelayanan Bimbingan Kemasjidan

f. Pelayanan Bimbingan Pembinaan Syariah

g. Serta penyelenggaraan fungsi lain di bidang Agama Islam yang di tugaskan oleh Kepala kantor Kementerian Agama Kabupaten atau kota

3. KUA DAN BP4

Berdasarkan keputusan Menteri Agama nomor 571 tahun 2001 tentang penataan organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamataan adalah melakukan sebagian tugas Kementerian Agama kantor kabupaten dibidang urusan agama Islam dan wilayah Kecamatan. Kantor Urusan Agama (KUA) .8

Sedangkan badan penasehatan, pembinaan dan pelestarian perkawinan (BP4) adalah merupakan organisasi profiseonal yang bersifat sosial keagamaan sebagai mitra kerja Departemen Agama dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, berdasarkan Islam dan pancasila. Tujuan BP4 untuk mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran agama Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, bahagia, sejahtera, material, dan spiritual.

8


(26)

Untuk mencapai tujuan sebagaimana tersebut pada pasal 4 dan 5 BP4 mempunyai upaya dan usaha sebagai berikut :

1. Memberikan bimbingan, penasehatan dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai, rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok

2. Memberikan bimbingan tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keluarga

3. Memberikan bantuan mediasi kepada para pihak yang berpekara di Pengadilan Agama

4. Memberikan bantuan advokat dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan perselisihan rumah tangga di Pengadilan Agama

5. Menunjukan terjadinya perselisihan serta perceraia, poligami yang tidak bertanggung jawab, pernikahan di bawah umur dan pernikahan tidak tercatat

6. Bekerja sama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki kesamaan tujuan baik di dalam maupun di luar negeri

7. Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga, buku, brosur, dan media elektronik yang dianggap perlu

8. Menyebarkan kursus calon pengantin, penataran/pelatihan, diskusi, seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis yang berkaitan dengan perkawinan dan keluarga


(27)

9. Menyebarkan pendidikan keluarga untuk meningkatkan penghayatan dan pengenalan nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlakul karimah dalam rangka membina keluarga sakinah.

10. Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan membina keluarga sakinah

11. Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga

12. Upaya dan usaha lain yang dipandang bermanfaat untuk kepentingan organisasi serta bagi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.9

KUA dan BP4 memiliki keterkaitan yang sangat erat, karena mereka sama-sama memiliki tujuan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah dan warrahmah.

B. Kursus Calon Pengantin (Suscatin) Menurut Perundang-undangan di Indonesia

1. Pengertian Suscatin

Suscatin adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam waktu singkat kepada catin tentang kehidupan rumah tangga atau keluarga.10Pasangan yang melakukan catin adalah laki-laki Muslim dan perempuan muslimah yang akan menjalani kehidupan rumahtangga dalam suatu ikatan pernikahan.11

9

Hasil MUNAS BP4 ke XIV/2009 Jakarta, 1-3 Juni 2009

10

Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor DJ. II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyrlenggaraan Kursus Pra Nikah, Pasal 1 ayat 2

11

Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor DJ. II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyrlenggaraan Kursus Pra Nikah, Pasal 1 ayat 1


(28)

Suatu pasangan yang akan menikah pasti ingin menjadikan keluarganya menjadi keluarga sakinah.Yang dimaksud dengan keluarga sakinah adalah keluarga yang didasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara serasi dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara internal kelurga dan lingkungannya, mampu memahami, mengamalkan dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlaqul karimah.12

Sebagian orang masih banyak yang bingung antara kursus calon pengantin dengan kursus pra nikah padahal dua hal itu berbeda. Kursus calon pengantin adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang difokuskan kepada calon pengantin yang akan melangsungkan perkawinan dalam waktu dekat. Sedangkan kursus pra nikah adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.13 Tampak perbedaannya bahwa pra nikah tersebut bukan hanya untuk calon pengantin saja melainkan untuk orang yang sudah masuk usia nikah seperti anak sekolah SMA, mereka-mereka ini sudah perlu untuk diberikan pemahaman tentang keluarga atau rumah tangga, bagaimana

12

Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor DJ. II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyrlenggaraan Kursus Pra Nikah, Pasal 1 ayat 3

13

Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor DJ. II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyrlenggaraan Kursus Pra Nikah, h. 3


(29)

dalam menjalani biduk rumah tangga yang baik sehingga dapat tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah di kemudian hari.

2. Tujuan Suscatin

Tujuan suscatin adalah untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga atau keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga.14 Tujuan suscatin ini sejalan dengan tujuan perkawinan seperti yang dicantumkan dalam Undang-undang. Dalam Undang-undang perkawinan di Indonesia disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia serta kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.15

Begitu juga, tujuan tersebut sesuai dengan panduan ayat Al-Qur’an

Surat Ar-Rum ayat 21 disebutkan bahwa:































).

م و ﺮ ﻟ ا

:

٢ ١

(

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda Kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung

14

Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor DJ. II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyrlenggaraan Kursus Pra Nikah, Pasal 2

15


(30)

dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tandabagi kaum yang berfikir”. (Q.S.

Ar-Ruum:21)

Agar tujuan itu tercapai maka dilakukan suscatin, yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan calon suami istri tentang kehidupan rumah tangga atau keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kerasan dalam rumah tangga.

3. Dasar Hukum Penetapan Suscatin

Dalam peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam tentang kursus calon pengantin Nomor DJ.sII / 2009 tanggal 10 Desember 2009 yang berwenang menyelenggarakan kursus calon pengantin adalah Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinaan (BP4) atau Badan dan lembaga lain yang telah mendapat Akredritasi dari Kementerian Agama.

Merujuk kepada peraturan Direktur Jendral (Dirjen) tersebut maka kegiatan suscatin sesungguhnya dimaksudkan untuk mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah. Selain itu, mengurangi angka perselisihan, perceraian.

Adapun dasar hukum yang menjadi dasar penetapan kursus calon pengantin adalah :


(31)

Pasal 1 bab 1 Undang-undang Tahun 1974 “ Pernikahan ialah ikatan

lahir batin antara seseorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

2. UU Nomor 10 Tahun 1992.Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Pasal 4 ayat (2) dilakukan upaya pembinaan dan pengembangan kualitas keluarga. Agar terciptanya keluarga yang bahagia.

3. Keputusan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1999, tentang Pembinaan Keluarga Sakinah.16 Poin ke dua program utama pembinaan gerakan keluarga sakinah adalah menanamkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaq mulia melalui pendidikan agama di lingkungan keluarga, masyarakat dan pendidikan formal, pemberdayaan ekonomi umat, pembinaan gizi, kesehatan, sanitasi lingkungan dan pencegahan penularan HIV / AIDS serta penyakit berbahaya lainnya.

4. Keputusan Menteri Agama (KMA) No.477 tahun 2004 , tentang pemberian wawasan tentang perkawinan dan rumah tangga kepada calon pengantin melalui kursus calon pengantin.

16

Kanwil Depag Provinsi Jawa Tengah, Pembinaan Keluarga Sakinah dan Gerakan Sadar zakat,Semarang ,2000, h. 2


(32)

5. Surat Edaran Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (SE Dirjen Bimas Islam) Nomor. DJ.II/PW.01/1997/2009 tentang kurus calon Pengantin.17

Kursus Catin dilakukan dengan metode ceramah, dialog, simulasi, dan studi kasus. Sedangkan materi Kursus Catin diberikan sekurang-kurangnya 24 jam pelajaran. Materi Kursus Catin ini meliputi:

1. Tatacara dan prosedur perkawinan (2 jam)

Tata cara dan prosedur perkawinan merupakan tahapan yang harus dijalankan oleh calon pengantin meliputi persyaratan-persyaratan yang bersifat administrasi.Yang menjadi narasumber ini adalah dari Kantor Urusan Agama, dengan waktu 2 (jam) pelajaran.Adapun materi-materinya antra lain:

Persyaratan Administrasi:

a. Meminta surat keterangan dari Desa/ Kelurahan masing-masing : 1) Keterangan untuk Nikah (Model N1)

2) Keterangan asal usul (Model N2) 3) Surat persetujuan mempelai (Model N3) 4) Surat Keterangan Orng Tua (Model N4)

5) Surat pemberitahuan untuk menikah (Model N7) b. Menyerahkan foto 2X3, 3 lembar

c. Foto copy KTP dan Kartu Keluarga (KK)

17


(33)

2. Pengetahuan agama (5 jam)

3. Peraturan Perundangan di bidang perkawinan dan keluarga (4 jam) 4. Hak dan kewajiban suami Istri (5 jam)

5. Kesehatan (Repruduksi sehat) (3 jam) 6. Manajemen keluarga (3 jam)

7. Psikologi perkawinan dan keluarga (2 jam )18

Ada dua tujuan yang ingin di capai dalam pemberian materi dalam peraturan di setiap sesi yang akan diberikan kepada suscatin diantaranya adalah :19

Sesi I : Akad Nikah Tujuan Umum :

Agar perseta memahami atau mengenal tentang tata cara pelaksanaan akad nikah secara detail.

Tujuan Khusus :

a. Peserta mampu menjabarkan rangkaian tata cara pelaksanaan akad nikah.

b. Peserta mampu melakukan koordinasi yang baik dengan instansi terkait untuk pelaksanaan program agar sukses di masyarakat.

Sesi II : Hukum Perkawinan Tujuan Umum :

18

Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor DJ. II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyrlenggaraan Kursus Pra Nikah, Pasal 3

19

Dirjen Bimas Islam Dan Urusan Haji Departemen Agama RI ,Modul TOT Kursus Calon Pengantin(Jakarta Departemen Agama RI Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah Dirjen Bimas Islam, 2000), h. 3


(34)

Agar peserta dapat mengetahui atau mengenal hukum perkawinan dan mengamalkan kepada orang lain.

Tujuan khusus :

a. Peserta mampu menjabarkan hukum perkawinan secara rinci dan menyampaikan tujuan dari perkawinan yang dimaksud (menurut ajaran Islam).

b. Peserta mampu mengidentifikasi masalah yang timbul dari perkawinan dan mengantisipasi upaya pemecahan masalah.20

Sesi III : Reproduksi Sehat Tujuan Umum :

Peserta mengetahui dan memahami aspek-aspek kesehatan reproduksi serta penyakit-penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan kelamin atau seksual seksual serta kaitannya dengan HIV atau Aids. Tujuan khusus :

a. Peserta mampu menjelaskan anatomi dan fungsi alat repoduksi manusia.

b. Peserta mampu menjelaskan perubahan-perubahan biologis yang terjadi pada masa akil baliqh atau remaja.

c. Peserta mampu menjelaskan mengenai proses kehamilan.

d. Perta mampu menjelaskan perilaku seksual yang sehat dan benar. e. Peserta mampu menjelaskan perilaku yang berisiko dan akibat yang

akan di timbulkannya.

f. Peserta mampu menjelaskan penyebab dan gejala penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin atau seksual yang banyak terjadi di masyarakat.

g. Peserta mampu menjelaskan kaitan erat antara PMS dengan HIV atau AIDS.

h. Peserta mampu menjelaskan upaya pencegahan atau menghindari PMS.

Sesi IV : Psikologi Perkawinan

20

Dirjen Bimas Islam Dan Urusan Haji Departemen Agama RI, Modul TOT Kursus Calon Pengantin, h. 22


(35)

Agar peserta memahami arti dari psikologi sebagai ilmu sehubungan dengan tingkah laku manusia pada umumnya maupun yang bersangkutan dengan perkawinan pada khususnya.

Tujuan khusus :

a. Peserta mampu menjabarkan arti psikologi kaitannyan dengan psikologi perkawinan.

b. Peserta mampu menjelaskan faktor-faktor esensial antara lain : kesiapan secara fisik, kematangan secara mental, dan kematangan secara social.

c. Mampu melakukan kordinasi yang baik dengan kerjasama dalam pelaksanaan program bersama instansi terkait.

Sesi V : Problematika yang muncul dalam keluarga Tinjauan umum :

Agar peserta dapat memahami sekaligus menjabarkan hal-hal yang memungkinkan akan menimbulkan problematika dalam keluarga.

Tujuan khusus :

a. Peserta dapat menjelaskan dengan rinci faktor-faktor problematika yaitu : cemburu yang berlebihan, ekonomi yang kurang memadai, perselingkuhan, dan akhlak yang buruk.

b. Mampu mengidentifikasi masalah sekaligus memberi solusi yang terbaik.

c. Mampu melakukan kordinasi dan kerjasama yang baik dengan instansi terkait pelaksanaan program.

Sesi VI : Penanaman nilai-nilai keamanaan, ketaqwaan, dan akhlaqul karimah. Tinjauan umum :

Menanamkan, mengamalkan, dan menghayati nilai-nilai keimanan ketaqwaan dan akhlak mulia dalam kehidupan keluarga, masyarakat,


(36)

berbangsa dan bernegara melalui pendidikan agama dan pendidikan formal.

Tujuan khusus:

a. Agar peserta bias menanamkan, mengamalkan dan menghayati nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia pada dirinya dan keluarga dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Agar peserta menjadi tauladan dalam keluarga dan masyarakat. Sesi VII : Tuntutan Ibadah

Tujuan umum :

Agar peserta memahami atau menghayati tuntutan ibadah dalam Islam beserta manfaat dari segala aturan yang terkandung pada ajaran Islam. Tujuan khusus :

a. Peserta mampu menerima dan melaksanakan tuntutan ibadah yang menjadi aturan dalam agama Islam.

b. Peserta mampu meningkatkan ilmu dan mencari aturan-aturan yang terkandung dalam al-Qur’an serta mengamalkan dan mampu

menjelaskan kepada masyarakat.

c. Peserta mampu menjelaskan tentang rukun Islam secara rinci dan jelas serta mengamalkannya.

Sesi VIII : Pendidikan agama dalam keluarga Tujuan umum :

Agar peserta memahami atau menghayati tentang pengembangan dan pengenalan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, dan akhlakul karimah dalam kehidupan keluarga dan lingkungannya.

Tujuan khusus :

a. Mampu menciptakan kesejukan dalam berkeluarga. b. Peserta mampu meningkatkan ukhuwah Islamiyah. c. Mampu menurunkan angka kriminalitas.


(37)

Butiran-butiran yang diberikan dengan mudah dapat diterima oleh masing-masing calon pengantin karena mereka dalam keadaan senang, suka sama suka. Namun, ada pula yang menjadi sulit menerima nasehat bila perkawinan itu ada unsur keterpaksaan atau harus dilakukan sebagai pertanggung jawaban terhadap perbuatan yang terlanjur dilakukan sebelumnya. Bahkan mereka sama sekali tidak mau menerima atau tidak ingin sama sekali menerima nasehat.21

21

Departemen Agama, Pedoman konseling perkawinan, ( Jakarta: Depag RI, Direktur Jendral Bimbingan Islam dan Penyelenggaraan Haji Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, 2004), h.41


(38)

8

A. KUA Ciputat

1. Kondisi Umum KUA Ciputat

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat adalah salah satu unit kerja Kementerian Agama Kantor Kota Tangerang Selatan yang bertugas melaksanakan sebagian tugas Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan di bidang urusan agama Islam dalam wilayah Kecamatan Ciputat, dan Kecamatan Ciputat Timur yang berada pada wilayah Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat beralamat di jalan H.Usman Nomor 2 Ciputat Kota Tangerang Selatan.1

2. Geografis KUA Kecamatan Ciputat

Kantor Urusan Agama Kecamatan Ciputat terletak dibagian tengah Kota Tangerang Selatan tepatnya di Kelurahan Cipayung Kecamatan Ciputat, yang mana Kantor Urusan Agama Kecamatan Ciputat dalam melaksanakan pelayanan masyarakat, melayani masyarakat Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan yang terletak dibagian Timur Propinsi Banten yaitu pada titik koordinat 106,40° sampai dengan

106’46° Bujur Timur dan 06,16° sampai dengan 06’20 Lintang Selatan dan 1


(39)

secara administratif melayani 2 kecamatan dengan 13 kelurahan, dengan luas wilayah ± 3381 Ha.

Batas wilayah kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan Ciputat adalah meliputi wilayah Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Ciputat Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta di kecamatan Pesangrahan dan Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. • Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta di Kecamatan

Cilandak dan Provinsi Jawa Barat di Kota Depok, Kecamatan Limo. • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pamulang Kota

Tangerang Selatan.

• Sebelah Barat Berbatasan dengan Kecamatan Serpong dan Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.

Wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Propinsi Jawa barat di kota Depok dibatasi dengan batas alam yaitu kali Pesangrahan. Jadi Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Ciputat Timur merupakan kawasan penyangga ibukota.

Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur adalah merupakan dataran rendah dengan topografi yang relative datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3 % sedangkan ketinggian wilayah antara 0-25m dari permukaan laut.


(40)

3. Tugas Pokok dan Fungsi KUA Ciputat

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 517 Tahun 2001 tentang Penataan organisasi Kantor Urusan agama Kecamatan, adapun tugas pokok Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat adalah melaksanakan sebagian tugas Kementerian Agama Kantor Kota Tangerang Selatan di bidang urusan agama Islam dalam wilayah Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Ciputat Timur. Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat dipimpin oleh seorang kepala yang mempunyai tugas dan fungsi sebagaimana termaktub dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 477 Tahun 2004 Tentang Pencatatan nikah pasal 2 ayat 1 sebagai berikut :

• Menyelenggarakan statistic dan dokumentasi

• Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, dan rumah tangga KUA

• Melakukan pembinaan kepenghuluan, keluarga sakinah, ibadah sosial, pangan halal, kemitraan, zakat, wakaf, ibadah haji, dan kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

• Mengatur pola kerja para penghulu yang berada di lingkungan wilayah kerjanya.


(41)

Kepala KUA Kecamatan Ciputat dalam pelaksanaan tugasnya memimpin dan mengkoordinasikan semua kegiatan kantor dalam bentuk bimbingan serta petunjuk pelaksanaan (juklak) masing-masing staff, dengan mematuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan bertanggung jawab kepada Kepala kementerian Agama Kantor Kota Tangerang Selatan.

4. Visi & Misi KUA Kecamatan Ciputat

Untuk melaksanakan tugas di atas, Kantor Urusan Agama Kecamatan mengacu pada visi dan misi Direktorat Urusan Agama Islam. Visi Direktorat Urusan Agama Islam adalah “Seluruh keluarga muslim Indonesia bahagia

dan sejahtera baik material maupun spiritual yang mampu memahami, mengamalkan dan menghayati nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.

Sedangkan misi yang dirumuskan Direktorat Urusan Agama Islam adalah

“Meningkatkan pelayanan prima dalam pencatatan pernikahan,

pengembangan keluarga sakinah, pembinaan jaminan produk halal,

pembinaan ibadah sosial dan kemitraan umat Islam”.2

Adapun visi KUA kecamatan Ciputat adalah: “Terwujudnya Pelayanan Prima Dalam Bidang Urusan Agama Islam”.

2


(42)

Untuk mewujudkan visi tersebut, KUA Kecamatan Ciputat merumuskan misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan pelayanan nikah dan rujuk. 2. Meningkatkan profesionalisme personil KUA.

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana KUA. 4. Meningkatkan pembinaan keluarga sakinah.

5. Meningkatkan pelayanan konsultasi BP-4. 6. Meningkatkan pembinaan jaminan produk halal. 7. Memberdayakan pelayanan zakat dan wakaf.

8. Memberdayakan kemitraan dan kerukunan umat beragama. 9. Meningkatkan pelayanan konsultasi dan bimbingan haji.

10. Meningkatkan akurasi data kearsipan statistik dan dokumentasi.


(43)

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN CIPUTAT–TANGERANG SELATAN KMA NO. 517 TAHUN 2001 jo KMA NO. 42 TAHUN 2004

PENGAWAS RA, MI , SD

1.H.M. I DRI S, S.Ag (Ciputat) 2.TEPURI ALI , MPd

(Cpt. Tmr)

PELAYANAN, PENGAWASAN, PENCATATAN DAN PELAPORAN NI KAH

RUJUK

1. Drs. AL AMI N 2. SOLEHCHUDI N S.Ag 3. ABUNG HANI FAH, S.HI 4. Drs. SYAMSUDI N

5. H. MUHAMMAD SI DDI Q, S.HI , MH 6. SAMANHUDI , S.HI

PENYULUH AGAMA I SLAM

1. Hj. ASTARI ATI , S.Ag (Ciputat) 2. SI TI MASI THOH, S.Ag (Ciputat) 3. AHMAD SOLEH, S.Ag (Cpt. Tmr)

STATI STI K, DOKUMENTASI DAN PENGELOLAAN SI STEM I NFORMASI

MANAJEMEN KUA

1. HERZUDDI N, SE 2. A. DAMYATI 3. VI VI MASRYANTI , SE 4. TRI WAHYUNI NG BUDI ARTI 5. SRI WAHYU RAHAYU, SH

PELAYANAN BI MBI NGAN KELUARGA SAKI NAH

1. Drs. SYAMSUDI N 2. ABUNG HANI FAH, S.HI 3.

TATA USAHA DAN RUMAH TANGGA KUA

1. I DAI , SE 2. ROJAH

3. N. KOMARI YAH, Sm.Hk

PRAMU KANTOR

1. ADE DERMAWAN, S.HI 2. M. CHAI RUL FAHMI 3. MULYADI ALEN

PELAYANAN BI MBI NGAN KEMASJI DAN/ ZAKAT W AKAF

1. Drs. AL AMI N 2. SAMANHUDI , S.HI

JABATAN FUNGSI ONAL PENGHULU

1. Drs. AL AMI N 2. SOLEHCHUDI N S.Ag 3. ABUNG HANI FAH, S.HI 4. Drs. SYAMSUDI N

5. H. MUHAMMAD SI DDI Q, S.HI , MH 6. SAMANHUDI , S.HI

K E P A L A

Drs. H.A. YAZI D BUSTHAMI MR.

PELAYANAN BI MBI NGAN PEMBI NAAN SYARI ’AH/ HAJI

1. SOLEHCHUDI N, S.Ag


(44)

B. Profil KUA Pamulang

1. Gambaran Umum KUA Kecamatan Pamulang

KUA Kecamatan Pamulang adalah salah satu dari 6 KUA yang ada dalam naungan Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang Selatan. Beriringan dengan dibentuknya atau berdirinya Kecamatan Pamulang, KUA pun senantiasa mengiringi pertumbuhan yang terjadi. Namun kapan tanggal pastinya KUA didirikan tidak ditemukan referensi ataupun sumber yang dapat menunjukkan bukti otentik terhadap berdirinya KUA. Hanya saja pernah ditemukan berkas nikah pada tahun 1955 yang pada saat itu dipimpin oleh

seorang Kepala yang bernama Marsa’at. Hal inilah yang menandakan bahwa

KUA Kecamatan Pamulang telah ada saat itu. Sumber lain yang otentik adalah gedung KUA yang saat ini ditempati menurut sumber yang dapat dipercaya telah dibangun pada tahun 1979 dan telah mengalami puluhan pergantian kepala KUA bahkan staf-staf nya.

Sebelum tahun 1979, KUA Kecamatan Pamulang masih berpindah-pindah dari rumah satu ke rumah lainnya. Begitu juga dengan keberadaan kantor Kecamatan Pamulang yang pada awalnya kantor Kecamatan Pamulang berada dalam wilayah desa, namun seiring pertumbuhan zaman kantor Kecamatan Pamulang dipindah ke wilayah Kota Tangerang Selatan yang dianggap sebagai daerah strategis untuk sebuah ibu Kota Kecamatan Pamulang. Adapun gedung yang ditempati oleh KUA saat ini juga masih


(45)

berstatus tanah pemerintah dengan luas 350 m2 dan memiliki luas bangunan 200 m2.

Di bawah kepemimpinan Muslim Suganda, S.Ag, Kantor Urusan Agama Kecamatan Pamulang telah mengalami banyak perubahan yang cukup signifikan, baik itu fisik bangunannya, maupun juga secara keadministrasian kantor. Tentunya hal itu didukung juga dengan SDM-SDM handal yang dimiliki oleh KUA Kecamatan Pamulang, sehingga perubahan demi perubahan yang bersifat positif terus mewarnai perjalanan panjang sejarah KUA Kecamatan Pamulang ini. Semoga hal positif seperti ini senantiasa dilanjutkan dan terus ditingkatkan, agar kain putih yang dimiliki oleh KUA sebagai stakeholderKementerian Agama, tidak dapat dirusak oleh setitik tinta hitam yang akan menodai kain yang sudah putih dan bersih.3

2. Tugas pokok dan fungsi dari KUA Pamulang :

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 517 tahun 2001 tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan Pamulang,Kantor Urusan Agama Kecamatan Pamulang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kantor Kementerian Agama Kota, dibidang urusan agama Islam dalam wilayah Kecamatan Pamulang (pasal 2 KMA No. 517 Tahun 2001).

3


(46)

Dalam menjalankan tugas tersebut diatas, KUA Kecamatan Pamulang juga mempunyai aktivitas antara lain:

1. Pendaftaran pernikahan 2. Pendaftaran wakaf 3. Pencatatan pernikahan 4. Jum’at sore baca Al-Qur’an

5. Pengajian amil sebulan sekali pada minggu kedua 6. MTQ setahun sekali4

3. Visi dan Misi

Untuk melaksanakan tugas di atas, Kantor Urusan Agama Kecamatan Pamulang mengacu pada visi dan misi Direktorat Urusan Agama Islam. Visi

Direktorat Urusan Agama Islam adalah “Seluruh keluarga muslim Indonesia bahagia dan sejahtera baik material maupun spiritual yang mampu memahami, mengamalkan dan menghayati nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara”. Sedangkan misi yang dirumuskan Direktorat Urusan Agama

Islam adalah “Meningkatkan pelayanan prima dalam pencatatan pernikahan,

pengembangan keluarga sakinah, pembinaan jaminan produk halal,

pembinaan ibadah sosial dan kemitraan umat Islam”

4


(47)

Adapun visi KUA Kecamatan Pamulang adalah : “Mewujudkan

Masyarakat Pamulang sebagai Masyarakat yang bermoral dan

Bermartabat”. Dan untuk mewujudkan visi tersebut, KUA Kecamatan Pamulang merumuskan misi sebagai berikut :

1. Menjadikan pelayanan prima sebagai etos kerja 2. Mengembangkan gerakan keluarga sakinah

3. Peka dan respek terhadap kebutuhan rohani masyarakat

4. Membangun semangat kekeluargaan dalam setiap segi kehidupan.5

4. Struktur Organisasi

Mengacu kepada Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 517 tahun 2001 tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, junto Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 42 tahun 2004 tentang Bagan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, maka KUA Kecamatan Pamulang dengan kekuatan pegawai sebanyak 12 Orang memiliki struktur organisasi sebagai berikut :

1. Drs. H.A Yazid Busthami, MR sebagai Kepala;

2. H. Ahmad Syarif Hidayat, SKI,MH sebagai Penghulu Muda

3. H. Abdul Aziz,S.Ag sebagai Penghulu Muda

4. Di’in Syafe’I, S.Ag sebagai Penghulu Muda

5. Sholehchuddin, S.Ag sebagai Penghulu Muda

6. Hj. N. Komariyah, Sm.Hk sebagai Pengadministrasian

7. Hj. Idai, SE sebagai Pengadministrasian

5


(48)

8. A. Rahmat sebagai Bendahara Pengeluaran Pembantu

9. ST. Aminah sebagai Penyaji bahan

10. Nurjanah sebagai Penyaji Bahan

11. Pajar Sidik Abdilah sebagai Pramu Bakti 12. Nurfajriah Rahmadhani sebagai Pramu Bakti Batas-batas wilayah kecamatan Pamulang terdiri dari :

1. Sebelah utara : Wilayah Kecamatan Ciputat

2. Sebelah selatan : Wilayah Kecamatan Gunung Sindur (Kabupaten Bogor) dan Kecamatan Sawangan (Kota Depok)

3. Sebelah barat : Wilayah Kecamatan Serpong

4. Sebelah timur : Wilayah Limo (Kota Depok)6 Wilayah Kecamatan Pamulang terdiri dari 22 Desa meliputi:

1. Desa Benda Baru 2. Desa Cibinong 3. Desa Kali Ayu

4. Desa Pamulang Timur 5. Desa Pondok Cabe Udik 6. Sebagian Desa Pondok Petir 7. Sebagian Desa Kedaung 8. Desa Pondok Benda 9. Desa Bambu Apus 10. sebagian Desa Pakulonan 11. sebagian Desa Gentong 12. sebagian Desa Gandukan 13. sebagian Desa Serpong 14. Desa Bedahan

6


(49)

15. Desa Serua

16. Desa Pondok Cabe Udik 17. Desa Pamulang Timur 18. Desa Pamulang Barat 19. Desa Jampang Ilir 20. Desa Jampang Udik 21. Desa Pondok Benda 22. Desa Benda Baru

5. Sosial Ekonomi dan Pendidikan

Secara umum pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat belum menunjukkan peningkatan yang signifikan, hal ini dikarenakan tingkat pergaulan dan pendidikan masyarakatnya yang terasa stagnan dan tidak mengalami kemajuan yang pesat. Rata-rata pencarian masyarakat adalah buruh dengan prosentase tertinggi setelah pertanian. dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:7

NO JENIS PEKERJAAN JUMLAH

1. 2. 3. 4. 5. 6. Pertanian Nelayan Perkebunan Pertambangan Pertokoan Peternakan 5.409 orang 2.297 orang 1348 orang 741 orang 623 orang 8 orang 7


(50)

Mengenai pendidikan, masyarakat Kecamatan Pamulang umumnya belum memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pendidikan. Banyak diantara mereka yang belum mengenyam bangku sekolah, apalagi bengku kuliah. Hal ini menyebabkan pola pendewasaan berfikir masyarakat masih kurang, sehingga belum bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Ini terlihat dari jumlah penduduk yang kebanyakannya hanya mengenyam bangku sekolah tingkat SD.

Persoalan pendidikan ini bisa dikatakan sebagai salah satu penyebab terhambatnya perkembangan Kecamatan Pamulang di berbagai sektor, karena antara sumber daya manusia yang ada dengan sumber daya alamnya tidak seimbang. Untuk melihat lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut ini:8

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH

1. 2. 3. 4. 5. 6. Sarjana Lengkap D1/D2/D3 SMU / Aliyah SMP / Tsanawiyah SD / Ibtidaiyah Tidak Tamat SD

220 orang 480 orang 2631 orang 6.119 orang 18.287 orang 7.256 orang

Jumlah 34.993 orang

Dari tabel diatas, terlihat dengan jelas ada ketidakseimbangan antara jumlah penduduk secara keseluruhan dengan jumlah penduduk yang telah terdidik. Hal inilah yang secara nyata telah menghambat laju pertumbuhan pembangunan

8


(51)

Kecamatan Pamulang agak tersendat. Semoga pada tahun-tahun yang akan datang kesadaran masyarakat terhadap pendidikan akan terus meningkat seiring perubahan zaman.

C. Profil KUA Pondok Aren

1. Sejarah dan Latar Belakang Berdiri

Kantor Urusan Agama (KUA) Pondok Aren semula berada di kelurahan Pondok Jaya, dengan adanya ruislah (tukar tempat) maka KUA Pondok Aren kini berlokasi di Jl. Komplek Perkantoran Kecamatan Pondok Aren No. 2 Tangerang Selatan, Banten berdekatan dengan Masjid Bani Umar.

KUA Pondok Aren merupakan pecahan dari KUA Ciledug dengan adanya pemekaran wilayah pada tahun 1984.9

Pada Tahun 1950 ke atas, angka perceraian di Negara kita sangat tinggi berkisar 60%-80%, banyak pula pernikahan di bawah umur dan poligami yang tidak sehat. Dengan alasan tersebut maka terbentuklah berbagai lembaga yang membantu menangani hal tersebut diantaranya yaitu BP4 yang berada di Jawa Barat, P5 yang ada di DKI, dan BKRT yang ada di Yogyakarta.10

Dengan banyaknya lembaga tersebut, tokoh masyarakat dan tokoh agama menyetujui BP4 untuk membantu KUA di bidang penasehat. Tujuan

9

Profil KUA Kecamatan Pondok Aren, h.6

10


(52)

BP4 yaitu memberi nasehat kepada masyarakat yang membutuhkan baik yang baru akan melangsungkan pernikahan ataupun pasangan suami istri yang ada masalah dalam rumah tangga. BP4 berperan untuk meningkatkan mutu perkawinan.

BP4 sudah dibentuk cukup lama namun seiring berjalannya waktu karena lembaga ini berdiri independent tidak di bawah pemerintah maka fungsinya lambat laun kurang efektif sehingga KUA Pondok Aren berinisiatif untuk mengambil alih fungsi BP4 untuk membantu masyarakat memberikan nasehat dan bimbingan mengenai pernikahan. BP4 KUA Pondok Aren kini sudah mulai membentuk kepengurusan baru, dan fungsinya mulai berjalan yakni memberikan undangan bagi calon pengantin, menyiapkan nara sumber, dan lain-lain.11

Ketua BP4 diambil dari tokoh masyarakat dan tokoh agama yang kompeten dibidangnya, tidak boleh diketuai oleh pengurus KUA tetapi untuk kepengurusan dalam BP4 tersebut bisa diambil dari pengurus KUA yang stand by di Kantor KUA setiap hari. KUA menyiapkan tempat untuk BP4 dalam menerima kedatangan masyarakat yang ingin berkonsultasi mengenai masalah dalam keluarga dan lain-lain.12

11

Profil KUA Kecamatan Pondok Aren, h.7

12


(53)

2. Visi, Misi, dan Motto

Kantor Urusan Agama Pondok Aren adalah Lembaga pemerintah yang mengurusi tentang urusan Agama di kecamatan Pondok Aren. Adapun Visi

KUA Pondok Aren yaitu “Terwujudnya masyarakat pondok aren yang taat beragama, tolerans, cerdas dan modern”. Sedangkan Misi KUA Pondok Aren yaitu :13

1. Meningkatkan pelayanan prima

2. Meningkatkan pelayanan nikah dan rujuk

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kantor 4. Meningkatkan profesionalisme pegawai KUA

5. Meningkatkan pembinaan keluarga sakinah 6. Meningkatkan penyelenggaraan BP4 7. Meningkatkan jaminan produk halal

8. Meningkatkan manajemen pengelolaan masjid 9. Meningkatkan pengelolaan zakat dan wakaf 10. Meningkatkan kualitas pelayanan bimbingan haji 11. Meningkatkan bimbingan dan penyuluhan agama Islam 12. Meningkatkan kemitraan lintas sektoral

13. Meningkatkan akurasi data kearsipan, statistic, dan dokumentasi

13


(54)

Motto KUA Pondok Aren yaitu Melayani dengan “SMART” yaitu :14

S = Service : Melayani dengan senang dan santun

M = Modern : professional dan berorientasi pada kemajuan

A = Akuntable : amanah dan tanggung jawab

R = Religious : taat beragama dan bekerja adalah ibadah

T = Trust : jujur dan terpercaya

3. Struktur Organisasi dan pengelolaannya

Setiap lembaga Negara, lembaga masyarakat dan lembaga-lembaga yang lain memiliki struktur organisasi yang jelas. Agar masing-masing mengetahui fungsi jabatan masing-masing dan hasilnya lembaga yang didirikan akan terarah dalam melaksanakan program kerja lembaga. Dibawah ini adalah struktur lembaga dari KUA Pondok Aren Kota Tangerang Selatan (PMA Nomor 39 Tahun 2012) yaitu:15

1. Kepala KUA Pondok Aren : H. Suganda, S.Ag

2. Partner Kerja Jabatan Fungsional Penyuluh : Sopian Sori M.Ag

3. Partner Kerja Jabatan Fungsional Pengawas : Drs. H. Hasanuddin, MM

4. Jabatan Fungsional Penghulu : a. H. Abdul Aziz S.Ag

a. Drs. H. Khaerudin b. Aliudin S.Ag

c. Akhmad Khaotib, SHI d. Ahmad Gozali, SHI, MH 14

Profil KUA Kecamatan Pondok Aren, h.10

15


(55)

5. Jabatan Fungsional Umum/Pelayan : a. Ahmad Rahmat Administrasi dan KerumahTanggaan KUA : b. Drs. H. Khaerudin

: c. Nur Alie

6. Pelayanan, Pengawasan, Pencatatan : a. Ahmad Khotib, SHI

Dan Pelaporan Nikah Rujuk : b. Nurjanah

7. Penyusunan Statistik, Dokumentasi, : a. Hj. Nurjannah, S.Pd.I, MM Administrasi Keuangan dan : b. Siti Khodijah, SE

Pengelolaan SIMKAH

8. Pelayanan Bimbingan Keluarga Sakinah : a. H. Abdul Aziz, S.ag : b. Ety Rosmiyati, S.Pd 9. Pelayanan Bimbingan Pembinaan Syariah : a. Ahmad Gozali, SHI,MH

dan Produk Halal : b. ST. Aminah

10. Pelayanan Bimbingan Kemasjidan/Wakaf/ : a. Mastur

Zakat : b. Ahmad Baihaqi

11. Penyelenggara Fungsi Lain di Bidang Agama : a. Aliudin S.Ag Islam

Dan Bimbingan Haji : b. Drs. Taty Huryati

4. Sarana Dan Prasarana

1. Ruang Arsip dan TU


(56)

3. Ruang Arsip (formulir pendaftaran) dan Penghulu 4. Ruang Kepala KUA

5. Ruang Staff 6. Dapur


(57)

TAHUN 2009 TENTANG KURSUS CALON PENGANTIN di WILAYAH TANGERANG SELATAN

A. Pelaksanaan Suscatin di KUA Wilayah Tangerang Selatan 1. KUA Ciputat

Berdasarkan Instruksi Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/491 Tahun 2009 diinstruksikan bahwa setiap calon pasangan harus mengikuti Kursus Calon Pengantin. Penyelenggara Kursus Calon Pengantin adalah Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) atau Badan dan lembaga lain yang telah mendapat Akreditasi dari Departemen Agama.1 Bagi pasanagan calon pengantin yang mencatatkna pernikahannya di KUA Ciputat, pelaksanaan kursus calon pengantinnya dilaksanakan oleh penghulu atau BP4.

Pelaksanaan kursus calon pengantin di KUA Ciputat dilaksanakan setiap satu minggu sekali pada hari kerja yaitu setiap hari Kamis, selama kurang lebih antara 3 sampai 4 jam, dimulai dari pukul 08.00 WIB dan selesai


(58)

12.00 WIB, yang bertempat di ruangan yang disediakan KUA untuk acra kursus calon pengantin yang biasa diadakan.2

Metode yang digunakan dalam kursus calon pengantin yaitu dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan disertai dengan latihan seperti latihan ijab qabul perkawinan.Narasumber dalam kursus calon pengantin di KUA Ciputat ini adalah penghulu KUA Ciputat. Sedangkan Materi yang disampaikan dalam kursus calon pengantin ini meliputi fikih munakahat, mengenai keluarga sakinah, mengenai hukum Islam dan Negara, serta mengenai kesehatan. Namun dikarenakan faktor waktu yang sangat singkat maka pemberian materi belum dapat dilakukan secara maksimal sehingga pemateri belum menjelaskan secara menyeluruh.3

Pelaksanaan suscatin di KUA Ciputat belum sesuai dengan silabus yang disiapkan Kementerian Agama karena minimnya waktu salah satu faktor utama pelaksanaan suscatin di KUA Ciputat belum berjalan dengan sempurna, Setelah mengikuti kursus calon pengantin yang nantinya sertifikat tersebut digunakan untuk mendaftarkan kehendak nikahnya di KUA setempat. Setelah mengikuti suscatin para peserta akan diberikan sertifikat bukti telah mengikuti kegiatan tersebut akan tetapi, sangat disayangkan karena sertifikat tersebut belum merupakan syarat sah dalam

2

Wawancara dengan bapak Drs.Al-Amin, Kepala KUA Ciputat, pada hari senin, pada tangggal 04 September 2015, pukul 10.30, di KUA Ciputat

3Wawancara dengan bapak Drs.Al-Amin, Kepala KUA Ciputat, pada hari senin, pada tangggal


(59)

melakukan perkawinan sehingga tanpa sertifikat (tidak mengikuti suscatin) para calon pengantin akan tetap dapat melangsungkan perkawinan.4

Kendala sucatin di KUA Ciputat belum sesuai dengan peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam, baik tentang waktu yang semestinya 24 jam pelajaran yang diterapkan di KUA Ciputat hanya 4 jam pelajaran saja. solusi yang di KUA Ciputat ambil jika pasangan tida dapat mengikuti suscatin solusi yang diambil yaitu dengan cara setelah ijab kabul selesai penghulu memberikan materi sedikit tentang suscatin agar kiranya pasangan pengantin itu memahami sedikit kehidupan berumah tangga yang sakinah, mawadah dan warahmah.5

Pelaksanaan kursus calon pengantin yang berbarengan dengan hari aktif untuk bekerja dan sifat dalam aturan tersebut yang berupa anjuran dan tidak adanya hukuman jika tidak melaksanakannya membuat calon pengantin belum keseluruhan mengikuti kursus calon pengantin tersebut.6

Dari 1043 pasangan yang menikah tahun 2014 ditemukan data 884 pasangan yang mengikuti Kursus Calon Pengantin (suscatin) dan 159 pasangan yang tidak mengikuti kursus calon pengantin di KUA Ciputat. Data ini menunjukan bahwa program kursus calon pengantin yang sejatinya

Wawancara dengan bapak Drs.Al-Amin, Kepala KUA Ciputat, pada hari senin, pada tangggal 04 September 2015, pukul 10.30, di KUA Ciputat

5

Wawancara dengan bapak Drs.Al-Amin, Kepala KUA Ciputat, pada hari senin, pada tangggal 04 September 2015, pukul 10.30, di KUA Ciputat

6Wawancara dengan bapak Drs.Al-Amin, Kepala KUA Ciputat, pada hari senin, pada tangggal


(60)

sangat penting tidak sejalan dengan yang diharapkan karena masih banyak hambatan yang dijumpai.7

2. KUA Pamulang

Dari 1585 pasangan yang menikah tahun 2014 di KUA Pamulang ditemukan data 169 pasangan yang mengikuti kursus calon pengantin (suscatin) dan 1416 pasangan yang tidak mengikuti Kursus calon pengantin. Data ini menunjukan masih banyaknya pasangan yang tidak mengikuti Kursus calon pengantin di KUA Pamulang , sifat peraturan yang kurang mengikat dan kesadaran pada calon pengantin (suscatin) merupakan problem utama kurang mulusnya pelaksanaan suscatin.8

Pelaksanaan kursus calon pengantin di KUA Kecamatan Pamulang dilaksanakan oleh penghulu, pada hari kerja yaitu tiap hari kamis, selama kurang lebih antara 3 sampai 4 jam, dimulai dari pukul 08.00 WIB dan selesai pukul 12.00 WIB, metode yang digunakan dalam kursus calon pengantin adalah metode ceramah, Tanya jawab dan disertai dengan latihan seperti

latihan ijab qabul perkawinan.9

Wawancara dengan bapak Drs.Al-Amin, Kepala KUA Ciputat, pada hari senin, pada tangggal 04 September 2015, pukul 10.30, di KUA Ciputat

8

Wawancara dengan bapak Soleh Chudin, S. Ag, penghulu di KUA Pamulang, pada hari jum at 12 Juni 2015, pukul 11.00, pada tanggal 12 Juni 2015, di KUA Pamulang

9

Wawancara dengan bapak Soleh Chudin, S. Ag, penghulu di KUA Pamulang, pada hari jum at 12 Juni 2015, pukul 11.00, pada tanggal 12 Juni 2015, di KUA Pamulang


(61)

Materi yang disampaikan dalam kursus calon pengantin (suscatin) masih sebatas fikih munakahat, kewajiban suami istri, serta Undang-undang perkawinan. Seharusnya peserta kursus lebih banyak mendapatkan bekal pengetahuan seputar psikologi keluarga, kesehatan keluarga serta keluarga berencana, karena faktor waktu sangat singkat itu maka pemberian materi belum bisa maksimal, jadi pemateri atau nara sumber menerangkan belum

mendetail dan menyeluruh.10

Adapun nara sumber dalam pemberian materi yaitu unsur dari KUA Kecamatan Pamulang (Penghulu), unsur DIMKES yaitu kepala puskesmas dan unsur BP4 Kecamatan Pamulang yakni ketua BP4, Sekretaris, bendahara, anggota dari BP4 Kecamatan Pamulang.

Bagi para calon pasangan pengantin yang tidak dapat hadir dalam mengikuti kursus calon pengantin pihak penghulu memberikan penasehatan di waktu setelah ijab qabul dalam waktu antara 15 menit atau 20 menit .

3. KUA Pondok Aren

Dari pasangan pengantin yang menikah tahun 2014 ada sejumlah 1711 ditemukan data 256 yang mengikuti kursus calon pengantin (suscatin), sedangkan pasangan yang tidak mengikuti suscatin sejumlah 1455 yang tidak

Wawancara dengan bapak Soleh Chudin, S. Ag, penghulu di KUA Pamulang, pada hari jum at 12 Juni 2015, pukul 11.00, pada tanggal 12 Juni 2015, di KUA Pamulang


(62)

mengikuti suscatin di KUA Pondok Aren.11 Data ini masih menunjukan banyaknya yang tidak mengikuti kursus calon pengantin ( suscatin), padahal sejatinya sangat penting bagi pasangan yang akan melangsungkan pernikahan. Kursus calon pengantin di KUA Pondok Aren diselenggarakan oleh u

! "r # $ % &# ' u(! () ' (# Ada pun materi-materi yang

diberikan pada pasangan suscatin di KUA Pondok Aren yaitu meliputi

:Undang-undang Perkawinan, Fiqih dan Hukum Munakahat, dan

Kesehatan. Sedangkan narasumber yaitu dari KUA dan Puskesmas. Bagi pasangan yang melangsungkan pernikahan diwajibkan untuk mengikuti

kursus calon pengantin (suscatin), bertujuan untuk meningkatkan moto

perkawinan yaitu untuk memperkecil perceraian dan memberikan bekal

untuk pengantin.12

Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin(suscatin) pada hari Rabu dari jam 09.00 WIB sampai dengan jam 12.00. Model pelaksanaan kursus calon pengantin di KUA Pondok Aren seperti pembukaan, Tanya jawab kepada calon pengantin, ceramah atau seminar. Kendala KUA dalam menghadapi pasangan yang tidak mengikuti kursus calon pengantin (suscatin) yaitu

Kendalanya bagi pasangan yaitu kurang minatnya para calon pasangan yang akan melangsungkan pernikahan, alasan kesibukan menjadi alasan utama

**

Data dari hasil penelitian di KUA Pondok Aren, pada tanggal 04 September 2015, pada hari senin, pukul 11.30, di KUA Pondok Aren

12

Wawancara dengan bapak H.Suganda, pada tanggal 04 September 2015, pada hari senin, pukul 11.30, di KUA Pondok Aren


(63)

catin. Solusi yang diambil oleh KUA Pondok Aren agar syarat pernikahan terlaksana pada calon pengantin yang tidak mengikuti suscatin pihak KUA memberikan penasehatan setelah ijab qabul selam 10 menit ke pada pengantin.13

4. KUA Serpong

Dari 1441 pasangan yang menikah pada tahun 2014 Di KUA Serpong ditemukan data 184 yang mengikuti Kursus Calon Pengantin (Suscatin) dan 1257 yang tidak mengikuti kursus calon pengantin di KUA Serpong.14 Data ini menunjukan bahwa program kursus calon pengantin yang sebenarnya sangat penting ternyata tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan karena masih banyak hambatan. Sifat peraturan yang kurang mengikat dan kurangnya kesadaran para calon pengantin yang menjadi tidak mulusnya pelaksanaan kursus calon pengantin di KUA Serpong.15

Pelaksanaan kursus calon pengantin (suscatin) di KUA Serpong dilaksanakan oleh penghulu KUA Serpong, pada setiap hari Kamis dimulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Ada pun materi-materi yang diberikan yang pertama mengenai peraturan perundang-undangan,

-.

Wawancara dengan bapak H.Suganda, pada tanggal 04 September 2015, pada hari senin, pukul 11.30, di KUA Pondok Aren

14

Data dari hasil penelitian di KUA Serpong, pada tanggal 07 September 2015, pada hari senin, pukul 01.30 WIB, di KUA Serpong

15

Wawancara dengan bapak Ahmad Jayadih, S.Ag, kepala KUA Serpong pada hari senin, tanggal 07 September 2015, pukul 01.30 WIB, di KUA Serpong


(64)

mengenai keluarga sakinah, fiqih munakahat, dan kesehatan. Durasi waktu untuk masing-masing materi-materi suscatin seperti diatas sekitar kurang lebih 4 jam pelajaran. Narasumber di KUA Serpong yaitu hanya dari penghulu.16

Model pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Suscatin) di KUA Serpong seperti ceramah yang meliputi seputar kursus calon pengantin (suscatin). Kendala pasangan yang tidak mengikuti suscatin adalah karena kebanyakan pasangan calon pengantin itu bekerja, sehingga tidak dapat datang ke KUA untuk mengikuti kursus calon pengantin, padahal sudah ada anjuran dari Dirjen Bimas Islam Departemen Agama Nomor DJ. II/491 Tahun 2009, bahwa dengan adanya peningkatan angka perselisihan, perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga yang salah satunya disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan pemahaman calon pengantin tentang kehidupan berumah tangga/ keluarga serta untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, mawadah warrahmah, perlu dilakukan kursus calon pengantin.17

B. Analisis Terhadap Implementasi Peraturan Direktur Jenderal Nomor DJ. II/491 Tahun 2009 Tentang Suscatin di KUA Wilayah Tangerang Selatan.

16

Wawancara dengan bapak Ahmad Jayadih, S.Ag, kepala KUA Serpong pada hari senin, tanggal 07 September 2015, pukul 01.30 WIB, di KUA Serpong

17Wawancara dengan bapak Ahmad Jayadih, S.Ag, kepala KUA Serpong pada hari senin,


(65)

Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) sebagaimana diuraikan pada sub bab terdahulu bisa diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan suscatin pada masing-masing KUA di Wilayah Tangsel masih belum sesuai dengan Peraturan perundang undangan yang mengatur tentang suscatin, yiatu Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II/491 Tahun 2009.

Hal ini menunjukkan bahwa peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II/491 Tahun 2009 tentang suscatin tidak diterapkan secara utuh di KUA-KUA tersebut.

Beberapa bukti dan analisis yang bisa dipaparkan adalah sebagai berikut: 1. Dilihat dari segi materi

Dari keempat KUA yang menjadi objek penelitian tampak bahwa materi suscatin yang diberikan tidak sama persis dengan Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II/491 Tahun 2009 sebagaimana disebutkan pada pasal 3 ayat (1) yaitu materi Kursus Catin meliputi:

a. Tatacara dan prosedur perkawinan (2 jam) b. Pengetahuan agama ( 5 jam)

c. Peraturang perundangan di bidang perkawinan dan keluarga ( 4 jam) d. Hak dan kewajiban suami istri ( 5 jam)

e. Kesehatan (reproduksi) (3jam) f. Manajemen keluarga (3 jam)


(66)

Untuk lebih jelasnya perbedaan berikut ditampilkan dalam bentuk tabel berikut:

No Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II/491 Tahun 2009

KUA Ciputat KUA Pamulang KUA Pondok Aren KUA Serpong

1 Tatacara dan prosedur perkawinan

   

2 Pengetahuan Agama

3 Peraturan Perundangan di bidang perkawinan dan keluarga

   

4 Hak dan kewajiban suami istri

5 Kesehatan (reproduksi)   

6 Manajemen keluarga x x X x

7 Psikologi perkawinan dan keluarga

x x X X

Dilihat dari segi materi yang disampaikan tampak bahwa memang ke empat KUA di Wilayah Kota Tangerang Selatan diatas tidak menyampaikan materi sebanyak tujuh materi sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ II/491 Tahun 2009. Meskipun tidak menyampaikan sebanyak penuh tujuh materi ada kelebihan yang penulis temukan dimasing-masing KUA tersbut untuk menutupi kekurangan yang materi yang disampaikan adalah KUA menyerahkan panduan materi suscatin menuju keluarga sakinah ke setiap pasangan calon pengantin yang mengikuti suscatin atau calon pengantin itu. Dengan diberikanya buku panduan menuju keluarga sakinah agar menutupi kekurangan materi bisa ditutupi.


(67)

` Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan yang sudah diuraikan terdahulu ditemukan penyebab tata cara dan prosedur perkawinan, pengetahuan agama, peraturan perundangan di bidang perkawinan dan keluarga, hak dan kewajiban suami isteri, kesehatan (repoduksi), manajemen keluarga, dan psikologi perkawinan dan keluarga. Dengan waktu yang singkat tersebut tidak mungkin mencangkup semua materi yang disampaikan hanya 3 sampai 4 jam tersebut tidak mungkin waktu yang 3 sampai 4 jam itu bisa mencangkup dan menutupi kekurangan tujuh materi tersebut.

2. Dari segi durasi waktu

Semua KUA di wilayah Tangerang Selatan ternyata tidak menerapkan materi kursus calon pengantin yang diterapkan pada Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Mayarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II/491 Tahun 2009 pasal 3 ayat (4).

NO Materi Peraturan Dirjen Bimbingan

Masyarakat Islam Departemen

Agama Nomor DJ.II/491 Tahun 2009 KUA Ciputa t KUA Pamulang KUA Pondok Aren KUA Serpong 1 Tatacara dan prosedur perkawinan

2 jam 48

menit


(68)

2 Pengetahua n agama

5 jam 48

menit

46 menit 48 menit 36 menit

3 Peraturan perundanga n di bidang perkawinan dan

keluarga

4 jam 48

menit

45 menit 48 menit 36 menit

4 Hak dan kewajiban suami istri

5 jam 48

menit

51 menit 48 menit 36 menit

5 Kesehatan (reproduksi sehat)

3 jam 48

menit

48 menit 48 menit 36 menit

6 Manajemen

keluarga

3 jam X X X X

7 Psikologi perkawinan dan

keluarga

2 jam X X X X

Total 4 jam/24 4 jam/240 menit 4 jam/240 menit 3 jam/180 menit


(69)

0 menit

Durasi untuk suscatin ini hanya bekisar 3 samapai 4 jam pada masing-masing KUA ini lebih banyak disebabkan karean pasangan calon pengantin itu sudah diundang tetapi tidak memiliki kesempatan waktu untuk mengikuti suscatin, untuk menghadiri waktu 3 sampai 4 jam itu pun tidak semua pasangan suscatin yang bisa hadir, ini terbukti dari minimnya pasangan yang menikah itu mengikuti calon pengantin sebagaimana disebutkan pada bagian A diatas. Sebab dengan waktu yang 3 sampai 4 jam saja minat dari suscatin kurang apa lagi dengan materi suscatin yang 24 jam tersbuut.

3. Dari segi metode

Dari 4 KUA yang diteliti, ternyata hanya 2 KUA, yaitu KUA Ciputat dan Pondok Aren saja yang mengikuti persis dengan Peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nomor DJ.II/491 Tahun 2009 pasal 3 ayat (2) yang berbunyi “kursus catin dilakukan dengan metode ceramah, dialog, simulasi dan studi kasus” tentang metode suscatin, sedangkan KUA yang lain hanya mengikuti Metode Ceramah dan Tanya jawab aja.

Untuk membandingkannya bisa dilihat dari tabel berikut :

No Model KUA

Ciputat

KUA Pamulang

KUA Pondok

Aren

KUA Serpong

1 Ceramah


(1)

5. Apakah peserta suscatin diberikan sertifikat ?(sesuaikah dengan pasal 6 Peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam)

Setiap pasangan yang mengikuti pasti mendapatkan sertifikat.

6. Kalau iya diberikan sertifikat, apakah itu syarat bahwa nikah bisa dicatatkan ? Tidak buktinya masih banyak yang melangsungkan pernikahan tanpa membawa sertifikat

7. Lalu bagaimana dengan pasangan yang tidak ikut suscatin, apakah pernikahan mereka bisa dicatatkan, meskipun tidak ada sertifikat? Apa penilaian KUA terhadap Peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam ? mengapa mereka tidak patuhi ?

iya tetap dicatatkan di kantor urusan agama serpong, karena belum ada sanksi yang tegas dalam pasangan yang tidak mengikuti suscatin hanya sekedar peraturan tertulis saja

8. Dalam penyelenggaraan suscatin, apakah ada kendala ? apa kendalanya ? bagaimana solusi yang sudah diambil agar Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam itu di Impementasikan dengan benar ?

Kendala yang dihadapi KUA Serpong yaitu kurang minatnya pasangan yang ingin

mengikuti suscatin, padahal surat edaran sudah diberikan, alasan dari para pasangan akan sibuknya pekerjaan, Solusi yang diambil KUA Serpong memberikan surat edaran jika tidak datang juga, KUA tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

9. Berapa orang yang menikah dan mengikuti suscatin ?

Pada tahun 2014 yang menikah di KUA Serpong ada sejumlah 1608, sedangkan yang mengikuti suscatin ada sejumlah 184.

10. Bagi yang suscatin model pelaksanaanya seperti apa? Model pelaksanaanya semacam ceramah dan Tanya jawab


(2)

Pewawancara

DEVI CHAIRUNNISA

Narasumber


(3)

DOKUMENTASI WAWANCARA

PADA HARI JUM’AT 12 JUNI 2015 PUKUL 11.00 WIB


(4)

PADA HARI SENIN 04 SEPTEMBER 2015 PUKUL 11.30 WIB

SELAKU PENGHULU PONDOK AREN


(5)

DOKUMENTASI WAWANCARA

PADA HARI SENIN 04 SEPTEMBER 2015 PUKUL 10.30 WIB

SELAKU PENGHULU CIPUTAT


(6)

PADA HARI SENIN 07 SEPTEMBER 2011 PUKUL 13.30 WIB

SELAKU PENGHULU SERPONG