TIDAK PERLU TAKUT DIPINGGIRKAN

TIDAK PERLU TAKUT DIPINGGIRKAN
Dr.Sunyoto Usman
Dekan Fisipol UGM
Kalau selama ini yang terlihat gerak Muhamadiyah tidak tergantung kepada rezim yang berkuasa.
Kekuasaan berganti tiap 5 tahunan dan di banyak negara berkembang percaturan kekuasaan melibatkan
ikatan primordial. Sebagai orang tua, Muhammadiyah harus bergerak terus melaksanakan program yang
sesuai dengan Kemuhammadiyahannya. Justru dengan apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah,
Muhammadiyah bisa memberikan input misalnya amanah, berpihak kepada kaum lemah. Apa yang
dilakukan Muhammadiyah tidak boleh memberikan dampak yang negatif bagi bangsa. Kewajiban
Muhammadiyah adalah memberi arah bagi kebijakan bangsa dan jangan sampai terjebak ke dalam politik
praktis.
Muhammadiyah harus bisa menangkap permasalahan sosial, pergaulan internasional. Negara kita ini
hampair tidak berdaulat. Pemilu kemarin dananya dari Amerika dan Jepang. Ada gejala intervensi
kapitalisme global semakin kuat, ini tantangan bagi Muhammadiyah, bagaimana Muhammadiyah bisa
memberikan alternatif seingga memberikan gagasan negara yang berdaulat,
Hubungan penguasa dengan Muhammadiyah akan tetap baik. Siapapun yang terpilih tetap akan
menganggap Muhammadiyah punya peran yang signifikan terhadap bangsa. Dengan sekolahnya dan amal
usahaanya yang banyak, Muhammadiyah memberikan sumbangsihnya baik kepada masyarakat maupun
negara.
Imawan Wahyudi
Anggota DPRD DIY dari PAN

Muhammadiyah perlu melebarkan sayap pengaruhnya ke kelompok masayarakat yang lebih luas baik dari
parpol maupun ormas Islam, atau kelompok-kelompok profesi, kelompok sosial keagamaan yang bergerak
di berbagai bidang kehidupan. Karena posisi strategis yang dimilikinya Muhammadiyah sangat tepat dan
berpeluang besar untuk melakukan itu.
Siapapun presidennya yang jadi, harus tetap aspiratif dan akomodatif terhadap kelompok manapun yang
tadinya tidak mendukung,.Ini kewajiban mutlak konstitusional. Dari sudut pandang moral politik dan
konstitusi tidak ada alasan bagi pasangan capres terpilih untuk melakukan diskriminasi sebagai akibat tidak
diberikan dukungan kepada mereka.Karena ini akan melanggar norma demokrasi dan etika berbangsa dan
bernegara., Muhammadiyah tidak perlu takut dipinggirkan.
Suyoto
Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik
Sebagai ormas, Muhammadiyah sekarang ini mengalamai eskalasi yang sangat luar biasa. Intensifikasi dan
massifikasi di tingkatan kultural juga terlihat sangat signifikan. Kalau kita mau belajar dengan pengalaman
yang sudah lewat, Muhammadiyah sebenarnya rugi jika tidak berurusan dengan politik dalam artian
memiliki pemihakan pada kepentingan kebangsaan yang lebih luas. Karena dari pengalaman itu terlihat,
jika Muhammadiyah hanya ikut partisipasi dalam dunia wacana. Keberpihakan itu tidak membuat
masyarakat semakin jelas dengan kecenderungan Muhammadiyah dalam dunia politik. Padahal yang
dibutuhkan masyarakat kita ini adalah ide-ide yang kongkret dan dapat dilihat baik dalam bentuk sikap
maupun tindakan.
DR. Djoko Wahjono

Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Ke depan Muhammadiyah harus tetap melakukan konsolidasi ke dalam. Membangun paradigma baru yang
lebih baik, sebab selama ini hubungan komunikasi antar lembaga otonom dan amal usaha kurang begitu
baik. Jadi, ke depan Muhammadiyah perlu membangun paradigma baru. Paradigma Muhammadiyah ke
depan ialah supaya “menjadi contoh” bagi kalangan sendiri, juga bagi kalangan lain. Muhammadiyah bisa

memberikan contoh yang baik dan terpuji diantara organisasi-organisasi keagamaan lain di Indonesia.
Sedangkan ke dalam, kita jangan merasa menjadi orang lain. Artinya, orang Muhammadiyah jangan merasa
bukan sebagai orang Muhammadiyah. Saya khususkan bagi mereka para pengurus Muhammadiyah.
H. Bahdin Nur Tanjung, SE, MM
Rektor UMSU Medan
Apa yang telah diputuskan Muhammadiyah sudah cukup bagus. Perlu kita kerjakan dengan sistematis,
terarah, terprogram sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal dalam mensosialisasikan program
tersebut. Akan tetapi Muhammadiyah juga terkesan masih belum sepenuh hati. Karena jaringan kerja
persyarikatan belum bekerja secara maksimal. Mungkin disebabkan waktu dan sumber daya yang minim.
Dan sebenarnya masih mungkin memberdayakan potensi Sumber Daya Muhammadiyah sejak dari
persyarikatan, majelis, lembaga, badan, organisasi otonom, amal usaha serta simpatisan juga parpol yang
bersentuhan langsung dengan Muhammadiyah.
Agenda ke depan yang sangat penting adalah menata kembali semua potensi gerakan Muhammadiyah
untuk secara sistemik mampu bergerak cepat bila melaksanakan agenda-agenda besar yang menjadi hajat

persyarikatan, terutama dalam upaya menegakkan dakwah amar makruf nahi munkar. Paradigma yang
harus dibangun adalah “kekuasaan” merupakan bagian yang harus direbut lewat cara-cara yang makruf.
Mengefektifkan gerakan nahi munkar tanpa merebut “kekuasaan” tidak akan mampu dilaksanakan.
Sejarah menunjukkan salah satu faktor keberhasilan dakwah Rasulullah dalam waktu cepat, maju dan
berkembang, adalah karena sejak periode Madinah Rasul mendapatkan amanah “kekuasaan” menjadi
pemimpin bangsa. Maka warga Muhammadiyah juga tidak lagi harus fobia terhadap politik. Justeru harus
merebut kekuasaan itu dengan santun, demokratis dan bermartabat.
Abdullah Sidik Notonegoro
Dosen FAI UM Gresik, ahli politik Islam
Muhammadiyah harus kembali kepad mazhab utamanya, yaitu gerakan amar makruf nahi munkar. Dalam
bidang politik, Muhammadiyah cukup menjadi produsen politik yang handal berkualitas dan bermoral.
Muhammadiyah tidak perlu harus masuk ke dalam lingkaran untuk menjadi pengawal kader-kadernya.
Sebaliknya, para kader harus mampu menjadi tanpa harus menarik-narik Muhammadiyah untuk kembali
terjebak pada politik. Muhammadiyah sudah harus kembali menjadi produsen manusia yang
berintelektualitas tinggi, yang mampu berperan dalam dan situasi apapun.
Karena Muhammadiyah ---terlepas dari hiruk pikuk pilpres-cawapres--- mengalami kemandegan yang
sangat fatal. Muhammadiyah saat ini sibuk ngurusi faktor material (amal usaha) yang kian hari kian
menjauh dari visi Muhammadiyah yang sesungguhnya. Perhatikan, lembaga pendidikan Muhammadiyah
sekarang yang bertebaran di seluruh Indonesia, dengan jumlah dan mahasiswa yang ratusan ribu, sangat
sedikit sekali yang paham apa itu Muhammadiyah dan mau kembali ke Muhammadiyah. Laboratorium

agama PTM, yaitu fakultas agama Islam, merupakan fakultas dengan jumlah mahasiswa terkecil
dibandingkan fakultas non agama. Saatnya kembali menjadi persemaian intelektual muslim yang
berkualitas dan tidak jumud hanya dalam persoalan fiqiyah.
Muhammadiyah harus mampu mengondisikan warganya untuk tetap menjadi masyarakat yang dan berjiwa
amar makruf nahi munkar. Terlebih lagi terhadap penguasa, Muhammadiyah tidak boleh pandang bulu
siapapun presidennya nanti, dari Muhammadiyah atau pu luar Muhammadiyah harus diperlakukan sama.
(ron, hos, muarif, fik, nafi)
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 14 2004